domestic violence

Upload: suciratnaestria

Post on 01-Mar-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

domestic violence

TRANSCRIPT

DOMESTIC VIOLENCE (KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA)

DOMESTIC VIOLENCE(KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA)DISAMPAIKAN OLEHKELOMPOK II:

SUCI RATNA ESTRIABAMBANG ERYANTONUR ANNA ASTUJUAN PEMBELAJARANMemahami pengertian kekerasan dalam rumah tanggaMenyebutkan penyebab terjadinya kekerasan dalam ruamh tanggaMemahami siklus kekerasan dalam rumah tanggaMemahami bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tanggaMemahami efek pada kesehatanMelakukan upaya tindakan pencegahan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yang tertuju pada individu, keluarga dan masyarakatKEKERASANKekerasan dalam rumah tangga adalah perilaku yang digunakan oleh satu atau lebih dalam hubungan intim atau keluarga dengan tujuan mengendalikan perilaku (Fortinash & Worret, 2012). Stuart (2013), kekerasan dalam ruamh tangga adalah pola perilaku kasar dalam hubungan yang digunakan dalam pasangan untuk mendapatkan atau memperthankan kekuasaan dan kontrol. Perilakunya termasuk mengintimidasi, menghina, mengisolasi, menakut-nakuti, meneror, mengancam, menyalahkan, menyakiti, mencederai, atau melukai.

PENYEBABPerilaku yang agresif, melihat media, pengangguran, kemiskinan, kejahatan, kehamilan remaja, isolasi, seksual, budaya, pejuang hak-hak wanita (feminist theory), pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender dan power (Fortinash & Worret, 2012)alkohol dan penggunaan obat-obatan, belajar dari pengalaman masa kecil tentang kekerasan dan korban (Stuart, 2013).Cont PenyebabBoyd & Nihart, 1998

SIKLUS KDRTVidebeck (2011)

BENTUK-BENTUK KDRT

Mekanisme Koping istri yang mengalami kekerasan di RTKoping yang Adaptif : Pergi sementara, telepon polisi, memberitahu teman, keluarga atau orang lain, menuntut tanggung jawab dan mencari bantuan.

Koping yang Maladaptif : Menutup-nutupi, menarik diri dari lingkungan sosial, menyalahkan diri, memarahi anak, mabuk-mabukan, penggunaan obat terlarang dan sampai upaya bunuh diri (Sinclair D, 1985).Beberapa alasan istri tetap bertahanTakut akan mendapat perlakuan lebih keras lagi sehingga takut anak menjadi korban suamiSudah bagian dari keluarga suami, sesuai dengan aturan pernikahan sehingga orangtua tidak menerimanya lagiTidak punya pendidikan, pekerjaaan & uangTidak ingin dijuluki sebagai korban kekerasanAda ikatan agama atau adatKetakutan perempuan akan diisolasi dari lingkunganTakut masalah dibawa ke pengadilan, sehingga dapat kehilangan hak asuh (merawat) anakDan masih banyak lagiEfek KDRTStuart (2013):FisikPsikologisPerilaku PENCEGAHANPrinsipnya dengan pemberdayaan (empowerment) perempuan melaluiKerjasama / partnership / mitraBerbagi (sharing) informasiOtonomi memilih alternatif penyelesaian masalahCurah pendapat tentang alternatif yang dipilihEvaluasi makna dari solusi yang dipilihTindakan Antisipasi....Tindakan antisipasi dalam menangani tindak kekerasan terhadap perempuan dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkat pencegahan, yaitu :Pencegahan PRIMERPencegahan SEKUNDERPencegahan TERSIERPencegahan PRIMERPada tingkat SOSIAL MASYARAKAT Menyediakan tempat penitipan anak (TPA) atau daycare di semua tempat kerja, sehingga perempuan tetap dapat bekerja walaupun ia punya anak balita.Menghentikan peredaran buku, film, media dan atraksi yang memperlihatkan permepuan sebagai korbanMengontrol kepemilikan senjata api atau tajam lainnyaMenghilangkan hukuman fisik di sekolah Kurikulum tentang kesehatan umum diisi dengan informasi cara mencegah dan mengatasi kekerasan seksual dan fisik.Pencegahan PRIMER..Pada kelp masy berisiko tinggi (KELUARGA)Pendidikan pra nikah untuk membentuk sebuah keluarga harmonisPromosikan hubungan dalam keluarga tanpa kekerasan. Anggota keluarga saling merindukan, mencintai, menghargai, diwarnai keterbukaan, jujur dan setiaSertakan suami saat istri melahirkanMengasuh anak tanpa kekerasanKembangkan cara demokrasi dalam keluargaTingkatkan komunikasi terbuka dalam keluargaPencegahan PRIMER..Pada kelp masy berisiko tinggi (KELUARGA)Informasikan bahwa perempuan punya HAM, yaitu :Hak atas kehidupanHak atas persamaanHak atas kemerdekaan dan keamanan pribadiHak atas perlindungan yang sama di muka umumHak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan fisik maupun mental yang sebaik-baiknyaHak atas pekerjaan yang layak & kondisi kerja yg baikHak untuk pendidikan lanjutHak untuk tidak mengalami penganiayaan atau bentuk kekejaman lain, perlakuan atau penyiksaan secara tidak manusiawi yang sewenang-wenang.

Pencegahan PRIMER..Pada kelp masy berisiko tinggi (KELUARGA)Identifikasi keluarga yang berisiko terjadi kekerasan, seperti suami yang pengangguran, buruh kasar atau peminum. Keluarga ini merupakan prioritas untuk mendapatkan pendidikan kesehatan bagi suami istri. Istri dilatih untuk tidak memberi stimulus yang dapat menyebabkan kekerasan dan keduanya, suami-istri dilatih untuk komunikasi asertifPencegahan SEKUNDERDitujukan dalam menghadapi proses kehilangan yang dialami perempuan saat menjadi korban tindak kekerasan. Deteksi dini akan tindak kekerasan dilakukan oleh perawat yang bekerja di unit gawat darurat atau oleh perawat CMHN yang melakukan perawatan keluarga.Perawat perlu mengetahui proses yang terjadi pada perempuan setelah mengalami tindak kekerasan, yaitu sebagai berikut :Pencegahan SEKUNDER..Fase Pertama, yaitu dengan BHSP dengan korban. Korban sering mengingkari kejadian dan menganggapnya tidak nyata. Tindakan Keperawatan :Yakinkan bahwa perawat mempercayai semua ungkapannya.Beritahu bahwa dirinya bukan satu-satunya korban kejadian seperti ini.Bangkitkan percaya dirinya melalui ketrampilan anda. Beritahu pengalaman dan keyakinan anda menyelesaikan masalah ini. Upaya ini akan mengubah kesedihan menjadi harapan.Validasi perasaan dan pengalaman klien. Bantu menggunakan sumber daya atau support sistem (sumber pendukung) lainnya yang dimiliki korbanFokuskan energi klien pada penyelesaian masalahBeri informasi yang jelas dan sederhana tentang mekanisme koping yang adekuat dalam penyelesaian masalah klien.Beri umpan balik yang realistis sesuai dengan ungkapan klienBersikap empati dengan tetap tenang dan percaya diri.Pencegahan SEKUNDER..Fase Kedua, korban merasa bersalah, sedih dan putus asa dan mencari alasan mengapa ia menjadi korban. Korban ragu akan kemampuannya mengatasi masalah dan tidak mampu mengambil keputusan. Fase ini fase yang paling berat bagi korban dan dibutuhkan intervensi krisis sebagai berikut :a. Kaji beberapa bahaya yang dihadapi klienKeberadaan klien saat iniBentuk kekerasan yang dihadapiDeskripsi penyerang/pelaku kekerasanPencegahan SEKUNDER..Fase Keduab. Kaji kebutuhan untuk pemeriksaan kesehatanApakah ada cidera fisikApakah sudah berobat ke pelayanan kesehatan (PKM, klinik atau RS terdekat)c.Pastikan hubungannya dengan sumber pelayanan kesehatan dan sumber dukungan di sekitar klienSiapa yang sudah diberitahuApakah keluarga atau teman dapat menemani saat iniApakah ia dapat mencapai transportasi Pencegahan SEKUNDER..Fase Keduad.Bantu klien untuk mendapatkan dukungan hukum (hubungan klien pengacarae.Pertahankan kontakDimana korban dapat dihubungiApakah aman dikontak/dihubungi di rumahSiapa sahabat/keluarga yang dapat dipercaya yang perlu dihubungiPencegahan SEKUNDER..Fase Ketiga, korban mulai menerima kejadian yang menimpa dirinya. Ia mencari informasi tentang orang lain yang mempunyai masalah yang sama. Kemudian mencari bantuan untuk mengakhiri hubungan dengan pelaku kekerasan. Pelaku meningkatkan ancamannya agar korban tetap mempunyai hubungan dengan pelaku.

Fase ini sangat berbahaya karena kedua belah pihak bertahan sehingga dapat berakhir dengan pembunuhan. Pencegahan SEKUNDER..Fase Ketiga, tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah:Kaji kebutuhan tempat tinggal emergency/sementaraApakah berbahaya jika tetap tinggal bersama pelaku kekerasanApakah ada anggota keluarga lain (selain anak) atau teman yang dapat tinggal bersamaApakah ada tempat tinggal yang aman untuk sementaraYakinkan korban mendapatkan perlindungan keamanan atau berada dalam lingkungan yang amanApakah klien sudah menghubungi polisi untuk mendapatkan perlindunganApakah ada anggota keluarga atau masyarakat yang dapat menjamin klien mendapat perlindungan dari mereka Pencegahan SEKUNDER..Fase Keempat, merupakan fase pemulihan. Korban berusaha untuk bertahan, mantap untuk tetap mempertahankan hubungan dengan pelaku atau putus hubungan.Keberhasilan sampai fase ini membutuhkan dukungan dan bantuan orang lain, khususnya perawat CMHN.Pencegahan SEKUNDER..Tindakan keperawatan pada tindakan antisipasi atau pencegahan sekunder ini Lakukan pemeriksaan fisik yang lengkap dan wawancara tentang kronologis kejadianBantu korban untuk memulihkan kepercayaan diri, harga diri dan latihan asertifLakukan konseling secara teratur Latih korban untuk tehnik relaksasi, tehnik distraksi dan bentuk manajemen stres lainnya (lihat modul Manajemen Stres)Bantu melakukan sosialisasi, khususnya mencari pekerjaanPencegahan TERSIERTindakan pencegahan atau prevensi tersier berguna untuk pemulihan keadaan fisik, psikologis dan sosial yang sudah rusak. Tindakan keperawatan yang akan diuraikan adalah konseling jangka pendek yang dibagi dalam tiga fase, yaitu Fase Awal (kontrak)Fase Pertengahan (kerja)Fase AkhirPencegahan TERSIER..FASE AWAL (KONTRAK)Bertujuan untuk membina hubungan saling percaya dan menyepakati tujuan dan lama konseling Tujuan dari konseling adalah :Membantu korban untuk tidak menjadi korban kekerasan lagiMembantu korban untuk bertanggung jawab meningkatkan kualitas hidupnyaKlien mempunyai keunikan dari tiap riwayat kekerasan yang dialami dan memerlukan penanganan yang unik pula. Oleh karena itu konseling perlu dibagi dalam 2 tahap yaitu sesi individu dan sesi kelompok (1 6 orang).Pencegahan TERSIER..FASE PERTENGAHAN (KERJA)Berjalan kurang lebih 10 sesi, sekali seminggu. Fokus pada dukungan peer. Proses kelompok merupakan kombinasi penyelesaian masalah dan pendidikan kesehatan. Anggota kelompok tidak ditambah jika sudah dimulai.Topik yang dibahas dalam kelompok adalah penyelesaian masalah individu dan mendiskusikan topik yang dipilih. Beberapa topik diskusi adalah takut, marah, seksualitas, isi hukum/policy, karakteristik pelaku kekerasan, dampak kekerasan pada anak, dan sebagainya.Perempuan yang menjadi korban kekerasan akan melalui siklus dependensi (bergantung) yang digambarkan sebagai berikut :Independent Counter Dependent Dependent Interdependent Pencegahan TERSIER..FASE AKHIR (TERMINASI)Merupakan kesempatan untk mengevaluasi hasil tindakan dan merencanakan masa depanPEMBAHASANFinnbogadttir, Dykes, & Wann-hansson (2014) mendapatkan hasil bahwa wanita yang mengalami kekerasan 39.5% (761) dan perbedaan yang signifikan terhadap wanita dengan atau yang tidak mengalami kekerasan dengan tinggal sendiri atau hidup terpisah, penganguran, kesulitan keuangan, merokok, kehamilan yang tidak diinginkan serta riwayat keguguran.

Lutgendorf, Thagard, Rockswold, Busch, & Magann (2012) kekerasan dalam rumah tangga (fisik, emosional, dan seksual) dengan melaporkan ada kekerasan fisik selama setahun terakhir, dan melaporkan kekerasan saat hamilAfandi, Rosa, Widyaningsih, & Widyaningsih, (2011). Selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2011 didapati 237 korban KDRT. Perempuan dalam umur produktif (19-40) merupakan jenis kelamin dan golongan umur yang paling sering ditemukan. Sebanyak 79,3% berstatus ibu rumah tangga. Jenis luka yang paling banyak ditemukan adalah luka memar (79,3%). Bagian tubuh yang paling sering menjadi lokasi luka adalah kepala dan leher (73,8%). Mayoritas korban mengalami kekerasan tumpul (91,6%) dengan luka derajat ringan (92,4%). Pola luka pada korban KDRT memiliki ciri khas yaitu luka multipel, tidak mematikan, dan ditemukan lebih dari satu lokasi tubuhPENUTUPKekerasan selalu mungkin terjadi, oleh karena itu tindakan antisipasi berupa pencegahan primer, sekunder dan tersier diperlukan agar anggota masyarakat yang beresiko dalam hal ini adalah perempuan dapat dioptimalkan pemberdayaannya.Kasih sayang, kepedulian, keterbukaan, saling menghargai adalah kunci keberhasilan harmoni dalam hubungan sosialnya.Pengurangan stimulus yang dapat merangsang, mengembangbiakkan kekerasan perlu dihapus agar dapat terwujud kedamaian dan hidup harmonis dapat tumbuh dalam diri sendiri, keluarga dan masyarakat.Untuk itu, perawat yang juga mayoritas perempuan dan sebagai ujung tombak tenaga kesehatan perlu tanggap terhadap dalam setiap bentuk kekerasan khususnya pada perempuan.