contoh 5w+1h tul fix

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polio tidak hanya melanda negara-negara maju saja, tetapi juga melanda neg negara berkembang, poliosebenarnya dapat di berantas dengan menghambat penyebarannya melalui peningkatan imunisasi rutin kepada anak-anak, masalah ini mendapat perhatian yang serius dari organisasi-organisasi yang ada di PBB satu organisasi PBB yang memberi perhatian yang besar pada masalah-m kesehatan adalah World Health Organization (WHO), WHO yang merupakan badan kesehatan Internasional ini sangat memperhatikan kondisi kesehatan masyarakat berbagai negara, khususnya negara-negara berkembang mengingat bagaimana rentannya negara-negara terhadap penyakit terutama karena terbatasnya pelayan kesehatan. Hal ini terlihat pada tahun !"" polio mun#ul di lebih $% &egara berada di lima benua dan lebih dari '% . anak menderita kelumpuh tahunnya. (WHO *epartement o+ a##ines Biologi#al, ene a hal ,!""). Pada tahun !!! di adakan pertemuan kesehatan *unia ke-%$ dalam pertemuan tersebut negara anggota untuk melakukan suatu inisiati+ dalam per#epatan pemberantasan polio. negara-negara anggota yang endemik terhadap poli penuh inisiati+ melakukan akti itas per#epatan pemberantasan polio pada tah dengan meningkatkan putaran Hari Imunisasi Internasional ( National Immunizat Days (&I*s)). 1

Upload: okta-sulistia

Post on 06-Oct-2015

61 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cuma contoh 5W 1H

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPolio tidak hanya melanda negara-negara maju saja, tetapi juga melanda negara-negara berkembang, polio sebenarnya dapat di berantas dengan menghambat penyebarannya melalui peningkatan imunisasi rutin kepada anak-anak, masalah polio ini mendapat perhatian yang serius dari organisasi-organisasi yang ada di PBB ,salah satu organisasi PBB yang memberi perhatian yang besar pada masalah-masalah kesehatan adalah World Health Organization (WHO), WHO yang merupakan badan kesehatan Internasional ini sangat memperhatikan kondisi kesehatan masyarakat di berbagai negara, khususnya negara-negara berkembang mengingat bagaimana rentannya negara-negara terhadap penyakit terutama karena terbatasnya pelayanan kesehatan. Hal ini terlihat pada tahun 1988 polio muncul di lebih 125 Negara yang berada di lima benua dan lebih dari 350.000 anak menderita kelumpuhan setiap tahunnya. (WHO:Departement of vaccines Biological, Geneva hal4,1988).Pada tahun 1999 di adakan pertemuan kesehatan Dunia ke-52 dalam pertemuan tersebut negara anggota untuk melakukan suatu inisiatif dalam percepatan pemberantasan polio. negara-negara anggota yang endemik terhadap polio dengan penuh inisiatif melakukan aktivitas percepatan pemberantasan polio pada tahun 2000 dengan meningkatkan putaran Hari Imunisasi Internasional (National Immunization Days (NIDs)).Penyebaran di Indonesia sudah membuktikan di Banten dan di Sukabumi, penyebaran virus polio makin menurun saat anak-anak di sana menerima vaksin polio ketiga pada bulan Agusus yang lalu. Daerah ini menjadi target dua putaran pecan imunisasi nasional (PIN) sebelumnya. PIN putaran ketiga pada akhir Nopember berhasil mencakup lebih dari 97% anak balita.(http://www.WHO. Org /Indonesia /id/ health nutrion 3175 html) Saat ini, sekitar 18 anak berusia di bawah tujuh tahun menderita kelumpuhan dan seorang di antaranya positif terkena virus polio di Kampung Cidadap, Desa Girijaya, Kecamatan Cidahu, Sukabumi. Fikri Ramdani, 19 bulan, menderita kelumpuhan setelah mengalami panas tinggi disertai demam. Patut di maklumi, karena penyakit polio ini apabila sudah terlanjur mengenai seorang anak, maka anak tersebut akan mengalami kelumpuhan seumur hidupnya yang tentunya akan memupuskan harapan orang tua akan masa depan anaknya, namun tidak semua anak yang terinfeksi oleh virus polio pasti akan mengalami kelumpuhan, karena kelumpuhan terjadi apabila virus polio ini sempat berkembang biak dan merusak sel-sel saraf motorik. Apabila virus ini tidak sampai di sel motorik (karena daya tahan tubuh mampu mengatasi), maka hanya akan timbul gejala penyakit yang sifatnya ringan seperti disebut sebelumnya dan sangat mungkin tidak disadari bahwa yang menyebabkan gejala di atas adalah virus polio.Hal inilah yang menyebabkan penulis mengadakan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingginya kejadian penyakit polio di Sukabumi, Jawa Barat tahun 2006.BAB IIIdentifikasi Masalah

2.1 Masalah-masalahDalam Bab ini akan diangkat permasalahan yang terjadi di Sukabumi, Jawa Barat tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingginya kejadian penyakit polio. Berdasarkan distribusia) Kelompok umur di bawah 5 tahun paling rentan terinveksi virus poliokarena daya tahan tubuh yang masih rendah.b) Daerah-daerah yang rentan terhadap penyebaran virus polio adalah daerah dengan jumlah penduduk yang padat seperti Jawa dan Sumatera, serta pada daerah kumuh yang sanitasi lingkungannya buruk.c) Di Negara bermusim dingin, sering terjadi epidemic di bulan Mei-Oktober, tetapi kasus sporadic tetap terjadi setiap saat. Kejadiannyapun sulit diprediksi, terbukti Indonesia kasus terakhir terjadi setelah 10 tahun lamanya setelah kasus pertama.1. Berdasarkan frekuensia) Sampai tahun 2006 telah tercatat lebih dari 300 kasus di Indonesia.b) Insiden polio berkisar 4-8/100.000 penduduk.c) Merupakan angka yang sangat kecil namun dapat menular dengan cepat jika tidak segera dilakukan imunisasi.d) Paralytic rate pada golongan 0-14 tahun: 2-3/1.000 penduduk.Anak di bawah umur sangat rentan karena imunitas tubuh yang rendah atau belum diimunisasi polio.2. Berdasarkan determinana) Host (pejamu) Jenis kelamin, dimana laki-laki leebih rentan daripada wanita Penderita yang tidak mempunyai mimunitas tubuh Stress akibat kelelahan Penderita dengan riwayat penyakit seperti pertusis, campak dan enteritis.b) Agent (penyebab)Disebabkan oleh virus polio(RNA) dengan serotype I (Brunhilde), II (Lansing), III (Leon).c) Environment(1) Sanitasi yang buruk karena virus polio menyebar dari tinja orang yang terinveksi(2) Padatnya jumlah penduduk menyebabkan penyebaran/penularan virus polio semakin cepat.(3) Tingginya pencemaran lingkungan oleh tinjaPengadaan air bersih yang kurang karena dapat disinyalir bahwa air telah terkontaminasi oleh tinja penderita.3. Penularan virus polio terjadi melalui saluran pernafasan (inhalasi), makanan/minuman yang terkontaminasi dan serangga (lipas, lalat, dsb).4. Cara penularan yakni masuk ke dalam mulut penderita yang nantinya dikeluarkanbersama tinja.5. Kader Posyandu dan pelaksana imunisasi belumterlatih, karena petugas dan kader malas atau belum sempat mengikuti pelatihan.6. Pelaksanaan imunisasi terkadang tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan karena sarana dan prasarana kurang memadai.7. Kurangnya kesadaran masyaraakat untuk mengimunisasikan anaknya, karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman akan ppentingnya imunisasi polio

WhatWhereWhenWhoWhy

Kelompok umur dibawah 5 tahun paling rentan terinfeksi virus polio Sukabumi, Provinsi Jawa BaratSaat peneliti melakukan penelitian menggunakan data sekunderKelompok umur dibawah 5 tahunDaya tahan tubuh yang masih rendah

How

kelompok umur di bawah 5 tahun sangat rentan terinveksi virus polio atau anak tersebut belum diimunisasi polio, sehingga menyebabkan anak balita menjadi rentan terkena penyakit, terutama polio.

Tabel 2.1 Identifikasi Masalah 5W + 1H

WhatWhereWhenWhoWhy

Terbatasnya Sanitasi Lingkungan Yang Baik Sukabumi, Provinsi Jawa BaratSaat peneliti melakukan penelitian menggunakan data sekunderWargaPenggunaan jamban warga dan air bersih yang tidak memenuhi standar,dan tidak memelihara kesehatan makanan

How

Padatnya penduduk dan buruknya sanitasi yang tidak memenuhi standar kesehatan, sehingga tibulnya rasa acuh menjaga lingkungan dalam diri warga

WhatWhereWhenWhoWhy

Keterlambatan Imunisasi PolioSukabumi, Provinsi Jawa BaratSaat peneliti melakukan penelitian menggunakan data sekunderAnak dibawah 5 tahunKurangnya pengarahan dan pemahaman masyarakat akan pentingnya imunisasi polio

How

Pemahaman yang kurang akan menimbulkan ketidak pedulian terhadap dampak penyakit polio.

WhatWhereWhenWhoWhy

Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan yang Kurang MemadaiSukabumi, Provinsi Jawa BaratSaat peneliti melakukan penelitian menggunakan data sekunderTenaga kesehatan dan kader-kaderTerpencilnya tempat dan buruk nya akses jalanan untuk menuju ke lokasi masyarakat

How

Dana/subsidi yang kurang merata dari pemerintah untuk daerah terpencil sehingga meyebabkan kurangnya fasilitas yang menudukung terjadinya pelayanan kesehatan yang baik.

WhatWhereWhenWhoWhy

Kurangnya Kesadaran MasyarakatSukabumi, Provinsi Jawa BaratSaat peneliti melakukan penelitian menggunakan data sekunderMasyarakat berpenghasilan rendahKurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya imunisasi polio, dan phbs akan berpengaruh terhadap pola hidup

How

Wawasan yang didasari faktor pendidikan yang rendah dan kurang aktifnya warga dalam organisasi masyarakat dapat menyebabkan rasa tidak peduli tentang dampak dari penyakit polio.

2.1 Dampak MasalahMasalah yang telah disebutkan Diatas, secara langsung maupun tidak, dapat mempengaruhi penyebaran virus polio di Indonesia.Dampak dari masalah-masalah yang telah disebutkan di atas antara lain:1. Daya tahan tubuh yang masih rendah maka kelompok umur di bawah 5 tahun sangat rentan terinveksi virus polio atau anak tersebut belum diimunisasi polio. 2. Sanitasi yang buruk karena virus polio menyebar dari tinja orang yang terinveksi3. Pelaksanaan imunisasi terkadang tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan karena sarana dan prasarana kurang memadai sehingga mempengaruhi pemahaman masyarakat akan pentingnya imunisasi polio.4. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya PHBS (Kedisiplinan imunisasi, sanitasi diri dan sanitasi lingkungan) dan Pendidikan masyarakat yang rendah mempengaruhi terhadap tingkat pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya imunisasi. Sehingga anak-anak yang terinveksi disinyalir akibat ketidakpahaman orang tua akan pentingnya imunisasi.5. Kader Posyandu dan pelaksana imunisasi belumterlatih, karena petugas dan kader malas atau belum sempat mengikuti pelatihan dan dana/subsidi yang kurang merata hingga daerah terpencil.c.Prioritas MasalahSehubungan dengan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi prioritas masalah adalah:1. Kerentanan kelompok umur di bawah 5 tahun karena daya tahan tubuh yang sangat rendah.2. Kerentanan daerah-daerah yang padat penduduknya dan bersanitasi buruk.3. Kader Posyandu dan pelaksana imunisasi yang belum terlatih.4. Pelaksanaan imunisasi terkadang tidak sesuai dengan jadwal.5. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya PHBS (Kedisiplinan imunisasi, sanitasi diri dan sanitasi lingkungan).Dalam penetapan prioritas masalah, metode yang sering digunakan di bidang kesehatan ada metode Bryant yang mempergunakan indicator-indikator berikut :1. Community Cncern Public concern ( C )Yaitu besarnya keprhatinan masyarakat akan masalah yang dihadapi. Masalah dengan keprihatinan masyarakat yang besar untuk mengatasinya mendapat perioritas tertinggi.SKOR :1= tidak mendapat perhatian masyarakat2= kurang mendapat perhatian masyarakat3= cukup mendapat perhatian masyarakat4 = sangat mendapat perhatian masyarakat2. Prevalence ( P )Yaitu jumlah individu yang terkena dalam unit organisasi atau Rumah Sakit atau dapat juga diartikan jumlah individu yang terkena didlam masyrakat. Prioritas yang tertinggi diberikan kepada suatu masalah yang menyebar luas dalam masyarakat.SKOR :1 = Jumlah individu / masyarakat yang terkena sangat sedikit2 = Jumlah individu / masyarakat yang terkena sedikit3 = Jumlah individu / masyarakat yang terkena cukup besar4 = Jumlah individu / masyarakat yang terkena sangat besar

3. Serious atau Severity ( S )Yaitu berat ringannya masalah yang ditimbulkan oleh masalah tersebut terhadap masyarakat.SKOR :1 = Masalah yang ditimbulakan tidak berat2 = Masalah yang ditimbulkan cukup berat3 = Masalah yang dirimbulkan berat4 = Masalah yang ditimbulkan sangat berat4. Manageability ( M )Yaitu tersedianya mutu dengan pembiayaan, kemungkinan penghambantan pelaksanaan,, keadaan ekonomi masyarakat, dan keikutsertaan masyarakat.SKOR :1 = Tidak dapat dikelola2 = Cukup dikelola dan diatasi3 = Dapat kelola dan diatasi4 = Sangat dapat dikelola dan diatasi

C x P x S x MUntuk menghitung nilai total digunakan Rumus

Prioritas Masalah Polio Di Masyarakat( Metode Bryant )

NoMasalahCPSMTotal (CxPxSxM)Skala Prioritas

1Kelompok umur dibawah 5 tahun paling rentan terinfeksi virus233236IV

2Terbatasnya Sanitasi Lingkungan Yang Baik di Indonesia233236III

3Keterlambatan Imunisasi Polio332474I

4Kurangnya Kesadaran Masyarakat232224V

5Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan yang Kurang Memadai233354II

Penjelasan skor mengenai masalah Kelompok umur dibawah 5 tahun paling rentan terinfeksi virus yaitu untuk indicator community Concern (C) skor 2 artinya kurang mendapat perhatian masyarakat. Untuk indikator Prevalence (P) skor 3 artinya individu yang terkena cukup besar, karena pada usia 5 tahun kondisi imun tubuh belum stabil dan mudah menurun sehinnga sangat mudah terinveksi virus polio ketika daya tahan menurun. Untuk indicator Seriousness/severity (S) skor 3 artinya masalah yang ditimbulkan berat karena apabila semua anak usia 5 tahun mempunyai imun tubuh yang kurang baik bukan tidak mungkin akan terserang virus polio. Untuk indicator Manageability (M) skor 2 artinya cukup dikelola dan di atasi, kelompok umur di bawah 5 tahun kerentanannya dapat diatasi dengan pemberian makanan bergizi kepada anak, dan mengajarkan pola phbs agar anak mengerti.Penjelasan skor mengenai Terbatasnya Sanitasi Lingkungan Yang Baik di Indonesia yaitu untuk indicator community Concern (C) ) skor 2 artinya kurang mendapat perhatian masyarakat. Untuk indikator Prevalence (P) skor 3 artinya individu yang terkena cukup besar, karena dari terbatasnya sanitasi yang baik maka masyarakat juga sangat susang untuk mendapatkan sanitasi yang sehat. Untuk indicator Seriousness/severity (S) skor 3 artinya masalah yang ditimbulkan berat, karena sanitasi yang baik dapat menunjang kehidupan yang baik dan sehat untuk warga. Untuk indicator Manageability (M) skor 2 artinya cukup dikelola dan di atasi, melalui sumur buatan untuk para warga ataupun air PAM.Penjelasan skor mengenai Keterlambatan Imunisasi Polio yaitu untuk indicator community Concern (C) ) skor 3 artinya cukup mendapat perhatian masyarakat. Untuk indikator Prevalence (P) skor 3 artinya individu yang terkena cukup besar, karena kurang pedulinya orang tua tentang imunisasi polio. Untuk indicator Seriousness/severity (S) skor 2 artinya masalah yang ditimbulkan cukup berat, karena keterlambatan imunisasi polio dapat berakibat fatal kepada anak. Untuk indicator Manageability (M) skor 4 artinya sangat dapat dikelola dan di atasi, apabila adanya keperdulian terhadap kesehatan anak yang tinggi ditunjang dengan pemahaman orang tua yang baik.Penjelasan skor mengenai masalah Kurangnya Kesadaran Masyarakat yaitu untuk indicator community Concern (C) skor 2 artinya kurang mendapat perhatian masyarakat. Untuk indikator Prevalence (P) skor 3 artinya individu yang terkena cukup besar, karena kurangnya keperdulian masyarakat terhadap imunisasi polio dapat berakibat buruk untuk anak-anaknya dan tetangganya. . Untuk indicator Seriousness/severity (S) skor 2 artinya masalah yang ditimbulkan cukup berat karena kurang pedulinya masyarakat akan menimbulkan sikap antipasti kepada petugas ataupun program kesehatan diwilayahnya. Untuk indicator Manageability (M) skor 2 artinya cukup dikelola dan di atasi, melalui pelayanan kesehatan yang baik, penyuluhan melalui kader-kader setempat.Penjelasan skor mengenai Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan yang Kurang Memadai yaitu untuk indicator community Concern (C) ) skor 2 artinya kurang mendapat perhatian masyarakat. Untuk indikator Prevalence (P) skor 3 artinya individu yang terkena cukup besar, karena dari terbatasnya sarana dan prasarana masyarakat maupun tenaga kesehatan sangat sulit dalam menangani berbagai keluhan masyarakat. Untuk indicator Seriousness/severity (S) skor 3 artinya masalah yang ditimbulkan berat, karena kurangnya tenaga ahli yang berpengalaman dan kurangnya tenaga kesehatan yang mengikuti pelatihan sehinnga interaksi atau hubungan dengan masyarakat menjadi tidak kondusif. Untuk indicator Manageability (M) skor 3 dapat dikelola dan diatasi, apabila semua petugas kesehatan berpengalaman, mengikuti pelatihan dan tidak bermalas-malasan dalam melayani warga setempat, dengan mengadakan penyuluhan bersama ibu-ibu kader dan tokoh-tokoh masyarakat.2.3 Analisis Penyebab Masalah UtamaBerdasarakan prioritas masalah di atas, Penulis mencoba menganalisa faktor-faktor penyebab dari masalah utama tersebut yaitu Dengan menngunakan metode 6 M : Man (SumberDaya Manusia), Money (Anggaran Dana), Method (Metode / Cara), Material (Sarana), Machine (Prasarana), dan Market (Sasaran). Penulis memahami bahwa setiap institusi dan masyarakat memiliki keterbatasan dalam hal dana/keuangan, seperti pusat-pusat pelayanan desa. Oleh karena itu Penulis mencoba menganalisis penyebab masalah utama dari aspek 6M.

Analisis Penyebab Masalah Utama Ichikawa (Tulang Ikan) Keterlambatan Imunisasi Polio

Penetapan Penyebab MasalahBerdasarkan pengamatan Penulis berkesimpulan bahwa penyebab dari masalah Keterlambatan Imunisasi Polio adalah :1. Padatnya kegiatan ibuKegiatan ibu yang padat membuat ibu menjadi sibuk dan membuat ibu menjadi tidak perhatian terhadap kesehatan keluarga terutama anak. Padat nya kegiatan membuat timbulnya rasa malas pada ibu. 2. Petugas dan kader posyandu kurang terlatihKader Posyandu dan pelaksana imunisasi yang belumterlatih, membuat timbulnya rasa malas pada petugas dan kader-kadrer dalam melakukan kgiatan kesehatan.3. Pendapatan yang masih rendahPendapatan yang masih rendah sangat berpengaruh terhadap pola fikir warga yang terlalu sibuk bekerja tanpa memikirkan kesehtan anak maupun kelurga itu sendiri.4. Dana subsidi kesehatan dari pemeintah yang tidak merataTidak meratanya dana subsidi kesehatan dari pemerintah ke daerah-daerah terpencil membuat kegiatan kesehatan menjadi terhambat.5. Jadwal imunisasi yang sering berubahKetidak pastian jadwal imunisasi membuaat masyarakat menjadi malas dalam melakukan kegiatan imunisasi, dan membuat timbulnya rasa antipati ibu kepada petugas kesehatan.6. Tidak adanya tempat untuk pelaksanaan imunisasiPelaksanaa imunisasi terhambat karena tidak tersedianya tempat pelaksaan imunisasi, seperti tidak adanya ruangan kosong yang layak digunakan, ataupun lapangan.7. Alat-alat kesehatan kurang memadaiKurang memadainya alat-alat kesehatan menjadi salah satu penyebab keterlambatan imunisasi polio, seperti kurangnya atau habisnya vaksin polio.8. Lokasi yang kurang terjangkauLokasi yang kurang terjangkau menjadi salah satu masalah petugas kesehatan ataupun warga untuk saling berinteraksi.9. Minimnya sarana transportasiWilayah yang terpencil dengan jalan yang sulit dilalui menjadi salah satu penyebab keterlambatan imunisasi karena minimnya sarana transportasi menuju tempat pelaksanna imunisasi.

BAB IIIALTERNATIF PENEYELESAIAN MASALAH

Pemecahan masalah (problem solving) merupakan suatu upaya untuk mengatasi penyebab dari terjadinya masalah sehingga masalah yang dihadapi dapat diatasi dan mutu pelayanan dapat lebih ditingkatkan. Dalam pemecahan masalah ini campur tangan dari manajemen puncak sangat dibutuhkan karena pihak manajemen yang menetapkan berbagai kebijakan dalam mengatur kegiatan dalam suatu organisasi instansi terkait. Tujuan dari pemecahan masalah adalah sebagai pedoman dalam menyusun alternative pemecahan. Dapat diumpamakan kita tidak dapat memilih jalan yang terkait untuk menuju suatu tempat kecuali kita telah menentukan kemana kita akan pergi. Dengan tujuan sebagai pedoman tersebut maka kita dapat menyusun beberapa alternative pemecahan (Meiliana, 2002). Banyak model proses pemecahan masalah yang dikemukakan oleh para ahli dan pada umumnya mencangkup 8 (delapan) langkah : identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah, analisis penyebab masalah, penentuan penyebab utama dari prioritas masalah, penentuan solusi potensial sebagai alternatif solusi, dan evaluasi hasil pelaksanaan solusi merupakan hal yang bersifat teknis dan memerlukan perencanaan matang yang disusun oleh pihak manajemen puncak, lalu didelegasikan kepada seluruh petugas kepada seluruh petugas atau perekam medis secara bertahap dalam jangka waktu yang telah ditetapkan (Meiliana, 2002).Dalam Bab III ini Penulis akan mencoba mengidentifikasi alternative pemecahan dari masalah yang dikemukakan pada Bab II yaitu : Keterlambatan Imunisasi Polio Pada Balita. Masalah ini menggambarkan keadaan yang betolak belakang terhadap sistem kesehatan yang seharusnya berjalan dengan baik dan medapat dukungan penuh dari masyarakat agar tidak terjadinya keterlambatan imunisasi polio pada balita.3.1 Alternatif Solusi Pemecahan MasalahPenulis mencoba menawarkan alternatif solusi yang bisa dilaksanakan pihak puskesmas dan kader-kader desa. Solusi ini diperoleh melalui observasi lapangan dengan mendalam analisis situasi yang telah dilakukan. Adapun usulan-usulan tersebut adalah :1. Mengadakan pelatihan kader posyandu dan pelaksana imunisasi.2. Meningkatan produktifitas sumber dana masyarakat melalui pengorganisasian dan pemberdayaan masyarakat dengan memberi cara berwira usaha.3. Menyepakati jadwal pelaksanaan imunisasi di posyandu bersama masyarakat.4. Pengadaan tempat pelayanan kesehatan yang memadai.5. Meningkatkan daya tahan tubuh anak balita (di bawah 5 tahun) dengan pemberian imunisasi.6. Pembangunan jalan melalui swadaya dan gotong royong warga bersama pihak-pihak kesehatan ataupun pemerintah dalam pembenahan lokasi yang lebih baik agar dapat terjangkau.

3.2 Prioritas Alternatif Pemecahan MasalahBerdasarkan 5 (lima) solusi yang ditawarkan Penulis, akan diambil satu sebagai prioritasnya dengan menggunakan metode perbandingan efektifitas dan efisiensi.1. Efektifitas, terdiri dari :a. Magnitude (M), menyatakan besarnya masalah yang dapat diselesaikan oleh alternatif selusi yang ditawarkan. Solusi yang memecahkan masalah tersebut adalah yang layak diprioritaskan.b. Importance (I), menyatakan tingkat urgensi solusi yang ditawarkan. Solusi yang dapat memecahkan masalah terpenting adalah yang layak di prioritaskan.c. Sensitivity / vulnerability (V), menyatakan sensitifitas alternatif pemecahan dalam mempengaruhi masalah (salah satunya adalah kesiapan teknologi). Altrnatif pemecahan yang paling mempengaruhi pemecahan masalah adalah yang layak di prioritaskan.Penilaian :a. Nilai 1, tidak penting untuk diprioritaskan.b. Nilai 2, kurang penting untuk diprioritaskan.c. Nilai 3, cukup penting untuk diprioritaskan.d. Nilai 4, penting untuk diprioritaskan.e. Nilai 5, sangat penting untuk diprioritaskan.2. Efficiency (E), menyatakan hubungan alternatif solusi dengan besarnya biaya yang ditimbulkan. Solusi dengan biaya terkecil adaah layak diprioritaskan.Penilaian :a. Nilai 1, sangat penting, biaya sangat kecil.b. Nilai 2, penting, biaya kecil.c. Nilai 3, cukup penting, biaya cukup kecil.d. Nilai 4, kurang penting, biaya besar.e. Nilai 5, tidak penting, biaya sangat besar.

Untuk menghitung nilai total digunakan rumus = ( M x I x V ) E

Tabel 3.2Alternatif Pemecahan Masalah dengan Metode PerbandinganEfektifitas dan Efisiensi

NoAlternatifSolusiEfektifitasE = ( M x I x V )EPrioritas

MIV

1.Pelatihan kader posyandu dan pelaksana imunisasi.434224II

2.Meningkatan produktifitas sumber dana masyarakat melalui pengorganisasian dan pemberdayaan masyarakat dengan memberi cara berwira usaha.

4

3

3

4

9

VI

3.Menyepakati jadwal pelaksanaan imunisasi di posyandu bersama masyarakat.343218V

4.Pengadaan tempat pelayanan kesehatan yang memadai. 554425I

5.Meningkatkan daya tahan tubuh anak balita dengan pemberian imunisasi.544420III

6Pembangunan jalan melaui swadaya dan gotong royong warga bersama pihak-pihak kesehatan ataupun pemerintah dalam pembenahan lokasi yang lebih baik agar dapat terjangkau.

4

4

3

4

12

IV

Nilai/Skor pada table diatas diperoleh melalui brainstorming dengan pihak-pihak instansi terkait, kader-kader dan tokoh masyarakat.Penjelasan skor untuk alternatif pemecahan masalah dengan melakukan Pelatihan kader posyandu dan pelaksana imunisasi yaitu untuk indikator Magnitude (M) skor 4, artinya penting untuk diprioritaskan, karena jika tidak adanya pelatihan maka pelaksanaan imunisasi tidak akan berjalan sehinnga menyebabkan terhambatnya kegiatan imunisasi. Untuk indikator Importance (I) skor 3, artinya cukup penting untuk diprioritaskan, karena dengan dilakukan pelatihan pada kader posyandu dan pelaksana imunisasi maka petugas akan memiliki kemampuan dalam menangani imunisasi pada balita. Untuk indikator Sensitivity/vulnerability (V) skor 4, artinya penting untuk diprioritaskan karena dengan alternatif solusi tersebut maka diharapkan keterlambatan imunisasi polio pada balita tidak akan terjadi. Untuk indikator efficiency (E) skor 2, artinya penting, biaya kecil, karena memalui pelatihan kader dan petugas kesehatan tidak memerlukan biaya yang besar.Penjelasan skor untuk alternatif pemecahan masalah Meningkatan produktifitas sumber dana masyarakat melalui pengorganisasian dan pemberdayaan masyarakat dengan memberi cara berwira usaha yaitu untuk indikator Magnitude (M) skor 4, artinya penting untuk diprioritaskan, karena jika tidak adanya peningkatan produktifitas sumber dana masyarakat melalui pengorganisasian dan pemberdayaan masyarakat dengan memberi cara berwira usaha warga tidak bisa mengalami peningkatan mutu hidup ataupun pola fikir tentang peningkatan kualitas hidup. Untuk indikator Importance (I) skor 3, artinya cukup penting untuk diprioritaskan, karena dengan dilakukan peningkatan produktifitas sumber dana masyarakat melalui pengorganisasian dan pemberdayaan masyarakat dengan memberi cara berwira usaha masyarakat dapat mengelola keuntungan sendiri tanpa harus terlalu sibuk bekerja di orang lain. Untuk indikator Sensitivity/vulnerability (V) skor 3, artinya cukup penting untuk diprioritaskan karena dengan alternatif solusi tersebut maka diharapkan ekonomi warga akan meningkat. Untuk indikator efficiency (E) skor 4, artinya kurang penting, biaya besar, berwira usaha memerlukan biaya yang besar untuk menjadi modal awal. .Penjelasan skor untuk alternatif pemecahan masalah Menyepakati jadwal pelaksanaan imunisasi di posyandu bersama masyarakat yaitu untuk indikator Magnitude (M) skor 3, artinya cukup penting untuk diprioritaskan, karena jika tidak adanya kesepakatan jadwal imunisasi di posyandu dengan masyarakat maka pelaksanaan imunisasi tidak akan berjalan dengan baik. Untuk indikator Importance (I) skor 4, artinya penting untuk diprioritaskan, karena dengan dilakukan kesepakatan jadwal maka pelaksanaan imunisasi akan lebih jelas waktu pelaksaannya. Untuk indikator Sensitivity/vulnerability (V) skor 3, artinya cukup penting untuk diprioritaskan karena dengan alternatif solusi tersebut maka diharapkan kegiatan imunisasi akan berjalan dengan semestinya dan mendapat perhatian dari masyarakat. Untuk indikator efficiency (E) skor 2, artinya penting, biaya kecil, kesepakan jadwal imunisasi cukup dilakukan dengan rembuk desa ataupun pertemuan antar kader atau petugas kesehatan dengan masyarakat alternatif solusi ini membutuhkan biaya relative kecil dibandingkan alternative pemecahan masalah lainnya. Penjelasan skor untuk alternatif pemecahan masalah Pengadaan tempat pelayanan kesehatan yang memadai yaitu untuk indikator Magnitude (M) skor 5, artinya sangat penting untuk diprioritaskan, karena jika tidak adanya pengadaan tempat pelayanan kesehatan yang memadai maka petugas kesehatan tidak dapat membantu masyarakat dengan maksimal. Untuk indikator Importance (I) skor 5, artinya sangat penting untuk diprioritaskan, karena dengan dilakukan pengadaan tempat pelayanan kesehatan yang memadai maka pelayanan kesehatan akan jauh lebih maksimal. Untuk indikator Sensitivity/vulnerability (V) skor 4, artinya penting untuk diprioritaskan karena dengan alternatif solusi tersebut maka diharapkan kegiatan pelayanan kesehatan akan berjalan dengan baik dan masyarakatpun akan lebih berperan aktif dalam kegiatan pelayanan kesehatan. Untuk indikator efficiency (E) skor 4, artinya kurang penting, biaya besar, pengadaan tempat pelayanan kesehatan yang memadai dilihat kurang penting oleh petugas ataupun warga karena biaya yang dibutuhkan besar. Penjelasan skor untuk alternatif pemecahan masalah Meningkatkan daya tahan tubuh anak balita dengan pemberian imunisasi yaitu untuk indikator Magnitude (M) skor 5, artinya sangat penting untuk diprioritaskan, karena jika tidak adanya peningkatan daya tahan tubuh anak balita dengan pemberian imunisasi maka balita akan sangat rentan terinfeksi virus polio dan berbagai penyakit lainnya. Untuk indikator Importance (I) skor 4, artinya penting untuk diprioritaskan, karena dengan dilakukan pemberian imunisasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak balita maka balita tersebut memiliki imunitas yang lebih baik dibandingkan anak balita yang tidak diberi imunisasi. Untuk indikator Sensitivity/vulnerability (V) skor 4, artinya penting untuk diprioritaskan karena dengan alternatif solusi tersebut maka diharapkan angka kejadian penyakit polio pada balita dapat menurun. Untuk indikator efficiency (E) skor 4, artinya kurang penting, biaya besar, pemberian imunisasi menjadi terhambat disebabkan kurangnya vaksin di daerah terpencil dan memerlukan biaya yang besar. Penjelasan skor untuk alternatif pemecahan masalah Pembangunan jalan melaui swadaya dan gotong royong warga bersama pihak-pihak kesehatan ataupun pemerintah dalam pembenahan lokasi yang lebih baik agar dapat terjangkau yaitu untuk indikator Magnitude (M) skor 4, artinya penting untuk diprioritaskan, karena jika tidak adanya perbaikan jalan melalui swadaya dan bantuan pemerintah yang dilakukan secara bergotong royong maka warga akan terbebani dengan wilayah dan kondisi wiliyah yang kurang baik yang menyebabkan terhambatnya aktifitas pelayanan kesehatan. Untuk indikator Importance (I) skor 3, artinya cukup penting untuk diprioritaskan, karena dengan dilakukan perbaikan jalan melalui swadaya dan bantuan pemerintah yang dilakukan secara bergotong royong warga tidak akan merasa terbebani dan hubungan antara petugas kesehatan dan warga akan terbina dengan baik melalui gotong royong. Untuk indikator Sensitivity/vulnerability (V) skor 3, artinya cukup penting untuk diprioritaskan karena dengan alternatif solusi tersebut maka diharapkan warga akan lebih mudah menempuh perjalanan menuju tempat pelayanan kesehatan dan hubungan antar petugas juga warga dapat terbina dengan baik. Untuk indikator efficiency (E) skor 4, artinya kurang penting, biaya besar, pembangunan jalan memerlukan biaya yang besar untuk berjalannya pembangunan yang baik dan lancar.3.3 Analisis Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

DAFTAR PUSTAKA

Geneva: Department of vaccines and Biologicals, 2001, hal,61http://www.WHO. Org /Indonesia /id/ health nutrion 3175 html

31

KeterlambatanImunisasi Polio Pada BalitaManSibuknya ibu Petugas dan kader posyandu yang kurang mendapat pelatihan dan Petugas dan kader malas

MoneyPendapan masyarakat yang masih rendahDana/ subsidi kesehatan dari pemerintah yang tidak merata

MethodJadwal imunisasi yang sering berubah

MarketLokasi yang kurang terjangkau Minimnya sarana transportasi

Machine

Alat-alat kesehatan kurang memadai (keterbatasan vaksin)

Material

Tidak adanya tempat untuk pelaksanaan imunisasi