-
ANALISIS KESALAHAN EYD (EJAAN YANG DISEMPURNAKAN)
PADA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN
AKADEMIK KELAS X KURIKULUM 2013
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Isma Rusan Farhani
NIM 1111013000007
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
-
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 disusun oleh Isma
Rusan Farhani, NIM 1111013000007, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada
tanggal 22 Oktober 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh
gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta, 26 Oktober 2015
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia/Ketua Jurusan/Program Studi
Makyun Subuki, M.Hum
NIP. 19800305 200901 1 015
Sekertaris Jurusan/Program Studi
Dona Aji Karunia P., M.A
NIP. 19840409 2011 01 1 015
Penguji I
Ahmad Bahtiar, M.Hum
NIP. 19760118 200912 1 002
Penguji II
Dra. Hindun, M.Pd
NIP. 19701215 200912 2 001
-
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
N a m a : Isma Rusan Farhani
Tempat/Tgl.Lahir : Bogor / 29 Desember 1993
NIM : 1111013000007
Jurusan / Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan)
pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik Kelas X Kurikulum 2013
Dosen Pembimbing : Nuryati Djihadah, M.Pd., M.A
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 23 September 2015
Mahasisw Ybs.
Isma Rusan Farhani
NIM.1111013000007
-
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Isma Rusan Farhani
1111013000007
Di Bawah Bimbingan
Nuryati Djihadah, M.A. M.Pd
196608291999032002
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
-
i
ABSTRAK
Isma Rusan Farhani NIM: 1111013000007, Analisis Kesalahan EYD (Ejaan
yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik Kelas X Kurikulum 2013.
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian skripsi ini adalah tentang
kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dalam buku teks Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik kelas X Kurikulum 2013 yang digunakan di sekolah
SMA Negeri 1 Parung Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan
kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) yang berfokus pada kesalahan
penulisan huruf, kesalahan penulisan kata, dan kesalahan penggunaan tanda baca
dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X
Kurikulum 2013 yang digunakan di sekolah SMA Negeri 1 Parung Bogor.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif
dengan teknik studi dokumentasi atau kajian kepustakaan (library search).
Berdasarkan hasil penelitan yang penulis lakukan pada buku teks Bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X Kurikulum 2013 yang digunakan
di SMA Negeri 1 Parung Bogor, masih terdapat kesalahan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) pada buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik kelas X Kurikulum 2013, yang berfokus pada kesalahan penulisan
huruf, kesalahan penulisan kata, dan kesalahan penggunaan tanda baca.
Kata kunci: Analisis Kesalahan, EYD (Ejaan yang Disempurnakan), Buku Teks.
-
ii
ABSTRAK
Isma Rusan Farhani NIM: 1111013000007, Analisis Kesalahan EYD (Ejaan
yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik Kelas X Kurikulum 2013.
The issue will be examined this thesis research is whether there is an
enhanced spelling (EYD) mistakes in Indonesian Text Book Self Expression and
Academic class X 2013 Curriculum used in SMA Negeri 1 Parung Bogor. As for
the purpose of this study is to describe the enhanced spelling (EYD) mistakes
including error writing letters, words, and use of punctuation mistakes in the
Indonesian Text Book Self Expression and Academic Curriculum class X 2013
used in SMA Negeri 1 Parung Bogor. As for the method used in this research is
descriptive qualitative study with engineering documentation or studies library
(library search).
Based on the results of the study that the author did in the Indonesian Text
Book of Self Exspression and Academic class X 2013 Curriculum used in SMA
Negeri 1 Parung Bogor, still contained an enhanced spelling (EYD) mistakes in
Indonesian Text Book of Self Expression and X class academic curriculum
including 2013, error writing letters, words, and use of punctuation errors.
Key words: Mistakes Analysis, Enhanced Spelling (EYD), Text Book.
-
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji serta syukur ke hadirat Allah Subhanallah wa Taala.
Atas segala karunia dan rahmat-Nya yang tak terhitung berupa kasih sayang,
nikmat iman dan Islam, serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Analisis Kesalahan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X
Kurikulum 2013. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Sallallahu alaihi wassalam beserta keluarga, sahabat, serta para
pengikutnya.
Penulis menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.
Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar skripsi ini
menjadi karya yang lebih baik lagi .
Proses penulisan skripsi ini tentu saja banyak menemui hambatan dan
kendala. Semua itu tidak akan teratasi tanpa bantuan dan dukungan dari beberapa
pihak baik secara Moril maupun Materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melancarkan
penyelesaian skripsi ini;
2. Makyun Subuki, M.Hum. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah melancarkan penyelesaian skripsi ini;
3. Nuryati Djihadah, M.A., M.Pd Selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan bagi penulis selama ini. Terima kasih
atas semangat, arahan, dan kesabaran Ibu selama membimbing penulis;
-
iv
4. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta;
5. Seluruh keluarga besar SMAN 1 Parung yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian;
6. Orang tua, Drs. Rusdi AS dan Khoirunissa, kakak Ismi Rusan Azzahra dan
Dede Firmansyah, adik Ibna Rusan Azzaida dan keluarga yang telah
memberikan kasih sayang, doa, dukungan yang luar biasa kepada penulis;
7. Sahabat-sahabat (Banat, Nona, Mira, Indri, Nur, Aidah, Muthia, Caca)
yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
8. Syahrul Bachtiar yang selalu memberikan doa dan semangat dalam
penulisan skripsi ini;
9. Teman-teman Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia angkatan 2011 yang
telah memberikan dukungannya dalam penulisan skripsi ini;
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan, hal ini tidak lepas dari keterbatasan pada diri penulis. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Depok, 23 September 2015
Penulis
Isma Rusan Farhani
-
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI ....... v
DAFTAR TABEL ....... vii
DAFTAR LAMPIRAN .. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .... 1
B. Identifikasi Masalah ...... 3
C. Pembatasan Masalah .. 4
D. Perumusan Masalah 4
E. Tujuan Penelitian 4
F. Manfaat Penelitian ......... 5
BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Analisis Kesalahan 6
a. Analisis Buku Pelajaran Bahasa 8
2. Ejaan yang Disempurnakan (EYD) ... 9
a. Penulisan Huruf ... 11
b. Penulisan Kata . 17
c. Penggunaan Tanda Baca .. 25
3. Buku Teks (Textbook) 41
B. Penelitian yang Relevan ... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
-
vi
A. Subjek dan Objek Penelitian ......... 53
B. Metode Penelitian . 53
C. Teknik Pengumpulan Data............ 54
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data . 55
E. InstrumenPenelitian ............. 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data .. 58
B. Analisis dan Interpretasi Data .. 63
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .. 83
B. Implikasi .. 84
C. Saran ........ 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
vii
DAFTAR TABEL
1. TABEL 4.1. Klasifikasi Jenis Kesalahan pada Buku Teks Bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013
2. TABEL 4.2. Analisis Kesalahan Penulisan Huruf pada Buku Teks Bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013
3. TABEL 4.3. Analisis Kesalahan Penulisan Kata pada Buku Teks Bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013
4. TABEL 4.4. Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca pada Buku Teks
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013
5. TABEL 4.5. Persentase Kesalahan Penulisan Huruf pada Buku Teks
Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013
6. TABEL 4.6. Persentase Kesalahan Penulisan Kata pada Buku Teks
Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013
7. TABEL 4.7. Persentase Kesalahan Penggunaan Tanda Baca pada Buku
Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum
2013
8. TABEL 6.1. Tabel Uji Referensi
9. TABEL 6.2. Deskripsi Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada
Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X
Kurikulum 2013
-
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Uji Referensi
2. Lampiran 2 : Deskripsi Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X
Kurikulum 2013
3. Lampiran 3 : Surat Bimbingan Skripsi
4. Lampiran 4 : Surat Permohonan Izin Penelitian
5. Lampiran 5 : Gambaran Umum SMA Negeri 1 Parung
6. Lampiran 6 : Hasil Wawancara
7. Lampiran 7 : Cover Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik Kelas X Kurikulum 2013
8. Lampiran 8 : Biodata penulis
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) merupakan hal yang sangat
penting dalam penyusunan sebuah tulisan ilmiah. Tulisan ilmiah harus
didasari dengan penulisan yang benar mengikuti aturan ejaan yang
disempurnakan yang sudah diatur dan ditetapkan.
Masalah ejaan tampaknya sangat sederhana. Namun
kesederhanaannya itulah yang sering dilupakan oleh penulisnya. Padahal,
pedoman EYD, kamus, dan tata bahasa merupakan rambu-rambu untuk
menuliskan bahasa tulis baku. Ketepatan penggunaan pedoman ejaan bisa
dijadikan ukuran sejauh mana kepahaman bahasa seseorang, bahkan
dijadikan ukuran sejauh mana seseorang melek bahasa.1
Soal ejaan bukanlah soal yang sukar. Sekali seseorang menguasai
cara menuliskan kata atau kalimat dengan baik, seterusnya orang tersebut
tidak akan membuat kesalahan-kesalahan. Oleh sebab itu, tuntutan untuk
memberikan perhatian terhadap cara penulisan yang benar, apalagi bila
pekerjaan dalam bidang tulis-menulis. Tanpa mempelajarinya dengan
sengaja, kita tidak akan pernah menguasainya dengan baik.2
Pentingnya mempelajari EYD agar tidak terjadi kesalahan dalam
penulisan sebuah karya ilmiah dan dituntut untuk mengikuti aturan yang
telah ada dan yang telah ditetapkan. Salah satu karya ilmiah yang
menuntut penulisan secara benar dan cermat adalah buku teks atau buku
pelajaran. Kita tidak bisa mengandalkan pengetahuan yang hanya sekali
1Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika, (Bandung: Refika
Aditama, 2007), h. 21. 2J.S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1994), h. 99.
-
2
dipelajari dan tidak terus digali. Maka dari itu pentingnya belajar terus-
menerus agar kita mengetahui dan paham. Dan setiap orang bisa semakin
mengetahui kesalahan-kesalahan yang mungkin dianggap sepele dan
berusaha untuk memperbaiki setiap kesalahan yang terjadi tanpa
disengaja.
Kesalahan siswa dalam belajar bahasa merupakan sesuatu yang
wajar terjadi. Namun apabila kesalahan dibiarkan akan menjadi kebiasaan
yang kurang baik dan cenderung terulang kembali. Kesalahan-kesalahan
dalam berbahasa siswa khususnya bahasa tulis harus diminimalisir. Hal
ini dapat dilakukan apabila guru mengetahui kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh siswa, dan guru pun harus memperhatikan bahasa atau
kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam buku teks yang digunakan di
sekolah-sekolah karena sebuah buku teks pun takkan luput dari kesalahan
yang dilakukan oleh penulis maupun editor.
Guru maupun pihak sekolah kerap tidak meneliti buku yang akan
digunakan untuk pembelajaran di sekolah, terutama buku bahasa dan
sastra Indonesia yang memang menjadi salah satu acuan siswa untuk
melihat contoh yang benar dalam penggunaan ejaan selain buku pedoman
ejaan.
Tuntutan untuk sekolah agar memberikan yang terbaik kepada
siswa-siswinya terlihat dari ketelitian pihak sekolah dalam memilih buku
pelajaran yang akan menjadi pedoman pembelajaran. Dan ketelitian pihak
sekolah itu sangat berpengaruh terhadap buku pelajaran yang dipilih.
Seringkali siswa ditugaskan untuk membaca dan menggunakan
buku teks dalam mempelajari materi yang akan disampaikan oleh guru.
Banyak guru tidak menyadari kesalahan-kesalahan, baik itu penulisan
huruf, pemakaian kata maupun tanda baca dalam buku teks yang
digunakan siswa.
-
3
Buku teks adalah salah satu media penunjang kegiatan
pembelajaran di sekolah maupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya
yang masih sering digunakan. Seperti diketahui penggunaan buku-buku
teks pada setiap sekolah adalah hal yang dominan, hampir semua sekolah
memiliki buku teks pedoman untuk menjadi pegangan setiap guru dan
siswa/siswi. Setiap sekolah biasanya memiliki kepercayaan masing-
masing terhadap isi buku yang diterbitkan oleh penerbit. Kenyataan yang
terjadi, masih terdapat kesalahan dalam penulisan huruf, pemakaian kata,
maupun penggunaan tanda baca pada buku teks pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia yang diterbitkan oleh para penerbit Indonesia maupun
Kemendikbud. Oleh karena itu, guru harus memeriksa terlebih dahulu
materi dan penggunaan EYD yang terdapat di dalam buku teks pelajaran
bahasa dan sastra Indonesia.
Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah Analisis Kesalahan
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Dalam hal ini
pentingnya penggunaan EYD dalam buku teks yang digunakan di sekolah
mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini.
B. Identifikasi Masalah
1. Penulisan huruf dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik kelas X kurikulum 2013.
2. Penulisan kata dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik kelas X kurikulum 2013.
3. Penggunaan tanda baca dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi
Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013.
C. Pembatasan Masalah
-
4
Berdasarkan identifikasi di atas, peneliti hanya membatasi pada
Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang terdiri dari : 1.
Penulisan huruf 2. Penulisan kata, dan 3. Penggunaan tanda baca pada
buku teks pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas X kurikulum 2013
yang berjudul Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik karangan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), penerbit
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun
2014, terdiri dari 222 halaman.
D. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat kesalahan penulisan huruf dalam buku teks Bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013 ?
2. Apakah terdapat kesalahan penulisan kata dalam buku teks Bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013 ?
3. Apakah terdapat kesalahan penggunaan tanda baca dalam buku
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum
2013 ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk :
1. Menjelaskan kesalahan penulisan huruf pada buku teks Bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013.
2. Menjelaskan kesalahan penulisan kata buku teks Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013.
3. Menjelaskan kesalahan penggunaan tanda baca pada buku teks
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum
2013.
F. Manfaat Penelitian
-
5
Manfaat untuk guru adalah bahwa guru harus memberi perhatian
lebih lagi terhadap isi materi dan penggunaan EYD yang terdapat dalam
buku teks pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang akan diajarkan
kepada siswa agar tidak terjadi kesalahan dalam pembelajaran. selain itu
guru hendaknya menunjukkan kesalahan-kesalahan penulisan huruf,
penulisan kata, dan penggunaan tanda baca yang terjadi dalam buku teks
tersebut agar siswa dapat mengetahui dan mengerti penulisan huruf,
penulisan kata, dan penggunaan tanda baca yang sesuai dengan EYD
(Ejaan yang Disempurnakan). Guru juga diharapkan untuk lebih sering
memberikan pemahaman tentang penulisan huruf, penulisan kata, dan
penggunakan tanda baca pada siswa agar tidak terjadi lagi kesalahan-
kesalahan tersebut yang diterapkan siswa ke dalam tulisan yang dibuat
dan siswa mampu lebih terampil dalam menulis.
Manfaat untuk sekolah dalam penelitian ini agar lebih mengetahui
kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam buku teks bahasa dan sastra
Indonesia dan lebih teliti dalam memilih buku-buku yang akan menjadi
pedoman bagi guru dan siswa dalam pembelajaran yang akan berlangsung
di sekolah agar terjadinya pembelajaran yang optimal.
Manfaat penelitian ini juga agar dapat mengurangi tingkat
kesalahan pada cetakan buku teks yang menjadi panduan dalam
pembelajaran siswa disekolah.
-
6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Analisis Kesalahan
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan mengungkapan bahwa,
Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh
para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel,
pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan
kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya,
serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan itu.1
Pengkajian segala aspek kesalahan itulah yang disebut analisis kesalahan
(anakes). Analisis kesalahan atau anakes mempunyai langkah-langkah
kerja sebagai berikut: a) pengumpulan sampel kesalahan; b)
pengidentifikasian kesalahan; c) penjelasan kesalahan; d) pengklasifikasian
kesalahan; e) pengevaluasian kesalahan.2
Duskopa dan Rosaipal menyatakan sebagai berikut, Analisis kesalahan
juga harus dapat (1) menganalisis sumber kesalahan dan (2) penentuan tingkat
kekacauan yang disebabkan oleh kesalahan dalam hubungan dengan
komunikasi dan norma-norma pemakaian. Fokus dan variabel kesalahan sudah
harus ditentukan lebih dahulu agar peneliti atau guru bahasa tidak bekerja
secara tidak menentu dan terarah.3
Nanik Setyawati mengungkapkan bahwa, Kesalahan Berbahasa adalah
penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari
1Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 1988), h. 68. 2Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Remedi Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1984), h. 6.
3Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis
Kontrastif Antarbahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 145.
-
7
faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma
kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.4
Mengaitkan kesalahan berbahasa dengan kegiatan berbahasa, seperti:
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kesalahan berbahasa yang
terjadi pemakaian bahasa tertulis dan lisan mencakup : menyimak,
berbicara, membaca, menulis, pragmatic, dan sosiolinguistik.5
Klasifikasi Kesalahan Berbahasa menurut Tarigan (1996/1997 : 48-49):
a). Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat
diklasifikasikan menjadi: kesalahan berbahasa di bidang fonologi,
morfologi, sintaksis, (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana;
b). Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat
diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis;
c). Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud
kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tertulis;
d). Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat
diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan
kesalahan berbahasa karena interferensi; dan
e). Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat
diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sedang,
kurang, dan jarang terjadi.6
Jadi, analisis kesalahan adalah cara mengidentifikasi kesalahan dari data-
data yang sudah dikumpulkan dan diklasifikasi dalam kelompok.
4Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa: Teori dan Praktik, (Surakarta: Yama
Pustaka, 2010), h. 15. 5Sri Utari Subyakto Nababan, Analisis Kontranstif dan Kesalahan : Suatu Kajian Dari
Sudut Pandang Guru Bahasa, (Jakarta: PPS IKIP, 1994), h. 88.
6Setyawati, op. cit., h. 19.
-
8
a. Analisis Buku Pelajaran Bahasa
Nurhadi (1995: 395) menjelaskan bahwa prosedur analisis aspek
pedagogis tata bahasa pendidikan mengacu pada penelitian aspek
metodologis sebuah buku pelajaran bahasa atau tata bahasa pendidikan.
Secara garis besar, prosedur analisis aspek pedagogis tata bahasa yang
disarankan oleh Kizilirmak via Nurhadi (1995: 398), meliputi 1)
analisis kebutuhan belajar bahasa siswa, 2) menentukan tujuan khusus,
3) menerapkan kriteria evaluasi, 4) menentukan score mentah, rata-rata,
dan gambaran profil, 5) menggambarkan dan membandingkan dengan
profil ideal, 6) menentukan keputusan: memakai atau tidak, dan 7)
melangkah pada sikap selanjutnya, yaitu: mengubah, menambah,
mengadaptasi, atau mengganti.
Ketujuh prosedur analisis aspek pedagogis tata bahasa pendidikan
tersebut dapat dirangkum dalam tiga tahap utama, yaitu tahap analisis,
penyajian hasil analisis, dan evaluasi (Nurhadi, 1995: 396). Nurhadi
menjelaskan tahap analisis meliputi menganalisis kebutuhan belajar siswa,
menentukan tujuan khusus pengajaran bahasa, dan menerapkan kriteria
evaluasi.
Prosedur berikutnya adalah langkah penyajian hasil. Tahap ini
ketika penganalisis menyajikan kesimpulan hasil analisisnya, sehingga
laporan itu memiliki daya baca.
Langkah terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, adalah langkah
memutuskan apakah sebuah buku memenuhi syarat pedagogis atau tidak;
layak dipakai atau tidak; perlu direvisi atau tidak; diubah atau tidak; dibeli
-
9
atau tidak; dan sebagainya, bergantung pada tujuan akhir dari analisis yang
dilakukan (Nurhadi, 1995: 420).7
2. Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau yang lazim disebut
EYD dinyatakan mulai berlaku sejak penggunaannya diresmikan oleh
Presiden Republik Indonesia, Soeharto, pada tanggal 16 Agustus 1972.
Peresmian yang diumumkan di dalam siding DPR itu diperkuat dengan
Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Bersamaan dengan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah, selanjutnya Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan pada tanggal 31 Agustus 1975 dan dinyatakan dengan resmi
berlaku di seluruh Indonesia.8
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi
ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan
dan penggabungannya dalam suatu bahasa).Secara teknis, yang dimaksud
dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda
baca9.
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku
sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan
Republik.EYD memberikan aturan-aturan dasar tentang bunyi kata, kalimat,
7 Retno Kurniasari Widianingsih, Analisis Kesalahan Ejaan pada Buku Teks Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia untuk Kelas VI Sekolah Dasar Terbitan Yudhistira dan Erlangga, (Skripsi S1
Yogyakarta: Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014), h. 14. 8Mustakim, Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum, (Jakarta: Gramedia
Pusaka Utama, 1996), h. 13. 9E. Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia: Untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta: akademika Pressindo, 2010), h. 164.
-
10
dan penggunaan tanda baca. Kehadiran EYD ini merupakan satu upaya untuk
menstandarkan bahasa Indonesia secara baik dan benar.10
Ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekadar masalah
pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa (kata atau
kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca sebagai sarananya.11
Ejaan adalah keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi
bahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya, yang dilengkapi pula
dengan penggunaan tanda baca. Pengertian tersebut kiranya sejalan dengan
apa yang dirumuskan dalam KBBI (hlm. 250) yang menyatakan bahwa ejaan
adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb.)
dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.12
Menurut Harimurti Kridalaksana dalam kamus linguistik edisi keempat.
Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandarisasikan, yang lazimnya mempunyai 3 aspek yakni aspek fonologis
yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad,
aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis,
aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.13
Ejaan atau tata cara menulis bahasa Indonesia dengan huruf Latin untuk
ketiga kali dibakukan secara resmi pada tahun 1972, setelah berlakunya Ejaan
Van Ophuijsen (1901) dan Ejaan Soewandi (1974). Pada tahun 1975
dikeluarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
yang menguraikan kaidah ejaan yang baru itu secara terinci dan lengkap.14
10
Ernawati Waridah, EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2009), h. iii.
11Lamuddin Finoza, Kemahiran Berbahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan
Bahasa, (Jakarta: Mawar Gempita, 1997), h. 11. 12
Yunita T. dkk, Karya Tulis Imliah Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), h. 177.
13Harimurti. Kridalaksana, Kamus Lingustik Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008), h. 54. 14
Hasan Alwi. dkk, Tata Bahasa Baku: Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2010), h. 16.
-
11
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) merupakan ejaan yang menjadi
penyempurna ejaan-ejaan sebelumnya.
Jadi, ejaan adalah keseluruhan peraturan yang resmi dan dijadikan
pedoman dalam setiap penulisan karya ilmiah untuk merujuk kepada bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Sebagian besar makna kalimat dalam ragam lisan dipengaruhi oleh unsur
nonbahasa seperti intonasi dan situasi. Dalam bahasa tulis, unsur bahasa
seperti itu tidak ada.Unsur yang digunakan dalam bahasa tulis hanya huruf dan
dan tanda baca. Oleh sebab itu, secara garis besarnya, ruang lingkup ejaan
terdiri dari hal-hal sebagai berikut:
a) Pemakaian huruf yang terdiri dari alphabet/abjad, vocal,
konsonan, pemenggalan kata, dan nama diri.
b) Penulisan huruf yang terdiri dari huruf kapital dan huruf miring.
c) Penulisan kata yang terdiri dari kata dasar, kata turunan, kata
ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata sandang,
partikel, singkatan dan akronim, dan angka dan lambang bilangan.
d) Penulisan unsur serapan yang membicarakan tata cara penulisan
unsur serapan terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.
e) Pemakaian tanda baca yang berbicara tentang tanda titik (.),
tanda koma (,), titik koma (;), titik dua (:), tanda hubung (-), tanda
pisah (--), tanda ellipsis (), tanda Tanya (?), tanda seru (!), tanda
kurung ([]), tanda kurung siku ({}), tanda petik ganda (), tanda
petik tunggal (), tanda garis miring (/), tanda
penyingkat/apostrof ().15
a. Penulisan Huruf
Huruf yang ada dalam alphabet Latin hanya 26 buah, sedangkan
jumlah fonem bahasa Indonesia ada 28 buah. Oleh karena itu, ada sebuah
15
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, Pembinaan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007), h. 20.
-
12
huruf yang digunakan untuk melambangkan dua buah fonem yang
berbeda; dan ada juga digunakan gabungan dua buah huruf untuk
melambangkan sebuah fonem.16
1. Penulisan Huruf Kapital
a). Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
Misalnya :
Apa yang terjadi ?
Ia menulis buku.
Pengalaman itu sangat berharga.
b). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
Guru bertanya, Siapa yang tidur itu?
Kemarin dia berangkat, katanya.
Besok sore, kata Ibu, Bapak akan berangkat.
c). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan
yang berhubungan dengan nama agama, Tuhan dan kita suci,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya :
Islam
Katolik
Allah
Yang Maha Adil
Tuhan akan memberi rahmat kepada hamba-Nya.
d). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
16
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 38.
-
13
Misalnya :
Haji Umar Sahid
Nabi Musa
Pangeran Antasari
- Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar,
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama
orang.
Misalnya :
Dia baru saja diangkat menjadi pangeran.
Ia mendapat bintang mahaputra dari pemerintah.
e). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan, yang
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan
sebagai pengganti nama orang tertentu.
Misalnya :
Wakil Presiden Boediono
Perdana Menteri Nehru
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau
nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya :
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Kegiatan itu direncanakan oleh Departemen Kehakiman Nasional.
- Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan
dan pangkat yang tidak diikuti nama orang atau nama tempat.
Misalnya :
Siapa gubernur yang baru dilantik ?
Batalyon itu dipimpin oleh brigadier jenderal.
-
14
f). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya :
Dewi Sartika
Halim Perdanakusuma
Ampere
Catatan :
- Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.
Misalnya :
5 ampere
- Dalam nama orang, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan
huruf pertama kata bin atau binti.
Misalnya :
Abdullah bin Zaini
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang
yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya :
pascal seconds Pas
N Newton
g). Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya :
Bangsa Indonesia
-
15
Suku Banjar17
h). Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk
ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, serta dokumentasi resmi.
Misalnya :
Warga dunia mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menengahi
agresi Israel ke Palestina.
i). Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah,
surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di,ke,dari, dan,
yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya :
Aku baru saja membaca Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia.
j). Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya :
S.Hum. (Sarjana Humaniora) dan S.H. (Sarjana Hukum)
Nn. Utami (Nona Utami)18
Jadi, penulisan huruf kapital adalah salah satu aturan yang terdapat di
dalam Ejaan yang Disempurnakan yang harus ditaati cara penulisannya.
2. Penulisan Huruf Miring
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam tulisan
17
Tim Bahasa, Pedoman Lengkap EYD Ejaan Yang Disempurnakan, (Yogyakarta: Cahaya Atma, 2011), h. 9.
18Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI,
Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: TransMedia, 2010), h. 10.
-
16
tangan atau ketikan, kata yang harus ditulis dengan huruf miring
ditandai dengan garis bawah satu.
Misalnya:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menerbitkan majalah
Bahasa dan Kesustraan.
Berita itu sudah saya abaca dalam surat kabar Angkatan Bersenjata dan
Republik.
Catatan:
Garis bawah satu, sebagai tanda kata yang dicetak miring, harus
terputus-putus, kata demi kata.
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Kata daripada digunakan secara tepat dalam kalimat Penyelenggaraan
Pemilu 1999 lebih baik daripada pemilu-pemilu sebelumnya.
Buatlah kalimat dengan kata dukacita.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-
nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali
yang disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran untuk kata
upgrading?
Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mangestana.
Catatan:
Sebenarnya, banyak penulisan huruf miring yang lain ataupun
penandaan suatu maksud dengan memakai bentuk huruf tertentu
(ditebalkan dan sebagainya). Akan tetapi, soal itu lebih menyangkut
masalah tipografi pencetakan.19
19
E. Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, op. cit., h. 209.
-
17
b. Penulisan Kata
1. Kata Turunan (khususnya kata gabung berimbuhan)
Imbuhan (awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya. Perhatikan contoh berikut ini!
Tanggung jawab bertanggung jawab
Garis bawah garis bawahi
Bentuk dasar gabungan kata yang sekaligus mendapat awalan dan
akhiran (konfiks) ditulis serangkai.
Tanggung jawab mempertanggungjawabkan
Tidak adil ketidakadilan
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi,
gabungan kata tersebut ditulis serangkai. Perhatikan penulisan kata-kata
berikut ini!
Amoral Antarkota
Adipati Narapidana
Swadaya Ekstrakulikuler
2. Kata Depan (Preposisi)
Kata depan dituliskan terpisah dengan kata yang mengikutinya,
kecuali daripada dan kepada (yang dianggap satu kata).
Misalnya:
Lebih baik tinggal di sini daripada pergi ke daerah itu.
Surat itu dikirimkan kepada orang tuanya di desa.
Perhatikan penulisan kata-kata yang dicetak miring berikut ini!
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
-
18
Baru saja dia masuk, kemudian keluar lagi.
Kata depan dari dapat digunakan untuk menunjukkan pengertian
tempat atau asal yang ditinggalkan, sejak, asal atau bahan suatu
benda, dan di antara, sedangkan kata depan daripada digunakan untuk
menyatakan perbandingan dua hal atau lebih tidak ada kata dari atau
daripada yang berarti milik.
3. Partikel
Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Perhatikan contoh berikut ini!
Di manakah kau taruh barang berharga itu?
Demikianlah maksud kedatangan saya.
Partikel per dan pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya.
Apa pun yang dimakannya, dia tetap kurus.
Satu per satu mereka memasuki ruang pemeriksaan.20
4. Singkatan dan Akronim
Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan, yang terdiri atas satu huruf
atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkatdiikuti
dengan tanda titik.
Misalnya:
Nn. Rosi Maria Adha
Jend. Muhammad Fauzi
20
Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 27.
-
19
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atau huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
RAPBN Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik.
Misalnya:
Dll. dan lain-lain
Dsb. dan sebagainya
Adapun untuk singkatan yang terdiri atas dua huruf, ditulis sebagai
berikut.
a.n. atas nama
s.d. sampai dengan
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik.
Cm sentimeter
Kg kilogram
Akronim
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, atau pun gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata yang diperlakukan sebagai kata.
-
20
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
UIN Universitas Islam Negeri
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Mendagri Menteri Luar Negeri
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret serta seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:
Presdir presiden direktur21
5. Pemakaian Angka dan Lambang Bilangan
Lambang bilangan dapat dinyatakan dengan angka, baik angka arab
(0,1,2, dan seterusnya) maupun angka romawi (I,II,III, dan seterusnya).
Angka arab digunakan untuk menyatakan:
(1) Ukurang panjang. Berat, dan isi;
(2) Satuan waktu;
(3) Nilai uang;
(4) Nomor rumah, apartemen, atau kamar pada alamat;
(5) Nomor bagian-bagian dalam naskah dan karya tulis;
(6) Jumlah dari suatu hal, barang, atau orang.22
a). Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara
berikut. Misalnya :
21
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, op. cit., h. 13.
22Masnur Muslich, Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa
Indonesia, (Malang: Bumi Aksara, 2008), h. 145.
-
21
Menurut hasil pertandingan sementara, Chelsea masih bertengger
di posisi ke-4, menyusul Arsenal di posisi ke-3, Liverpool di posisi
ke-2, dan MU di posisi pertama.
b). Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan
digunakan secara berurutan, seperti dalam perincian dan
pemaparan. Misalnya :
Kelas itu terdiri atas dua puluh orang. Panitia lomba membeli 70
pulpen, 140 pensil, dan 280 buku untuk persiapan hadiah.
c). Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika
perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal
kalimat.Misalnya :
Sepuluh tim terdaftar dalam lomba cerdas cermat itu.
Lomba jalan santai itu diikuti oleh 140 peserta.
d). Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat,
luas, da nisi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, serta (iv) kuantitas.
Misalnya :
Tinggal minimal untuk menjadi pramugari adalah 160 sentimeter.
Bibi membeli 3 kilogram beras.
e). Angka lazim digunakan untuk melambangkan nomor jalan ,
rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya :
Jalan Kampus II no. 8
f). Angka digunakan untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci. Misalnya :
Surah Alfatihah: 1
-
22
g). Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai
berikut.
Bilangan utuh
Sebelas 11
Bilangan pecahan
Setengah
h). Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran an
mengikuti cara berikut.
Barang antik itu berasal dari tahun 1700-an
Harga baju di toko itu sekitar 50.000-an
i). Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja
sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya :
Kuis itu menjanjikan hadiah 500 juta rupiah.
j). Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus
dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan
kuitansi. Misalnya :
Ochi mengoleksi tiga puluh tas.
k). Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf,
penulisannya harus tepat. Misalnya :
Saldo terakhir di ATM-ku berjumlah Rp.49.999 (empat puluh
sembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan
rupiah)23
.
23
Ibid, h. 15.
-
23
Jadi, pemakaian angka dan bilangan adalah salah satu
aturan yang terdapat di dalam Ejaan yang Disempurnakan yang
harus ditaati cara pemakaiannya.
6. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan nya (Pronomina)
Kata ganti ku-, kau- ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya: -ku, -mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya. Misalnya:
Majalah itu boleh kubaca
Kamarnya sedang diperbaiki
Catatan:
Kata-kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkai dengan tanda
hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan
atau kata yang diawali huruf kapital.
Misalnya:
BPKB-nya
KTP-ku
Kata si dan sang
kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Ibu itu membelikan sang suami sebuah computer.
Surat itu diberikan kepada si penerima.
Catatan:
Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata
itu diperlukan sebagai unsur nama diri.
Misalnya:
Dalam cerita itu, Si Pitung berkelahi dengan penjajah.
Petani itu marah sekali kepada Sang Kancil.24
24
Tim Bahasa, op. cit., h. 41.
-
24
7. Kata Ulang (Reduplikasi)
kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan, kata
ulang terbagi menjadi ke dalam empat jenis, yakni sebagai berikut.
a. Kata ulang dasar (dwilingga) disebut pula perulangan utuh.
Misalnya: mobil-mobil, gedung-gedung.
b. Kata ulang berimbuhan adalah bentuk perulangan yang disertai
proses pengimbuhan.
Misalnya: padi-padian, mobil-mobilan.
c. Kata ulang berubah bunyi (salin suara) adalah bentuk perulangan
yang disertai dengan perubahan bunyi.
Misalnya: sayur-mayur, mondar-mandir.
d. Kata ulang sebagian (dwipurwa) adalah bentuk perulangan yang
terjadi hanya pada sebagian bentuk dasar.
Misalnya: pepohonan, melihat-lihat.
8. Kata Sandang (Artikula)
Kata sandang adalah kata yang dipakai untuk membatasi kata
benda. Kata sandang dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut.
a. Kata sandang yang mendampingi kata benda dasar.
Misalnya: si monyet, para guru.
b. Kata sandang yang mendampingi kata benda yang dibentuk dari
kata dasar (nomina deverbal).
Misalnya: si terdakwa, si perampok.
c. Kata sandang yang mendampingi kata ganti.
Misalnya: si dia, sang aku.
d. Kata sandang yang mendampingi kata kerja pasif.
Misalnya: kaum teraniaya, si tertuduh.25
25
Ernawati Waridah, op. cit,. h. 282.
-
25
c. Penggunaan Tanda Baca
Tanda baca menurut Kusno Budi Santoso adalah suatu alat
kalimat yang berupa tanda-tanda ekstra lingual seperti koma (,), titik (.),
tanda seru (!), dan sebagainya yang sangat besar peranannya dalam
menentukan makna kalimat.26
Tanda baca merupakan pengganti intonasi, nada, dan tekanan yang
muncul dalam ragam lisan. Tanda baca dapat membantu pembaca untuk
memahami jalan pikiran penulisnya. Alangkah sulitnya kita memahami
suatu tulisan yang tidak dilengkapi dengan tanda baca.27
Pemakaian tanda baca dalam ejaan bahasa Indonesia yang
Disempurnakan mencakup pengaturan tanda titik, tanda koma, tanda titik
dua, tanda hubung,tanda pisah, tanda elipsis, tanda tanya, tanda seru, tanda
kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda ulang,
tanda garis miring, dan penyingkat28
.
Jadi, tanda baca merupakan alat yang dipergunakan dalam kalimat
yang berupa tanda ekstra lingual, seperti tanda titik, tanda koma, tanda
Tanya, dan sebagainya. Gunanya untuk menjadi pembatas atau penjeda
dalam kata maupun kalimat.
a) Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan. Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Hari ini tanggal 6 April 2008.
26 Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Prktis Bahasa
Baku, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 128. 27
Felicia N. Utorodewo, Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, (Depok: Universitas Indonesia, 2006), h. 125.
28E. Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, op. cit., h. 197.
-
26
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat jenderal Agraria
1. .
1. Patokan umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan : tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf
dalam suatu bagian atau ikhtisar jika angka atau huruf itu
merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik
yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
e. tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit
dalam daftar pustaka.
-
27
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara, Weltevredan: Balai
Poestaka.
f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpendudukan 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kebudayaan (Bab 1 UUD 1945)
h. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan
tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan di Ponegoro 82
Jakarta (tanda titik)
Yth.Sdr. Moh. Hasan (tanda titik)
Jalan Arif 41 (tanda titik)
Atau:
Kantor Penempatan Kerja (tanda titik)
b). Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian
-
28
atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli tas, pena, dan tinta.
Satu, dua, ..tiga!
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang
satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata
hubung seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan induk
kalimat jika anak kalimat mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan
induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan pengubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di
dalamnya oleh Karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu,
danakan tetapi.
Misalnya:
.Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
. Jadi, soalnya tidak semudah itu.
e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata ibu, Saya gembira sekali.
-
29
Saya gembira sekali, kata ibu,karena kamu lulus.
f. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik
yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama
diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
C. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
g. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak laki-laki yang makan
sirih.
h. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah,
aduh, kasihan, dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jauh.
i. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-
bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Surabaya, 10 Mei 1960
j. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa
Indonesia.Jilid 1 dan. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
-
30
k. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
W.J.S Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-
mengarang (Yogyakarta; UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara
rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp. 12,50
m. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca-di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan
sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa.
Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.
n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan letikan langsung dari
bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan itu
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
Di mana Saudara tinggal? tanya Karim.
Berdiri lurus-lurus! perintahnya.
c). Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap
jika diikuti rangkaian atau pemerian.
-
31
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup
atau mati.
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai jurusan ekonomi umum dan jurusan
ekonomi perusahaan.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
Tempat Sidang : Ruang 104
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Waktu : 09.30
c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) Bawa kopor ini, Mir!
Amir : Baik, Bu (mrngangkat kopor dan masuk)
Ibu : Jangan lupa. Letakkan baik-baik! (duduk di kursi besar)
d. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan
anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku
acuan dalam karangan.
-
32
Misalnya:
Tempo, 1 (1971), 34:7
Surah Yasin: 9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi,
sudah terbit.
d). Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma (;) dapat digunakan:
a. Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan kami belum selesai juga.
b. Untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk di dapur; adik
menghafalkan pelajarannya; saya sendiri sedang mendengarkan
radio.29
e). Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.
29
Chaer, op. cit,. h. 76.
-
33
b. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan
bagian-bagian kata atau ungkapan dan (ii) penghilang bagian
kelompok kata.
Misalnya:
Ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5000) tanggung
jawab dan kesetiakawanan-sosial.
Bandingkan dengan:
Be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 x 2500), tanggung
jawab dan kesetiakawanan social
c. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata
berikutnya yang dimulai dengan huruf capital, (ii) ke- dengan
angka, (iii) angka dengan an, (iv) singkatan berhuruf capital
dengan imbuhan atau kata, atau (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia,
se-Jawa Barat,
hadiah ke-2,
d. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa
Indonesia dengan unsure bahasa asing.
Misalnya:
Di-smash, pen-tackle-an
e. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang
terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada juga ca-ra yang baru.
Suku kata yang berupa vocal tidak ditempatkan pada ujung
baris atau pangkal baris.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
Telah disampaikan.
Atau
-
34
Beberapa pendapat mengenai masalah
Itu telah disampaikan.
Bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah i-
tu telah disampaikan .
f. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di
belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya
pada pergantian baris.
Misalnya:
Kami ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas
kukuran baru itu memudahkan kita meng-
ukur kelapa
akhiran i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf
saja pada pangkal baris.
g. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu
dan bagian-bagian tanggal30
.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
f). Tanda Pisah ()
a. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau
kalimat yang memberikan penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan ituhak segala bangsaharus
dipertahankan.
30
Ernawati Waridah, op. cit,. h. 37.
-
35
Keberhasilan itusaya yakindapat dicapai kalau kita
mau berusaha keras.
b. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan
aposisi atau keterangan yang lain, sehingga kalimat menjadi
lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan inievolusi, teori kenisbian, dan kini
juga pembelahan atomtelah mengubah konsepsi kita tentang
alam semesta.
Gerakan pengutamaan Bahasa Indonesiaamanat sumpah
pemudaharus terus di tingkatkan.
c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau
tempat dengan arti sampai dengan atau sampai ke.
Misalnya:
Tahun 19282008
JakartaBandung
Catatan:
1. Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan
keterangan tambahan pada akhir kalimat.
Misalnya: Kita memerlukan alat tulis-pena, pensil dan kertas.
2. Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah
tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
g). Tanda Elipsis ()
Tanda ellipsis berupa tiga buah titik () digunakan untuk menunjukkan
adanya bagian-bagian kalimat yang dihilangkan.
Misalnya:
-
36
Sebab-sebab kemerosotan akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Kalau tanda ellipsis itu berada pada akhir kalimat, maka ditambah satu titik
lagi, yaitu titik yang menyatakan berakhirnya kalimat itu; jadi, semuanya ada
empat buah titik.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-
hati.
h). Tanda Tanya (?)
Tanda Tanya (?) digunakan:
a. Pada akhir kalimat tanya
Misalnya:
Siapa namamu?
Anda sudah tahu, bukan?
b. Untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau kurang dapat
dibuktikan kebenarannya (dalam hal ini tanda Tanya itu diapit oleh tanda
kurung).
Misalnya:
Dia dilahirkan tahun 1918 (?) di Jakarta.
Ayahnya bekerja di kantor pos (?)
i). Tanda Seru (!)
-
37
Tanda seru (!) digunakan sesudah kalimat, ungkapan, atau
pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menyatakan
kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah besarnya kapal itu!
Merdeka!
j). Tanda Kurung (())
Tanda kurung digunakan:
a. Untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Kami mengunjungi Monas (Monumen Nasional)
Hadir juga dalam acara itu Letjen (Purnawirawan) T.B.
Simatupang.
b. Untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Sajaknya yang bejudul Ubud (nama tempat terkenal di pulau Bali)
ditulis pada tahun 1962.
Dia pindah ke Genteng (Kota kecil dekat Banyuwangi, Jawa Timur)
mengikuti orang tuanya.
c. Untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
keterangan, tanpa kurung buka.
Misalnya:
Factor-faktor produksi meyangkut masalah berikut:
-
38
1) Alam
2) Tenaga kerja; dan
3) Modal.
k). Tanda Kurung Siku ( [ ] )
Tanda kurung siku ( [ ] ) digunakan:
a. Untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi, atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di
dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Sapurba [d]engar bunyi gemerisik.
b. Untuk mengapit keterangan di dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Misalnya:
(Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat Bab 1] tidak
dibicarakan) .
l). Tanda Petik ()
Tanda petik () digunakan:
a. Untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan
naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis
sama tinggi di sebelah atas baris.
Misalnya:
-
39
Kata ayah, Saya akan datang.
Saya belum siap, jawab Nita, tunggu sebentar.
b. Untuk mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai
di dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak Aku karangan Chairil Anwar terdapat pada halaman
terakhir buku itu.
c. Untuk istilah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara coba dan ralat saja.
Catatan:
a. Tanda petik penutup terletak di belakang tanda baca yang mengakhiri
petikan langsung.
Misalnya:
Kata adik, Saya mau makan.
b. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di
belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai
dengan arti kusus.
Misalnya:
Karena perutnya besar, ia mendapat julukan Si Gendut.
m). Tanda Petik Tunggal ()
-
40
Tanda petik tungga dipakai:
a. Untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, Kau dengarkah bunyi kring-kring tadi?
b. Untuk mengapit terjemahan atau penjelasan kata, atau ungkapan asing.
Misalnya:
Rate of inflation laju inflasi
n). Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring digunakan:
a. Dalam penomoran kode surat.
Misalnya:
No. 07/PR/1976
b. Sebagai pengganti kata dan, per, atau nomor pada alamat.
Mahasiswa/mahasiswi
o). Tanda Penyingkat (apostrof)
Tanda penyingkat (apostrof) digunakan sebagai tanda adanya
penghilangan bagian kata.
Misalnya:
Ali kan kutemui (kan = akan)
Malam tlah larut (lah = telah)31
31
Chaer, op. cit,. h. 84.
-
41
Jadi, tanda baca adalah salah satu aturan yang terdapat di dalam Ejaan
yang Disempurnakan yang harus ditaati cara penggunaanya. Tanda baca yang
terdiri dari 15 tanda diantaranya tanda titik, tanda koma, tanda titik dua, tanda
hubung, tanda pisah, tanda petik, tanda petik tunggal.
3. Buku Teks (Text Book)
a. Pengertian Buku Teks (Text Book)
A. J. Loveridge bersama tiga rekannya dalam buku Preparing Textbook
Manuscripts: A Guide for Authors in Developing Countries (1970)
memberikan definisi textbook sebagai berikut:
Buku pelajaran adalah buku sekolah yang memuat bahan yang telah dipilih
mengenai mata pelajaran tertentu dan disusun secara sistematis untuk
dipahami.32
Minto Rahayu mengungkapkan bahwa, Buku teks (Textbook)
merupakan tulisan ilmiah yang mempunyai sumber bahan pustaka dan
dipergunakan untuk keperluan pendidikan dan pengajaran.33
Buku pada dasarnya adalah suatu karangan berisi gagasan seseorang yang
dicetak pada lembaran-lembaran yang dijahit/dilekatkan dengan diberi sampul
sehingga memiliki bentuk wajah dan susunan fisik tertentu.
Untuk memberikan pemahaman lebih luas dapatlah dikutipkan definisi
tentang buku yang dirumuskan oleh para ahli luar negeri.
A unit of publication, either bibliographically independent. Or a volume in a
series published under the same title.
(Suatu satuan terbitan, baik yang secara bibliografis berdiri sendiri atau
suatu jilid dalam suatu seri yang diterbitkan di bawah judul yang sama.)
32
The Liang Gie, Terampil Mengarang, (Yogyakarta: ANDI, 2002), h. 143. 33
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 30.
-
42
(Dari Educational Technology: Definition and Glossary of Terms, Volume 1,
1977.34
Presiden suatu universitas Carl R. Woodward (dimuat dalam buku Alfred
Stefferud, ed., The Wonderful World of Books, 1953) merumuskan peranan
buku demikian:
Books are the instruments for perpetuating the body of knowledge painfully
and slowly accumulated through the ages of man. Through them cultural
resources of mankind become the birthright of the generations to come.
(Buku-buku merupakan peralatan untuk mengekalkan kumpulan pengetahuan
yang secara susah payah dan perlahan-lahan dihimpun selama abad-abad
hidup manusia. Melaluinya sumber daya budaya umat manusia menjadi hak
waris angkatan-angkatan mendatang.)35
Ada yang mengatakan bahwa buku teks adalah rekaman pikiran rasial
yang disusun buat maksud-maksud dan tujuan-tujuan intruksional (Hall
Quest, 1915).
Ahli yang lain menjelaskan bahwa buku teks adalah buku standar/buku
setiap cabang khusus studi. (Lange, 1940).
Ahli yang lain mengemukakan bahwa buku teks adalah buku yang
dirancang buat penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapakan
oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu.(Bacom, 1935).
Menurut Djago Tarigan dan Henry Guntur Tarigan, Buku teks merupakan
buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar yang
disusun oleh pakar dalam bidang itu dan mudah dipakai di sekolah-sekolah
sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran.36
34
Gie. op. cit., h. 131. 35
Gie, op. cit., h. 132. 36
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 13.
-
43
Menurut Chambliss dan Calfee (1998), Buku teks adalah alat bantu siswa
untuk memahami dan belajar dari hal-hal yang dibaca dan untuk
memahami dunia (di luar dirinya). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwa buku teks (buku pelajaran)
adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi
pembelajaran yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.37
Bahasa buku, apalagi buku pelajaran, harusnya menggunakan bahasa baku,
bahasa standar. Keberhasilan pengajaran di sekolah sebagian besar ditentukan
oleh sang guru yang mengajar. Bagaimanapun lengkapnya sarana, apabila
guru kurang pandai menyajikan pelajaran, hasilnya akan tidak memuaskan.
Buku-buku pelajaran yang ditulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan
benar akan menjadi salah satu factor penunjang dalam keberhasilan pelajaran
bahasa Indonesia di sekolah-sekolah.
Kita mengakui masih banyak buku yang dipakai di sekolah-sekolah
sebagai buku pelajaran ditulis dengan bahasa yang kurang baik. Buku-buku
yang ditulis oleh perseorangan yang dipakai baik oleh guru maupun oleh
murid banyak yang harus diperbaiki lagi bahasanya. Tanpa perbaikan bahasa,
sebaiknya buku-buku seperti itu dilarang peredarannya oleh yang berwenang.
Gagasan bahwa tiap buku yang akan diterbitkan oleh setiap penerbit harus
diteliti bahasanya, kemudian diperbaiki kesalahan-kesalahan yang terdapat
di dalamnya, merupakan suatu gagasan yang baik sekali. Seorang
penyunting bahasa haruslah memperhatikan: 1) susunan kalimat yang
baik; 2) bentukan kata yang tepat; 3) penggunaan ungkapan secara tepat;
4) pemilihan kata secara tepat dilihat dari segi makna; 5) penggunaan
37Masnur Muslich, Hakikat dan Fungsi Buku Teks, http://masnur-
muslich.blogspot.com/2008/10/hakikat-dan-fungsi-buku-teks.html diakses tgl 21 Agustus
2015 12.18 WIB
http://masnur-muslich.blogspot.com/2008/10/hakikat-dan-fungsi-buku-teks.htmlhttp://masnur-muslich.blogspot.com/2008/10/hakikat-dan-fungsi-buku-teks.html
-
44
istilah secara tepat; 6) penulisan alinea secara tepat; 7) penggunaan tanda
baca sesuai dengan aturan ejaan umum yang berlaku.38
Jadi, berdasarkan beberapa pengertian tersebut, buku teks merupakan buku
pelajaran yang menjadi pegangan siswa/mahasiswa yang digunakan dalam
mempelajari bidang studi tertentu, disusun dan distandarkan oleh pakarnya
dengan maksud dan tujuan intruksional yang dilengkapi dengan sarana-sarana
pengajaran yang sesuai dan mudah dipahami.
b. Struktur Buku Teks
Buku pelajaran sebagai suatu karangan ilmiah yang memuat bahan
pelajaran memiliki susunan fisik tertentu. Bagian-bagian buku yang
membentuk susunan fisik itu meliputi:
a. Judul
Buku yang diterbitkan mempunyai judul berupa nama yang
menyatakan secara singkat apa yang merupakan isi buku. Judul
diperlukan untuk pendaftaran ciptaan, perjanjian penerbitan, pencatatan
daftar buku maupun untuk keperluan penggolongan karangan dan
pembuatan kartu catalog pada perpustakaan.
b. Pagina judul
Pagina judul adalah suatu halaman pada awal buku yang
mencantumkan secara lengkap keterangan-keterangan berupa judul
selengkapnya dari buku, nama pengarang dari buku, edisi dan
cetakulang yang ke berapa, dan keterangan mengenai penerbit buku.
c. Kata persembahan
38
J.S. Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia pustaka Utama, 1993), h. 37.
-
45
Dedication atau kata persembahan dapat berwujud sebuah
ungkapan pendek atau serangkaian kalimat yang merupakan suatu
alinea yang cukup panjang.
d. Prakata
Prakata berisi penjelasan dari pengarang kepada para pembaca
dengan bahasa yang tidak terlampau resmi dan dalam nada sebagai
sahabat.
e. Kata pendahuluan
Kata pendahuluan merupakan semacam prakata yang ditulis oleh
seseorang lain yang bukan pengarang dari buku yang bersangkutan.
f. Ucapan penghargaan
Bilamana orang-orang atau badan-badan yang memberikan
bantuan kepada seorang pengarang dalam pengumpulan bahan,
penulisan naskah, atau penyempurnaan buku cukup banyak dan perlu
disebut satu demi satu, pengarang dapat menyediakan halaman
tersendiri untuk menuliskan kata-kata penghargaan atau ucapan terima
kasih.
g. Pengantar
Pengantar merupakan pembahasan awal yang sudah termasuk
dalam bagian isi buku.
h. Daftar isi
Daftar isi mencatat secara urut pembagian dan perinci buku yang
bersangkutan dalam bagian (part), bab (chapter), sampai paragraph
(section).P
i. Judul bab
-
46
Karya tulis ilmiah dan buku pelajaran harus dibagi dalam sejumlah
bab atau rincian lainnya sesuai dengan luasnya materi yang
dipaparkan.
j. Daftar bacaan
Bibliografi adalah suatu daftar yang mencantumkan segenap
sumber bacaan (buku dan artikel) yang digunakan oleh pengarang
dalam menulis bukunya.
k. Daftar istilah
Bagi buku pelajaran yang cukup luas dan menyangkut banyak
istilah ilmiah atau perkataan teknis, pengarang sebaiknya menyusun
sebuah daftar istilah. Daftar itu dapat memuat istilah-istilah Indonesia
saja atau istilah asing (misalnya bahasa Inggris) dengan terjemahannya
dalam kata Indonesia. Istilah-istilah harus diurutkan menurut abjad dari
A sampai Z.
l. Lampiran
Lampiran adalah bahan-bahan yang ditambahkan pada isi buku.
m. Indeks39
Indeks adalah suatu daftar menurut urutan abjad dari
istilah/konsep/topik dan nama tokoh/ahli/penulis lain yang
diperbincangkan dalam buku yang bersangkutan dengan disertai nomor
pagina yang memuat perbincangan itu.
Dengan demikian, struktur buku teks berisi bagian-bagian buku yang
dirangkai menjadi susunan fisik sebuah buku.
39Gie, op. cit., h. 134.
-
47
c. Fungsi Buku Teks
Greene dan Petty dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan lebih
jauh menyebutkan beberapa peranan buku teks, yaitu:
a. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern
mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam
bahan pengajaran yang disajikan
b. Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca
dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa
c. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan betahap mengenai
keterampilan-keterampilan ekspresional
d. Menyajikan bersama-sama dengan buku manual yang
mendampinginya, mengenai metode-metode dan sarana-sarana
pengajaran untuk memotivasi para siswa
e. Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan
juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis.
f. Menyajikan bahan atau sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan
tepat guna40
.
Beberapa peranan buku teks dalam pengajaran selain yang tertera di atas,
antara lain:
a. Buku teks sebagai pengisi bahan haruslah menampilkan sumber bahan
mantap, susunannya teratur dan sistematis.
b. Bahan yang terkandung dalam buku teks hendaknya tersusun rapi.
c. Metode dan sarana penyajian bahan dalam buku teks harus memenuhi
syarat-syarat tertentu.
d. Buku teks juga sebaiknya menyajikan bahan secara mendalam.
e. Di samping sebagai sumber bahan, buku teks juga berperan sebagai
sumber atau alat evaluasi dan pengajaran remedial.
40
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 17.
-
48
Buku mempunyai berbagai macam fungsi atau peranan dalam dunia
pendidikan, buku sangat bermanfaat bukan hanya untuk siswa melainkan
untuk semua orang yang membacanya.
b. Kualitas Buku Teks
Sebuah buku teks dikatakan berkualitas baik apabila buku tersebut
memenuhi sebelas butir kriteria dibawah ini:
a. Sudut pandangan (point of view)
b. Kejelasan konsep
c. Relevan dengan kurikulum
d. Menarik minat
e. Menumbuhkan motivasi
f. Menstimulasi aktivitas
g. Ilustratif
h. Komunikatif
i. Menunjang mata pelajaran lain
j. Menghargai perbedaan individu
k. Memantapkan nilai-nilai41
Kualitas buku sangat ditentukan dari materi apa yang disampaikan di
dalam buku tersebut, pentingnya menciptakan buku yang kreatif dan inovatif
dalam setiap materi akan menumbuhkan motivasi dan semangat bagi yang
membacanya.
c. Keterbatasan Buku Teks
Greence dan Petty telah mengidentifikasi keterbatasan buku teks.
Keterbatasan buku teks itu, antara lain:
a. Buku teks itu sendiri tidaklah mengajar (walaupun beberapa kegiatan
belajar dapat dicapai dengan membacanya) tetapi merupakan suatu
sarana pengajaran.
41
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, op. cit., h. 23.
-
49
b. Isi yang disajikan sebagai perangkat-perangkat kegiatan belajar dipadu
secara artificial atau secara buatan saja bagi setiap kelas tertentu.
c. Pelatihan-pelatihan dan tugas-tugas praktis agaknya kurang memadai
karena keterbatasan-keterbatasan dalam ukuran buku teks dan
dikarenakan begitu banyaknya praktik-praktik, pelatihan yang perlu
dilaksanakan secara perbuatan.
d. Sarana-sarana pengajaran juga sangat sedikit dan singkat karena
keterbatasan-keterbatasan ruang, tempat, atau wadah yang tersedia di
dalamnya.
e. Pertolongan-pertolongan atau bantuan-bantuan yang berkaitan dengan
evaluasi hanyalah bersifat sugestif dan tidaklah mengevaluasi
keseluruhan yang diinginkan.42
Buku merupakan suatu sarana pengajaran, buku bukanlah guru yang bisa
secara leluasa menyampaikan maksud dan tujuan tertentu. Dalam keterbatasan
itulah buku tidak selalu bisa dijadikan tolak ukur dalam mengevaluasi setiap
pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan
Muhriji (2012), mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan daerah fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, melakukan penelitian tanda mengenai Kesalahan
Penggunaan Tanda Baca dalam Karangan Narasi Siswa Kelas XI MA Al-
Khaeriyah Karang Tengah Cilegon, Banten Tahun Pelajaran 2012/2013.
Masih banyak terjadi kesalahan tanda baca pada karangan narasi yang di buat
oleh siswa. Sehingga di butuhkan metode yang dapat meningkatkan
pengetahuan siswa tentang menulis tanda baca yang sesuai dengan EYD. Dan
di butuhkan perhatian dan motivasi dari guru untuk meningkatkan pemahaman
dan kemampuan tentang tanda baca yang dimiliki siswa. Penelitian penulis
42
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, op. cit., h. 26.
-
50
berbeda dengan penelitian Muhriji yang fokus meneliti penggunaan tanda baca
dalam karangan narasi yang ditulis oleh siswa. Sedangkan penelitian penulis
fokus meneliti EYD pada buku teks yang digunakan di sekolah.
Retno Kurniasari Widianingsih (2014), mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan daerah Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta,
melakukan penelitian mengenai Analisis Kesalahan Ejaan pada Buku Teks Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Kelas VI Sekolah Dasar Terbitan Yudhistira
dan Erlangga. Masih banyak terjadi kesalahan dalam kedua buku tersebut,
sehingga dibutuhkan ketelitian yang lebih lagi untuk setiap buku yang akan terbit.
Penelitian penulis berbeda dengan penelitian Retno Kurniasari Widianingsih yang
fokus meneliti ejaan pada buku teks SD terbitan Yudhistira dan Erlangga.
Penelitian penulis fokus meneliti EYD pada buku teks SMA terbitan
Kemendikbud.
Widyaningsih (2009), Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta melakukan penelitian yang berjudul Kesalahan
Ejaan dan Ketidakbakuan Kata pada Karangan Argumentasi Siswa Kelas X
SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2008/2009 menyatakan bahwa
kesalahan yang dibuat siswa sebagian besar terletak pada pemakaian huruf
kapital, tanda baca, kata depan, singkatan, dan kata tidak baku. Kesalahan
disebabkan ketidaktahuan siswa akan pembatasan kaidah-kaidah kebahasaan.
Penelitian penulis berbeda dengan penelitian Widyaningsih yang fokus
meneliti ejaan dan ketidakbakuan kata pada karangan argumentasi yang ditulis
oleh siswa. Penelitian penulis fokus meneliti EYD pada buku teks yang
digunakan di sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Muhriji, Retno Kurniasari Widianingsih, dan Widyaningsih.
-
51
Penelitian yang dilakukan oleh Muhriji subjeknya adalah karangan narasi yang
ditulis oleh siswa dan objeknya adalah tanda baca yang terdapat di dalam
karangan narasi tersebut. Penelitian yang dilakukan Retno Kurniasari
Widianingsih subjeknya adalah buku teks pelajaran Bahasa Indonesia dan
objeknya adalah buku teks bahasa Indonesia. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Widyaningsih subjeknya adalah karangan argumentasi yang
ditulis oleh siswa dan objeknya adalah ejaan dan ketidakbakuan kata dalam
karangan argumentasi tersebut. Berbeda dengan ketiga penelitian yang
dilakukan oleh Muhriji, Retno Kurniasari Widianingsih dan Widyaningsih.
Peneliti melakukan penelitian mengenai analisis kesalahan EYD pada buku
teks bahasa Indonesia yang digunakan di sekolah. Dalam penelitian ini
subjeknya adalah buku teks bahasa dan sastra Indonesia yang digunakan di
sekolah dan objeknya adalah Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
Dari penelitian di atas, telah dilakukan berbagai penelitian mengenai
analisis kesalahan EYD. Hasilnya menunjukkan masih terdapat banyak
kesalahan dalam penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang terdiri
dari penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca. Oleh karena
itu, penelitian tentang analisis kesalahan EYD masih sangat menarik untuk
dilakukan.
Penelitian ini membahas tentang Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang
Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan