BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga
berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek
perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang
sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan
antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung
kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I –III untuk
setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran,
IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam
pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya
mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan
dengan mata pelajaran itu.
Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala
sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata
pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak
untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 1
Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah, muncul
permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka
mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus
sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
yang lain.
Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas
satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas
empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama
angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%,
kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.
Mata pelajaran Matematika nampaknya masih sebagai “hantu” bagi
sebagian besar siswa khususnya bagi siswa di Sekolah Dasar. Namun pada
dasarnya jika pelajaran Matematika tersebut diberikan atau disampaikan
dengan cara dan modifikasi yang berbeda tetapi tidak menyimpang dari
tujuan pembelajaran tentunya matematika dapat dipahami dan diterima
dengan baik pula.
Salah satu contoh pokok bahasan pada mata pelajaran matematika
adalah perkalian dan pembagian dasar pada bilangan cacah yang telah
diajarkan mulai kelas II semester 2. Menyimak materi dan pokok bahasan
serta peserta didik yang masih belum bisa menerima materi dengan baik,
maka perlu suatu metode dan media pembelajaran yang mudah diserap dan
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 2
ditangkap oleh peserta didik, dengan tidak mengurangi tujuan dari model
pembelajaran tematik.
Perkalian merupakan topik yang amat krusial/penting dalam
pembelajaran matematika karena amat sering dijumpai terapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Definisi perkalian sendiri secara sederhana dapat
dinyatakan bahwa: perkalian adalah penjumlah secara berulang ulang.
Contoh: 4 x 5 dapat dijabarkan 5 + 5 + 5 + 5 = 20, artinya adalah bilangan 5
dijumlahkan sebanyak 4 kali, maka dapat ditulis dalam bentuk perkalian 4 x
5, dimana angka 4 didapat dari banyaknya angka 5, dan angka 5 sendiri
adalah bilangan yang dikalikan.
Sejalan dengan perkalian, maka pembagian juga mempunyai pengertian
yang berbeda tetapi menggunakan pola yang hampir sama. Contoh : 10 : 2,
dapat dijabarkan 10 – 2 – 2 – 2 – 2 – 2 = 0, artinya 10 dikurangi 2 hasilnya
dikurangi 2 hasilnya lagi dikurangi 2 dan seterusnya hingga mendapatkan
hasil akhir 0 ( nol ). Dari penjabaran pembagian diatas dapat dituliskan
bentuk pembagian 10 : 2 = 5, dapat diambil pengertian secara sederhana 10
adalah bialangan yang akan dibagi dan 2 adalah bialangan pembagi,
sedangkan 5 adalah banyaknya angka 2 setelah bilangan yang dibagi tersebut
dikurangi sampai 0.
Penamanam konsep dan pemahaman konsep kepada siswa tentunya
tidak serta merta harus menggunakan bahan ajar berupa tulisan saja.
Alangkah baiknya apabila guru menggunakan media belajar yang bervariasi
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 3
yang memudahkan pemahaman siswa tentang materi perkalian dan
pembagian tersebut.
Selama ini penulis/peneliti memberikan pengertian perkalian dan
pembagian sebatas pengenalan saja dan siswa diminta menghafal perkalian 1
– 10. Sehinga pada saat siswa dihadapakan pada perkalian lanjut yang terdiri
dari 2 angka atau lebih maka siswa akan kesulitan.
Sebagai contoh, penulis memberikan penjelasan perkalian 4 x 5 = 20,
dan pembagian 20 : 5 = 4 kemudian dinyatakan bahwa perkalian kebalikan
dari pembagian begitu juga sebaliknya, sedangkan siswa hanya disuruh
menghafal saja tanpa mengerti bagaimana perkalian dan pembagian itu bisa
terjadi sebagai operasi hitung.
Permasalahan yang muncul adalah ketika penulis akan memberikan
sebuah pertanyaan perkalian atau pembagian dasar maka siswa akan
berusaha untuk mengingat perkalian, tentunya hal ini memakan waktu dan
energi yang banyak.
Jika disimpulkan dari uraian diatas, maka faktor yang menyebabkan
ketidakberahasilan dalam pembelajaran diatas adalah :
1. Penulis/peneliti menggunakan metode dan pembelajaran yang bersifat
tradisonal/konvensional yaitu hanya ceramah, pemberian tugas, dan tidak
dengan metode yang bervariasi dan kreatif.
2. Siswa/peserta didik selama pembelajaran tidak banyak memperhatikan
penjelasan guru, hal ini dikarenakan siswa merasa jenuh dan bosan dengan
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 4
pembelajaran matematika yang hanya menciptakan suasana tegang, serius,
dan menakutkan.
Berbeda cara tentunya juga akan berbeda hasilnya. Jika penulis/pneliti
sebelumnya mengenalkan konsep perkalian dan pembagian dengan metode
dan media belajar yang menarik dan konkret maka dengan waktu yang sedikit
siswa dapat memecahkan atau menjawab pertanyaan dengan benar.
Kegiatan bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari
anak. Banyak manfaat yang didapat dari kegiatan bermain, selain
menyenangkan anak, bermain dapat memupuk rasa sosial anak dan
meningkatkan kreativitas anak. Bermain juga dapat dijadikan sebagai
media pembelajaran. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Rumbold
(dalam Nevile Bennett at All, 2005, 23).
B. Rumusan masalah.
Melihat minat dan hasil bekajar siswa pada pembelajaran matematika
tentang pemahaman konsep perkalian dan pembagian, serta metode dan
media yang selama ini penulis ajarkan pada siswa, maka dapat diambil
rumusan masalah, yaitu : Apakah dengan alat peraga dakon, dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika
materi ajar perkalian dan pembagian, pada siswa kelas tematik.
C. Tujuan.
Adapun tujuan dari penyusunan Tinjauan Ilmiah ini adalah
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 5
1. Untuk mengetahui minat dan prestasi belajar siswa kelas tematik
dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian dan pembagian pada
pembelajaran matematika.
2. Memberikan informasi baik kepada pendidik maupun siswa bahwa
menggunakan metode pembelajaran Cooperative tipe demonstration
dengan permainan dakon, sangat efektif untuk pokok bahasan
perkalian dan pembagian pada pemebelajaran matematika tematik.
D. Manfaat Tinjauan Ilmiah.
1. Bagi siswa, hasil penyusunan Tinjauan Ilmiah dapat bermanfaat untuk
meningkatkan pemahaman, prestasi dan hasil belajar siswa pada konsep
operasi hitug perkalian dan pembagian dalam pembelajaran matematika.
2. Bagi guru, tinjauan ilmiah ini selain dapat menambah strategi dan metode
dalam pembelajaran matematika juga dapat meningkatkan kinerja dan
Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB).
3. Bagi sekolah, tinjauan ilmiah ini dapat sebagai bahan informasi dan
referensi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tujuan Pembelajaran Matematika
Matematika adalah mata pelajaran yang memiliki ciri – ciri yang
abstrak, berpola fikir deduktif dan konsisten. Matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran
yang penting dalam kehidupan sehari – hari.
Dalam penyampaian pembelajaran matematika khususnya bagi siswa di
sekolah dasar diperlukan suatu metode dan media belajar yang konkret untuk
dapat dipahami dan diserap oleh siswa. Sesuai apa yang tertuang dalam
kurikulum 2006 (KTSP) yang ada, tujuan umum dari matematika adalah
agar peserta didik mampu :
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma , secara luwes , akurat ,
efisien, dan cepat dalam memecahkan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat , melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi , menyusun bukti atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah ,
merancang model matematika , menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 7
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbul , tabel , diagram atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu:
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas
dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman
belajar, (Mulyasa, 2005). Oleh karena itu maka pembelajaran di sekolah perlu
adanya kreativitas dan aktivitas antara siswa dan guru.
Suyatinah, dkk (1999) mengemukan bahwa guru berkewajiban untuk
menciptakan suatu kondisi di sekolah, terutama di dalam kelas yang
memungkinkan anak mengembangkan minat untuk belajar matematika.
B. Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada
rentangan usia dini.Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi
merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena
itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga
akan berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD
biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah
mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat
melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 8
dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan
mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu,
perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain
mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah
mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu
berbagi, dan mandiri.
Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah dapat
mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi,
sudah mampu berpisah denganorang tua dan telah mulai belajar tentang benar
dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD
ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi,
mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan,meningkatnya
perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan
berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
C. Cara Anak Belajar
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri
dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori
perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif
yang disebut schemata yaitu system konsep yang ada dalam pikiran sebagai
hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya.
Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses
asimilasi(menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam
pikiran) dan akomodasi(proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 9
untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus
menerus akan membuat pengetahuan lama danpengetahuan baru menjadi
seimbang.
Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapa tmembangun
pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan
haltersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek
dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin
dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri
anak dengan lingkungannya
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada
rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai
berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek
situasi ke aspek lain secara reflektif danmemandang unsur-unsur secara
serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara
berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4)Membentuk
dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah
sederhana,dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami
konsep substansi, volumezat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan
belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
a. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang
konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik,
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 10
dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil
belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan
peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga
lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
b) Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang
dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah
konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak
yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
c) Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara
bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih
kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut,maka perlu diperhatikan
mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupankeluasan serta
kedalaman materi .
Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam
kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian.
Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 11
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar
anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik.
Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan
dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses
belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi
dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.
Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang.Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa
mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-
konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang
relevan di dalam struktur kognitif siswa.
Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-
fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep
untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari
akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan.
Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus
selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki
siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep
tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 12
Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami
langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera
daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan.
Berdasarkan uraian diatas maka, pembelajaran di kelas awal SD akan
lebih bermakna jika menggunakan metode pembelajaran tematik yang
digabungkan dengan tipe dari model pembelajaran kooporatif.
D. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman
langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk
Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan
berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu
mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan
unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 13
Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan
membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah
dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap
perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan (holistik).
Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1)
Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih
dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan
siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa
sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu
mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar
yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui
siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial
siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan
orang lain.
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran
tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a) Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered),
hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 14
menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan
kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
b) Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (directexperiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yangnyata (konkrit) sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c) Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas.Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan
tema-tema yang paling dekatberkaitan dengan kehidupan siswa.
d) Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa
mampu memahami konsep konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan
untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 15
yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan
keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
f) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
g) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
E. Pembelajaran Cooperative.
Sejalan dengan tujuan matematika dan pembelajaran tematik yang
tersebut diatas maka perlu adanya suatu strategi dan metode yang bervariasi
dalam pembelajaran. Stahl (1994) mengembangkan pembelajaran
Cooperative, yaitu pembelajaran yang mempunyai ciri – ciri : 1) belajar
bersama dengan teman, (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar
teman, (3) saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok, (4)
belajar dari teman sendiri dalam kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil,
(6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat, (7) keputusan
tergantung pada siswa sendiri, (8) siswa aktif.
Sejalan dengan pemikian Stahl 1994, Johnson dan Johnson (1984) dan
Hilke (1990), juga mengemukan ciri – ciri pembelajaran Cooperative sebagai
berikut : (1) terdapat saling ketergantungan yang positif di antar anggota
kelompok, (2) dapat dipertanggungjawabkan secara individu, (3) heterogen,
(4) berbagi kepemimpinan, (5) berbagi tanggung jawab, (6) menekankan pada
tugas dan kebersamaan, (7) membentuk keterampilan sosial, (8) peran guru
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 16
mengamati proses belajar siswa, (9) efektivitas belajar tergantung pada
kelompok.
Secara umum pembelajaran yang bersifat cooperative terdapat 6
langkah atau fase, walaupun pada nantinya dapat dikembangkan sendiri
sesuai dengan kondisi yang ada dan dapat dituangkan dalam RPP.
Tabel 1:Tahap/Fase Pembelajaran Cooperative
Fase Kegiatan Guru
Fase 1Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
Fase 2Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan
Fase 3Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas.
Fase 5Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajar
Fase 6Memberi penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya atau hasil belajar individu dan kelompok
Berbagai model dan tipe pembelajaran Cooperative yang saat ini
populer dan mudah untuk dipraktekan dalam pembelajaran antara lain :
1. Student Teams Achievement Division (STAD), adalah bentuk
pembelajaran yang menggunakan tim siswa kelompok prestasi, (Slavin,
1995).
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 17
2. Group Investigation, (Shaban, 1992)
3. Jigsaw/Model Tim ahli, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and Snapp,
1978).
4. Two Stay Two Stray (TSTS), memberi kesempatan kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya, (Spencer
Kagan, 1992).
5. Think Pair and Share, (Frank Lyman, 1985).
6. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Cooperative
terpadu menulis dan membaca, (Steven & Slavin, 1998).
7. Make A Match/Mencari pasangan, (Lurna Curran, 1994).
8. Problem Based Intoduction (PBI), pembelajaran berdasarkan masalah.
9. Role Playing/bermain peran.
10. Demonstration, materi pembelajaran memerlukan peragaan atau
percobaan.
Dari sekian jenis model pembelajaran Cooperative yang dilaksanakan
seperti yang tercantum diatas, tentunya juga masih banyak tipe lainnya. Pada
intinya terdapat beberapa kompetensi yang ingin dicapai dari tujuan
pembelajaran Cooperative tersebut antara lain
a. Pemahaman terhadap nilai, konsep atau masalah-masalah yang
berhubungan dengan disiplin ilmu tertentu,
b. Kemampuan menerapkan konsep/memecahkan masalah,
c. Kemampuan menghasilkan sesuatu secara bersama-sama berdasarkan
pemahaman terhadap materi yang menjadi obyek kajiannya,
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 18
d. Dapat dikembangkan softskills kemampuan berfikir kritis, berkomunikasi,
bertanggung jawab, serta bekerja sama
Karakter siswa sekolah dasar yang masih senang bermain dan
berkelompok sebenarnya sangatlah menunjang sekali dalam pemilihan
metode dan media pembelajaran. Munurt Conny R Semiawan ( Jalal
2002:16), melalui bermain, semua aspek perkembangan anak dapat
ditingkatkan.
F. Tipe Pembelajaran Demonstration/Demonstrasi.
Dengan banyaknya pilihan dan tipe pembelajaran Cooperative seperti
yang telah dipaparkan diatas, maka penulis /peneliti mengambil satu metode
pembelajaran Cooperative pada pembelajaran tematik untuk mata pelajaran
matematika yaitu tipe demonstration.
Tipe demonstration ini sangat membantu sekali dalam penyampaian
materi perkalian dan pembagian. Hal ini dikarenakan siswa mendapatkan
contoh atau action dari materi yang diajarkan guru bukan lagi secara abstrak
tetapi sudah secara konkret (nyata).
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu
siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau
data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu
proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.
Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 19
lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya
sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan
pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat
digunakan untuk mendukung keberhasilan pembelajaran.
Model pembelajaran Cooperative tipe demonstration ini mempunyai
ciri–ciri sebagai berikut :
a) Menggunakan alat atau media untuk membantu dan mendukung
penyampaian materi kepada siswa;
b) Melibatkan siswa dalam pembelajaran;
c) Pembelajaran lebih bersifat santai dan menyenangkan.
Untuk melaksanakan model pembelajaran tipe demonstartion pada
pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian dan pembagian pada
siswa kelas tematik SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun
tahun pelajaran 2012/2013, peneliti menggunakan alat demonstration berupa
permainan dakon.
Menggunakan metode pembelajaran Cooperative tipe Demonstrtaion
memiliki kelebihan dan kelemahan, antara lain sebagai berikut :
a) Kelebihan tipe Demonstration
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki
beberapa kelebihan, di antaranya:
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 20
a. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat
dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan
pelajaran yang dijelaskan.
b. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya
mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
c. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi
pembelajaran.
b) Kelemahan Tipe Demonstration
Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki
beberapa kelemahan, di antarannya:
1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang,
sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal
sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan
sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu,
guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga
dapat memakan waktu yang banyak.
2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang
memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan
pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang
khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 21
samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi
guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
c) Langkah – langkah pelaksanaan metode demonstration
Sebagai sebuah metode pembelajaran, demosntration perlu
menggunakan langkah – langkah yang sesuai, sehingga dalam
pelaksanaannya nanti tidak akan terjadi kesalahan yang mengakibatkan
siswa menjadi bingung. Langkah – langkah tersebut dibagi dalam 3 tahap
yaitu, a) Tahap Persiapan, dan b) Tahap Pelaksanaan.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses
demonstrasi berakhir.
Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan.
Lakukan uji coba demonstrasi.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan ini dibagi dalam langkah pembukaan,
pelaksanaan dan mengakhiri demonstration.
Langkah pembukaan.
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, di antaranya:
Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat
memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 22
Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa,
misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang
dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
Langkah pelaksanaan demonstrasi.
Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui
pertanyaanpertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga
mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.
Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari
suasana yang menegangkan.
Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi
dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif
memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari
proses demonstrasi itu.
3. Langkah mengakhiri demonstrasi.
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses
pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu
yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses
pencapaian tujuan pembelajaran.
Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa
memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 23
yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama
tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
G. Alat Peraga
Alat peraga merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan sesuatu atau isi pelajaran, memperjelas dan menarik perhatian
siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan hasil belajar. Alat peraga sebaiknya mudah cara
menggunakannnya, tidak berbahaya, mudah dicari, murah harganya, dan
lebih utama lagi siswa dapat membuatnya sendiri (Achmad DS, 1996:1).
Dengan demikian alat peraga sangatlah penting dalam proses belajar
mengajar, tergantung pada kejelian kreativitas pendidik untuk menggunakan
alat peraga ataupun tidak. Alat peraga banyak ragam jenisnya, mulai dari
gambar, benda tiruan, maupun sampai benda sesungguhnya. Yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan alat peraga yaitu, disukai siswa, muah,
tidak berbahaya, serta flexibel dan mudah dalam penggunaannnya.
Menurut teori penerimaan rangsaan seperti yang dikutip sekaligus
dipraktekan oleh Sapto Legowo, (2006), mengemukakan bahwa jenjang daya
mengingat hanya mencapai 10 % apabila hanya membaca, dan akan
meningkat menjadi 20 % apabila disertai dengan mendengarkan. Jika kedua
hal tersebut diikuti dengan melihat benda secara konkret daya ingat mencapai
30 %. Akan meningkat lagi ke 50 % apabila seseorang membaca, mendengar,
melihat atau mengamati kejadian.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 24
Jika terjadi diskusi terhadap sesuatu yang dipelajari maka ingatan akan
mencapai 70 % dan mencapai 90 % jika melakukan percobaan. Dari
gambaran tersebut terlihat bahwa untuk dapat mencapai daya tangkap yang
tinggi, penggunaan alat peraga permainan khususnya dakon sangat
diperlukan.
H. Permainan Dakon
Dengan menggunakan metode permainan dakon ini pada nantinya dapat
diperoleh hasil yang maksimal dalam penyampaian materi pembelajaran
matematika di sekolah dasar. Banyak sekali materi di dalam pembelajaran
matematika di sekolah dasar yang menggunakan permainan Dakon, mulai dari
penjumlahan dan pengurangan, menentukan KPK dan FPB serta masih
banyak materi lainnya.
Dakon adalah suatu permainan tradisonal yang telah lama ada, yaitu
permainan yang umumnya terbuat dari kayu yang memiliki 16 lubang yang
terdiri dari 2 lubang besar dan 14 lubang kecil yang disusun sedemikian rupa,
dan dapat dimainkan lebih dari 2 orang.
Permainan dakon ini menggunakan batu kerikil (bisa juga menggunakan
biji sawo dan lainnya) yang nantinya batu–batu itu dimasukan di lubang
sesuai urutannya. Namun pada penggunaannya untuk media pembelajaran
sedikit berbeda caranya, hal ini dimaksudkan untuk membantu guru dan siswa
dalam pembelajaran matematika.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 25
Model pembelajaran cooperative tipe demonstration ini sesuai dengan
karakter siswa yang masih senang bermain, sekaligus pada akhirnya siswa
mengerti tentang materi yang disampaikan.
Dalam menggunakn media permainan ini tentunya juga akan
mengalami kelebihan dan kelamahan dalam penggunaannya, antara lain :
a) Kelebihan
Kelebihan dari permainan dakon ini antara lain :
1. Mengajarkan siswa untuk bisa hidup berkelompok dan saling
berbagi serta memecahkan masalah secara bersama-sama.
2. Mengenalkan kepada siswa tentang permainan tradisonal yang
belum tentu semua siswa mengenal permainan tersebut pada saat
ini.
3. Dengan bentuk dan cara permainan dakon seperti umumnya, sangat
menunjang guru untuk memberikan contoh konkret dalam
pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian dan pembagian.
4. Tidak memerlukan biaya yang sangat tinggi dalam proses
pembelajaran Cooperative.
5. Bisa diganti dengan media ubin/lantai yang berkotak – kotak jika
tidak menemukan alat permainan dakon.
6. Dapat dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas.
b) Kelemahan
Kelemahan dari pemilihan permainan dakon ini adalah :
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 26
1. Tidak/belum semua siswa yang mengenal dan mengerti permainan
dakon.
2. Tidak dapat dibawa dengan ringkas.
Seperti apa yang telah dilaksanakan oleh Sutarman, (Surakarta, 2012 )
dalam penelitiannya pada upaya peningkatan hasil belajar matematika pada
siswa lamban, dan yang telah dilakukan oleh Sapto Legowo, (Semarang,
2006), pada penggunaan alat peraga dakon untuk meningkatkan penguasan
materi penguasan konsep operasi hitung penjumlahan pada bilangan bulat,
dapat dibuktikan bahwa dakon memang efektif untuk dijadikan sebagai
sarana media pembelajaran yang konkret.
Oleh sebab itu berdasarkan pengalaman dan teori yang telah
dipraktekan, maka penulis melaksanakan pembelajaran matematika ini pada
pokok bahasan perkalian dan pembagian dengan media permainan Dakon.
Gambar 1:Salah satu bentuk permainan dakon
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 27
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Melihat fakta dan permasalahan yang telah dipaparkan pada rumusan
masalah diatas, maka permainan dakon dilaksanakan untuk pokok bahasan
perkalian dan pembagian.
Sebelum dilaksanakan metode pembelajaran Cooperative tipe demonstrasi
dengan media pembelajaran berupa permainan dakon, penulis/peneliti hanya
menerapkan model pembelajaran cermah dan tanya jawab, sehingga banyak siswa
yang belum memahami dan belum dapat menyelesaikan permasalahan yang
berhubungan dengan perkalian dan pembagian.
Hal ini dilihat dari prestasi belajar siswa yang terdiri dari 12 anak, hanya
ada 5 anak yang sudah mengerti tentang perkalian dan pembagian tersebut dengan
nilai 70 - 90. Itu artinya hanya 42 % siswa yang mampu dan sisanya sebanyak 7
siswa dengan nilai 20-60 atau 58 % siswa yang belum tuntas dalam materi
perkalian dan pembagian, atau dengan kata lain hasil pencapaian dari
pembelajaran tersebut hanya memperoleh rata – rata 60,42 (belum tuntas dengan
KKM 65 ).
Dengan hasil yang belum memuaskan tersebut, maka penulis/peneliti
memilih dan menggunakan metode pembelajaran Cooperative tipe demonstration
dengan menggunakan media pembelajaran dakon dengan tujuan agar penulis
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 28
mudah menyampaikan materi sekaligus siswa dapat menyerap pengetahuan
dengan baik.
Penyampaian suatu materi pelajaran di dalam kelas selayaknya perlu
persiapan dan strategi mengajar yang baik. Hal ini dimaksudkan agar pada saat
kegiatan belajar mengajar dapat tercipta suasana belajar yang mengasyikan dan
sesuai dengan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
A. Langkah – langkah Pembelajaran
Untuk melaksanakan penelitian, penulis melaksanakan pembelajaran
Cooperative tipe demonstration dengan media belajar dakon pada
pembelajaran matematika tematik kelas tiga yang dilakukan selama 3 kali
pertemuan, dengan pembagian seperti dibawah ini, yaitu :
1. Pertemuan pertama (3 x 35 menit ), memberikan materi pembelajaran
tidak dengan menggunakan media dakon.
2. Pertemuan kedua (3 x 35 menit ), memberikan materi pembelajaran
perkalian dengan menggunakan media permaianan dakon.
3. Pertemuan ketiga (3 x 35 menit ), memberikan materi pembelajaran
pembagian dengan media pembelajaran dakon.
Setiap pertemuan menggunakan tiga tahapan kegiatan, yaitu kegiatan
pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi
waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan kurang lebih satu jam
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 29
pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 1 jam pelajaran (1 x 35 menit) dan
kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit).
a. Pertemun Pertama
Pada pertemuan pertama ini, peneliti/penulis memberikan
pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian dan pembagian
diberikan dengan metode ceramah dan tanya jawab serta disampaikan
secara langsung. Artinya pada pertemuan pertama ini materi tersebut
diselesaikan secara bersamaan tanpa menggunakan metode pembelajaran
koorportif tipe demonstration dengan media belajar dakon.
1. Kegiatan Awal
1.1. Guru membuka pelajaran, dan meminta salah satu siswa untuk
memimpin doa.
1.2. Guru mengabsen kehadiran siswa.
1.3. Guru memberikan apersepsi tentang materi yang akan diajarkan
1.4. Guru menjelaskan tujuan kegiatan pembelajaran. Siswa
mendengarkan dan menyimak penjelasan guru.
2. Kegiatan Inti
2.1. Guru memberikan penjelasan tentang perkalian. Siswa
mendengarkan dan menyimak.
2.2. Guru mencatat perkalian dasar 1 sampai dengan 10, siswa
diminta untuk mencatat.
2.3. Siswa menghafalkan perkalian yang telah dicatatkan oleh guru.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 30
2.4. Guru memberikan penjelasan tentang pembagian, bahwa
pembagian adalah kebalikan dari perkalian Siswa mendengarkan
dan menyimak.
2.5. Siswa diminta untuk menghafalkan pembagian dasar dengan
cara melihat catatn perkalian yang sudah ada.
3. Kegiatan Akhir
3.1. Guru memberikan penguatan dan penjelasan tentang materi
yang telah diberikan
3.2. Guru membagikan soal kepada setiap siswa untuk dikerjakan.
3.3. Siswa mengerjakan latihan soal yang telah dibagikan guru
secara individu.
3.4. Evaluasi dan penilian hasil latihan soal individu secara bersama-
sama.
3.5. Pemberian penghargaan kepada siswa yang telah bisa
mengerjakan sesuai dengan kriteria.
3.6. Guru memberikan soal individu sebagai tugas rumah.
3.7. Guru menutup pelajaran.
b. Pertemuan Kedua ( materi perkalian ).
Pada petemuan kedua dan ketiga, penulis/peneliti tidak lagi
menggunakan metode cermah dan tanya jawab, akan tetapi beralih pada
metode pembelajaran Cooperative tpe demonstration pada pokok bahasan
perkalian.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 31
Pembelajaran juga dibagi dalam 3 tahap/kegiatan, yaitu kegiatan
pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan kurang
lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 1 jam pelajaran (1 x
35 menit) dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit).
1. Kegiatan Awal
1.1. Guru membuka pelajaran dan menunjuk salah satu siswa untuk
memimpin doa. ( 10 Menit )
1.2. Guru melaksanakan absen kehadiran siswa. ( 5 menit )
1.3. Guru memberikan apersepsi atau pertanyaan tentang materi
yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. (10 menit)
1.4. Guru menanyakan kepada siswa, siapa sajakah yang belum bisa
atau memahami perkalian. ( 5 menit )
1.5. Guru mempersiapkan alat peraga dakon sebanyak 7 buah
lengkap dengan batu kecil sebanyak 20 buah. ( 5 menit )
2. Kegiatan Inti
2.1. Guru membagi siswa dalam kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 2 anak, dipilih secara acak. ( 10 menit )
2.2. Perwakilan kelompok (1 siswa) maju kedepan untuk mengambil
alat peraga dakon, siswa lainnya menyiapkan buku tulis. (2
menit )
2.3. Guru memberikan petunjuk dengan mendemonstrasikan atau
memperagakan dengan alat peraga dakon, materi pertama adalah
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 32
perkalian. siswa menyimak dan mengikuti penjelasan guru.(15
menit )
2.3.1. Ambil sebanyak 2 batu, kemudian taruh batu tadi pada
lubang pertama di dakon, kemudian catat batu yang
pertama.
2.3.2. Setelah dicatat, ambil 2 batu lagi, kemudian letakan di
lubang sebelahnya, kemudian catat lagi batu kedua
dengan diberikan tanda jumlah (+), misal 2 + 2.
2.3.3. Kemudian ambil lagi 2 batu, kemudian letakan di
lubang ketiga, catat lagi batu yang telah diambil, dan
jangan lupa diberikan tanda jumlah (+) seperti langkah
kedua. Begitu seterusnya hingga ada lima lubang yang
terisi batu.
2.4. Setiap kelompok diminta untuk menunjukan hasil catatannya,
kemudian menghitung hasil penjumlahan dari bilangan yang
telah dicatat tadi, misal : 2+2+2+2+2 = 10. ( 3 menit )
2.5. Guru memberikan penjelasan kepada siswa, bahwa penjumlahan
secara berulang ulang tadi adalah bentuk panjang dari perkalian,
sehingga dapat ditulis bentuk perkaliannya 5 x 2 = 10. Siswa
mendengarkan penjelasan guru. ( 3 menit )
2.6. Guru memberikan penjelasan kepada siswa, bahwa angka 5
dalam perkalian 5 x 2, didapat dari banyaknya tempat untuk batu
yang diletakan, atau banyaknya 2 batu tersebut. Angka 2 didapat
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 33
dari setiap tempat yang telah terisi 2 batu, dan 10 merupakan
hasil dari penjumlahan atau perkalian tersebut.( 2 menit )
3. Kegiatan Penutup
3.1. Guru memberikan soal latihan, yaitu siswa diminta memasukan
3 batu setiap lubang, jumlah lubang yang harus diisi sebanyak 5
lubang, siswa mencatat seperti yang telah diajarkan guru,
kemudian merubahnya kedalam bentuk perkalian. ( 10 menit )
3.2. Guru memeriksa hasil pekerjaan siswa. Dan mengevaluasi hasil
pekerjaannya. ( 15 menit )
3.3. Guru menanyakan kepada siswa siapa yang belum mengerti dan
paham cara menyelesaikan perkalian. ( 3 menit )
3.4. Guru memberikan penguatan tentang materi yang telah
disampaikan. ( 2 menit )
3.5. Guru membagikan tugas individu sebagai pekerjaan rumah dan
menutup pelajaran. ( 5 menit )
c. Pertemuan Ketiga ( Materi Pembagian )
Pada petemuan ketiga ini, pokok bahasan yang ingin disampaikan
penulis/peneliti adalah materi pembagian . Pembelajaran juga dibagi dalam
3 tahap/kegiatan, yaitu kegiatan pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup.
Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan
kurang lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 1 jam
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 34
pelajaran (1 x 35 menit) dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x 35
menit).
1. Kegiatan Awal
1.1. Guru membuka pelajaran dan menunjuk salah satu siswa untuk
memimpin doa. ( 10 Menit )
1.2. Guru melaksanakan absen kehadiran siswa. ( 5 menit )
1.3. Guru memberikan apersepsi dan pertanyaan tentang materi yang
telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. (10 menit)
1.4. Guru menanyakan kepada siswa, siapa sajakah yang belum bisa
atau memahami perkalian. ( 5 menit )
1.5. Guru mempersiapkan alat peraga dakon sebanyak 7 buah
lengkap dengan batu kecil sebanyak 20 buah dan menjelasakan
tentang materi yang akan disampaikan. ( 5 menit )
2. Kegiatan Inti
2.1. Guru membagi siswa dalam kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 2 anak, dipilih secara acak. (10 menit )
2.2. Perwakilan kelompok (1 siswa) maju kedepan untuk mengambil
alat peraga dakon, siswa lainnya menyiapkan buku tulis.
(2 menit )
2.3. Guru memberikan petunjuk dengan mendemonstrasikan atau
memperagakan dengan alat peraga dakon, materi pertama adalah
perkalian. siswa menyimak dan mengikuti penjelasan guru. (15
menit )
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 35
2.3.1. Ambil sebanyak 20 batu, kemudian letakan 20 batu
tersebut pada lubang besar yang terdapat pada dakon,
kemudian catat jumlah batu yang ada di lubang besar.
Siswa mengikuti petunjuk guru kemudian mencatatnya
di buku tulis
2.3.2. Setelah dicatat, ambil 2 batu lagi, kemudian letakan di
satu lubang kecil disebelahnya, guru menjelaskan
bahwa 20 dikurangi 2, siswa mencatat.
2.3.3. Kemudian ambil lagi 2 batu, kemudian letakan di satu
lubang kecil berikutnya, catat lagi batu yang telah
diambil, dan jangan lupa diberikan tanda minus/kurang
(-) seperti langkah kedua. Begitu seterusnya hingga ada
lima lubang kecil yang terisi batu hingga lubang besar
telah habis batunya.
2.4. Setiap kelompok diminta untuk menunjukan hasil catatannya,
kemudian menghitung hasil pengurangan dari bilangan yang
telah dicatat tadi, misal : 20 – 2 – 2 – 2 – 2 – 2 = 0 ( 3 menit )
2.5. Guru memberikan penjelasan kepada siswa, bahwa pengurangan
secara berulang ulang tadi adalah bentuk panjang dari
pembagian, jumlah batu yang berada di lubang besar tadi harus
habis, sehingga dapat ditulis bentuk pembagiannya, 20 : 2 = 5.
Siswa mendengarkan penjelasan guru. ( 3 menit )
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 36
2.6. Guru memberikan penjelasan kepada siswa, bahwa angka 20
dalam pembagian, didapat dari banyaknya batu yang diletakan
di lubang besar. Angka 2 didapat dari batu yang diletakan setiap
lubang kecil dan 5 merupakan banyaknya lubang kecil yang
terisi batu. Siswa menyimak dan mencatat penjelasan guru di
buku tulis. ( 2 menit )
3. Kegiatan Penutup
3.6. Guru memberikan soal latihan, yaitu siswa diminta memasukan
15 batu pada lubang besar, jumlah lubang yang harus diisi
sebanyak 5 lubang, siswa mencatat seperti yang telah diajarkan
guru, kemudian merubahnya kedalam bentuk pembagian. ( 10
menit )
3.7. Guru memberikan soal individu berupa ulangan harian untuk
materi perkalian dan pembagian, dan mengevaluasi hasil
pekerjaannya. ( 20 menit )
3.8. Guru memberikan penguatan tentang materi yang telah
disampaikan. ( 3 menit )
3.9. Guru menutup pelajaran (2 menit)
B. Hasil pembelajaran
1. Evaluasi
Setelah tahapan pembelajaran selesai sesuai dengan langkah–
langkah pembelajaran yang tertuang di dalam RPP pada pembelajaran
perkalian dan pembagian maka dapat dilihat hasilnya melalui evaluasi
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 37
yang diberikan guru kepada siswa berupa ulangan harian yang diberikan
setelah materi pembagian selesai.
Evaluasi ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pemahaman dan keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran
matematika pokok bahasan perkalian dan pembagian.
2. Teknik Penilaian
Untuk teknik penilaian pada tes tulis ini penulis/peneliti
menggunakan rumus :
Keterangan :∑ = Nilai akhir
Sedangkan untuk melihat prosentase keberhasilan pembelajarn, rumus
yang digunakan adalah :
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 38
Tabel 2 :
Daftar Nilai SiswaMateri Pokok Perkalian dan Pembagian
(Sebelum menggunakan demonstrasi Dakon)
No Nama SiswaJawaban
BenarNilai
Prosentase
Keterangan
1 Bagus Setiawan 12 60,00 60% Belum Tuntas2 Agus Setiawan 14 70,00 70% Tuntas3 Donny Fernando P 12 60,00 60% Belum Tuntas4 Evi Dina Anggita 10 50,00 50% Belum Tuntas5 Intan Puspita Sari 18 90,00 90% Tuntas6 Putri Lestari 17 85,00 85% Tuntas7 Nia Dwi Aprilia 17 85,00 85% Tuntas8 Wulandari 16 80,00 80% Tuntas9 Siti Solekah 9 45,00 45% Belum Tuntas10 Pebri Tiyo Prasetyo 10 50,00 50% Belum Tuntas11 Anwar Firmansyah 8 40,00 40% Belum Tuntas12 Wahyu Imawati 5 25,00 25% Belum Tuntas
Rata – Rata 72,92 62%
Tabel 3 ;
Rentang Nilai dan Kriteria Penilaian 1
Nilai Frekuensi Nilai Kriteria 90 – 100 1 0 - 49 Sangat Kurang 80 – 89 3 50 - 59 Kurang 70 – 79 1 60 - 69 Cukup60 – 69 2 70 - 79 Baik 50 – 59 2 80 - 89 Memuaskan40 – 49 2 90 - 100 Sangat Memuaskan
30 – 39 0
20 – 29 1
10 – 19 0
0 – 10 0
Jml 12
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 39
Tingkat keberhasilan pembelajaran adalah =
= (Belum Tuntas)
Tabel 4:
Daftar Nilai SiswaMateri Pokok Perkalian dan Pembagian
(Setelah menggunakan demonstrasi Dakon)
No Nama SiswaJawaban Benar
Nilai Prosentase Keterangan
1 Bagus Setiawan 17 85,00 85% Tuntas2 Agus Setiawan 18 90,00 90% Tuntas3 Donny Fernando P 18 90,00 90% Tuntas4 Evi Dina Anggita 17 85,00 85% Tuntas5 Intan Puspita Sari 18 90,00 90% Tuntas6 Putri Lestari 19 95,00 95% Tuntas7 Nia Dwi Aprilia 17 85,00 85% Tuntas8 Wulandari 20 100,00 100% Tuntas9 Siti Solekah 15 75,00 75% Tuntas10 Pebri Tiyo Prasetyo 14 70,00 70% Tuntas11 Anwar Firmansyah 10 50,00 50% Belum Tuntas12 Wahyu Imawati 10 50,00 50% Belum Tuntas
Rata – Rata 80,41 80 %
Tabel 5 ;
Rentang Nilai dan Kriteria Penilaian ke 2
Nilai Frekuensi Nilai Kriteria 90 – 100 5 0 - 49 Sangat Kurang 80 – 89 3 50 - 59 Kurang 70 – 79 2 60 - 69 Cukup60 – 69 0 70 - 79 Baik 50 – 59 2 80 - 89 Memuaskan40 – 49 0 90 - 100 Sangat Memuaskan
30 – 39 0
20 – 29 0
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 40
10 – 19 0
0 – 10 0
Jml 12
Tingkat keberhasilan pembelajaran adalah =
= (Tuntas)
Dari hasil yang telah dicapai seperti yang tertera seperti pada tabel
diatas yang telah menggunakan metode pembelajaran Cooperative tipe
demonstration dengan media pembelajaran dakon, dan dibandingkan dengan
hasil pada pembelajaran sebelumnya maka minat dan hasil belajar siswa telah
meningkat pada pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian dan
pembagian seperti terlihat dalam grafik dibawah ini
Grafik 1 :
Jumlah jawaban benar sebelum dan sesudahMenggunakan media pembelajaran dakon
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 41
Keterangan : Warna kuning, sebelum menggunakan alat peraga dako, warna biru, sesudah menggunakan alat peraga dakon
Grafik 2
Nilai evaluasi siswaSebelum dan sesudah menggunakan alat peraga dakon
Keterangan : Warna merah, sebelum menggunakan alat peraga dako, warna hijau, sesudah menggunakan alat peraga dakon
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 42
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah melakukan pembelajaran kooeporatif tipe demonstartion pada
pembelajaran tematik mata pelajaran matematika dengan menggunakan media
belajar dakon dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. Simpulan
a) Dari hasil evaluasi individu yang diberikan sebelum menggunakan
model pembelajaran Cooperative tipe demonstration berupa Dakon ,
hanya ada 5 anak dari 12 siswa yang sudah mengerti tentang perkalian
dan pembagian tersebut, itu artinya hanya 42 % siswa yang mampu
dan sisanya sebanyak 7 siswa atau 58 % siswa yang belum mampu.
b) Setelah melakukan kajian tentang media pembelajaran berupa Dakon
tersebut, minat dan hasil belajar siswa meningkat menjadi 10 siswa
(83%). Sedangkan 2 siswa (17%) perlu pengayaan dan bimbingan
secara individu, hal ini disebabkan karena siswa tidak mengikuti
pelajaran atau tidak masuk sekolah saat pembahasan materi diberikan.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 43
c) Model pembelajaran Cooperative tipe Demonstration pada mata
pelajaran matematika sangat efektif membantu penulis dalam
meningkatakan kinerja guru dalam setiap pembelajaran yang
diberikan kepada siswa pada pembelajaran tematik khususnya pada
pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian dan pembagian.
d) Interaksi siswa dan guru sangat diperlukan dalam setiap pembelajaran
sehingga materi yang diberikan dapat diserap oleh siswa, salah
satunya dengan metode bermain sambil belajar.
e) Dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan penulis tersebut, dapat
dipastikan bahwa pembelajaran yang menggunakan media belajar
yang konkret (dakon) ternyata dapat meningkatkan minat dan hasil
belajar siswa .
B. Saran
Untuk menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah, khususnya
pembelajaran tematik, perlu adanya inovasi dan kreativitas dalam
penyampaian. Salah satu bentuk atau model pembelajaran adalah dengan
menggabungkan model tematik untuk kelas rendah digabungkan dengan
model pembelajaran Cooperative tipe demonstraton.
Pembelajaran alangkah baiknya jika guru melibatkan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar, tidak hanya menggunakan tipe belajar
konvensoinal saja, yang pada akhirnya tidak terpenuhi stnadart ketuntasan
minimal dalam pembelajaran.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 44
Daftar Pustaka
Abdullah, Solichan, (2012), Buku Panduan Penyusunan Publikasi Ilmiah, Workshop Penyusunan Publikasi Ilmiah, Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun.
Balitbang, Diknas, (2010), Panduan Pengembangan Belajar Aktif, Jakarta, Kementerian Pendidikan Nasional.
BNSP (2009), Model Silabus Pembelajaran Tematik, Jakarta.
Djunaedi, Achmad (2000). Pedoman Penulisan Tinjauan Ilmiah, ---------------
Hary Kurniadi. A.Ma, (2010), Metode Demonstration, http://www.papantulisku.com/2010/01/metode-demonstrasi.html.
KTSP (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Legowo, Sapto (2006), Penggunaan Alat Peraga Permainan Dakon, Widya Tama Vol 3 No 1 Maret,
Ridwan, M, (2012), Permainan Tradisional Dakon pada Kelas Tematik, Majalah Pendidikan Propinsi Jawa Timur.Surabaya
Setyorini, P, (2009), Pemilihan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran, Universitas Negeri Malang, Malang.
Sriwulejeng. Dyah & dkk, (2007), Pembelajaran Terpadu dengan Pendekatan Tematik 3A, Erlangga, Jakarta
Syafroe, O, (2011), Metode Penulisan Karya Ilmiah, www.orllebook.blogdetik.com.
Wardhani. IGAK & Wihardit. K, (2010), Penelitian Tindakan Kelas, Universitas Terbuka. Jakarta.
Yunus.Muhamad & Suparno, Ketrampilan Dasar Menulis, Universitas Terbuka. Jakarta
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 45
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SDN Batok 01
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : III ( tiga ) / 1 (satu)
Alokasi waktu : 3 x 35 menit ( 1 x pertemuan )
I. Standar Kompetensi
1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka
II. Kompetensi Dasar
1.3. Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan
pembagian bilangan tiga angka.
III. Tujuan Pembelajaran.
Setelah pembelajaran ini siswa diharapkan dapat :
1. Menghafal perkalian dasar 1 sampai 10
2. Menghafal pembagiam dasar
3. Menyelsaikan soal yang berkaitan dengan perkalian dan pembagian
dasar.
IV. Materi ajar
1. Perkalian
2. Pembagian
V. Metode Pembelajaran
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 46
Ceramah dan tanya jawab
VI. Langkah – langkah pembelajaran.
A. Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran, dan meminta salah satu siswa untuk
memimpin doa, mengabsen kehadiran siswa.
Guru memberikan apersepsi tentang materi yang akan diajarkan
Guru memotvasi siswa untuk mengikuti dan mendengrkan
penjelasan yang disampaikan
Guru menjelaskan tujuan kegiatan pembelajaran. Siswa
mendengarkan dan menyimak penjelasan guru.
B. Kegiatan Inti
Guru memberikan penjelasan tentang perkalian. Siswa
mendengarkan dan menyimak.
Guru mencatat perkalian dasar 1 sampai dengan 10, siswa diminta
untuk mencatat.
Siswa menghafalkan perkalian yang telah dicatatkan oleh guru.
Guru memberikan penjelasan tentang pembagian, bahwa
pembagian adalah kebalikan dari perkalian Siswa mendengarkan
dan menyimak.
Siswa diminta untuk menghafalkan pembagian dasar dengan cara
melihat catatn perkalian yang sudah ada.
C. Kegiatan Akhir
Guru memberikan penguatan dan penjelasan tentang materi yang
telah diberikan
Guru membagikan soal kepada setiap siswa untuk dikerjakan.
Siswa mengerjakan latihan soal yang telah dibagikan guru secara
individu.
Evaluasi dan penilian hasil latihan soal individu secara bersama-
sama.
Guru memberikan soal individu sebagai tugas rumah.
Guru menutup pelajaran.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 47
VII. Sumber/Bahan Ajar
1. Buku Matematika BSE
2. Lembar Kerja Siswa
3. Tabel Matrik Perkalian
VIII. Penilaian
1. Dilaksanakan selama proses pembelajaran dan setelah proses
pembelajaran.
2. Kriteria penilaian yang tediri dari dari : produk, performansi, dan
lembar penilaian serta soal dan kunci jawaban terlampir.
@ Pree tes : tidak ada
@ Penilaian Proses : diadakan
@ Post tes ; diadakan
Mengetahui Madiun, ...........................2012Kepala SDN Batok 01 Guru Kelas III
MARWAN, S.Pd. SD MOHAMAD RIDWAN, A. Ma. Pd, SDNIP. 19631026 198703 1 005 NIP. 19840219 201001 1 010
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 48
Lampiran 2
LATIHAN SOAL INDIVIDU
Nama : .........................No. Absen : .........................Nilai : .........................
Kerjakan soal – soal dibawah ini dengan baik dan benar !
A. Perkalian
1. 5 + 5 + 5 + 5 + 5 = ....
2. Bentuk penjumlahan 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15, jika dirubah kedalam bentuk
perkalian menjadi ....
3. Bentuk perkalian 5 x 4, jika dirubah kedalam bentuk penjumlahan
berulang menjadi ....
4. 3 x 6 = ... + ... + ...+ = ....
5. 7 x 5 = ... + ... + ... + ... + ... + ... + ... = ....
Untuk soal nomor 6 sampai dengan 10 isikan hasil perkalian secara
langsung.
6. 4 x 7 = ....
7. 9 x 8 = ....
8. 3 x 6 = ....
9. 7 x 6 = ....
10. Ayah membeli 5 buah jeruk, jika satu buah jeruk harganya Rp. 500,
berapa uang yang harus dikeluarkan ayah untuk membeli jeruk tersebut !
B. Pembagian
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 49
11. 20 – 5 - 5 - 5 – 5 = 0, dirubah dalam bentuk pembagian menjadi ....
12. 30 – 6 – 6 – 6 – 6 – 6 = 0, jika dirubah dalam bentuk pembagian
menjadi....
13. 21 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 = 0, bentuk operasi hitung pembagiannya
adalah ....
14. 10 : 2 = ....
15. 35 : 7 = ....
16. 40 : 8 = 5
... x 8 = 40
8 x ... = 40
17. 45 : 5 = ....
... x 5 = ....
5 x ... = 45
18. 7 x 8 = 56, maka 56 : 8 adalah ....
19. Ibu membeli 28 apel, akan dibagikan kepada 4 anaknya, berapa bagian
setiap anak untuk mendapatkan apel tersebut ....
20. Paman mendapatkan 36 kelereng, akan diberikan kepada keponakannya
setiap keponakan mendapat 6 kelereng. Berapa keponakan paman
seleruhnya....
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 50
Lampiran 3
Kunci Jawaban :
A. Perkalian
1. 25
2. 5 x 3 = 15
3. 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 20
4. 6 + 6 + 6 = 10
5. 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 = 35
6. 28
7. 72
8. 18
9. 42
10. 5 x 500 = 2500
B. Pembagian
11. 20 : 5 = 4
12. 30 : 6 = 5
13. 21 : 3 = 7
14. 5
15. 5
16. 5
17. 9
18. 7
19. 28 : 4 = 7
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 51
20. 36 : 6 = 6
Kriteria Penilaian :
Jawaban Benar x 10 = (20:2) x 10 = 10 x 10 = 1002Jawaban Benar = nilai 1Jawaban Benar tidak lengkap = Nilai 0,5Jawaban Salah = 0
Lampiran 4Lembar Penilaian
Tes Tulis
No Nama NilaiKeterangan
(Tuntas/Belum)1 Bagus Setiawan
2 Agus Setiawan
3 Donny Fernando P
4 Evi Dina Anggita
5 Intan Puspita Sari
6 Putri Lestari
7 Nia Dwi Aprilia
8 Wulandari
9 Siti Solekah
10 Pebri Tiyo Prasetyo
11 Anwar Firmansyah
12 Wahyu Imawati
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 52
Lampiran 5
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SDN Batok 01Mata Pelajaran : MatematikaKelas / Semester : III ( tiga ) / 1 (satu)Alokasi waktu : 6 x 35 menit ( 2 x pertemuan )
Standar Kompetensi : 1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga
angka
Kompetensi Dasar : 2. Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan
tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka.
Indikator : 1. Perkalian
2. Pembagian
I. Tujuan Pembelajaran.
Setelah pembelajaran ini siswa diharapkan dapat :
1. Memahami konsep perkalian dasar
2. Menghafal perkalian
3. Merubah bentuk penjumlahan berulang ke bentuk perkalian dan
sebaliknya.
4. Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan perkalian
II. Metode Pembelajaran
1. Demonstration
2. Tanya Jawab
3. Diskusi
III. Langkah – langkah pembelajaran.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 53
Pertemuan ke 1 ( 3 x 35 Menit )
A. Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dan menunjuk salah satu siswa untuk
memimpin doa. ( 10 Menit )
Guru melaksanakan absen kehadiran siswa. ( 5 menit )
Guru memberikan apersepsi atau pertanyaan tentang materi yang
telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. (10 menit)
Guru menanyakan kepada siswa, siapa sajakah yang belum bisa
atau memahami perkalian. ( 5 menit )
Guru mempersiapkan alat peraga dakon sebanyak 7 buah lengkap
dengan batu kecil sebanyak 20 buah. ( 5 menit )
B. Kegiatan Inti
Guru membagi siswa dalam kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 2 anak, dipilih secara acak. ( 10 menit )
Perwakilan kelompok (1 siswa) maju kedepan untuk mengambil
alat peraga dakon, siswa lainnya menyiapkan buku tulis. (2 menit)
Guru memberikan petunjuk dengan mendemonstrasikan atau
memperagakan dengan alat peraga dakon, materi pertama adalah
perkalian. siswa menyimak dan mengikuti penjelasan guru. (15
menit)
Ambil sebanyak 2 batu, kemudian taruh batu tadi pada
lubang pertama di dakon, kemudian catat batu yang pertama.
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 54
Setelah dicatat, ambil 2 batu lagi, kemudian letakan di lubang
sebelahnya, kemudian catat lagi batu kedua dengan diberikan
tanda jumlah (+), misal 2 + 2.
Kemudian ambil lagi 2 batu, kemudian letakan di lubang
ketiga, catat lagi batu yang telah diambil, dan jangan lupa
diberikan tanda jumlah (+) seperti langkah kedua. Begitu
seterusnya hingga ada lima lubang yang terisi batu.
Setiap kelompok diminta untuk menunjukan hasil catatannya,
kemudian menghitung hasil penjumlahan dari bilangan yang telah
dicatat tadi, misal : 2+2+2+2+2 = 10. ( 3 menit )
Guru memberikan penjelasan kepada siswa, bahwa penjumlahan
secara berulang ulang tadi adalah bentuk panjang dari perkalian,
sehingga dapat ditulis bentuk perkaliannya 5 x 2 = 10. Siswa
mendengarkan penjelasan guru. ( 3 menit )
Guru memberikan penjelasan kepada siswa, bahwa angka 5 dalam
perkalian 5 x 2, didapat dari banyaknya tempat untuk batu yang
diletakan, atau banyaknya 2 batu tersebut. Angka 2 didapat dari
setiap tempat yang telah terisi 2 batu, dan 10 merupakan hasil dari
penjumlahan atau perkalian tersebut.( 2 menit )
C. Kegiatan Penutup
Guru memberikan soal latihan, yaitu siswa diminta memasukan 3
batu setiap lubang, jumlah lubang yang harus diisi sebanyak 5
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 55
lubang, siswa mencatat seperti yang telah diajarkan guru, kemudian
merubahnya kedalam bentuk perkalian. ( 10 menit )
Guru memeriksa hasil pekerjaan siswa. Dan mengevaluasi hasil
pekerjaannya. ( 15 menit )
Guru menanyakan kepada siswa siapa yang belum mengerti dan
paham cara menyelesaikan perkalian. ( 3 menit )
Guru memberikan penguatan tentang materi yang telah
disampaikan. ( 2 menit )
Guru membagikan tugas individu sebagai pekerjaan rumah dan
menutup pelajaran. ( 5 menit )
Pertemuan ke 2 ( 3 x 35 menit )
A. Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dan menunjuk salah satu siswa untuk
memimpin doa. ( 10 Menit )
Guru melaksanakan absen kehadiran siswa. ( 5 menit )
Guru memberikan apersepsi dan pertanyaan tentang materi yang
telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. (10 menit)
Guru menanyakan kepada siswa, siapa sajakah yang belum bisa
atau memahami perkalian. ( 5 menit )
Guru mempersiapkan alat peraga dakon sebanyak 7 buah lengkap
dengan batu kecil sebanyak 20 buah dan menjelasakan tentang
materi yang akan disampaikan. ( 5 menit )
B. Kegiatan Inti
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 56
Guru membagi siswa dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari
2 anak, dipilih secara acak. (10 menit )
Perwakilan kelompok (1 siswa) maju kedepan untuk mengambil
alat peraga dakon, siswa lainnya menyiapkan buku tulis. (2 menit )
Guru memberikan petunjuk dengan mendemonstrasikan atau
memperagakan dengan alat peraga dakon, materi pertama adalah
perkalian. siswa menyimak dan mengikuti penjelasan guru. (15
menit )
Ambil sebanyak 20 batu, kemudian letakan 20 batu tersebut
pada lubang besar yang terdapat pada dakon, kemudian catat
jumlah batu yang ada di lubang besar. Siswa mengikuti
petunjuk guru kemudian mencatatnya di buku tulis
Setelah dicatat, ambil 2 batu lagi, kemudian letakan di satu
lubang kecil disebelahnya, guru menjelaskan bahwa 20
dikurangi 2, siswa mencatat.
Kemudian ambil lagi 2 batu, kemudian letakan di satu lubang
kecil berikutnya, catat lagi batu yang telah diambil, dan
jangan lupa diberikan tanda minus/kurang (-) seperti langkah
kedua. Begitu seterusnya hingga ada lima lubang kecil yang
terisi batu hingga lubang besar telah habis batunya.
Setiap kelompok diminta untuk menunjukan hasil catatannya,
kemudian menghitung hasil pengurangan dari bilangan yang telah
dicatat tadi, misal : 20 – 2 – 2 – 2 – 2 – 2 = 0 ( 3 menit )
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 57
Guru memberikan penjelasan kepada siswa, bahwa pengurangan
secara berulang ulang tadi adalah bentuk panjang dari pembagian,
jumlah batu yang berada di lubang besar tadi harus habis, sehingga
dapat ditulis bentuk pembagiannya, 20 : 2 = 5. Siswa
mendengarkan penjelasan guru. ( 3 menit )
Guru memberikan penjelasan kepada siswa, bahwa angka 20 dalam
pembagian, didapat dari banyaknya batu yang diletakan di lubang
besar. Angka 2 didapat dari batu yang diletakan setiap lubang kecil
dan 5 merupakan banyaknya lubang kecil yang terisi batu. Siswa
menyimak dan mencatat penjelasan guru di buku tulis. ( 2 menit )
C. Kegiatan Penutup
Guru memberikan soal latihan, yaitu siswa diminta memasukan 15
batu pada lubang besar, jumlah lubang yang harus diisi sebanyak 5
lubang, siswa mencatat seperti yang telah diajarkan guru, kemudian
merubahnya kedalam bentuk pembagian. ( 10 menit )
Guru memberikan soal individu berupa ulangan harian untuk
materi perkalian dan pembagian, dan mengevaluasi hasil
pekerjaannya. ( 20 menit )
Guru memberikan penguatan tentang materi yang telah
disampaikan. ( 3 menit )
Guru menutup pelajaran (2 menit)
VII. Sumber/Bahan Ajar
1) Buku Matematika BSE
2) Lembar Kerja Siswa
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 58
3) Tabel Matrik Perkalian dan pembagian
4) Alat permainan dakon
VIII. Penilaian
1) Dilaksanakan selama proses pembelajaran dan setelah proses
pembelajaran.
2) Kriteria penilaian yang tediri dari dari : produk, performansi, dan
lembar penilaian serta soal dan kunci jawaban terlampir.
@ Penilaian Proses : diadakan
@ Post tes ; diadakan
Mengetahui Madiun, ...........................2012Kepala SDN Batok 01 Guru Kelas III
MARWAN, S.Pd. SD MOHAMAD RIDWAN, A. Ma. Pd, SDNIP. 19631026 198703 1 005 NIP. 19840219 201001 1 010
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 59
Lampiran 6LATIHAN SOAL INDIVIDU
Nama : .........................
No. Absen : .........................
Nilai : .........................
Kerjakan soal – soal dibawah ini dengan baik dan benar !
1. 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = ....
2. Bentuk penjumlahan 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 12, jika dirubah kedalam bentuk
perkalian menjadi ....
3. Bentuk perkalian 6 x 4, jika dirubah kedalam bentuk penjumlahan berulang
menjadi ....
4. 3 x 8 = ... + ... + ...+ = ....
5. 7 x 9 = ... + ... + ... + ... + ... + ... + ... = ....
Untuk soal nomor 6 sampai dengan 10 isikan hasil perkalian secara langsung.
6. 8 x 7 = ....
7. 8 x 8 = ....
8. 7 x 6 = ....
9. 9 x 6 = ....
10. Ayah membeli 4 buah jeruk, jika satu buah jeruk harganya Rp. 1.200, berapa
uang yang harus dikeluarkan ayah untuk membeli jeruk tersebut !
11. 20 – 5 - 5 - 5 – 5 = 0, dirubah dalam bentuk pembagian menjadi ....
12. 30 – 6 – 6 – 6 – 6 – 6 = 0, jika dirubah dalam bentuk pembagian menjadi....
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 60
13. 21 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 = 0, bentuk pembagiannya adalah ....
14. 10 : 2 = ....
15. 35 : 7 = ....
16. 72 : 9 = ....,
17. 810 : 8 = 10
... x 8 = 810
8 x ... = 810
18. 120 : 12 = 10
12 x .... = ....
120 : 10 = ....
19. 64 : 8 = 8, maka 8 x 8 adalah ....
20. Ibu membeli 50 apel, akan dibagikan kepada 5 anaknya, berapa bagian setiap
anak untuk mendapatkan apel tersebut ....
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 61
Lampiran 7
Kunci Jawaban :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
20
6 x 2 = 12
4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24
8 + 8 + 8 = 24
9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 = 63
56
64
42
54
1.200 x 4 = 4. 800
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
20 : 5 = 4
30 : 6 = 5
21 : 3 = 7
5
5
8
10
10 – 120, 12
64
50 : 5 = 10
Kriteria Penilaian :
Jawaban Benar x 10 = (20:2) x 10 = 10 x 10 = 1002
Jawaban Benar = nilai 1Jawaban Benar tidak lengkap = Nilai 0,5Jawaban Salah = 0
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 62
Lampiran 8
Lembar Penilaian Tes Tulis
No Nama NilaiKeterangan
(Tuntas/Belum)1 Bagus Setiawan
2 Agus Setiawan
3 Donny Fernando P
4 Evi Dina Anggita
5 Intan Puspita Sari
6 Putri Lestari
7 Nia Dwi Aprilia
8 Wulandari
9 Siti Solekah
10 Pebri Tiyo Prasetyo
11 Anwar Firmansyah
12 Wahyu Imawati
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 63
Tinjauan Ilmiah, Alat Peraga Dakon, Ridwan. M, 2012 64