dekubitus

Upload: yuga-parsadaan

Post on 14-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dk

TRANSCRIPT

DekubitusBatasan

Luka decubitus, sinonimnyaa adalah pressure ulcer, bed sores, atau pressure sore, luka decubitus adalah suatu area yang terlokalisir dengan jaringan mengalami nekrosis yang biasanya terjadi pada bagian permukaan tulang yang menonjol, sebagai akibat dari tekanan dalamjangka waktu yang lama yang menyebabkan peningkatan tekanan kapiler.

ETIOLOGI

1. Faktor eksterinsik

Tekanan : factor tekanan, terutama sekali bila tekanan tersebut terjadi dalam jangka waktu lama yang menyebabkan jaringan mengalami iskemik.

Pergesekan dan pergeseran : gaya gesekan ialah sebagau factor yang menimbulkan luka iskemik (Reichel, 1958). Hal ini biasanya akan terjadi apabila pasien diatas tempat tidur kemudian sering merosot, dan kulit seringkali mengalami regangan dan tekanan yang mengakibatkan terjadi iskemik pada jaringan

Kelembaban : kondisi kulit pada pasien yang sering mengalami lembab akan mengkontribusi kulit menjadi maserasi kemudian dengan adanya gesekan dan pergeseran , memudahkan kulit mengalami kerusakan. Kelembaban ini dapat akibat dari inkontinensia, drain luka, banyak keringat dan lainnya.2. Faktor intrinsic

Usia : usia juga dapat mempengaruhi terjadinya luka decubitus. Usia lanjut mudah sejkali untuk terjadi luka decubitus.hal ini karena pada usia lanjut terjadi perubahan kualitas kulit dimana adanya penurunan elastisitas, dan kurangnya sirkulasi pada dermis.

Temperature : kondisi tubuh yang mengalami peningkatan temperature akan berpengaruh pada temperature jaringan. Setiap terjadi peningkatan metabolism akan menaikan 1 derajat celcius dalam temperature jaringan. Setiap terjadi peningkatan temperature ini akan beresiko terhadap adanya gaya gesekan dan perferakan sehingga akan mudah mengalami kerusakan kulit. Hasil penelitian didapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara peningkatan temperature tubuh dengan resiko terjadinya luka decubitus (Bergstrom N and Braden B 1992, Suriadi dkk, 2003)

Nutrisi : Nutrisi merupakan factor yang dapat mengkontribusi terjadinya luka decubitus. Pada focus ini ada juga yang masih belum sependapat nutrisi sebagai factor luka decubitus namun sebagian besar dari hasil penelitian mengatakan adanya hubungan yang bermakna pada klien yang mengalami luka decubitus dengan malnutrisi individu dengan tingkat serum albumin yang rendah terkait dengan perkembangan terjadinyaluka decubitus. Hypoalbuminemia berhubungan dengan luka decubitus pada pasien yang dirawat (Allman etal, 1986. Bergstrom, Norvel and Braden 1988). Tekanan interface : tekanan interface adalah suatu pengukuran kualitatif yang didapatkan dari hasil pengukuran pada rongga antara tempat tidut dan tubuh dalam millimeter air raksa (mmHg). Suriadi dan kawan-kawan 2003, dalam penelitiannya melaporkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tekana interface dan terjadinya luka decubitus. Hasil penelitianya melaporkan juga bahwa semakin tinggi tekanan interface maka semakin beresiko ntuk terjadi luka decubitus. Alas an ini karena dengan meningkatnya tekanan interface dapat menyebabkan sumbatan pada pembuluh kapiler dan gangguan pada system limfatik konsekuensinya menghasilkan kerusakan jaringan dan perkembangan pada luka decubitus. Hasil penelitian lain juga yang menggunakan resiko untuk terjadi luka decubitus pada pasien dengan usia lanjut (Sugama, 2000).

Adapun factor lainnya yang dapat mengkontribusi terjadinya luka decubitus adalah menurunnya persepsi sensori, imobilisasi dan atau keterbatasan fisik. Ketiga factor ini adalah dampak dari pada lamanya dan intestitas tekanan pada bagian permukaan tulang yang menonjol.

PATOFISIOLOGI

Luka Dekubitus merupakan dampak dari tekanan yang terlalu lama pada area permukaan tulang yang menonjol dan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah pada area permukaan tulang yang menonjol dan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah pada area yang tertekan dan lama kelamaan jaringan setempat mengalami iskemik, hipoksia dan berkembang menjadi nekrosis. Tekanan yang normal pada kapiler adalah 32 mmHg. Aabila tekanan kapiler melebihi dari tekanan darah dan struktur pembuluh darah pada kulit, maka akan terjadi kolaps.

Dengan terjadi kolaps akan menghalangi oksigenisasi dan nutrisi ke jaringan, selain itu area yang tertekan menyebabkan terhambatnya aliran darah. Dengan adanya peningkatan tekanan arteri kapiler terjadi perpindahan cairan ke kapiler, ini akan menyokong untuk terjadinya edema dan mengkontribusi untuk terjadi nekrosis pada jaringan.

Berikut adalah alur patofisiologi luka decubitus

Tekanan yang terlokalisir

Peningkatan tekanan arteri kapiler pada kulit

Terhambatnya aliran darah

Iskemik

Nekrotik

Manifestasi klinis pada decubitus untuk pertama kali ditandai dengan kulit eritema atau kemerahan, terdapat ciri khans dimana bila ditekan dengan jari, tanda eritema akan lama kembali lagi atau persisten. Kemudian diikuti dengan kulit mengalami edema, dan temperature di area tersebut meningkat atau bila diraba akan terasa hangat. Tanda pada luka decubitus ini akan dapat berkembang hingga sampai ke jaringan otot dan tulang. Menurut NPUAP luka decubitus dibagi menjadi.

Stadium 1

Kulit utuh dengan tidak pucat kemerahan pada area local biasanya tulang lebih menonjol. Kulit gelap berpigmen mungkin tidak pucat, warna mungkin berbeda dari daerah sekitarnya. Daerah ini mungkin menyakitkan, tegas, lembut, hangat atau lebih dingin dibandingkan dengan jaringan yang berdekatan. Tahap 1 mungkin sulit untuk dideteksi pada individu dengan warna kulit gelap. Mungkin menunjukan orang beresiko (tanda resiko yang digemborkan)Stadium II

Hilangnya ketebalan sebagian dermis menyajikan sebagai ulkus terbuka dangkal dengan dasar luka merah muda, tanpa mengelupaskan. Juga dapat hadir sebagai melepuh serum penuh utuh atau buka/pecah. Tampak sebagai ulkus dangkal mengkilap atau kering tanpa mengelupaskan atau memar. Tahap ini tidak boleh digunakan untuk menggambarkan air mata kulit, luka bakar tape, dermatitis perineal, maserasi atau kritik pedas.

Memar menunjukan cedera jaringan yang dicurigai dalam.

Stadium III

Kehilangan ketebalan jaringan penuh. Lemak subkutan dapat terlihat tetapi tulang, tendon atau otot tida terkena. Slough mungkin ada tapi tidak mengaburkan kedalaman kehilangan jaringan. Mungkin termasukkerusakan dan terowongan. Kedalaman ulkus tekanan stadium III bervariasi menurut lokasi anatomi. Jembatan dari hidung, telinga, tengkuk dan malleolus tidak memiliki jaringan subkutan dan uka tahap III bias dangkal. Sebaliknya, bidang adipositas signifikan dapat mengembangkan tahap sangat dalam tingkat III luka tekan. Tulang/tendon tidak terlihat atau langsung teraba.

Stadium IV

Kehilangan ketebalan penuh jaringan dengan terbuka, tendon tulang atau otot. Slough atau eschar mungkin ada pada beberapa bagian dari dasar luka. Sering termasuk kerusakan dan terowongan. Kedalaman ulkus tekanan stadium IV bervariasi menurut lokasi anatomi. Jembatan dari hidung, telinga, tengkuk dan malleolus tidak memiliki subkutan dan ini bias menjadi dangkal. Luka tahap IV dapat memperpanjang ke dalam struktur otot dan /atau pendukung ( misalnya, fasia, tendon tau kapsul send) membuat osteomyelitis mungkin terjadi. Tulang terkena/ tendon terlihat atu langsung teraba.Unstageable:

Ketebalan ehilangan jaringan penuh dimana dasar ulkus ditutupi oleh slough (kuning, coklat, abu-abu, hijau atau coklat) dan/ atau eschar (cokelat, cokelat atau hitam) pada dasar luka. Sampai cukup slough dan / atau eschar akan dihapus untuk mengekspos dasar luka, kedalaman benar, dank arena itu tingkatan, tidak dapar ditentukan. Stabil(kering, patuh, utuh tanpa eritema atau fluctuance) eschar pada tumit berfungsi sebagai alami penutup tubuh (biologis) dan tidak boleh dibuang.

Deep tissue injury:

Ungu atau merah marun local daerah kulit utuh berubah warna atau darah yang penuh lecet akibat kerusakan mendasari jaringan lunak dari tekanan dan / atau geser. Daerah ini dapat didahului oleh jaringan yang adalah menyakitkan, perusahaan, lembek, berlumpur, hangat atau lebih dingin dibandingkan dengan jaringan yang berdekatan. Cedera jaringan dalam mungkin sulit untuk mendeteksi pada individu dengan warna kulit gelap. Evolusi mungkin termasuk lecet tipis di atas tempat tidur luka gelap. Luka lebih lanjut dapat berkembang menjadi dicakup oleh eschar tipis. Evolusi mungin cepat mengekspos lapisan tambahan daru jaringan bahkan dengan optimal pengobatan.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Kultur : pertumbuhan mikroorganisme tiruan atau sel-sel jaringan

Albumin serum : protein utama dalam plasma dan cairan serosa lain.

PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Perawatan luka decubitus

2. Terapi fisik, dengan menggunakan pusaran air untuk menghilangkan jaringan yang mati.

3. Terapi obat

a. Obat antibacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan bakteri

b. Antibiotic profilaksis agar luka tidak terinfeksi

4. Terapi diet. Agar terjadi proses penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus adekuat yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air.

Cara perawatan decubitus

Cara perawatan luka decubitus :

1. Bersihkan luka decubitus dengan menggunakan kasa bersih yang steruk dengan menggunkan cairan NaCL (cairan infus) dan di angina-anginkan selam 5 menit lalu oleskan betadi kebagian luka yang agak dalam dan biarkan sampai kering (oleskan betadi agar mencegah infeksi saja), setelah itu baru oleskan lagi dengan puregan oil ke selurh luka decubitus dan usahakan jaringan ditutup agar luka cepat kering.2. Hari berikutnya, jika luka bernanah, bersihkan lagid engan cairan NaCL (cairan infus) dengan kasa steril sampai bersih tidak ada nanah sama sekali dan oleskan lagi betadin setelah kering baru oles lagi puregan oil. Jika daerah yang dibersihkan agak membesar dan membentuk lobang agak dalam, ambil kain kasa steril larutkan dalam cairan NaCl (cairan infus) lalu masukan dalam lobang luka tsb sambil ditekan sediit agar nanah menempel ke bagian kain kasa lakukan berulang-ulang sampai benar-benar bersih setelah bersih baru boleh teruskan tahap no 1.

3. Jika decubitus ada pada daerah punggung sesekali biarkan pasien tidur agak miring atau merubah posisi tidur pasien.

4. Oleskan puregan oil pada pagi hari dan malam hari, tentunya setelah dibersihkan dan jika luka masih kemerahan (awal decubitus) oleskan GCO-puregan oil ini dengan cara di meses secara perlahan-lahan keseluruh luka decubitus.5. Memerlukan waktu beberapa minggu tuntuk proses penyembuhan jika jaringan kulit sudah mati (nekrotik) dan jika sampai ke tulang butuh waktu lebih lama lagi tapi kadang tergantung kondisi fisik dan kejiwaan pasien jadi pasien harus selalu punya semangat yang kuat dan selalu ceria (proses pemnyembuhan biasanya berbeda-beda tiap pasien).

6. Atur pola makan pasien yaitu makanan yang memenuhi gizi 4 sehat 5 sempurna.

Penatalaksanaan luka decubitus :

1. Hilangnya tekanan pada daerah-daerah yang terkena dengan mengubah-ubah posisi.

2. Mengusahakan agar ventilasi antara badan dan tempat tidut berjalan lancer.

3. Sistemik : antibiotic spectrum luas seperti amoksisilin 4x500 mg selama 15-30 hari, siklosporin 1-2 gr/hari selama 3-19 hari atau golongan kuinolon 4x500 mg/hari selama 14 hari

4. Topical : salep antibiotic seperti salep kloramfenikol 2%.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pendland, Susan L., dkk. Skin and Soft Tissue infections. Dalam Joseph

2. T. Dipiro, dkk, editor. Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach. Edisi 6. Chicago: McGrawhill Company; 2005. P1998-90