divertikulosis

46
KATA PENGANTAR Mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat perlindungan serta penyertaannya, penulis dapat menyelesaikan tulisan mengenai bubungan irama sirkadian tubuh dan rasa kembung ini. Dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis banyak mendapatkan hambatan. Namun berkat bantuan banyak pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah mendukung dan memberikan arahan yang membangun dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak yang akan membaca tulisan ini. . Jakarta, 1 Mei 2011 Penulis

Upload: berto-usman

Post on 28-Nov-2015

77 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

pembahasan dan tinjauan pustaka

TRANSCRIPT

Page 1: divertikulosis

KATA PENGANTAR

Mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat perlindungan serta

penyertaannya, penulis dapat menyelesaikan tulisan mengenai bubungan irama sirkadian

tubuh dan rasa kembung ini.

Dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis banyak mendapatkan hambatan. Namun

berkat bantuan banyak pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Tidak lupa

penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah

mendukung dan memberikan arahan yang membangun dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak yang akan membaca tulisan

ini. .

Jakarta, 1 Mei 2011

Penulis

Page 2: divertikulosis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap hari, manusia melakukan banyak sekali aktivitas. Dalam kesehariannya, tanpa

disadari, di dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel saraf sedang bekerja untuk menunjang

kehidupan ini. Saraf adalah bagian penting dalam tubuh manusia yang mengatur jalannya

segala kegiatan yang terjadi. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa saraf terlibat pada setiap

aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak melibatkan

saraf, baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.

Pusat kerja atau penggerak saraf ada pada otak. Otak manusia bisa disamakan dengan

mesin pada kendaraan bermotor. Tanpa mesin, kendaraan tidak akan ada fungsinya walaupun

komponen-komponen lain telah tersedia. Sama halnya dengan otak manusia, otak

mengendalikan kerja tubuh seperti mesin yang selalu bekerja dalam sadar dan ketidaksadaran

manusia.

Walaupun pusat kehidupan dikendalikan otak serta komponen-komponen lain seperti

yang telah disebutkan diatas, terdapat banyak hal lain yang mempengaruhi kualitas kehidupan

manusia. Misalnya saja, walaupun mungkin tidak ada kerusakan yang berarti didalam tubuh

manusia, banyak faktor dari luar juga mempengaruhi hal tersebut. Misalnya faktor

lingkungan, keadaan lingkungan yang berubah-rubah juga sangat berpengaruh pada

kestabilan fungsi tubuh manusia.

Tidur juga merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang.

Dengan beristirahat dan tidur yang cukup, tubuh dapat kembali berfungsi secara optimal.

Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang

bervariasi, perubahan proses fsiologis tubuh,dan penurunan respons terhadap stimulus

eksternal. Dengan tidur, manusia mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas,

mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi

saat hendak melakukan aktivitas kembali.

Pentingnya mempelajari hubungan antara kerja otak, saraf serta bagaimana pengaruh

eksogen dan adanya irama biologis tubuh akan membantu manusia untuk lebih banyak tahu

tentang bagaimana cara menjaga kesehatan agar selalu berada dalam keadaan baik.

Page 3: divertikulosis

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan serta mengenal

lebih dalam mengenai apa itu saraf, bagaimana kerja jaringannya serta bagaimana

hubungannya dengan irama biologis yang ada pada setiap manusia, agar manusia dapat lebih

mengenal aktifitas dan kemampuan tubuhnya dengan lebih baik sehingga selalu berada pada

kondisi yang sehat.

1.3 Rumusan Masalah

Skenario:

Seorang laki-laki datang ke Puskesmas dengan keluhan rasa kembung sejak 3 hari

yang lalu. Dari anamnesa diketahui bahwa ia baru diterima bekerja sebagai satpam. Dan

minggu lalu ia mendapat giliran jaga malam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan jantung dan

paru-paru dalam keadaan baik.

Dari skenario diatas, hal-hal yang menjadi rumusan masalah adalah:

a. Seorang bapak mengalami kembung selama 3 hari berturut-turut.

b. Bapak tersebut sebelumnya mendapat giliran jaga malam untuk menjalankan tugasnya

sebagai satpam.

1.4 Hipotesis

Kesimpulan sementara yang dapat diambil ialah kembung yang dialami satpam diakibatkan

jaga malam yang berpengaruh pada perubahan irama biologis tubuhnya (irama sirkadian)

Page 4: divertikulosis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jaringan saraf

Dalam pembahasan selanjutnya akan ada banyak hal yang akan dibahas mengenai

saraf atau neuron. Pertama-tama harus diketahui terlebih dahulu mengenai apa itu neuron.

Seperti yang telah diketahui, manusia memiliki empat jaringan penting sebagai penyusun

tubuh. Jaringan-jaringan tersebut adalah jaringan epitel, jaringan otot, jaringan ikat, dan yang

terakhir adalah jaringan saraf.

Sistem saraf dibentuk oleh jaringan saraf yang terdiri dari beberapa macam sel.

Komponen utamanya adalah sel saraf atau neuron didampingi oleh sel glia sebagai sel

penunjang. Neuron atau sel saraf adalah sejenis sel dalam tubuh yang bertanggung jawab atas

reaksi, transmisi, dan proses pengenalan stimuli; merangsang aktifitas sel-sel tertentu dan

melepas neurontransmitter.1

Secara sederhana, neurosains adalah ilmu yang khusus mempelajari neuron (sel saraf).

Sel-sel saraf ini yang menyusun sistem saraf, baik susunan saraf pusat (otak dan saraf tulang

belakang) maupun saraf tepi (31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf kepala). Sel saraf

sendiri bukan merupakan unit terkecil, unit terkecil yang diketahui adalah sinapsis yaitu titik

pertemuan 2 sel saraf yang memindahkan dan meneruskan informasi. Bahkan, ini

berlangsung pada tingkat molekuler, seperti gen-gen. Semua yang berlangsung di tingkat

sinapsis menjadi dasar dari sensasi, persepsi, proses belajar dan memori, dan kesadaran. Otak

merupakan komponen fisik dan fungsional yang mendasari proses belajar. Pengetahuan

tentang otak tidak saja penting dalam proses pembelajaran tetapi keseluruhan dalam proses

pendidikan.2

Untuk mempelajari mengenai apa itu jaringan saraf serta bagaimana jaringan ini

bekerja untuk mengendalikan kehidupan manusia, terdapat dua garis besar sudut pandang

yaitu secara makroskopis yang dilihat secara anatomi kemudian sudut pandang secara

mikroskopis yang dilihat dari sudut pandang histologi. Untuk pembahasan selanjutnya, akan

dilihat satu persatu, baik secara makro maupun mikro dari jaringan saraf ini.

Page 5: divertikulosis

2.1.1 Struktur Mikroskopis Jaringan Saraf1,3,4

Susunan saraf manusia merupakan sistem yang paling kompleks di dalam tubuh

manusia dan dibentuk oleh jaring-jaring yang tersusun lebih dari 100 juta sel saraf (neuron),

dan ditunjang oleh sel glia dengan jumlah yang lebih besar. Setiap neuron rata-rata memiliki

sekurangnya seribu hubungan dengan neuron lain dan membentuk sistem yang sangat

kompleks untuk berkomunikasi.

Neuron berkelompok seperti sirkuit. Seperti halnya sirkuit listrik, sirkuit saraf

merupakan kombinasi unsur yang sangat spesifik yang membentuk sistem dengan berbagai

ukuran dan kompleksitas. Meskipun sirkuit saraf dapat berjumlah tunggal, pada sebagian

besar keadaan, sirkuit ini merupakan kombinasi dari dua atau lebih sirkuit yang berinteraksi

untuk berfungsi. Suatu fungsi saraf merupakan seperangkat proses yang terkoordinasi, dan

bertujuan menghasilkan sesuatu. Sebuah sistem elementer dapat dikombinasi membentuk

suatu sistem yang lebih rumit.

Secara struktural, jaringan saraf terdiri atas dua jenis sel yaitu sel saraf atau neuron

yang umumnya memiliki banyak cabang panjang. Ada pula sel glia yang memiliki cabang-

cabang pendek, menyangga dan melindungi neuron, dan ikut serta dalam aktifitas saraf,

nutrisi saraf dan proses pertahanan susuana saraf pusat.

Neuron berespon terhadap perubahan lingkungan (stimulus) dengan mengubah

potensial listrik yang terdapat antara permukaan dalam dan luar dari membran. Sel-sel

dengan ciri ini (misalnya neuron, sel otot dan sejumlah sel kelenjar) dapat dirangsang.

Neuron bereaksi langsung terhadap rangsangan disertai modifikasi potensial listrik yang

mungkin terbatas pada tempat penerima rangsang atau dapat tersebar ke seluruh neuron

melalui mebran plasma. Penyebaran ini yang disebut potensial aksi atau impuls saraf.

Potensial aksi ini sanggup menempuh jarak jauh, impuls ini antara lain meneruskan informasi

ke neuron lain, ke otot dan kelenjar.

Dengan menciptakan, menganalisis, mengenali dan mengintegrasi informasi, susunan

saraf memiliki dua golongan fungsi yang besar, yaitu menstabilkan kondisi intrinsik

organisme (misalnya tekanan darah, kadar O2 dan CO2, pH, kadar glukosa darah, dan kadar

hormon) agar berada dalam batas normal. Kemudian fungsi lainnya adalah mengatur pola

perilaku., misalnya makan, reproduksi dan interaksi dengan makhluk hidup lain.

Page 6: divertikulosis

Jaringan saraf berkembang dari ektoderm embrional yang diinduksi untuk

berkembang oleh korda dorsalis dibawahnya. Pertama, terbentuk lempeng saraf, kemudian

tepi lempeng melebar membentuk alur neural. Tepian alur akhirnya mendekat untuk

membentuk tuba neural. Struktur ini membentuk seluruh susunan saraf pusat yang meliputi

neuron, sel glia, sel ependim dan sel epitel pleksus koroidalis.

Sel-sel berada lateral dari alur neural membentuk krista neural. Sel-sel ini mengalami

migrasi jauh dan ikut membentuk susunan saraf tepi, dan beberapa struktur lain. Turunan

krista neural mencakup:

(a) sel kromatin medulla adrenal

(b) melanosit kulit dan jaringan sub kutan.

(c) odontoblas

(d) sel-sel piamater dan arachnoid

(e) neuron sensortik di ganglia sensorik kranial dan spinal

(f) Neuron pasca ganglion di ganglia simpatis dan parasimpatis

(g) sel schwann di akson perifer

(h) sel satelit di ganglia perifer.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Sel saraf atau neuron berfungsi sebagai

penerima, penerus dan pemoroses stimulus, memicu aktifitas sel tertentu dan pelepasan

neurotransimitter dan molekul informasi lainnya.

Suatu neuron berbentuk menyerupai gel dan sangat rentan,. Dibagian dalam neuron

tersebut diperkuat oleh adanya neurofilament atau neurofibril yang berperan sebagai rangka

atau sitoskeleton. Disamping berfungsi untuk memperkuat sel saraf yang aksonnya sering

panjang sekali, komponen neurofibril berupa mikrotubul juga berperan dalam menghantarkan

bahan metabolisme yang diteruskan sampai ujung axon dan mengangkut bahan untuk

regulasi neurotransmitter dari sinaps.

Axon yang panjang dari sel saraf yang besar terlindungi oleh selubung myelin.

Serabut saraf yang terkecil tidak memiliki selubung myelin seperti yang dimiliki oleh serabut

besar. Di sistem saraf perifer, selubung myelin ini dibentuk oleh sel schwann, sedangkan di

sistem saraf pusat, oleh oligodendrosit. Selubung myelin berperan dalam mengisolasi suatu

Page 7: divertikulosis

sel saraf sehingga impuls suatu neuron tidak mempengaruhi neuron didekatnya. Pada bayi,

pembentukkan selubung myelin itu belum sempurna sehingga ketika dirangsang akan terlihat

mass refleks.

Sepanjang axon, selubung myelin terputus-putus. Celah diantara dua bagian selubung

yang terputus dinamakan nodus ranvier. Impuls atau rangsangan pada suatu neuron yang

diteruskan suatu axon yang bermyelin akan disalurkan dengan cepat karena berlangsung

dengan melompat dari satu nodus ranvier ke nodus lainnya. Pada serabut yang tidak

bermyelin impuls dialirkan, dengan menjalar sepanjang axon. Dengan perbedaan mekanisme

penjalaran impuls, seperti itu, kecepatan penjalaran impuls melalui serabut saraf yang besar

jauh lebih cepat daripda kecepatan pada serabut yang kecil.

Kebanyakan neuron terdiri dari 3 bagian.yaitu:

a. Dendrit yang merupakan cabang panjang yang dikhususkan untuk menerima

stimulus, dari lingkungan sel-sel epitel sensorik, atau dari sensoris lain.

b. Badan sel, atau perikarion yang merupakan pusat trofik untuk keseluruhan sel

saraf dan juga berfungsi menerima stimulus.

c. Akson yang merupakan suatu cabang tunggal yang dikhususkan untuk

menciptakan atau menghantarkan impuls saraf ke sel-sel lain (sel saraf, sel otot,

dan sel kelenjar).

Akson dapat pula menerima informasi dari neuron lain. Informasi ini terutama

memodifikasi transmisi potensial aksi ke neuron lain. Bagian distal dari akson umumnya

bercabang dan dan membentuk ranting-ranting terminal. Setiap cabang ranting berakhir pada

sel berikutnya berupa pelebaran yang disebut bulbus akhir, yang berinteraksi dengan neuron

atau sel selain neuron untuk membentuk struktur yang disebut sinaps. Sinaps meneruskan

informasi ke neuron lainnya dalam sirkuit.

Gambar1. Struktur Umum Neuron

Page 8: divertikulosis

Berdasarkan berbagai karakternya, kebanyakan neuron dapat digolongkan ke dalam

salah satu dari kategori berikut.

I. Neuron diklasifikasikan secara fungsional berdasarkan arah transmisi

impulsnya, sebagai berikut:

a) Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor kulit,

organ indra, atau suatu organ internal ke SSP.

b) Neuron motorik, menyampaikan impuls dari SSP ke efektor

c) Interneuron (neuron yang berhubungan), ditemukan dalam keseluruhan

SSP. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau

menyampaikan informasi ke interneuron lain.

II. Neuron diklasifikasikan secara structural berdasarkan jumlah prosesusnya,

yaitu sebagai berikut:

a) Neuron multipolar, memiliki satu akson dan dua dendrit atau lebih.

Sebagian besar neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla

spinalis masuk dalam golongan ini.

b) Neuron bipolar, memiliki satu akson dan satu dendrit. Neuron ini

ditemukan pada organ indera, seperti mata, telinga, dan hidung.

c) Neuron unipolar (pseudounipolar), kelihatannya memiliki sebuah proses

tunggal, tetapi neuron ini sebenarnya bipolar. Kedua prosesus (akson dan

dendrite) berfusi selama perkembangan menjadi satu batang tunggal yang

bercabang untuk membuat bentuk Y. Semua neuron sensorik (aferen)

pada ganglia spinal, termasuk dalam pseudounipolar. Prosesus neuron

pseudounipolar yang membawa pesan sensasi ke badan sel terlihat secara

structural seperti akson, tetapi secara fungsional berperan sebagai dendrit.

neuron unipolar memiliki sebuah prosesus tunggal. Neuron ini terdapat

pada embrio dan dalam fotoreseptor mata.

III. Sel neuroglial (sel glia)

Sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan pada SSP berfungsi sebagai

jaringan ikat. Tidak seperti neuron, sel neuroglial dapat menjalani mitosis

selama rentang kehidupannya dan bertanggung jawab atas terjadiya tumor

saraf. Adapun jenis-jenis sel neuroglial adalah sebagai berikut:

Page 9: divertikulosis

a) Astrosit, adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah

prosesus panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapiler darah

melalui ‘pedikel’ atau kaki vaskular. Sel ini merupakan penopang

structural dan mengatur transport materi di antara darah dan neuron.

Astrosit dibagi dua, yaitu astrosit fibrosa terletak di subtansi putih otak

dan medulla spinalis, dan astrosit protoplasma ditemukan pada substansi

abu-abu.

b) Oligodendrolia (oligodendrosit), meyerupai astrosit, tetapi badan

selnya kecil dan jumlah prosesnya lebih sedikit dan lebih pendek. Bagian

ini membentuk myelin untuk melapisi akson dalam SSP.

c) Mikroglia ditemukan di dekat neuron dan pembulu darah, dan

memiliki peran fagosit. Sel glia berukuran kecil dan prosesusnya lebih

sedikit dari jenis glia lainnya.

d) Sel ependimal membentuk membrane epithelial yang melapisi rongga

serebral (otak) dan rongga medulla spinalis.

Gambar 2. Jenis neuroglia

Selama pematangan neuron pseuunipolar berlangsung, serabut-serabut sentral (akson)

dan perifer (dendrit) menyatu menjadi serabut tunggal. Pada neuron ini, badan sel agaknya

tidak terlibat dalam penghantaran impuls, meskipun mensintesis banyak molekul, termasuk

neurotransmitter yang bermigrasi ke perifer.

Page 10: divertikulosis

Kebanyakan neuron ditubuh adalah multipolar. Neuran bipolar ditemukan di ganglia

koklear dan vestibular serta di retina dan mukosa olfaktorius. Neuron pseudounipolar

ditemukan di ganglia spinal (ganglia sensoris dalam kornu dorsalis saraf spinal), nueron ini

juga banyak terdapat di ganglia kranialis.

Kebanyakan neuron hanya mempunyai satu axon,, sangat sedikit yang sama sekali

tidak memilikinya. Axon mungkin pendek, atau sangat panjang. Panjang axon sel motoris

medulla spinalis yang mengurus otot kaki mungkin mencapai satu meter.

Pada neuron yang mempunyai axon berlapis myelin bagian yang tidak ditutup myelin

antara badan sel dengan bagian axon pertama yang tertutup myelin dinamakan segmen inisial

(initial segment). Lokasi tersebut mempunyai impuls inhibisi maupun eksitasi yang

memengaruhi suatu neuron sekaligus menentukan untuk meneruskan suatu aksi potensial

(impuls) atau tidak.

2.1.2 Struktur Makroskopis Jaringan saraf5-8

Dalam mempelajari saraf manusia, saraf dapat dilihat secara makroskopis atau secara

susunan anatomisnya. Pembagian saraf secara anatomis dimulai dari pembagian menjadi

sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari cerebrum,

cerebellum, batang otak dan medulla spinalis. Sedangkan sistem saraf perifer terdiri atas

sistem saraf somatic dan sistem saraf otonom.

Gambar 3. Skema Susunan Saraf

Sistem saraf pusat dimulai dari

cerebrum atau otak besar. Cerebrum adalah

bagian depan yang paling menonjol dari otak

depan. Otak besar terdiri dari dua belahan,

yaitu belahan kiri dan kanan. Setiap belahan

mengatur dan melayani tubuh yang

berlawanan, belahan kiri mengatur tubuh

bagian kanan dan sebaliknya. Jika otak

belahan kiri mengalami gangguan maka

tubuh bagian kanan akan mengalami

gangguan, bahkan kelumpuhan.

Page 11: divertikulosis

Otak besar merupakan pusat saraf utama, karena memiliki fungsi yang sangat penting

dalam pengaturan semua aktivitas tubuh, khususnya berkaitan dengan kepandaian

(inteligensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Secara terperinci, aktivitas

tersebut dikendalikan pada daerah yang berbeda.

Di depan celah tengah (sulkus sentralis) terdapat daerah motor yang berfungsi

mengatur gerakan sadar. Bagian paling bawah pada korteks motor tersebut mempunyai

hubungan dengan kemampuan bicara. Daerah Anterior pada lobus frontalis berhubungan

dengan kemampuan berpikir. Di belakang (Posterior) sulkus centralis merupakan daerah

sensori. Pada daerah ini berbagai sifat perasaan dirasakan kemudian ditafsirkan. Daerah

pendengaran (auditori) terletak pada lobus temporal. Di daerah ini, kesan atau suara diterima

dan diinterpretasikan. Daerah visual (penglihatan) terletak pada ujung lobus oksipital yang

menerima bayangan dan selanjutnya bayangan itu ditafsirkan. Adapun pusat pengecapan dan

pembau terletak di lobus temporal bagian ujung anterior.

Setelah itu susunan saraf pusat dilanjutkan dengan otak kecil (cerebellum) yang

berbentuk seperti dua tonjolan yang berada di bagian kaudal dari otak secara keseluruhan.

Permukaan cerebellum juga berlipat-lipat seperti cerebrum. Bedanya, pada cerebellum

lipatannya lebih kecil dan lebih teratur. Lipatan tersebut diberi nama folia cerebelli.

Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak

kecil hampir sama dengan otak besar yang terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar

berwarna kelabu (substansia grisea) dan lapisan dalam berwarna putih atau lebih terang

(substansia alba). Otak kecil berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan berperan

juga pada koordinasi kerja otot.

Setelah cerebellum, susunan saraf pusat dilanjutkan dengan brainstem atau batang

otak. Batang otak tersusun dari medula oblangata, pons, dan otak tengah. Batang otak

terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara otak besar

dan otak kecil. Batang otak terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam dan luar berwarna

kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar berwarna putih, berisi neurit dan

dendrit. Fungsi dari batang otak adalah mengatur refleks fisiologis, seperti kecepatan napas,

denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak disadari.

Medulla spinalis merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang letaknya kaudal dari

batang otak ini berada di dalam canalis vertebralis, memanjang dari foramen magnum di os

occipital hingga ke vertebrae lumbalis 2. Bentuk dari medulla spinalis secara keseluruhan

Page 12: divertikulosis

dangat mirip dengan lembing atau tombak. Diameter secara anteroposteriornya lebih kecil

dari diameter lateral sehingga bentunya relatif pipih. Pada beberapa tempat, medulla spinalis

berbentuk lebih terbal karena konsentrasi sel saraf yang lebih besar.

Sedangkan jika dilihat dari potongan horizontalnya, medulla spinalis mempunyai

gambaran yang bewarna gelap dan terang dengan lingkaran yang dibentuk oleh canalis

vertebralis. Pada daerah yang bewarna lebih gelap didapati gambaran yang mirip dengan

kupu-kupu yang bernama subtansia grisea. Sedangkan yang lebih terang bernama subtansia

alba.

Sistem saraf perifer pertama terdiri dari sistem saraf somatik. Sistem saraf somatis

terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf sumsum tulang belakang. Kedua

belas pasang saraf otak akan menuju ke organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan

kulit. Saraf sumsum tulang belakang keluar melalui sela-sela ruas tulang belakang dan

berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki, tangan, dan otot lurik.

Akan dikenalkan lebih jauh mengenai 12 pasang saraf otak atau nervi craniales,

yaitu sbb:

Nervus Olfactorius yang merupakan nervus I. Saraf ini adalah saraf otak yang

paling pendek yang berperan dalam menerima sensasi penciuman. Saraf ini

berpangkal pada bagian atas cavitas nasi, menembus lamina cribosa, dan berakhir

pada bulbus olfaktorius. Perlu diperhatikan bahwa sensasi penciuman tidak

melibatkan thalamus.

Nervus Opticus yang merupakan nervus II, pada pertumbuhan embrio terlihat

sebagai penonjolan telensephalon. Nervus optikus berpangkal pada reseptor di

retina yang terdapat di dalam bola mata (bulbus oculi), keluar dari bulbus oculi

melalui discus nervi optici lalu mencapai canalis optikus. Setelah melewati

lubang itu, serabut dari mata kiri dan mata kanan bergabung menyilang garis

tengah sebagai chiasma opticum. Nervus opticus mengandung serabut sensoris

penglihatan dari satu bola mata, sedangkan traktus opticus mengandung serabut

sensoris penglihatan dari satu lapang pandangan pada dua bola mata. Area

brodmann 17 hanya menerima sensasi penglihatan dan untuk mengenal apa yang

dilihat, impuls diteruskan ke area penglihatan sekunder atau korteks asosiasi pada

area brodmann 18 dan 19.

Nervus Okulomotoris yang merupakan Nervus III yang adalah saraf penggerak

bola mata yang utama dan mempunyai nuclei di mesensephalon. Oleh saraf ini,

Page 13: divertikulosis

diatur kontraksi sebagian besar otot penggerak bola mata, serta refleks pupil dan

proses akomodasi.

Nervus trochlearis yang merupakan Nervus IV mempunyai nukleus motoris di

mesensephalon yang merupakan satu-satunya saraf otak yang meninggalkan

batang otak dari bagian posterior. Nukleusnya terletak di substansia grisea ventral

terhadap aqueductus cerebri pada posisi sejajar dengan colliculus inferior.

Serabutnya menuju kearah posterior menyilang garis tengah sebelum

meninggalkan jaringan mesensephalon. Nukleus ini juga menerima impuls dari

korteks cerebri bilateral dan berhubungan dengan nucleus nervi okulomotorius

melalui FLM.

Nervus trigeminus yang merupakan nervus V merupakan saraf sensoris kepala

yang utama disertai komponen motoris yang kecil untuk otot mastikasi (otot

pengunyah). Saraf ini masuk dan keluar dari pons bagian anterior. Serabut saraf

perifer dari nervus trigeminus terdiri atas nervus opthalamicus, nervus

maxillaries, dan nervus mandibularis. Ketiga serabut saraf sensoris itu mencapai

ujung pars petrosa ossis temporalis, dan bersatu pada ganglion trigeminale.

Nervus ke-V ini dapat ditelusuri mulai dari cavitas orbitalis dan mausk cavitas

cranii melalui fissura orbitalis superior mencapai sinus cavernosus.

Nervus abducens atau nervus VI merupakan saraf yang mengurus rectus lateralis

mata dan mempunyai nukleus motoris di pons bagian bawah, meninggalkan

batang otak pada perbatasan pons dan medulla, lalu memasuki sinus cavernosus

untuk selanjutnya menuju cavitas orbitalis melalui fissura orbitalis superior. Saraf

ini mengurus musculus rectus lateralis, yakni salah satu otot ekstrinsik bola mata.

Nervus facialis yang merupakan nervus VII mempunyai tiga komponen, yaitu (1)

komponen motoris yang mengurus otot mimik muka, (2) komponen sensoris

khusus untuk pengecapan yang berhubungan dengan nuclei traktus solitarii, dan

(3) komponen parasimpatis dari nucleus salivatorius superior. Di pons, serabut

nervus fasialis mengitari nucleus nervi abducentis dan membentuk genu nervi

facialis. Akibatnya, terbentuk penonjolan pada dasar ventrikulus quartus yang

dikenal sebagai colliculus facialis. Komponen motoris nervus facialis yang

mengurus otot wajah diatas mata berbeda dari bagian wajah dibawah mata.

Bagian atas menerima serabut kortikal dari cortex cerebri bilateral, sedangkan

bagian bawah dari cortex cerebri kontralateral saja.

Page 14: divertikulosis

Nervus vestibulocochlearis yang merupakan nervus VIII ini mempunyai beberapa

nama lain seperti nervus octavus, dan nervus statoacusticus (menunjukkan

fungsinya mengurus pendengaran dan keseimbangan), sedangkan nama yang

diberlakukan sekarang adalah nervus vestibuloccochlearis disesuaikan dengan

nama bagian-bagiannya berupa nervus cochlearis (untuk pendengaran).

Nervus glossopharyngeus yang merupakan nervus IX ini mempunyai komponen

motoris yang mengurus otot-otot pharynx, komponen sensoris untuk sensai

pengecapan, dan komponen parasimpatis. Disamping itu juga serabut sensoris

somatis yang berasal dari nucleus spinalis nervi trigemini.

Nervus vagus yang merupakan nervus X merupakan saraf terpanjang., terutama

berupa saraf parasimpatis disamping mengandung komponen motoris dan

sensoris somatis. Komponen parasimpatis saraf itu berpangkal pada nucleus

dorsalis nervi vagi di medulla oblongata dekat dasar ventrikulus quartus.

Serabutnya meninggalkan batang otak lewat sulcus posterolateralis caudal

terhadap nervus glossopharyngeus. Serabut parasimpatis ini mengurus banyak

organ vicera di leher dan tubuh sampai organ yang embryologis berasal dari

peralihan mid-gut dan hind-gut. Komponen sensoris berkaitan dengan fungsi

pengecapan dibagian belakang cavitas oris. Serabut saraf untuk fungsi ini

mempunyai badan sel dan ganglion inferius dekat foramen jugulare. Komponen

sensoris umum serabut saraf ini mempunyai badan sel di ganglion superius dan

berhubungan dengan nucleus spinalis nervi trigemini. Saraf ini dapat ditemukan

di leher bersama arteria carotis interna dan vena jugularis interna di dalam vagina

carotica.

Nervus accessorius yang merupakan saraf XI mempunyai radix cranialis dari

nucleus ambiguus dibatang otak dan radix spinalis dari nucleus nervi accessorii di

medula spinalis segmenta servicalia bagian atas. Serabut spinanya memasuki

foramen magnum dan bergabung dengan komponen cranial, lalu keluar bersama-

sama meninggalkan cavitas cranii melalui foramen jugulare. Setelah keluar dari

foramen itu, komponen cranial meninggalkan komponen spinal bergabung

dengan nervus vagus untuk mengurus otot intrinsik larynx. Komponen spinal

menuju trigenum colli posterior mengurus musculus trapezius dan musculus

sternocleidomastoideus.

Nervus hypoglossus yang merupakan saraf XII yaitu saraf untuk lidah yang

emmpunyai badan sel pada nucleus nervi hypoglossi. Serabutnya meninggalkan

Page 15: divertikulosis

batang otak pada sulcus anterolateralis untuk selanjutnya memasuki canalis nervi

hipoglossi di dekat foramen magnum. Nervus ini mempunyai hubungan kortikal

bilateral dengan unsur dominan berasal dari cortex cerebri kontralateral. Serabut

nervus hypoglossus ini letaknya sangat berdekatan dengan saraf spinal dari

segmen cervical atas yang membentuk ansa cervicalis.

Gambar 3. Gambaran 12 pasang nervi craniales

Kemudian, ada 31 pasang saraf spinal yag terdiri dari ribuan srabut saraf, dengan

rincian sebagai berikut:

a. 8 pasang nervi cevicalis

b. 12 pasang nervi thoracales

c. 5 pasang nervi lumbal

d. 5 pasang nervi sacralis

e. 1 pasang coccygeales

2.2 Sistem saraf Otonom

Sesuai dengan namanya, sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf yang

mengatur bagian atau organ tubuh tanpa diatur secara sadar atau tanpa melalui proses

kesadaran. Sistem saraf ototnom ini sering disebut juga sistem saraf visceral karena sistem

tersebut memang terutama mengurus organ-organ visceral dan pembuluh darah.

Sistem saraf otonom dibangun oleh neuron-neuron eferen, baik yang mempersarafi

otot-otot involunter dinding organ, seperti gaster, usus halus, kandung kemih, jantung dan

pembuluh darah maupun yang mempersarafi kelenjar seperti hati, pankreas, dan ginjal.

Page 16: divertikulosis

Sebenranya, selain serabut eferen, terdapat pula serabut-serabut aferen, tetapi jumlahnya

sangat kecil, sehingga organ-organ internal jadi kurang sensitif. Sebagai akibatnya, bila ada

penyakit yang menyerang neuron arefen, hal itu tidak menyebabkan nyeri dan nyeri terjadi

bila proses peradangan tersebut sampai mengenai membran pembungkus organ tersebut.

Di sususnan saraf tepi, serabut-serabut saraf berkelompok sebagai berkas untuk

membentuk saraf, kecuali beberapa saraf yang sangat tipis yang terdiri dari serabut tak

bermyelin, saraf memiliki penampakan mengkilap, homogen dan keputihan karena

mengandung myelin dan kolagennya.

Terdapat ganglia otonom yang tampak sebagai pelebaran bulat pada saraf ototnom.

Beberapa ganglia berada di organ-organ tertentu, terutama di dinding saluran cerna

membentuk ganglia intramural. Ganglia ini tidak memiliki simpai jaringan ikat dan sel-selnya

ditopang oleh stroma organ tempat ganglia ini berada.

Ganglia ototnom umumnya mempunyai neuron multipolar, seperti halnya dengan glia

kraniospinalis, ganglia otonom memiliki perikarion neuron dengan badan nissl halus. Selapis

sel satelit juga seringkali membungkus neuron ganglia otonom. Pada ganglia intramular,

hanya terlihat sedikit sel satelit disekitar masing-masing neuron.

Sistem saraf otonom berhubungan dengan pengendalian otot polos, sekresi beberapa

kelenjar seperti yang telah disebutkan diatas, dan juga sangat berhubungan dengan modulasi

irama jantung. Fungsinya adalah menyelaraskan aktifitas tertentu di tubuh dan

mempertahankan lingkungan internal yang konstan (homeostatis). Meskipun sistem saraf

ototnom menurut definisinya adalah sistem saraf motorik, serabut-serabut yang menerima

sensasi dari bagian dalam organisme, menyertai serabut-serabut motorik dari sistem saraf

ototnom.

Istilah “otonom”, sebenarnya tidak terlalu tepat, meski telah dipakai secara luas.

Sebab, kebanyakan fungsi sistem saraf otonom tidak sepenuhnya bersifat otonom, sistem ini

disusun dan diatur di SSP. Konsep sistem saraf otonom terutama bersifat fungsional. Secara

anatomis, sistem otonom terdiri atas kumpulan sel saraf yang terdapat di susunan saraf pusat,

serabut-serabut saraf yang keluar dari susunan saraf pusat melalui saraf cranial atau spinal,

dan ganglia saraf yang terletak pada jalur serabut-serabut ini. Istilah otonom mencakup

semua unsur saraf yang berkaitan dengan fungsi visceral. Bahkan, fungsi otonom juga

Page 17: divertikulosis

bergantung pada susunan saraf pusat seperti halnya neuron motorik yang memicu kontraksi

otot.

Sistem saraf otonom adalah jaringan neuron-ganda. Neuron pertama dari rantai

otonom terletak di SSP. Aksonnya membentuk sinaps dengan neuron multipolar kedua dalam

rantai yang terletak di ganglion sistem saraf tepi. Serabut-serabut saraf (akson) dari neuron

pertama disebut serabut praganglion. Akson dari neuron kedua ke efektor, otot atau kelenjar

disebut serabut pascaganglion. Mediator kimia yang terdapat dalam vesikel sinaptik dari

semua ujung praganglion dan pada ujung pascaganglion parasimpatis adalah asetilkolin yang

dilepaskan dari ujung saraf oleh impuls saraf.

Sistem saraf ototnom terdiri atas sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis

yang akan berperan sama pentingnya di dalam tubuh manusia.

2.2.1 Sistem Saraf simpatis1.9.10

Sistem simpatis bermanfaat untuk mempersiapkan tubuh atau organ tubuh

menghadapi situasi yang membutuhkan energi. Sistem simpatis dikenal sebagai sistem yang

katabolik karena fungsinya yang lebih mengarah pada pengaturan energi.

Pusat sistem saraf simpatis terdapat di cornu lateralis medulla spinalis sepanjang

segmenta thoracolumbalia, yaitu disemua segmenta thoracica dan segmenta lumbalia satu

sampai tiga. Serabut efferent yang berasal dari cornu lateralis keluar bersama serabut motoris

lain dari cornu anterior sebagai suatu rani communicans alba. Setelah meninggalkan foramen

intervertebrale, rami communicans alba akan mencapai truncus sympaticus. Truncus

sympaticus ini terdapat sepanjang columna vertebralis kiri-kanan vertebra cervicalis pertama

sampai dengan vertebra sacralis lima.

Serabut pertama atau rami communicans alba itu dinamakan serabut preganglioner.

Sebagian besar serabut ini mengalami synapse di sepanjang truncus sympathicus. Dengan

memerhatikan letaknya terhadap columna vertebralis, synapse itu dikenal sebagai ganglion

para-vertebrale. Oleh karena pusat sistem sympatis hanya terletak di segmenta

thoracolumbalia, sedangkan truncus sympaticus memanjang dari vertebra cervicalis pertama

sampai vertebra sacral terakhir., tentu ada serabut saraf yang naik ke wilayah cervical atau

turun ke wilayah sacral.

Page 18: divertikulosis

Serabut yang berpusat pada segmenta thoracica pertama sampai keempat mengirim

cabang serabut yang menuju wilayah cervical membentuk ganglion cervicalis media, dan

ganglion cervicalis inferior. Serabut yang berasal dari ketiga ganglion itu selanjutnya

mengurus jantung, paru-paru dan organ-organ lain. Di pihak lain, segmenta lumbalia juga

mengirim serabut yang menuju truncus sympaticus di wilayah sacral mempersarafi organ di

pelvis.

Setelah synapse, serabut yang berikutnya dinamakan serabut poetganglioner. Serabut

postganglioner simpatis ini merupakan suatu rami communicans grisea, meninggalkan

truncus sympaticus bergabung dengan serabut saraf spinal lain menuju target organ. Serabut

postganglioner mengurus pembuluh darah, kelenjar keringat, dan musculus erector pilli di

kulit.

Sebagian serabut saraf simpatis tidak mempunyai synapse pada truncus sympaticus

tetapi pada beberapa ganglion yang terletak ventral terhadap columna vertebralis, yaitu

ganglion prevertebrale. Yang termasuk ganglion prevertebrale adalah ganglion coeliacum dan

ganglion mesenterica superior, keduanya dibentuk oleh nervus splanchnicus major yang

berasal dari segmen thoracalis sepuluh dan sebelas, dan ganglion mesenterica inferior yang

serabutnya berasal dari segmen lumbal. Perlu diperhatikan bahwa sesuai fungsinya kelenjar

suprarenalis menerima persarafan preganglioner simpatis.

Mediator kimia dari serabut pasca ganglion sistem simpatis adalah norepinefrin yang

juga diprosuksi oleh medulla adrenal. Serabut saraf yang membebaskan norepinefrin disebut

saraf adrenergik (kata yang berasal dari noradrenalin, nama lain untuk norepinefrin). Serabut

adrenergik mempersarafi kelenjar keringat, dan pembuluh darah otot rangka. Sel-sel medulla

adrenal membebaskan epinefrin epinefrin dan norepinefrin sebagai respon terhadap stimulasi

simpatis preganglion.

1.2.3.4.

Gambar 3. Sistem saraf simpatis

Page 19: divertikulosis

Dapat dilihat pada gambaran saraf simpatis pada gambar 3 bahwa posisi ganglion dan

pangkal serabut post-ganglioner terlihat bahwa saraf simpatis mempunyai serabut post-

ganglioner yang relatif panjang untuk mencapai target organnya. Serabut saraf simpatis untuk

organ di kepala berjalan bersama-sama cabang-cabang arteri carotis interna, dan selanjutnya

sebagian besar mencapai target organnya masing-masing dengan bergabung pada saraf otak

untuk organ yang bersangkutan.

2.2.2 Sistem Saraf parasimpatis1,9,10

Jika sistem simpatis berfungsi untuk mempertahankan energi di dalam tubuh, sistem

parasimpatis akan membantu tubuh mengembalikan energi, oleh karena itu sistem ini disebut

sebagai sistem yang anabolik.

Berbeda dari sistem saraf simpatis, sistem saraf parasimpatis mempunyai pusat di

batang otak dan segmenta sacralia kedua sampai keempat medulla spinalis. Nuclei

parasimpatis di batang terdiri atas nucleus edinger-westphal (nervus oculomotius), dan

nucleus salivatorius superior (nervus facialis), serta nucleus dorsalis vagi (nervus vagus).

Dari segmenta sacralia serabut sarafnya membentuk plexus pelvicus.

Sistem parasimpatis memiliki inti di medulla dan mesensephalon dan dibagian sacral

medula spinalis. Serabut preganglion keluar melalui 4 saraf kranial yaitu nervus III, VII, IX

dan X, dan juga melalui saraf sakral kedua, ketiga, dan keempat di medulla spinalis.

Karenanya, sistem saraf parasimpatis juga disebut divisi craniosacral sistem otonom.

Mediator kimia yang dibebaskan oleh ujung saraf preganglion dan pascaganglion dari

sistem parasimpatis, yaitu asetilkolin, mudah dinonaktifkan oleh asetilkolinesterase. Ini

merupakan salah satu alasan mengapa stimulasi parasimpatis memiliki kerja yang lebih jelas

terlokalisir daripada stimulasi simpatis.

Gambaran sistem parasimpatis dapat dilihat pada gambar berikut ini yang juga dapat

memperlihatkan perbedaan dengan sistem simpatis.

Gambar 3. Sistem saraf parasimpatis

Page 20: divertikulosis

Dapat dilihat bahwa sistem parasimpatis mempunyai serabut pertama atau

preganglioner yang relatif panjang dan serabut itu berakhir pada lokasi di dekat atau pada

target organ. Dengan demikian pada sistem saraf parasimpatis, ganglionnya terletak dekat

target-organ. Serabut postganglioner parasimpatis biasanya berupa serabut saraf tak

bermyelin. Neuron postganglion umumnya terdapat di dinding organ (mis: lambung, usus)

ketika serabut preganglion memasuki organ dan membentuk sinaps dengan neuron kedua

dalam sistem saraf ini.

Semua organ dalam dipersyarafi dua sistem saraf, saraf simpatis dan juga

parasimpatis. Kedua sistem saraf tersebut bekerja berlawanan. Saraf simpatis menstimulasi,

sedangkan parasimpatis menurunkan aktifitas organ.

Aktifitas parasimpatis akan mengurangi denyut jantung, menurunkan tekanan darah,

dan mengaktifkan sistem pencernaan makanan. Sebaliknya sistem simpatis akan

mempercepat denyut jantung meninggikan tekanan darah, dan lain-lain. Sesudah makan

misalnya, terjadi aktifitas parasimpatis yang mendukung proses pencernaan sehingga aliran

darah terutama ditujukan ke tractus gastrointestinalis. Pada saat yang sama, aktifitas

parasimpatis itu mengurangi efek sistem simpatis pada jantung sehingga denyutnya lebih

perlahan serta mengurangi aliran darah ke organ lain, (termasuk otak). Akibatnya, orang

tersebut akan merasa santai dan sering mudah tertidur karena ngantuk.

Ada kalanya sistem saraf otonom ini berhubungan sangat erat dengan sistem somatis.

Melalui rangsang penciuman yang diteruskan nervus olfactorius yang sebenarnya adalah

saraf sensorik somatis khusus, timbul sensasi yang menyebabkan aktifitas sekremotor berupa

sekresi liur dan sebagainya. Di pihak lain, ada pendapat bahwa sistem somatik sampai tingkat

tertentu dapat mengatur aktifitas saraf otonom.

Biasanya distribusi saraf otonom pada organ terjadi sebagai pasangan simpatis dan

parasimpatis secara bersama-sama. Akan tetapi ada juga saraf simpatis yang tidak didampingi

oleh saraf parasimpatis. Seperti pada pembuluh darah arteriole. Pasangan saraf simpatis

menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah dan relaksasinya berlangsung akibat

penurunan aktifitas simpatis itu sendiri.

Umumnya organ visceral disebelah atas diaphragma akan diaktifkan oleh sistem

simpatis, sedangkan organ tubuh yang terletak dibawah diaphragma akan diaktifkan oleh

sistem parasimpatis.

Page 21: divertikulosis

Saraf parasimpatis juga distimulasi oleh emosi yang menyenangkan. Akibatnya,

perasaan bahagia dan senang cenderung meningkatkan kerja sistem pencernaan mengingat

peran parasimpatis yang menstimulasi sistem pencernaan dan merangsang pengeluaran asam

lambung dan aktifitas peristaltik. Kerja sama yang melibatkan berbagai beberapa saraf dalam

mendukung sistem parasimpatis ini misalnya pada waktu kita melihat makanan yang

melibatkan saraf yeng mempersarafi mata kemudian mencium bau makanan yang melibatkan

kerja saraf yang mempersarafi alat pembau kemudian akan ada rangsangan lebih lanjut yang

akan meningkatkan pengeluaran asam lambung manusia yang menyebabkan timbulnya

keinginan untuk makan.

Beberapa perbedaan dari sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis, dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Perbedaan sistem simpatis dan parasimpatis

Simpatik Parasimpatik

Pusat Thoraco-lumbal Cranio-sacral

Ganglion Dekat SSP

Ganglion berantai dan kolateral

Jauh dari SSP

Ganglion terminal

Neuron

preganglionik

Pendek Panjang

Neuron

postganglionil

Panjang Pendek

Keadaan tubuh Siaga dan waspada “fright, fight,

and flight”

Santai, relaksasi

Energi Pemakaian/pengeluaran Pemulihan/penyimpanan

Pengaruh kerja Luas tersebar di seluruh tubuh Terlokasi

Daya kerja Lama Singkat

Page 22: divertikulosis

2.3 Mekanisme Kimiawi Saraf

Dalam mekanisme saraf, terjadi juga proses-proses biokimia yang dapat ditinjau

secara mikroskopis. Mekanisme kimiawi saraf ini dibantu oleh struktur saraf yaitu akson dan

dendrit. Zat kimianya yang berperan yaitu neurotransmitter diproduksi oleh badan sel saraf

itu sendiri. Komunikasi antara sel saraf kebanyakan adalah melalui akson.

Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain

dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di

dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi

neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis

disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk

sinapsis disebut post-sinapsis. 

Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan

membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter berupa

asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls

dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.

Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di

seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin

yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel

pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada

reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan

tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh

membran post-sinapsis.

Sedangkan antara saraf motor dan otot terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan

membran pra-sinapsis dan membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang

mengelilingi sel otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya. Dari

penjelasan di atas dapat terlihat bahwa mekanisme biokimiawi saraf sangat tergantung pada

dua factor yaitu membran sel dan neurotransmitter itu sendiri.

Struktur membrane dalam tubuh manusia merupakan model fluid mosaic yang terdiri

dari komponen bilayer lemak, protein dan karbohidrat. Membrane sel yang bermuatan ini

memiliki peran sebagai reseptor dan transporter dalam mekanisme kerja tubuh. Demikian

pula adanya dengan sifat membrane saraf atau neuron. Membran neuron memiliki banyak

channel ion yang berfungsi dalam mekanisme kerja saraf dan dapat dirangsang oleh listrik.

Page 23: divertikulosis

Transport yang terjadi pada membrane berfungsi untu mempertahankan volume sel,

pH sel serta komposisi ion dalam sel. Namun yang akan dibahas adalah fungsi transport

membrane sebagai penyaluran impuls saraf ke otot. Transport membrane dapat berlangsung

secara aktif dan pasif. Transport aktif merupakan transport yang perlu energy, tidak

mengikuti gradient konsentrasi dan berjalan satu arah. Sedangkan transport pasif merupakan

transport yang tidak perlu energy, berlangsung mengikuti gradient konsentrasi dan berjalan 2

arah.

Selain itu transport membrane juga dapat diklasifikasikan menjadi tranpor mediated,

yaitu transport yang perlu protein pembawa dan tranpor non mediated yaitu transport yang

tidak perlu protein pembawa. Contoh transport membrane adalah jenis facilitated diffusion

yang merupakan jenis transport pasif mediated yang terjadi pada gated channel. Sedangkan

transport pompa merupakan jenis mediated aktif yang teradi pada pompa Na pada mekanisme

terjadinya potensial aksi pada saraf.11

Ada berbagai macam neurotransmitter yang terdapat di dalam tubuh yang juga

berperan dalam transport membrane untuk mendukung terjadinya mekanisme penghantar

saraf, namun neurotransmitter ini dibagi menjadi dua jenis utama menurut fungsinya yaitu

eksitatorik dan inhibitorik. Eksitatorik adalah neurotransmitter yang berfungsi untuk

mengeksitasi permeabilitas ion-ion yang berperan dalam penghantaran impuls saraf.

Sedangkan inhibitorik merupakan penghambatnya.

Hampir semua jenis neurotransmitter adalah termasuk eksitatorik kecuali glisin dan

GABA yang termasuk inhibitorik. Glisin sendiri bersama dengan glutamate, taurin, aspartat

dan histidin merupakan kelompok neurotransmitter yang termasuk asam amino. Sedangkan

GABA merupakan non asam amino bersama dengan asetilkolin, serotonin,dopamine dan

norepinefrin.

Salah satu neurotransmitter yang paling sering ditemukan pada mekanisme saraf

adalah asetilkolin. Asetilkolin memiliki dua macam reseptor yaitu muskarinik dan nikotinik.

Asetilkolin nikotinik bekerja pada sistem saraf otonom baik yang parasimpatis maupun yang

simpatis dan memiliki fungsi eksitatorik. Asetilkolin nikotinik merupakan glikoprotein

protein transmembran yang berfungsi membuka channel Na dan K.

Sedangkan asetilkolin muskarinik hanya bekerja pada sistem saraf otonon

parasimpatis dengan fungsi eksitatorik juga. Asetilkolin muskarinik merupakan protein

transmembran yang terdiri atas glikoprotein dan bekerja melalui protein G dan dapat

menekan adenilat siklase dan membuka channel K. Asetilkolin muskarinik memiliki inhibitor

aktivasi berupa asetilkolin esterase seperti prostigmin.12

Page 24: divertikulosis

2.4 Hubungan Irama Sirkadian dengan Perut Kembung

Irama sirkardian adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pola hidup

organisme setiap hari, termasuk manusia. Dalam bahasa latin, circa berarti sekitar dan dian

berarti satu hari atau 24 jam. Secara harafiah, irama sirkadian diartikan sebagai sebuah siklus

yang berlangsung 24 jam. Irama sirkardian berperan sebagai jam biologis manusia. Adapun

dikenal irama ultradian, yang menggambarkan bagian waktu di dalam irama sirkardian..8

Irama sirkardian terletak di supra chiasmatic neuron (SCN) yang berfungsi sebagai

pengatur irama sirkardian dalam tubuh. Ia merupakan bagian kecil dari otak (hypothalamus)

yang terletak tepat di atas persilangan saraf mata. Itu sebabnya pengaturan biologis peka

terhadap perubahan cahaya. Telah terbukti bahwa tubuh manusia, saat tidak ada cahaya atau

sumber pengingat waktu yang lain (misalnya penetapan waktu seperti waktu makan dan

menonton televisi) mengadopsi rutinitas tidur-bangun yang menyerupai 24 jam. Rata-rata

irama sirkardian untuk manusia adalah sekitar 25 jam, walaupun rentang irama sirkardian

untuk orang yang berbeda beragam dari 16-48 jam.

Irama sirkadian sangat peka terhadap cahaya. Itulah sebabnya pada sore hari, saat

cahaya mulai meredup, tubuh kita secara otomatis mulai mempersiapkan diri untuk tidur.

Tubuh akan meningkatkan kadar hormone melatonin dalam darah. Selain itu, tubuh juga

mengatur agar kadar hormone melatonin tersebut tetap tinggi sepanjang malam. Hormon

melatonin ini diproduksi oleh kelenjar pineal pada malam hari dimana asam amino esensial,

tryptophan diubah aktifitas enzim menjadi serotonin sebelum sampai ke bentuk melatonin.13

Hormone yang berperan dalam pengaturan bioritme tubuh dalam hal tidur.Hormone

melatonin sangat berperan dalam proses dan kualitas tidur seseorang. Kinerja hormone tidur

tersebut sangat dipengaruhi oleh cahaya. Cahaya yang ada pada saat tidur akan menghambat

dan menurunkan produksi melatonin di dalam darah. Secara tidak langsung, cahaya mampu

menghambat mekanisme irama sirkadian. Tubuh dipaksa mengabaikan perintah tidur dan

dipaksa untuk terus beraktivitas hingga larut malam.14

Irama sirkardian dapat dibagi atas 2 tipe kpribadian utama, yaitu tipe pagi dan tipe

sore. ‘Tipe pagi’ adalah kepribadian orang yang bangun dan segar di pagi hari, dan sering

melakukan pekerjaan terbaik di pagi hari namun pada awal sore hari mereka menjadi lelah

dan kurang efisien. Sedangkan ‘tipe sore’ merasa bangun di pagi hari adalah suatu tugas dan

mereka tidak melakukan kerja mereka yang terbaik sampai tiba sore hari. Mereka seringkali

Page 25: divertikulosis

bekerja telat dan tidur telat. Adapun salah satu di dalamnya yaitu giliran jaga malam. Giliran

malam dapat menimbulkan gangguan irama kehidupan social, kurang tidur, kelelahan, siang

tidur tidak lelap, gangguang sistem gastrointestinal dan frekuensi kesalahan (kerja malam

lebih besar daripada kerja siang). Hal ini berpengaruh pada suhu tubuh, endokrin (hormone),

siklus menstruasi, dan tidur.

Kembung adalah suatu kondisi saat gas terkumpul di dalam lambung atau usus

melebihi keadaan normal, menimbulkan perasaan yang tidak enak, dan ada kalanya disertai

sakit. Penyebabnya antara lain, beberapa gas tertelan bersama makanan, seperti gas nitrogen

maupun oksigen. Selain itu, juga karena adanya gas karbondioksida, hydrogen, dan metan

yang dihasilkan oleh peragian zat karbohidrat dan selulosa oleh bakteri usus

(enterobacteriaceae).10

Gas dalam saluran cerna (esofagus, lambung, usus halus, dan usus besar) dihasilkan dari:

Menelan udara

Dihasilkan dari proses yang terjadi antara makanan dan bakteri dalam usus besar.

Menelan udara berlebihan merupakan penyebab tersering dari gas yang terdapat

dilambung. Kita menelan udara dalam jumlah kecil ketika makan dan minum.  Namun makan

dan minum secara buru-buru, makan permen karet, merokok dapat mengakibatkan tertelan

udara lebih banyak.

Sendawa atau bertahak merupakan jalan tersering yang mengandung nitrogen,

oksigen dan karbondioksida yang meninggalkan lambung. Ada juga gas yang masuk ke usus

halus kemudian diserap, dan ada lagi yang diteruskan ke rectum untuk dikeluarkan sebagai

buang angin.

Tubuh kita tidak mengabsorbsi semua karbohidrat yang masuk karena waktu

transitnya di usus yang relatif singkat dan ketidak tersediaan enzim untuk mengolah

karbohidrat tersebut di usus.

Bahan makanan yang tidak diserap tersebut masuk ke usus halus kemudian menuju

usus besar, dalam keadaan normal bakteri akan menguraikan makanan tersebut dan

menghasilkan hydrogen, kaarbondioksida, dan methan, kemudian dikeluarkan ke rectum.

Makanan dapat menyebabkan timbulnya gas pada seseorang tetapi belum tentu pada orang

lain.

Hal ini sangat dipengaruhi oleh keseimbangan bakteri dalam usus.

Makanan yang mengandung karbohidrat dapat menyebabkan gas. Sedangkan lemak

dan protein menghasilkan gas lebih sedikit.

Page 26: divertikulosis

Jenis gula yang menyebabkan gas adalah  raffinose, lactose, fructose, and sorbitol

Jenis serat yang tidak larut tidak terurai sebelum tiba di usus besar, disana kemudian

terurai dan menghasilkan gas.11

Saluran pencernaan juga dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Saraf otonom

parasimpatis yaitu: nervus vagus (menginervasi seluruh saluran pencernaan, kecuali kolon

bagian akhir) dan nervus pelvicus. Pengaruh saraf parasimpatis terhadap saluran pencernaan

adalah meningkatkan aktivitas saluran pencernaan. Saraf simpatis mempengaruhi saluran

pencernaan, menurunkan aktivitasnya. Di dalam dinding usus terdapat saraf intrinsik: pleksus

mienterikus (Aurbach) terdapat diantara lapisan otot longitudinal dan sirkuler pleksus

submukosa (Meissner), terdapat di lapisan submukosa. Ujung-ujung saraf intrinsik ini

menjulur ke lumen usus, memungkinkan memberi informasi mekanik (peregangan, karena

adanya makanan di saluran pencernaan) maupun kimiawi (sehingga disekresikan enzim

sesuai dengan makanan yang memasuki saluran pencernaan).

Saluran pencernaan juga memiliki sistem endokrin intrinsik. Sel-sel endokrin

(penghasil hormon) tersebar secara difus di sepanjang epitel usus, bagian apeksnya menjulur

ke lumen usus, merespons isi lumen, melepaskan hormon. Hormon yang dihasilkan oleh

saluran pencernaan biasanya termasuk kelompok peptida. Oleh karena itu sekresi hormon ini

disebut pula sebagai peptida pengatur, karena hormon yang dilepaskan oleh saluran

pencernaan akan mengatur sekresi saluran pencernaan. Sebagai contoh bila ada makanan ada

lambung akan mengaktifkan pleksus mienterikus. Aktivasi pleksus mienterikus merangsang

sel G (sel endokrin) untuk melepaskan gastrin (hormon saluran pencernaan). Selanjutnya

gastrin akan merangsang pengeluaran HCl lambung yang pada gilirannya akan menyebabkan

aktivasi enzim pepsinogen menjadi bentuk aktifnya: pepsin, sehingga pepsin dapat mencerna

protein. Bila mana makanan telah melewati lambung, atau bilamana HCl berlebihan, maka

akan menyebabkan pH di lambung sangat asam, keadaan ini akan direspon oleh sel penghasil

gastrin: produksi gastrin dihentikan, sekresi HCl dihentikan.

Seperti yang diketahui pada keadaan tidur-jaga, hormone melatonin berperan penting.

Selain berkhasiat dalam regulasi bioritme tubuh, melatonin juga bisa digunakan sebagai pil

anti ovulasi, anti oksidan, stimulasi pertumbuhan timus dan sekresi hormone timosin,

stimulasi sitem imun, anti kanker, menjaga kadar hormone endokrin dan melindungi mukosa

lambung.15

Page 27: divertikulosis

Orang yang bekerja malam cenderung menenguk minuman berkafein, seperti yang

terdapat pada kopi, teh hitam, beberapa jenis minuman bersoda serta coklat, yang dapat

memangkas produksi Melatonin hingga setengah dari kadar yang normal dan tidak akan

membaik kembali memproduksi Melatonin selama 6 jam. Apabila kadar melatonin turun, gas

dalam lambung cenderung akan cepat terbentuk dan menyebabkan seseorang merasakan

kembung.

Page 28: divertikulosis

BAB III

KESIMPULAN dan SARAN

3.1 Kesimpulan

Dari semua pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa

kembung yang dialami oleh satpam yang baru saja mendapatkan tugas jaga malam

mempunyai kaitan yang erat dengan adanya perubahan irama sirkadian (irama biologis)

tubuhnya yang sebelumnya ia harus tidur pada malam hari, tetapi berganti menjadi pagi hari

karena keharusannya terjaga sebagai satpam untuk malam hari.

Kembung tersebut terjadi akibat rentannya tubuh terhadap perubahan yang

dipengaruhi banyak faktor, misalnya suhu, lingkungan, serta makanan yang juga berkaitan

dengan turunnya kadar melatonin yang membuat gas dalam lambung cenderung akan cepat

terbentuk dan menyebabkan seseorang merasakan kembung.

3.2 Saran

Agar pembaca tidak mengalami kembung seperti yang digambarkan dalam skenario

yang dibahas, penulis memberikan beberapa saran yang mungkin dapat meminimalisasi

terjadinya perut kembung ini. Saran-saran tersebut adalah:

a. Sebaiknya seseorang dapat mengatur waktu tidur-jaga dengan tepat dan

dilaksanakan pula secara teratur sehingga jam biologis tubuhnya tidak selalu

mengalami perubahan.

b. Sebaiknya seseorang mengkonsumsi bahan makanan yang seimbang dari segi

nutrisinya untuk menjaga daya tahan tubuh agar proses pencernaan juga akan

tetap berjalan dengan baik.

c. Kurangi mengkonsumsi bahan atau produk yang dapat menurunkan kadar

melatonin dalam tubuh yang dapat memudahkan terjadinya kembung. Misalnya

kopi yang mengandung kafein.

Page 29: divertikulosis

DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo DS. Neuroanatomi. Malang: Bayumedia Publishing;2008

2. Balquni A. Manajemen kecerdasan. Bandung: PT. Mizan Pustaka;2006

3. Slonane ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2003. h. 80-157

4. Dany F. Histologi dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2007.

5. Setyanegara. Ilmu bedah saraf. Edisi ke-6. Jakarta: Gramedia pustaka utama; 2010.

h.29-47.

6. Wibowo, DS. Neuroanatomi. Malang: Bayumedia Publishing; 2008.h.163-167.

7. Diunduh dari http://www.netterimages.com/image/5068.htm, 20 April 2011.

8. Netter, FH. Atlas of human anatomy. USA: Elsevier Inc; 2006.

9. Setiadi. Anatomi dan fisiologi manusia. Yogyakarta:graha ilmu;2007. h. 207-38.

10. Watson.R.Anatomi dan fisiologi untuk perawat.Edisi 10.Jakarta : EGC, Jakarta;2002

11. Broom B. Anatomi fisiologi. Jakarta; EGC; 2002.h.44-87.

12. Nelson DL, Cox MM. Lehninger principles of biochemistry. New York; Oxford

University Press: 2008.p.75-115.

13. Irawan Daniel. Melatonin. Diunduh dari: http://www.waspada.co.id/index2.php?

option=com_content&do_pdf=1&id=18217, 25 april 2011.

14. Prasadja Andreas. Ayo bangun! Dengan bugar karena tidur yang benar. Jakarta:

Hikmah; 2009. h.9-10

15. Tan Hoan Tjay, Rahardja Kirana. Obat-obat penting: khasiat, penggunaan dan efek-

efek sampingnya. Edisi ke-6. Jakarta: Gramedia; 2007. h.679.