centela
TRANSCRIPT
LAPORAN
PRATIKUM KIMIA BAHAN ALAM
Isolasi Asiatikosid dari Daun Pegagan
(Centella asiatica)
Oleh:
Sisca Revistalena Monalisa Meliana
Tifanil Trada Azhar Surya Dinata
Indri Yani Novi Yunita
Sri Suryani R
(0804001) (0804016)(0804031)(0804043)(0804035)(0804061)(0804090)
LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG - 2011
Isolasi Asiatikosid dari Daun Pegagan (Centella asiatica)
I. Tujuan Percobaan
Mengisolasi senyawa triterpen dari daun tumbuhan Centella asiatica
dan karakterisasi dengan kromatografi lapis tipis.
II. Tinjauan Pustaka
Centella asiatica atau lebih populer dikenal dengan daun pegagan
termasuk famili Umbeliferaceae. Tumbuhan ini tersebar di daerah
tropis; Indonesia, Malaysia, Srilangka, Madagaskar dan Asia Afrika.
Ekstrak segar dari tumbuhan ini telah lama digunakan oleh masyarakat
Jawa dan Malaypeninsula, baik untuk pengobatan topikal maupun
untuk oral.
Tumbuhan ini cukup banyak digunakan untuk pengobatan lepra (India
dan Madagaskar), demam (Cina), mengobati kelelahan, eksim dan juga
memperkuat daya ingat dan sebagai penenang.
Pegagan yang simplisianya dikenal dengan sebutan Centella Herba
memiliki kandungan asiaticoside, thankuniside, isothankuniside,
madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic
acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine,
tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium,
kalsium dan besi. Diduga glikosida triterpenoida yang disebut
asiaticoside merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat
luar biasa. Zat vellarine yang ada memberikan rasa pahit.
Identifikasi
a. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes asam sulfat pekat terjadi
warna coklat
b. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes asam sulfat 10 N terjadi
warna coklat hijau
c. Pada 2 mg serbuk herba tambah 5 tetes larutan besi(III) klorida p 5
% b/v, terjadi warna kuning coklat
d. KLT
Harga hRx dihtung terhadap bercak merah dilihat pada sinar UV
366 nm
No hRx Tanpa pereakasi Dengan pereaksi
1 92 -105 - Kuning
2 107- 111 Biru Biru
3 113-121 Jingga Jingga
Kadar abu tidak kurang 19 %
Larut asam tidak kurang dari 5 %
Larut air tidak kurang dari 6 %
Larut etanol tidak kurang 9,5 %
Bahan Organik tidak kurang dari 2 %
Triterpen
Triterpenoid yang strukturnya mirip dengan steroid adalah senyawa bahan
alam yang kerangka karbonnya berasal dari 6 unit isoprena, yang secara
umum diturunkan dari senyawa asiklik C30 skualena.
Golongan triterpenoid sangat beragam biasanya berupa alkohol aldehid
atau asam karboksilat. Umumnya tidak berwarna berupa kristal dengan
titik leleh tinggi dan optis aktif. Uji yang banyak digunakan untuk
mendeteksi golongan triterpenoid ialah pereaski Liebermann Burchand
(anhidrat asetat-H2SO4 p) yang kebanyakan triterpen dan sterol memberikan
warna hijau biru. Pemeriksan triterpen dalam tumbuhan pada umumnya
dengan pemisahan secara ekstraski dengan pelarut organik. Setelah lemak dan
lilin dihilangkan dengan eter atau heksan, triterpen dapat diekstraksi dengan
metanol panas.
Untuk membebaskan triterpen yang terdapat dalam bentuk glikosida
biasanya dilakukan hidrolisis dengan asam encer, baru kemudian diektraksi
ulang dengan pelarut yang cocok. Antimon klorida dalam Kloroform dapt
digunakan sebagai penampak noda pada plat KLT.
III. Alat dan Bahan
Daun Pugago kering
Metanol
n-Heksan
Kloroform
Karbon Aktif (Norit)
Kertas Saring
Kapas
Erlemeyer
Penangas air
Labu rotary 250 mL
Corong kecil
IV. Prosedur Kerja
1. Serbuk herba pegagan yang sudah dikeringkan dan timbang
sebanyak 40 gr maserasi dengan metanol selama 1 malam dan 2 X
30 menit.
2. Filtrat tambahkan Norit aktif sampai tidak berwarna, saring.
3. Filtrat yang sudah jernih di rotari sampai tertinggal ekstrak kental
4. Timbang dan tentukan rendemen yang diperoleh
5. Siapkan plat silika untuk Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan
totolkan ekstrak pada plat KLT
6. Gunakan larutan pengembang campurna kloroform:n-heksan (3:4)
7. Visualisasikan hasil KLT dengan pereaksi H₂So₄ 10%
V. Hasil dan Pembahasan
Hasil
Berat Pegagan kering yang di dapat = 40 g
Methanol yang terpakai = 1000 mL
Norit yang terpakai =
Rendemen :
40 g / 1000 mL x 100 % = 0,04 gr/mL x 100% = 4 %
KLT
Pembahasan
Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan rendemen 4%, dengan
Pugago 40g dan total methanol yang digunakan adalah 1000 mL
dengan 3x maserasi, penggunaan methanol pada maserasi pertama,
kedua dan ketiga berturut-turut adalah 450mL, 300mL, dan 250mL.
Uji KLT yang dilakukan sebagai penentu adanya Asiatikosid dalam
Pugago didapat seperti gambar diatas.
VI. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan
bahwa pemaserasian Pugago kering harusnya dilakukan 1 x 24 jam,
agar didapatkan hasil yang dinginkan. Serta penjernihan larutan dari
klorofil dilakukan dengan menghitung 150mL/5mg carbon aktif,
kemudian dilakukan penyaringan dan dilakukan pengulangan jika
belum jernih.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI. 1995. MATERIA MEDIKA edisi I. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Djamal,Rusdji. PRINSIP-PRINSIP DASAR ISOLASI DAN IDENTIFIKASI.
Jakarta: Universitas Briturrahaman