DAFTAR ISI
Laporan Kepala Balai
Daftar Isi
Pendahuluan........................................................................................................................... 1
Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
Kegiatan Kerjasama dan Pelayanan ................................................................................................. 3
Program dan Evaluasi .................................................................................................................... 5
Birokrasi Kepegawaian ................................................................................................................... 6
Ringkasan Kegiatan In House ............................................................................................... 8
Kajian Peningkatan itik jantan local sebagai sumber daging di Maluku ............................................... 9
Kajian Pengendalian Hama penyakit utama penggerek batang dan penyakit kanker batang pada pala di
Maluku…………………………………...................................................................................................... 11
Kajian peningkatan manfaat daging buah pala (Myristica Fragrans Houtt) sebagai upaya untuk
diversifikasi bahan pangan berbasis pala di Maluku …………………………………….................................. 17
Pengelolaan Pasca Panen untuk mengurangi kandungan Alfatoksin pada biji pala ............................. 19
Pengelolaan Sumber Daya Genetik di Maluku.................................................................................. 21
Pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan Zona Agroekologi, Skala 1 : 50.000 di Kab Buru………. 23
Ringkasan Kegiatan Desiminasi Inovasi Teknologi Pertanian ............................................ 25
Siaran Tv Lokal ............................................................................................................................ 26
Media Cetak ………………………………………………..………………………………………………………………………….. 28
Kegiatan Pameran Inovasi Teknologi Pertanian .............................................................................. 29
Analisis Kebijakan ........................................................................................................................ 31
Ringkasan Kegiatan Pendampingan dan Program Strategi Nasional .................................. 34
Pendampingan Kawasan Peternakan Kambing di Kabupaten Maluku Tengah ………………………………... 35
Pendampingan Kawasan Hortikultura Cabai, Bawang merah,dan jeruk manis di Maluku.................... 37
Pendampingan Kawasan Perkebunan Pala dan cengkih di Maluku………………….................................. 40
Pelaksanaan Gugus Tugas Kalender Tanam (KATAM) terpadu menghadapi dinamika perubahan iklim di
Provinsi Maluku ............................................................................................................................ 43
Pengembangan Bioindustri Kelapa, Kakao, Ternak Sapi di Kabupaten Maluku Tengah........................ 49
Pengembangan pertanian Bioindustri berkelanjutan berbasis Integrasi Padi sawah dan ternak sapi di
Maluku......................................................................................................................................... 58
Unit Pengelola Benih Sumber ……………………………………………………………………………………………….…… 65
Website …………………………………………………………………………………………………………………….………….... 68
Perpustakaan Digital .................................................................................................................... 73
Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Maluku .............................................................. 76
Taman Agro Inovasi ……………………………………………………………………………………………………….……….. 80
Upaya Khusus Padi, Jagung dan Kedelai ……………………………………………………………………………………. 82
1
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
PENDAHULUAN
Latar Belakang
BPTP Balitbangtan Maluku adalah sebuah lembaga penelitian, pengkaji dan
diseminasi, eselon III yang berada dibawah lingkup Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, merupakan ujung tombak dalam percepatan
pembangunan pertanian pedesaan berbasis keunggulan spesifik lokasi. Oleh karena
itu BPTP Balitbangtan Maluku mempunyai peran penting dalam menghasilkan
inovasi untuk mendorong percepatan pencapaian program-program pembangunan
pertanian. Dalam upaya mempercepat realisasi dukungan terhadap program-
program pembangunan pertanian yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian
Terhadap, BPTP Balitbangtan Maluku yang dibentuk sesuai peraturan Menteri
Pertanian No. 16/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 menjelaskan
bahwa Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat dibidang Penelitian dan Pengembangan
Pertanian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan
Litbang Pertanian, dan dalam pelaksanan tugas sehari-hari dikoordinasikan dengan
Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Sesuai
dengan amanah yang diberikan kepada BPTP Balitbangtan Maluku untuk dapat
menyukseskan 4 (empat) program pembangunan pertanian yaitu : (1) pencapaian
swasembada dan swasembada berkelanjutan; (2) peningkatan diversifikasi pangan;
(3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; dan (4) peningkatan
kesejahteraan petani.
Kemampuan untuk menghasilkan inovasi pertanian yang lebih mendekat
kepada kebutuhan petani dan berbasis pada keunggulan sumberdaya local
merupakan kunci dalam meningkatkan kinerja BPTP Maluku kedepan.
Visi BPTP Maluku tahun 2015 sesuai renstra 2015-2019 adalah “Menjadi
lembaga penelitian dan pengembangan pertanian terkemuka di dunia dalam
mewujudkan sistem pertanian bio-industri tropika berkelanjutan pada 12 gugus
pulau di Maluku”. Untuk mencapai hal tersebut, maka Misi BPTP Maluku tahun
2015-2019 adalah (1). Merakit, Menguji dan pengembangan inovasi pertanian
tropika unggul berdaya saing, mendukung pertanian bio-industri pada 12 gugus
2
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
pulau di Maluku; (2). Mendiseminasikan inovasi pertanian tropika unggul dalam
rangka peningkatan scientifik recognition dan impack recognition pad 12 gugus
pulau di Maluku.
Untuk menciptakan manusia Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memiliki
kompetensi diperlukan mutu Profesionalisme, sikap pengabdian dan pengembangan
ASN melalui pendidikan dan pelatihan maupun non pendidikan dan pelatihan. Pada
bidang keuangan belum dilakukan secara optimal, sehingga perlu dilaksanakan
secara efektif, efisien, terukur dan akuntabel, selain itu pengelolaan sarana dan
prasarana telah dilakukan perawatan dan pemeliharaan namun belum optimal dan
pengadministrasiannya pun belum dilakukan secara tertib sebingga diperlukan
ketersediaan anggaran yang cukup untuk pengelolaan ketiga aspek kegiatan
tersebut.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, BPTP
Maluku memiliki sumberdaya manusia sebanyak 90 orang ditambah tenaga kontrak
berjumlah 21 orang sehingga keseluruhan sumberdaya manusia BPTP Maluku
sampai dengan tahun 2015 sebanyak 111 orang. Keberlangsungan dan kelancaran
kinerja BPTP didukung oleh sarana dan prasarana serta fasilitas yang menunjang.
Dalam perkembangannya, BPTP maluku memiliki berbagai macam sarana dan
prasarana seperti tanah perkantoran dan perumahan di Rumah Tiga 8.873 M2, Lab.
Diseminasi Waiheru 348 M2, KP Makariki 307.000 ha.
Untuk menunjang jalannya organisasi maka perlu adanya perencanaan
anggaran dan evaluasi serta rencana kegiatan tahunan yang matang sehingga apa
yang diharapkan dapat tercapai sesuai dengan mandat dan fungsi dari BPTP
Maluku. Sumber anggaran Balai berasal dari DIPA yang dialokasikan untuk belanja
pegawai, belanja barang dan belanja modal. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.
berikut ini.
Tabel 1. Anggaran BPTP Maluku selama 4 tahun periode TA 2011-2015
N
o Jenis Belanja
Tahun Anggaran ( x Rp.000)
2011 2012 2013 2014 2015
1 Belanja Pegawai 4.673.684 5.269.300 5.870.865 5.842.702 6.245.970
2 Belanja Barang
Operasional 2.888.796 854.851 5.680.734 1.051.034 2.269.355
3 Belanja Barang non
Operasional - - - 4.205.250 4.048.479
3
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
4 Belanja Modal 201.300 333.446 7.275.700 562.880 1.493.250
Jumlah 7.763.780 10.775.027 18.827.299 11.661.869 14.057.054
Dalam rangka peningkatan kapasitas penelitian, maka BPTP berupaya untuk
menjalin kerjsama dengan pihak mitra baik dalam maupun luar negeri. Kerjasama
diperlukan dalam upaya menumbuhkembangkan jaringan penelitian guna
peningkatan kemampuan pemanfaatan serta penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kegiatan kerjasama ini diharapkan dapat saling memanfaatkan potensi
yang dimiliki dalam upaya peningkatan efektivitas dan efisiensi penelitian.
Kerjasama dan Pelayanan
Kerja sama BPTP Maluku mencakup kerjasama dalam negeri (KDN). Kerja
sama dalam negeri merupakan kerja sama dengan institusi nasional, Sesuai
peraturan pemerintah no: 06/Permentan/OT.140/2/2012 dan permentan no:
99/permentan/OT.140/10/2013. Prinsip dasar dalam melaksanakan kerja sama
penelitian dan pengembangan antara lain : (1). Saling membutuhkan, saling
mengisi, saling melengkapi, dan saling memperkuat; (2). Menghindari tumpang
tindih kegiatan dan pendanaan; (3). Asas kesetaraan, keadilan dan kebersamaan;
(4). Memperhatikan etika profesionalisme dan asas saling membantu dan
mendukung.
Sejak tahun 2013 BPTP Maluku melaksanakan penandatanganan Nota
kesepahaman Kerjasama (MoU) dengan Pimpinan daerah Kabupaten/Kota yakni
Bupati Kabupaten Maluku Tengah, Bupati kabupaten Seram Bagian Timur, Bupati
Kabupaten Seram Bagian Barat, Bupati Kabupaten Buru dan bapak Wali Kota Ambon
saat pelaksanaan seminar rempah internasional tanggal 19 Agustus 2013.
Sementara dengan Bapak Gubernur Maluku tertunda pelaksanaannya karena, posisi
kepala Badan Litbang pada saat itu sedang menunggu pergantian dengan yang
baru. Kegiatan program aksi (action plane) dilakukan antara kepala Dinas Pertanian
dan Peternakan dari masing-masing kabupaten/kota. Pelaksanaan penandatangan
program aksi dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,
tanggal 2 Mei 2014 yang dihadiri oleh kepala Dinas Pertanian Peternakan atau
perwakilan. Pada Tabel 2 dan 3. menampilkan kegiatan kerjasama antara Badan
4
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Litbang Pertanian dengan pemerintah daerah prov. Maluku dan Kabupaten/Kota di
Maluku pada tahun 2013-2016.
Tabel 2. Nota Kesepahaman antara Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian dengan Kabupaten/Kota di Maluku.
Nomor Mitra
Kerjasama
Tanggal Ditanda tangani
Tanggal/ Tahun Selesai
OUTPUT
No.: 520//04/NK/2013
No.: 1820/OT.120/I.12/8/2013
Kabupaten Maluku Tengah
19 Agst ’13
19 Agst 2016
1). Tersedia satu dokumen MoU kerjasama dengan Kabupaten Maluku Tengah. 2). Pengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi. 3). Keterlibatan
Peneliti dan Penyuluh dalam kegiatan pengkajian dan penyuluhan
No: 27/BHO-
SETDA/IV/2014 No: 1789/OT.120/I.
12/8/ 2014
Kabupaten
Seram Bagian Barat
19 Agst
'13
31 Dec 16 1). Tersedia satu dokumen MoU kerjasama dengan
Kabupaten terkait. 2). Pengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi. 3). Keterlibatan Peneliti dan Penyuluh dalam kegiatan pengkajian dan
penyuluhan
No.: 521/07/2013
No.: 1823/OT.120/I.12/8/2013
Kabupaten Buru
19 Agst '13
31 Dec 16 1). Tersedia satu dokumen MoU kerjasama dengan Kabupaten terkait. 2). Pengembangan teknologi
pertanian spesifik lokasi. 3). Keterlibatan Peneliti dan Penyuluh dalam kegiatan pengkajian dan penyuluhan
Kabupaten
Seram Bagian Timur
19 Agst
'13
31 Dec 16 1). Tersedia satu dokumen MoU kerjasama dengan
Kabupaten terkait. 2). Pengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi. 3). Keterlibatan Peneliti dan Penyuluh dalam kegiatan pengkajian dan penyuluhan
Kota Ambon
19 Agst '13
31 Dec 16 1). Tersedia satu dokumen MoU kerjasama dengan Kabupaten terkait. 2). Pengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi. 3). Keterlibatan Peneliti
dan Penyuluh dalam kegiatan pengkajian dan penyuluhan
Tabel 3. Rencana Aksi Nota Kesepahaman antara Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian dengan Kepala Dinas Pertanian
se Maluku Tahun 2014.
Nomor Tahun Mitra Kerjasama Judul Kerjasama Tanggal Ditanda tangani
Tanggal/ Tahun Selesai
No. : 520/47/2014 No.: 150/OT.130/I.12.27/2014
2014 Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Seram Bagian Barat
Pendampingan Penerapan Teknologi Produksi Padi Sawah melalui Kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Kabupaten Seram Bagian Barat.
2-5-2014 2-5-2015
No.: 520/60/4/2014 No.: 150/OT.130/I.12.27/2014
2014 Dinas Pertanian Kab. Seram Bagian Timur
Pendampingan Penerapan Teknologi Produksi Padi Sawah melalui Kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Kabupaten Seram Bagian Timur.
2-5-2014 2-5-2015
5
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
No.: 820.12/113/2014 No.: 150/OT.130/I.12.27/2014
2014 Dinas Pertanian Kota Ambon
Pendampingan Penerapan Teknologi Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kota Ambon.
2-5-2014 2-5-2015
No.: 521/165/IV/2014 No.: 150/OT.130/I.12.27/2014
2014 Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Buru
Pendampingan Penerapan Teknologi Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan Pnerapan Kalender Tanam (Katam) di Kabupaten Buru.
2-5-2014 2-5-2015
No : 520/111/2014 No : 150/OT.130/I.12.27/2014
2014 Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Maluku Tengah
Pendampingan Penerapan Teknologi Produksi Padi Sawah, Jagung dan Kedelai melalui kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di kab. Maluku Tengah.
2-5-2014 2-5-2015
Program dan Evaluasi (PE)
Tahun Anggaran 2015 merupakan tahun pertama perjalanan rencana
strategis BPTP Maluku 2015-2019. Dalam melaksanakan kegiatan yang bersifat
spesifik lokasi ada sebanyak 4 (empat) RPTP, terdiri dari : kajian peningkatan
produktivitas itik pedaging, Kajian teknologi pengendalian penyakit kanker batang
dan hama penggerek batang pala, kajian teknologi pengendalian kandungan
aflatoksin pada biji pala dan kajian teknologi pemanfaatan daging buah pala untuk
diversifikasi bahan pangan di Maluku. Satu RPTP tentang rekomendasi kebijakan
pembangunan pertanian, pemetaan AEZ skala 1:50.000 di kabupaten Buru dan
Pengembangan Sumber Daya Genetik (SDG). Sementara ada 8 (delapan) RDHP
untuk teknologi yang terdiseminasikan ke pengguna, serta kegiatan pendampingan
dan program strategis 2 RDHP serta produksi benih 1 RDHP. Kegiatan pengkajian,
diseminasi dan manajemen ini didanai oleh APBN sesuai yang tertera dalam Tabel 4.
berikut ini.
Tabel 4. Alokasi anggaran berdasarkan kegiatan dalam TA. 2015
KODE PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT PAGU
1801 PENGKAJIAN dan PERCEPATAN DISEMINASI
INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
1801.003 Laporan Pengelolaan Satker 887,336,000
1801.008 Laporan Kerjasama, Pengkajian, Pengembanan
dan Pemanfaatan Hasil litbang
27,500,000
6
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
1801.01 Laporan Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan
satker
112,500,000
1801.013 Teknologi Spesifik Lokasi 528,129,000
1801.015 Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian 84,250,000
1801.016 Pengelolaan Instalasi Pengkajian 44,500,000
1801.018 Teknologi Yang terdesinasi ke Pengguna 490,000,000
1801.019 Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pendampingan
Inovasi Pertanian dan Program Strategis Nasional
2,075,800,000
180.022 Peralatan 1,215,750,000
1801.024 Pengadaan buku 15,000,000
1801.025 Produksi Benih 156,300,000
1801.027 Model Pengembangan Inovasi Pertanian
Bioindustri Berkelanjutan Spesifik Lokasi
669,500,000
1801.994 Layanan Perkantoran 7,487,989,000
1801.995 Kendaraan Bermotor 35,000,000
1801.997 Peralatan dan fasilitas Perkantoran 227,500,000
Total 14,057,054,000
Birokrasi Kepegawaian
1. Peningkatan kapasitas Kelembagaan
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih, BPTP
Maluku berkewajiban melaksanakan kebijakan reformasi birokrasi yang telah
diimplementasi secara nasional baik dilembaga-lembaga pemerintah maupun
institusi pemerintah secara berkelanjutan.
Untuk mendukung reformasi birokrasi tersebut BPTP Maluku wajib
menerapkan ISO 9001:2008. Sesuai dengan semangat reformasi dan perubahan
birokrasi, BPTP Maluku dituntut untuk memiliki standard performance sesuai
standard mutu dalam pelayanan terhadap masyrakat/public dan mempunyai
konsistensi dan komitmen terhadap mutu manajemen serta melaksanakan tugas
dan fungsi organisasi dengaan baik.
Reformasi birokrasi menuntut adanya perubahan kultur dalam bekerja. Salah
satunya berupa disiplin kehadiran dengan mantaati jam kerja. Untuk mendukung hal
tersebut, BPTP Maluku telah menerapkan system absensi elektronik untuk
meningkatkan disiplin kerja bagi para pegawai. Hasil absensi tersebut secara berkala
7
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
dilaporkan secara berjenjang ke BBP2TP, Badan Litbang pertanian dan Kementrian
pertanian. Selain peningkatan disiplin pegawai, diharapkan setiap aparatur Negara
(PNS) dapat memiliki sikap, tindakan dan perilaku yang dapat menginisiasi
terciptanya budaya kerja yang efisien, hemat, disiplin tinggi, dan anti KKN sesuai
dengan Peraturan Menteri Pertanian no 06/permentan/OT.140/1/2010 tanggal 22
januari 2010.
2. Kondisi dan Kompetensi SDM
Sumberdaya manusia sebagai salah satu input dalam indicator kinerja yang
dimiliki BPTP Maluku memegang peranan penting dan strategis dalam mendukung
kinerja BPTP Maluku menunju institusi yang akuntabel. Keberhasilan pengembangan
SDM pada akhirnya akan meningkatkan kinerja pelaksanaan pengkajian dan
diseminasi, serta manajemen institusi. Tabel 5. tentang keragaan SDM berdasarkan
pendidikan sebagai berikut :
Tabel 5. Keragaan sumber daya manusia BPTP Maluku tahun 2015
PENDIDIKAN STATUS TOTAL
PEGAWAI NEGERI HONORER
S3 3 - 3
S2 10 - 10
S1 22 4 26
D3 2 2 4 SLTA 46 15 61 SLTP 5 - 5
SD 2 - 2 Jumlah 90*) 21 111 Catatan : *) termasuk 3 orang satminkal
Keragaan SDM BPTP Maluku berdasarkan fungsional dan jabatannya masih
didominasi oleh fungsional umum/pegawai penunjang sejumlah 68,5% yang meliputi
tenaga administrasi, tenaga ketatausahaan, tenaga keuangan, dan jabatan non
fungsional lainnya. Sedangkan jabatan fungsional peneliti 16,9%, fungsional
penyuluh 9%, sementara fungsional pustakawan 1%.
Dari keragaan jabatan fungsional tersebut, diharapkan para pejabat
fungsional dapat mengoptimalkan peran, tugas dan fungsi (tusi) jabatannya masing-
8
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
masing dalam mendukung visi, misi dan kinerja BPTP Maluku untuk mencapai tujuan
yang sudah di rencanakan dalam renstra 2015-2019.
INGKASAN
Kegiatan
In-House
R
9
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
ajian Pemanfaatan Itik Jantan Lokal Sebagai
Sumber Daging Di Maluku.
Penanggung jawab kegiatan: Dr. Procula R. Matitaputty, SPt.,MSi
Unggas air (Itik dan entok) turut berperan dalam produksi daging, dan dapat
menyumbangkan daging sebesar 30,8 ton atau 1,7% dari total produksi daging
unggas, kalau dibandingkan dengan ayam buras, ayam potong dan ayam ras yang
menyumbangkan daging sekitar 98,29% maka sumbangan itik dan entok masih
sangat rendah. Peranan itik lokal di Indonesia bahkan di Maluku baru sebatas
sebagai sumber penghasil telur, sedangkan dagingnya belum banyak dimanfaatkan,
sehingga memperlambat kepopuleran daging itik. Indonesia sampai sekarang ini
belum memiliki itik tipe pedaging, seperti halnya itik peking asal negeri cina. Itik
yang ada untuk itik potong berasal dari itik petelur jantan, dan atau betina afkir.
Tujuan dari kajian ini adalah mengetahui perubahan performa secara fisik meliputi
pertumbuhan, produksi karkas, dan potongan komersial karkas pada itik jantan dan
betina lokal asal Maluku. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan (jenis kelamin) dan masing-masing perlakuan 5
ulangan. Penelitian ini akan menggunakan d.o.d local asal Maluku, sebanyak 60
ekor yang terdiri atas 30 ekor betina dan 30 ekor jantan. Umur pemeliharaan sampai
pemotongan dilakukan pada umur 12 minggu. Hasil kajian menujukkan bahwa
Pemeliharaan itik potong jantan dan betina selama 12 minggu, menunjukkan hasil
yang berbeda dalam pertumbuhan, dimana bobot hidup itik jantan lebih tinggi
1436,10 g dibandingkan itik betina 1306,63g, begitu pula dengan bobot karkas, itik
jantan lebih tinggi yakni 925,12g dibandingkan itik betina 776,12g sementara untuk
persentase potongan karkas bagian paha itik jantan 27,27% lebih tinggi
dibandingkan itik betina 25,9%. Pada bagian persentase dada, punggung, pinggul
dan sayap tidak berbeda nyata antar jenis kelamin. Untuk meningkatkan ketrampilan
peternak sekaligus penyebaran media informasi teknologi dilakukan pelatihan dan
penyuluhan tentang pemeliharaan itik potong, pembuatan mesin tetas dan
penanganan pasca panen daging itik berupa nugget dan bakso daging itik.
K
10
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Pemeliharaan ternak itik sebagai ternak potong dapat dikembangkan pada itik jantan
karena memiliki pertumbuhan yang lebih baik dari yang betina.
Perkembangan itik umur 11 minggu dalam kandang petakan
Itik yang sudah bersih dari bulu, karkas dan potongan karkas
Proses Penetasan Telur untuk kajian
11
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
ajian Pengendalian Hama Penyakit Utama
Penggerek Batang dan Penyakit Kanker Batang pada Pala di Maluku Penanggung jawab Kegiatan: Ir. Marietje Pesireron, MP.
Kondisi tanaman pala pada umumnya berumur diatas 25 – 150 tahun,
sebagian besar bekas peninggalan perkebunan bangsa Belanda (Ondernaming) dan
masih berproduksi, rata-rata 3000 - 5000 buah pohon.
Hasil identifikasi di lapangan menunjukkan bahwa dari setiap 1 hektar
terdapat kurang lebih 3 sampai 10 pohon pala yang terserang hama penggerek
batang dengan jumlah lubang > 3 lubang per pohon yang masih mengeluarkan
cairan dan penyakit kanker batang dengan presentase serangan sekitar 30 - 50 %,
pada umumnya terjadi serangan pada pohon yang sama namun masih bisa
menghasilkan buah sedang sekitar 3 – 5 pohon pala mengalami kekeringan dan mati
akibat serangan hama penggerek batang dan penyakit kanker batang dengan
intensitas serangan 100 %. Tindakan eradikasi dengan cara menebang dan
membakar pohon pala yang terserang sehingga kering dan mati, agar tidak terjadi
eksploitasi hama dan penyakit ke pohon pala yang sehat. Tanaman yang terserang
yang masih hidup dilakukan aplikasi perlakuan sesuai dengan Komponen PHT yang
sudah dijelaskan pada metodologi diatas. Hasil pengamatan di lapangan sebelum
aplikasi perlakuan tahap I menunjukkan serangan hama penggerek batang yang
disebabkan oleh hama Batocera hercules pada tanaman pala merupakan serangan
primer kemudian diikuti serangan sekunder penyakit kanker batang pala. Hal ini
terlihat gejala batang berlubang, hampir selalu diikuti penyakit kanker. Diduga hama
dan penyakit muncul akibat stimulus pembusukan batang hasil gerekan hama.
Presentasi serangan mencapai 20 – 50% dari setiap 1 hektar terdapat kurang lebih 3
sampai 10 pohon pala yang terserang hama penggerek batang dengan jumlah rata
lubang gerekan 3 lubang per pohon dengan tinggi dari permukaan tanah rata-rata 1
– 2,5 meter. Kegiatan pengendalian dilakukan untuk setiap blok perlakuan terdiri
dari 10 pohon tanaman pala yang dulang 4 kali sehingga total 120, yang tersebar
dihamparan perkebunan pala sekitar 25 hektar, dari total luasan perkebunan pala
K
12
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
hasil peninggalan Belanda (Onderneming) yang ada sekitar 38 hektar. Tanaman
yang masih menghasilkan dan tanaman yang baru dilakukan peremajaan.
Pengaruh aplikasi perlakuan terhadap Persentase serangan hama penggerek batang
sesudah aplikasi perlakuan menunjukkan bahwa, dari ke lima perlakuan yang sangat
efektif yaitu Sanitasi + Bioinsektisida (Beauveria bassiana) ; Sanitasi + arang
tempurung + GH; Sanitasi +arang tempurung + M2C; Sanitasi + Biotris sesudah
perlakuan mengalami penurunan sampai nilai nol (0) pada tahapan aplikasi ke 6
bulan Oktober 2015 yaitu ditunjukkan dengan tanda tidak keluarnya serbuk gerekan
(lubang gerekan tidak aktif) dan intensitas serangan juga mengalami penurunan
sampai nol (0%) . ; kemudian diikuti perlakuan perlakuan sanitasi + Pestisida
(Furadan 3-G) persentase serangan sebelum perlakuan sebesar 20,32% sesudah
perlakuan mengalami penurunan sebesar 10,32% menjadi 10% dan intensitas
serangannya mengalami penurunan sekitar 15,9% menjadi 3,3% sedangkan kontrol
terjadi peningkatan persentase serangan sebesar 7,59% dari 52,41% menjadi 60%
dan intensitas serangan juga mengalami peningkatan 8,13% dari 47,1 menjadi
55,23%. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pohon yang
terserang 3 pohon per blok dan jumlah spot serangan penyakit 5 -6 bagian.
Persentase tingkat serangan penyakit kanker pada tanaman pala pada blok
perlakuan sebelum aplikasi paling rendah tingkat serangannya yaitu pada blok
perlakuan (Sanitasi + Biotris) 29,4% tidak berbeda nyata dengan blok pelakuan
yang lain. Aplikasi perlakuan untuk tindakan pengendaian penyakit kanker yang
efektif ditunjukkan oleh ke tiga perlakuan (Sanitasi + Bioinsektisida (Beauveria
bassiana); Sanitasi + Arang Tempurung + Pupuk Organik Cair (GH); Sanitasi+Arang
Tempurung + Pupuk Organik Bubuk (M2C) dimana jumlah spot penyakit kanker tetap
namun kondisi luka pada batang dan cabang tanaman pala menjadi kering tidak lagi
basah dan mengeluarkan cairan, sehingga di indikasi sudah sembuh sehingga
berpengaruh pada prosentase serangan dan intensitas serangan mengalami
penurunan serangan sampai mencapai nilai nol (0%) namun untuk perlakuan
(Sanitasi + Furadan 3G dan Sanitasi + Biotris) prosentase serangan mengalami
penurunan hingga mencpai 10% dan intensitas serangan juga mengalami
penurunan dari 5-6% menjadi 3,3%, hal ini berbeda dengan kontrol yang makin
13
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
bertambah jumlah spot penyakit kanker yaitu dari 5 menjadi 7, porsentase tingkat
serangan mengalami peningkatan dari 30,7% menjadi 50 % dan intensitas serangan
dari 8,3% menjadi 16,6%. Aplikasi furadan 3-G porsentase tingkat serangan
penyakit hanya mengalami penurunan namun penggunaan pestisida kimiawi ini
sangat beresiko terhadap keslamatan manusia dan lingkungan karena cara
aplikasinya yang dimasukan ke dalam lubang gerekan dan luka akibat penyakit
kanker kemudian ditutup dengan parafin dan sebagian di taburi secara melingkar di
permukaan tanah sehingga perlu perhatian serius dalam pengontrolan karena
sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungann. Penggunaan insektisida kimia
sebagai pembasmi serangga dapat digunakan dengan tetap memperhatikan dampak
negatif penggunaan insektisida kimia terhadap kelestarian alam seperti matinya
organisme bukan sasaran, tumbuhnya hama resisten, serta penumpukan residu
insektisida pada hasil tanaman dan dalam tanah (Tarumingkeng, 1992). Resistensi
dan resurjensi timbul akibat aplikasi insektisida kimia yang tidak bijaksana, sehingga
penggunaannya harus tepat sasaran. Produksi pala terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan pala dan kesesuaian tumbuh tanaman pala. Perkebunan pala rakyat
di desa pulau Ay pada umumnya tidak sesuai jarak tanam sehingga untuk
menghitung produksi buah per hektar sangat sulit untuk itu data hasil panen di
hitung berdasarkan dari data produksi rata-rata pala yang diperoleh tiap pohon dari
tiap blok perlakuan sebelum dan sesudah perlakuan. Total hasil panen per pohon
sebelum perlakuan dari tiap blok rata-rata sekitar 457 sampai 2905 buah, bobot biji
kering 5,05 sampai 14,10 kg dan bobot fuli kering 0.08 – 0.47 kg. Hasil analisa Uji
BNTdari jumlah buah , bobot biji kering, bobot fuli per pohon masing-masing lebih
tinggi sebelum perlakuan ditunjukkan oleh perlakuan (Sanitasi +Arang tempung
+GH) dan berbeda nyata dengan perlakuan yang lain (Tabel 4). Sesudah perlakuan
Jumlah buah, bobot biji kering dan bobot fuli kering per pohon mengalami
peningkatan hasil dimana rata-rata jumlah buah berkisar antara 2167 sampai 5266
buah per pohon inipun tidak semua dipanen karena ada yang mengalami kerusakan
akibat panas yang berkepanjangan sehingga buah pala gugur muda disaat belum
tua menurut informasi dari para petani disebut”buah makuku” atau berkerut. Bobot
biji kering berkisar 2,1 sampa 0 26,66 Kg per pohon, bobot fuli berkisar 0,07 – 0,88
14
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Kg perpohon. Perlakuan (Sanitasi+Arang tempurung + M2C) Jumlah buah, bobot
biji kering, bobot fuli kering per pohon lebih tinggi sesudah perlakuan yaitu masing-
masing total jumlah buah hasil panen 5266 buah, bobot biji kering 26,66 kg, bobot
fuli kering 0,88 kg per pohon tidak berbeda nyata dengan perlakuan (Sanitasi +
Arang tempurung + Biotris) namun berbeda nyata dengan yang lain. Pada umumnya
petani perkebunan pala desa Pulau Ay tidak ada pengeluaran biaya untuk
pembukaan lahan dan penanaman disebabkan karena lahan ini merupakan
peninggalan bangsa belanda yang dikelola oleh PT.Banda Permai namun karena
pengelolaan nya tidak jelas maka diserahkan ke masyarakat desa Pulau Ay dengan
pembagian 1 KK 10 pohon dan hasilnya dikelola sendiri. Hasil panen pala Banda
tidak dijual dalam bentuk biji pala basah sehingga analisa usahatani pala dihitung
berdasarkan hasil penjualan biji dan fuli kering dari tiap blok perlakuan yang terdiri
10 pohon dengan alasan bahwa jarak tanam tidak teratur dan umur tanaman tidak
seragam sehingga data hasil produksi tidak dapat di konversikan ke hektar. Hasil
analisa usahatani dari ke 6 perlakuan yang diterapkan menunjukkan bahwa ratio
penerimaan dan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan biji pala kering dan fuli
kering untuk masing-masing perlakuan semuanya menguntungkan petani dan dapat
dikembangkan namun yang lebih menguntungkan yaitu perlakuan (Sanitasi + Arang
tempurung +M2C), kemudian diikuti oleh perlakuan (Sanitasi + Furadan 3G),
perlakuan (Sanitasi + Biotris), perlakuan (Sanitasi + Beauvaria bassiana) dan
perlakuan (Sanitasi + Arang tempurung + GH).
Gambar 1. Ulat penggerek batang yang di temukan di lobang gerekan pada
tanaman yang sudah mati akibat serangan dan dilakukan eradikasi dan dibakar.
15
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Gambar 2. Hama Batocera hercules betina dan jantan yang ditemukan di tanaman
pala
Gambar 3. Pengendalian dengan perlakuan sanitasi c + Pestisida kimiawi Furadan 3G
Gambar 4. Pengendalian dengan perlakuan sanitasi + Biotris
16
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Gambar 3. Penggunaan jamur Beauveria bassiana dan Imago yang
terinveksi Beauveria bassiana
Gambar 5. Pengendalian dengan perlakuan sanitasi + Arang tempurung+ GH dan sanitasi +Arang tempurung + M2C
17
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
ajian Peningkatan Manfaat Daging Buah Pala
(Myristica fragrans Houtt) Sebagai Upaya untuk Diversifikasi Bahan Pangan Berbasis Pala di Maluku Penanggung jawab Kegiatan: Ir Saleh Malawat
Tanaman pala (Myristica spp) adalah tanaman asli Indonesia dan termasuk
tanaman perkebunan penting diantara tanaman rempah-rempah lainnya dan
menghasilkan dua produk bernilai ekonomi tinggi,
yaitu biji pala dan fulli yang menyelimuti biji. Kedua
produk tersebut menghasilkan minyak atsiri, rempah
dan bahan obat-obatan. Tanaman ini merupakan
tanaman asli kepulauan Maluku, yang telah
diusahakan secara turun-temurun sebagai tanaman
perdagangan dan diusahakan dalam bentuk
perkebunan rakyat di sebagian besar kepulauan Maluku. Daerah-daerah yang
potensial untuk pengembangan pala adalah Maluku, Maluku Utara, Papua, Sulawesi
Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Jawa Barat. Hasil utama
tanaman pala adalah buahnya yang terdiri dari daging pala, biji, fulli yang diolah
menjadi produk makanan, minuman, minyak atsiri dan oleoresin.
Untuk daerah Maluku, sentra-sentra produksi pala meliputi: Maluku Tengah, Maluku
Tenggara, Pulau Buru dan Pulau Ambon dengan luas areal tanaman pala mencapai
8.467 ha dengan produksi 1.580. Bagian buah pala yang mempunyai nilai komersial
tinggi adalah minyak pala dan fulli, sedangkan daging buahnya merupakan
komponen terbesar yang mencapai 83,3 % dari keseluruhan buah .Daging buah pala
berpotensi untuk diolah menjadi berbagai produk pangan yang sudah dikenal antara
lain: manisan, dodol, sambal, selai, sirup dan lain-lain sebagainya. Sirup pala
merupakan salah satu bentuk olahan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Penelitian ini bertujuan (1).Mendapatkan satu paket rekomendasi teknologi
pengolahan sirup, pala sesuai persyaratan mutu, (2) Mengembangkan teknologi
pengolahan produk sirup pala dalam kemasan botol, (3) dan Meningkatkan
pendapatan usaha tani lahan kering melalui pengolahan sirup berbasis pala
K
18
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Perlakuan yang diberikan adalah Perlakuan konsentrasi aroma biji pala segar=
Faktor A (biji pala segar ), terdiri dari : A1 = Konsentrasi biji pala segar 0,5 % , A2
= Konsentrasi biji pala segar 1 %, kemudian perlakuan Faktor B ( Konsentrasi fulli
segar ), terdiri dari :B1 : Konsentrasi fulli segar 0.5 % dan B2 = Konsentarsi fulli
segar 1 %, dan perlakuan konsentrasi biji pala segar+ fulli segar = Faktor C (Biji +
Fulli segar). C1: Konsentrasi Biji+Fulli segar 0.5%, C2: Konsentrasi Biji+Fulli segar
1% . Total perlakuan = 2 x 2 x 2 x 2 = 16 sampel. Rancangan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 x ulangan dan dilanjutkan
dengan uji BNJ. Parameter yang diamati meliputi: kadar air, gula total, gula reduksi,
total asam, vitamin C, pH, dan uji organoleptik antara lain; rasa, warna, aroma,
kekentalan dan tingkat kesukaan. Hasil penelitian menunjukan sirup pala dengan
perlakuan konsentrasi biji pala segar 1%, fulli segar 1%
dan konsentrasi biji segar dan fulli segar 1% (A2B2C2)
adalah sirup pala yang paling disukai.Kadar air sirup
pala terpilih adalah 40.35 % lebih rendah dari
persyaratan mutu sirup yang ditetapkan oleh Dewan
Standarisasi Nasional Indonesia (SNI. 1994) yaitu
maximal 40 %. Kadar gula reduksi sirup pala terpilih
yang dihasilkan adalah 51,0 % lebih rendah lebih
rendah dari persyaratan mutu sirup yang ditetapkan oleh
Dewan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI. 1994) yaitu
maximal 65 %. Kadar gula total sirup pala terpilih adalah 51,50 % sehingga
sehingga memenuhi standar yang ditetapkan SNI (1994). Kadar vitamin C pada
sirup pala terpilih adalah 0.7 mg/kg lebih rendah dari yang ditentukan oleh Dewan
Standarisasi Nasional Indonesia (SNI. 1994) yaitu 3 mg/100g pH sirup pala terpilih
adalah 3.03 ternyata pH cukup rendah. Ini menunjukan bahwa buah pala
mengandung asam yang cukup tinggi, namun didalam pembuatan sirup pala ada
pemberian gula yang cupup tinggi, sehingga tidak mempengaruhi tingkat keasaman
sirup pala. Dari hasil sosialisasi sirup pala di Desa Seit Kecamatan Leihitu, Kabupaten
Maluku Tengah, ternyata masyarakat setempat sangat antusias menyambut
kegiatan ini dan rata-rata 99.0 % menyukai produk tersebut.
19
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
engelolaan Pasca Panen untuk Mengurangi
Kandungan Aflatoksin pada Biji Pala Penanggung Jawab Kegiatan: Risma Fira Suneth, SP
Pala termasuk salah satu komoditas primadona yang menjadikan Indonesia
sebagai negara pengekspor biji pala dan fuli terbesar di pasaran dunia (sekitar
60%), dan sisanya dipenuhi dari negara lainnya seperti Grenada, India, Srilangka
dan Papua New Guinea (Bustaman, 2007). Dalam pasaran Internasional terdapat
regulasi terhadap aflatoksin pada bahan pangan maupun produk pertanian lainnya.
Pala Indonesia memiliki kandungan aflatoksin B1 6,4 – 120 µ/kg dan aflatoksin total
10,1 – 140 µ/kg melebihi dari kadar aflatoksin diatas standar batas maksimum yang
telah ditentukan oleh Uni Eropa (Www.ditjenbun BBPPTP). Salah satu faktor
terjadinya kontaminasi aflatoksin pada pala diketahui terjadi pada proses
pengeringan tanpa memperhatikan sanitasi sekitar yang dapat menyebabkan
hilangnya flavor (volatile flavor) dan penyimpanan yang tidak memperhatikan
suhu/kelembabapan. Selain itu kontaminasi aflatoksin dapat terjadi akibat
bercampurnya biji pala yang masih muda dan biji pala yang sudah tua atau biji pala
yang sudah rusak/pecah dengan biji pala yang masih utuh.
Kegiatan Pengelolaan Pascapanen Untuk Mengurangi Kandungan Aflatoksin
Pada Biji Pala telah dilakukan di Laboratorium Pascapanen dengan lokasi
pengambilan sampel di desa Seith kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah
berlansung selama 1 tahun. Tujuan akhir kegiatan ini adalah untuk (1) Mendapatkan
paket teknologi yang efektif dan mudah digunakan petani, (2) Mengetahui efektifitas
bahan nabati untuk mengurangi kontaminasi aflatoksin pada biji pala dan (3)
Mengetahui lama penyimpanan yang ideal.
Kegiatan ini dilakukan dengan beberapa tahapan perlakuan yaitu (1)
Pengeringan biji pala dengan menggunakan tempurung biji pala dan tanpa
menggunakan tempurung biji pala (2) Penggunaan bahan Nabati seperti tepung
daun cengkeh, tepung daun sambiloto dan asap cair tempurung kelapa (3) lama
penyimpanan biji pala yaitu penyimpanan 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan.
P
20
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Hasil yang dicapai adalah (1) hasil pengujian aflatoksin dalam biji pala;
(2) hasil uji lemak dan proksimat; (3) Kadar air penyimpanan; (4) jumlah biji
berkapang lainnya (secara visual); (5) benda asing dalam biji pala. Dari hasil yang
dicapai untuk hasil pengujian aflatoksin menunjukkan bahwa rata-rata jumlah kadar
aflatoksin B1: <3,86 µg ; B2 :<1,11 µg ; G1: <3,86 µg ; G2: <1,11 µg. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar aflatoksin pada biji pala yang mendapat perlakuan masih
di bawah ambang normal yang ditetapkan oleh regulasi UE. Kadar air saat
penyimpanan biji pala pada bulan pertama adalah 11,4 % rata – rata kadar air
untuk penyimpanan bulan kedua adalah 10, 2 % sedangkan untuk bulan ketiga rata
– rata kadar air adalah 11,0 %. Jumlah biji berkapang lainnya (secara visual) adalah
rata-rata 0,5%.
APLIKASI ASAP CAIR, PENGERINGAN DAN PENYIMPANAN BIJI PALA
PEMBUATAN ASAP CAIR (TEMPURUNG KELAPA) DAN ASAP CAIR HASIL
REDESTILASI TAHAP 1 DAN TAHAP 2
21
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
engelolaan Sumber Daya Genetik Tanaman
di Maluku
Penanggung jawab Kegiatan: Ir La Dahamarudin, MSi
Kegiatan penguatan kebun koleksi SDG meliputi: pembuatan pintu pagar,
pembersihan kebun koleksi dan pembuatan jalan masuk ke kebun koleksi serta
penanaman/pemeliharaan tanaman koleksi SDG. Koleksi sumber daya genetik
tanaman yang dikonservasi di kebun koleksi SDG KP. Makariki antara lain: (1) ubi
kayu 23 aksesi, (2) pisang 26 akesi (3) jagung 17 aksesi (4) padi gogo 2 aksesi, (5)
ubi 19 aksesi, kembili 12 aksesi, (6) talas 3 aksesi, (7) keladi 2 aksesi. Disamping itu
tanaman buah yang telah di koleksi di kebun koleksi adalah: (1) durian Lumapelu,
(2) durian koly, (3) durian merah, (4) langsat, (5) duku, (6) gandaria (7) kutikata,
(8) cempedak, (9) kenari (10) durian 6 jalur (11) manggis, (12) leci (13) gayang dan
(14) atong tuni .
Tabel 1. Daftar Koleksi SDG Ubi Kayu
NO Nama Aksesi Ubi Kayu
1 Malang 4 2 Ternate Hitam
3 Daun Papua 4 Huku
5 Telaga Piru 6 Genja Merah 7 Enbal Toyando
8 Enbal Lis-Lis 9 Sangkola
10 Kapok 11 Sarimi 12 Kuning Batang Hitam
13 Santri 14 Kuning Batang Lurus 15 Bastel Hitam
16 Ternate Genjah 17 Kuning Batang Hitam
18 Malang 6 19 UJ-5
20 Malang 1
21 Enbal Putih 22 Enbal Tepung
23 Inggris
P
22
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Tabel 2. Daftar Koleksi SDG Pisang
No Nama Aksesi Pisang
1 Pisang Kapal 2 Pisang Export
3 Pisang Gapi 4 Pisang 40 Hari
5 Pisang Jarum 6. Pisang Kanaya 7. Pisang Susu Hitam
8 Pisang Sepatu 9 Pisang Goroho
10 Pisang Nona 11 Pisang Terang Bulan 12 Pisang Bawang Merah
13 Pisang Gaba-Gaba 14 Pisang Seribu Sika 15 Pisang Abu-Abu Putih
16 Pisang Suangge 17 Pisang Abu-Abu Ternate
18 Pisang Dua Jantung 19 Pisang Tanduk 20 Pisang Tingkat Langit
21 Pisang Raja Hitam 22 Pisang Meja Putih
23 Pisang Raja Mas 24 Pisang Dewaka Hitam 25 Pisang Dewaka Putih
Kegiatan karakterisasi Sumber daya genetik tanaman yang yang telah
dilaksanakan pada tahun 2015 baik karaktersasi yang dilakukan secara insitu (di
lahan milik petani) maupun secara exsitu (di kebun koleksi SDG).
NO SDG TANAMAN JLH AKSESI KETERANGAN
1 Ubi kayu 17 Exsitu/lanjuta 2 Ubi jalar 14 Exsitu/lanjuta 3 Pisang 14 Exsitu/lanjuta
4 Jagung 17 Exsitu 5 Durian Insitu/lanjutan
6 Gandaria Insitu/lanjutan 7 Kutikata Insitu/lanjutan 8 Gayang Insitu/lanjutan
9 Namnam Insitu/lanjutan 10 Manggis Insitu/lanjutan
23
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
ewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan Zona
Agroekologi, Skala 1:50.000 Di Kabupaten Buru Provinsi Maluku
Penanggung jawab Kegiatan: Edwen D. Waas SP Dalam rangka mendukung percepatan pengembangan pertanian di Kabupaten
buru diperlukan data/informasi potensi sumberdaya lahan pada tingkat semi detil,
skala 1:50.000) yang akurat. Hasil analisis sumberdaya lahan yang ditunjang dengan
analisis sosial ekonomi dapat dituangkan dalam peta pewilayahan komoditas
pertanian yang menginformasikan jenis komoditas unggulan suatu daerah yang
sesuai dengan daya dukung lahannya. Penyusunan peta tersebut sudah sangat
mendesak untuk dilakukan, mengingat pemerintah daerah membutuhkan informasi
yang akurat mengenai komoditas pertanian unggulan dan alternatif teknologi
pertanian yang bisa diimplentasikan di daerah. Bagi pemerintah daerah informasi
tersebut dapat digunakan sebagai bahan perencanaan operasional untuk
pengembangan pertanian.
Kabupaten Buru mempunyai rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 35-
264 mm/bulan, curah hujan tahunan sekitar 1485 mm/tahun, jumlah hari hujan
antara 5-19 hari per bulan, dan jumlah hari hujan tahunan sebanyak 150 hari
dengan zona agroklimat D3 (Oldeman, 1975) dengan bulan kering (< 100mm) 6
bulan dan bulan basah (>200mm) 3 bulan dan tipe hujan C (Schmidt & Fergusson,
1951), dengan puncak periode basah pada bulan Januari dan puncak periode kering
pada bulan September.
Lahan di Kabupaten Buru umumnya merupakan landform tektonik/struktural
dengan relief berbukit kecil sampai berbukit (lereng 15-40%) (56,94%). Tanah
terdiri dari tanah atasan (upland) dan tanah bawahan (lowland) yang berkembang
dari bahan aluvium (sungai dan marin), batupasir dan batuliat berkapur, andesit,
dan batugamping yang menghasilkan menjadi 5 Ordo, yaitu: Histosols, Entisols,
Inceptisols, Molisols, dan Alfisols, serta menurunkan 23 Subgrup tanah.
Lahan di Kabupaten Buru seluas 201.480 ha (42,16%), yang dapat
dikembangkan untuk budidaya pertanian tanaman pangan, tanaman
P
24
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
tahunan/perkebunan, dan hortikultura dan sisanya seluas 276.443ha (57,84%) tidak
dapat dikembangkan mengingat mempunyai faktor pembatas sangat berat.
Pengembangan padi sawah dapat dilakukan di lahan basah, seluas 32.913 ha
(6,09%), jagung seluas 102.181 ha (21,38%), kedelai seluas 53.053 ha (11,10%),
kakao seluas 199.058 ha (41,65%), kelapa seluas 93.846 ha (19,64%), jambu
mente seluas 201.480 ha (42,16%). Faktor kendala lahan untuk pengembangan
petanian antara lain berupa bahaya erosi akibat lereng yang curam (>25%),
ketersediaan oksigen karena lahan selalu tergenang, media perakaran akibat tektur
tanah pasir.
Wilayah Kabupaten Burudi kelompokan menjadi 8 sistem pertanian dan 22
satuan pewilayahan komoditas dengan sistem budidaya pertanian lahan basah dan
lahan kering mencakup areal seluas 283.646 ha (59,36%) yang termasuk dalam
zona IV, III, dan II. Komoditas pertanian yang disarankan berupa komoditas
tanaman pangan, tanaman tahunan/perkebunan, dan hortikultura. Pembudidayaan
komoditas dapat secara tumpangsari atau monokultur. Sistem budidaya pertanian
lahan basah mencakup dengan luas 20.111 ha (4,21%), termasuk dalam zona IV,
kelerengan <3%, komoditas pertanian berupa padi sawah dengan alternatif
komoditas jagung, kedelai, dan sayuran. Sistem budidaya pertanian lahan kering
seluas 263.585 ha (55,36%), termasuk dalam zona VII, IV, III, dan II. Komoditas
pertanian yang disarankan berupa komoditas tanaman pangan berupa: padi gogo,
jagung, kedelai, ubi kayu; tanaman tahunan/perkebunan, berupa: kelapa, kakao,
jambu mente, kopi; dan hortikultura berupa sayuran, pisang.
Sistem pengelolaan lahan untuk pengembangan pertanian meliputi: a)
pemilihan komoditas pertanian yang sesuai, b) penerapan sistem usahatani yang
tepat, c) peningkatan produktifitas lahan melalui pemupukan dan usaha konservasi
tanah dan air.
25
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
INGKASAN
Diseminasi Inovasi
Teknologi Pertanian
R
26
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
iaran TV lokal Penanggung Jawab Kegiatan: Ir Hamid Mahu
Petani mandiri, petani tangguh dan diinginkan agar petani dari objek menjadi
subjek. Keinginan-keinginan itulah yang menjadi dasar bagi pengembangan suatu
sistem pendidikan pertanian untuk petani yang lazim disebut penyuluhan pertanian.
Petani dibantu agar dapat membantu diri sendiri, dididik agar dapat mendidik.
Melalui penerapan metode penyuluhan yang efektif dan sesuai kondisi petani,
diharapkan mampu merubah perilaku petani lebih baik (Padmanegara, 1996).
Siaran TV merupakan salah satu metode diseminasi yang memadukan antara
kemampuan indera pendengar dan penglihatan dalam menyerap informasi inovasi
pertanian. Metode ini dianggap efisien digunakan pada daerah-daerah kepulauan
seperti Provinsi Maluku, karena mampu menjangkau sasaran dalam jumlah banyak.
Keberhasilan metoda ini akan sangat tergantung bagaimana naskah disusun dan
dikombinasikan dengan gambar visual yang tepat. Tujuannya agar pesan yang
disampaikan mudah diterima dan dicerna oleh pemirsa yang menyaksikan siaran
tersebut.
Studi terbaru menunjukkan bahwa media massa dapat berperan lebih besar
dalam proses perubahan. Media massa memenuhi beberapa fungsi dalam
masyarakat dan turut berpeluang mengubah masyarakat yang mencakup 1)
menentukan jadwal pembicaraan ; 2) mengalihkan pengetahuan; 3) membentuk
dan mengubah pendapat; dan 4) mengubah perilaku (Anonymous, 2001)
Wiriatmaja, Soekandar (1990), mengatakan bahwa penggunaan berbagai jenis
media massa (media cetak dan elektronik) penting untuk menyampaikan pesan
langsung atau tidak langsung kepada banyak orang sekaligus pada waktu yang
hampir bersaman
Telah dilakukan shoting terhadap tiga kegiatan utama dan telah disiarkan
melalui televisi Republik Indonesia stasiun Maluku.
S
27
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
“Sumberdaya Genetik Tanaman-Masa Kini dan Akan Datang”
Pelestarian Sumberdaya genetik tanaman
Tujuan, manfaat dan dampak pelestarian sumberdaya genetik
tanaman
Kegiatan pelestarian sumberdaya genetik secara in-situ dan ex-situ
Jenis-jenis tanaman yang perlu dilestarikan di provinsi Maluku
Respon masyarakat terhadap kegiatan pelestarian sumberdaya
genetik tanaman di Provinsi Maluku
“Selayang Pandang Kegiatan Bioindustri Pedesaan Berbasis Tanaman Padi dan Sapi”
Pengembangan Pertanian Bioindustri
Konsep dan Strategi Pengembangan Pertanian Pedesaan Bioindustri
Target Pencapaian
Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Bioindustri Berbasis
Tanaman Kelapa, Kakao dan Sapi
“Pemanfaatan Ela Sagu sebagai Pakan Itik” Potensi biomassa Ela Sagu di Maluku
Tujuan, Manfaat dan Dampak
Teknologi pemanfaatan ela sagu sebagai pakan ternak
28
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
edia Cetak Penanggung Jawab Kegiatan: Maryke Van Room SP MSi
Upaya meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian, berdampak pada
pendapatan dan kesejahteraan petani disamping berbagai factor lainnya. Inovasi
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang bersifat dinamis sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan masyarakat, tidak merusak lingkungan akan menjadi
teknologi pilihan untuk dapat ditransfer ke pengguna (stakeholder). Melalui
penerapan metode penyuluhan yang efektif dan sesuai dengan kondisi petani
diharapkan mampu merubah prilaku petani menjadi lebih baik. Salah satu metode
penyuluhan pertanian berdasarkan teknik komunikasi dan indera penerima yaitu
melalui media masa yang dikemas dalam bentuk media cetak, seperti buklet, lembar
informasi pertanian (LIPTAN), folder, brosur dan poster atau melalui media
pertunjukkan seperti pameran dan visitor plot.
Untuk memenuhi kebutuhan petani akan jenis-jenis informasi teknologi
pertanian sesuai dengan jenis usahatani yang dikembangkan, maka BPTP Maluku
telah melakukan berbagai kegiatan pengkajian spesifik lokasi adaptif yang
menghasilkan berbagai informasi teknologi pertanian yang selanjutnya dikemas
dalam bentuk media cetak (brosur dan Liptan/leaflet). Media cetak ini digunakan
untuk mendiseminasikan informasi kepada khalayak pedesaan dan berguna untuk
menyajikan informasi yang sifatnya praktis, menyiarkan informasi, menggandakan
pesan yang mendidik.
M
29
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
egiatan Pameran Inovasi Teknologi Pertanian Penanggung Jawab Kegiatan: Drs Julius Matital
Upaya dan metode yang dilaksanakan agar hasil-hasil pengkajian akan
berdayaguna dan berhasil guna untuk diketahui oleh dimasyarakat adalah dengan
diadakannya kegiatan Ekspose (pameran). Kegiatan ini merupakan salah satu
strategi yang digunakan dalam rangka mengkomunikasikan berbagai inovasi yang
telah dilaksanakan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian terus berkiprah dengan
masyarakat dan jajaran penentu kebijakan lingkup pertanian baik di tingkat pusat
maupun tingkat wilayah serta bagi kepentingan pembangunan pertanian di
indonesia. Balai Pengkajian Teknolgi Pertanian Maluku ditahun Anggaran 2015 ini
telah mengikuti pameran tingkat nasional maupun regional antara lain :
Pemeran dalam rangka MTQ tingkat Regional se Maluku di Kabupaten Seram
Bagian Barat (Piru), yang diikuti oleh 25 stand baik stand pemerintah
maupun swasta. Hasil kegiatan Pameran yang diselenggara di kabupaten
Seram Bagian Barat dalam rangka MTQ regional se Maluku mendapat
respons dan sambutan yang sangat baik dari masyarakat di Piru dan dari luar
Maluku. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya permintaan terhadap materi-
materi yang dipamerkan. Adapun materi yang dipamerkan berupa produk
pestisida nabati, es krim dari ubi unggu, kue brownis dari ubi unggu, brosur,
leaflet, beberpa varietas unggul padi sawah, jagung local, peta AEZ skala 1:
50.000. peta kalender tanam, banner tentang pangan alternative masyarakat
Maluku dan masih banyak lagi yang dipamerkan.
Pameran dalam rangka kegiatan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi)
yang ke XI di Kota Ambon. Pameran diikuti dari instansi pemerintah dan
swasta sebanyak 75 stand. Adapun materi yang di sajikan berupa sirup pala,
perbenihan untuk jagung, beberapa varietas padi yang selama ini di kaji oleh
BPTP, asap cair dari arang tempurung, bawang merah, brownis ubi jalar,
K
30
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
tanaman strawberry, seledri,kue steek dari pisang tongka langit, media cetak
seperti brosur, leaflet, liptan dan buku sains terbitan badan litbang.
Adapun jumlah pengunjung pada stand pameran MTQ ke XXVI di Kabupaten
Seram Bagian Barat (PIru) sebanyak 850 orang yang terdiri dari :
1. Petani : 125 orang
2. Pengusaha : 3 orang
3. Pelajar : 222 orang
4. Pegawai negeri : 500 orang
Sementara jumlah Pengunjung Pameran pada kegiatan Perparawi tingkat nasional
ke XI yang diselenggarakan di Provinsi Maluku dengan Kota Ambon sebagai Tuan
Rumah sebanyak 1150 orang yang terdiri dari :
1. Petani : 45 orang
2. Mahasiswa : 510 orang
3. Pelajar : 340 orang
4. Pegawai negeri : 255 orang
31
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
nalisis Kebijakan Penanggung Jawab Kegiatan: Ir. Demas Wamaer, MP
Bioenergi merupakan energi yang diperoleh dari biomassa. Biomassa adalah
bahan-bahan organik berumur relatif muda dan berasal dari tumbuhan/hewan,
produk dan limbah industri budidaya pertanian, perkebunan, kehutananan,
peternakan, dan perikanan. Pengembangan energi alternatif yang berasal dari bahan
organik tidak terlepas dari kebutuhan energi nasional yang terus meningkat
terutama terhadap minyak bumi yang merupakan energi tidak terbaharukan.
Tingginya pasokan minyak bumi dikarenakan permintaan yang tinggi terhadap
produk minyak bumi berupa bahan bakar minyak (BBM), dimana BBM merupakan
bentuk energi final yang relatif murah digunakan dan dijangkau konsumen yang
luas. Adapun tujuan Penelitian ini adalah untuk menghitung potensi pengembangan
bioenergi dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan energi dan potensi
bioenergi.
Perhitungan potensi biomassa di Provinsi Maluku dilakukan menggunakan
data produksi tanaman pangan dan populasi ternak yang dihimpun oleh Dinas
Pertanian dan Badan Pusat Statistik. Data tersebut dikalikan dengan nilai konversi
rasio produksi limbah relatif terhadap produksi sumber daya biomassa. Selain data
sekunder, data primer juga dihimpun untuk menghitung dan memetakan persepsi
masyarakat terhadap pentingnya bioenergi sebagai sumber energi dan keterbatasan
energi yang tidak terbaharukan. Adapun persepsi yang dihimpun terdiri dari
kelompok petani dan pejabat setempat yang terkait dengan pengembangan
tanaman pangan dan perkebunan. Data yang dihimpun sebanyak 80 responden
yang terdiri dari Kabupaten Maluku Tengah, Buru, Buru Selatan, Maluku Tenggara,
dan Seram Bagian Barat.
Secara umum, potensi biomassa yang terbesar pada sektor tanaman pangan
untuk menghasilkan bioenergi terdapat pada komoditas padi.Produksi padi di tahun
2014 mencapai 112.994 ton. Nilai tersebut dapat menghasilkan limbah biomassa
sekitar 158.192 ton. Komoditas selanjutnya yakni ubi kayu yang mencapai 225.683
A
32
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
ton, yang berpotensi menghasilkan limbah biomassa sebesar 90.273 ton.Jika
dikonversi menjadi bioenergi, komoditas padi dan ubi kayu tersebut mampu
menghasilkan energi 135.410 Gj. Bioenergi di sektor peternakan mampu dihasilkan
oleh berbagai ternak seperti sapi, kerbau, babi, unggas, dan itik. Jika dilihat dari
populasi dan nilai konversi populasi menjadi energi, maka ternak sapi memiliki
potensi terbesar menghasilkan bioenergi, populasi sapi di Provinsi Maluku pada
tahun 2014 mencapai 86.738 ekor yang dapat menghasilkan limbah biomassa
95.412 ton/tahun atau mampu menghasilkan energi sebesar 178.897 Gj/tahun.
Kabupaten Buru memiliki potensi limbah biomassa dari tanaman pangan dan
peternakan terbesar di Provinsi Maluku yakni sebesar 450.563 Gj/tahun. Sedangkan
Maluku Tengah dan SBB berada pada tingkat selanjutnya dengan potensi energi
masing-masing sebesar 390.211 Gj/tahun dan 216.979 Gj/tahun. Total estimasi
bioenergi yang dapat diperoleh Provinsi Maluku dari limbah tanaman pangan dan
peternakan sebesar 1.356.934 Gj/tahun. Nilai tersebut dapat mencukupi sekitar 13%
dari pemakaian BBM pada tahun 2014. Potensi terbesar dimiliki oleh padi yang
mampu menghasilkan 6% dari total kebutuhan energi di Provinsi Maluku. Sedangkan
di sektor peternakan, komoditas sapi, kerbau dan babi merupakan ternak yang
memiliki potensi untuk pengembangan bioenergi berbentuk biogas.
Informasi penggunaan biomassa sebagai penghasil bioenergi sudah dipahami
oleh petani. Hal ini terlihat bahwa hasil survey persepsi masyarakat menunjukkan
bahwa masyarakat mengetahui bahwa biomassa dapat diubah menjadi energi yang
dapat meringankan penggunaan bahan bakar fosil. Namun, informasi yang dimiliki
petani hanya sebatas pengetahuan yang diperoleh dari media cetak ataupun media
elektronik. Informasi yang diperoleh tersebut hanya mampu membangkitkan
perhatian/attention, dan belum mengarah untuk membangkitkan minat/interest,
sehingga tidak ada tindakan/action yang dilakukan oleh masyarakat.
Rendahnya tindakan mengadopsi teknologi penggunaan biomassa menjadi
bioenergi tersebut dikarenakan adanya keragu-raguan atau persepsi masyarakat
mengenai kerumitan teknologi yang dibutuhkan untuk memanfaatkan biomassa
menjadi bioenergi. Belum adanya praktek langsung atau diseminasi penggunaan
biomassa menjadi bioenergi membuat masyarakat ragu-ragu tentang teknologi
33
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
tersebut sehingga mayoritas masih menganggap bahwa teknologi penggunaan
biomassa menjadi bioenergi masih sulit untuk diterapkan.
34
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
INGKASAN
Kegiatan Pendampingan dan Program Strategis
Nasional
R
35
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
endampingan Kawasan Peternakan Kambing di Kabupaten Maluku Tengah
Penanggung Jawab Kegiatan: Ir. Elisabet. Kotadinny
Kegiatan Pendampingan Kawasan ternak kambing di Kabupaten Maluku
Tengah desa Tamilouw Kecamatan Amahai merupakan kegiatan tahun pertama
yang di mulai tahun 2015. Salah satu pendampingan yang sudah dilakukan adalah
dengan pemberdayaan kelompok tani peternakan di sekitar desa tersebut untuk
terlibat secara aktif di dalam upaya pemeliharaan ternak kambing. Untuk itu
kelompok ternak perlu di dampingi secara reguler dalam meningkatkan kemampuan
untuk mencapai tujuan dalam keberhasilan pemeliharaan serta meningkatkan
kesejahteraan petani ternak kambing di desa Tamilouw.
Dalam satu kawasan ternak kambing satu rumah tangga peternak memiliki
sekitar 1-7 ekor/kepala keluarga (KK) atau rataan 3,79 ekor per KK. Tingkat
kepemilikan ini masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan skala ekonomis 68
ekor per KK. Demikian pula ratio perbandingan jantan:betina masih rendah yaitu
1:4 bila dibanding dengan ratio ideal 1:10. Petani belum memaksimalkan
kemampuan ternak kambing untuk berproduksi dan belum mengoptimalkan alokasi
waktu dari tenaga kerja yang terlibat. Keadaan ini menyebabkan penerimaan usaha
ternak kambing relatif rendah dan hanya merupakan usaha dengan tujuan untuk
tabungan (usaha sambilan), bukan sebagai usaha pokok untuk memperoleh
keuntungan (agribisnis). Selain itu, bibit kambing yang berasal dari peternakan
rakyat, dalam jangka panjang sangat potensial menurunkan mutu genetik kambing.
Adapun Tujuan dari pendampingan ini adalah : Meningkatnya pengetahuan
dan keterampilan kelompok dalam mengelola usaha ternak kambing secara baik
Hasil Kegiatan
P
36
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
1. Survey dan Koordinasi tim pelaksana kegiatan dengan Dinas
Pertanian/Peternakan dan Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten
Maluku Tengah;
2. Pembuatan Demplot Hijauan Pakan Ternak;
3. Pembuatan Kandang ternak kambing;
4. Pelatihan Pembuatan kompos dari kotoran ternak kambing;
5. Pengobatan bagi ternak kambing.
37
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
endampingan Kawasan Hortikultura Cabai, Bawang Merah dan Jeruk Manis di Maluku
Penanggung Jawab Kegiatan: Ir A. Reuwpassa Upaya peningkatan produksi dan produktivitas cabai, bawang merah dan jeruk
terus dilakukan dalam rangka mewujudkan industri hortikultura ramah lingkungan
yang tangguh dan mandiri untuk kesejahteraan petani. Perhatian pada komoditas
cabai dan bawang merah menjadi sangat penting, karena mempengaruhi kehidupan
petani, perekonomian makro dan inflasi. Sedangkan jeruk perlu dikembangkan
dengan pertimbangan bahwa impor jeruk yang tertinggi diantara 28 jenis buah yang
diimpor (270 ribu dollar AS) (Ditjen, 2014).
Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH) merupakan salah satu
implementasi program pengembangan komoditas unggulan hortikultura Kementerian
Pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas cabai, bawang merah
dan jeruk. Badan Litbang Pertanian mendukung pelaksanaan program tersebut
melalui pengembangan inovasi sesuai kebutuhan. Pengembangan inovasi ke dalam
PKAH menggunakan model integrasi inovasi ke dalam system agribisnis hortikultura
yang diharapkan berdampak luas terhadap peningkatan daya saing, nilai tambah
dan kesejahteraan petani. Model integrasi inovasi ke dalam sistem agribisnis
hortikultura memerlukan keterlibatan instansi terkait, sehingga dibutuhkan
koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi didalam implementasinya.
Di Provinsi Maluku kegiatan PKAH cabai, bawang merah dan jeruk dalam tahun
anggaran 2015 dengan sasaran luas lahan cabai 64 ha, Bawang merah 24 ha dan
jeruk keprok 173 ha. Lokasi sasaran tersebar pada 5 kabupaten / kota yaitu
Kabupaten Buru, Maluku Tenggara, Seram Bagian Barat, Maluku Tengah dan Kota
Ambon.
Peranan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku pada
pelaksanaan program PHAK adalah sebagai pendamping teknologi. Aspek yang
menjadi fokus dalam pendampingan teknologi adalah : a) Koordinasi dengan dinas
terkait, b). Penentuan kawasan yang akan didampingi, c). Perancangan
P
38
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
demplot/demfarm, d). Perumusan perbaikan teknologi, e). Pelaksanaan
demplot/demfarm, f). Penentuan indikator keberhasilan pendampingan PKAH dan
g). Pelaporan dan seminar hasil.
Pendampingan teknologi dalam bentuk demplot cabai, bawang merah dan
jeruk dilaksanakan di 5 Kabupaten. Demplot cabai seluas 2500 m2 (0.25 ha)
dilaksanakan di desa Waihatu kecamatan Kairatu Barat, Kabupaten Seram Bagian
Barat, demplot cabai seluas 799 m2 di desa Huameteno, Kecamatan Amahai,
Kabupaten Maluku Tengah dan demplot cabai seluas 400 m2 di desa Danar Sare,
Kecamatan Kei Kecil Timur, Kabupaten Maluku Tenggara. Kota Ambon tidak
membuat demplot cabai, tetapi pendampingan dalam bentuk pelatihan dan memberi
bantuan saprodi dan peralatan kepada petani yang masih kekurangan bantuan.
Demplot bawang merah seluas 10 x 30 m2 dilaksanakan di desa Waihatu,
Kecamatan Kairatu Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, demplot bawang merah
seluas 10 x 25 m2 di desa Tawiri, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon dan
demplot bawang merah seluas 10 x 20 m2 di desa Waeura Kecamatan Waplau,
Kabupaten Buru. Demplot jeruk seluas 5000 m2 (0.5 ha) dilaksanakan di desa
Huameteno, kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, demplot jeruk seluas
2500 m2 (0.25 ha) di desa Waihatu, Kecamatan Kairatu Barat dan demplot jeruk
seluas 2500 m2 (0.25 ha) di dusun Tanapol desa Piru Kecamatan Seram Barat,
Kabupaten Seram Bagian Barat. Tujuan pembuatan demplot adalah memberikan
percontohan kepada petani cabai, bawang merah dan jeruk.
Keragaan tanaman cabai dan bawang merah pada masing-masing demplot
memperlihatkan bahwa penggunaan varietas unggul dan ditunjang dengan
pemupukan yang tepat serta pemeliharaan yang baik mampu memberikan hasil
yang optimal. Produktivitas cabai hasil demplot umumnya lebih tinggi dibanding
dengan produktivitas diluar demplot. Di desa Waihatu, hasil demplot cabai rawit 450
kg/0.25 ha atau 1.8 ton/ha lebih tinggi dari hasil cabai rawit di luar demplot 300
kg/0.25 ha atau 1.2 ton/ha. Di desa Huamateno, hasil demplot cabai rawit 190
kg/300 m2 atau 3.63 ton/ha dan cabai keriting 137.2 kg/240 m2 atau 5.80 ton/ha
lebih tinggi dari provitas cabe di Maluku Tengah tahun 2014 (3.45 ton/ha). Di desa
Danar Sare, hasil demplot cabai lokal 327 kg/400 m2 lebih tinggi dari hasil cabai
39
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
lokal di luar demplot 190 kg/400 m2. Kemudian, hasil demplot bawang merah
varietas Bima di desa Waihatu, 442 kg /0.03 ha umbi kering daun atau 14.73 ton/ha
umbi kering daun lebih tinggi dari hasil bawang merah diluar demplot 9.06 ton/ha
umbi kering daun. Di desa Tawiri, hasil demplot bawang merah varietas Trisula, 55
kg/45 m2 umbi basah daun atau 12.22 ton/ha umbi basah daun dan varietas Mentes
45.7 kg /80 m2 umbi basah daun atau 5.71 ton/ha umbi basah daun. Untuk
bawang konsumsi hasil umbi basah daun 68.5 kg /125 m2 atau 5.48 ton/ha umbi
basah daun. Hasil demplot varietas Bima di desa Waeura 115.5 kg /200 m2 berat
basah daun atau 5.78 ton/ha berat basah daun. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penerapan inovasi dan pemeliharaan tanaman yang baik.
mampu meningkatkan produktivitas cabai dan bawang merah.
Hasil wawancara dengan petani demplot tentang tanggapan mereka terhadap
pertumbuhan dan produksi cabai dan bawang merah adalah sebagai berikut (1)
petani merespon positip terhadap teknologi pemupukan yang memberikan
penampilan tumbuh dan perkembangan tanaman demplot dan secara keseluruhan
memberikan hasil yang cukup baik, (2) petani memperoleh manfaat ekonomi dari
penerapan inovasi teknologi yaitu penggunaan varietas unggul cabai dan bawang
merah dengan perlakuan pemupukan yang tepat sehingga produktivitas tanaman
mencapai hasil yang optimal.
Untuk komoditas jeruk belum ada data penanaman dan perkembangan luas
tanam karena banyak petani masih menunggu turunnya hujan.
40
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
endampingan Kawasan Perkebunan Pala dan Cengkeh di Maluku Penanggung Jawab : Ir. Rizal Latukonsina
Cengkeh (Syzygium aromaticum) dan pala (Myristica fragrans Houtt) termasuk
dua komoditas spesifik lokasi yang dapat diandalkan sebagai sumber pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan daerah Maluku. Dua komoditas ini termasuk komoditas
ekspor yang cukup potensial di daerah Maluku. Secara turun-temurun tanaman
cengkeh dan pala telah diusahakan oleh masyarakat Maluku sebagai tanaman
perdagangan dan diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat di sebagian besar
kepulauan Maluku (Komalig, 1970).
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2008-2012), pengembangan cengkeh dan
pala di Maluku mengalami peningkatan baik dari segi perluasan areal maupun
produksi. Tahun 2012, produksi cengkeh 14.222 ton dengan produktivitas 0,32 t/ha
dan pala 4.622 ton dengan produktivitas 0,16 t/ha. Secara nasional rata-rata
produktivitas cengkeh 0,36 t/ha dan pala 0,26 t/ha lebih tinggi dari produktivitas
lokal.
Penyebab utama rendahnya produktivitas cengkeh dan pala di Maluku karena
petani perkebunan masih mengunakan teknik budidaya tradisional sehingga produksi
cengkeh dan pala tergolong rendah. Masalah lain yang tidak kalah penting yang
berpengaruh terhadap rendah produktivitas dua komoditas tersebut adalah banyak
tanaman sudah tua, rusak dan terserang hama dan penyakit. Selain itu, petani
perkebunan belum memperhatikan penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
pada areal perkebunannya, sehingga kerugian hasil akibat serangan hama dan
penyakit tanaman cukup besar. Hal yang sama pula, petani pekebun cengkeh dan
pala di Maluku masih sangat kurang pengetahuannya tentang pengenalan jenis
hama dan penyakit cengkeh dan pala serta bagaimana cara pencegahan dan
pengendalian tanaman pala dan cengkeh yang terserang hama dan penyakit.
P
41
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Hama utama tanaman cengkeh adalah Nothopeus sp. dan pala adalah
Batocsera sp. Intensitas serangannya cukup tinggi pada daerah sentra produksi
cengkeh dan pala dengan daerah penyebarannya meliputi Kabupaten Buru, Maluku
Tengah (Malteng), Seram Bagian Barat (SBB), Seram Bagian Timur (SBT),
MalukuTenggara (Malra) dan Kota Ambon.
Untuk meningkatkan kapasitas produksi, pendapatan dan kesejahteraan petani
harus ada campur tangan pemerintah baik dalam hal pembinaan teknis maupun
pembiayaan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku merupakan salah satu
unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian di daerah (Provinsi Maluku)
bertanggung jawab atas rekomendasi teknologi yang diterapkan kepada petani. Agar
teknologi tersebut dapat terimplementasi dengan baik, diperlukan pendampingan
dan pengawalan oleh BPTP. Pendampingan BPTP Maluku pada kawasan
perkebunan tersebar pada 4 lokasi yaitu 2 lokasi (cengkeh dan pala) di Kabupaten
Maluku Tengah, dan masing-masing 1 lokasi (cengkeh) di Kabupaten Buru Selatan
Selatan dan 1 lokasi (pala) di Kabupaten Seram Bagian Timur.
Kegiatan pendampingan kawasan perkebunan Cengkeh dan Pala oleh BPTP
disingkronkan dengan Program/kegiatan dinas Pertanian Provinsi Maluku/Kabupaten
meliputi: (a) Koordinasi dengan dinas terkait, (b) Penentuan kawasan yang akan
didampingi. (c) Perancangan demplot/demfarm, (d) Perumusan perbaikan teknologi,
(e) Pelaksanaan demplot/demfarm, (f) Penentuan indikator keberhasilan
pendampingan dan (g) Pelaporan dan seminar hasil.
Pelaksanaan kegiatan pendampingan teknologi kawasan perkebunan
cengkeh dan Pala di dilaksanakan dalam bentuk demplot dan pelatihan. Demplot
cengkeh dilaksanakan di Desa Hatumete, Desa Salamahu, Dusun Salamahu dan
Dusun Lateri Desa Tamilouw Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Buru
Selatan dilaksanakan di Desa Okilama dan Desa Leku Kecamatan Namrole. Demplot
Pala dilaksanakan di Desa Sepa Kecamatan Amahai dan Dusun Tapi Desa Wakasihu
Kabupaten Maluku Tengah dan untuk Kabupaten Seram Bagian Timur hanya
dilaksanakan dalam bentuk pelatihan budidaya dan pasca panen tanaman pala.
42
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Tahapan-tahapan pelaksanaan pendampingan kawasan perkebunan cengkeh
dan pala adalah sebagai berikut :
(1). Tanaman cengkeh dan pala yang terserang Nothopeus, batochera lubang
gerekannya dibersihkan dari cairan hasil gerekan hama.
(2). Ambil sepotong kapas, celup ke dalam cairan Biotris (pestisida nabati),
kemudian masukkan kapas tersebut ke dalam lubang gerekan dan lubang
gerekan tersebut disumbat dengan pasak kayu atau bambu.
(3). Pemupukan tanaman cengkeh dan pala dengan menggunakan supermes
dilakukan dengan cara tugal dan infuse akar. Dosis yang diberikan untuk cara
tugal adalah 20 cc / 10 liter air, disiram kedalam setiap lubang tugal sebanyak 2
gelas aqua. Sedangkan dosis pupuk untuk infus diberikan sebanyak 500 cc
dalam 1 kantong plastik pembungkus es.
Hasil evaluasi aplikasi teknologi pengendalian hama terpadu dan pemupukan
setelah 1 bulan melakukan aplikasi terbukti bahwa cairan hasil penggerek batang
telah kering dan ranting-ranting tanaman sudah tumbuh tunas-tunas yang baru.
43
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
elaksanaan Gugus Tugas Kalender Tanam (Katam) Terpadu Menghadapi Dinamika Perubahan Iklim Di Provinsi Maluku
Penanggung Jawab Kegiatan: Jacob M. Ayal, SP
Upaya mendukung dan meningkatkan efektifitas proses diseminasi informasi
Katam Terpadu meliputi 2 (dua) tahapan utama, diantaranya penguatan
kemampuan dan keahlian di pihak Tim Gugus Tugas Katam dan penguatan di
tingkat user utama yakni petani dan PPL di lokasi kegiatan. Untuk tim Gugus
Tugas Katam lingkup BPTP proses penguatan berupa workshop Katam terpadu
yang dilaksanakan dua kali dalam setahun, dengan materi yang diberikan berupa
informasi iklim terakhir (biasanya diberikan oleh BMKG), arah kebijakan katam
terpadu sebagai salah satu daya dukung precision agriculture yang secara ilmiah
dapat tertanggung jawab. Selain itu pada kegiatan workshop tersebut juga
dilakukan evaluasi terhadap kinerja tim gugus tugas katam terpadu disertai
pemecahan masalah yang dihadapi oleh masing masing tim gugus tugas BPTP. Hal
ini dimaksudkan selain sebagai wadah perbaikan kinerja juga mengukur sampai
sejauh mana proses difusi informasi teknologi katam terpadu terdiseminasikan
sampai lingkup petani dan PPL.
1. Penguatan keahlian dan kemampuan Tim Gugus Tugas Katam
Terpadu BPTP
Sistem Informasi Katam Terpadu, selain sebagai wadah diseminasi teknologi
milik Badan Litbang Kemtan kepada masyarakat dan stake holder terkait,
juga menyimpan potensi secara scientific untuk dikembangkan secara
spesifik lokasi melalui kegiatan Litkajibangrap adaptasi dan mitigasi iklim.
Informasi Katam terpadu merupakan informasi terkini yang sahih secara
keilmuan karena merupakan kolaborasi beberapa instansi terkait, yang
dalam hal ini adalah Balitbangtan Kemtan, BMKG, BPS, BIG, LAPAN dan
Dinas Pertanian Provinsi maupun Kabupaten.
P
44
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Bahwa pemutakhiran data informasi Katam Terpadu merupakan sebuah
keharusan dan kewajiban dari Tim GT Katam BPTP sehingga output
informasi yang diterima oleh user mendekati keadaan riil di lapangan.
2. Penguatan keahlian dan kemampuan Petani dan PPL
Kegiatan Sosialisasi dan pendampingan Kalender Tanam ( KATAM ) Terpadu
untuk tahun 2015 dilaksanakan pada tiga Kabupaten yang merupakan daerah
penghasil beras untuk Provinsi Maluku, yaitu Kabupaten Seram Bagian Barat,
Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Timur.
Metode Sosialisasi yang digunakan berupa Kegiatan Tatap Muka secara
langsung dengan petani pada tiap-tiap lokasi yang dimaksud. Dan pada saat yang
sama dibagikan leaflet Katam, brosur Info Katam untuk BPP dan Poster, sehingga
informasi Katam dapat diterima secara langsung oleh petani dan penyuluh.
Pada kegiatan sosialisasi ini juga dilakukan pelatihan tentang “Cara Mengakses
Informasi Katam” baik melalui pesan singkat (SMS) ataupun melalui aplikasi Katam
Terpadu pada Smartphone berbasis sistem operasi Android. Berikut ini adalah
Peta sebaran Kegiatan Sosialisasi dan Pelatihan Aksesibility Kalender Tanam
Terpadu pada empat Kabupaten di provinsi Maluku.
a. Kegiatan Sosialisasi Katam Terpadu di Kabupaten Seram Bagian Barat
Isi materi katam yang disosialisasikan adalah : Pengertian katam dan
justifikasinya.
45
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Menggali informasi dari petani dan penyuluh tentang waktu tanam riil yang
dilakukan oleh petani.
Menggali Informasi serangan OPT, kebutuhan pupuk, bencana banjir dan
kekeringan dan luas lahan terdampak.
Pelatihan cara mengakses informasi katam terpadu melalui pesan singkat
SMS menggunakan HP biasa dengan mengetik TANYA (SPASI)
KECAMATAM/KABUPATEN ke nomor HP : 081235651111 atau
082123456500.
Atau dapat juga menggunakan aplikasi Katam pada Google Play Store di HP
Android.
Leaflet katam sebanyak 100 lembar dibagikan kepada setiap peserta.
Output : penyuluh dan petani peserta sosialisasi dan pelatihan katam
terpadu telah mengetahui akses informasi katam lewat pesan singkat sms.
46
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
b. Kegiatan Sosialisasi Katam Terpadu di Kabupaten Maluku Tengah
Penyampaian materi pendampingan sosialisasi katam terpadu berupa
pelatihan mengakses informasi Katam dengan mengetik pesan singkat (SMS)
yang dikirim ke nomor 081235651111 atau 082123456500. Petani dan PPL,
sangat merespons kegiatan ini, karena menurut mereka sangat bermanfaat
untuk penentuan waktu tanam untuk antisipasi terjadi Puso atau kebanjiran,
varietas, pupuk dll. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi. Dalam diskusi tersebut
ditanyakan juga cara lain dalam mengakses informasi katam selain dengan
menggunakan pesan singkat., dan dijelaskan bahwa akses informasi katam
terpadu melalui pesan singkat hanya salah satu cara diantara tiga cara yang
dapat digunakan oleh user (petani/PPL) dalam mengakses informasi Katam
terpadu. Cara lainnya adalah dengan menjelajahi website katam terpadu pada
alamat www.katam.info.com atau juga bisa dengan menggunakan aplikasi katam
yang terlah diinstal pada smartphone android yang dimiliki.
47
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
c. Kegiatan Sosialisasi Katam Terpadu di Kabupaten Seram Bagian Timur
Materi yang disampaikan adalah tentang Katam Terpadu dan cara
mendapatkan informasi Katam terpadu. Setelah menyampaikan sedikit materi,
dilanjutkan dengan pelatihan mengakses informasi Katam dengan mengetik pesan
singkat (SMS) yang dikirim ke nomor 081235651111 atau 082123456500.
Petani dan PPL, sangat merespons kegiatan ini, karena menurut mereka
sangat bermanfaat untuk penentuan waktu tanam untuk antisipasi terjadi Puso
atau kebanjiran, varietas, pupuk dll. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi.
Pertanyaan yang disampaikan dalam diskusi adalah 1) apakah dosis pemupukan
yang direkomendasikan lewat sms itu, sudah mewakili daerah di Kec Bula Barat
atau tidak? Jawabannya : dosis pemupukan yang dikeluarkan oleh katam itu
adalah rekomendasi secara umum, dan jika ingin mengetahui status hara dan
rekomendasi pemupukan untuk masing-masing wilayah,bisa menggunakan PUTS
dan kemudian menetukan rekomendasi pemupukan spesisfik lokasi. 2) Apakah
data KATAM sudah mencakup kondisi tanah masing-masing desa atau belum?
Jawaban : data KATAM belum mancakup kondisi tanah masing-masing desa karena
data yang dibuat baru data per kecamatan. 3) Dari KATAM bagaimana mengatasi
OPT?? Jawaban : Harus meminta rekomendasi obat dari petugas POPT yang ada di
kec Bula Barat.
48
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
d. Kegiatan Sosialisasi Katam Terpadu di Kabupaten Buru
Pelaksanaan pendampingan dan sosialisasi katam terpadu di kabupaten Buru,
tidak dilaksanakan seperti yang dilakukan di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku
Tengah, dan Seram bagian Timur. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan dana yang
ada. Alokasi dana banyak terserap untuk kegiatan workshop di Bogor maupun di
tempat lain. Namun bentuk sosialisasi kepada petani maupun PPL dapat dilakukan
dengan memanfaatkan kegiatan lain yang dilakukan di Kabupaten Buru sendiri. Selain
itu model sosialisasi ynag diterapkan khususnya untuk Kabupaten Buru dilakukan
dengan cara distribusi informasi Katam Terpadu berupa Leaflet, sehingga diharapkan
petani maupun PPL dapat terus mamantau dan bahkan mengakses infromasi Katam
Terpadu secara mandiri sesuai panduan cara mengakses yang terdapat dalam leaflet
tersebut.
49
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
engembangan Bioindustri kelapa, kakao, ternak
sapi di Kabupaten Maluku Tengah
Penanggung Jawab Kegiatan: Dr Ir Janes B. Alfons MS
BPTP Maluku menetapkan judul kegiatan pertanian bioindustri di Maluku
Tengah adalah Pengembangan Pertanian Bioindrustri Berkelanjutan Berbasis
Integrasi Tanaman Kelapa + Kakao + sapi (COCABEEF) di Maluku. Unit percontohan
ditempatkan di desa Mesa pada lahan seluas 5 ha.
Komoditas kelapa, kakao, dan sapi merupakan komoditas unggul daerah
Maluku di samping cengkeh dan pala. Data statistik (BPS, 2013), rata-rata lima
tahun terakhir (2008 – 2012) komoditas perkebunan terluas di Maluku adalah kelapa
97.928 ha (53 %), cengkeh 41.777 ha (23 %) dan kakao 17.690 ha (10 %)
menyusul pala 15.312 ha (8 %) atau total potensi Maluku berdasarkan lahan
perkebunan aktual seluas 183.298 ha. Sedangkan berdasarkan peta agro-ekosistem
zone (AEZ), potensi lahan untuk usaha pekebunan di Maluku adalah seluas
1.263.575,4 ha (Irianto et at.,1999; Rieuwpassa et al., 1999; Susanto dan
Bustaman, 2006), sehingga potensi pengembangan secara ekstensifikasi seluas
1.180.277 ha (85 %). Produksi kelapa dan kakao di Maluku masih tergolong
rendah, yaitu berturut-turut 0,67 t/ha dan 0,80 t/ha , jika dibandingkan dengan
potensi hasil yang bisa mencapai berturut-turut 3,0 t dan 3,08 t/ha dengan
penerapan teknologi inovatif. Rendahnya produktivitas kelapa dan kakao di Maluku
disebabkan karena tingkat penguasaan petani terhadap aspek teknologi budidaya
masih rendah mulai dari penanaman, pemeliharaan sampai kepada pengolahan
hasil. Disamping itu permasalahan ekonomi yang menonjol adalah keterbatasan
modal dan kekuatiran terhadap tidak menentunya harga produk kelapa yaitu kopra
dan kelapa butiran dimasa depan.
Ternak ruminansia besar memegang peranan penting dalam penyediaan
sumber protein hewani di Indonesia. Data statistis peternakan menunjukkan bahwa
jumlah populasi sapi potong di Indonesia sebanyak 16.034.336 ekor sementara di
P
50
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Maluku 78.922 ekor . Efisiensi produksi ternak ruminansia pada Negara-negara
tropis secara umum lebih rendah dibandingkan Negara-negara sub-tropis (Jalaludin
dan Ho, 1991). Beberapa alasan yang menyebabkan rendahnya produktivitas ternak
ruminansia ini antara lain : kepemilikan luas tanah yang tidak ekonomis, kurangnya
modal dan teknologi yang tidak sesuai dengan lingkungan, ketrampilan peternak dan
ketersediaan pakan yang kurang dan tingginya infestasi parasit dan penyakit-
penyakit lainnya.
Tujuan
Tujuan Akhir
Mendapatkan model pertanian bioindustri berkelanjutan berbasis integrasi
tanaman kelapa + kakao + sapi yang ramah lingkungan di Maluku
Tujuan Tahunan (2015)
1. Menyediakan bibit tanaman dalam upaya peremajaan kelapa dan kakao
untuk mendukung pengembangan pertanian bioindustri berkelanjutan
ber-basis integrasi cocabeef.
2. Memperbaikan teknologi budidaya sapi (perkandangan, pakan dan
pembibitan) mendukung pengembangan pertanian bioindustri berke-
lanjutan berbasis integrasi cocabeef.
3. Memperbaikan teknologi pengolahan hasil kelapa (arang aktif, minyak
kelapa murni dan kopra) mendukung bioindustri berkelanjutan berbasis
integrasi Cocabeef.
4. Mendiseminasi hasil Litkaji dan memberdayakan kelembagan agribisnis
perdesaan mendukung bioindustri berkelanjutan berbasis integrasi
Cocabeef.
Keluaran
Keluaran Akhir
Tersedia satu model pertanian bioindustri berkelanjutan berbasis integrasi
tanaman kelapa + kakao + sapi yang ramah lingkungan di Maluku
51
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Keluaran Tahunan (2015)
1. Tersedia bibit tanaman dalam upaya peremajaan kelapa dan kakao
mendukung pengembangan pertanian bioindustri berkelanjutan berbasis
integrasi cocabeef.
1. Tersedia teknologi budidaya sapi (perkandangan, pakan dan pembibitan)
yang efektif dan efisien mendukung pengembangan pertanian bioindustri
berkelanjutan berbasis integrasi cocabeef.
2. Terimplementasi teknologi pengolahan hasil kelapa (arang aktif, minyak
kelapa murni, dan kopra) mendukung pengembangan pertanian
bioindustri berkelanjutan berbasis integrasi cocabeef.
3. Terdiseminasi hasil Litkaji dan terberdaya kelembagan agribisnis
perdesaan mendukung bioindustri berkelanjutan berbasis integrasi
Cocabeef.
Perkiraan Manfaat
1. Peluang pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sumberdaya
lokal, dengan konsep bioindustri tanpa limbah (zero waste).
2. Pengunaan sumberdaya lebih efisien dan dapat menekan biaya produksi.
Perkiraan Dampak
1. Peningkatan nilai tambah yang langsung berkontribusi terhadap
peningkatan kesejahteraan petani.
2. Tersedia produk pertanian yang berdaya saing di pasar global.
Hasil Kegiatan
Hasil identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan usahatani perkebunan
(kelapa dan kakao) dan alternatif pemecahannya dapat dirumuskan pada Tabel 1.
Permasalahan mendasar pada usahatani tanaman perkebunan (kelapa dan kakao) di
desa Mesa adalah produktivitas tanaman rendah disebabkan tanaman berumur tua.
52
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Akar masalah rendahnya produktivitas tanaman kelapa dan kakao adalah petani
tidak pernah melakukan tindakan peremajaan/rehabilitas tanaman, pupuk organik
dan anorganik tidak tersedia, inovasi teknologi pemupukan tidak tersedia, disamping
itu inovasi teknologi pemberantasan hama PBK belum diterapkan. Permasalahan
lain adalah pengolahan dan pemasaran hasil terbatas. Hal ini disebabkan karena
produk yang dihasilkan terbatas dan promosi hasil terbatas. Akar masalah adalah
inovasi pengolahan hasil tidak tersedia dan media promosi tidak tersedia.
Permasalahan lain dalam usahatani tanaman kelapaa dan kakao adalah sumberdaya
manusia petani rendah, karena pendidikan dan pengetahuan rendah dan akar
masalahnya pendidikan dan pelatihan terbatas serta informasi teknologi terbatas.
Tabel 1. Perumusan Masalah Usahatani (Kelapa dan Kakao) dan Alternatif
Pemecahannya, di Desa Mesa
Masalah
Produktivitas tanaman
rendah
Limbah tanaman belum
dimanfaatkan
Pengolahan dan
pemasaran hasil
terbatas
Sumber Daya
Manusia Petani
Rendah
Sumber Masalah
1. Tanaman berumur tua (> 20 tahun)
2. Tidak melakukan tindakan pemupukan
3. Populasi hama
penggerek buah kakao tinggi
Teknologi pemanfaatan
limbah tanaman perke-
bunan (kelapa dan
kakao) tidak tersedia
1. Produk yang diha-silkan
terbatas 2. Promosi hasil
ter-batas
Pendidikan dan
pengetahuan petani
rendah
Akar Masalah
1. Tidak pernah melakukan tindakan
peremajaan dan rehabilitasi
2. Pupuk organik dan
anor-ganik tidak tersedia
3. Inovasi teknologi
pemupu-kan tidak tersedia
4. Inovasi teknologi
pembe-rantasan
Informasi teknologi
pengolahan limbah
tana-man kelapa dan
kakao tidak tersedia
1. Inovasi teknologi
pengolahan hasil tidak tersedia
2. Media promosi tidak tersedia.
1. Pendididkan dan pelatihan terba-
tas 2. Informasi tekno-
logi terbatas
53
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
hama PBK belum diterapkan
Antisipasi Masalah
1. Peremajaan tanaman kela-pa dan kakao
2. Pembuatan/pengadaan pu-puk organik dan pupuk an-organik
3. Pengendalian hama secara terpadu
Peningkatan ketersedia-an
Informasi teknologi
pemanfaatan/pengolahan
limbah tanaman kelapa
dan kakao
1. Peningkatan pro-duk
pengolahan hasil
2. Pengembangan
media promosi
1. Peningkatan wa-wasan dan peng-
etahuan petani 2. Peningkatan dan
pengembangan
media dan bahan penyuluhan
Kebutuhan Inovasi Teknologi
1. Introduksi varietas
unggul kelapa dan kakao untuk peremajaan/rehabilitasi
2. Introduksi teknologi sam-bung pucuk dan sambung samping
tanaman kakao 3. Introduksi teknologi pe-
manfaatan limbah ternak untuk pupuk organik
4. Introduksi teknologi peng-endalian hama terpadu.
Introduksi teknologi pe-
manfaatan/pengolahan
limbah tanaman kelapa
dan kakao
1. Introduksi alat
pengolahan hasil semi mekanis: a. Alat
pengolah-an minyak ke-lapa sehat.
b. Alat peng-ering kopra putih
2. Introduksi tekno-
logi kemasan produk olahan minyak kelapa
daan kopra putih 3. Pengadaan
media promosi
1. Diklat dan
Ma-gang Petani
2. Introduksi
Media dan bahan pe-nyuluhan
Sumber Teknologi
Balitka; Puslitbun; BB Pasca panen: BPTP Maluku; Pemda Maluku Tengah
Komoditas Ternak Sapi
Permasalahan dalam pengembangan ternak sapi adalah teknik budidaya
kurang optimal, pemeliharaan dilakukan dengan sistem lepas (tidak intensif)
sehingga kotoran ternak belum dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman
perkebunan (kelapa dan kakao), disamping itu pendidikan dan pelatihan petani
terbatas serta informasi teknologi pengembangan ternak sapi terbatas. Secara rinci
perumusan masalah dalam pengembangan ternak sapi di desa Mesa dapat dilihat
pada Tabel 2.
54
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Tabel 2. Perumusan Masalah Usahatani Ternak Sapi dan Alternatif Pemecahannya di
Desa Mesa
MASALAH
Budidaya kurang optimal Kotoran ternak belum
dimanfaatkan S D M Petani rendah
SUMBER MASALAH 1. Pengendalian penyakit
tidak dilakukan 2. Pakan ternak terbatas 3. Sistem pemeliharaan se-
cara tradisional
Teknologi pemanfaatan
pengolahan kotoran ternak tidak tersedia
Pendidikan dan pengetahuan
petani rendah
AKAR MASALAH 1. Obat tidak tersedia
2. Teknologi pengendalian penyakit tidak tersedia 3. Teknologi penyediaan
pakan ternak optimal 4.Teknologi sistem pemeliha-raan yang baik dan benar
belum optimal
Informasi teknologi peng-olahan kotoran ternak tida tersedia
1. Pendidikan dan pelatihan
terbatas 2. Informasi teknologi perta- nian terbatas
ANTISIPASI MASALAH 1. Pengadaan obat pengen- dalian penyakit 2. Pengembangan teknologi
pengendalian penyakit 3. Pengembangan teknologi budidaya tanaman
HPT (Hijauan Pakan Ternak) 4. Peningkatan pengetahuan
perkandangan yang baik dan benar
Peningkatan ketersediaan Informasi teknologi peman-faatan/pengolahan limbah
kotoran ternak
1. Peningkatan pengetahuan dan wawasan petani 2. Peningkatan dan pengem-
bangan media dan bahan penyuluhan
KEBUTUHAN INOVASI 1. Introduksi teknologi peng- endalian penyakit
2. Introduksi teknologi budi-daya HPT (Hijauan Pakan Ternak)
3. Introduksi teknologi pe-manfaatan sumber pakan lokal dan limbah pertanian
4. Introduksi peningkatan peningkatan sistim per- kandangan
Introduksi teknologi peman-faatan / pengolahan limbah
kotoran ternak sebagai pupuk organik daan bio-energi (energi alternatif)
1. Diklat / magang petani 2. Introduksi media dan
bahan penyuluhan
SUMBER TEKNOLOGI
Balitnak; Puslitnak; BP2TP; BPTP
55
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Kelembagaan
Kelembagaan agribisnis meliputi kelembagaan inti dan penunjang.
Kelembagaan inti terdirir atas kelembagaan proses produksi, sarana produksi,
pengolahan dan pemasaran hasil. Sedangkan kelembagaan penunjang, diantaranya
kelembagaan kelompok, permodalan, penyuluhan dan lain-lain.
Hasil identifikasi permasalahan kelembagaan di Mesa menunjukkan bahwa
kelembagaan yang ada hanya kelompok tani produksi (kelapa dan kakao). Kelompok
tani produksi kegiatannya tidak optimal. Kurangnya kelembagaan yang ada di desa,
menyulitkan untuk mendeteksi permasalahannya, sementara keberadaan lembaga
tersebut sangat penting artinya dalam membangun agribisnis perdesaan.
Sehubungan dengan keterbatasan tersebut, maka permasalahan kelembagaan
agribisnis di desa Mesa ditelusuri melalui kondisi yang dirasakan petani seperti akses
pasar, modal, informasi teknologi terbatas. Perumusan masalah dan alternatifnya
tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3. Perumusan Masalah Kelembagaan dan Alternatif Pemecahannya, di desa
Mesa
MASALAH
Modal Terbatas Informasi Teknologi
Terbatas
Akses Pasar
Terbatas
SUMBER MASALAH 1. Kelembagaan keuangan formal yang memberi-kan skim kredit perta-nian
belum ada. 2. Kelembagaan keuangan non formal belum ada.
1. Informasi teknologi di pedesaan belum ada. 2. Pemberdayaan kelompok tani
belum optimal.
Promosi hasil terbatas
AKAR MASALAH 1. Petani belum memahami cara mengakses
kepada lembaga keuangan for-mal.
2. Petani belum memahami peranan lembaga non formal dalam
menam-bah modal usaha.
1. Petani belum memahami penting-nya informasi teknologi dalam men-
transfer teknologi maju. 2. Pembentukan/pemberdayaan
kelompok tani masih terbatas.
Media promosi tidak tersedia
ANTISIPASI MASALAH
1. Penyediaan informasi 1. Penyediaan informasi tentang tek- Penyediaan media
56
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
tentang berbagai skim perkreditan dan prose-dur pengkriditan.
2. Pembentukan kelemba-gaan keuangan non formal
(arisan, koperasi simpan pinjam, unit pengelolaan keuangan desa).
nologi pertanian. 2. Pembentukan/pemberdayaan ke-lompok tani secara berlanjutan
promosi
KEBUTUHAN TEKNOLOGI 1. Sosialisasi skim kredit dan prosedur pengkri-ditan
untuk pengem-bangan usahtani. 2. Sosialisasi tentang
pera-nan lembagaan keuang-an non formal.
1. Distribusi media informasi inovasi teknologi
2. Sosialisasi/penyuluhan tentang ke-lompok tani dan organisasi petani.
Pengadaan media promosi.
SUMBER TEKNOLOGI
BBP2TP; PSE; BPTP
Implementasi Inovasi Teknologi
Inovasi teknologi yang diimplementasi mendukung kegiatan pengembangan
pertanian bioindustri berkelanjutan berbasis kelapa+kakao+sapi (Cocabeef)
meliputi: (1) implementasi inovasi teknologi pembibitan kelapa dalam Mapanget,
inovasi sambung pupuk dan sambung samping, (2) implementasi inovasi teknologi
budidaya ternak sapi (sistim perkandangan, pembibitan, daan paakan), (3)
implementasi inovasi teknologi pengolahan hasil tanaman kelapa (minyak kelapa
sehat dan kopra putih), dan (4) diseminasi dan pemberdayaan kelompok agribisnis
perdesaan.
57
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
58
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
engembangan Pertanian Bioindustri Berkelanjutan Berbasis
Integrasi Padi Sawah dan Ternak Sapi di Maluku
Penanggung Jawab : Ir. Demas Wamaer, MP
Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri menjadi “core”
atau inti dari kegiatan Sistem Pertanian Bioindustri. Wujud kegiatan pertanian
bioindustri di lapangan adalah rekayasa model pengembangan berupa percontohan
lapangan penerapan inovasi teknologi pertanian yang berbasis bioindustri. Konsep
dasar yang akan diuraikan dalam paparan berikut diawali dengan mengemukakan
pengertian pertanian bioindustri kemudian diikuti kisi- kisi pertanian bioindustri,
dasar intergrasi antara pertanian dengan bioindustri, optimalisasi siklus biomassa
yang mengakomodasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) maju yang berbasis
pengkajian, penelitian, pengembangan dan penerapan (litkajibangrap).
Secara harafiah, istilah pertanian bioindustri mengandung makna sebagai
kegiatan pertanian yang pengelolaannya dilakukan dengan berdasarkan pada
konsep bioindustri. Bioindustri adalah segala fasilitas atau usaha pengelolaan yang
menggunakan biomassa sebagai bahan baku, menggunakan mikroorganisme atau
enzim biologis (bioenzim) yang disintesa dari organism pada satu atau lebih tahapan
pengelolaan untuk menghasilkan pangan, pakan, energy dan berbagai macam
bioproduk (Simatupang, 2014)
Penggunaan bioteknologi bertujuan untuk menghasilkan suatu produk baru
atau memodifikasi suatu produk menjadi lebih bermutu, untuk kepentingan manusia
baik secara langsung maupun tidak langsung. Kedalam bioteknologi ini terintegrasi
berbagai disiplin keilmuan, seperti biologi/geneti, biokimia, dan ilmu-ilmu
menyangkut keteknikan/bahan (engineering/material sciences).
Pengolahan tidak terbatas pada upaya meningkatkan hasil pertanian saja,
akan tetapi juga ditunjukan pada upaya mengelola hasil pertanian menjadi
komoditas yang bervariasi, sehingga meningkatkan variasi hasil produk dan nilai
tambah.
P
59
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Menurut prastowo (2013) pertanian bioindustri adalah:
System pertanian yang pada prinsipnya mengelolah dan/atau memanfaatkan
secara optimal seluruh sumber dayahayati termasuk biomassa dan/atau limbah
pertanian, bagi kesejahteraan masyarakat dalam suatu ekosistem secara
hamonis,
Jadi kata kunci system pertanian bioindustri terletak pada seluruh sumber
daya hayati, biomassa, dan limbah pertanian, ilmu pengetahuan, dan terknologi dan
bioproses, pemanfaatan dan rekayasa genetic.
Bioindustri tidak sama dengan agroindustri. Ditinjau dari segi pemanfaatan
hasil pertanian, bioindustri berorientasi pada pemanfaatan seluruh biomassa hasil
pertanian (agrobiomassa) sedangkan agroindustri hanya mengelolah sebagian saja
dari hasil pertanian. Dengan demikian, bioindustri merupakan kunci untuk
meningkatkan nilai tambah hasil pertanian. Orientasi kegiatan bioindustri senantiasa
ditujukan pada nilai tambah dengan menghasilkan beragam produk bernilai tinggi
dari feedstock biomassa yang digunakan dan dengan dampak lingkungan sekecil –
kecilnya (prinsip berkelanjutan), sementara agroindustri lebih mengedepankan
efisiensi.
Untuk menerapkan konsep pertanian bioindustri di lapangan, perlu
mempertimbangan kisi – kisi sesuai konsepnya. Menurut Simatupang (2014), kisi-kisi
yang harus mencirikan pertanian bioindustri, adalah sebagai berikut:
Pertama, membangun pertanian bioindustri harus berlandaskan pada
keberadaan sumber daya alam dan sumber daya social lokal, berkelanjutan secara
social dan lingkungan. Usaha yang dikembangkan memanfaatkan sumber daya alam
secara lestari serta sesuai dengan budaya lokal dan untuk sebesar-sebesarnya
kesejahteraan petani rumah tangga dan masyarakat lokal. Prinsip ini merupakan
kunci untuk peningkatan efisiensi dan nilai tambah ekonomi. Penggunaan lebih
sedikit input berarti bahwa proses produksi lebih murah atau efisien. Dengan
penggunaan input atau ongkos poduksi yang lebih kecil namun menghasilkan
produksi yang lebih besar berarti suatu keberhasilan dalam meningkatkan nilai
60
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
tambah ekonomi atau laba usaha. Kiranya dimaklumi bahwa prinsip kedua dan
ketiga juga bermanfaat dalam perluasan bidang usaha dan peningkatan nilai tambah
ekonomi.
Kedua, usaha yang dikembangkan sesuai untuk usaha pertanian rakyat yang
dominan di wilakayah kerja masing- masing, dan menguntungkan secara financial,
prinsip ini bermanfaat juga untuk peningkatan nilai tambah ekonomi. Namun dalam
perspektif kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, prinsip kedua terutama
dimaksudkan untuk mengurangi eksternalitas negative terhadap lingkungan. Prinsip
kedua mengubah eksternalitas negative (limbah) menjadi manfaat ekonomi
sehingga, prinsip pertama dan kedua juga berperan dalam mengurangi eksternalitas
negative.
Ketiga, ramah lingkungan. Prinsip ini terutama dimaksudkan untuk
menciptakan siklus bio-geo-kimia tertutup dalam rangka mengurangi kebocoran hara
. prinsip ketiga inilah penentu keberlanjutan jangka panjang kemandirian dalam
menghasilkan feedstock atau input primer. Prinsip ketiga juga berperan dalam
mengurangi penggunaan input (prinsip pertama) dan pemanfaatan sisa atau limbah
proses produksi (prinsip kedua).
Hasil Pelaksanaan Kegiatan:
I. PRA Identifikasi Masalah dan Pemecahannya
1. Padi sawah
Hasil identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan usahatani padi sawah dan
alternatif pemecahannya dapat dirumuskan sebagaimana dibawah ini. Permasalahan
mendasar pada usahatani padi sawah di desa Grandeng adalah ketersediaan air
irigasi yang tidak berjalan atau berfungsi sebagai mana mestinya.
Masalah : 1. Lahan sawah tidak berfungsi;
2. Sengketa dengan masyarakat pribumi
Sumber Masalah : 1. Sawah tidak bisa di tanam padi/kering;
61
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
2. Tidak tersedia air pada jaringan irigasi
Akar Masalah : 1. Air pada jaringan irigasi tidak ada karena harus
membayar jaringan irigasi yang melintasi areal tanah
penduduk pribumi;
2. Belum Melakukan pendekatan dengan kepala desa
Pemecahan Masalah : 1. Pendekatan dengan kepala desa penduduk pribumi
2. Melaporkan permasalahan ke instansi terkait
3. Menanam horti sayur dan buah pada lahan sawah
2. Ternak sapi
Permasalahan dalam pengembangan ternak sapi adalah cara budidaya yang
masih dilepas pagi dan siangnya sementara malam di kandangkan. Pengelolaan
kotoran (feses) dan urin sapi belum dikelola menjadi kompos organic dengan baik,
sehingga banyak yang berserakan di dalam desa dan pekarangan rumah warga.
Sistim perkandangan yang belum sesuai dengan keberadaan ternak yang dipelihara.
Secara rinci perumusan masalah dalam budidaya ternak sapi di desa Grandeng
dapat dilihat di bawah ini.
Masalah : 1. Sistem budidaya ternak sapi belum baik
2. Kotoran sapi (feses dan urin) belum dimanfaatkan
Sumber Masalah : 1. Sistem pemeliharaan masih bersifat tradisional
2. Pemanfaatan kotoran sapi untuk pupuk organic belum
dipahami dengan baik
Akar Masalah : 1. Teknologi pemeliharaan ternak sapi belum dipahami
2. Teknologi pengelolaan kotoran sapi belum diketahui
Pemecahan Masalah : 1. Peningkatan pengetahuan sistem pemeliharaan yang
baik sesuai dengan kebutuhan ternak sapi.
2. Peningkatan pengetahuan teknologi pengelolaan
kotoran ternak sapi sebagai pupuk organic.
Kebutuhan Teknologi : 1. Introduksi peningkatan pengetahuan dan praktek
lapangan tentang sistem pemeliharaan ternak sapi
62
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
dengan baik.
2. Introduksi pengetahuan dan ketrampilan dalam hal
pengelolaan kotoran ternak sebagai pupuk organik.
II. Implementasi Inovasi Teknologi
Inovasi teknologi yang terimplementasikan ke masyarakat guna mendukung
program pengembangan Pertanian Bioindrustri Berkelanjutan Berbasis Integrasi Padi
Sawah dan Ternak Sapi di Maluku meliputi : (1) inovasi teknologi fermentasi jerami
untuk pakan ternak sapi; (2) inovasi teknologi pembuatan pupuk organik padat dan
cair dengan menggunakan kotoran sapi (fese dan urin); (3) inovasi teknologi bio
gas; (4) inovasi teknologi pembuatan MOL berbahan baku lokal; (5) inovasi
teknologi usaha ternak sapi potong.
Selain inovasi teknologi yang diberikan ke masyarakat (Gapoktan Grandeng
Indah) diberikan juga peralatan mesin pertanian dan peternakan seperti mesin
pencacah pakan ternak (coper), mesin mixer pupuk padat, mesin tanam padi
(combain transplanter) dan mesin panen padi (Combain hardfaster).
Hasil yang dicapai pada tahun pertama kegiatan (2015) adalah berupa :
Kegiatan fisik :
1. Pembuatan 1 unit bangunan pengomposan kotoran sapi
2. Pembuatan 1 unit biogas yang dilengkapi dengan kompor gas dan lampu
3. Renovasi 1 unit kandang sapi dan tempat pembuangan feses sapi
4. ½ ha lahan untuk penanaman Hijauan Pakan ternak (HPT) yang dipagar
kawat duri.
Kegiatan Penyuluhan dan pembinaan Kelembagaan
1. Penyuluhan dan pelatihan pembuatan pupuk organik dan fermentasi jerami
padi.
2. Penyuluhan dan pelatihan pembuatan MOL dan Pestisida Nabati
3. Penyluhan dan pelatihan budidaya horti sayuran.
63
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Dokumentasi Kegiatan
Sosialisasi kegiatan pengembangan pertanian bioindrustri berkelanjutan berbasis
integrasi padi sawah dan ternak sapi di Maluku yang dihadiri Ka Balai, DanRamil dan
Kegiatan PRA untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi Gapoktan
Grandeng Indah
Kegiatan penyuluhan dan praktek pembuatan pupuk organik berbahan kotoran
sapi (feses) dan praktek fermentasi jerami padi untuk pakan ternak sapi
64
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Kegiatan Diseminasi melalui media cetak dan elektronik
Kegiatan pembangunan Kandang dan digester untuk biogas di lokasi
kegiatan Bioindustri Desa Grandeng
Pelatihan dan penyuluhan pembuatan MOL berbahan baku sayuran/buah
busuk
65
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
nit Pengelola Benih Sumber
Penanggung Jawab Kegiatan: Ir La Dahamarudin, MSi
Produksi benih sumber menjadi sangat penting dan menempati posisi
strategis dalam industri perbenihan nasional guna mendukung peningkatan produksi
padi, jagung dan kedelai. Selanjutnya benih sumber akan menjadi sumber bagi
produksi benih dari kelas di bawahnya yang akhirnya digunakan petani. Untuk
mempercepat laju penyaluran benih sumber yang bersertifikat hingga ketingkat
petani perlu dibangun suatu sistem produksi benih sumber secara partisipatif mulai
dari pemilihan komoditas dan varietas yang mendapat respon cukup baik dari petani
maupun penangkar benih lokal.
BPTP diberi tugas untuk turut mempercepat penyebarluasan VUB yang
dikemas dalam kegiatan diseminasi dan promosi VUB yang baru dilepas oleh
pemerintah dan VUB yang sudah dilepas dalam lima tahun terakhir tetapi belum
berkembang di tingkat petani maupun penangkar benih lokal. Untuk itu BPTP
ditugaskan untuk menyediakan benih VUB kelas FS (Foundation Seed) atau BD
(Benih Dasar) yang selanjutnya didistribusikan kepada penangkar benih formal
maupun informal untuk diperbanyak sehingga menghasilkan benih SS (Stock Seed)
atau BP (Benih Pokok) dan ES (Extension Seed) atau BS (Benih Sebar).
Dengan memperhatikan begitu besar tugas yang dilaksanakan oleh BPTP
Maluku dengan perangkat dan sumberdaya manusia yang terbatas, maka dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya, perlu dibentuk kelembagaan internal yang
berperan membantu kepala balai dalam menjalankan tugas manajemen sebagai
produsen benih sumber pada tingkatan FS (Benih Dasar) dan SS (Benih Pokok).
Lembaga internal BPTP Maluku tersebut adalah Unit Pengelola Benih Sumber
(UPBS), yang pembentukannya berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPTP Maluku,
bertugas dalam proses manajemen perbenihan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan (pertanaman), pemberdayaan, pendistribusian,
komersialisasi, pengendalian dan ketatalaksanaan.
U
66
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Pada tahun 2015, UPBS BPTP Maluku bersama mitra berencana
memproduksi beberapa varietas unggul baru padi antara lain :
- Cigeulis, wayapo buru, mekongga, inpari 23 dan situ patenggang kelas
SS di kabupaten Maluku Tengah
67
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Hasil kegiatan menunjukkan:
Tabel 1.Distribusi Benih sampai dengan Juni 2015
NO VARIETAS KELAS BENIH
DISTRIBUSI 2015
TERJUAL HIBAH
JUMLAH (Kg)
NILAI (Rp) JUMLAH
(Kg) NILAI (Rp)
1 Cigeulis FS 570 5,130,000 40 360,000
2 Conde FS 560 5,040,000 20 180,000
3 Inpari 20 FS 500 4,500,000 20 180,000
4 Situbagendit FS 440 3,960,000 0 0
5 Situpatenggang FS 300 2,700,000 0 0
6 Inpari 21 SS 1,680 10,080,000 0 0
7 Inpari 23 SS 1,560 9,360,000 0 0
8 Inpari 24 SS 30 180,000 260 1,560,000
9 Inpari 27 SS 0 0 0 0
10 Inpari 28 SS 0 0 0 0
TOTAL 5,640 40,950,000 340 2,280,000
Tabel 2. Produksi Benih UPBS Padi Sawah Tahun 2015
NO VARIETAS KELAS BENIH
TOTAL PRODUKSI
(kg)
BAGIAN PETANI
BAGIAN BPTP (30%)
(KG)
KETERANGAN
1 Cigeulis SS 2,500 1,750 750 Lulus uji
2 Waiapu Buru SS 2,500 1,750 750 Lulus uji
3 Mekongga FS 4,000 2,800 1,200 Lulus uji
4 Inpari 23 SS 1,000 700 300 Tidak lulus uji
TOTAL 10,000 7,000 3,000
NO VARIETAS KELAS BENIH STOK BENIH 2015
1 Cigeulis SS 750
2 Waiapu Buru SS 750
3 Mekongga FS 1200
4 Inpari 23 SS 300
5 Cigeulis FS 30
6 Inpari 23 SS 60
7 Inpari 24 SS 740
8 Inpari 27 SS 40
9 Inpari 28 SS 50
3,920
68
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Terjadinya penurunan produksi sebesar 19,76% dari produksi yang ditargetkan
(41 ton) akibat adanya serangan hama penyakit (pengerek batang) dan
kekeringan.
Total Produksi benih sebesar 33.700 kg ( bagian petani penangkar 22.700 kg dan
bagian BPTP 11.000 kg.
Benih yang diproduksi sudah memenuhi standar benih yang ditetapkan
Stok benih yang di Label yaitu varietas Limboto (kelas FS) 700 kg,
situpatenggang (kelas FS) 700 kg, Situbagendit (kelas FS) 440 kg, Conde (kelas
FS) 580 kg, Cigeulis (kelas FS) 640 kg, Inpari 20 (kelas FS) 520 kg, Inpari 21
(kelas SS) 2.120 kg, Inpari 23 (kelas SS) 1.950 kg, Inpari 24 (kelas SS) 1.120 kg,
Inpari 27 (kelas ES) 660 kg dan Inpari 28 (kelas ES) 1.570 kg.
Potensi benih sebanyak 17,550 kg (bagian dari petani penangkar yang belum
dilakukan pelabelan).
ebsite Penanggung Jawab Kegiatan: Helena M. Tarumasely Amd
Setiap menit, detik dan jam berbagai informasi muncul. Perkembangan inilah
yang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu, menjadikan informasi sebagai suatu
kebutuhan mendasar. Kebebasan memperoleh informasi merupakan akibat dari
perkembangan teknologi informasi yang semakin maju. Kebebasan memperoleh
informasi juga merambat ke dunia pertanian. Pertanian yang maju mengharuskan
kebebasan dalam memperoleh informasi dibidangnya. Kebebasan memperoleh
informasi didukung dengan pelaksanaan UU No. 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik. Berbagai teknologi bidang pertanian yang dihasilkan
oleh Kementerian Pertanian perlu disampaikan kepada petani dan stokholder.
Website BPTP Maluku merupakan salah satu media penyebaran informasi pertanian.
Aktivitas penyebaran informasi yang dilakukan website harus dapat
menyebarluaskan keberhasilan berbagai teknologi dan inovasi yang telah dihasilkan
W
69
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
oleh Badan Litbang Pertanian dan BPTP Maluku. Disamping menyebarkan informasi,
website juga diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana tukar-menukar informasi
kepada pengguna. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi, sistem
pengelolaan website BPTP Maluku selalu mengikuti perkembangan digitalisasi dan
kecepatan akses dan selalu aturan pengembangan website Badan Litbang Pertanian.
Guna mengembangan website maka tahun 2014 kegiatan yang dilakukan antara lain
: 1) melakukan pengolahan informasi hasil kajian ke informasi online, 2) menyusun
koleksi informasi terkini dari situs website, 3) mengupload database ke situs website.
Selama tahun 2015 melakukan updating data yaitu:
Berita
1). Temu Lapang Demfarm Dan Display
Varietas Padi Upsus Kabupaten Buru Oleh
Hamid Mahu Rabu, 16 September 2015
13:12. Terdapat tiga kata kunci dalam
Kegiatan ini yaitu : a). Demfarm Padi; b).
Display varietas; c). Temu Lapang
2). Temu Lapang dan Panen Perdana Upsus Pajale Kab. Maluku Tengah, Oleh
Marietje Pesireron Kamis, 17 September 2015 11:07. Dalam kegiatan temu
lapang ada beberapa hal yang disarankan al :
1. menyangkut realisasi bantuan Alsintan
mulai dari traktor untuk persiapan lahan, alat tanam Transplenter dan alat panen dan pawer treser perlu ditelusuri ke dinas pertanian provinsi
maupun kabupaten. 2. Program Jides perlu dilanjutkan dan jalan
usaha tani sebagai fasilitas irigasi dan aksesbilitas hasil panen.
3. Bendungan desa Marasahua dan
waitonipa perlu di buat agar petani bisa menanam padi. Selama ini gagal panen ada
yang menanam dengan sistem Gogoranca namun kemarau panjang sehingga gagal panen.
4. Pada umumnya di kecamatan Seram Utara Timur seti gagal panen karena
saluran irigasi belum selesai dan kemarau panjang.
70
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
3). Panen Perdana Dan Teemu Lapang Pendampingan Upsus Jagung Di Kabupaten
Seram Bagian Timur.
4. Mau Makan Daging Itik
Itik merupakan bagian dari ternak
unggas dengan populasi tahun 2013 di seluruh
Indonesia sebanyak 46.990.000 ekor, sementara di
Maluku sebanyak 372.728 ekor. Itik dan entog turut
berperan dalam produksi daging, dan dapat
menyumbangkan daging sebesar 30,8 ton atau
1,7% dari total produksi daging unggas, kalau
dibandingkan dengan ayam buras, ayam potong dan
ayam ras yang menyumbangkan daging sekitar
98,29% maka sumbangan itik dan entok masih
sangat rendah (BPS Peternakan, 2013; BPS Maluku, 2011).
Peranan itik lokal di Indonesia bahkan di Maluku baru sebatas sebagai
sumber penghasil telur, sedangkan dagingnya belum banyak dimanfaatkan,
sehingga memperlambat kepopuleran daging itik. Indonesia sampai sekarang ini
belum memiliki itik tipe pedaging, seperti halnya itik peking asal negeri cina. Itik
yang ada untuk itik potong berasal dari itik petelur jantan, dan atau betina afkir.
71
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Pemeliharaan itik lokal sebagai itik potong masih dilakukan dalam jumlah relatif
sedikit dan masih ekstensif. Dampak dari pemeliharaan ini adalah pertumbuhan itik
lambat dan kualitas daging yang dihasilkan juga rendah. Hal ini menyebabkan harga
jual itik maupun produk berupa daging juga menjadi murah, dan kalah bersaing
dengan daging itik impor serta unggas lain seperti daging ayam kampung dan ayam
ras pedaging.
Pemeliharaan ternak itik potong jantan dan betina selama 12 minggu,
menunjukkan hasil yang berbeda dalam pertumbuhan, dimana bobot hidup itik
jantan menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan betina, begitu
pula dengan bobot karkas dan persentase potongan karkas bagian paha. Sementara
pada bagian persentase dada, punggung, pinggul dan sayap tidak berbeda nyata.
5. Perkembangan Kegiatan Demfarm Dan Display Varietas Padi Upsus
Kabupaten Buru Di Desa Waetele
6. Penanaman Upsus Pajale Perdana Maluku Tengah
7. Mau swasembada pajale jangan berpangku tangan
Info Teknologi Media cetak
Kegiatan Media Cetak BPTP Maluku sampai saat ini yang telah dilakukan adalah:
Kambingku
Minyak pala
Pendampingan Pengembangan Kawasan Hortikultura Cabai Di Maluku
Pendampingan KRPL Kota Ambon
Mesa Bersolek
72
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
PROFIL
Profil berisi informasi keadaan kelembagaan yaitu data pribadi seorang
pimpinan, sejarah BPTP Maluku, Visi dan Misi BPTP Maluku, Sumberdaya Manusia
yang di miliki BPTP Maluku, Struktur Organisasi BPTP Maluku, Tujuan dan Sasaran
BPTP Maluku, Kedudukan, Tugas dan Fungsi BPTP Maluku, serta Profil
Peneliti/Sumberdaya Manusia BPTP Maluku
73
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
74
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
erpustakaan Digital Penanggung Jawab Kegiatan: Helena M. Tarumasely Amd
Perkembangan teknologi informasi yang semakin maju, berdampak pada
aktifitas/kegiatan perpustakaan. Kegiatan perpustakaan sangat berkaitan erat
dengan ilmu, pengetahuan dan teknologi. Informasi adalah aset perpustakaan yang
perlu dikelola dengan baik, demi kebutuhan pemustaka. Perpustakaan BPTP Maluku
merupakan bagian dari sebuah penyelenggara informasi pertanian, oleh karena itu
visi, misi dan rencana strategis perpustakaan harus sejalan dengan kebutuhan
pemustaka. Layanan perpustakaan BPTP Ma luku sebagai institusi penyedia layanan
informasi tidak mencari keuntungan atau nirlaba. Layanan perpustakaan mulai dari
mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan informasi selalu
mengutamakan kebutuhan pemustaka. Layanan pada perpustakaan BPTP Maluku
adalah layanan manual dan elektronis. Layanan elektronis adalah pengguna bisa
langsung menelusur ke pangkalan data pada OPAC (Online Public Access Catalog)
atau langsung ke jurnal elektronis yang dilanggan oleh PUSTAKA Bogor seperti
Proquest dan Science Direct. Jurnal Proqest dan Science Direct yang bisa di
searching
Koleksi menjadi salah satu elemen penting dalam eksistensi sebuah
perpustakaan. Koleksi dapat menjadi motivator pagi pemustaka untuk datang ke
perpustakaan. Kualitas koleksi menjadi salah faktor penentu apakah perpustakaan
akan diakses oleh banyak pemustaka atau tidak pemahaman tentang
pengembangan koleksi dan pengolahan koleksi. Koleksi perpustakaan adalah semua
jenis bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disebarluaskan
kepada pemustaka guna memenuhi kebutuhan informasi mereka. Bahan pustaka
yang telah dihimpun atau dikumpulkan oleh perpustakaan, selanjutnya diolah
dengan menggunakaan kaidah-kaidah tertentu, disimpan dan selanjutkan dilayankan
kepada pemustaka yang membutuhkannnya.
P
75
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
a. Layanan pemustaka/pengguna perpustakaan :
Layanan merupakan salah satu kegiatan utama perpustakaan yang
berhubungan langsung dengan pemustaka/pengguna/pengunjung. Perpustakaan
membutuhan kehadiran pemustaka dan pemustaka membutuhkan layanan
perpustakaan. Kehadiran pemustaka ke perpustakaan merupakan barometer dalam
mengukur keberhasilan perpustakaan dalam memberi layanan. Selama tahun 2015
pemustaka yang datang ke perpustakaan (tabel. 1) yaitu :
Tabel 1. Pengunjung Perpustakaan tahun 2015
Peneliti 878 Orang
Penyuluh 434 Orang
Teknisi 4 Orang
Mahasiswa 116 Orang
Staf 324 Orang
Pelajar 5 Orang
Umum 2 Orang
Jumlah 1.763 Orang
Tabel 2. Peminjaman koleksi perpustakaan Tahun 2015
Peneliti 50 Orang
Penyuluh 39 Orang
Teknisi 3 Orang
Staf umum -
Jumlah 102 Orang
b. Alih media koleksi perpustakaan (scan data buku)
c. Memelihara koleksi perpustakaan
Pemeliharaan koleksi perpustakaan dilakukan dengan cara :
1. Membersihkan debu yang ada sekitar koleksi perpustakaan
2. Pemberian sampul plastik atas koleksi (buku) perpustakaan
76
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
endampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Maluku Penanggung Jawab : Ir. Aksan Loow, MP
Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam
pembangunan pertanian karena pangan merupakan kebutuhan paling mendasar
bagi manusia. Ketahanan pangan diartikan sebagai tersediannya pangan dalam
jumlah yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi
oleh setiap warga untuk menopang aktivitas sehari-hari sepanjang waktu. Program
Pembangunan Pertanian, secara Nasional dijelaskan bahwa Penganekaragaman
pangan merupakan upaya meningkatkan ketersediaan pangan yang berbasis potensi
sumber daya lokal untuk memenuhi pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi
seimbang, dan aman.
Dalam implementasinya, kegiatan M-KRPL di BPTP Maluku sudah dilakukan
sejak tahun 2011 namun hanya pada 1 Kabupaten dengan 1 lokasi, yakni Desa
Souhuku. Tahun 2012 lokasi kegiatan dikembangkn menjadi 11 Kabupaten/Kota,
dan mengalami perubahan di tahun 2013 dengan jumlah lokasi menjadi 8
Kabupaten/Kota. Hingga akhirnya tahun 2014 menyisakan 4 Kabupaten/Kota yang
pelaksanaan kegiatan dilanjutkan tahun 2015.
Sementara itu Lokasi pendampingan kegiatan KRPL tahun 2015 meliputi
Kabupaten Maluku Tengah, Kecamatan Amahai, Desa Haruru. Kabupaten Buru,
Kecamatan Kota Namlea, Desa Nametek dan Kecamatan Waplau, Desa Waplau.
Kabupaten Seram Bagian Barat, Kecamatan Kairatu Barat, Desa Waisamu dan Desa
Lohiatalla. Kota Ambon, Kecamatan Teluk Dalam, Dusun Kamiri Desa Hative Besar,
dan Desa Hunuth. Dan Kecamatan Leitimur Selatan, Desa Hukurila.
Kegiatan pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari yang telah
dilaksanakan, selalu mengacu kepada sistem pendekatan yang telah terbangun
dalam bentuk koordinasi pada berbagai jenjang, mulai dari tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai ke Desa/Kelurahan bahkan RT/RW. Sedangkan
pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan
pangan dan gizi keluarga, diversikasi pangan berbasis sumber pangan lokal,
P
77
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
pelestarian sumber pangan lokal serta kemungkinan pengembangannya secara
komersial berbasis kawasan.
Komoditas yang dapat dikembangkan antara lain : sayuran (Sawi, Pakcoi,
Kangkung cabut, Bayam batik, Kemangi, Caisim, Seledri, Cabai, Terong, Tomat,
Buncis), tanaman ubi-ubian (ubi kayu, ubi jalar, keladi,) serta buah (pepaya, dan
pisang), dan hortikultura bawang merah varietas Tuk-tuk. Pekarangan yang lebih
luas dapat digunakan untuk memelihara ternak ayam, disamping komoditas sayuran
berumur pendek seperti tersebut diatas.
Pemanfaatan pupuk organik dan pencegahan OPT dengan bio pestisida terus
didorong agar hasil komoditas pekarangan dapat ditingkatkan kuantitas dan
kualitasnya.
Waktu pelaksanaan kegiatan dimulai dari bulan Februari sampai bulan
Desember 2015. Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dari tahun 2014 sehingga
penentuan lokasi didasarkan pada kegiatan tahun sebelumnya. Kegiatan dilakukan
melalui beberapa tahapan antara lain :
a. Melakukan sosialisasi tentang kegiatan RPL terhadap petani dan
stokeholder lainnya melalui tatap muka dan diskusi
b. Melakukan pendekatan partisipatif masyarakat petani dan wawancara
c. Melakukan kegiatan pemeliharaan tanaman, pelatihan pemupukan Mikro
Organisme Lokal (MOL), Penyerahan bahan bacaan Brosur dan leaflet
d. Melakukan kegiatan panen dan pemasaran hasil
Kegiatan panen sayuran (sawi, bayam dan kangkung) dilakukan setelah kurun
waktu 24 hari setelah proses penanaman dan pemeliharaan tanaman. Kegiatan
panen dibagi dalam dua kegiatan yaitu kegiatan perorangan dan kegiatan kelompok.
Kegiatan panen dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Panen secara
perorangan dilakukan pada masing-masing rumah anggota kelompok, sedangkan
panen kelompok dilakukan secara bersama-sama seluruh anggota di kebun benih
inti (KBI). Sayur yang sudah dipanen kemudian diikat per jenis sayuran, satu ikat
bias terdiri dari 3 – 5 pohon, tergantung ukuran masing-masing sayuran tersebut.
78
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Rata-rata hasil panen sayuran yang diperoleh adalah sawi menghasilkan 50 ikat,
bayam batik menghasilkan 70 ikat, dan kangkung cabut sebanyak 70 ikat.
Sementara dalam satu vertikulture dapat diperoleh rata-rata untuk semua jenis
sebanyak 5 ikat. Hasil ini sebagian digunakan untuk konsumsi rumah tangga, dan
sebagian lagi di jual dengan harga masing-masing rata-rata Rp. 5.000/ikat.
Berdasarkan hasil analisis data keanekaragaman konsumsi pangan yang
dilakukan terhadap 5 responden pada masing-masing kelompok tani diperoleh rata-
rata skor PPH bagi responden di desa Hukurila = 75.88, dusun Kamiri-desa Hative
Besar = 61.40, dan desa Hunuth 76, 58. Angka ini menunjukkan bahwa skor PPH
desa Hunuth lebih tinggi 0,70 dari desa Hukurila dan lebih tinggi 15,18 dari skor PPH
dusun Kamiri, desa Hative Besar.
Kondisi ini menggambarkan bahwa konsumsi pangan di desa Hunuth dan Hukurila
semakin beragam dan seimbang bila dibanding dengan konsumsi pangan di dusun
Kamiri. Sementara itu hasil analisis data Desa Lohiatala dan Waisamu diperoleh skor
PPH masing – masing 70,45 dan 72,68, angka ini menunjukkan bahwa kedua desa
ini tidak berbeda jauh skor PPH nya karena secara geografis masih berada dalam
satu kecamatan (berdekatan desa).
Selanjutnya hasil analisis penurunan pangsa pengeluaran di Kota Ambon
dari ke 3 desa tersebut diwakili desa Hukurila, dimana rata-rata biaya konsumsi yang
dikeluarkan per hari/KK adalah sebesar Rp 97,356.- Dari pengeluaran sebesar
Rp.30.600 (31,05 %) merupakan kontribusi dari kegiatan KRPL. Hal yang sama
berlaku di dusun Kamiri, dengan pengeluaran biaya konsumsi per hari/KK sebesar
Rp 85.750, dan kontribusi hasil kegiatan KRPL sebesar Rp.25.000.- (28,50 %) dan di
Desa Hunuth konsumsi yang dikeluarkan per hari/KK adalah sebesar Rp 115.000
dan kontribusi hasil kegiatan KRPL sebesar Rp. 35.000 ( 30,46 %).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan KRPL memberikan pengaruh
positif terhadap penurunan pangsa pengeluaran biaya konsumsi pangan di tingkat
Rumah Tangga sebesar 31,05 %, 30,46 % sampai 28,50 %/KK/hari.
Aspek ekonomi produktif keluarga, dimana ibu-ibu yang tergabung dalam
kelompok KRPL sudah memperoleh pendapatan dari hasil penjualan sayuran, mulai
79
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
dari pemasukan terendah yang diperoleh adalah Rp. 250.000.- sampai tertinggi
sebesar Rp. 825.000.- dalam sekali panen.
Partisipasi masyarakat dan Pemerintah Daerah menunjukan hasil sangat
signifikan yang ditunjukan dengan kehadiran perwakilan Dinas Pertanian (PPL)
selama kegiatan berlangsung. Selanjutnya data terhadap kondisi ekonomi diperoleh
Jumlah Penghasilan Keluarga Tani per bulan berkisar antara Rp 1.000.000 -
Rp.3.500.000. Pengeluaran setiap bulan antara Rp 1.250.000 – Rp 3.000.000 atau
Rata-rata Rp. 2.250.000.-dan untuk konsumsi sayuran antara Rp.125.000 -
Rp.300.000.-, atau rata-rata Rp. 195.000.-/bulan.
Dari aspek lingkungnan, lahan pekarangan rumah yang tadinya kosong,
gersang, dipenuhi rumput dan semak telah berubah menjadi lingkungan hijau dan
bersih. Hal ini sebenarnya sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem
lingkungan pemukiman terutama pekarangan/halaman rumah.
Hasil analisis ekonomi terhadap petani sayuran menunjukkan bahwa terjadi
penurunan pangsa pengeluaran biaya konsumsi sayur pada Mei - Juni 2015 dengan
asumsi sayur yang dikonsumsi dari hasil usaha rata per bulan 20 kali maka terjadi
penurunan rata-rata Rp. 100.000.- (4,00 %).
80
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
aman Agro Penanggung Jawab : Dr Ismatul Hidayah, SP.,MP
BPTP Maluku berkedudukan di Ambon, Desa Rumah Tiga dengan total luas
areal 19.687 m2 yang terdiri dari bangunan kantor dan laboratorium seluas 7.026 m2
dan halaman kantor seluas 12.661 m2 . Pengelolaan lahan kantor selama ini belum
optimal, sebagian lahan telah dimanfaatkan untuk Kegiatan Kebun Bibit Induk (KBI)
dan masih tersedia lahan yang belum dimanfaatkan sehingga perlu dilakukan
optimalisasi lahan berupa pembangunan taman agro inovasi.
Instruksi pendirian tanaman agroinovasi di setiap BPTP dinyatakan oleh
sekretaris Balitbangtan Dr. Agung Hendriadi yang pada saat itu masih menjabat
sebagai Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
(BBP2TP) dalam sambutan Launching Taman Agro Inovasi BPTP Jatim (10/6/14).
Taman Agro Inovasi harus menampilkan beragam teknologi pertanian seperti
beragam varietas sayuran dan tanaman obat, ternak unggul dan terutama teknologi
pertanian perkotaan yang sangat cocok untuk daerah perkotaan seperti teknologi
vertikultur, dan wolkaponik, Teknologi peternakan menampilkan Ayam KUB
(Kampung Unggul Badan Litbang) dan Display Kelinci. Ayam KUB ini unggul dari
produksi telurnya.
Kompleks Taman Agro Inovasi diharapkan terdiri dari beberapa rumah kasa
untuk produksi benih, hamparan percontohan budidaya beberapa komoditas
penting, kompleks Taman Agro Inovasi juga akan dilengkapi dengan Gazebo,
pergola dan saung. Dengan demikian diharapkan lokasi ini akan benar-benar
menjadi taman dilingkungan kantor dan dapat menjadi taman pembelajaran petani,
petugas dan masyarakat pada umumnya.
Tujuan : Melengkapi instalasi pendukung taman agroinovasi tahun sebelumnya;
Mengelola taman agroinovasi (komoditas buah buahan, sayuran, obat-obatan dan
ternak) sebagai show window teknologi Balitbangtan.
T
81
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Keluaran : Terbangunnya dan terkelolanya taman agroinovasi secara
berkelanjutan; Manfaat dari kegiatan Taman agro adalah Terpeliharaanya
lingkungan kantor sehingga menjadi asri dan nyaman dan terdesiminasinya
teknologi Balitbangtan yang show window dan diperolehnya nilai tambah secara
ekonomi
82
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
paya Khusus Padi, Jagung dan Kedelai Penanggung Jawab : Ir Demas Wamaer, MP
Dalam rangka pencapaian swasembada pangan berkelanjutan, Kementerian
Pertanian telah membuat program upaya khusus (UPSUS) swasembada padi, jagung
dan kedelai secara nasional dengan kegiatan perbaikan jaringan irigasi dan kegiatan
pendukung lainnya seperti : (2). Optimasi lahan, (3). Gerakan Penerapan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) Padi-Jagung-Kedelai, (4). Perluasan Areal
Tanam (PAT) Jagung, (5). PAT dan PIP (Peningkatan Indeks Pertanaman) Kedelai,
(6). Penyediaan bantuan benih, pupuk dan Alsintan, (7). Pendampingan dan
pengawalan. Untuk mendukung pelaksanaan program tersebut, Badan Litbang
Pertanian dituntut untuk melaksanakan pendampingan dan pengawalan teknologi.
Pendampingan dan pengawalan teknologi di sentra produksi padi, jagung dan
kedelai akan dilaksanakan oleh para peneliti/penyuluh BPTP dan dibantu oleh PPL
yang ditugaskan untuk mengawal dan mendampingi kegiatan UPSUS guna
meningkatkan penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP.
Disamping pendampingan dan pengawalan teknologi, setiap BPTP perlu mengkaji
ulang masalah/kendala yang terjadi ditingkat petani terkait dengan upaya
peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai. Masukan ini akan dijadikan
database agar kedepan masalah/kendala bisa teratasi sehingga sasaran dari
program UPSUS swasembada padi, jagung dan kedelai bisa berkelanjutan.
Agar inovasi tersebut dapat terimplementasi dengan baik, diperlukan
pendampingan dan pengawalan oleh peneliti dan penyuluh BPTP Maluku dan PPL
setempat langsung pada lahan usahatani padi, jagung dan kedelai di 3 kabupaten
sentra produksi padi, jagung dan kedelai di Maluku. Disamping itu, BPTP Maluku
akan melaksanakan kegiatan petak percontohan (Demfarm) untuk padi, jagung dan
kedelai masing-masing seluas 1 ha disetiap kecamatan pada 3 kabupaten sentra
produksi pangan utama melalui penerapan teknologi inovatif spesifik lokasi berupa
display uji adaptasi varietas unggul baru dan varietas unggul adaptif dengan
U
83
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
penerapan model PTT. Varietas unggul adaptif sangat diperlukan untuk mendukung
upaya peningkatan produksi dan mutu produk padi, jagung dan kedelai.
Tujuan
a. Mendampingi dan mengawal penerapan inovasi teknologi oleh petani/pelaku
usaha padi sawah di tiga kabupaten, jagung di dua kabupaten dan kedelai di
dua kabupaten di provinsi Maluku guna meningkatkan penerapan teknologi
spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP.
b. Menyampaikan laporan hasil pendampingan dan pengawalan program upaya
khusus (upsus) swasembada padi, jagung dan kedelai di Maluku kepada
BBP2TP.
c. Melaksanakan demfarm inovasi teknologi PTT dan Display Varietas Unggul
Baru: (1) padi sawah (kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku Tengah,
Seram Bagian Timur, dan Buru), (2) jagung dan kedelai di kabupaten Seram
Bagian Barat, Seram Bagian Timur dan Maluku Tengah.
Keluaran
a.Terlaksananya pendampingan dan pengawalan program upaya khusus
swasembada padi sawah di tiga kabupaten, jagung di dua kabupaten dan
kedelai di dua kabupaten di provinsi Maluku.
b.Tersedia laporan hasil pendampingan dan pengawalan program upaya khusus
swasembada padi , jagung dan kedelai di Maluku kepada BBP2TP.
c. Terlaksananya demfarm inovasi teknologi PTT dan Display Varietas Unggul
Baru: (1) padi sawah (kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku Tengah,
Seram Bagian Timur, dan Buru), (2) jagung dan kedelai di kabupaten Seram
Bagian Barat, Seram Bagian Timur dan Maluku Tengah.
84
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Hasil yang di peroleh dalam kegiatan Upsus Pajale
1. Kegiatan Upsus Pajale di Kabupaten Seram Bagian Timur
Verifikasi data CPCL
Verifikasi data CPCL yang dilakukan adalah untuk mencocokan data dari
dinas pertanian dan peternakan kab Seram Bagian Timur dengan data di kepala
desa, kelompok tani maupun data dilapangan. Dari hasil ferifikasi yang dilakukan,
ditemukan ada beberapa nama dobel. Hal ini bisa terjadi karena kepala desa
mempercayai orang tersebut dan bisa bertanggung jawab. Pekerjaan Irigasi yang
dilakukan terbagi 2 yaitu:
1). Renovasi Irigasi
2). Pembuatan Irigasi yang baru
Renovasi irigasi hanya dilakukan pada Desa yang saluran irigasinya
mengalami kerusakan diantaranya desa Waisamet dan Desa Jakarta baru dengan
ukuran panjang masing-masing 100 meter (Waisamet) dan 200 meter (Jakarta
Baru). Sementara pembuatan saluran irigasi yang baru dilakukan untuk semua Desa
dengan ukuran panjang berkisar antara 300 – 400 meter per Desa.
Hasil pekerjaan saluran Irigasi di Seram Bagian Timur
No. NamaDesa Panjang Saluran
(meter)
Penyelesaian
(meter)
Keterangan
1. Jakarta Baru 300 125
2. Waiketam Baru 325 100 sebagian terairi
3. Waimatakabo 300 150
4. Waisamet 400 200 Terairi
Jumlah 1325 575
85
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Padi
De
sa
Po
kta
n
(ha) (%) (ha) %Produksi
(ton)
Provitas
(t/ha)%
Bula Barat 7 30 750 606 81 239 39 5 478 2.0 40
Jagung
Bula Barat 1 1 25 24 96 16 67 6 64 4.0 67
Bula 1 1 25 25 100 15 60 6 60 4.0 67
Wakate 1 1 25 15 60 7 47 6 21 3.0 50
P Panjang 2 2 50 44 88 40 91 6 160 4.0 67
P. Gorom 1 1 25 15 60 6 40 6 18 3.0 50
Gorom Timur 1 1 25 19 76 16 84 6 48 3.0 50
Seram Timur 3 3 74 49 66 42 86 6 126 3.0 50
Teluk Waru 1 1 25 12 48 4 33 6 16 4.0 67
Kilmuri 3 3 75 41 55 33 80 6 99 3.0 50
Werinama 3 3 75 67 89 54 81 6 216 4.0 67
Siwalalat 3 3 75 52 69 46 88 6 184 4.0 67
Kab. Seram Bagian Timur 20 20 500 363 73 279 77 6 1012 3.6 60
Kedelai
Bula Barat 7 11 275 112 41 2.0 1.8 2.3 1.2 0.6 26
Bula 1 1 25 16 64 0.5 3.1 2.3 0.3 0.6 26
Kab. Seram Bagian Timur 8 13 300 128 43 2.5 2.0 2.3 1.5 0.6 26
Realisasi PanenJumlah
Target
Luas
Areal
(ha)
Kecamatan
Realisasi
PanenTarget
Provitas
(t/ha)
Realisasi
Tanam
Target luas tanam dan provitas Pajale
Target luas tanam padi, jagung, dan kedelai pada tahun 2015 seluas
berturut-turut 750 ha, 500 ha, dan 300 ha dengan target produktivitas berturut-turut
5 t, 6 t, dan 2,3 t/ha.
Kebutuhan benih padi, jagung, kedelai per hektar
Kebutuhan Benih
No. Nama Varietas Demfarm Display Keterangan
I Padi
Inpari 20 - 5
Inpari 30 - 5
Inpari 31 - 5
Inpari 32 - 5
Inpari 33 - 5
Inpari 25 25 -
II Jagung
Pulut Uri 4
Provit A-1 4
ProvitA-2 4
Gumarang 4
Lamuru 4
Bima 19 20 -
III Kedelai
Anjasmoro 10
Agromulyo 10
86
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Wilis 10
Kaba 10
Grobogan 40
2. Kegiatan UPSUS PAJALE di Kabupaten Maluku Tengah
Koordinasi dan Validasi Data CPCL
Hasil koordinasi dengan Dinas Pertanian di Kabupaten Maluku Tengah,
kegiatan pendampingan Jaringan irigasi desa, UPSUS padi, jagung dan kedelei dan
Optimasi lahan. Berdasarkan hasil validasi total jumlah calon Petani dan Calon Lokasi
(CPCL) jaringan irigasi jumlah kelompok tani yang terlibat sebanyak 180 kelompok
tani yang terdiri dari 81 kelompok tani di Kecamatan Seram Utara Timur Kobi dan 99
kelompok tani di Kecamatan Seram Utara Timur Seti tiap kelompok mendapat
bantuan dana sebesar Rp 31.250.000,-. Realisasi keuangan untuk seramemua
kelompok sudah 100 % sedangkan fisik sebagian besar di Kecamatan Seram Utara
Timur Seti belum selesai akibat keterbatasan tenaga kerja dan penggurusan
administrasi pencairan dana.
Rekapan Data Perkembangan Jaringan Irigasi
Kecamatan Desa Poktan Luas (Ha) Realisasi Anggaran
(%)
Realisasi
Fisik (%) Keterangan
KOBI
Sari Putih
Kobi Mukti 8 200 100 100 Selesai
Leawai 8 200 100 100 Selesai
Samal 11 275 100 100 Selesai
Morokay 12 300 100 100 Selesai
Waitonipa 13 325 100 100 Selesai
Marasahua 6 150 100 100 Selesai
Waiasih 9 225 100 100 Selesai
Waimusi 14 350 100 100 Selesai
Jumlah 81 2.025
SETI
Namto 7 175 100 100 Selesai
Waimusal 6 150 100 100 Selesai
Tanah Merah 11 275 100 100 Selesai Waitila 7 175 100 100 Selesai Waiputih 11 275 100 100 Selesai Loping Mulyo 10 250 100 100 Selesai Seti 2 50 100 100 Selesai Wailoping 10 250 100 100 Selesai Tihuana 8 200 100 100 Selesai Wonosari 8 200 100 100 Selesai Kobisonta 15 375 100 100 Selesai UPT Seti Bakti 4 100 100 100 Selesai
Jumlah 99 2.475
87
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Seram Utara Timur Seti Wailoping 12 300 275 25 ya 2.375 1 unit Mesin Panen
Kobisonta 12 300 0 300 ya 0 Kekeringan
Loping Mulyo 9 250 159 91 ya 2 belum ada bantuan
Seti Bakti 4 100 6 166 ya 3.3 1 unit combine
Tihuana 4 25 25 0 0 4.5
Waiputih 5 125 13 112 ya 3.25 1 unit Mesin Panen s
Seram Utara Timur Kobi Samal 14 350 350 0 - 3.75 GKP menurun karna kekeringan
Waimusi 9 225 225 0 - 10.6
Morokay 12 300 300 0 - 4.8
Waiasih 9 225 225 0 - 4.4
Kabupaten Malteng 10 desa 90 2200 1578 694 0 3.90
KeteranganKekeringan Happen
Kecamatan DESAJumlah
Poktan
Luas
Tanam
(ha)
Luas
Panen
(ha)
Puso
(ha)
Penyebab Puso TOTAL
HASIL
GKP
(ton/ha)
Titik ordinat dan elevasi setiap desa UPSUS PAJALE di Kabupaten Maluku Tengah
Kecamatan Desa Ordinat Elevasi (m dpl) S/LS E/BT
Seram Utara Timur Seti Namto 030 02
’ 15,7
” - 03
0 01
’ 45,0
’’ 1300 06
’ 17,3
’’ - 130
0 06
’ 07,9
’’ 8-11 Waimusal 03
0 02
’ 40,8
’’ - 03
0 03
’ 04,5
’’ 1300 05
’ 08,1
’’ - 130
0 04
’ 34,7
’’ 10-14 Tanah Merah 03
0 02
’ 49,0
’’ - 03
0 02
’ 34,8
’’ 130
0 02
’ 41,6
’’ - 130
0 02
’ 45,6
’’ 7-11 Waitila 03
0 01
’ 40,4
’’ - 03
0 01
’ 57,8
’’ 1290 59
’ 13,7
’’ - 129
0 59
’ 06,6
’’ 5-8 Waiputih 03
0 01
’ 32,4
’’ - 03
0 01
’ 37,6
’’ 1290 59
’ 16,9
’’- 129
0 58
’ 14,5
’’ 4-5 Loping Mulyo 03
0 01
’ 43,1
’’ - 03
0 01
’ 25,8
’’ 1290 58
’ 07,4
’’ - 129
0 57
’ 40,1
’’ 6-9 Seti 03
0 01
’ 13,4
’’ - 03
0 01
’ 09,2
’’ 1290 56
’ 30,2
’’ - 129
0 56
’ 31,9
’’ 15 Wailoping 03
0 01
’ 05,4
’’ - 03
0 00
’ 53,6
’’ 1290 56
’ 36,1
’’ - 129
0 56
’ 08,6
’’ 16 Tihuana 03
0 02
’ 54,6
’’ - 03
0 01
’ 33,4
’’ 1290 55
’ 24,6
’’ - 129
0 55
’ 15,5
’’ 35 Wonosari 03
0 00
’ 14,9
’’ - 02
0 59
’ 17,4
’’ 1290 55
’ 50,1
’’ - 129
0 54
’ 59,4
’’ 7 Kobisonta 02
0 59
’ 06,1
’’ 1290 55
’ 06,3
’’ 1 UPT Seti Bakti 02
0 58
’ 10,3
’’ 1290 54
’ 42,7
’’ 1 Denfam Padi Kobisonta 02
0 59
’ 18,3
’’ 1290 55
’ 38,1
’’ 1 Seram Utara Timur Kobi Waitonipa 02
0 59
’ 24,7
’ 1290 52
’ 21,0
’’ 4 Marasahua 03
0 00
’ 26,1
’’ 1290 52
’ 35,5
’’ 20 Waiasih 02
0 59
’ 22,1
’’ 1290 48
’ 47,2
’’ 18 Waimusih 02
0 59
’ 31,3
’’ 1290 49
’ 28,1
’’ 18 Morokay 02
0 59
’ 23,3
’’ - 02
0 58
’ 12,7
’’ 1290 51
’ 41,3
’’ - 129
0 52
’ 39,7
’’ 14 Samal 02
0 57
’ 29,3
’’ - 02
0 56
’ 46,7
’’ 1290 51
’ 35,0
’’ - 129
0 51
’ 11,8
’’ 3 Leaway 02
0 56
’ 46,8
’’ 1290 50
’ 28,9
’’ 5 Kobimukti 02
0 56
’ 43,4
’’ - 02
0 56
’ 05,0
’’ 1290 48
’ 48,9
’’ - 129
0 48
’ 09,0
’’ 11 Sari Putih 02
0 54
’ 12,3
’’ 1290 46
’ 13,4
’’ 5 Denfam Kedelai Laeway 02
0 56
’ 46,8
’’ 1290 50
’ 28,9
’’ 5
Rekap data terakhir Upsus Padi di Kabupaten Maluku Tengah
88
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Rekapitulasi hasil validasi kegiatan Upsus jagung di Kab.Maluku Tengah
Kecamatan Desa Poktan Ketua
Targ
et
(Ha)
Realis
asi
(H
a)
Realis
asi
keuangan
(%)
varietas
Pupuk (kg) Alsin
Pestisida (kg/lt)
Produksi
Urea
SP 3
6
KCl
Org
anik
NPK
Tra
kto
r
(unit)
Fura
dan (
kg)
Lain
nya
(nabati)
Sblm Target
Tehoru Haya 1. Waya Hoho Amir Wailisa 25 2 100 Bisi 2
Amahai Tamilouw 2. Sinar Huaya Her Pawae 25 1,5 100 Bisi 2 6
TNS Layeni 3. Losreni Riki 25 8 100 Bisi 2 125 100
Amahai Sepa 4. Usaha Baru Andi Lala 25 9 100 Bisi 2 & C7
Amahai Tawane-ane 5. Bersemi Simon Tauran 25 1,5 100 Bisi 2
TNS Lesluru 6. Silawane 2 yonas 25 0 100
Amahai
Haruru/Air
Papaya 7. Usaha Bersama 25 3 100 Bisi 2 20 5
Amahai Haruru (Kamp.Baru) 8. Sinar Baru Muhammadiyah 25 8 100
Bisi 2 & Bima 4 1 6,5
Amahai Makariki 9. Usaha Bersama Melianus Selasa 25 1,5 100 Bisi 2
TNS Messa 10. Kalewado Martinus Belseran 25 5 100 Bisi 2 300
TNS Mesa 11. Usaha Baru Yabok Tos 25 6 100 Bisi 2 20
TNS Nakupia 12. Bukit Zaitun Ferdinan Phillipus 25 0 0
TNS Usliapan 13. Nana Traindah Wem Letweri 25 0 100 250
Amahai Tamilouw 14. Wae Satu Rabia Silahuano 25 1 100 Bisi 2 100 20
TNS Naku Pia 15. Talenta Econg 25 0 100 - - - - - - - - - -
-Amahai Band Baru 16.Maju jaya Iksan Pawae 25 0 100
Seram Utara Sia Tele 17. Pasaole Simnon Lilihata 25 0 100
Maneo/Seti 18.Silili Indah Gat.bairotan 25 0 100
Maneo 19. Garam Dunia
25 0 100
Target Luas Tanam dan Produksi pada GP-PTT Kedelai Kabupaten Maluku Tengah.
Kecamatan Desa Target Luasan (ha)
Luas Tanam (ha)
Realisasi
Tanam (%)
Target Produksi Keterangan
Produksi
(ton)
Provitas
(t/ha)
Seram Utara
Timur Kobi Kobi Multi 40 10 25
Sementara
Tunggu Benih dan Belum panen
Samal 10 0 0
Sementara Tunggu Benih
Leawai 40 7 17,5
Sementara Tunggu Benih
dan Belum panen
Jumlah SUT Kobi
90 17 42,5 Belum panen
Seram Utara Timur Seti
Wonosari 10 10 100 Belum panen
Tanah Merah
30 0 0 Sementara
Tunggu Benih
Jumlah SUT Seti
40 10 25
Total Maluku Tengah
130 27
89
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
3. Kegiatan UPSUS PAJALE di Kabupaten Seram Bagian Barat Perbaikan
Jaringan Irigasi Tertier (JIT) SBB
a. Kegiatan CPCL JIT di desa Waimital
Data CPCL Jaringan irigasi tersier (JIT) di Desa Waimital seluas 250 Ha terdiri
dari, 200 Ha sudah ditentukan dari pusat ditambah 50 Ha dari APBNP 2015. CPCL
untuk kegiatan Jaringan Irigasi Tersier (JIT) seluas 200 sudah dilakukan pada Bulan
April 2015. Dari hasil CPCL terdapat empat kelompok tani yang didatakan antara
lain :
1). Kelompok tani Sumber Rejeki.
2). Karya Bakti.
3). Karya Utama.
4). Tri Jaya.
Kelompok Tani Penerima Bantuan Program Pengembangan Jaringan Irigasi Tertier (JIT)
No. Program P3A Nama
Ketua Nama Poktan
Luas
Tanam Panjang JIT
1. P3A Karya Bakti Sugimin Sabar Menanti 50 ha 450 m
2. P3A Sumber Rejeki Subakri Sumber Rejeki 30 ha 305 m
3. P3A Karya Utama Nuryono Sri Mulyo 40 ha 450 m
4. P3A Tri Jaya Jumaedi Sido Makmur 30 ha 885 m
Sido Rukun 25 ha
Sri Karya Baru 25 ha
Jumlah 6 poktan 200 ha 2.090 m
Realisasi JIT Kabupaten Seram Bagian Barat
No Nama
Kel. P3A Nama Ketua
Luas (ha)
Panjang (m)
Desa Kecamatan Realisasi
(%)
1 Karya Bakti Sugimin 50 450 Wamital Kairatu 100
2 Sumber Rejeki Subakri 30 305 Wamital Kairatu 100
3 Tri Jaya Jumaedi 80 855 Wamital Kairatu 100
4 Karya Utama Nuryono 40 450 Wamital Kairatu 100
Jumlah 200 2.060 Waimital Kairatu 100
90
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Kelompok Penerima UPSUS GP-PTT Padi Sawah di Desa Waimital
No. Nama Poktan Luas lahan (ha) Realisasi tanam
(ha)
1. Sri Rejeki I 18 16
2. Sri Sedono 20 17
3. Sri Rejeki II 18 16
4. Karya Bakti 18 16
5. Ngudi Buko 16 14
6. Sri Mekar 20 18
7. Margo Mulyo 20 16
8. Karya Baru 18 17
9. Karya Maju 18 16
10. Sido Mulyo 6 6
11. Tunas Baru 16 15
12. Jalan baru 22 18
Jumlah 210 185
Rekomendasi pemupukan spsifik lokasi di daerah sentra produksi padi sawah di Kab. SBB
Desa
Status hara Rekomendasi Pupuk tunggal Rekomendasi pupuk
majemuk
N P K Urea
(kg/ha) SP-36
(kg/ha) KCl
(kg/ha) PH
BO (t/ha)
NPK,
(Ponska/ Pelangi) (kg/ha)
Urea (kg/ha)
Desa Waimital R S T 250 100 50 5-6 1 200 180
Desa Waipirit R S T 200 100 50 5-6 2 200 130
Desa Waihatu R S T 250 100 50 5-6 1 200 180
Dsn Waitosu R S T 200 100 50 5-6 2 200 130
Hasil panen kegiatan upsus padi sawah di Kab. SBB
NO Nama Desa
Luas
Lahan Sawah baku
Realisasi Tanam (ha)
Realisasi Panen (ha)
Produktivita(ton/ha) Produksi (ton) Harga beras (Rp 10.000/kg)
GKP GKG GKG Beras
1 Waitoso 32 32 32 5.50 4.40 140.80 84.48 844,800,000
2 Waihatu 350 11 11 7.04 5.60 61.95 37.17 371,712,000
3 Waimital 750 427 427 7.24 5.80 2,473.18 1,483.91 14,839,104,000
4 Waipirit 24 12 12 9.20 7.40 88.32 52.99 529,920,000
Jumlah 1,156 482 482 28.98 23.18 11,174.69 6,704.81 67,048,128,000
Rata-Rata 7.25 5.80 2,793.67 1,676.20 16,762,032,000
91
BPTP Balitbangtan Maluku 2016
Varietas
Pengukuran I (27 hst) Pengukuran II (64 hst) Pengukuran Saat Panen
Tinggi Tanaman
(cm)
Jumlah Anakan /rumpun
Panjang Malai (cm)
Tinggi Tanaman
(cm)
Jumlah Anakan /rumpun
Panjang Malai (cm)
Tinggi Tanaman
(cm)
Jumlah Anakan /rumpun
Panjang Malai (cm)
Inpari 6 43.4 7.5 0 76.4 18.2 17.2 91.7 21.0 24.1
Inpari 19 51.3 8.1 0 86.8 18.2 24.7 105.0 21.8 30.5
Inpari 20 42.6 9.0 0 77.8 24.3 20.9 98.7 24.3 27.3
Inpari 30 47.7 7.3 0 83.6 19.7 22.8 100.4 19.7 26.3
Inpari 31 47.9 8.0 0 81.8 20.8 23.7 98.2 20.8 29.6
Inpari 32 42.9 8.9 0 76.0 23.2 20.2 87.4 23.2 26.2
4. Kegiatan Demfarm dan Display Varietas Unggul Baru di Kabupaten
Buru
Pelaksanaan Kegiatan Demfarm
Rata-rata pertumbuhan tanaman untuk variabel pengukuran tinggi tanaman, jumlah
anakan per rumpun, dan panjang malai
Produkvitas Tanaman pada demfarm daan display varietas unggul baru
Varietas Produktivitas GKP/ha Produktivitas GKG/ha
Ipari 6 5,11 4,09
Inpari 19 3,40 2,72
Inpari 20 4,83 3,86
Inpari 30 6,83 5,46
Inpari 31 6.05 4,84
Inpari 32 5.88 4,70