divertikulosis
DESCRIPTION
pembahasan dan tinjauan pustakaTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat perlindungan serta
penyertaannya, penulis dapat menyelesaikan tulisan mengenai bubungan irama sirkadian
tubuh dan rasa kembung ini.
Dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis banyak mendapatkan hambatan. Namun
berkat bantuan banyak pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Tidak lupa
penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
mendukung dan memberikan arahan yang membangun dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak yang akan membaca tulisan
ini. .
Jakarta, 1 Mei 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap hari, manusia melakukan banyak sekali aktivitas. Dalam kesehariannya, tanpa
disadari, di dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel saraf sedang bekerja untuk menunjang
kehidupan ini. Saraf adalah bagian penting dalam tubuh manusia yang mengatur jalannya
segala kegiatan yang terjadi. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa saraf terlibat pada setiap
aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak melibatkan
saraf, baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
Pusat kerja atau penggerak saraf ada pada otak. Otak manusia bisa disamakan dengan
mesin pada kendaraan bermotor. Tanpa mesin, kendaraan tidak akan ada fungsinya walaupun
komponen-komponen lain telah tersedia. Sama halnya dengan otak manusia, otak
mengendalikan kerja tubuh seperti mesin yang selalu bekerja dalam sadar dan ketidaksadaran
manusia.
Walaupun pusat kehidupan dikendalikan otak serta komponen-komponen lain seperti
yang telah disebutkan diatas, terdapat banyak hal lain yang mempengaruhi kualitas kehidupan
manusia. Misalnya saja, walaupun mungkin tidak ada kerusakan yang berarti didalam tubuh
manusia, banyak faktor dari luar juga mempengaruhi hal tersebut. Misalnya faktor
lingkungan, keadaan lingkungan yang berubah-rubah juga sangat berpengaruh pada
kestabilan fungsi tubuh manusia.
Tidur juga merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang.
Dengan beristirahat dan tidur yang cukup, tubuh dapat kembali berfungsi secara optimal.
Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang
bervariasi, perubahan proses fsiologis tubuh,dan penurunan respons terhadap stimulus
eksternal. Dengan tidur, manusia mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas,
mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi
saat hendak melakukan aktivitas kembali.
Pentingnya mempelajari hubungan antara kerja otak, saraf serta bagaimana pengaruh
eksogen dan adanya irama biologis tubuh akan membantu manusia untuk lebih banyak tahu
tentang bagaimana cara menjaga kesehatan agar selalu berada dalam keadaan baik.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan serta mengenal
lebih dalam mengenai apa itu saraf, bagaimana kerja jaringannya serta bagaimana
hubungannya dengan irama biologis yang ada pada setiap manusia, agar manusia dapat lebih
mengenal aktifitas dan kemampuan tubuhnya dengan lebih baik sehingga selalu berada pada
kondisi yang sehat.
1.3 Rumusan Masalah
Skenario:
Seorang laki-laki datang ke Puskesmas dengan keluhan rasa kembung sejak 3 hari
yang lalu. Dari anamnesa diketahui bahwa ia baru diterima bekerja sebagai satpam. Dan
minggu lalu ia mendapat giliran jaga malam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan jantung dan
paru-paru dalam keadaan baik.
Dari skenario diatas, hal-hal yang menjadi rumusan masalah adalah:
a. Seorang bapak mengalami kembung selama 3 hari berturut-turut.
b. Bapak tersebut sebelumnya mendapat giliran jaga malam untuk menjalankan tugasnya
sebagai satpam.
1.4 Hipotesis
Kesimpulan sementara yang dapat diambil ialah kembung yang dialami satpam diakibatkan
jaga malam yang berpengaruh pada perubahan irama biologis tubuhnya (irama sirkadian)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jaringan saraf
Dalam pembahasan selanjutnya akan ada banyak hal yang akan dibahas mengenai
saraf atau neuron. Pertama-tama harus diketahui terlebih dahulu mengenai apa itu neuron.
Seperti yang telah diketahui, manusia memiliki empat jaringan penting sebagai penyusun
tubuh. Jaringan-jaringan tersebut adalah jaringan epitel, jaringan otot, jaringan ikat, dan yang
terakhir adalah jaringan saraf.
Sistem saraf dibentuk oleh jaringan saraf yang terdiri dari beberapa macam sel.
Komponen utamanya adalah sel saraf atau neuron didampingi oleh sel glia sebagai sel
penunjang. Neuron atau sel saraf adalah sejenis sel dalam tubuh yang bertanggung jawab atas
reaksi, transmisi, dan proses pengenalan stimuli; merangsang aktifitas sel-sel tertentu dan
melepas neurontransmitter.1
Secara sederhana, neurosains adalah ilmu yang khusus mempelajari neuron (sel saraf).
Sel-sel saraf ini yang menyusun sistem saraf, baik susunan saraf pusat (otak dan saraf tulang
belakang) maupun saraf tepi (31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf kepala). Sel saraf
sendiri bukan merupakan unit terkecil, unit terkecil yang diketahui adalah sinapsis yaitu titik
pertemuan 2 sel saraf yang memindahkan dan meneruskan informasi. Bahkan, ini
berlangsung pada tingkat molekuler, seperti gen-gen. Semua yang berlangsung di tingkat
sinapsis menjadi dasar dari sensasi, persepsi, proses belajar dan memori, dan kesadaran. Otak
merupakan komponen fisik dan fungsional yang mendasari proses belajar. Pengetahuan
tentang otak tidak saja penting dalam proses pembelajaran tetapi keseluruhan dalam proses
pendidikan.2
Untuk mempelajari mengenai apa itu jaringan saraf serta bagaimana jaringan ini
bekerja untuk mengendalikan kehidupan manusia, terdapat dua garis besar sudut pandang
yaitu secara makroskopis yang dilihat secara anatomi kemudian sudut pandang secara
mikroskopis yang dilihat dari sudut pandang histologi. Untuk pembahasan selanjutnya, akan
dilihat satu persatu, baik secara makro maupun mikro dari jaringan saraf ini.
2.1.1 Struktur Mikroskopis Jaringan Saraf1,3,4
Susunan saraf manusia merupakan sistem yang paling kompleks di dalam tubuh
manusia dan dibentuk oleh jaring-jaring yang tersusun lebih dari 100 juta sel saraf (neuron),
dan ditunjang oleh sel glia dengan jumlah yang lebih besar. Setiap neuron rata-rata memiliki
sekurangnya seribu hubungan dengan neuron lain dan membentuk sistem yang sangat
kompleks untuk berkomunikasi.
Neuron berkelompok seperti sirkuit. Seperti halnya sirkuit listrik, sirkuit saraf
merupakan kombinasi unsur yang sangat spesifik yang membentuk sistem dengan berbagai
ukuran dan kompleksitas. Meskipun sirkuit saraf dapat berjumlah tunggal, pada sebagian
besar keadaan, sirkuit ini merupakan kombinasi dari dua atau lebih sirkuit yang berinteraksi
untuk berfungsi. Suatu fungsi saraf merupakan seperangkat proses yang terkoordinasi, dan
bertujuan menghasilkan sesuatu. Sebuah sistem elementer dapat dikombinasi membentuk
suatu sistem yang lebih rumit.
Secara struktural, jaringan saraf terdiri atas dua jenis sel yaitu sel saraf atau neuron
yang umumnya memiliki banyak cabang panjang. Ada pula sel glia yang memiliki cabang-
cabang pendek, menyangga dan melindungi neuron, dan ikut serta dalam aktifitas saraf,
nutrisi saraf dan proses pertahanan susuana saraf pusat.
Neuron berespon terhadap perubahan lingkungan (stimulus) dengan mengubah
potensial listrik yang terdapat antara permukaan dalam dan luar dari membran. Sel-sel
dengan ciri ini (misalnya neuron, sel otot dan sejumlah sel kelenjar) dapat dirangsang.
Neuron bereaksi langsung terhadap rangsangan disertai modifikasi potensial listrik yang
mungkin terbatas pada tempat penerima rangsang atau dapat tersebar ke seluruh neuron
melalui mebran plasma. Penyebaran ini yang disebut potensial aksi atau impuls saraf.
Potensial aksi ini sanggup menempuh jarak jauh, impuls ini antara lain meneruskan informasi
ke neuron lain, ke otot dan kelenjar.
Dengan menciptakan, menganalisis, mengenali dan mengintegrasi informasi, susunan
saraf memiliki dua golongan fungsi yang besar, yaitu menstabilkan kondisi intrinsik
organisme (misalnya tekanan darah, kadar O2 dan CO2, pH, kadar glukosa darah, dan kadar
hormon) agar berada dalam batas normal. Kemudian fungsi lainnya adalah mengatur pola
perilaku., misalnya makan, reproduksi dan interaksi dengan makhluk hidup lain.
Jaringan saraf berkembang dari ektoderm embrional yang diinduksi untuk
berkembang oleh korda dorsalis dibawahnya. Pertama, terbentuk lempeng saraf, kemudian
tepi lempeng melebar membentuk alur neural. Tepian alur akhirnya mendekat untuk
membentuk tuba neural. Struktur ini membentuk seluruh susunan saraf pusat yang meliputi
neuron, sel glia, sel ependim dan sel epitel pleksus koroidalis.
Sel-sel berada lateral dari alur neural membentuk krista neural. Sel-sel ini mengalami
migrasi jauh dan ikut membentuk susunan saraf tepi, dan beberapa struktur lain. Turunan
krista neural mencakup:
(a) sel kromatin medulla adrenal
(b) melanosit kulit dan jaringan sub kutan.
(c) odontoblas
(d) sel-sel piamater dan arachnoid
(e) neuron sensortik di ganglia sensorik kranial dan spinal
(f) Neuron pasca ganglion di ganglia simpatis dan parasimpatis
(g) sel schwann di akson perifer
(h) sel satelit di ganglia perifer.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Sel saraf atau neuron berfungsi sebagai
penerima, penerus dan pemoroses stimulus, memicu aktifitas sel tertentu dan pelepasan
neurotransimitter dan molekul informasi lainnya.
Suatu neuron berbentuk menyerupai gel dan sangat rentan,. Dibagian dalam neuron
tersebut diperkuat oleh adanya neurofilament atau neurofibril yang berperan sebagai rangka
atau sitoskeleton. Disamping berfungsi untuk memperkuat sel saraf yang aksonnya sering
panjang sekali, komponen neurofibril berupa mikrotubul juga berperan dalam menghantarkan
bahan metabolisme yang diteruskan sampai ujung axon dan mengangkut bahan untuk
regulasi neurotransmitter dari sinaps.
Axon yang panjang dari sel saraf yang besar terlindungi oleh selubung myelin.
Serabut saraf yang terkecil tidak memiliki selubung myelin seperti yang dimiliki oleh serabut
besar. Di sistem saraf perifer, selubung myelin ini dibentuk oleh sel schwann, sedangkan di
sistem saraf pusat, oleh oligodendrosit. Selubung myelin berperan dalam mengisolasi suatu
sel saraf sehingga impuls suatu neuron tidak mempengaruhi neuron didekatnya. Pada bayi,
pembentukkan selubung myelin itu belum sempurna sehingga ketika dirangsang akan terlihat
mass refleks.
Sepanjang axon, selubung myelin terputus-putus. Celah diantara dua bagian selubung
yang terputus dinamakan nodus ranvier. Impuls atau rangsangan pada suatu neuron yang
diteruskan suatu axon yang bermyelin akan disalurkan dengan cepat karena berlangsung
dengan melompat dari satu nodus ranvier ke nodus lainnya. Pada serabut yang tidak
bermyelin impuls dialirkan, dengan menjalar sepanjang axon. Dengan perbedaan mekanisme
penjalaran impuls, seperti itu, kecepatan penjalaran impuls melalui serabut saraf yang besar
jauh lebih cepat daripda kecepatan pada serabut yang kecil.
Kebanyakan neuron terdiri dari 3 bagian.yaitu:
a. Dendrit yang merupakan cabang panjang yang dikhususkan untuk menerima
stimulus, dari lingkungan sel-sel epitel sensorik, atau dari sensoris lain.
b. Badan sel, atau perikarion yang merupakan pusat trofik untuk keseluruhan sel
saraf dan juga berfungsi menerima stimulus.
c. Akson yang merupakan suatu cabang tunggal yang dikhususkan untuk
menciptakan atau menghantarkan impuls saraf ke sel-sel lain (sel saraf, sel otot,
dan sel kelenjar).
Akson dapat pula menerima informasi dari neuron lain. Informasi ini terutama
memodifikasi transmisi potensial aksi ke neuron lain. Bagian distal dari akson umumnya
bercabang dan dan membentuk ranting-ranting terminal. Setiap cabang ranting berakhir pada
sel berikutnya berupa pelebaran yang disebut bulbus akhir, yang berinteraksi dengan neuron
atau sel selain neuron untuk membentuk struktur yang disebut sinaps. Sinaps meneruskan
informasi ke neuron lainnya dalam sirkuit.
Gambar1. Struktur Umum Neuron
Berdasarkan berbagai karakternya, kebanyakan neuron dapat digolongkan ke dalam
salah satu dari kategori berikut.
I. Neuron diklasifikasikan secara fungsional berdasarkan arah transmisi
impulsnya, sebagai berikut:
a) Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor kulit,
organ indra, atau suatu organ internal ke SSP.
b) Neuron motorik, menyampaikan impuls dari SSP ke efektor
c) Interneuron (neuron yang berhubungan), ditemukan dalam keseluruhan
SSP. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau
menyampaikan informasi ke interneuron lain.
II. Neuron diklasifikasikan secara structural berdasarkan jumlah prosesusnya,
yaitu sebagai berikut:
a) Neuron multipolar, memiliki satu akson dan dua dendrit atau lebih.
Sebagian besar neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla
spinalis masuk dalam golongan ini.
b) Neuron bipolar, memiliki satu akson dan satu dendrit. Neuron ini
ditemukan pada organ indera, seperti mata, telinga, dan hidung.
c) Neuron unipolar (pseudounipolar), kelihatannya memiliki sebuah proses
tunggal, tetapi neuron ini sebenarnya bipolar. Kedua prosesus (akson dan
dendrite) berfusi selama perkembangan menjadi satu batang tunggal yang
bercabang untuk membuat bentuk Y. Semua neuron sensorik (aferen)
pada ganglia spinal, termasuk dalam pseudounipolar. Prosesus neuron
pseudounipolar yang membawa pesan sensasi ke badan sel terlihat secara
structural seperti akson, tetapi secara fungsional berperan sebagai dendrit.
neuron unipolar memiliki sebuah prosesus tunggal. Neuron ini terdapat
pada embrio dan dalam fotoreseptor mata.
III. Sel neuroglial (sel glia)
Sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan pada SSP berfungsi sebagai
jaringan ikat. Tidak seperti neuron, sel neuroglial dapat menjalani mitosis
selama rentang kehidupannya dan bertanggung jawab atas terjadiya tumor
saraf. Adapun jenis-jenis sel neuroglial adalah sebagai berikut:
a) Astrosit, adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah
prosesus panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapiler darah
melalui ‘pedikel’ atau kaki vaskular. Sel ini merupakan penopang
structural dan mengatur transport materi di antara darah dan neuron.
Astrosit dibagi dua, yaitu astrosit fibrosa terletak di subtansi putih otak
dan medulla spinalis, dan astrosit protoplasma ditemukan pada substansi
abu-abu.
b) Oligodendrolia (oligodendrosit), meyerupai astrosit, tetapi badan
selnya kecil dan jumlah prosesnya lebih sedikit dan lebih pendek. Bagian
ini membentuk myelin untuk melapisi akson dalam SSP.
c) Mikroglia ditemukan di dekat neuron dan pembulu darah, dan
memiliki peran fagosit. Sel glia berukuran kecil dan prosesusnya lebih
sedikit dari jenis glia lainnya.
d) Sel ependimal membentuk membrane epithelial yang melapisi rongga
serebral (otak) dan rongga medulla spinalis.
Gambar 2. Jenis neuroglia
Selama pematangan neuron pseuunipolar berlangsung, serabut-serabut sentral (akson)
dan perifer (dendrit) menyatu menjadi serabut tunggal. Pada neuron ini, badan sel agaknya
tidak terlibat dalam penghantaran impuls, meskipun mensintesis banyak molekul, termasuk
neurotransmitter yang bermigrasi ke perifer.
Kebanyakan neuron ditubuh adalah multipolar. Neuran bipolar ditemukan di ganglia
koklear dan vestibular serta di retina dan mukosa olfaktorius. Neuron pseudounipolar
ditemukan di ganglia spinal (ganglia sensoris dalam kornu dorsalis saraf spinal), nueron ini
juga banyak terdapat di ganglia kranialis.
Kebanyakan neuron hanya mempunyai satu axon,, sangat sedikit yang sama sekali
tidak memilikinya. Axon mungkin pendek, atau sangat panjang. Panjang axon sel motoris
medulla spinalis yang mengurus otot kaki mungkin mencapai satu meter.
Pada neuron yang mempunyai axon berlapis myelin bagian yang tidak ditutup myelin
antara badan sel dengan bagian axon pertama yang tertutup myelin dinamakan segmen inisial
(initial segment). Lokasi tersebut mempunyai impuls inhibisi maupun eksitasi yang
memengaruhi suatu neuron sekaligus menentukan untuk meneruskan suatu aksi potensial
(impuls) atau tidak.
2.1.2 Struktur Makroskopis Jaringan saraf5-8
Dalam mempelajari saraf manusia, saraf dapat dilihat secara makroskopis atau secara
susunan anatomisnya. Pembagian saraf secara anatomis dimulai dari pembagian menjadi
sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari cerebrum,
cerebellum, batang otak dan medulla spinalis. Sedangkan sistem saraf perifer terdiri atas
sistem saraf somatic dan sistem saraf otonom.
Gambar 3. Skema Susunan Saraf
Sistem saraf pusat dimulai dari
cerebrum atau otak besar. Cerebrum adalah
bagian depan yang paling menonjol dari otak
depan. Otak besar terdiri dari dua belahan,
yaitu belahan kiri dan kanan. Setiap belahan
mengatur dan melayani tubuh yang
berlawanan, belahan kiri mengatur tubuh
bagian kanan dan sebaliknya. Jika otak
belahan kiri mengalami gangguan maka
tubuh bagian kanan akan mengalami
gangguan, bahkan kelumpuhan.
Otak besar merupakan pusat saraf utama, karena memiliki fungsi yang sangat penting
dalam pengaturan semua aktivitas tubuh, khususnya berkaitan dengan kepandaian
(inteligensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Secara terperinci, aktivitas
tersebut dikendalikan pada daerah yang berbeda.
Di depan celah tengah (sulkus sentralis) terdapat daerah motor yang berfungsi
mengatur gerakan sadar. Bagian paling bawah pada korteks motor tersebut mempunyai
hubungan dengan kemampuan bicara. Daerah Anterior pada lobus frontalis berhubungan
dengan kemampuan berpikir. Di belakang (Posterior) sulkus centralis merupakan daerah
sensori. Pada daerah ini berbagai sifat perasaan dirasakan kemudian ditafsirkan. Daerah
pendengaran (auditori) terletak pada lobus temporal. Di daerah ini, kesan atau suara diterima
dan diinterpretasikan. Daerah visual (penglihatan) terletak pada ujung lobus oksipital yang
menerima bayangan dan selanjutnya bayangan itu ditafsirkan. Adapun pusat pengecapan dan
pembau terletak di lobus temporal bagian ujung anterior.
Setelah itu susunan saraf pusat dilanjutkan dengan otak kecil (cerebellum) yang
berbentuk seperti dua tonjolan yang berada di bagian kaudal dari otak secara keseluruhan.
Permukaan cerebellum juga berlipat-lipat seperti cerebrum. Bedanya, pada cerebellum
lipatannya lebih kecil dan lebih teratur. Lipatan tersebut diberi nama folia cerebelli.
Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak
kecil hampir sama dengan otak besar yang terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar
berwarna kelabu (substansia grisea) dan lapisan dalam berwarna putih atau lebih terang
(substansia alba). Otak kecil berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan berperan
juga pada koordinasi kerja otot.
Setelah cerebellum, susunan saraf pusat dilanjutkan dengan brainstem atau batang
otak. Batang otak tersusun dari medula oblangata, pons, dan otak tengah. Batang otak
terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara otak besar
dan otak kecil. Batang otak terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam dan luar berwarna
kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar berwarna putih, berisi neurit dan
dendrit. Fungsi dari batang otak adalah mengatur refleks fisiologis, seperti kecepatan napas,
denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak disadari.
Medulla spinalis merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang letaknya kaudal dari
batang otak ini berada di dalam canalis vertebralis, memanjang dari foramen magnum di os
occipital hingga ke vertebrae lumbalis 2. Bentuk dari medulla spinalis secara keseluruhan
dangat mirip dengan lembing atau tombak. Diameter secara anteroposteriornya lebih kecil
dari diameter lateral sehingga bentunya relatif pipih. Pada beberapa tempat, medulla spinalis
berbentuk lebih terbal karena konsentrasi sel saraf yang lebih besar.
Sedangkan jika dilihat dari potongan horizontalnya, medulla spinalis mempunyai
gambaran yang bewarna gelap dan terang dengan lingkaran yang dibentuk oleh canalis
vertebralis. Pada daerah yang bewarna lebih gelap didapati gambaran yang mirip dengan
kupu-kupu yang bernama subtansia grisea. Sedangkan yang lebih terang bernama subtansia
alba.
Sistem saraf perifer pertama terdiri dari sistem saraf somatik. Sistem saraf somatis
terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf sumsum tulang belakang. Kedua
belas pasang saraf otak akan menuju ke organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan
kulit. Saraf sumsum tulang belakang keluar melalui sela-sela ruas tulang belakang dan
berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki, tangan, dan otot lurik.
Akan dikenalkan lebih jauh mengenai 12 pasang saraf otak atau nervi craniales,
yaitu sbb:
Nervus Olfactorius yang merupakan nervus I. Saraf ini adalah saraf otak yang
paling pendek yang berperan dalam menerima sensasi penciuman. Saraf ini
berpangkal pada bagian atas cavitas nasi, menembus lamina cribosa, dan berakhir
pada bulbus olfaktorius. Perlu diperhatikan bahwa sensasi penciuman tidak
melibatkan thalamus.
Nervus Opticus yang merupakan nervus II, pada pertumbuhan embrio terlihat
sebagai penonjolan telensephalon. Nervus optikus berpangkal pada reseptor di
retina yang terdapat di dalam bola mata (bulbus oculi), keluar dari bulbus oculi
melalui discus nervi optici lalu mencapai canalis optikus. Setelah melewati
lubang itu, serabut dari mata kiri dan mata kanan bergabung menyilang garis
tengah sebagai chiasma opticum. Nervus opticus mengandung serabut sensoris
penglihatan dari satu bola mata, sedangkan traktus opticus mengandung serabut
sensoris penglihatan dari satu lapang pandangan pada dua bola mata. Area
brodmann 17 hanya menerima sensasi penglihatan dan untuk mengenal apa yang
dilihat, impuls diteruskan ke area penglihatan sekunder atau korteks asosiasi pada
area brodmann 18 dan 19.
Nervus Okulomotoris yang merupakan Nervus III yang adalah saraf penggerak
bola mata yang utama dan mempunyai nuclei di mesensephalon. Oleh saraf ini,
diatur kontraksi sebagian besar otot penggerak bola mata, serta refleks pupil dan
proses akomodasi.
Nervus trochlearis yang merupakan Nervus IV mempunyai nukleus motoris di
mesensephalon yang merupakan satu-satunya saraf otak yang meninggalkan
batang otak dari bagian posterior. Nukleusnya terletak di substansia grisea ventral
terhadap aqueductus cerebri pada posisi sejajar dengan colliculus inferior.
Serabutnya menuju kearah posterior menyilang garis tengah sebelum
meninggalkan jaringan mesensephalon. Nukleus ini juga menerima impuls dari
korteks cerebri bilateral dan berhubungan dengan nucleus nervi okulomotorius
melalui FLM.
Nervus trigeminus yang merupakan nervus V merupakan saraf sensoris kepala
yang utama disertai komponen motoris yang kecil untuk otot mastikasi (otot
pengunyah). Saraf ini masuk dan keluar dari pons bagian anterior. Serabut saraf
perifer dari nervus trigeminus terdiri atas nervus opthalamicus, nervus
maxillaries, dan nervus mandibularis. Ketiga serabut saraf sensoris itu mencapai
ujung pars petrosa ossis temporalis, dan bersatu pada ganglion trigeminale.
Nervus ke-V ini dapat ditelusuri mulai dari cavitas orbitalis dan mausk cavitas
cranii melalui fissura orbitalis superior mencapai sinus cavernosus.
Nervus abducens atau nervus VI merupakan saraf yang mengurus rectus lateralis
mata dan mempunyai nukleus motoris di pons bagian bawah, meninggalkan
batang otak pada perbatasan pons dan medulla, lalu memasuki sinus cavernosus
untuk selanjutnya menuju cavitas orbitalis melalui fissura orbitalis superior. Saraf
ini mengurus musculus rectus lateralis, yakni salah satu otot ekstrinsik bola mata.
Nervus facialis yang merupakan nervus VII mempunyai tiga komponen, yaitu (1)
komponen motoris yang mengurus otot mimik muka, (2) komponen sensoris
khusus untuk pengecapan yang berhubungan dengan nuclei traktus solitarii, dan
(3) komponen parasimpatis dari nucleus salivatorius superior. Di pons, serabut
nervus fasialis mengitari nucleus nervi abducentis dan membentuk genu nervi
facialis. Akibatnya, terbentuk penonjolan pada dasar ventrikulus quartus yang
dikenal sebagai colliculus facialis. Komponen motoris nervus facialis yang
mengurus otot wajah diatas mata berbeda dari bagian wajah dibawah mata.
Bagian atas menerima serabut kortikal dari cortex cerebri bilateral, sedangkan
bagian bawah dari cortex cerebri kontralateral saja.
Nervus vestibulocochlearis yang merupakan nervus VIII ini mempunyai beberapa
nama lain seperti nervus octavus, dan nervus statoacusticus (menunjukkan
fungsinya mengurus pendengaran dan keseimbangan), sedangkan nama yang
diberlakukan sekarang adalah nervus vestibuloccochlearis disesuaikan dengan
nama bagian-bagiannya berupa nervus cochlearis (untuk pendengaran).
Nervus glossopharyngeus yang merupakan nervus IX ini mempunyai komponen
motoris yang mengurus otot-otot pharynx, komponen sensoris untuk sensai
pengecapan, dan komponen parasimpatis. Disamping itu juga serabut sensoris
somatis yang berasal dari nucleus spinalis nervi trigemini.
Nervus vagus yang merupakan nervus X merupakan saraf terpanjang., terutama
berupa saraf parasimpatis disamping mengandung komponen motoris dan
sensoris somatis. Komponen parasimpatis saraf itu berpangkal pada nucleus
dorsalis nervi vagi di medulla oblongata dekat dasar ventrikulus quartus.
Serabutnya meninggalkan batang otak lewat sulcus posterolateralis caudal
terhadap nervus glossopharyngeus. Serabut parasimpatis ini mengurus banyak
organ vicera di leher dan tubuh sampai organ yang embryologis berasal dari
peralihan mid-gut dan hind-gut. Komponen sensoris berkaitan dengan fungsi
pengecapan dibagian belakang cavitas oris. Serabut saraf untuk fungsi ini
mempunyai badan sel dan ganglion inferius dekat foramen jugulare. Komponen
sensoris umum serabut saraf ini mempunyai badan sel di ganglion superius dan
berhubungan dengan nucleus spinalis nervi trigemini. Saraf ini dapat ditemukan
di leher bersama arteria carotis interna dan vena jugularis interna di dalam vagina
carotica.
Nervus accessorius yang merupakan saraf XI mempunyai radix cranialis dari
nucleus ambiguus dibatang otak dan radix spinalis dari nucleus nervi accessorii di
medula spinalis segmenta servicalia bagian atas. Serabut spinanya memasuki
foramen magnum dan bergabung dengan komponen cranial, lalu keluar bersama-
sama meninggalkan cavitas cranii melalui foramen jugulare. Setelah keluar dari
foramen itu, komponen cranial meninggalkan komponen spinal bergabung
dengan nervus vagus untuk mengurus otot intrinsik larynx. Komponen spinal
menuju trigenum colli posterior mengurus musculus trapezius dan musculus
sternocleidomastoideus.
Nervus hypoglossus yang merupakan saraf XII yaitu saraf untuk lidah yang
emmpunyai badan sel pada nucleus nervi hypoglossi. Serabutnya meninggalkan
batang otak pada sulcus anterolateralis untuk selanjutnya memasuki canalis nervi
hipoglossi di dekat foramen magnum. Nervus ini mempunyai hubungan kortikal
bilateral dengan unsur dominan berasal dari cortex cerebri kontralateral. Serabut
nervus hypoglossus ini letaknya sangat berdekatan dengan saraf spinal dari
segmen cervical atas yang membentuk ansa cervicalis.
Gambar 3. Gambaran 12 pasang nervi craniales
Kemudian, ada 31 pasang saraf spinal yag terdiri dari ribuan srabut saraf, dengan
rincian sebagai berikut:
a. 8 pasang nervi cevicalis
b. 12 pasang nervi thoracales
c. 5 pasang nervi lumbal
d. 5 pasang nervi sacralis
e. 1 pasang coccygeales
2.2 Sistem saraf Otonom
Sesuai dengan namanya, sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf yang
mengatur bagian atau organ tubuh tanpa diatur secara sadar atau tanpa melalui proses
kesadaran. Sistem saraf ototnom ini sering disebut juga sistem saraf visceral karena sistem
tersebut memang terutama mengurus organ-organ visceral dan pembuluh darah.
Sistem saraf otonom dibangun oleh neuron-neuron eferen, baik yang mempersarafi
otot-otot involunter dinding organ, seperti gaster, usus halus, kandung kemih, jantung dan
pembuluh darah maupun yang mempersarafi kelenjar seperti hati, pankreas, dan ginjal.
Sebenranya, selain serabut eferen, terdapat pula serabut-serabut aferen, tetapi jumlahnya
sangat kecil, sehingga organ-organ internal jadi kurang sensitif. Sebagai akibatnya, bila ada
penyakit yang menyerang neuron arefen, hal itu tidak menyebabkan nyeri dan nyeri terjadi
bila proses peradangan tersebut sampai mengenai membran pembungkus organ tersebut.
Di sususnan saraf tepi, serabut-serabut saraf berkelompok sebagai berkas untuk
membentuk saraf, kecuali beberapa saraf yang sangat tipis yang terdiri dari serabut tak
bermyelin, saraf memiliki penampakan mengkilap, homogen dan keputihan karena
mengandung myelin dan kolagennya.
Terdapat ganglia otonom yang tampak sebagai pelebaran bulat pada saraf ototnom.
Beberapa ganglia berada di organ-organ tertentu, terutama di dinding saluran cerna
membentuk ganglia intramural. Ganglia ini tidak memiliki simpai jaringan ikat dan sel-selnya
ditopang oleh stroma organ tempat ganglia ini berada.
Ganglia ototnom umumnya mempunyai neuron multipolar, seperti halnya dengan glia
kraniospinalis, ganglia otonom memiliki perikarion neuron dengan badan nissl halus. Selapis
sel satelit juga seringkali membungkus neuron ganglia otonom. Pada ganglia intramular,
hanya terlihat sedikit sel satelit disekitar masing-masing neuron.
Sistem saraf otonom berhubungan dengan pengendalian otot polos, sekresi beberapa
kelenjar seperti yang telah disebutkan diatas, dan juga sangat berhubungan dengan modulasi
irama jantung. Fungsinya adalah menyelaraskan aktifitas tertentu di tubuh dan
mempertahankan lingkungan internal yang konstan (homeostatis). Meskipun sistem saraf
ototnom menurut definisinya adalah sistem saraf motorik, serabut-serabut yang menerima
sensasi dari bagian dalam organisme, menyertai serabut-serabut motorik dari sistem saraf
ototnom.
Istilah “otonom”, sebenarnya tidak terlalu tepat, meski telah dipakai secara luas.
Sebab, kebanyakan fungsi sistem saraf otonom tidak sepenuhnya bersifat otonom, sistem ini
disusun dan diatur di SSP. Konsep sistem saraf otonom terutama bersifat fungsional. Secara
anatomis, sistem otonom terdiri atas kumpulan sel saraf yang terdapat di susunan saraf pusat,
serabut-serabut saraf yang keluar dari susunan saraf pusat melalui saraf cranial atau spinal,
dan ganglia saraf yang terletak pada jalur serabut-serabut ini. Istilah otonom mencakup
semua unsur saraf yang berkaitan dengan fungsi visceral. Bahkan, fungsi otonom juga
bergantung pada susunan saraf pusat seperti halnya neuron motorik yang memicu kontraksi
otot.
Sistem saraf otonom adalah jaringan neuron-ganda. Neuron pertama dari rantai
otonom terletak di SSP. Aksonnya membentuk sinaps dengan neuron multipolar kedua dalam
rantai yang terletak di ganglion sistem saraf tepi. Serabut-serabut saraf (akson) dari neuron
pertama disebut serabut praganglion. Akson dari neuron kedua ke efektor, otot atau kelenjar
disebut serabut pascaganglion. Mediator kimia yang terdapat dalam vesikel sinaptik dari
semua ujung praganglion dan pada ujung pascaganglion parasimpatis adalah asetilkolin yang
dilepaskan dari ujung saraf oleh impuls saraf.
Sistem saraf ototnom terdiri atas sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis
yang akan berperan sama pentingnya di dalam tubuh manusia.
2.2.1 Sistem Saraf simpatis1.9.10
Sistem simpatis bermanfaat untuk mempersiapkan tubuh atau organ tubuh
menghadapi situasi yang membutuhkan energi. Sistem simpatis dikenal sebagai sistem yang
katabolik karena fungsinya yang lebih mengarah pada pengaturan energi.
Pusat sistem saraf simpatis terdapat di cornu lateralis medulla spinalis sepanjang
segmenta thoracolumbalia, yaitu disemua segmenta thoracica dan segmenta lumbalia satu
sampai tiga. Serabut efferent yang berasal dari cornu lateralis keluar bersama serabut motoris
lain dari cornu anterior sebagai suatu rani communicans alba. Setelah meninggalkan foramen
intervertebrale, rami communicans alba akan mencapai truncus sympaticus. Truncus
sympaticus ini terdapat sepanjang columna vertebralis kiri-kanan vertebra cervicalis pertama
sampai dengan vertebra sacralis lima.
Serabut pertama atau rami communicans alba itu dinamakan serabut preganglioner.
Sebagian besar serabut ini mengalami synapse di sepanjang truncus sympathicus. Dengan
memerhatikan letaknya terhadap columna vertebralis, synapse itu dikenal sebagai ganglion
para-vertebrale. Oleh karena pusat sistem sympatis hanya terletak di segmenta
thoracolumbalia, sedangkan truncus sympaticus memanjang dari vertebra cervicalis pertama
sampai vertebra sacral terakhir., tentu ada serabut saraf yang naik ke wilayah cervical atau
turun ke wilayah sacral.
Serabut yang berpusat pada segmenta thoracica pertama sampai keempat mengirim
cabang serabut yang menuju wilayah cervical membentuk ganglion cervicalis media, dan
ganglion cervicalis inferior. Serabut yang berasal dari ketiga ganglion itu selanjutnya
mengurus jantung, paru-paru dan organ-organ lain. Di pihak lain, segmenta lumbalia juga
mengirim serabut yang menuju truncus sympaticus di wilayah sacral mempersarafi organ di
pelvis.
Setelah synapse, serabut yang berikutnya dinamakan serabut poetganglioner. Serabut
postganglioner simpatis ini merupakan suatu rami communicans grisea, meninggalkan
truncus sympaticus bergabung dengan serabut saraf spinal lain menuju target organ. Serabut
postganglioner mengurus pembuluh darah, kelenjar keringat, dan musculus erector pilli di
kulit.
Sebagian serabut saraf simpatis tidak mempunyai synapse pada truncus sympaticus
tetapi pada beberapa ganglion yang terletak ventral terhadap columna vertebralis, yaitu
ganglion prevertebrale. Yang termasuk ganglion prevertebrale adalah ganglion coeliacum dan
ganglion mesenterica superior, keduanya dibentuk oleh nervus splanchnicus major yang
berasal dari segmen thoracalis sepuluh dan sebelas, dan ganglion mesenterica inferior yang
serabutnya berasal dari segmen lumbal. Perlu diperhatikan bahwa sesuai fungsinya kelenjar
suprarenalis menerima persarafan preganglioner simpatis.
Mediator kimia dari serabut pasca ganglion sistem simpatis adalah norepinefrin yang
juga diprosuksi oleh medulla adrenal. Serabut saraf yang membebaskan norepinefrin disebut
saraf adrenergik (kata yang berasal dari noradrenalin, nama lain untuk norepinefrin). Serabut
adrenergik mempersarafi kelenjar keringat, dan pembuluh darah otot rangka. Sel-sel medulla
adrenal membebaskan epinefrin epinefrin dan norepinefrin sebagai respon terhadap stimulasi
simpatis preganglion.
1.2.3.4.
Gambar 3. Sistem saraf simpatis
Dapat dilihat pada gambaran saraf simpatis pada gambar 3 bahwa posisi ganglion dan
pangkal serabut post-ganglioner terlihat bahwa saraf simpatis mempunyai serabut post-
ganglioner yang relatif panjang untuk mencapai target organnya. Serabut saraf simpatis untuk
organ di kepala berjalan bersama-sama cabang-cabang arteri carotis interna, dan selanjutnya
sebagian besar mencapai target organnya masing-masing dengan bergabung pada saraf otak
untuk organ yang bersangkutan.
2.2.2 Sistem Saraf parasimpatis1,9,10
Jika sistem simpatis berfungsi untuk mempertahankan energi di dalam tubuh, sistem
parasimpatis akan membantu tubuh mengembalikan energi, oleh karena itu sistem ini disebut
sebagai sistem yang anabolik.
Berbeda dari sistem saraf simpatis, sistem saraf parasimpatis mempunyai pusat di
batang otak dan segmenta sacralia kedua sampai keempat medulla spinalis. Nuclei
parasimpatis di batang terdiri atas nucleus edinger-westphal (nervus oculomotius), dan
nucleus salivatorius superior (nervus facialis), serta nucleus dorsalis vagi (nervus vagus).
Dari segmenta sacralia serabut sarafnya membentuk plexus pelvicus.
Sistem parasimpatis memiliki inti di medulla dan mesensephalon dan dibagian sacral
medula spinalis. Serabut preganglion keluar melalui 4 saraf kranial yaitu nervus III, VII, IX
dan X, dan juga melalui saraf sakral kedua, ketiga, dan keempat di medulla spinalis.
Karenanya, sistem saraf parasimpatis juga disebut divisi craniosacral sistem otonom.
Mediator kimia yang dibebaskan oleh ujung saraf preganglion dan pascaganglion dari
sistem parasimpatis, yaitu asetilkolin, mudah dinonaktifkan oleh asetilkolinesterase. Ini
merupakan salah satu alasan mengapa stimulasi parasimpatis memiliki kerja yang lebih jelas
terlokalisir daripada stimulasi simpatis.
Gambaran sistem parasimpatis dapat dilihat pada gambar berikut ini yang juga dapat
memperlihatkan perbedaan dengan sistem simpatis.
Gambar 3. Sistem saraf parasimpatis
Dapat dilihat bahwa sistem parasimpatis mempunyai serabut pertama atau
preganglioner yang relatif panjang dan serabut itu berakhir pada lokasi di dekat atau pada
target organ. Dengan demikian pada sistem saraf parasimpatis, ganglionnya terletak dekat
target-organ. Serabut postganglioner parasimpatis biasanya berupa serabut saraf tak
bermyelin. Neuron postganglion umumnya terdapat di dinding organ (mis: lambung, usus)
ketika serabut preganglion memasuki organ dan membentuk sinaps dengan neuron kedua
dalam sistem saraf ini.
Semua organ dalam dipersyarafi dua sistem saraf, saraf simpatis dan juga
parasimpatis. Kedua sistem saraf tersebut bekerja berlawanan. Saraf simpatis menstimulasi,
sedangkan parasimpatis menurunkan aktifitas organ.
Aktifitas parasimpatis akan mengurangi denyut jantung, menurunkan tekanan darah,
dan mengaktifkan sistem pencernaan makanan. Sebaliknya sistem simpatis akan
mempercepat denyut jantung meninggikan tekanan darah, dan lain-lain. Sesudah makan
misalnya, terjadi aktifitas parasimpatis yang mendukung proses pencernaan sehingga aliran
darah terutama ditujukan ke tractus gastrointestinalis. Pada saat yang sama, aktifitas
parasimpatis itu mengurangi efek sistem simpatis pada jantung sehingga denyutnya lebih
perlahan serta mengurangi aliran darah ke organ lain, (termasuk otak). Akibatnya, orang
tersebut akan merasa santai dan sering mudah tertidur karena ngantuk.
Ada kalanya sistem saraf otonom ini berhubungan sangat erat dengan sistem somatis.
Melalui rangsang penciuman yang diteruskan nervus olfactorius yang sebenarnya adalah
saraf sensorik somatis khusus, timbul sensasi yang menyebabkan aktifitas sekremotor berupa
sekresi liur dan sebagainya. Di pihak lain, ada pendapat bahwa sistem somatik sampai tingkat
tertentu dapat mengatur aktifitas saraf otonom.
Biasanya distribusi saraf otonom pada organ terjadi sebagai pasangan simpatis dan
parasimpatis secara bersama-sama. Akan tetapi ada juga saraf simpatis yang tidak didampingi
oleh saraf parasimpatis. Seperti pada pembuluh darah arteriole. Pasangan saraf simpatis
menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah dan relaksasinya berlangsung akibat
penurunan aktifitas simpatis itu sendiri.
Umumnya organ visceral disebelah atas diaphragma akan diaktifkan oleh sistem
simpatis, sedangkan organ tubuh yang terletak dibawah diaphragma akan diaktifkan oleh
sistem parasimpatis.
Saraf parasimpatis juga distimulasi oleh emosi yang menyenangkan. Akibatnya,
perasaan bahagia dan senang cenderung meningkatkan kerja sistem pencernaan mengingat
peran parasimpatis yang menstimulasi sistem pencernaan dan merangsang pengeluaran asam
lambung dan aktifitas peristaltik. Kerja sama yang melibatkan berbagai beberapa saraf dalam
mendukung sistem parasimpatis ini misalnya pada waktu kita melihat makanan yang
melibatkan saraf yeng mempersarafi mata kemudian mencium bau makanan yang melibatkan
kerja saraf yang mempersarafi alat pembau kemudian akan ada rangsangan lebih lanjut yang
akan meningkatkan pengeluaran asam lambung manusia yang menyebabkan timbulnya
keinginan untuk makan.
Beberapa perbedaan dari sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis, dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan sistem simpatis dan parasimpatis
Simpatik Parasimpatik
Pusat Thoraco-lumbal Cranio-sacral
Ganglion Dekat SSP
Ganglion berantai dan kolateral
Jauh dari SSP
Ganglion terminal
Neuron
preganglionik
Pendek Panjang
Neuron
postganglionil
Panjang Pendek
Keadaan tubuh Siaga dan waspada “fright, fight,
and flight”
Santai, relaksasi
Energi Pemakaian/pengeluaran Pemulihan/penyimpanan
Pengaruh kerja Luas tersebar di seluruh tubuh Terlokasi
Daya kerja Lama Singkat
2.3 Mekanisme Kimiawi Saraf
Dalam mekanisme saraf, terjadi juga proses-proses biokimia yang dapat ditinjau
secara mikroskopis. Mekanisme kimiawi saraf ini dibantu oleh struktur saraf yaitu akson dan
dendrit. Zat kimianya yang berperan yaitu neurotransmitter diproduksi oleh badan sel saraf
itu sendiri. Komunikasi antara sel saraf kebanyakan adalah melalui akson.
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain
dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di
dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi
neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis
disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk
sinapsis disebut post-sinapsis.
Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan
membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter berupa
asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls
dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.
Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di
seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin
yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel
pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada
reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan
tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh
membran post-sinapsis.
Sedangkan antara saraf motor dan otot terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan
membran pra-sinapsis dan membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang
mengelilingi sel otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya. Dari
penjelasan di atas dapat terlihat bahwa mekanisme biokimiawi saraf sangat tergantung pada
dua factor yaitu membran sel dan neurotransmitter itu sendiri.
Struktur membrane dalam tubuh manusia merupakan model fluid mosaic yang terdiri
dari komponen bilayer lemak, protein dan karbohidrat. Membrane sel yang bermuatan ini
memiliki peran sebagai reseptor dan transporter dalam mekanisme kerja tubuh. Demikian
pula adanya dengan sifat membrane saraf atau neuron. Membran neuron memiliki banyak
channel ion yang berfungsi dalam mekanisme kerja saraf dan dapat dirangsang oleh listrik.
Transport yang terjadi pada membrane berfungsi untu mempertahankan volume sel,
pH sel serta komposisi ion dalam sel. Namun yang akan dibahas adalah fungsi transport
membrane sebagai penyaluran impuls saraf ke otot. Transport membrane dapat berlangsung
secara aktif dan pasif. Transport aktif merupakan transport yang perlu energy, tidak
mengikuti gradient konsentrasi dan berjalan satu arah. Sedangkan transport pasif merupakan
transport yang tidak perlu energy, berlangsung mengikuti gradient konsentrasi dan berjalan 2
arah.
Selain itu transport membrane juga dapat diklasifikasikan menjadi tranpor mediated,
yaitu transport yang perlu protein pembawa dan tranpor non mediated yaitu transport yang
tidak perlu protein pembawa. Contoh transport membrane adalah jenis facilitated diffusion
yang merupakan jenis transport pasif mediated yang terjadi pada gated channel. Sedangkan
transport pompa merupakan jenis mediated aktif yang teradi pada pompa Na pada mekanisme
terjadinya potensial aksi pada saraf.11
Ada berbagai macam neurotransmitter yang terdapat di dalam tubuh yang juga
berperan dalam transport membrane untuk mendukung terjadinya mekanisme penghantar
saraf, namun neurotransmitter ini dibagi menjadi dua jenis utama menurut fungsinya yaitu
eksitatorik dan inhibitorik. Eksitatorik adalah neurotransmitter yang berfungsi untuk
mengeksitasi permeabilitas ion-ion yang berperan dalam penghantaran impuls saraf.
Sedangkan inhibitorik merupakan penghambatnya.
Hampir semua jenis neurotransmitter adalah termasuk eksitatorik kecuali glisin dan
GABA yang termasuk inhibitorik. Glisin sendiri bersama dengan glutamate, taurin, aspartat
dan histidin merupakan kelompok neurotransmitter yang termasuk asam amino. Sedangkan
GABA merupakan non asam amino bersama dengan asetilkolin, serotonin,dopamine dan
norepinefrin.
Salah satu neurotransmitter yang paling sering ditemukan pada mekanisme saraf
adalah asetilkolin. Asetilkolin memiliki dua macam reseptor yaitu muskarinik dan nikotinik.
Asetilkolin nikotinik bekerja pada sistem saraf otonom baik yang parasimpatis maupun yang
simpatis dan memiliki fungsi eksitatorik. Asetilkolin nikotinik merupakan glikoprotein
protein transmembran yang berfungsi membuka channel Na dan K.
Sedangkan asetilkolin muskarinik hanya bekerja pada sistem saraf otonon
parasimpatis dengan fungsi eksitatorik juga. Asetilkolin muskarinik merupakan protein
transmembran yang terdiri atas glikoprotein dan bekerja melalui protein G dan dapat
menekan adenilat siklase dan membuka channel K. Asetilkolin muskarinik memiliki inhibitor
aktivasi berupa asetilkolin esterase seperti prostigmin.12
2.4 Hubungan Irama Sirkadian dengan Perut Kembung
Irama sirkardian adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pola hidup
organisme setiap hari, termasuk manusia. Dalam bahasa latin, circa berarti sekitar dan dian
berarti satu hari atau 24 jam. Secara harafiah, irama sirkadian diartikan sebagai sebuah siklus
yang berlangsung 24 jam. Irama sirkardian berperan sebagai jam biologis manusia. Adapun
dikenal irama ultradian, yang menggambarkan bagian waktu di dalam irama sirkardian..8
Irama sirkardian terletak di supra chiasmatic neuron (SCN) yang berfungsi sebagai
pengatur irama sirkardian dalam tubuh. Ia merupakan bagian kecil dari otak (hypothalamus)
yang terletak tepat di atas persilangan saraf mata. Itu sebabnya pengaturan biologis peka
terhadap perubahan cahaya. Telah terbukti bahwa tubuh manusia, saat tidak ada cahaya atau
sumber pengingat waktu yang lain (misalnya penetapan waktu seperti waktu makan dan
menonton televisi) mengadopsi rutinitas tidur-bangun yang menyerupai 24 jam. Rata-rata
irama sirkardian untuk manusia adalah sekitar 25 jam, walaupun rentang irama sirkardian
untuk orang yang berbeda beragam dari 16-48 jam.
Irama sirkadian sangat peka terhadap cahaya. Itulah sebabnya pada sore hari, saat
cahaya mulai meredup, tubuh kita secara otomatis mulai mempersiapkan diri untuk tidur.
Tubuh akan meningkatkan kadar hormone melatonin dalam darah. Selain itu, tubuh juga
mengatur agar kadar hormone melatonin tersebut tetap tinggi sepanjang malam. Hormon
melatonin ini diproduksi oleh kelenjar pineal pada malam hari dimana asam amino esensial,
tryptophan diubah aktifitas enzim menjadi serotonin sebelum sampai ke bentuk melatonin.13
Hormone yang berperan dalam pengaturan bioritme tubuh dalam hal tidur.Hormone
melatonin sangat berperan dalam proses dan kualitas tidur seseorang. Kinerja hormone tidur
tersebut sangat dipengaruhi oleh cahaya. Cahaya yang ada pada saat tidur akan menghambat
dan menurunkan produksi melatonin di dalam darah. Secara tidak langsung, cahaya mampu
menghambat mekanisme irama sirkadian. Tubuh dipaksa mengabaikan perintah tidur dan
dipaksa untuk terus beraktivitas hingga larut malam.14
Irama sirkardian dapat dibagi atas 2 tipe kpribadian utama, yaitu tipe pagi dan tipe
sore. ‘Tipe pagi’ adalah kepribadian orang yang bangun dan segar di pagi hari, dan sering
melakukan pekerjaan terbaik di pagi hari namun pada awal sore hari mereka menjadi lelah
dan kurang efisien. Sedangkan ‘tipe sore’ merasa bangun di pagi hari adalah suatu tugas dan
mereka tidak melakukan kerja mereka yang terbaik sampai tiba sore hari. Mereka seringkali
bekerja telat dan tidur telat. Adapun salah satu di dalamnya yaitu giliran jaga malam. Giliran
malam dapat menimbulkan gangguan irama kehidupan social, kurang tidur, kelelahan, siang
tidur tidak lelap, gangguang sistem gastrointestinal dan frekuensi kesalahan (kerja malam
lebih besar daripada kerja siang). Hal ini berpengaruh pada suhu tubuh, endokrin (hormone),
siklus menstruasi, dan tidur.
Kembung adalah suatu kondisi saat gas terkumpul di dalam lambung atau usus
melebihi keadaan normal, menimbulkan perasaan yang tidak enak, dan ada kalanya disertai
sakit. Penyebabnya antara lain, beberapa gas tertelan bersama makanan, seperti gas nitrogen
maupun oksigen. Selain itu, juga karena adanya gas karbondioksida, hydrogen, dan metan
yang dihasilkan oleh peragian zat karbohidrat dan selulosa oleh bakteri usus
(enterobacteriaceae).10
Gas dalam saluran cerna (esofagus, lambung, usus halus, dan usus besar) dihasilkan dari:
Menelan udara
Dihasilkan dari proses yang terjadi antara makanan dan bakteri dalam usus besar.
Menelan udara berlebihan merupakan penyebab tersering dari gas yang terdapat
dilambung. Kita menelan udara dalam jumlah kecil ketika makan dan minum. Namun makan
dan minum secara buru-buru, makan permen karet, merokok dapat mengakibatkan tertelan
udara lebih banyak.
Sendawa atau bertahak merupakan jalan tersering yang mengandung nitrogen,
oksigen dan karbondioksida yang meninggalkan lambung. Ada juga gas yang masuk ke usus
halus kemudian diserap, dan ada lagi yang diteruskan ke rectum untuk dikeluarkan sebagai
buang angin.
Tubuh kita tidak mengabsorbsi semua karbohidrat yang masuk karena waktu
transitnya di usus yang relatif singkat dan ketidak tersediaan enzim untuk mengolah
karbohidrat tersebut di usus.
Bahan makanan yang tidak diserap tersebut masuk ke usus halus kemudian menuju
usus besar, dalam keadaan normal bakteri akan menguraikan makanan tersebut dan
menghasilkan hydrogen, kaarbondioksida, dan methan, kemudian dikeluarkan ke rectum.
Makanan dapat menyebabkan timbulnya gas pada seseorang tetapi belum tentu pada orang
lain.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh keseimbangan bakteri dalam usus.
Makanan yang mengandung karbohidrat dapat menyebabkan gas. Sedangkan lemak
dan protein menghasilkan gas lebih sedikit.
Jenis gula yang menyebabkan gas adalah raffinose, lactose, fructose, and sorbitol
Jenis serat yang tidak larut tidak terurai sebelum tiba di usus besar, disana kemudian
terurai dan menghasilkan gas.11
Saluran pencernaan juga dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Saraf otonom
parasimpatis yaitu: nervus vagus (menginervasi seluruh saluran pencernaan, kecuali kolon
bagian akhir) dan nervus pelvicus. Pengaruh saraf parasimpatis terhadap saluran pencernaan
adalah meningkatkan aktivitas saluran pencernaan. Saraf simpatis mempengaruhi saluran
pencernaan, menurunkan aktivitasnya. Di dalam dinding usus terdapat saraf intrinsik: pleksus
mienterikus (Aurbach) terdapat diantara lapisan otot longitudinal dan sirkuler pleksus
submukosa (Meissner), terdapat di lapisan submukosa. Ujung-ujung saraf intrinsik ini
menjulur ke lumen usus, memungkinkan memberi informasi mekanik (peregangan, karena
adanya makanan di saluran pencernaan) maupun kimiawi (sehingga disekresikan enzim
sesuai dengan makanan yang memasuki saluran pencernaan).
Saluran pencernaan juga memiliki sistem endokrin intrinsik. Sel-sel endokrin
(penghasil hormon) tersebar secara difus di sepanjang epitel usus, bagian apeksnya menjulur
ke lumen usus, merespons isi lumen, melepaskan hormon. Hormon yang dihasilkan oleh
saluran pencernaan biasanya termasuk kelompok peptida. Oleh karena itu sekresi hormon ini
disebut pula sebagai peptida pengatur, karena hormon yang dilepaskan oleh saluran
pencernaan akan mengatur sekresi saluran pencernaan. Sebagai contoh bila ada makanan ada
lambung akan mengaktifkan pleksus mienterikus. Aktivasi pleksus mienterikus merangsang
sel G (sel endokrin) untuk melepaskan gastrin (hormon saluran pencernaan). Selanjutnya
gastrin akan merangsang pengeluaran HCl lambung yang pada gilirannya akan menyebabkan
aktivasi enzim pepsinogen menjadi bentuk aktifnya: pepsin, sehingga pepsin dapat mencerna
protein. Bila mana makanan telah melewati lambung, atau bilamana HCl berlebihan, maka
akan menyebabkan pH di lambung sangat asam, keadaan ini akan direspon oleh sel penghasil
gastrin: produksi gastrin dihentikan, sekresi HCl dihentikan.
Seperti yang diketahui pada keadaan tidur-jaga, hormone melatonin berperan penting.
Selain berkhasiat dalam regulasi bioritme tubuh, melatonin juga bisa digunakan sebagai pil
anti ovulasi, anti oksidan, stimulasi pertumbuhan timus dan sekresi hormone timosin,
stimulasi sitem imun, anti kanker, menjaga kadar hormone endokrin dan melindungi mukosa
lambung.15
Orang yang bekerja malam cenderung menenguk minuman berkafein, seperti yang
terdapat pada kopi, teh hitam, beberapa jenis minuman bersoda serta coklat, yang dapat
memangkas produksi Melatonin hingga setengah dari kadar yang normal dan tidak akan
membaik kembali memproduksi Melatonin selama 6 jam. Apabila kadar melatonin turun, gas
dalam lambung cenderung akan cepat terbentuk dan menyebabkan seseorang merasakan
kembung.
BAB III
KESIMPULAN dan SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari semua pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa
kembung yang dialami oleh satpam yang baru saja mendapatkan tugas jaga malam
mempunyai kaitan yang erat dengan adanya perubahan irama sirkadian (irama biologis)
tubuhnya yang sebelumnya ia harus tidur pada malam hari, tetapi berganti menjadi pagi hari
karena keharusannya terjaga sebagai satpam untuk malam hari.
Kembung tersebut terjadi akibat rentannya tubuh terhadap perubahan yang
dipengaruhi banyak faktor, misalnya suhu, lingkungan, serta makanan yang juga berkaitan
dengan turunnya kadar melatonin yang membuat gas dalam lambung cenderung akan cepat
terbentuk dan menyebabkan seseorang merasakan kembung.
3.2 Saran
Agar pembaca tidak mengalami kembung seperti yang digambarkan dalam skenario
yang dibahas, penulis memberikan beberapa saran yang mungkin dapat meminimalisasi
terjadinya perut kembung ini. Saran-saran tersebut adalah:
a. Sebaiknya seseorang dapat mengatur waktu tidur-jaga dengan tepat dan
dilaksanakan pula secara teratur sehingga jam biologis tubuhnya tidak selalu
mengalami perubahan.
b. Sebaiknya seseorang mengkonsumsi bahan makanan yang seimbang dari segi
nutrisinya untuk menjaga daya tahan tubuh agar proses pencernaan juga akan
tetap berjalan dengan baik.
c. Kurangi mengkonsumsi bahan atau produk yang dapat menurunkan kadar
melatonin dalam tubuh yang dapat memudahkan terjadinya kembung. Misalnya
kopi yang mengandung kafein.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wibowo DS. Neuroanatomi. Malang: Bayumedia Publishing;2008
2. Balquni A. Manajemen kecerdasan. Bandung: PT. Mizan Pustaka;2006
3. Slonane ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2003. h. 80-157
4. Dany F. Histologi dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2007.
5. Setyanegara. Ilmu bedah saraf. Edisi ke-6. Jakarta: Gramedia pustaka utama; 2010.
h.29-47.
6. Wibowo, DS. Neuroanatomi. Malang: Bayumedia Publishing; 2008.h.163-167.
7. Diunduh dari http://www.netterimages.com/image/5068.htm, 20 April 2011.
8. Netter, FH. Atlas of human anatomy. USA: Elsevier Inc; 2006.
9. Setiadi. Anatomi dan fisiologi manusia. Yogyakarta:graha ilmu;2007. h. 207-38.
10. Watson.R.Anatomi dan fisiologi untuk perawat.Edisi 10.Jakarta : EGC, Jakarta;2002
11. Broom B. Anatomi fisiologi. Jakarta; EGC; 2002.h.44-87.
12. Nelson DL, Cox MM. Lehninger principles of biochemistry. New York; Oxford
University Press: 2008.p.75-115.
13. Irawan Daniel. Melatonin. Diunduh dari: http://www.waspada.co.id/index2.php?
option=com_content&do_pdf=1&id=18217, 25 april 2011.
14. Prasadja Andreas. Ayo bangun! Dengan bugar karena tidur yang benar. Jakarta:
Hikmah; 2009. h.9-10
15. Tan Hoan Tjay, Rahardja Kirana. Obat-obat penting: khasiat, penggunaan dan efek-
efek sampingnya. Edisi ke-6. Jakarta: Gramedia; 2007. h.679.