dialog bulan puasa 1

34

Upload: indira-mulyawan

Post on 28-Mar-2016

259 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

H Bakri Wahid

TRANSCRIPT

Page 1: Dialog Bulan Puasa 1
Page 2: Dialog Bulan Puasa 1

1

DIALOG

BULAN PUASA

1

Keterangan :

Selaku Pak Kyai oleh : Haji Bakri Wahid, B.A.

Daeng Naba oleh : Syamsul Marlin, B.A.

Page 3: Dialog Bulan Puasa 1

2

IBADAH PUASA

DG NABA : Assalamu Alaikum

PAK KIAY : Alaikumsalam w.w. Kita Dg. Naba, mari Dg. Naba

DG. NABA : Saya Pak Kiay, Alhamdulillah sampai pula kita

kepada Ramadhan yang sekarang Pak Kiay.

PAK KIAY : Ia, Dg. Naba, Syukur umur kita dipanjangkan

tuhan dan pendengar-pendengar kita juga demikian

barangkali, tentu ada juga yang tidak mendengar

lagi.

DG. NABA : Tentu, mungkin ada yang sudah meningga,

mungkin ada yang sedang sakit, mungkin ada yang

macam-macam

PAK KIAY : Ada yang pindah keluar negeri….

DG. NABA : Ia, ada yang pindah keluar dunia. Sekarang malam

pertama dari dialog kita, kita kembali bertemu.

Terutama antara Pak Kiaya, dan DG. Naba. Dan

khususnya bertemua dengan para pendengar kita,

dengan acara yang sama seperti tahun2 yang lalu,

yaitu dialog bulan Ramadhan.

PAK KIAY : Benar Dg. Naba tetapi materi acara, tidak usah kita

samakan dengan tahun2 yang lalu. Oleh karena

tahun sekarang sudah tahun 1977. Kalau tahun

yang lalu itu, tahun 1976

DG. NABA : Ie, tahunnya saja, sudah jelas tidak sama.

Acarnayapun tidak sama pula. Sebelum itu Pak

Page 4: Dialog Bulan Puasa 1

3

Kiay, kita berterima kasih sekali Pak Kiay terhadap

pendengar-pendengar kita,

PAK KIAY : Kenapa ?

DG. NABA : Karena baru saja ini, sudah ada surat yang masuk.

PAK KIAY : O, syukurlah

DG. NABA : Sudah banyak surat yang masuk,

PAK KIAY : Baru akan melangkah, surat sudah dating.

DG. NABA ; Ini artinya, mereka punya perhatian terhadap

dialog.

PAK KIAY : Terima kasih kalau begitu Dg. Naba

DG. NABA : Ia, khususnya kepada Pak Kiay dan Dg. Naba

terima kasih banyak. Ini ada surat dari Jung

Pandang Pak Kiay, dan dari Uj. Pandang lagi,

Kemudian dari Kalimantan Timur, Kemudian juga

ada dari Toli-toli Sul. Tengah. Dan ada juga dari

Kalimantan Timur, ada lagi itu acara kita perlu

berbeda pada tahun ini. Kalau tahun yang lalu, kita

bicara puasa dan zakat, maka sekarang ini apa

gerangan yang akan kit adialogkan Pak Kiay.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, yang baik menurut saya Dg.

Naba nanti Dg. Naba juga bias pertimbangkan.

Yang baik kita bicarakan, bagaimana proses ibadah

puasa khususnya, dan ibadah-ibadah lain pada

umumnya dapat membina mental yang baik. Atau

akhlaqul karimah. Karena dengan mental yang

baik Dg. Naba, kita dapat mensukseskan

pembangunan.

Page 5: Dialog Bulan Puasa 1

4

DG. NABA : O, begitu Pak Kiay ya. Kalau begitu Pak Kiaya,

saya sependapat dengan Pak Kiay. Namun

demikain Pak Kiay tadi mengatakan bahwa

bagaimana proses puasa itu khususnya dalam

pembinaan mental yang baik. Nah kalau begitu,

perlu ceritera Pak kiay.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, bahwa kita pada tahun ini akan

banyak-banyak membahas puasa dalam membinta

mental yang baik. Karena mental yang baik

diperoleh melalui ibadah puasa yang kaitannya

nanti dengna hidup sederhana.

DG. NABA : Ibada puasa dengan kaitannya hidup sederhana. Ini

program Pemerintah ya.

PAK KIAY : Ya, mental yang baik yang kita peroleh melalui

ibada puasa, kaitannya dengna ketahanan Nasional.

DG. NABA : Ketahanan Nasional. Ia Sudah dua.

PAK KIAY : Mental yang baik yang diperoleh melalui ibadah

puasa, kaitannya dengna pembinaan generasi

muda.

DG. NABA : Ia, ya, sudah tiga.

PAK KIAY : Kena Dg. Naba? Karena puasa adalah kebaikan

untuk kita didunia dan kebaikan untuk diakhirat

kita.

DG. NABA : Tepat sekali Pak Kiay, Kalau begitu Dg. Naba

setuju.

PAK KIAY : O, setuju?

Page 6: Dialog Bulan Puasa 1

5

DG. NABA : Setuju betul Pak Kiay, karena kit adidalam

mengelorakan pembangunan, ini memang masalah

yang menarik. Karena itu menimbulkan banyak

pertanyaan untuk dapat diamalkan. Tentu begitu

Pak Kiay.

PAK KIAY : Jagi rupanya memang masalah ini menarik Dg.

Naba? Apa yang menjadi pertanyaan Dg. Naba

nanti, karena akan banyak menimbulkan

pertanyaan kata Dg. Naba, Pertanyaan itu insya

Allah Dg. Naba, Tanya bertajawab, gayng

bersambut.

DG. NABA : ia, Cocok, Dg. Naba bertanya, Pak Kiay menjawab

PAK KIAY : Insya Allah Dg. Naba

DG. NABA : Manusia Pak Kiay yang beribadah akan dapat

memiliki mental yang baik. Begitu keterangna Pak

Kiaya tadi.

PAK KIAY : Betul

DG. NABA : Ie

PAK KIAY : A.a. seperti yang saya katakana tadi, Tanya

berjawab gayung bersambung. Salah satunya,

jawabanya salah juga. Artinya tanyanya salah

jawabannya juga, tanyanya benar jawabannya juga.

DG. NABA : O begitau. Ini yang dicari, jawaban yang benar

PAK KIAY : Ia, begini Dg. Naba, kalau Dg. Naba Tanya apa

mental, rupanya mental ini Dg. Naba, buan bahasa

Indonesia, rupanay bahasa asing. Kalau toh kit

Page 7: Dialog Bulan Puasa 1

6

amengartikan mental, itu mengenai rohani Dg.

Naba.

DG. NABA : Mengenai rohani. Jadi masalah mental, masalah

rohani. Lalu?

PAK KIAY : Mengenai pikiran. Jadi kalau disebut mentality,

berate thabiat, sifat yang baik dan cara

berpikiryang baik.

DG. NABA : Begituya,jadi masalah mental, kaitannya

denganmasalah rohani. Kalau masalah rohani,

berate tabiat dan cara berpikir yang baik.

PAK KIAY : Betul Dg. Naba. Jadi kalau kit amembicarakan

masalah ibadah puasa, kaitannya dengan

pembinaan mental yang baik, berarti membina

tabiat dan sifat yang baik dan car abberpikir yang

baik.

DG. NABA : Jadi orang yang beribadah itu akan sehat rohaninya

dan akan sehat cara berpikirnya. Begitu tentu.

PAK KIAY : Sektor keagamaan. Begini bunyinya say abaca Dg.

Naba. Kegiatan, bimbingan kehicupan beragama

dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, akan lebih diintegrasikan dengan berbagai

kegitan pembangunan lainnya. Begitu bunyinya

Dg. Naba.

DG. NABA : Begitu bunyinya?

PAK KIAY : Apalagi Dg. Naba, telah ada penetapan dalam

Garis-garis Dasar Haluan Negara tentang

pembangunan Agama ini.

Page 8: Dialog Bulan Puasa 1

7

DG. NABA : O ada juga didalam Garis-garis Besar Haluan

Negara.

PAK KIAY : Betul Dg. Naba.

DG. NGA : Kalau tadi tentang PELITA BAB XXI sekarang

lagi tentang GBHN. Bagaimana pula bunyinya

ketetapan di GBHN itu pak Kiay.

PAK KIAY : Jadi Dg. Naba, rupanya tentang sector

pembangunan keagamaan ini, tercakup di dalam

PELITA, dan tergaris atau tertulis didalam Garis

Besar Haluan Negara. Nah sekarang Dg. Naba

tanyakan, bagaimana bunyinya dalam Garis Besar

Haluan Negara Saya bacakan diantaranya begini

Dg. Naba. Salah satu azas Pembanguna nasional

adalah aza Pri kehidupan dalam keseimbangan.

DG. NABA : ya, azas kehidupan dalam keseimbangan

PAK KIAY : Betul, Antara lain keseimbangan kepentingan

keduniaan dengan akhirat. Antara kepentingan

matetiil spiritual, antara jiwa dan raga, antara

kepentingan individu dan masyarakat. Oleh karena

itu dalam Negara Republik Indonesia

pembangunan dibidang agama merupakan salah

satu usaha. Saya ulang Dg. Naba. Pembangunan

dibidang agama, merupakan salah satu usaha untuk

melaksanakan aza pembanguna Nasional tersebut,

dan untuk mewujudkan tujuan pembangunan

Nasional itu senri. Begitu Dg. Naba.

DG. NABA : O, ya, ya jadi dibidang agama khususnya,

merupakan salah satu usaha untuk melaksanakan

azas pembanguna itu.

Page 9: Dialog Bulan Puasa 1

8

PAK KIAY : Ia betul Dg. Naba.

DG. NABA : Ya… begini pak Iay, Bagaimana proses ibadah

yang dikerjakan oleh orang-orang yang beragama,

tegasnya yang berpuasalah dapat membina mental

yang baik atau tabiat dan cara berpikir yang baik.

Ini prosesnya Pak Kia bagaimana.

PAK KIAY : Sekarang Dg. Naba bertanya tentang proses sampai

orang yang beribadat itu dapat tercipta pada

dirinya, mental yang baik, tabiat dan cara berpikir

yang baik. Begini Dg. Naba, orang yang

mengerjakan ibadat secara teratur dan kentinu,

adalah gambaran manipestasi dari kekuatan iman.

DG. NABA : Itu kesimpulan Dg. Naba, itu sudah benar. Ibadat

Dg. Naba, ibadat itu selamanya dilakukan secara

berulang-ulang. Apa yang dibaca sembahyang

Lohor, itu juga dibaca sembahyang Ashar, itu juga

yang dibaca sembayang Magrib. Bagiamanapuasa

tahun lalu, begitu juga cara puasa tahun ini. Jadi

dilakukan ibadat itu secar aberulang-ulang.

Berulang-ulang itu Dg. Naba adalah untuk

pembentukan kebiasaan.

DG. NABA : Berulang-ulang itu adalah pembentukan kebiasaan.

PAK KIAY : Karena berulang-ulang merokok, maka terjadi

biasa merokok.

DG. NABA : Berulang-ulang tidak merokok, biasa tidak

merokok.

PAK KIAY : Berulang-ulang minum kopi, terbentuk kebiasaan

minum kopi, Jadi ibadat itu dilakukan secara

Page 10: Dialog Bulan Puasa 1

9

berulang-ulang itu adalah pembentukan kebiasaan.

Kebiasaan itu pembentuk tabiat, tabiat itu

terbentuk jadi sifat. Jadi dg. Naba orang-orang

yang beribadat mejadi mempunyai sifat dan tabiat.

Karena ibadat itu adalah baik, maka sifat orang

beribadat adalah baik. Mental orang beribadat, jadi

mental baik. Karena semua itulah Dg. Naba, orang

yang beribadat itu pula adalah orang yang beriman.

Karena itu panggilan-panggilan Tuhan ditujukan

pulalah kepada orang-orang yang beriman itu.

DG. NABA : Betul-betul Pak Kiay. Tetapi orang yang sudah

beribadat, tapi tidak bermental baik. Apa itu?

PAK KIAY : Itu pertanda belum menjalankan ibadat yang

sesungguhnya.

DG. NABA : Sekarang bagaimana contoh panggilan Tuhan

kepada yang beriman.

PAK KIAY : Contohnya banyak sekali Dg. Naba Bahwa orang

yang bias menjalankan ibadat, Cuma oran gyang

beriman. Karena itu dipanggil Tuhan orang

beriman. Contohnya yang Dg. Naba minta

diantaranya YAA AYYUHALLADZIEN

AMANUU KUTIBA ALAIKUMUUSHIYAA:

“Hai orang-orang yang beriman, difardukan

kepada kamu berpuasa”.

DG. NABA : Kalau begitu, orang beriman saja.

PAK KIAY : Ayat lain lagi, kita teruskan ini YAA

AYYUHALLADZIENA AMANUUAWFUU BIL

UQUUD “hai orang-orang yang beriman,

sempurnakna janjimu” YAA

Page 11: Dialog Bulan Puasa 1

10

AYYUHALLADZIENAAMANUU KUSUNU

QAWWAMIENA BIL QISTHI “Hai orang-

orang yang beriman, tegakkanlah keadilan.

DG. NABA : Ya, ya jadi Iman itu yang pokok.

PAK KIAY : Betul

DG. NABA : Inilah contoh panggilan Tuhan terhadap orang-

orang yang beriman.

PAK KIAY : Betul. Jadi orang yang beriman disuruh beribadah.

DG. NABA : yang tidak beriman, tidak disuruh.

PAK KIAY : Ia, biar disuruh dia tidak mau, apa gunanya

menyuruh orang yang tidak mau.

DG. NABA : Betul, Begini Pak kiay, berhubung sudah waktu

pak Kiay, kita sampai disini dulu Pak Kiay ya, dan

Insya Allah besok malam kita sambung lagi Pak

Kiay, Saya permisi dulu Pak kiay.

PAK KIAY : Baik Dg. Naba

DG. NABA : Assalamu‟alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

PAK KIAY : Alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Page 12: Dialog Bulan Puasa 1

11

PUASA MEMBINA

AKHLAKUL QARIMA

DG. NABA : Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

PAK KIAY : Alaikummussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Kita Dg. Naba, mari duduk Dg. Naba Bagaimana

khabar?

DG. NABA : Alhamdulillah Pak Kiay, ini agak dingin. Begini

Pak Kiay, saya belum begitu paham dengan

maksud Pak Kiay yang lalu tentang contoh

panggilan Tuhan bagi orang-orang yang beriman.

Barang kali perlu diulang sedikit Pak Kiay.

PAK KIAY : Contoh panggilan Tuhan terhadap orang-orang

yang beriman untuk menjalankan ibadat untuk

menyempurnakan kontrak, janji, untuk

menegakkan keadilan, apaya yang belum dipahami

oleh Dg. Naba itu.

DG. NABA : Ayat-ayatnya itu Pak Kiaya, surat-suratnya, surat

apa?

PAK KIAY : O, suratnya, kalau yang pertama tadi masalah

puasa, itu surat Al-Baqarah ayat 173 Dg. Naba

Kalau mengenai sempurnakan kontak, janji, kalau

bikin kontrak rumah, apa sama sekali, itu surat Al-

Maidah ayat 5 Dg. Naba. Kalau soal menegakkan

Page 13: Dialog Bulan Puasa 1

12

keadilan, itu surat An-Nisa‟ ayat 35. Jadi kalau

menurut ayat itu Dg. Naba hanya orang beriman

bisa mengadakan keadilan. Yang tidak beriman,

berbuat tidak adil.

DG. NABA : Betul, Nah sekarang begini Pak Kiay, saya belum

memahami secara jelas ibadah dapat membina

mental yang baik itu bagiamana?

PAK KIAY : O, belum jelas betul Dg. Naba? Begini Dg. Naba

orang-orang yang beribadat karena dorongan iman

Dg. Naba…..

DG. NABA : jadi kalau begitu ada juga ibadat yang tidak

didorong iman?

PAK KIAY : O, ada

DG. NABA : Contohnya…?

PAK KIAY : Itu didorong oleh istilahnya, dimana banyak

manusia disana banyak semut. Dimana banyak

kembang, disana banyak kumbang. Ini

dorongannya bukan dorongan iman, tapi dorongan

karena yang lain dari iman. Jadi Dg. Naba, orang

yang beribadat karena dorongan iman, ibadat itu

dilakukan secar berulang-ulang dalam bentuk yang

sama, ibadat itu suatu perbuatan yang suci, suci

ibadat, suci pakaian, suci tempat, suci kata-kata

yang diucapkan kepada Tuhan, suci atikad kepada

Tuhan, kesucian yang dilakukan secara berulang-

ulang Dg. Naba, itulah yang membentuk tabiat dan

sifat sekaligus membentuk tabiat dan sifat

sekaligus membentuk cara berpikir yant suci. Ini

yang dikatan mental yang baik itu Dg. Naba.

Page 14: Dialog Bulan Puasa 1

13

DG. NABA : O, begitu, Ibadat dikerjakan berulang-ulang.

Semua pelaksanaan ibadat suci, suci pakain, suci

tempat, suci macam-macam, maka dengan

demikian akan lahirlaah mental yang baik.

PAK KIAY : Ia, suci cara berpikirnya, suci tingkah lakunya, itu

yang dikatakan manusia yang bermental yang baik.

DG. NABA : Betul-betul Pak Kiay, Jadi mental yang baik itu

terbentuk karena membiasakan diri dalam

perbuatan-perbuatanyang baik.

PAK KIAY : Betul demikain Dg. Naba.

DG. NABA : nah bagaiman akalau orang membiasakan diri

dalam perbuatan-perbuatan yang baik tanpa

melalui ibadat. Contohnya Pak Kiay membiasakan

diri berlaku adil, menempati janji, suka menolong,

berlaku jujur, dilakukan semua berung-ulang,

tanpa melalui ibadat.

PAK KIAY : Apakah dan dan bagaimanakah perbuatan yang

baik dilakukan dengan tidakjalan ibadat. Jadi

kebiasaan yang baik itu dilakukan berulang-ulang

tetapi tdak ibadat. Begini Dg. Naba, kebiasaan-

kebiasaan yang baik yang dilakukan tanpa melalui

ibadat, itu berarti Dg. Naba tanpa iman dan Taqwa.

Jadi dia berbuat yang baik tanpa iman dan Taqwa,

hanya melalui kebiasaan. Sesuatu kebiasaan yang

baik dilakukan tanpa iman dan Taqwa Dg. Naba

berarti sama dengan pohon tanpa urat dan akar,

yang bila ditiup angin. Akan tumbang.

DG. NABAG : O, kesana lahirnya Pak Kiay ya? Jadi kebiasaan

yang baik itu dapat berubah bila jujur membawa

Page 15: Dialog Bulan Puasa 1

14

kurus. Dia kan berubah jadi curang, bila membawa

gemuk, tentuk begitu Pak Kiay.

PAK KIAY : O, begitu, memang benar.

DG. NABA : Benar ya. Kebiasaan-kebiasaan yang baik tanpa

melalui ibadat, kebiasaan itu bias berubah. Jujur

bias berobah menjadi curang.

PAK KIAY : Karean ada untung

DG. NABA : Curang bias membawa gemuk, jujur membawa

kurus. Oleh karena itu lebih baik curang. Kenapa

bias Pak Kiay kebiasaan yang baik bias dirobah

oleh keuntungan-keuntungan materi dunia.

PAK KIAY : Kenapa bias, memang Dg. Naba. Karena tidak ada

iman dan Taqwa dari merka, itulah sebabnya.

Bahwa yang jujur tidak ada keuntungannya. Tapi

kalau dia curang, ada keuntungannya. Kebiasaan

berlaku jujur itu bias berobah, disebabkan karena

tidak ada iman dan taqwa kepada Tuhan. Jadi iman

dan taqwa itu membuat manusai bertanggung

jawab terhadap Tuhan yang diyakininya. Merasa

berdosa ia malanggar ketentuan Tuhan. Dosa itu

akan dapat pembalasan diakhirat lebih hebat dari

segala macam siksa di dunia ini. Karena itu Dg.

Naba, ia sanggup betahan atas kebiasaan yang baik

yang disuru oleh Tuhannya itu. Itulah yang saya

sebutkan tadi. Orang-orang yang membiasakan

kebaikan tanpa iman dan Taqwa, laksana pohon

tanpa urat, gampang tumbang.

DG. NABA : dimana letak kaitan atau sangkutannya ibadat

puasa dapat membentuk mental yang baik itu.

Page 16: Dialog Bulan Puasa 1

15

PAK KIAY : Sekarang Dg. Naba bertanya dimana letak kaitan

ibadat puasa dengan pembentukan mental yang

baik. Pertama kalau itu yang Dg. Naba tanyakan,

kita harus mengkaji lebih dahulu tujaun ibadah

puasa. Kedua, kita harus kaji apa yang kita lakukan

dalam ibadat puasa. Disitulah nanti Dg. Naba, kita

akan menemukan pembinaan mental yang baik

melalui ibadat puasa, atau akhlakul karim.

DG. NABA : Jadi pertama-tama, kita harus menghaji lebih

dahulu tujuan ibadah puasa. Yang kedua kita kaji

apa yang dilakuakn didalam ibadah puasa. Kalau

sudah itu dikaji, baru ditemukan hubungannya

dengan mental yang baik. Sekarang Pak Kiay

harap menjelaskan tentang tujuan ibadat puasa itu.

PAK KIAY : Ia, jadi mulai kita masuk ini untuk mengkaji apa

tujuan daripada puasa. Begini Dg. Naba, Tujuan

dari pada puasa, sekaligus sudah dijelaskan dalam

Al-Qur‟an surat Al-Baqarahayat 173 tadi, yang

berbunyi “YA AYYUHALLADZIINA AMANUU

KUTIBA ALAIKUMU SHIYAAMU KAMAA

KUTIBA „ALALLAH DZINA MIN QABLIKUM

LA ALLAKUM TATTAQUUN”. Artinya “Hai

orang-orang yang beriman difardukan kepadamu

puasa sebagaimana telah difardukan kepada ummat

sebelum kamu. Semoga kamu taqwa”. Jadi ibadat

puasa disni Dg. Naba, adalah tujuannya mencapai

taqwa.

DG. NABA : Jadi tujuan Ibadat puasa, mencapai taqwa. Kalau

orang tidak taqwa sudah puasa, bagaimana?

PAK KIAY : Tandanya tidak capai tujuan. Begitu Dg. Naba

Page 17: Dialog Bulan Puasa 1

16

DG. NABA : O, Ia. Ibarat orang yang berjalan, tidak sampai

tempat yang dituju.

PAK KIAY : Betul, jadi puasa itu laksana jalan bahwa inilah

ditempuh terus-terus sampai kepada tujuan taqwa.

Begitu Dg. Naba.

DG. NABA : Sekarang apa arti taqwa. Dan bagaiman atanda-

tanda oran gyang taqwa.

PAKI KIAY : Sekrang arti dari pada taqwa dan tanda-tanda oran

gyang telah sampai kepada taqwa itu. Sebab ini

kita kaji dulu baru kita sampai kepada pembinaan

mental yang baik. Artinya taqwa menurut ahli

(bulan menurut Pak Kiay) ini definisnya. Tidak

berbuat sesuatu yang seharusnya ditinggalkan. Dan

tidak meninggalkan sesuatuyang seharusnya

dilakukan. Kalau kita bentuk dalam kaliman lain.

DG. NABA : Kata apa tadi itu Pak Kia bilang

PAK KIAY : Formulasi (bentuk) dalam kalimat lain, dapat kita

ambil arti taqwa begini Dg. Naba. Taqwa itu ialah

(orang-orang taqwa) ialah orang-orang yang taat,

disiplin, dalam menjalankan ketentuan hukum

Tuhan.

DG. NABA : Ia, orang-orang taqwa adalah orang taat, orant

disiplin dalam menjalankan ketentuan-ketentutuan

hokum Tuhan. Apa tanda-tandanya Pak Kiay

orang-orang yang telah sampai kepada taqwa.

PAK KIAY : Kalau Dg. Naba sudah cukup mengerti apa arti

taqwam Dg. Naba meminta apalagi tanda-tanda

orang yang sudah sampai derajat taqwa itu. Tanda-

Page 18: Dialog Bulan Puasa 1

17

tanda beriman yang telah sampai kepada derajat

taqwa Dg. Naba, 1. Dapat melaksanakan ibadat

secara taratur dan kontinu, seperti shalat, zakat,

puasa, dan haji serta ibadat-ibadat lain.

DG. NABA : O, ya, jadi orang belum ibadat haji, belum taqwa

Pak Kiay?

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, menjalankan ibadat. Kalau dia

menjalankan ibadat haji, menjalankan secara bik,

taratur.

DG. NABA : O, ia, kalau belum mampu tidak apa-apa

PAK KIAY : Ia, karena ada orang haji tidak menjalankan ibadat

haji semestinya.

DG. NABA : O, ada Pak Kiay ya.

PAK KIAY : Ada…

DG. NABA : O …. Itumi haji bahlul

PAK KIAY : 2. Dg. Naba, tobat dari segala kesalahan.

DG. NABA : Jadi kedua, tobat dari segala kesalahan

PAK KIAY : Tidak terus menerus dalam kesalahan

DG. NABA : Tidak terus menerus dalam kesalahan

PAK KIAY : Membenarkan yang benar, menyalahkan yang

salah

DG. NABA : O, begitu Pak Kiay ya. Jadi termasuk juga cirri-

cirinya orang taqwa memaafkan kesalahan orang

lain.

Page 19: Dialog Bulan Puasa 1

18

PAK KIAY : Betul

DG. NABA : Tapi biasanya Pak Kiay, yang dimaafkan itu orang

yang salah. Tapi biasanya kalau kita ini oran

gsalah dimarahi.

PAK KIAY : tidak dimaafkan. Begini Dg. Naba, tentang

memafkan kesalahan orang lain, ia harus

dinasehati. Tidak setiap salah dimaafkan, setiap

salah dimaafkan, itu memanjakan kesalahan orang

yang bersalah. Itu tidak benar pula.

DG. NABA : O, ia, sebentar-sebenta bikin salah, salah-salah saja

terus.

PAK KIAY : Karena akan dapat maaf. Itu Dg. Naba tidak benar.

DG. NABA : Dimana Pak Kiay mendapat alas an-alasan seperti

itu.

PAK KIAY : Kalau alas an-alsan itu yang Dg. Naba Tanya, itu

bias saya kemukakan surah-surahnya ; Surat Al-

Baqarah ayat 177, Surat Ali Imran ayat 133 sampai

dengan 135, surat Az-Zaumar ayat 33. Itu sifat-

sifat orang beriman yang taqwa yang tersebut

dalam ayat tersebut.

DG. NABA : Diman Aletak kaitan ibadat puada khusunya dan

ibadat lain umumnya Pak Kiay, untuk membentuk

mental yang baik.

PAK KIAY : Apakah ini Dg. Naba tidak terlalu kasib kalau saya

membahas ini karena itu panjang jawabannya.

DG. NABA : Pnjang Pak Kiay? Kalau begitu sampai disini saja

dulu Pak Kiay.

Page 20: Dialog Bulan Puasa 1

19

PAK KIAY : Sampai disini saja dulu, Saya kira begitu Dg.

Naba. Kalau ini yang Dg. Naba tanyakan, itu

jawabannya akan cukup panjang nanti.

DG. NABA : O begitu, Kalau begitu Pak Kiay dari pada

tanggung-tanggung, lebih baik sampai disni dulu

kita tunda malam yang akan dating. Baiklah Pak

Kiay saya permisi dulu. Assalamu‟alaikum

Warahmatullahi Wabarakatuh

PAK KIAY : Alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Page 21: Dialog Bulan Puasa 1

20

MENELAN AIR LIUR

KETIKA PUASA

DG. NABA : Assalamu‟alaikum

PAK KIAY : alaikummussalam warahmatullahi wabarakatuh

Dg. Naba, o. ya mari

DG. NABA : Sudah lama Pak Kiay?

PAK KIAY : O, ya cukupan

DG. NABA : Saya ini agak terlambat sedikit Pak Kiay, Namun

terlambat, tidak teralalu terlambanya. Hanya lebih

terlambat sedikit dari Pak Kiay. Alhamdulillah Pak

Kiaya, kita pada mala mini pada kesempatan ini,

ingin mengemukkan kepada Pak Kiay tentang surat

ina Pak Kiay. Sudah banyak surat-surat yang

masuk, barangkali baik satu dua dijawab. Sambil

melanjutkan dialog seperti yang kemarin. Begini

Pak Kiay, ini ada surat dai Wakai ini nama

kampong tgl. 21 Juli 1975.

PAK KIAY : Wah lama sekali itu Dg. Naba

DG. NABA : Itulah sedangkan puasa dimulai Agustus. Ini

suratnya bulan Juli. Ini surat pertama Pak Kiay,

rupanya dari Poso Sul Tengah.

PAK KIAY : Siapa yang berkirim surat Dg. Naba.

DG. NABA : yang berkirim surat namanya M. A. laito

Pertanyaan begini Pak Kiay, Pertanyaannya Saja

Pak Kiaya.

Page 22: Dialog Bulan Puasa 1

21

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, sebelum kita jawab, setiap kita

akan melakukan dialog, memang ada bainya surat-

surat yang masuk ini kita bacakan dua, tiga surat,

yang kira-kira memakan waktu dua, tiga menit,

sesudah itu baru kila lanjutkan dialog. Memang

tepat.

DG. NABA : Cocok Pak Kiay….. Kali begitu Dg. Naba selalu

Naba. Begini Pak Kiay bagaimana hukumnya di

dulan puasa, ada orang yang makan siri atau

makan pinang. Sedangkan orang tahu orang makan

pinang atau sirih itu, khususnya didalam mulut

saja, dan tidak ditelan. Karena makan pinang atau

makan sirih, ditambah dengan kapur. Bagaimana

ini hukumnya kalau bulan puasa. Sama halnya

dengan berkumur-kumur atau pakai bundur gigi.

Ini yang dianya Pak Kiay

PAK KIAY : Jadi mau diberikan jawabannay Dg. Naba

Memakan sirih, pada hakekatnya tidak sama

dengan membundur gigi.

DG. NABA : Kenapa Pak Kiay?

PAK KIAY : Kenapa? Air sirih Dg. Naba, itu sirih dikunya. Ada

terpercik air, itu keluar dari sirihnya, kemudian air

liur bersatu dengan air sirih, karena itu dirasakan

pahitnya. Kemudian rasa pahit itu olehorang yang

makan sirih, itu ditelan.

DG. NABA : Ia, terasa enak

PAK KIAY : Menelannya disni, tidak sama menelan air liru.

Karena disni ada sirih yang dikunya. Nah kalau

menelan air liru, tidak ada sesuatu yang dikunya.

Page 23: Dialog Bulan Puasa 1

22

Begitu juga kalau bundur gigi Dg. Naba, itu

sesudah giginya dibundur, kemudian dikumur-

kumur dikeluarkan. Jadi sama sekali tidak ada

yang ditelan itu. Itu perbedaannya dengan

memakan siri. Dengan demikian sirih itu disebut

makan. Tapi bundur gigi tidak disebut memakan

bundur gigi. Dengan demikian batal puasa kalau

makan sirih.

DG. NABA : Jadi tidak sama bundur gigi dengan makan sirih.

Namanya saja makan sirih.

PAK KIAY : Ia. Manya saja sudah makan. Sedangkan makan itu

yang terlarang.

DG. NABA : Yang kedua Pak iay, pada blan puasa umumnya

kita melakukan puasa disiang hari, selalu

membuang-buang luda. Umumnya kalau ditelah

katanya haram. Sedangkan saya tahu bahwa barang

apa saja yang dari luar, melalui mulut dan ditelan,

itulah yang disebut haram pada bulan puasa.

Sedangkan ludah atau air liru sudah ada didalam

mulut, yang sewaktu-waktu dikeluarkan oleh

kelenjar air liru. Bagaiman pendapat Pak Kiay

tentang hal ini.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, tentang menelan air liru, itu

sudah benar. Tidak membatalkan puasa. Jika ada

orang yang menfatwakan haram, lebih baik

tanyakan sama orang itu, apa alasannya.

DG. NABA : O. Ya, menelan air liru, mengatakan haram bukan

Pak Kiay. Jadi tidak cocok ditanyakan sama Pak

Kyai.

Page 24: Dialog Bulan Puasa 1

23

PAK KIAY : Ia, tapi kalau dia ingin tahu menurut pendapat pak

Kiay, itulah. Adapun oran gyang menyatakan

haram kalu tidak puas dengan penjelasa Pak Kiay,

bisalah ditanyak kepada yang bersangkutan

alasannya. Dengan menelan air liru tidak puasa,

karena baran gitu adalah barang dari dalam, dia

sendiri juga menyatakan kalau barang dari luar

ditelan, masuk membatalkan puasa. Disitu jelas

juga persoalan makan sirih barang dari luar.

DG. NABA : O, ie, begitu Pak Kiay ya, Jadi itu orang kalau

puasa selalu meludah-ludah tak mau menelan air

liurnya, itu juga tidak betul Pak Kiay.

PAK KIAY : Tidak benar Dg. Naba sebab itu mempunyai effek

kesehatan persoalan air liur. Jadi kalau dia selalu

meludah-ludah, itu bias merusak kesehatan pula.

Dan tidak terlarang kita menelan air liru, karena itu

tidak akan di sebut minum namanya.

DG. NABA : Baik Pak Kiay, demikianlah Sdr. M. Laito jawaban

Pak Kiay melalui Dg. Naba. Sekarang kembali Pak

Kiay kepada dialog kita kemarin. Dimana letak

kaitan ibadah puasa khususnya, dan ibadat-ibadat

lain pada umumnya dapat membentuk mental yang

baik. Seperti dermawan. Inilah Pak Kiay.

PAK KIAY : Baiklah Dg. Naba, pertanyaan yang Dg. Naba

tanyakan kaitan ibadah puasa dan ibadat-ibadat

lain yang dapat membentuk mental yang baik

diantaranya mental dermawan. Begini Dg. Naba,

saya akan berikan penjelasan agak panjang

rupanya.

DG. NABA : Tidak apa-apa panjang Pak Kiay

Page 25: Dialog Bulan Puasa 1

24

PAK KIAY : Sifat-sifat baik manusia, kadang-kadang, tapi tidak

selamanya, ditimbulkan oleh pengalaman.

DG. NABA : Sifat baik manusia, kadang ditimbulkan oleh

pengalaman. Kalau menurut Dg. Naba, lain sifat

jahat manusia, kadang-kadang ditimbulkan oleh

pengalaman. Begitu.

PAK KIAY : jadi sama, sifat baik atau sifat jahat, kadang-

kadang ditimbulkan oleh pengalaman. Puasa Dg.

Naba, melarang makan, minum. Orang-orang kaya

yang tidak pernah kekurangan makanan dan

minuman, tidak pernah merasakan bagaimana lapar

yang dialami fakir miskin sepanjang masa. Dengan

menjalankan puasa, dapat member pengalaman

kepadanya. Jadi puasa itu memberikan pengalaman

kepadanya. Dengan demikian Dg. Naba, itu akan

bertambah imannya. Iman, percaya, bahwa ada

kewajiban yang dipikulkan Tuhan terhadap orang-

orang yang berharata agar memberikan hartanya

kepada kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-

orang miskin. Lahirnya sifat rasa kasihan dan suka

menolong, karena dilahirkan oleh pengalaman tadi,

dengan harta yang diberikan Allah kepadanya,

inilah yang melahirkan mental yang baik.

DG. NABA : Ada hubungannya kesana Pak Kiay?

PAK KIAY : Ia.

DG. NABA : Lalu?

PAK KIAY : Disini Dg. Naba Nampak pula hikmah zakat fitri

dipertautkan dengan bulan ramadhan.

Page 26: Dialog Bulan Puasa 1

25

DG. NABA : O, ya, ya, zakat fitra, hanya dibayar pada bulan

ramadhan. Diluar ramadhan tidak ada zakat fitri

PAK KIAY : Artinya kalau tidak ada bulan ramadhan,

barangkali tidak ada zakat fitri.

DG. NABA : Dan memang begitu. Sepanjang pengalaman Dg.

Naba. Zakat fitrah hanya dibayarkan pada bulan

ramadhan saja.

PAK KIAY : Ada pertanyaan dengan bulan puasa sekaligus.

Selanjutnya juga dibulan ramadhan itu kita

dianjurkan bersadarkah. Nah terbanglah suatu sifat.

Ia mempunyai sifat kasih saying. Karena

pengalaman berpuasa merasa lapar dan haus,

timbullah dorongan sifat kasih saying, dan dia ada

harata. Didalam ibadat puasa, dimana dia didik

untuk bersadaha. Dididik setiap tahun harus

mengeluarkan zakatnya dengan demikian Dg.

Naba, semua itu adalah guna membiasakan diri

mengeluarkan zakat fitrah, bersedah dalam bulan

Ramadhan, itu adalah membiasakan diri

mengeluarkan harta. Kebiasaan itulah nanti

membentuk tabiat. Tabiat itu membentuk sifat.

Nah sifat mengeluarkan harta, itulah yang disebut

mental dermawan.

DG. NABA : O, Ia, tidak takut miskin. Dermawan kepada orang

Sekarang begini, baggaimana kalau dia puasa

tetapi tidak lahir sifat dermawanya. Malah sifat

kikir dan bakhilnya yang bertambah.

PAK KIAY : Jadi dia puasa, pipirnya tidak berobah,

dermawannya tidak muncul, bakhilnya malah

tambah hebat. Ini Dg. Naba, itu satu pertanda

Page 27: Dialog Bulan Puasa 1

26

bahwa ibadat puasanya belum sampai kepada

derajat taqwa.

DG. NABA : Itu tandanya i. i. i. gegitu di? Jadi kalau dia sudah

puasa, lalu tidak dermawan, malah bertambah

kikir, diplus lagi dengan bakhil itu tanda bahwa

puasanya tidak sampai kederajat aqwa.

PAK KIAY : Jadi Dg. Naba, itu namanya puasa untuk puasa.

DG. NABA : Maksudnya?

PAK KIAY : Kalau dia tidak makan, tidak minum, sudah kurus,

sudah puasa. Itu katanya. Inilah yang memang

Nabi telahperingatkan akan kejdian-kejadian yang

mungkin terjadi semacam itu.

DG. NABA : O, begitu. Lalu, dengan demikian Pak Kiay Nabi

sudah memperingatkan bahwa akan terjadi

kejadian-kejadian seperti itu. Kalau begitu

bagaimana bunyinya peringatan itu Pak Kiay.

PAK KIAY : Hadist dari Abi Haraerah, diriwayatkan oleh Ibu

Huzaima, Nabi menjelaskan. RUBBA SHAAIMIN

LAISA LAHUU MIN SHIYAAMIHII ILLAL

YUU‟I, WAL ATHSYU; WARUBBA QAAI MIN

LAISA LA HUU MIN QIYAAMIHI

ILLASSAHR. Artinya “Kadang-kadang orang

yang berpuasa tidak ada keuntungan dari puasanya,

kecuali hanya lapar dan haus. Dia dapat hanya

lapar dan haus saja. Lalu?

PAK KIAY : Kadang-kadang pula orang yang sembahyang

malamnya, keuntungannya tidak ada yang dia

peroleh, kecuali tidak tidur. Itu keuntungannya.

Page 28: Dialog Bulan Puasa 1

27

DG. NABA : Itu saja, maksudnya rugi. Maksudnya bagaimana

hadistnya Pak Kiay.

PAK KIAY : Jadi dari hadist ini dapat dipahami bahwa orang

yang berpuasa tidak dapat merobah mentalnya dari

mental yang buruk kepada mental yang baik, itu

hanya dapat lapar dan haus. Orang yang

menjalankan ibadat shalat, tidak dapat dirobah

mentalnya dari mental yang buruk kepada mental

yang baik tidak ada keuntungannya hanya tidur

tidak diperoleh.

DG. NABA : Ia, memang sudah diperingatkan oleh Rasulullah

Pak Kiay. Kalau begitu Pak Kiay, ibadat puasa

juga dapat mengikis mental yang tidak baik, seperti

kikir, bahil, tentu begitu Pak Kiay.

PAK KIAY : Jadi Dg. Naba, orang yang sudah terbisa

bersedakah, karena dorongan dari pada iman, itu

mempunyai mental dermawan. Maka mental kikir,

bakhil, itu akan terkikis. Apalagi Nabi memang

sudah bersabda bahwa kikir denganiman yang ada

itu tidak bias memang akan setempat.

DG. NABA : Jadi antara kikir daniman, tidak bisa serumah.

Bagaimana bunyi peringatan Nabi itu Pak Kiay.

PAK KIAY : Bunyi peringatan Nagi Dg. Naba, An Abi

Huraerah, Qala SAW LA-YAJTAMI‟ULQITRU

WAL IEMAANU FILQALBI ABADAN. Artinya;

“Telah bersabda nabi, tidak akan berhimpun antara

kikir dan iman dalam hati seorang hamba untuk

selama-lamanya.

Page 29: Dialog Bulan Puasa 1

28

DG. NABA : O, ia tidak berhimpun antara kikir dan iman

didalam hati seorang hamba buat selama-lamanya.

Artinya antara kikir dan iman itu bertentangan.

PAK KIAY : Ia, bertentangan. Kalau dia beriman, tidak kikir.

DG. NABA : Kalau kikir, tidak beriman. Sekarang bagaimana

kalau dia memboros Pak Kiay. Bukanlah orang

yang selalalu bersedekah, akan menimbulkan

mental pemboros. Sekarang dia tidak kikir, tetapi

pemboros. Kalau dia selalu sedekah-sedekah, bisa

membina mental pemboros.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, apakah tidak mungkin lahir

mental pemboros karena bersedekah, karena puasa

diperintahkan bersedekah, disuruh bayar zakat,

akhirnya jadi terbiasa pengeluaran-pengeluaran

harta, timbullah sifat boros. Apakah itu tidak bisa

lahit sifat boros daripada kebiasaan bersedekah.

Perlu kita tahu dulu Dg. Naba, apa arti boros.

DG. NABA : Apa arti boros, artinya apa defines boros. Apa

pengertian boros, ya tentu begitu.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, kalau Dg. Naba bertanya apa

defines boros. Boros itu suatu perbuatan yang

melampaui batas.

DG. NABA : Suatu perbuatan yang melampaui batas?

PAK KIAY : Atau kalau berhubungan dengan harta, dapat kita

katakana begini. Mebelanjakan harta, kepada yang

tidak berfaedah, baik mengenai dunia, atau agama.

Dengan kata lain membelanjakan harta berlebih

Page 30: Dialog Bulan Puasa 1

29

dari pada kewjarannya atau kepada yang tidak

sewajarnya, itulah boros Dg. Naba.

DG. NABA : Jadi boros, ialah tidak mempergunakan harta atau

sesuatu kepada yang berfaedah. Kurang konkrit

Pak Kiay, contohnya bagaimana ini.

PAK KIAY : Contohnya membelanjakan harta kepada yang

tidak berfaedah, itu Dg. Naba begini. Bahwa yang

dikatakan boros tadi, adalah membelanjakan harta

kepada yang tidak berfaedah, atau berbelanja lebih

dari yang sewajarnya. Boros dalam memenuhi

tuntutan biologi. Seperti makanan, minuman,

seksuil. Boros masalah ekonomi.

DG. NABA : O, ya jadi ada boros didalam masalah biologi.

Seperti makanan seharusnya dua piring, dia

hantam sepuluh.

PAK KIAY : Boros dalam masalah ekonomi, seperti berbelanja

kepentingan rumah tangga yang dikatakan boros,

dan boros yang semacam itu sudah diperingatkan

Tuhan dalam Qur‟an.

DG. NABA : O. itu ya, Jadi ada dua macam ini boros. Nah

bagaimana bunyi peringatan Tuhan itu Pak Kiay;

PAK KIAY : Bunyi peringatan Tuhan Dg. Naba dalam Surat

Is‟raa ayat 29 Tuhan ber Firman :

WALAITAJ‟YADAKA. MAGHLUULATAN

ILAA UNUQIKA WALA TABSUT HAA

KULLAL BASTHI, FATAQ‟UDA MALUMAN

MAGSURA; Artinya “Janganlah kau jadikan

tangan engkau terbelenggu kekuduk”.

Page 31: Dialog Bulan Puasa 1

30

DG. NABA : Jangan engkau jadikan tangan engkau terbelenggu

kekuduk

PAK KIAY : Maksudnya bahil

DG. NABA : O, ya tangan terbelenggu kekuduk. Saya pikir tadi

tangan dipegangkan kekuduk, bahil ya?

PAK KIAY : Dan jangan pula kau lepaskan tangan kau selepas

lepasnya. Maksudnya boros. Maka engkau duduk

nanti menjadi tercelah dan menyesal.

DG. NABA : O… kalau kikir tidak baik, kalau boros tidak baik.

Jadi yang baik Pak Kiay. Bagaimana yang

dikatakan boros dalam masalah makanan.

PAK KIAY : Memang Dg. Naba, boros tadi, ada yang

berhubung dengan tuntutan biologi. Makan,

minum, seks. Sekarang Dg. Naba tanyakan

bagaimana yang dikatakan boros dalam masalah

makanan. Begini Dg. Naba. Pertama mau

memakan semua yang diingini tanpa mengenal

waktunya.

DG. NABA : Mau memakan semua yang diingini, tidak kenal

waktu, siang malam.

PAK KIAY : Ia, itu. Ini Dg. Naba, tidak akan dimasukkan

kepada kategori boros makan yang diingini.

DG. NABA : O, ia, ya.

PAK KIAY : Sebab yang tidak diingini, tidak juga dimakan.

Tetapi yang boros itu, mau, semua yang diingini.

DG. NABA : O, ia ya, tidak mengenal waktu. Jadi tidak

dimasukkan boros memakan sesuatu yang diingini.

Page 32: Dialog Bulan Puasa 1

31

PAK KIAY : Pada waktunya. Itu Dg. Naba

DG. NABA : Bagaimana bunyinya peringatan Nabi.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, memang hal itu sudah ada

pringatan Nabi. Kalau Dg. Naba menanyakan

peringatan-peringatan Nabi ada. Begini bunyinya

Dg. Naba. AN ANAS QALA SAW. MINAL

ISRAAFIH ANTA‟KULA KULLA MA-SYI‟TA

(HR IBNU MAJAH HAL BAIHAQIY) Artinya :

“Disebut dalam arti boros, Kana Nabi, adalah

orang yang memakan semua apa yang diingininya.

Itulah yang dikatakan orang yang boros.

DG. NABA : Jadi apa saja yang diingini, makan. Itulah orang

boros. Lalu?

PAK KIAY : yang kedua Dg. Naba makan dari yang melebih

dari kewajarannya.

DG. NABA : Makan yang melebihi dari kewajaran.

PAK KIAY : Ia, karena peringatan Tuhan dalam Qur‟an

KULUU WASYRABU WALLA TUSRIFUU

INNAHUU LA YUHIBBUL MUSRIFIEN (Surah

Ar-Ra‟du ayat 31) ; Artinya “Makanlah kamu,

minumlah kamu jangan berlebih-lebihan. Allah

tidak cinta kepada orang yang berlebih-lebihan

DG. NABA : A, ia, ia, makanlha, minumlah jangan berlebih-

lebhan. Kalau dua piring sup, ya dur piring saja.

Kalau minumnya tigas gelas, yang tiga gelas saja.

PAK KIAY : Bagaimana kemampuanperut yang dibiasakan,

jangan melebihi.

Page 33: Dialog Bulan Puasa 1

32

DG. NABA : O, ya, begitu. Bagaiman kaitannya sehingga dapat

dihilangkan sifat pemboros. Begini Dg. Naba.

Didalam berpuasa, kita menahan makan dan

minum. Kebiasaan menahan itu, akan menjadi sifat

dan tabiat, bahwa kita dapat menguasai diri.

Dengan sifat semacam itu, akan lepaslah manusia

dari boros bahil dan mubassri Dg. Naba. Karena

sifat dapat menguasai diri.

DG. NABA : O, ia, puasa ini, mengajar kepada kita

mengendalikan diri. Maka dengan demikian kalau

biasa pemboros kalau puasa, tidak boros lagi.

PAK KIAY : Ia, begitu Dg. Naba

DG. NABA : O. a. sudah waktu Pak Kiay.

PAK KIAY : Sudah waktu Dg. Naba

DG. NABA : IE, Saya permisi dulu Pak Kiay?

PAK KIAY : Baik Dg. Nab

DG. NABA : Besok malam lagi Insya allah, Assalamu‟alaikum

PAK KIAY : Insya Allah. Alaikumussalam warahmatullahi

Wabarakatuh.

Page 34: Dialog Bulan Puasa 1