ANALISIS PERBEDAAN KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN
DAERAH DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S. ) dalam Hukum Tata Negara
Oleh:
KARMILAWATI
SPI
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
H / M
i
ii
iii
iv
MOTTO
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.1
1 Al-Quran Surah An-Nisa ayat
v
PERSEMBAHAN
Sujud Syukur ku persembahkan kepada Allah Yang Maha Esa yang mana
telah memberikan saya kesabaran dalam mengerjakan skripsi ini,
menadahkan doa dalam syukur yang tiada kira, karya kecil ini ku
persembahkan untuk kedua orang tuaku Ayahanda (Mustofa kamal) dan
Ibuda (siti Rabi’ah) yang tak pernah lelah dalam mendidik dan
membesarkan ku. Serta Kakakku (kalimah, Spd.i), Abangku (Ma’ asik),
dan ayukku (Marjuli wati) terima kasih atas segala dukungan doa dan
motivasi, tidak ada yang dapat saya berikan selain ucapan terima kasih.
Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan kalian, dan semoga selalu
dalam lindungan-Nya.
Skripsi ini juga Saya persembahkan untuk dosen-dosen UIN STS Jambi,
dimana telah memberikan saya ilmu yang bermanfaat. Dan tak lupa untuk
dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, serta dengan sabar
membantu saya dalam mengerjakan sikripsi ini. Semoga Allah membalas
jasa kalian dengan pahala yang tak terputus.
Dan untuk orang yang saya sayangi setelah keluarga (Rabuan). Terima
kasih karna telah banyak membantu, memberikan doa, motivasi serta
memberi semangat sehingga selesainya skripsi ini. Sehingga kebaikanmu di
berikan balasan yang tak terputus dan semoga allah senantiasa melindungi
dalam setiap langkamu.
Serta teman-teman seperjuangan Jurusan Hukum Tata Negara terimakasih
karena telah memberikan saya motivasi serta bantuan dan semangatnya
sehingga terselesainya skripsi ini. Semoga kalian selalu dalam lindungan-
Nya.
vi
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. WB
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan HidayatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa pula, iringan sholawat serta
salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Penyusunan skripsi ini penulis lakukan adalah untuk memenuhi tugas dari
salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana Strata satu (S ) pada
Fakultas Syariah Jurusan Hukum Tata Negara Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Skripsi ini yang berjudul ”Analisis Perbedaan
Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Dan Dewan Perwakilan Rakyat
Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia’’
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui, tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data
maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
terutama yaitu dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah terimakasih kepada
semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada Yang
Terhormat:
. Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi
. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi, MA, Ph.D sebagai Wakil Rektor I Bidang
Akademikdan Pengembangan Pendidikan, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd
viii
sebagai Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan
Keuangan, dan Ibu Dr. Fadhilah M.Pd. sebagai Wakil Rektor III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
. Bapak Dr. A.A Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.
. Bapak Dr. Hermanto Harun L. Ph.D. Wakil Dekan bidang Akademik. Ibu
Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag.,M.HI, selaku Wakil Dekan bidang
Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan. Dan Ibu Yuliatin,
S.Ag.,M.HI, selaku Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
di lingkungan Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
. Bapak Abdul Razak, SHI.,M.IS dan Ibu Ulya Fuhaidah, S.Hum., M.Hum,
selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Syariah
UIN STS Jambi.
. Ibu Dr. Illy Yanti, M.Ag dan Bapak Juharmen, S.HI., M.Si selaku
Pembimbing I dan Pembimbing II.
. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan/ karyawati
Fakultas Syariah UIN STS JAMBI.
. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, saudara, serta keluarga besarku
yang senantiasa mendoakan kesuksesan, semoga Allah SWT menjadikan
keluarga kita penuh berkat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya.
. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini baik langsung
maupun tidak langsung.
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
MOTTO ......................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. ....................................................................................... Latar
Belakang Masalah ...................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................
C. Batasan Masalah ....................................................................
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
E. Kerangka Teori dan Konseptual ............................................
F. Tinjaun Pustaka .....................................................................
G. Metode Penelitian ..................................................................
H. Sistematika Penulisan ............................................................
BAB II TEORI KEWENANGAN, LEMBAGA PERWAKILAN,
DEMOKRASI, DAN PEMILIHAN UMUM
A. Teori Kewenangan .................................................................
B. Lembaga Perwakilan ..............................................................
. .................................................................................... Teori
Lembaga Perwakilan ...........................................................
. .................................................................................... Fung
si lembaga Perwakilan ........................................................
C. Demokrasi ..............................................................................
D. Pemilihan Umum ..................................................................
. .................................................................................... Pengertian Pemilihan Umum ................................................
. .................................................................................... Asas-Asas Pemilihan Umum .................................................
BAB III SEKILAS TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA DAN DEWAN PERWAKILAN
DAERAH REPUBLIK INDONESIA
A. ....................................................................................... Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) .........
B. ....................................................................................... Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) .........
xi
BAB IV ANALISIS PERBEDAAN KEWENANGAN DEWAN
PERWAKILAN DAERAH DAN DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
INDONESIA
A. ....................................................................................... Perbedaan dan hubungan kewenangan Dewan Perwakilan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah dalam melaksanakan
tugas dan fungsi .......................................................................
B. ....................................................................................... Pegaruh kewenangan Dewan Perwakilan Daerah terhadap
Dewan Perwakilan Rakyat .......................................................
BAB IV PENUTUP
A. ....................................................................................... Kesi
mpulan .....................................................................................
B. ....................................................................................... Saran
..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara demokrasi, pernyataan itu secara tegas termuat
dalam Pasal ayat ( ) Undang-Undang Dasar yang berbunyi “Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
Kemudian Pasal ayat ( ) Undang-Undang Dasar menyebutkan bahwa
“Mejelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih
melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan Undang-Undang”.
Reformasi hukum melalui perubahan Undang-Undang Dasar ,
yang kemudian disebut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
(UUD NRI ). Semangat UUD NRI adalah mendorong terbangunnya
struktur ketatanegaraan yang lebih demokratis. Perubahan UUD sejak
reformasi telah dilakukan sebanyak empat kali, yaitu: perubahan pertama
disahkan tanggal Oktober ; perubahan kedua disahkan tanggal
Agustus ; perubahan ketiga disahkan tanggal November ; dan
perubahan keempat disahkan pada tanggal Agustus .2
Menurut Titik Triwulan Tutik menyatakan bahwa:
Perubahan Undang-Undang Dasar melahirkan bangunan
kelembagaan negara yang satu sama lain dalam posisi setara dan saling
melakukan cheks and balances. Mewujudkan supremasi hukum dan
keadilan, serta menjamin dan melindungi hak asasi manusia.
2Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandmeen UUD
, ( Jakarta: Prenada Media Group, ), hlm.
Kesetaraan dan ketersediaan saling kontrol inilah prinsip negara
demokrasi.3
Kekuasaan legislatif di Indonesia pada tingkat pusat dibagi atas dua
bagian yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (selanjutnya disebut DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (selanjutnya disebut DPD). DPR merupakan perwakilan
kepentingan partai yang skalanya nasional, sedangkan DPD adalah lembaga
yang mewakili kewilayahan.
Sistem bikameral adalah wujud institusional dari lembaga perwakilan
atau parlemen sebuah Negara yang terdiri atas dua kamar (majelis).
Majelis yang anggotanya dipilih dan mewakili rakyat yang berdasarkan
jumlah penduduk secara generik disebut majelis pertama atau majelis
rendah, dan dikenal juga sebagai House of Representatives. Majelis
yang anggotanya dipilih atau diangkat dengan dasar lain (bukan jumlah
penduduk), disebut sebagai majelis kedua atau majelis tinggi dan di
sebagian besar negara ( ) disebut sebagai Senat.4
Dengan adanya sistem parlemen bikameral atau dua kamar bertujuan
untuk mencegah kesalahan legislasi yang dilakukan oleh satu kamar, dan untuk
menciptakan prinsip saling mengontrol dalam parlemen, serta agar kebijakan
atau keputusan yang dibuat memperoleh dukungan mayoritas (supermajority)
sehingga lebih dapat diterima dan stabil.5
DPR RI merupakan cermin representasi politik, sedangkan DPD RI
mencerminkan prinsip representasi territorial atau regional (regional
representation). Jadi keberadaan DPD RI disini bertujuan untuk lebih
mengakomodasi aspirasi daerah dan sekaligus memberi peran yang lebih besar
kepada daerah dalam proses pengambilan keputusan politik untuk hal-hal yang
berkaitan langsung dengan kepentingan daerah. Selain itu DPD juga
3Ibid, hlm.
4Dwi Reni Purnomowati, Implementasi Sistem Parlemen Bikameral dalam Parlemen di
Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, ), hlm. 5Ibid, hlm.
diharapkan hadir sebagai lembaga yang mampu membantu untuk mengatasi
kesenjangan yang terjadi antar pusat dan daerah sesuai semangat otonomi
daerah yang menjamin keadilan, demokrasi, dan jaminan keutuhan integritas
wilayah Negara.6
Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Tahun telah
membawa perubahan yang cukup mendasar tidak hanya pada tatanan
kenegaraan dan sistem pemerintahan saja tetapi juga terhadap beberapa
lembaga negara. Pada salah satu sisi, ada lembaga negara yang mendapat
proporsi baru yaitu dengan bertambahnya kewenangan secara signifikan di
dalam konstitusi.
Salah satu hasil reformasi konstitusi adalah dibentuknya satu lembaga
Negara baru dalam cabang kekuasaan legislatif, yaitu Dewan
Perwakilan Daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Dasar Tahun hasil sidang tahunan Majelis Permusyawaratan
Rakyat tahun . Namun secara faktual, kelahiran Dewan
Perwakilan Daerah baru terjadi pada tanggal Oktober , yang
ditandai oleh pelantikan dan pengambilan sumpah/janji para anggota
Dewan Perwakilan Daerah sebagai hasil Pemilu April .7
Sistem perwakilan politik menghasilkan wakil-wakil politik, sistem
perwakilan territorial menghasilkan wakil-wakil daerah, sedangkan sistem
perwakilan fungsional menghasilkan wakil-wakil golongan fungsional. DPD
merupakan perwujudan sistem perwakilan teritorial dan DPR sebagai
perwakilan politik.8
Keberadaan Dewan Perwakilan Rakyat dengan Dewan Perwakilan
Daerah dipilih oleh rakyat secara langsung melalui proses Pemilihan Umum
6Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta: Sinar Grafika, ), hlm.
7Mariam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, ),
hlm. -
8Dwi Reni Purnomowati, Implementasi Sistem Parlemen ...., hlm.
sebagai wujud demokrasi yang mengusung asas kebebasan dalam
pelaksanaanya harus menjamin bahwa seluruh rakyat Indonesia memiliki hak
yang sama untuk diwakili oleh orang-orang yang mereka pilih. Pelaksanaan
pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang saat ini dalam
sistem Negara Indonesia dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil sebagaimana diamanatkan dalam Pasal E Undang-Undang
Dasar Tahun yang selanjutnya diatur dalam Undang-Undang Nomor
Tahun Tentang Pemilihan Umum.
Letak perbedaan antara DPR dan DPD pada hakikat kepentingan yang
diwakilinya masing-masing. Dewan Perwakilan Rakyat dimaksud untuk
mewakili rakyat, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah dimaksudkan untuk
mewakili daerah-daerah, perbedaan hakikat ini penting untuk menghindari
pengertian keterwakilan ganda mengartikan fungsi parlemen yang dijalankan
oleh kedua lembaga tersebut.9
Kekuasaan DPR terkait dengan fungsinya diatur dalam Pasal ayat
sampai ayat Undang-Undang Dasar Tahun yang menentukan:
. Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk
undang-undang.
. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama.
. Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan
bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi
dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
Pada Pasal A ayat Undang-Undang Dasar Tahun menentukan
bahwa DPR memiliki fungsi yaitu fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.
9Ibid, hlm.
Fungsi legislasi mempertegas kedudukan DPR sebagai lembaga legislatif yang
menjalankan kekuasaan membentuk undang-undang. Penegasan fungsi DPR
dalam UUD itu akan sangat mendukung pelaksanaan tugas DPR sehingga
DPR makin berfungsi sesuai dengan harapan dan tuntutan rakyat.
Dalam pelaksanaan fungsi DPR selanjutnya dipertegas sebagaimana
diatur dalam Pasal Undang-Undang Nomor Tahun Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor Tahun Tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menentukan
bahwa DPR berwenang:
a. Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama
b. Memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan
terhadap peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang
diajukan oleh Presiden untuk menjadi undang-undang;
c. Membahas rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden
atau DPR;
d. Membahas rancangan undang-undang yang diajukan DPD mengenai
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah;
e. Membahas bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan
DPD dan memberikan persetujuan atas rancangan undang-undang
tentang APBN yang diajukan oleh Presiden;
f. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan
oleh DPD atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi
daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan, dan agama;
g. Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang
dan membuat perdamaian dengan negara lain;
h. Memberikan persetujuan atas perjanjian internasional tertentu yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat
yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan undang-undang;
i. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian
amnesti dan abolisi;
j. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat
duta besar dan menerima penempatan duta besar negara lain;
k. Memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD;
l. Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan
pemberhentian anggotaKomisi Yudisial;
m. Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi
Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden; dan
n. Memilih (tiga) orang hakim konstitusi dan mengajukannya kepada
Presiden untuk diresmikan dengan keputusan Presiden.”
Selanjutnya mengenai kewenangan DPD diatur dalam Pasal D ayat
sampai Undang-Undang Dasar Tahun yang menentukan kewenangan
DPD yaitu:
. Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat rancangan undang- undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan
dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
. Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat
dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah;
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan
pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.
. Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang mengenai: otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan
pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
Kewenangan DPD dipertegas dalam pengaturan Pasal ayat
Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang menentukan bahwa DPD mempunyai
wewenang dan tugas:
a. Mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR;
b. Ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan hal
sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c. Menyusun dan menyampaikan daftar inventaris masalah rancangan
undang-undang yang berasal dari DPR atau Presiden yang berkaitan
dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
d. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-
undang tentang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan pajak, pendidikan, dan agama;
e. Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan
sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
APBN, pajak, pendidikan, dan agama;
f. Menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan agama kepada DPR
sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti;
g. Menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari BPK sebagai
bahan membuat pertimbangan kepada DPR tentang rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan APBN;
h. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota
BPK;
i. Menyusun program legislasi nasional yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah; dan
j. Melakukan pemantauan dan evaluasi atas rancangan peraturan
daerah dan peraturan daerah.
Dilihat dari pengaturan di atas bahwa perbedaan Kewenangan Dewan
Perwakilan Daerah Dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia memiliki kewenangan yang berbeda dalam bidang
legislasi, anggaran dan pengawasan.
DPD dalam melaksanakan fungsi legislasi hanya memiliki kewenangan
dalam mengajukan rancangan undang-undang, ikut membahas, menyusun dan
menyampaikan daftar inventaris yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR,
dan juga kewenangan yang terbatas dalam memberikan pertimbangan kepada
DPR atas rancangan undang-undang tentang APBN dan rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.10
Dari pengaturan di atas dapat juga dikemukakan bahwa hubungan
antara DPR dengan DPD dalam melaksanakan kewenangannya dalam bidang
legislasi bahwa DPR membahas rancangan Undang-Undang yang diajukan
DPD yang terbatas pada beberapa bagian saja yang ditentukan dalam Undang-
Undang dan DPR membahas bersama Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD.
Menurut Bagir Manan, bahwa DPD lebih nampak sebagai badan
komplementer DPR daripada sebuah kamar dalam sistem dua kamar.11
Selanjutnya menurut Jimly Asshiddiqie bahwa “DPD sebenarnya lebih tepat
10Ibid, hlm.
11Ibid, hlm. .
disebut sebagai Dewan Pertimbangan DPR daripada Dewan Perwakilan
Daerah”.12
Dengan kewenangan yang telah diatur, dapat dipahami bahwa dominasi
legislatif masih tetap ada pada DPR, sedangkan utusan daerah hanya sebagai
simbol dalam rangka mengganti utusan daerah yang lama, bedanya utusan
daerah yang baru dipilih oleh rakyat secara langsung berdasarkan wilayah
pemilihan.
Permasalahan yang terjadi bahwa kedudukan lembaga DPR RI dan
DPD RI sebagai lembaga legilatif yang kewenangannya diatur dalam Undang-
Undang Dasar Tahun dan selanjutnya diatur dalam Undang-Undang
Nomor Tahun Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
Tahun Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
telah menjadikan kewenangan yang jauh berbeda diantara kedua lembaga
tersebut, padahal kedua lembaga tersebut dilihat dari sisi kedudukannya sama-
sama dipilih melalui proses pemilihan umum dan merupakan refresentasi
kepentingan masyarakat di daerah. sehingga dengan kewenangan yang ada
pada DPD RI tidak mencerminkan sisi penting kedudukannya sebagai lembaga
perwakilan, akibat keputusan hanya dapat diambil oleh lembaga perwakilan
DPR RI.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa telah terjadi
disharmonisasi kedudukan dan fungsi antara DPD dan DPR. Hal ini
12
Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam
UUD , (Yogyakarta: UII Press, ), hlm. .
disebabkan oleh karena terjadi ketidakseimbangan antara tugas dan wewenang
yang diemban antara DPD dan DPR selaku Lembaga Perwakilan Rakyat
karena kedua lembaga tersebut diisi oleh orang-orang yang dipilih rakyat
melalui proses pemilihan umum.
Dari pengaturan yang ada, terlihat masalah bahwa kewenangan DPD
dalam melaksanakan fungsi legislasi yang masih terbatas, sehingga DPD tidak
mampu menjadi rekanan yang dapat menciptakan check and balance terhadap
DPR. Akibatnya, DPD tidak dapat menjalankan fungsinya secara optimal dan
produktif layaknya kamar kedua dalam sistem parlemen bikameral.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian
mengenai perbedaan Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia mengingat bahwa
kedua lembaga tersebut memiliki hubungan dalam menjalankan
kewenangannya sebagai bentuk kekuasaan legislatif, hal ini menjadi menarik
karena salah satunya dalam pembentukan Undang-Undang sebagai
kewenangan Legislasi kewenangan DPD terbatas pada hal-hal tertentu, dan
juga kewenangannya DPD hanya sebatas pada mengajukan usulan dan ikut
membahas pada Undang-Undang tertentu saja sehingga tidak menunjukkan
adanya keseimbangan antar kedua lembaga tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai perbedaan kewenangan Dewan Perwakilan
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam menjalankan tugas dan fungsinya
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang termuat pada pendahuluan atau latar belakang,
maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:
. Bagaimana perbedaan dan hubungan kewenangan Dewan Perwakilan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah dalam melaksanakan tugas dan
fungsi?
. Bagaimana sebab dan akibat perbedaan antara kewenangan Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah?
C. Batasan Masalah
Sebagai dari awal proses penelitian adalah batasan terhadap
permasalahan yang dikaji, karena apapun jenis penelitiannya yang menjadi titik
tolak tetap bersumber pada masalah. Tanpa masalah penelitian tidak akan
pernah dilakukan. Pembatasan masalah dilakukan dengan harapan pembahasan
ini menjadi fokus pada titik permasalahan tertentu dan tidak melebar pada
permasalahan tertentu dan tidak melebar pada permasalahan lainnya.
Mengingat luasnya permasalahan yang akan di bahas, maka penulis
memandang perlunya batasan masalah agar tidak terjadinya kesalah pahaman
dalam pembahasan ini. Dalam pembahasan ini penulisan hanya membahas
mengenai analisis perbedaan Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang ditentukan, maka dalam
peneltian ini ditetapkan tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui perbedaan dan hubungan kewenangan Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah dalam melaksanakan
tugas dan fungsi.
b. Untuk mengetahui sebab dan akibat perbedaan antara kewenangan
Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah.
. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini terdiri aras manfaat teoritis dan
manfaat praktis sebagai berikut:
a. Secara teoritis diharapkan bermanfaat untuk memperkaya kajian
perpustakaan khususnya dalam Hukum Tata Negara mengenai Analisis
Perbedaan Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Pewakilan Rakyat dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi para akademisi hukum.
E. Kerangka Teori dan Konseptual
. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, untuk melengkapi suatu penelitian perlunya
disusun suatu kerangka teori, agar dapat mendukung konsep penelitian
mengenai analisis perbedaan Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia penulis
mengacu kepada teori-teori yaitu:
. Teori Negara Hukum
Istilah negara hukum merupakan terjemahan dari istilah
“rechtsstaat”. Latar belakang timbulnya pemikiran negara hukum itu
merupakan reaksi terhadap kesewenangan-wenangan di masa lampau.
Oleh karena itu unsur-unsur negara hukum mempunyai hubungan yang
erat dengan sejarah dan perkembangan masyarakat dari suatu bangsa.13
Menurut Titik Triwulan Tutik bahwa
Pemikiran negara hukum di mulai sejak Plato dengan konsepnya
“bahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang didasarkan
pada pengaturan (hukum) yang baik yang di sebut dengan istilah
nomoi”. Kemudian ide tentang negara hukum populer pada abad
ke- sebagai akibat dari situasi politik di Eropa yang didominasi
oleh absolutisme.14
Dalam perkembangnya, konsep tentang negara hukum mengalami
perumusan yang berbeda-beda. Pemikiran atau konsepsi manusia
merupakan anak zaman yang lahir dan berkembang dalam situasi
kesejarahan dengan berbagai pengaruhnya. Pemikiran atau konsepsi
manusia tentang negara hukum juga lahir dan berkembang dalam situasi
kesejarahan. Oleh karena itu, meskipun konsep negara hukum dianggap
sebagai konsep universal, pada dataran implementasi ternyata memiliki
karakteristik beragam.Hal ini dikarenakan adanya pengaruh-pengaruh
13Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia ...., hlm.
14
Ibid. hlm.
situasi kesejarahan, di samping pengaruh falsafah bangsa, ideologi
negara, dan lain-lain.15
Secara historis dan praktis, konsep negara hukum
muncul dalam berbagai model seperti:
) Negara hukum menurut nomokrasi islam
Konsep nomokrasi islam mendasarkan pada nilai-nilai yang
terkandung pada Al-Quran dan Al- Sunnah. Nomokrasi islam
adalah suatu negara hukum yang memiliki prinsip prinsip umum
sebagai berikut (prinsip kekuasaan sebagai amanah, prinsip
musyawarah, prinsip keadilan, prinsip persamaan, prinsip
pengakuan dan perlindungan setiap hak-hak asasi manusia,
prinsip peradilan bebas, prinsip perdamaian, prinsip
kesejahteraan, dan prinsip ketaatan rakyat).16
) Negara hukum menurut konsep Eropa Kontinental yang
dinamakan rechtsstaat.
Konsep rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang
absolutisme sehingga sifatnya revolusioner, konsep rechtsstaat
bertumpu atas sistem Hukum Kontinental yang disebut civil law.
Karakteristik civil law adalah administratif.17
) Negara hukum menurut konsep Anglo Saxon (rule of law)
15Rozikin Daman, Hukum Tata Negara, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, ), hlm.
16
Tahir Azhary, Negara Hukum, (Jakarta : Kencana, ),hlm. -
17Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta : Raja Grafindo Persada, ),
hlm.
konsep rule of law berkembang secara evolusioner. Konsep the
rule of law bertumpu atas sistem Hukumyang disebut common
law. Karakteristik common law adalah judicial.18
) Konsep socialist legality
Social legality adalah suatu konsep yang dianut di negara-negara
komunis/sosialis yang tampaknya hendak mengimbangi konsep
rule of law yang dipelopori oleh negara-negara anglo-saxon.19
) Konsep negara hukum pancasila
Negara hukum pancasila dengan bertitik pangkal dari asas
kekeluargaan yang tercantum dalam Undang-undang Dasar
Dalam asas kekeluargaan maka yang diutamakan adalah
“rakyat banyak namun harkat dan martabat manusia tetap
dihargai”. Pasal Undang-undang Dasar mencerminkan
secara khas asas kekeluargaan ini. Dalam pasal ini ada suatu
penjelasan bahwa yang terpenting ialah kemakmuran
masyarakat dan bukan kemakmuran orang seorang, namun
orang seorang, berusaha sejauh tidak mengenai hajat hidup
orang banyak.20
. Teori Lembaga Negara
Mengacu pada konsep trias politika \ ajaran Montesquieu
pembagian kekuasaan negara dibedakan menjadi kekuasaaan legislatif,
18Ibid, hlm.
19Tahir Azhary, Negara Hukum...., hlm.
20
Ibid, hlm.
kekuasaan eksekutif dan kekuasaan yudikatif.21
Esensinya adalah
mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasan oleh penguasa atas dasar
kekuasan, dengan harapan hak-hak asasi warga negara lebih terjamin.
Hak-hak warga negara dapat dijamin jika fungsi-fungsi kekuasaan tidak
dipegang oleh satu orang atau badan, akan tetapi dibagikan pada
beberapa orang atau badan yang terpisah. Kekuasaan trias politika telah
mengemukakan fungsi untuk membentuk undang undang menjadi
kewenangan legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat), fungsi menjalankan
undangundang yang telah dibuat oleh lembaga legislatif, menjadi
kewenangan eksekutif dan fungsi untuk melakukan pengawasan atau
kontrol atas pelaksanaan undang-undang menjadi kewenangan
yudikatif.22
Trias politika dalam sistem kekuasaan pemerintahan menjadi bahan
rujukan dan pilihan bagi negara-negara yang hendak membentuk
pemerintahannya sesuai kondisi dan kultur di negara masing-masing.
Trias politika pemerintahan negara terdiri dari tiga macam kekuasaan
yang dikenal dengan kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat
undang- undang, kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan
undang-undang dan kekuasaan yudikatif atau kekuasan untuk mengadili
atas pelanggaran undang-undang.
Teori pembagian kekuasaan sangat diperlukan dalam sistem suatu
ketatanegaraan, dikarenakan para penyelenggara negara mereka bukanlah
21 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta : Sekretariat Jendral
dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, ), hlm.
22Ibid, hlm.
manusia malaikat, tetapi manusia mempunyai kecenderungan
memperluas dan memperpanjang kekuasaannya dengan mengabaikan
hak-hak rakyat. Untuk itu diperlukan suatu sistem saling mengawasi
secara seimbang (check and balance). Operasionalisasi dari teori check
and balance menurut fuadi, dapat dilakukan melalui:
) Pemberian kewenangan terhadap suatu tindakan kepada lebih
dari satu cabang pemerintahan.
) Pemberian kewenangan pengangkatan pejabat tertentu kepad
lebih dari satu cabang pemerintahan.
) Upaya hukum dari cabang pemerintahan yang satu terhadap
cabang yang lainnya.
) Pengawasan langsung dari satu cabang pemerintahan terhadap
cabang pemerintahan lainnya.
) Pemberian kewenangan kepada pengadilan sebagai pemutus
kata akhir bila ada konflik kewenangan antara eksekutif dan
legislatif.23
. Teori Pembagian Kewenangan
Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang
dimiliki seorang pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku,
dengan demikian kewenangan juga menyangkut kompetensi tindakan
hukum yang dapat dilakukan menurut kaedah-kaedah formal, jadi
kewenangan merupakan kekuasaan formal yang dimiliki oleh pejabat
atau institusi.24
Menurut H.D Stout wewenang adalah pengertian yang berasal dari
hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai
seluruh aturan-atura yang berkenaan dengan perolehan dan
penggunaan wewenang-wewenang pemerintahan oleh subjek
hukum publik didalam hubungan hukum publik.25
23Ibid, hlm.
24
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, ), hlm.
25Ibid, hlm.
Penyelenggaraan Negara baik eksekutif dan juga legislatif harus
memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang. Pemerintah dalam melakukan suatu tindakan harus berdasarkan
hukum yang ada, dan hukum tersebut merupakan pembatas bagi setiap
tindakan pemerintah agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang.
Berdasarkan definisi kewenangan tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa kewenangan merupakan suatu hak yang dimiliki
oleh seorang pejabat atau institusi yang beritindak menjalankan
kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Indroharto, mengemukakan tiga macam kewenangan yang
bersumber dan peraturan perundang-undangan. Kewenangan itu,
meliputi: atribusi, delegasi dan mandat.26
Atribusi ialah pemberian kewenangan oleh pembuat undang-
undang sendiri kepada suatu organ pemerintahan, baik yang sudah ada
maupun yang baru sama sekali. Legislator yang kompeten untuk
memberikan atribusi wewenang itu, dibedakan antara:
. Yang berkedudukan sebagai original legislator di tingkat pusat
adalah MPR sebagai pembentuk konstitusi (konstituante) dan
DPR bersama sama pemerintah sebagai yang melahirkan suatu
undang-undang, dan di tingkat daerah adalah DPRD dan
pemerintah daerah yang melahirkan peraturan daerah;
. Yang bertindak sebagai delegated legislator, seperti presiden
yang berdasarkan pada suatu ketentuan undang-undang
mengeluarkan peraturan pemerintah di mana diciptakan
26
Indroharto, Usaha Memahami Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
(Jakarta: Pustaka Harapan, ), hlm.
wewenang-wewenang pemerintahan kepada Badan atau Jabatan
TUN tertentu.27
Delegasi adalah penyerahan wewenang yang dipunyai oleh organ
pemerintahan kepada organ yang lain. Dalam delegasi mengandung suatu
penyerahan, yaitu apa yang semula kewenangan si A, untuk selanjutnya
menjadi kewenangan si B. Kewenangan yang telah diberikan oleh
pemberi delegasi selanjutnya menjadi tanggung jawab penerima
wewenang.28
Mandat diartikan sebagai tidak terjadi suatu pemberian wewenang
baru maupun pelimpahan wewenang dan Badan atau Pejabat TUN yang
satu kepada yang lain. Tanggung jawab kewenangan atas dasar mandat
masih tetap pada pemberi mandat, tidak beralih kepada penerima
mandat.29
. Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual merupakan suatu kerangka yang didasarkan
pada suatu peraturan perundang undangan tertentu dan juga berisikan
defenisi-defenisi yang dijadikan pedoman dalam penulisan proposal skripsi
ini. Untuk itu akan menguraikan secara ringkas tentang maksud dari
pemilihan judul dalam proposal skripsi ini, sebagai berikut:
. Analisis
Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya, pemecahan persoalan yang
27
Ibid
28
Ibid, hlm.
29
Ibid
dimulai dengan dugaan akan kebenarannya serta penjabaran sesudah
dikaji sebaik-baiknya.30
Menurut Robert J. Schreiter pengertian analisis
adalah membaca teks yang melokalisasikan berbagai tanda dan
menempatkan tanda-tanda tersebut dalam interaksi yang dinamis, dan
pesan-pesan yang disampaikan.31
. Perbedaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perbedaan berasal dari
kata dasar beda yang berarti sesuatu yang menjadikan berlainan (tidak
sama) atau berarti ketidaksamaan, sedangkan perbedaan diartikan sebagai
perihal yang berbeda; perihal yang membuat berbeda.32
. Kewenangan
Menurut kamus besar bahasa indonesia, kata wewenang disamakan
dengan kata kewenangan, yang diartikan sebagai hak dan kekuasaan
untuk bertindak, kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan
melimpahkan tanggung jawab kepada orang/badan lain.33
Berdasarkan definisi kewenangan di atas, penulis berpendapat
bahwa kewenangan merupakan suatu hak yang dimiliki oleh seorang
pejabat atau institusi yang bertindak menjalankan kewenangannya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
. Dewan Perwakilan Daerah
30
http://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-analisis.html, akses Oktober 31
Ibid 32
https://kbbi.web.id/beda, akses Oktober
33Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga, (Jakarta: PT. Balai Pustaka (Persero), ), hlm.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun
sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor Tahun
Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dalam Pasal Angka ditentukan bahwa “Dewan Perwakilan
Daerah yang selanjutnya disingkat DPD adalah Dewan Perwakilan
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun .
Kewenangannya Dewan Perwakilan Daerah diatur dalam Pasal
D Undang-Undang Dasar Tahun menyatakan sebagai berikut:
. Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat rancangan undang- undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
. Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat
dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah;
serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat atas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan dan agama.
. Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang mengenai : otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta
menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti.
Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah ini kemudian
dipertegas oleh Undang-Undang Nomor Tahun tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor Tahun tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Disebutkan
dalam pasal ayat ( ) sebagai berikut:
a. Mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah
kepada DPR;
b. Ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c. Menyusun dan menyampaikan daftar inventaris masalah
rancangan undang-undang yang berasal dari DPR atau Presiden
yang berkaitan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf
a;
d. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-
undang tentang APBN dan rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
e. Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya
alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN,
pajak, pendidikan, dan agama;
f. Menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-
undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran,
dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan undang-undang APBN, pajak, pendidikan,
dan agama kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti;
g. Menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari BPK
sebagai bahan membuat pertimbangan kepada DPR tentang
rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan APBN;
h. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan
anggota BPK;
i. Menyusun program legislasi nasional yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah; dan
j. Melakukan pemantauan dan evaluasi atas rancangan peraturan
daerah dan peraturan daerah.
. Dewan Perwakilan Rakyat
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun
sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor Tahun
Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dalam Pasal Angka ditentukan bahwa “Dewan Perwakilan
Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR adalah Dewan Perwakilan
Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun .
Berdasarkan Pasal Ayat Undang-Undang Dasar Tahun
ditentukan bahwa “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk undang-undang”. Selanjutnya dalam Pasal A ditentukan
bahwa “Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan.”
. Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Sistem Ketatanegaraan Indonesia dilaksanakan berdasarkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun . Dalam
Pasal Ayat ( ) mengamanatkan bahwa “kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Selain itu,
berdasarkan Pancasila maka dianut pula prinsip kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Sehingga untuk melaksanakan kedaulatan rakyat berdasarkan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, perlu diwujudkan lembaga perwakilan
rakyat dan lembaga perwakilan daerah yang mampu mengejewantahkan
nilai-nilai demokrasi serta dapat menyerap dan memperjuangakan
aspirasi rakyat, termasuk kepentingan daerah, agar sesuai dengan
tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Amandemen UUD dilakukan sebanyak tahap pada periode
- . Perubahan ini akhirnya berimplikasi juga terhadap lembaga
perwakilan di Indonesia. Salah satu gagasan fundamental yang sudah
diadopsi yaitu anutan prinsip pemisahan kekuasaan (separation of power)
dengan segala implikasinya. Dalam perubahan pertama dan kedua UUD
Pasal ayat ( ) kekuasaan untuk membentuk undang-undang
(UU) itu ditegaskan berada ditangan DPR, sedangkan Presiden menurut
Pasal ayat ( ) ditentukan hanya berhak mengajukan rancangan undang-
undang (RUU) kepada DPR. Perubahan ini menegaskan terjadinya
pergeseran kekuasaan legislatif dari Presiden ke DPR, dengan
konsekuensi berubah pula pengertian tentang anutan prinsip pembagian
kekuasaan menjadi pemisahan kekuasaan.34
F. Tinjauan Pustaka
34
Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi,
(Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, ), hlm, .
. Skripsi yang di susun oleh Ahmad Rosidi ini yang berjudul tentang “
kewenangan dewan Perwakilan Daerah dalam sistem ketatanegaraan
republik indonesia berdasarkan undang-undang dasar negara republik
indonesia tahun ” menyatahkan bahwa adanya pembatas terhadap
bentuk kewenangan dibidang legislasi tersebut, yaitu hanya terhadap
mengajukan rancangan undang-undang, ikut membahas, dan memberikan
pertimbangan, adalah jelas merupakan penyimpangan dari status dan kondisi
yang dikehendaki dari pembentukan Dewan Perwakilan Daerah yang
merupakan lembaga perwakilan; Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah
dalam pembentkan undang-undang sangat lemah. Artinya bentuk
Kewenangan yang melekat pada dewan perwakilan daerah tersebut hanya
terbatas pada kegiatan untuk mengajukan rancangan undang-udang, ikut
membahas, dan memberikan pertimbangan, tetapi tidak di beri kewenangan
untuk ikut memutuskan rancangan undang-undang. Bagaimana yang dapat
diterima untuk dijadikan sebagai undang-undang, sehingga dengan
pengaturan yang demikian tersebut agar Kedudukan Dewan Perwakilan
Daerah lebih kuat, maka kedepannyan DPD harus diberi Kewenangan ikut
menetapkan undang-undang khususnya yang menjadi Kewenangan Dewan
Perwakilan Daerah seperti yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan, dan pemekaran, serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah. Sehingga DPD akan mampu
memposisikan dirinya sebagai lembaga legislatif wakil dari daerah untuk
menyalurkan aspirasi dan kepentingan-kepentingan daerah secara optimal.35
. Skripsi yang disusun oleh Afandi Ranriady yang berjudul tentang”Implikasi
Hukum Terhadap Kewenangan dan Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia Pasca Putusnya Mahkamah Konstitusi” yang
menyimpulkan bahwa semangat MK untuk meletakkan kontruksi legislasi
dengan mengembalikan kewenangan DPD sejalan dengan amanat UUD
patut diapresiasi. Berdasarkan putusan mahkamah konstitusi Nomor /PUU-
X/ maka hubungan DPR, DPD dan presiden dalam pembentukan
undang-undang didudukan kembali wewenangnya oleh mahkamah konstitusi.
Dengan demikian DPD dapat mengartikulasikan dan mengagregasikan
kepentingan daerah dalam proses kebijakan nasional yang berkaitan dengan
daerah. Para anggota DPD mempunyai kesempatan untuk melakukan
trasformasi asfirasi dan mandat masyarakat menjadi produk kebijakan
nasional. Marwah itulah yang ssepertinya masuk kedalam relung batin
keadailan hakim kostitusi. Kemudian muncul tekad mempertegas batas-batas
kekuasaan dan wewenang lembaga-lembaga negara dan menepatkan
berdasarkan fungsi-fungsi penyelenggara negara berdasar check and
balances.36
G. Metode Penelitian
35
Ahmad Rosidi. Kewenagan Dewan Perwakilan Daerah dalam sistem ketatanegaraan
republik indonesia berdasarkan undang-undang dasar negera republik indonesia tahun ,
Skripsi Universitas Mataram, ( ), hlm.
36Arfandy ranriady, ‘’implikasi hukum terhadap kewenangan dan kedudukan dewan
perwakilan daerah republik indonesia pasca putusan mahkamah konstitusi, Skripsi Universitas
Hasanuddin Makasar, ( ), hlm.
. Tipe Penelitian
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian hukum normatif
(yuridis normatif) yaitu suatu proses untuk menemukan aturan hukum,
prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu
hukum yang dihadapi mengenai analisis perbedaan Kewenangan Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia.37
. Pendekatan Penelitian
Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan.Ada lima
pendekatan dalam penelitian hukum,pendekatan-pendekatan yang
digunakan di dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-
undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach),
pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif
(comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual
approach).38
Dilihat dari kajian hukum yang diangkat dari penelitian ini, yaitu
mengenai analisis perbedaan Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, maka
metode pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan undang-
undang (statute approach). Pendekatan undang-undang dilakukan dengan
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang berkaitan dengan isu
hukum yang diteliti.
Untuk lebih mendalami permasalahan yang diteliti, maka selain
menggunakan pendekatan undang-undang (statute approach), dalam
penelitian ini juga digunakan pendekatan konseptual (conceptual approach).
37
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cetakan ke- ,(Jakarta: Kencana, ),
hlm. 38
Ibid, hlm.
Pendekatan konseptual dilakukan dengan mempelajari pandangan-
pandangan, doktrin-doktrin, asas-asas serta teori-teori yang berkembang di
dalam ilmu hukum yang mempunyai relevansi dengan masalah yang diteliti.
. Pengumpulan Bahan Hukum
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, maka bahan
utama yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah data sekunder, yaitu
bahan-bahan hukum yang bersumber dari kepustakaan (penelitian
kepustakaan). Adapun penelitian bahan-bahan hukum yang digunakan
dalam penelitian kepustakaan ini antara lain adalah:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yakni dengan mempelajari peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah yang akan
ditulis yaitu:
. Undang-Undang Dasar Tahun
. Undang-Undang Nomor Tahun Tentang tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor Tahun tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
. Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, diantaranya diperoleh dengan
mempelajari literatur, berupa publikasi yang bukan merupakan dokumen-
dokumen resmi, meliputi buku-buku hukum, hasil penelitian, jurnal
hukum, berbagai website alamat di internet, majalah/koran, skripsi,
thesis, dan disertasi.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu berupa bahan yang memberikan
definisi, petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder, meliputi kamus umum dan kamus hukum.
. Analisis Bahan Hukum
Analisis yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan cara:
a. Menginterpretasikan semua peraturan perundang-undangan sesuai
masalah yang dibahas.
b. Menilai bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
c. Mengevaluasi peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan proposal skripsi ini ditulis dalam rangkaian yang
sistematis, antara bagian-bagian di dalamnya satu dengan yang lainnya saling
berkaitan erat. Guna memberikan gambaran umum hasil proposal skripsi ini
maka penulis membagi empat bagian yang terdiri atas empat bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini disajikan mengenai latar belakang yang merupakan
dasar pemikiran yang mencakup: Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Dan Manfaat
Penelitian, Kerangka Teori dan Konseptual, Tinjauan Pustaka,
Metode Penelitan serta Sistematika Penulisan
BAB II TEORI KEWENANGAN, LEMBAGA PERWAKILAN,
DEMOKRASI, DAN PEMILIHAN UMUM
Pada bab ini memuat uraian tentang teori kewenangan, lembaga
perwakilan, demokrasi dan pemilihan umum yang akan
menguraikan pengertian dan asas-asas.
BAB III SEKILAS TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH
DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Pada bab ini akan menguraikan tentang Dewan Perwakilan
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat yang terdiri dari
pengertian dan kewenangan dalam hal tugas dan fungsi.
BAB IV ANALISIS PERBEDAAN KEWENANGAN DEWAN
PERWAKILAN DAERAH DAN DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
INDONESIA
Pada bab ini akan menguraikan pembahasan dengan
menganalisis perbedaan dan sebab dan akibat perbedaan antara
kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Daerah.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
yang berkenaan dengan pembahasan.
BAB II
TEORI KEWENANGAN, LEMBAGA PERWAKILAN, DEMOKRASI,
DAN PEMILIHAN UMUM
A. Teori Kewenangan
Berdasarkan kamus besar bahasa indonesia, kata wewenang disamakan
dengan kata kewenangan, yang diartikan sebagai hak dan kekuasaan untuk
bertindak, kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan
tanggung jawab kepada orang/badan lain.
Menurut Prajudi Atmosudirdjo, menyatakan bahwa:
Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan
yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberi oleh undang-undang) atau
dari kekuasaan eksekutif administratif. Kewenangan yang biasanya
terdiri dari beberapa wewenang adalah kekuasaan terhadap segolongan
orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan.39
Menurut Ridwan HR, menyatakan bahwa:
Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang
dimiliki seorang pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku,
dengan demikiankewenangan juga menyangkut kompetensi tindakan
hukum yang dapat dilakukan menurut kaedah-kaedah formal, jadi
kewenangan merupakan kekuasaan formal yang dimiliki oleh pejabat
atau institusi.40
Dalam literatur ilmu salah satunya ilmu hukum sering ditemukan
istilah kekuasaan, kewenangan, dan wewenang. Kekuasaan sering disamakan
begitu saja dengan kewenangan, dan kekuasaan sering dipertukarkan dengan
istilah kewenangan, demikian pula sebaliknya. Bahkan kewenangan sering
disamakan juga dengan wewenang. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan
39
Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta : Ghalia Indonesia, ),
hlm . 40
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara .....
dalam arti bahwa “ada satu pihak yang memerintah dan pihak lain yang
diperintah” (the rule and the ruled).41
Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan
yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh undang-undang, sedangkan
wewenang hanya mengenai suatu “onderdeel” (bagian) tertentu saja dari
kewenangan. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang (rechtsbe
voegdheden). Wewenang merupakan lingkup tindakan hukum publik, lingkup
wewenang pemerintahan, tidak hanya meliputi wewenang membuat keputusan
pemerintah (bestuur), tetapi meliputi wewenang dalam rangka pelaksanaan
tugas, dan memberikan wewenang serta distribusi wewenang utamanya
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.42
Secara yuridis, pengertian wewenang adalah kemampuan yang
diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk menimbulkan akibat-
akibat hukum, Pengertian wewenang menurut H.D. Stoud adalah:
“Bevoegheid wet kan worden omscrevenals het geheel van
bestuurechttelijke bevoegdheden door publiekrechtelijke
rechtssubjecten in het bestuurechttelijke rechtsverkeer”. (wewenang
dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan
dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintah oleh subjek
hukum publik dalam hukum publik).43
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat terjadi kekuasaan yang
tidak berkaitan dengan hukum, sedangkan kekuasaan yang berkaitan dengan
hukum sebagaimana dikemukakan oleh Max Weber disebut sebagai wewenang
rasional atau legal, yakni wewenang yang berdasarkan suatu sistem hukum ini
41
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik ....., hlm. 42
Jimly Asshiddiqiie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara ...., hlm. 43
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara ....., hlm.
dipahami sebagai suatu kaidah-kaidah yang telah diakui serta dipatuhi oleh
masyarakat dan bahkan yang diperkuat oleh Negara.44
Sehingga dapat dikemukakan bahwa Kewenangan merupakan
kekuasaan formal yang berasal dari undang-undang, sedangkan wewenang
adalah suatu spesifikasi dari kewenangan, artinya barang siapa/subyek hukum
yang diberikan kewenangan oleh undang-undang, maka ia berwenang untuk
melakukan sesuatu yang tersebut dalam kewenangan itu.
Kekuasaan memiliki makna yang sama dengan wewenang karena
kekuasaan yang dimiliki oleh Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif adalah
kekuasaan formal. Kekuasaan merupakan unsur esensial dari suatu Negara
dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di samping unsur-unsur lainnya,
yaitu:
a. hukum
b. Kewenangan (wewenang)
c. Keadilan
d. Kejujuran
e. Kebijakbestarian, dan
f. Kebijakan.45
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang
manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain
sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu sesuai dengan keinginan dan tujuan
dari orang atau Negara, Kekuasaan merupakan inti dari penyelenggaraan
Negara agar Negara dalam keadaan bergerak (de staat in beweging) sehingga
44
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik ....., hlm. 45
Jazim Hamidi, dkk, Teori dan Politik Hukum Tata Negara, (Yogyakarta : Total Media,
), hlm.
Negara itu dapat berkiprah, bekerja, berkapasitas, berprestasi, dan berkinerja
melayani warganya. Oleh karena itu Negara harus diberi kekuasaan. 46
Agar kekuasaan dapat dijalankan maka dibutuhkan penguasa atau organ
sehingga Negara itu dikonsepkan sebagai himpunan jabatan-jabatan dimana
jabatan-jabatan itu diisi oleh sejumlah pejabat yang mendukung hak dan
kewajiban tertentu berdasarkan konstruksi subyek kewajiban.
Sebagaimana dikemukakan soleh Indroharto, bahwa wewenang
diperoleh secara atribusi, delegasi, dan mandat, yang masing-masing dijelaskan
sebagai berikut:
Wewenang yang diperoleh secara atribusi, yaitu pemberian wewenang
pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan. Jadi, disini dilahirkan/diciptakan suatu wewenang
pemerintah yang baru. Pada delegasi terjadilah pelimpahan suatu
wewenang yang telah ada oleh Badan atau Jabatan TUN yang telah
memperoleh suatu wewenang pemerintahan secara atributif kepada
Badan atau Jabatan TUN lainnya. Jadi, suatu delegasi selalu didahului
oleh adanya sesuatu atribusi wewenang. Pada mandat, disitu tidak
terjadi suatu pemberian wewenang baru maupun pelimpahan wewenang
dari Badan atau Jabatan TUN yang satu kepada yang lain.47
Selanjutnya menurut Philipus M. Hadjon, mengatakan bahwa setiap
tindakan pemerintahan disyaratkan harus bertumpu atas kewenangan yang sah.
Kewenangan itu diperoleh melalui tiga sumber, yaitu atribusi, delegasi, dan
mandat.48
Kewenangan atribusi lazimnya digariskan melalui pembagian
kekuasaan negara oleh undang-undang dasar, sedangkan kewenangan delegasi
dan mandat adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan.49
46
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik ....., hlm. 47
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang ...., hlm. 48
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara ....., hlm. 49
Ibid, hlm.
Pada dasarnya membuat perbedaan antara delegasi dan mandate adalh
dalam hal delegasi mengenai prosedur pelimpahannya berasal dari
suatu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan yang lainnya
dengan peraturan perundang-undangan, dengan tanggung jawab dan
tanggung gugat beralih ke delegataris. Pemberi delegasi tidak dapat
menggunakan wewenang itu lagi, kecuali setelah ada pencabutan
dengan berpegang dengan asas ”contrarius actus”. Artinya, setiap
perubahan, pencabutan suatu peraturan pelaksanaan perundang-
undangan, dilakukan oleh pejabat yang menetapkan peraturan
dimaksud, dan dilakukan dengan peraturan yang setaraf atau yang lebih
tinggi. Dalam hal mandat, prosedur pelimpahan dalam rangka
hubungan atasan bawahan yang bersifat rutin. Adapun tanggung jawab
dan tanggung gugat tetap pada pemberi mandat. Setiap saat pemberi
mandat dapat menggunakan sendiri wewenang yang dilimpahkan itu.50
Dalam hukum tata negara mengenai lembaga Negara sebagaimana
dikemukakan oleh Bagir Manan, menyatakan bahwa:
Dalam Hukum Tata Negara, kekuasaan menggambarkan hak untuk
berbuat atau tidak berbuat. Wewenang mengandung arti hak dan
kewajiban. Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak
melakukan tindakan tertentu atau menuntut pihak lain untuk melakukan
tindakan tertentu. Kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau
tidak melakukan tindakan tertentu Dalam hukum administrasi negara
wewenang pemerintahan yang bersumber dari peraturan perundang-
undangan diperoleh melalui cara-cara yaitu atribusi, delegasi dan
mandat.51
Berdasarkan pengertian di atas bahwa kewenangan lembaga Negara
dalam hal ini adalah Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) yang kewenangannya merupakan kewenangan atribusi karena
terjadinya pemberian wewenang oleh suatu ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan. Atribusi kewenangan dalam peraturan perundang-
undangan adalah pemberian kewenangan membentuk peraturan perundang-
undangan yang pada puncaknya diberikan oleh UUD atau UU kepada
50
Ibid, hlm. 51
Bagir Manan, DPR, DPD, dan MPR ....., hlm.
suatu lembaga negara atau pemerintah. Kewenangan tersebut melekat terus
menerus dan dapat dilaksanakan atas prakarsa sendiri setiap diperlukan.
B. Lembaga Perwakilan
. Teori lembaga perwakilan
Lembaga perwakilan adalah cara yang sangat praktis untuk
memungkinkan anggota masyarakat menerapkan pengaruhnya terhadap
orang-orang yang menjalankan tugas kenegaraan.52
Menurut Abu Daud Busroh ada beberapa teori lembaga perwakilan
antara lain:
a. Teori Mandat
Dalam teori mandat bahwa wakil dianggap duduk di lembaga
perwakilan karena mendapat mandat dari rakyat sehingga disebut
mandataris. Lahirnya teori mandat disebut sebagai:
) Mandat Imperatif
Menurut ajaran ini si wakli bertugas dan bertindak di Lembaga
Perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh yang
diwakilinya.
) Mandat Bebas
Bahwa si wakil dapat bertindak tanpa tergantung dari instruksi
yang diwakilinya
) Mandat represantive
Wakil dianggap bergabung dalam suatu lembaga perwakilan
(parlemen). Rakyat memilih dan memberikan mandate pada
lembaga perwakilan (parlemen), sehingga si wakil sebagai
individu tidak ada hubungan dengan pemiliknya apalagi
pertanggungjawabannya. lembaga perwakilan (parlemen) inilah
yang bertanggung jawab kepada rakyat.53
b. Teori Organ
52
Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, (Jakarta: Bumi Aksara, ), hlm. 53
Ibid, hlm. -
Menurut teori ini Negara merupakan suatu organism yang
mempunyai alat-alat perlengkapannya seperti eksekutif, parlemen dan
mempunyai rakyat yang kesemuanya mempunyai fungsi sendiri-sendiri
dan saling tergantung satu sama lain.54
c. Teori sosiologi
Menurut teori ini lembaga perwakilan bukan merupakan bangunan
politis tetapi merupakan bangunan masyarakat (sosial).55
d. Teori hukum obyektif
Menurut teori ini dasar daripada hubungan antara rakyat dan parlemen
adalah solidaritas. Wakil rakyat dapat melaksanakan tugas kenegaraan
hanya atas nama rakyat sedangkan rakyat tak akan dapat melaksanakan
tugas-tugas kenegaraannya tanpa mendukung wakilnya dalam
menentukan wewenang pemerintah jadi ada pembagian kerja, rakyat
pasti akan memilih wakilnya dan parlemen pasti akan menjalankannya.56
e. Teori Gilbet Abcarian
Menurut Gilbert Abcarian ada tipe mengenai hubungan antara si
wakil dengan yang diwaklinya yaitu:
) Si wakil bertindak sebagai wali
) Si wakil bertindak sebagai utusan
) Si wakil bertindak sebagai politico
) Si wakil bertindak sebagai partisan.57
f. Teori Prof DR. A. Hoogerwerf
Menurut teori Prof DR. A. Hoogerwerf, hubungan antara wakil
dengan yang diwakilnya ada model yaitu:
54
Ibid 55
Ibid, hlm. 56
Ibid, hlm. 57
Ibid, hlm.
) Model delegate (utusan)
) Model trustee (wakil)
) Model Politicas
) Model kesatuan
) Model diversifikasi (penggolongan).58
. Fungsi lembaga perwakilan
Lembaga perwakilan yang disebut parlemen menurut Abu Daud Busroh
umumnya mempunyai tiga fungsi yaitu:
a. Fungsi Perundang-Undangan
Fungsi perundang-undangan yang dimaksud adalah fungsi dalam
membentuk aturan hukum dalam bentuk membuat dan mengesahkan
peraturan perundang-undangan
b. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan adalah fungsi yang dijalankan oleh parlemen
untuk mengawasi eksekutif agar berfungsi menurut Undang-Undang
yang dibentuk oleh parlemen. Untuk melaksanakan fungsi ini parlemen
diberi beberapa hal antara lain:
) Hak bertanya
) Hak Interpelasi (minta keterangan)
) Hak angket (mengadakan penyelidikan)
) Hak mosi
) Hak amandemen (mengadakan perubahan).59
c. Sarana Pendidikan Politik
Fungsi atau peranan edukatif yaitu dalam pendidikan politik. Melalui
pembahasan-pembahasan kebijaksanaan pemerintah di DPR, dan dibuat
dan ditulis oleh media massa, rakyat mengikuti persoalan yang
menyangkut kepentingan umum dan menilai menurut kemampuan
58
Ibid, hlm. - 59
Ibid, hlm.
masing-masing dan secara tak langsung mereka di didik ke arah warga
Negara yang sadar akan hak dan kewajibannya.60
C. Demokrasi
Demokrasi merupakan sebuah konsep yang berarti pemerintahan
dimana kekuasaan tertinggi (atau kedaulatan) ada di tangan rakyat atau sering
juga dikatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat atau
pemerintahan mayoritas. Salah satu defenisi demokrasi yang paling umum,
bahwa demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat di mana kekuasaan tertinggi
di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil
yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa
pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah- masalah
pokok yang mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan
negara karena kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat.61
Konsep-konsep demokrasi terdiri atas sebagai berikut:
a. Demokrasi Konstitusonal
Ciri khas dari demorkasi konstitusional adalah gagasan bahwa
pemerintah yang demokratis adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya
dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap warga
negaranya. Kekuasaan negara dibagi sedemikian rupa sehingga
60
Ibid, hlm. 61
Deliar Noer. Pengantar ke Pemikiran Politik, (Jakarta: CV Rajawali, ), hlm.
kesempatan penyalahgunaan diperkecil, yaitu dengan cara menyerahkan ke
beberapa orang atau badan dan tidak memusatkan kekuasaan pemerintah
dalam suatu tangan atau suatu badan.62
b. Demokrasi yang Bersandar atas Paham Komunisme
Dalam pandangan kelompok aliran demokrasi yang bersandarkan
paham komunisme selalu bersikap ambivalen terhadap Negara. Negara
dianggapnya sebagai suatu alat pemaksa yang akhirnya akan lenyap
sendiri dengan munculnya masyarakat komunis. Negara tak lain tak bukan
hanyalah mesin yang dipakai oleh satu kelas untuk menindas kelas lain, dan
negara hanya merupakan suatu lembaga transisi yang dipakai dalam
perjuangan untuk menindas lawan-lawan dengan kekerasan. Mereka
menambahkan negara akan lenyap ketika komunisme telah tercapai karena
tidak ada lagi yang tertindas.63
c. Demokrasi rakyat
Demokrasi rakyat adalah bentuk khusus demokrasi yang memenuhi
fungsi dictator prolenter. Bentuk khusus ini tumbuh dna berkembang di
Negara-negara Eropa Timur.64
62
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik....., hlm. 63
Ibid, hlm.
64
Ibid, hlm.
Menurut Nurcholis Madjid, yang menjadi pandangan hidup demokrasi
haruslah didasari atas (tujuh) normas sebagai berikut:
. Kesadaran atas Pluralisme
Masyarakat sudah dapat memandang secara positif kemajemukan dan
keberagaman dalam masyarakat, serta telah mampu
mengelaborasikan ke dalam sikap tindak secara kreatif.
. Musyawarah
Korelasi prinsip ini adalah kedewasaan untuk menerima bentuk-
bentuk kompromi dengan bersikap dewasa dalam mengemukakan
pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, menerima perbedaan
pendapat dan kemungkinan mengambil pendapat yang lebih baik
. Pemufakatan yang jujur dan sehat
Prinsip masyarakat demokrasi dituntut untuk menguasai dan
menjalankan seni pemusyawaratan yan jujur dan sehat itu guna
mencapai pemufakatan yang juga jujur dan sehat, bukan pemufakatan
yang dicapai melalu intrik-intrik yang curang, tidak sehat atau yang
sifatnya melalui konspirasi
. Kerjasama
Prinsip kerjasama antar warga dalam masyarakat dan sikap saling
mempercayai itikad baik masing-masing, kemudian jalinan dukung-
mendukung secara fungsional antar berbagai unsure kelembagaan
kemasyarakatan yang ada, merupakan segi penunjang efisiensi untuk
demokrasi.
. Pemenuhan segi-segi ekonomi
Untuk mendukung hadirnya sutiasi demokrasi dalam masyarakat
sangat perlu memperhatikan pemenuhan segi-segi ekonominya
terutama pemenuhan kebutuhan terhadap keperluan pokok, yaitu
sandang, pangan dan papan. Pemenuhan kebutuhan ekonomi harus
pula merpertimbangkan aspek keharmonisan dan keteraturan sosial
. Pertimbangan moral
Pandangan hidup demokrasi mewajibkan adanya keyakinan bahwa
cara berdemokrasi haruslah sejalan dengan tujuan. Bahkan
sesungguhnya klaim ats suatu tujuan yang baik haruslah diabsahkan
oleh kebaikan cara yang ditempuh untuk meraihnya
. Sistem pendidikan yang menunjang
Pendidikan demokrasi selama ini pada umumnya masih terbatas pada
usaha indoktrinisasi dan penyuapan konsep-konsep secara verbalistik.
Terjadinya diskrepansi (jurang pemisah) antara das sein dan das
sollen dalam konteks ini ialah akibat dari kuatnya budya
“menggurui” dalam masyarakat, sehingga verbalisme yang
dihasilkannya juga menghasilkan kepuasan tersendiri dan membuat
yang bersangkutan merasa telah berbuat sesuatu dalam penegakan
demokras hanya karena telah berbicara tanpa prilaku.65
Dalam pandangan lain, demokrasi sebagai suati gagasan politik
merupakan paham yang universal sehingga di dalmnya terkandung beberapa
elemen sebagai berikut:
. Penyelenggara kekuasaan berasal dari rakyat
. Setiap pemegang jabatan yang dipilih oleh rakyat harus dapat
mempertanggung jawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah
ditempuhnya
. Diwujudkan secara langsung maupun tidak langsung
. Rotasi keuasaan dari seseorang atau kelompok ke orang lain atau ke
kelompok yang lainnya, dalam demokrasi peluang akan terjadinya
rotas kekuasaan harus ada, dan dilakukan secara teratur dan damai
. Adanya proses pemilu, dalam Negara demokratis pemilu dilakukan
secara teratur dalam menjamin hak politik rakyat untuk memilih dan
dipilih
. Adanya kebebasan sebagai HAM, menikmati hak-hak dasar, dalam
demokrasi setiap warga masyarakat dapat menikmati hak-hak
dasarnya secara bebas, seperti hak untuk menyatakan pendapat,
berkumpul dan berserikat dan lain-lain.66
Untuk menjalankan demokrasi tentunya diperlukan berbagai lembaga
yang dapat melaksanakan nilai-nilai tersebut, yaitu:
. Suatu pemerintah yang bertanggung jawab
. Suatu dewan perwakilan rakyat yang dapat mewakili golongan-
golongan dan kepentingan-kepentingan dalam masyarakat yang dipilih
dengan pemilihan umum yang bebas dan rahasia dan atas dasar
sekurang-kurangnya dua calon untuk setiap kursi
. Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik
. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat
. Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak asasi dan
mempertahankan keadilan67
65Jimli Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia ....., hlm.
66
Afan Gaffar, Politik Indonesia; Transisi Menuju Demokrasi,( Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, ), hlm.
67
Ibid, hlm.
Demikian tersebut di atas merupakan landasan mekanisme keuasaan
dalam konsepsi demokrasi, yang mendasarkan pada prinsip persamaan dan
kesederajatan manusia.
D. Pemilihan Umum
. Pengertian Pemilihan Umum
Dalam negara demokrasi, pemilu adalah salah satu bentuk syarat
mutlak yang harus dipenuhi. Pelaksanaan pemilu yang luber dan jurdil pun
memerlukan partisipasi aktif masyarakat. Pelaksanaan pemilu yang baik
melahirkan harapan yang lebih baik akan masa depan demokrasi bangsa.
Pemilu pada hakikatnya merupakan proses ketika rakyat sebagai pemegang
kedaulatan memberikan mandat kepada para calon pemimpin untuk menjadi
pemimpinnya.
Pemilu adalah salah satu ciri yang harus ada pada negara demokrasi.
Dengan demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat
dalam kehidupan bernegara, yaitu dengan jalan memilihwakil-
wakilnya yang pada gilirannya akan mengendalikan roda
pemerintahan.Hasil pemilihan umum yang diselengarakan dalam
suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan
berserikat, dianggap mencerminkan dengan cukup akurat
mencerminkan aspirasi dan partisipasi masyarakat.68
Menurut Harris G.Warren, pemilu adalah kesempatan bagi para warga
Negara untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah dan memutuskan apakah
yang mereka inginkan untuk dikerjakan oleh pemerintah. Dan dalam
membuat keputusannya itu para warga negara menentukan apakah
sebenarnya yang mereka inginkan untuk dimiliki.69
68
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik ....., hlm. 69
Ramlan Surbakti.Memaham Ilmu Politik. (Jakarta: Grasindo, ), hlm.
Pengertian Pemilihan Umum dalam studi politik, pemilihan umum
dapat dikatakan sebagai sebuah aktivitas politik dimana pemilihan
umum merupakan lembaga sekaligus juga praktis politik yang
memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan,
Seperti yang telah dituliskan di atas bahwa di dalam negara
demokrasi, maka pemilihan umum merupakan salah satu unsur yang
sangat vital, karena salah satu parameter mengukur demokratis
tidaknya suatu negara adalah dari bagaimana perjalanan pemilihan
umum yang dilaksanakan oleh negara tersebut. Demokrasi adalah
suatu bentuk pemerintahan oleh rakyat.70
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemilu
merupakan suatu cara menentukan wakil-wakil yang akan menjalankan roda
pemerintahan dimana pelaksanaan pemilu harus disertai dengan kebebasan
dalam arti tidak mendapat pengaruh maupun tekanan dari pihak manapun
juga. Semakin tinggi tingkat kebebasan dalam pelaksanaan pemilu maka
semakin baik pula penyelenggaraan pemilu. Demikian juga sebaliknya,
semakin rendah tingkat kebebasan maka semakin buruk pula
penyelenggaraan pemilu. Hal ini menimbulkan anggapan yang menyatakan
bahwa semakin banyak rakyat yang ikut pemilu maka dapat dikatakan pula
semakin tinggi kadar demokrasi yang terdapat dalam menyelenggarakan
pemilu.
Pemilu menjadi bagian penting dari sejarah panjang perjalanan bangsa
Indonesia. Sejak Indonesia merdeka hingga saat ini, kita telah berkali-kali
berhasil melaksanakan penyelenggaraan pemilu dengan segala kompleksitas
dan dinamika yang mengiringi prosesnya. Pemilu yang demokratis sejatinya
harus selalu melibatkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
70
Ibid, hlm.
sebagaimana isi konstitusi bukan hanya sebagai objek tapi juga sebagai
subjek pemilu demi menjamin integritas penyelenggara dan proses pemilu.
Sebagai suatu bentuk implementasi dari demokrasi, pemilihan umum
selanjutnya berfungsi sebagai wadah yang menyaring calon-calon
wakil rakyat ataupun pemimpin negara yang memang benar-benar
memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk dapat mengatasnamakan
rakyat. Selain daripada sebagai suatu wadah yang menyaring wakil
rakyat ataupun pemimpin nasional, pemilihan umum juga terkait
dengan prinsip negara hukum (Rechtstaat), karena melalui pemilihan
umum rakyat dapat memilih wakil-wakilnya yang berhak
menciptakanproduk hukum dan melakukan pengawasan atau
pelaksanaan kehendak-kehendak rakyat yang digariskan oleh wakil-
wakil rakyat tersebut.71
Dalam sistem politik, pemilihan umum bermakna sebagai saran
penghubung antara infrastruktur politik dengan suprastruktur politik,
sehingga memungkinkan terciptanya pemerintahan dari oleh dan untuk
rakyat.
. Asas-asas Pemilihan Umum
Adapun asas-asas dalam pemilihan umum untuk terciptanya sistem
demokrasi yang nyata dan politik yang sehat dapat dijelaskan sebagai
berikut:
. Asas Langsung
Yaitu rakyat dapat memilih langsung calon pemimpin yang sesuai
dengan pikiran dan hati tanpa bisa diwakili siapapun. Bagi seseorang
yang menderita sakit dapat langsung memberikan suaranya
dikediamannya dengan pengawasan dari pihk panitia agar kertas yang
telah menjadi hak pilihnya tidak diselewengkan atau dibuat curang.
. Asas Umum
Yaitu pemilihan umum berlaku bagi siap saja tidak memandang jenis
kelamin, pekerjaan dan status sosial seseorang, pemilu adalah hak setiap
71
Cholisin, dkk. Pengantar Ilmu Politik (Introduction to Political Science) (Alih bahasa
oleh Zulkifly Hamid). (Jakarta: Raja Grafindo Persada, ), hlm.
warga negara yang telah memenuhi syarat misalnya telah berusia
tahun atu telah menikah serta sehat jasmani rohani (tidak gila).
. Asas Bebas
Pemilu berlaku untuk segenap warga negara Indonesia yang tinggal
dikawasan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau yang sedang
tinggal diluar negeri. pemilu dapat dilakukaan di Negara lain yang
sebelumnya telah melewati beberapa prosedur ijin yang resmi dari pihak
pemerintaha negaraitu sendiri dan duta besar. setiap pemilih dapat dapat
berhak mengubah calon pemimpin yang akan dipilihnya tanpa ancaman
atau paksaan orang lain.
. Asas Rahasia
Memilih calon pemimpin tidak bisa diberitahukan pada orang lain
bahkan pada pihak panitia sekalipun agar tercipta suasana ynag tetap
aman , tidak memicu keributan dan saling menghina hanya karena
berbeda pilihan. pihak panitia pemilu juga tidak diperbolehkan untuk
memberitaukan pilhan orang lain, pilihan diri sendiri, bahkan dilarang
bertanya pada pemilih tentang calon pemimpin yang mana yang akan
dipilihnya. Asas yang meningkatkan kuliatas pemilu.72
Di era reformasi dan demokrasi yang semakin kritis dan cerdas ini
ternyata banyak warga negara yang merasa tidak puas jika asas pemilu
hanya berupa langsung, umum, bebas dan rahasia saja, namun harus
disematkan asas lain yang dapat meningkatkan kualitas pemilu yang sedang
berlangsung. Asas asas tersebut adalah:
. Asas Adil
Semua pemilih mendapatkan hak dan perlakuan yang sama termasuk
perlindungan dari adanya ancaman dan kecurangan dari pihak pihak
tertentu. Para pemilih yang berusia manula tidak diperbolehkan
ditinggalkan begitu saja tanpa pemberitahuan. Dari beberapa kasus yang
pernah terjadi ada beberpa oknum dan orang orang yang tak bertanggung
jawab mengendalikan situasi tertentu yaitu membiarkan para manula
terlambat datang dalam pemilu yang akhirnya mereka kehilangan hak
pilihnya karena alasan waktu pemilu telah habis.
. Asas Jujur
Pemilu harus diaksanakan dengan jujur dan apa adanya tanpa ada
perwakilan dari keluarga, teman atau orangtua atau lewat perantara
72
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik ....., hlm.
lainnya. ketika penghitungan suara dilakukan maka pihak panitia
penyelenggara pemilu harus menperbolehkan masyarkat ikut
menyaksikan acara penghitungan suara tersebut. Intinya adalah
Penghitungan suara harus secara transparan, melibatkan masyarakat dan
secara langsung.73
Dalam pelaksanaan Pemilu maka berhubungan pula dengan pelaksanaan
hak asasi manusia harus didasarkan atas prinsip- prinsip yang telah disepakati
oleh masyarakat internasional. Prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam
hukum hak asasi manusia internasional adalah :
a. Prinsip kesetaraan, yang meletakkan semua orang terlahir bebas
dan memiliki kesetaraan dalam hak asasi manusia. Kesetaraan
mensyaratkan adanya perlakuan yang setara, dimana pada situasi
yang sama harus diperlakukan dengan sama, dan pada situasi yang
berbeda diperlakukan berbeda pula
b. Prinsip diskriminasi, merupakan salah satu bagian penting prinsip
kesetaraan. Jika semua orang setara, maka seharusnya tidak ada
perlakuan yang diskriminatif. Diskriminasi adalah kesenjangan
perbedaan perlakuan dari perlakuan yang seharusnya sama/setara;
c. Kewajiban positif untuk melindungi hak-hak tertentu. Suatu
negara tidak boleh secara sengaja mengabaikan hak-hak dan
kebebasan- kebebasan serta memiliki kewajiban positif untuk
melindungi secara aktif dan memastikan terpenuhinya hak-hak dan
kebebasan.74
Penerapan prinsip-prinsip di atas dalam penyelenggaraan pemerintahan,
dimaksudkan untuk menekan terjadinya diskriminasi terutama bagi golongan
masyarakat yang kurang diperhatikan oleh pemerintah. Oleh karena itu,
dalam rangka menghindari pelanggaran hak asasi manusia negara harus
menegakkan prinsip-prinsip hak asasi manusia di atas.
73Ibid, hlm. .
74Rhona K.M. Smith, dkk, Hukum Hak Asasi Manusia,( Yogyakarta: Pusham UII, ),
hlm.
BAB III
SEKILAS TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK
INDONESIA DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK
INDONESIA
A. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)
. Pengertian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)
Salah satu lembaga negara adalah Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat yang merupakan Lembaga legislatif yang artinya
lembaga yang memegang kekuasaan membuat undang-undang sebagai
sistem lembaga perwakilan rakyat. Cabang kekuasaan legislatif adalah
cabang kekuasaan yang pertama-tama mencerminkan kedaulatan rakyat.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia merupakan salah satu
lembaga tinggi Negara yang sangat penting di Indoneia, di samping
perangkat kenegaraan lain yang melaksanakan publik demokrasi. Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang kemudian disingkat DPR RI
dalam Pasal Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwailan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menyatakan bahwa:
“DPR RI terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang
dipilih melalui pemilihan umum”, selanjutnya Pasal menyatakan bahwa:
“DPR RI merupakan Lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan
sebagai Lembaga Negara.
DPR RI merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan
sebagai salah satu lembaga negara yang berasal dari partai politik yang
dipilih melalui pemilihan umum yang melaksanakan sistem demokrasi.
DPR RI merupakan lembaga perwakilan rakyat yang kedudukan dan
perannya sangat penting dalam negara demokrasi, DPR RI merupakan
salah satu manifestasi dari prinsip kedaulatan rakyat. Rakyat melalui wakil-
wakilnya di lembaga ini membuat hukum dan kebijkasanaan oleh
pemerintah sebagai pelaksanaan kekuasaan eksekutif. Melalui DPR RI juga
wakil-wakil rakyat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan hukum
dan kebijkaan tersebut.
DPR RI agar dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik, harus memiliki tugas dan wewenang tertentu agar dapat menjalankan
amanah sebagai wakil rakyat, serta menjalankan fungsinya sebagai
wakil rakyat, serta menjalin hubungan dengan cabang kekuasaan
lainnya berdasarkan checks and balances. Jika lembaga tersebut tidak
memiliki tugas dan wewenang yang seimbang dengan kekuasaan
lain, akan cenderung terjadi penyalahgunaan kekuaasaan karena
hukum dan kebijakan tidak dibuat demi kepentingan rakyat.75
. Fungsi, Wewenang, Tugas Dan Hak Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia
Dewan Perwakilan Rakyat sebagai wakil dari rakyat haruslah
membela kepentingan rakyat yang dapat memberikan atau membuka
peluang kesejahteraan bagi rakyat bukan berjuang untuk diri sendiri atau
keluarga, atau bahkan golongan tertentu saja karena anggota Dewan
Perwakilan Rakyat berasal dari rakyat juga.
Untuk menjadi acuan dan tujuan terealisasinya fungsi, tugas,
wewenang dan tujuan dari penyelenggara Negara termasuk Dewan
75F.X, Soekarno, Badan Legilasi DPR RI, (Jakarta : Badan Legislasi DPR RI, ),
hlm.
Perwakilan Rakyat. Oleh karena itu dalam setiap tugas dan wewenangnya
Dewan Perwakilan Rakyat haruslah berjuang demi rakyat telah diartikan
bahwa perlengkapan Negara yang mempunyai tugas dan fungsi tertentu
dalam suatu Negara.76
a. Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Berdasarkan Pasal A Ayat ( ) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun , yang disebut secara eksplisit hanya
fungsinya. Adapun fungsinya telah diatur dalam Pasal ( ) Undang-
Undang Nomor Tahun Tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menyatakan bahwa: DPR
mempunyai fungsi:
a) Legislasi, yaitu untuk membentuk Undang-Undang yang dibahas
dengan Presiden untuk mendapat persetujuan Bersama
b) Anggaran, merupakan bentuk perbuatan hukum yang dilakukan DPR
RI bersama Presiden untuk menyusun dan menetapkan APBN
bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah (selanjutnya disebut DPD)
c) Pengawasan, yaitu melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
UUD , Undang-Undang dan peraturan pelaksanaanya.
76Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara ....., hlm. .
b. Wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Kewenangan DPR RI telah diatur dalam Undang-Undang Nomor
Tahun Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor Tahun
Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
Pasal yang menyatakan bahwa DPR RI berwenang untuk:
a) Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama;
b) Memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap
peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang diajukan oleh
Presiden untuk menjadi undang-undang;
c) Membahas rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden
atau DPR;
d) Membahas rancangan undang-undang yang diajukan DPD mengenai
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan
pusat dan daerah;
e) Membahas bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan
DPD dan memberikan persetujuan atas rancangan undang¬undang
tentang APBN yang diajukan oleh Presiden;
f) Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan
oleh DPD atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat
dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama;
g) Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang
dan membuat perdamaian dengan negara lain;
h) Memberikan persetujuan atas perjanjian internasional tertentu yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat
yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan undang-undang;
i) Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian amnesti
dan abolisi;
j) Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat
duta besar dan menerima penempatan duta besar negara lain;
k) Memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD;
l) Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan
pemberhentian anggota Komisi Yudisial;
m) Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi
Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden; dan
n) Memilih (tiga) orang hakim konstitusi dan mengajukannya kepada
Presiden untuk diresmikan dengan keputusan Presiden.
c. Tugas Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Tugas DPR RI telah diatur dalam Pasal Undang-Undang Nomor
Tahun Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang menyatakan bahwa DPR RI mempunyai tugas:
a) Menyusun, membahas, menetapkan, dan menyebarluaskan program
legislasi nasional;
b) Menyusun, membahas, dan menyebarluaskan rancangan undang-
undang;
c) Menerima rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPD
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah;
d) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang,
APBN, dan kebijakan pemerintah;
e) Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang disampaikan oleh BPK;
f) Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara
yang menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan terhadap perjanjian yang berakibat luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan
negara;
g) Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat; dan
h) Melaksanakan tugas lain yang diatur dalam undang- undang.
d. Hak Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Dewan Perwakilan Rakyat dalam menjalankan segala fungsi, tugas
dan wewenangnya mempunyai hak-hak, diantaranya hak yang dimiliki
DPR RI dan hak sebagai anggota DPR yang telah diatur dalam Pasal
ayat Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menyatakan bahwa:
a) Interpelasi;
b) Angket; dan
c) Menyatakan pendapat”.
Hak interpelasi telah dijelaskan dan diatur dalam Pasal ayat ( )
Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menyatakan bahwa:
“Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat ( ) huruf a adalah hak
DPR RI untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai
kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”.
Sebagaimana Patrialis Akbar menyatakan bahwa:
Hak interpelasi adalah hak untuk mengajukan keterangan atau
pertanyaan secara resmi kepada Presiden. Hak ini biasanya
dilakukan bila terjadi suatu peristiwa yang dianggap penting atau
yang telah menjadi isu publik atau nasional oleh Dewan Perwakilan
Rakyat setelah adanya jawaban presiden dan jawaban tersebut yang
dianggap telah memenuhi keingintahuan DPR RI maka proses
dinyatakan selesai dan tidak ada tindak lanjut lagi.77
Hak angket telah dijelaskan dan diatur dalam Pasal ayat ( )
Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menyatakan
77Patrialis akbar, Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun ,( Jakarta,
Sinar Grafika, ), hlm.
bahwa:“Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat ( ) huruf b adalah
hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu
undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan
hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan”.
Hak angket adalah hak untuk melakukan penyelidikian terhadap
suatu kasus tertentu yang dianggap besar dalam menyangkut kepentingan
rakyat atau nasional oleh Dewan Perwakilan Rakyat melanggar Undang-
Undang dan dibandingkan dengan hak interpelasi, hak angket lebih kuat
dan tinggi derajatnya karena mengingat dampak hak ini dapat
berkembang ke arah proses pemakzulan Presiden atau Wakil Presiden.
Hak menyatakan pendapat telah dijelaskan dan diatur dalam Pasal
ayat ( ) Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menyatakan bahwa
Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat ( ) huruf c
adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:
a) Kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang
terjadi di tanah air atau di dunia internasional;
b) Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi sebagaimana
dimaksud pada ayat ( ) dan hak angket sebagaimana dimaksud
pada ayat ( ); atau
c) Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan
pelanggaran hukum baik berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, maupun
perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden”.
Hak menyatakan pendapat adalah hak Dewan Perwakilan Rakyat
untuk pendapat suatu peristiwa, kondisi, atau perkembangan keadaan,
baik hal tersebut terkait dengan presiden atau pemerintahan maupun
terkait Negara, masyarakat dan rakyat, hak menyatakan pendapat
merupakan hak yang mendekati dengan pemakzulan presiden atau untuk
memberhentikan presiden dari jabatannya.
Selanjutnya dalam Pasal Undang-Undang Nomor Tahun
Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang menyatakan bahwa Anggota DPR berhak:
a) Mengajukan usul rancangan undang-undang;
b) Mengajukan pertanyaan;
c) Menyampaikan usul dan pendapat;
d) Memilih dan dipilih;
e) Membela diri;
f) Imunitas;
g) Protokoler
h) keuangan dan administratif;
i) pengawasan;
j) mengusulkan dan memperjuangkan Program pembangunan
daerah pemilihan; dan
k) melakukan sosialiasi undang-undang
B. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI)
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Republik Indonesia (DPD RI) sebagai
lembaga dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, sebagaimana yang tercantum
dalam UUD sejak perubahan ketiga, mempunyai demensi-dimensi
penting. Pada dasarnya, ada dua dimensi penting menyangkut keberadaan
DPD, yakni segi internal kelembagaan atau secara umum disebut susunan
DPD, sebagai suatu komposisi yang mencakup komponen dan proses
pembentukan komponen tersebut agar dapat tersusunnya suatu lembaga DPD.78
Sejarah keberadaan DPD mulai diatur Dalam pasal C dan Pasal E
Perubahan ketiga UUD sebagai berikut :
a. Pasal C
) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap propinsi
melalui pemilihan umum.
) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap propinsi jumlahnya
sama dan jumlah sekuruh anggota Dewan Perwakilan Daerah itu
tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan
Rakyat.
b. Pasal D
) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat rancangan Undang-undang yang berkaitan
dengan OtonomiDaerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan
dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusta dan daerah.
) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat
dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta memberikan
pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat arah rancangan
undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama.
) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan asas
pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara, pajak, pendidikan dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai
bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari
jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam
undang-undang.
78
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara ...., hlm
Memperjelas ketentuan jumlah anggota, selanjurnya pada pengaturan
Pasal ayat ( ) Undang-undang Nomor Tahun tentang Susunan dan
Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menetapkan
bahwa jumlah anggota DPD dari setiap provinsi sebanyak orang dan dalam
ayat ( ) kembali ditegaskan jumlah keseluruhan anggota DPD tidak lebih dari
sepertiga jumlah anggota DPR.
Sementara mengenai pemilihan, Pasal Undang-undang Nomor
Tahun dan pasal ayat ( ) kembali menegaskan bahwa jenis pemilihan
dimaksud adalah pemilihan umum. Pengaturan yang lebih kompresensif
tentang hal ini terwadahi dalam Undang-undang Nomor Tahun dan
secara teknis prosedural dirinci dalam berbagai surat keputusan dari Komisi
Pemilihan Umum (KPU).
Sedangkan kedudukan dan peranan DPD dalam Majelis Musyawaratan
Rakyat (MPR), justru diatur dalam UUD setelah perubahan keempat,
yaitu dalam sebagai berikut:
) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang
dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan
Undang-Undang.
) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam
lima tahun di Ibu Kota Negara.
) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan
suara yang terbanyak.
Selanjutnya terkait kewenangannya Dewan Perwakilan Daerah diatur
dalam Pasal D Undang-Undang Dasar Tahun sebagai berikut:
. Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan
pusat dan daerah, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan
pusat dan daerah.
. Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang
yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah;
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan
pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.
. Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang mengenai: otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat
dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara,
pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan
pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah ini kemudian dipertegas oleh
Undang-Undang Nomor Tahun tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor Tahun tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Disebutkan dalam pasal ayat ( ) sebagi
berikut:
a. Mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR
b. Ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan hal
sebagaimana dimaksud dalam huruf a
c. Menyusun dan menyampaikan daftar inventaris masalah rancangan
undang-undang yang berasal dari DPR atau Presiden yang berkaitan
dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
d. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-
undang tentang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan pajak, pendidikan, dan agama
e. Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam,
dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan, dan agama
f. Menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan agama kepada DPR
sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti
g. Menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari BPK sebagai
bahan membuat pertimbangan kepada DPR tentang rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan APBN
h. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota
BPK
i. Menyusun program legislasi nasional yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran
serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah; dan
j. Melakukan pemantauan dan evaluasi atas rancangan peraturan daerah
dan peraturan kepala daerah.
BAB IV
ANALISIS PERBEDAAN KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN
DAERAH DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
A. Perbedaan dan hubungan kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsi
Keberadaan Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah
sebagai lembaga legislatif pada dasarya memiliki keterkaitan dalam
pelaksanaan tugas dan wewenangnya. Perletakan dasar konstitusional
keberadaan DPR dan DPD diatur dalam Undang-Undang Dasar Tahun .
DPD dilahirkan dan ditampilkan sebagai salah satu lembaga perwakilan
rakyat yang menjembatani kebijakan dan regulasi pada skala nasional oleh
pemerintah pusat di satu sisi dan daerah disisi lain dan dipilih berdasarkan
pemilu. Sementara DPR adalah lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan
sebagian lembaga negara dan anggotanya terdiri atas anggota partai politik
peserta pemilu dan dipilih berdasarkan pemilu.79
Perbedaan antara lembaga legistatif DPR dengan DPD terletak pada
hakekat kepentingan yang diwakilinya, DPR untuk mewakili rakyat sedangkan
DPD untuk mewakili daerah.
Berpegang pada hasil-hasil amandemen UUD Tahun sebagai dasar
hukum konstitusional, komponen utusan daerah dan utusan golongan
ditiadakan dan dilahirkan komponen baru yaitu DPD sebagai partner legislatif
disamping DPR. Sebagaimana lumrahnya lingkup kewenangan perwakilan
79 Bagir Manan, DPR, DPD, dan MPR...., hlm.
rakyat maka DPD ini juga mempunyai kewenangan dalam kegiatan legislatif
dan pengawasan terhadap eksekutif.
Dengan adanya sistem bikameral dalam parlemen di Indonesia maka
dapat dikatakan bahwa Perwakilan Politik menghasilkan wakil-wakil politik.
Karakter perwakilan yang di pakai dalam UUD adalah perwakilan politik
(Dewan Perwakilan Rakyat) dan perwakilan teritorial/daerah (Dewan
Perwakilan Daerah) Dewan Perwakilan Rakyat menjalankan fungsinya sebagai
perwakilan politik sekaligus sebagai wakil rakyat. Dalam menjalankan tugas
dan fungsinya Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai porsi yang tepat dalam
UUD yaitu selayaknya lembaga perwakilan pada umumnya.80
Kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah
pada dasarnya merupakan kewenangan atribusi yaitu kewenangan yang
diberikan berdasarkan peraturan yang pada saat ini diatur dalam Undang-
Undang Dasar Tahun dan Undang-Undang Nomor Tahun tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Adapun
kewenangan atribusi tersebut merupakan kewenangan yang melekat dimana
secara umum kewenangan legislasi yaitu pembentukan Undang-Undang dan
pengawasan, akan tetapi kewenangan tersebut antara DPR dan DPD bahwa
kewenangan DPD terbatas pada hal-hal tertentu saja.
Hubungan kewenangan antara DPR dan DPD berdasarkan Undang-
Undang Dasar Tahun diatur sebagai berikut:
80Ahmad Rosidi. Kewenagan Dewan Perwakilan Daerah....., hlm.
a. Pasal D ayat UUD yang berbunyi, “Dewan Perwakilan Daerah
dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah”
b. Pasal D ayat UUD yang berbunyi, “Dewan Perwakilan Daerah
ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta
memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas
rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan
agama.”
c. Pasal D ayat UUD yang berbunyi, “Dewan Perwakilan Daerah
dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai :
otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan
pertimbangan untuk ditindaklanjuti.”
d. Pasal ayat UUD yang berbunyi, “Rancangan undang-undang
anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk
dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.”
e. Pasal E ayat UUD yang berbunyi, “Hasil pemeriksa keuangan
negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan
kewenangannya.”
f. Pasal F ayat UUD yang berbunyi, “Anggota Badan Pemeriksa
Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.”
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas jelas mengatur mengenai
hubungan kewenangan DPR dengan DPD, kemudian secara lebih rinci
kewenangan tersebut ditentukan dalam Undang-Undang Nomor Tahun
tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kemudian
perubahan kedua dalam Undang-Undang Nomor Tahun .81
Dalam hal melaksanakan tugasnya untuk mengajukan Rancangan
Undang-Undang, DPD mengajukannya kepada DPR selanjutnya DPR akan
melakukan pembahasan RUU usulan DPD tersebut bersama dengan DPD. DPR
juga dalam melaksanakan tugasnya misalnya dalam melakukan keputusan atas
RUU tentang APBN maka DPR harus memperhatikan pertimbangan dari DPD
81Ibid, hlm.
begitu pula dalam membahasnya, DPR juga harus ikut serta membahasnya
bersama DPD. Begitu pula dalam pemilihan anggota BPK ,DPR dan DPD juga
melakukan pembahasannya secara bersama-sama.
Dalam pembentukan Undang-Undang sebagai bentuk pelaksaan
kewenanangan legislasi dalam Pasal ayat ( ) UUD Tahun menyatakan
bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Selanjutnya
untuk menguatkan posisi DPR sebagai pemegang kekuasaan legislatif maka
pada Pasal ayat ( ) ditegaskan bahwa dalam hal RUU yang disetujui
bersama tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu hari semenjak RUU
tersebut disetujui, sah menjadi UU dan wajib diundangkan.
Namun DPD juga berwenang dalam mengajukan RUU akan tetapi
terbatas pada hal-hal tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal D ayat UUD
tahun yang menentukan bahwa "Dewan Perwakilan Daerah dapat
mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang- undang
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah".
Hubungan antara DPR dengan DPD dalam kewenangan legislasi terdapat
hubungan kerja dalam hal ikut membahas RUU yang berkaitan dengan bidang
tertentu, DPD memberikan pertimbangan atas RUU tertentu, dan
menyampaikan hasil pengawasan pelaksanaan UU tertentu pada DPR. RUU
tertentu yang dimaksud adalah RUU sebagaimana ditentukan dalam Pasal D
ayat UUD yaitu pembahasan terhadap rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Otonomi daerah,
b. Hubungan pusat dan daerah
c. Pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah
d. Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya
e. Perimbangan keuangan pusat dan daerah
f. Memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan
agama.
Tugas dan wewenang DPD yang berkaitan dengan DPR adalah dalam hal
mengajukan RUU tertentu kepada DPR, ikut membahas RUU tertentu bersama
dengan DPR, memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU tertentu, dan
menyampaikan hasil pengawasan pelaksanaan UU tertentu pada DPR. Dalam
kaitan itu, DPD sebagai lembaga perwakilan yang mewakili daerah dalam
menjalankan kewenangannya tersebut adalah dengan mengedepankan
kepentingan daerah.
Dengan sistem bicameral pada parlemen Di Indonesia jika dilihat
berdasarkan pengaturan yang ada bahwa Dewan Perwakilan Rakyat lebih
cenderung mempunyai kewenangan yang besar dalam bidang legislasi,
pengawasan dan anggaran, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah lebih
cenderung mempunyai kewenangan yang lemah dalam bidang legislasi,
pengawasan dan anggaran.
Pola hubungan kerja Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Daerah dalam bidang legislasi adalah pola hubungan yang bersifat fungsional.
Dimana kedua lembaga tersebut memiliki tugas, fungsi dan kewenangan yang
sama yaitu dalam bidang legislasi. Pola hubungan kerja dalam bidang legislasi
tersebut terdapat pada tahap pengajuan rancangan undang-undang, pembahasan
sampai dengan pengundangan rancangan undang-undang sampai menjadi
sebuah undang-undang.
Hubungan kerja antara DPR dan DPD terkait dengan fungsi legislasi
pada saat pembahasan rancangan undang-undang berasal dari DPR, DPD atau
Presiden yang dilakukan melalui dua tingkat pembicaraan yaitu pembicaraan
Tingakat I dalam rapat komisi, rapat gabunga komisi, rapat Badan Legislasi,
rapat Badan Anggaran, atau rapat panitia khusus, dan Pembicaraan Tingkat II
dalam rapat paripurna.82
Pembicaraan tingkat I dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut : .
Pengantar musyawarah. Dewan Perwakilan Rakyat memberikan penjelasan dan
Presiden menyampaikan pandangan apabila rancangan undang-undang berasal
dari DPR, Dewan Perwakilan Rakyat memberikan penjelasan serta Presiden
dan DPD menyampaikan pandangan apabilan rancangan undangundang yang
berkaitan dengan kewenangan DPD.
82Febrian. Buku Panduan Tentang Proses Legislasi (DPR), (Jakarta: Sekretariat Jendral
DPR RI, ), hlm.
Pembicaraan Tingkat II merupakan pengambilan keputusan dalam rapat
paripurna dengan kegiatan yaitu penyampaian laporan yang berisi proses
pendapat mini fraksi, pendapat DPD, dan hasil Pembicaraan Tingkat I.
Kemudian pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap fraksi dan
anggota secara lisan yang diminta oleh pimpinan rapat paripurna. Selanjutnya
pendapat akhir Presiden yang disampaikan oleh menteri yang mewakilinya.
Dalam hal persetujuan tersebut tidak dapat dicapai secara musayawarah untuk
mufakat, maka pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak
(voting).
Dalam hal pembahasan rancangan undang-undang peran serta DPD
sangat kurang karena DPD hanya dimintai pendapat saja lain halnya dengan
DPR yang dominan dalam segala hal mulai dari pengajuan sampai dengan
keputusan apakah undang-undang tersebut disetujui atau tidak. Jika rancangan
undang-undang usul dari DPD ditolak oleh DPR, maka rancangan
undangundang tersebut menjadi kandas. Dengan demikian, kepentingan dan
aspirasi daerah yang diatur oleh rancangan undang-undang usul dari DPD
tersebut menjadi diabaikan dalam legislasi, sehingga kepentingan daerah
menjadi tersisihkan dalam proses politik. Jadi keputusan akhir yang
menentukan nasib rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPD yang
sekaligus menentukan kepentingan-kepentingan darah yang hendak diatur
dalam rancangan undang-undang tersebut ada ditangan Dewan Perwakilan
Rakyat.83
Peran DPD dalam UUD Tahun memiliki kewenangan di bidang
legislasi dan pengawasan. Namun apabila kewenangan yang ada pada DPD
disandingkan dengan kewenangan yang dimiliki oleh DPR, terlihat bahwa
DPD hanyalah sub ordinat dari DPR.
Dengan adanya kewenangan yang ada pada DPR dan DPD berdasarkan
Undang-Undang terlihat bahwa DPR lebih memiliki kekuasaaan dibandingkan
dengan DPD, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa DPR lebih terlihat dalam
menjalankan kewenangannya dibandingkan dengan DPD, hal ini didasarkan
seperti dalam fungsi legislasi bahwa DPR berwenang menyusun Program
Legislasi Nasional atau Prolegnas sedangkan DPD tidak berwenang. DPR
berhak menyusun legislasi tanpa melibatkan DPD. Sementara DPD hanya
berwenang memberi masukan ke DPR pada hal-hal tertentu. Kemudian dalam
fungsi anggaran bahwa DPR berhak menyusun anggaran dan Undang-Undang
bersama pemerintah. Sementara DPD hanya berhak meberi pertimbangan pada
Undang-Undang yang berhubungan dengan pajak, pendidikan dan agama.
Selanjutnya dalam fungsi pengawasan bahwa DPR dan DPD memiliki hak
untuk mengawasi jalannya pemerintahan namun DPD harus menyerahkan hasil
pengawasan ke DPR untuk ditindak lanjuti.
Mencermati peran DPD dan DPR dalam UUD Tahun yang terurai
di atas menunjukkan bahwa DPD hanyalah lembaga pelengkap. Sedang
83Arfandy ranriady, Implikasi hukum terhadap kewenangan dan kedudukan dewan
perwakilan daerah republik indonesia...., hlm.
kekuasaan legislasi, pengawasan dan anggaran sesungguhnya ada pada DPR.
Ketentuan yang termuat dalam UUD Tahun menunjukan ketidaksetaraan
dan ketidakseimbangan antara DPR dan DPD.
B. Sebab dan akibat perbedaan antara kewenangan Dewan Perwakilan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah
Keterkaitan antara fungsi konstitusional DPR dan DPD terletak pada
keduanya sebagai lembaga yang mewakili kepentingan rakyat, karena DPR dan
DPD menjadi wujud representasi demokrasi hasil dari penggunaan hak
partisipasi politik warga yang memilih para wakil rakyat.
Dalam konteks sebab adanya perbedaan kewenangan antara Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah karena kewenangan yang
diberikan berdasarkan perintah peraturan perundang-undangan dalam hal ini
Undang-Undang Dasar Tahun dan Undang-Undang terkait lainnya,
kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah
merupakan kewenangan atribusi yaitu pemberian kewenangan oleh pembuat
undang-undang sendiri kepada suatu organ pemerintahan, atau dengan kata lain
kewenangan keduanya berdasarkan peraturan-perundang-undangan.
Dibentuknya Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dimaksudkan untuk
memperkuat ikatan daerah-daerah dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dan memperteguh persatuan kebangsaan seluruh daerah-
daerah. juga untuk meningkatkan agregasi dan akomodasi aspirasi dan
kepentingan daerah-daerah dalam perumusan kebijakan nasional berkaitan
dengan negara dan daerah-daerah. Disamping itu untuk mendorong percepatan
demokrasi, pembangunan dan kemajuan daerah-daerah secara serasi dan
seimbang untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Sementara dasar
pertimbangan teoritis dibentuknya DPD antara lain adalah untuk membangun
mekanisme kontrol dan keseimbangan (check and balances) antar cabang
kekuasaan negara dan antar lembaga legislatif sendiri.
Namun, dalam perjalanannya, sangat dirasakan bahwa fungsi dan
wewenang sebagaimana tercantum dalam pasal D UUD setelah
amandemen sulit mewujudkan maksud dan tujuan pembentukan DPD RI.
Demikian juga sulit bagi anggota DPD RI untuk mempertanggungjawabkan
secara moral dan politik kepada pemilih dan daerah pemilihannya. Pasal D
tersebut juga tidak dapat mencerminkan prinsip checks and balances antara dua
lembaga perwakilan (legislatif). Padahal, DPD RI sebagai lembaga negara
memiliki legitimasi yang sangat kuat karena anggotanya dipilih secara
langsung oleh rakyat. Sebagai lembaga negara, tentunya DPD RI harus
memiliki kedudukan yang sama dengan lembaga negara lainnya, yang
membedakannya adalah fungsi dan tugasnya. Karena mengalami keterbatasan
itu, wajarlah apa yang dilakukan DPD RI untuk penguatan peran dan
kewenangannya.
Keadaan saat ini dapat dikatakan bahwa wilayah konstitusioal antara
DPR dan DPD dalam bidang legislasi bahwa terletak pada sedikitya
kewenangan DPD untuk terlibat dalam proses legislasi dibandingkan dengan
kewenangan DPR yang hampir menguasai semua proses pengesahan RUU
menjadi Undang-Undang.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kewenangan DPD sebagaimana
ditentukan dalam pasal D UUD menunjukkan bahwa fungsi dan
kewenangan DPD sangat terbatas jika dikaitkan bahwa DPD adalah sebagai
lembaga perwakilan yang ditetapkan oleh UUD Tahun . Seperti
kewenangannya di bidang legislasi hanya sebatas mengusulkan dan membahas
tetapi tidak ikut dalam pengambilan keputusan, selanjutnya dalam bidang
pengawasan hanya sebatas memberikan masukan kepada DPR sebagai bahan
pertimbangan, karena tidak ada ketentuan yang mengatur hak DPD untuk
meminta keterangan dari pejabat negara, pejabat pemerintah dan lainnya
seperti yang diberikan kepada DPR.
DPR yang mewakili partai politik dan DPD yang mewakili kepentingan
daerah. Ternyata terhadap kewenangan yang ada pada kedua lembaga ini
terdapat kesenjangan yang menyolok antara peran DPR dan peran DPD. Peran
DPR sangat besar meliputi penyusunan undang-undang, pengawasan terhadap
pelaksanaan undang-undang oleh Presiden, dan penyusunan rancangan APBN.
Bahkan dalam hal pemberhentian Presiden, DPR sangat berperan seperti dalam
pengambilan keputusan dalam pemberhentian Presiden dalam sidang MPR,
mengingat jumlah DPR yang melebihi dari keseluruhan anggota MPR.
Sedang DPD hanya mempunyai peran pelengkap, baik dalam penyusunan
undang-undang, pengawasan terhadap pemerintah maupun penyusunan APBN.
Dengan demikian checks and balances di lembaga legislatif tidak terjadi,
justru dominasi DPR makin kuat secara konstitusional. Dengan adanya
hegemoni DPR atas DPD menunjukkan bahwa kedua lembaga ini tidak bekerja
dalam koridor keseteraan dan berkeseimbangan. Upaya ke arah adanya
keseimbangan dan kesetaraan pun mengalami kegagalan, karena usulan
perubahan UUD Negara RI tidak mendapatkan dukungan penuh dari
anggota MPR.84
Mencermati peran DPD dan DPR dalam UUD Negara RI
menunjukkan akibat bahwa DPD hanyalah lembaga pelengkap. Sedang
kekuasaan legislasi, pengawasan dan anggaran sesungguhnya ada pada DPR.
Ketentuan yang termuat dalam UUD Negara RI menunjukan
ketidaksetaraan dan ketidakseimbangan antara DPR dan DPD.85
Dengan kata lain akibat perbedaan kewenangan antara DPR dan DPD
yang mempunyai fungsi yang berbeda, sehingga keadaan saat ini dapat
dikatakan bahwa DPR mempunyai kekuasaan penuh di bidang legislasi,
pengawasan dan APBN. Sedang DPD terkesan menjadi sub dari DPR saja.
Fungsi legislasi terbatas pada kalimat “dapat mengajukan rancangan undang-
undang kepada DPR” dan “dapat ikut membahas rancangan undang-undang
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah”, serta
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal
tersebut menunjukan hubungan antara DPR dan DPD yang tidak seimbang dan
setara.
84Robert Endi Jaweng, Mengenal DPD-RI Suatu Gambaran Awal, (Jakarta : Institute
Local, ), hlm.
85
Ibid, hlm.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah di bahas di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
. Perbedaan Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah dalam
melaksanakan tugas dan fungsi terletak pada hakekat kepentingan yang
diwakilinya, DPR untuk mewakili rakyat sedangkan DPD untuk mewakili
daerah yang dipilih langsung oleh rakyat dalam proses pemilu secara
demokratis untuk mewakili kepentingan rakyat, dan berbeda dalam hal
proses pembentukan legislasi karena DPD hanya berwenang untuk
mengajukan dan membahas Rancangan Undang-Undang terhadap hal
tertentu saja. Selanjutnya hubungan kewenangan antara DPR dan DPD
dalam kewenangan legislasi terdapat hubungan kerja dalam hal ikut
membahas RUU yang berkaitan dengan bidang tertentu, DPD memberikan
pertimbangan atas RUU tertentu, dan menyampaikan hasil pengawasan
pelaksanaan Undang-Undang tertentu pada DPR.
. Sebab dan akibat perbedaan antara kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat
dan Dewan Perwakilan Daerah disebabkan karena kewenangan kedua
lembaga tersebut yang merupakan kewenangan atribusi yang diperintahkan
oleh Peraturan Perundang-Undangan yang menunjukkan ketidaksetaraan
dalam menjalankan fungsi yang akibat dari perbedaan tersebut terlihat
bahwa DPR mempunyai kekuasaan penuh di bidang legislasi, pengawasan
dan APBN. Sedang DPD terkesan menjadi sub dari DPR saja, sehingga hal
tersebut mengakibatkan hubungan antara DPR dan DPD yang tidak
seimbang dan setara.
B. Saran
. Perlunya agar kehadiran DPD RI yang anggotanya dipilih secara langsung
oleh rakyat diharapkan dapat menjadi perwakilan masyarakat dan daerah
yang dapat secara optimal mencerminkan kedaulatan rakyat dan efektif
dapat menghubungkan antara daerah dengan pemerintah serta membawa
kepentingan daerah pada tingkat nasional.
. Perlunya amandemen UUD Tahun khususnya terhadap kewenangan
DPD RI sebagai lembaga perwakilan daerah serta perwujudan prinsip check
and balances dengan menambah kewenangan DPD RI untuk dapat lebih
memaksimalkan keberadaannya sebagai perwakilan rakyat dan daerah yang
dipilih secara langsung dalam rangka mengembangkan demokrasi
berdasarkan konstitusi dalam ketatanegaraan Indonesia sehingga eksistensi
DPD RI harus dipertahankan dan diperkuat kapasitas kelembagaannya
sebagai badan legislatif.
DAFTAR PUSTAKA
A. Referensi Buku
Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan :Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Mayarakat Madani, Jakarta: Prenada Kencana, .
Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, Jakarta : PT. Bumi Aksara, .
Afan Gaffar, Politik Indonesia; Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, .
Bagir Manan, DPR, DPD, dan MPR dalam UUD Baru, Yogyakarta: UII
Press, .
Dwi Reni Purnomowati, Implementasi Sistem Parlemen Bikameral dalam
Parlemen di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, .
Indroharto, Usaha Memahami Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, Jakarta: Pustaka Harapan, .
Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Reformasi, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, .
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi, Jakarta: Sinar Grafika, .
Jazim Hamidi, dkk, Teori dan Politik Hukum Tata Negara, Yogyakarta : Total
Media, .
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
.
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, .
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: PT. Balai Pustaka (Persero), .
Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Ghalia Indonesia,
.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cetakan ke- , Jakarta: Kencana,
.
Ramlan Surbakti, Memaham Ilmu Politik. Jakarta: PT.Grasindo, .
Rhona K.M. Smith, dkk, Hukum Hak Asasi Manusia,Yogyakarta : Pusham UII,
.
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
.
Robert Endi Jaweng, Mengenal DPD-RI Suatu Gambaran Awal, Jakarta :
Institute Local, .
Rozikin Daman, Hukum Tata Negara, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
Tahir Azhary, Negara Hukum, Jakarta : Kencana, .
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandmeen UUD , Jakarta: Prenada Media Group, .
B. Karya ilmiah dan Skripsi
Ahmad Rosidi. Kewenagan Dewan Perwakilan Daerah dalam sistem
ketatanegaraan republik indonesia berdasarkan undang-undang dasar
negera republik indonesia tahun ,Skripsi Uninersitas
Mataram,
Arfandy ranriady, Implikasi hukum terhadap kewenangan dan kedudukan dewan
perwakilan daerah republik indonesia pasca putusan mahkamah
konstitusi, Skripsi Universitas Hasanuddin Makasar,
C. Lain-Lain
http://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-analisis.html
https://kbbi.web.id/beda
CURICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Karmila Wati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl. Lahir : Betung Bedarah Barat, Oktober
Nim : SPI
Alamat
. Alamat Asal : Betung Bedarah Barat, Kec.Tebo Ilir, Kab. Tebo
. Alamat Sekarang : Komplek Garuda Jaya, Mayang
No. Telp/Hp :
Nama Ayah : Mustofa Kamal
Nama Ibu : Siti Rabi’ah
B. Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal
a. SD/MI, Tahun Lulusan : SD N BETUNG BEDARAH BARAT,
TEBO ILIR
b. SMP/MTS, Tahun Lulus : MTS NURUL JALAL TEBO,
c. SMA/MA, Tahun Lulus : MA. LABORATORIUM KOTA JAMBI,