buku asma'ul husna sd

Upload: takunain

Post on 07-Jul-2015

380 views

Category:

Documents


65 download

TRANSCRIPT

BAHAN AJAR PESANTREN RAMADHAN TINGKAT SD KOTA PADANG

Pertemuan ke-1 Al-Ghafuur, Asy Syakuur, Al-Aliy, Al-Kabiir dan AlHafiizhAl-Ghafur Setelah melafalkan kata Al-Ghafur kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlGhafur dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Ghafur berarti Allah Maha Pengampun. Allah mengampuni dosa orang yang berdosa. Oleh karena itu, jika kita melakukan kesalahan, hendaknya kita tidak ragu-ragu untuk bertaubat kepada Allah, karena Allah Maha Pengampun. Namun bukan berarti kita dengan mudah melakukan dosa setiap saat, karena taubat yang diterima oleh Allah adalah tobat yang sebenar-benarnya bertaubat (taubat nashuha).Menurut teori psikologi agama, kebanyakan anak-anak menerima ajaran agama tanpa kritik,namun ada juga di antara mereka yang memiliki ketajaman pikiran untuk menimbang pemikiran yang mereka terima dari orang lain. Oleh karena itu, ustadz/ah perlu juga mempersiapkan materi setingkat lebih tinggi dari tingkat kemampuan anak/pesert a didik. Seperti, mengetahui dan memahami tentang ciri-ciri taubat nashuha.

Adapun ciri-ciri taubat nashuha adalah kita menyesal kesalahan yang telah kita lakukan, memohon ampun kepada Allah dan gigih untuk tidak mengulanginya lagi. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Az-Zumar: 53)

1

Selanjutnya karena Allah Maha Pengampun, maka kita pun sebagai manusia seharusnya juga mau memaafkan kesalahan orang lain. Ustadz/ah dapat memberikan contoh dengan menggunakan nama santri, misalnya: jika Fatimah berbuat kesalahan kepada Nabilah, lalu Fatimah menyadari kesalahannya, kemudian dia minta maaf, maka Nabilah haruslah memaafkan kesalahan Fatimah.

Asy-Syakur Setelah melafalkan kata Al-Syakur, Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Ghafur dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Asy-Syakur berarti Allah Maha Menerima Syukur. Betapa banyak nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita. Udara yang kita hirup. Bayangkan jika tidak ada udara, tentu kita tidak dapat bernafas. Makanan yang kita makan, berupa nasi, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan. Dengan makanan yang kita makan, badan kita menjadi sehat dan bertenaga, sehingga kita dapat melaksanakan aktifitas kita sehari-hari dengan baik. Nikmat yang diberikan oleh Allah juga dapat kita amati pada diri kita sendiri yakni tubuh yang kita gunakan untuk beraktifitas sehari-hari, tangan untuk menulis, kaki untuk berjalan dan sebagainya. Selanjutnya, ustadz/ah juga dapat mengajak santriwan/wati untuk merenungi bahwa kesehatan, rasa senang dan gembira juga merupakan nikmat yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya. Ajaklah mereka mengingat masa-masa ketika mereka mengalami sakit, sehingga memudahkan mereka untuk memahami dan merasakan nikmatnya kesehatan. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (Q.S. Faathir: 30) Seterusnya, untuk meneladani Asy-Syakur, ustadz/ah mengajak santriwan/wati agar selalu bersyukur kepada Allah. Ungkapan syukur secara lisan dapat diungkapkan dengan membaca alhamdulillahirabbilalamin. Selain itu rasa syukur dapat juga diungkapkan dalam bentuk perbuatan yaitu dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya, sekurang-kurangnya dengan hati sebagai tanda kita ingat kepada-Nya. Orang yang bersyukur akan ditambah nikmatnya oleh Allah SWT. Sesungguhnya , jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu(Q.S. Ibrahim: 7)

2

Al-aliy Setelah melafalkan kata Al-Aliy kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Aliy dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Aliy berarti Yang Maha Tinggi. Untuk meneladaninya, guru dapat mengajak santriwan/wati untuk menghiasi diri dengan keinginan-keinginan yang baik, seperti ingin memperoleh nilai ujian yang baik, ingin menjadi seorang penulis yang handal, menjadi seorang arsitek, menjadi seorang dokter. Keinginan/citacita ini hendaklah dilandasi dengan sifat rendah hati (tidak sombong), karena bagaimanapun Allah yang Maha tinggi. Kisah Teladan Kaum Ad, kaumnya Nabi Hud, memiliki keutamaan di bidang pada anak-anak adalah rasa pertanian dan pembangunan. Mereka mampu mengolah tanah kagum. Rasa kagum pada tandus menjadi tanah diri anak dapat dimunculkan subur, mengeluarkan hasil pertanian yangmemuaskan. Merekadengan cara bercerita. juga dikenal sebagai ahli tata kota, sehingga kotanya asri penuh keindahan. Mereka telah pandai membangun pemandian yang menyenangkan bagi orang yang mandi pelesiran. Mereka pandai mengatur pertamanan, sehingga kota dan pemukiman menjadi nyaman untuk kehidupan. Namun kehebatan membangun gedung-gedung indah menumbuhkan sikaap arogan, shingga suka berbangga diri dan menghina orang lain yang lewat dan terkagum-kagum pada gedung mentereng tadi. Dengan angkuh mereka berkata: siapa yang lebih gagah, lebih hebat disbanding kami. Namun kaum Ad tetap tidak peduli terhadap peringatan dan ancaman yang diseur oleh Hud Jika Engkau benar seorang Nabi maka buktikan,datangkan, daatangkan azab Tuhanmu kepada kami, kamu jangan ngomong saja, menakutnakuti kami. Mendengar tantangan itu, Nabi Hud lantas berseru:Baiklah, marilah kita tunggu azab itu. Sesungguhnya aku juga termasukorang-orang yang menunggu bersama kamu.Al hasil, kaum Ad ditimpa kemarau panjang, tiga tahun lamanya. Selama tragedi tersebut, Nabi Nuh masih memberi kesempatan agar mereka segera bertobat kepada Allah. Namun, kaum Ad sudah buta hati dan tuli nurani untuk menerima kebenaran dari ilahi, akhirnya mereka ditimpa bala bencana yang lebih menyiksa berupa angin topan, putting beliung, suhu dingin tifdak terkira, Al-Kabir. menyapu pemukimn lengkap dengan para penduduknya. Tujuh malam delapan hari , angin beku melulhlantankkan manusia yang Setelah melafalkan kata Al-Kabir kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan berhati batu semua ludes tak tersisa kecuali Nabi Hud dan para pemahaman kepada lebih dulu hijrah ke mekah. Ayat-ayat berkaitan : engikutnya yang santriwan/wati tentang makna Al-Kabir dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Kabir Hud: 48-52, Al-Araf: 65,69, Al-Ahqaf: 21, Al-Araf: 66-71, AsySyuara: 55-57, 128-135, Al-Haqqah: 6-8, Adz-Dzariyat: 41-42. 3Salah satu sifat keagamaan

berarti Allah Maha Besar. Kita dapat menyaksikan tanda-tanda kebesarannya dengan mengamati alam semesta ini. Namun sebenarnya kebesaran-Nya tidak dapat dicapai oleh panca inera dan juga tidak terjangkau oleh kemampuan akal, karena begitu Maha Besarnya. Demikianlah karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang bathil dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi Lagi Maha Besar. (Q.S. Luqman: 30) Untuk meneladani sifat ini, Ustadz/ah menanamkan pada diri santriwan/wati keyakinan bahwa Allahlah yang Maha Besar. Selanjutnya, mengajak santriwan/wati untuk rendah hati, tidak sombong. Jika kita memperoleh prestasi yang baik, seperti juara kelas, juara puisi, juara Mushabaqah Tilawatil Quran, juara olimpiade matematika, maka kita tidak boleh sombong, karena semua itu adalah karunia Allah SWT Kisah Teladan Di tengah perjalanan ketika perang badar, Rasulullah SAW menghentikan pasukannya dekat sebuah mata air. Tiba-tiba, seorang sahabat Nabi Hubab bin Mundzir yang paling mengenal tempat itu mengusulkan agar pasukan berhenti pada mata air yang terdekat dengan musuh sebagai taktik agar musuh tidak mendapat air. Dengan rendah hati, Rasulullah SAW menerima usulan Hubab, padahal Rasulullah adalah pemimpin tertinggi pasukan muslim. Al-Hafizh Setelah melafalkan kata Al-Hafizh kepada santri, Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Hafizh dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Hafizh berarti Allah Maha Memelihara. Allah memelihara langit, bumi dan segala isinya, termasuk manusia. Allah juga yang memelihara manusia dari rayuan Syeithan. Allah juga memelihara manusia dari kesedihan sehingga dalam hatinya terasa kebahagiaan. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pemelihara segala sesuatu. (Q.S. Hud: 57) Oleh karena itu, kita sebagai hamba-Nya, hendaknya meneladani sifat memelihara ini, contoh kita hendaknya memelihara lingkungan dan alam sekitar kita. Kita juga memelihara diri kita dari sifat-sifat tercela. Ustadz/ah dapat mengajak santriwan/wati untuk memiliki sifat terpuji seperti menolong sesama, berlapang dada, rendah hati dan sebagainya.

4

Penjagaan atau pemeliharaan Allah terhadap kita tergantung pada keimanan kita kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda: Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu (HR. Tirmidzi). Maksudnya, jagalah perintah Allah dengan selalu melaksanakannya dan jauhi larangannya, niscaya Allah akan menjaga kita, sehingga hati kita akan senantiasa tentram.

5

Pertemuan ke-2 Al-Muqiit, RaqiibAl-Muqit Setelah melafalkan kata Al-Muqit kepada santri, Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Muqit, dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Muqit berarti Allah Maha Memperhitungkan (menyediakan segala keperluan). Al-Muqit berarti Allah Maha Pemberi Kecukupan dalam memberi nikmat. Al-Muqit juga berarti Allah memberi jaminan rezki untuk makhluqnya, misalnya Allah memberi kita makan. Siapa yang memberikan syafaat yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) darinya. Dan siapa yang memberi syafaat yang buruk, niscaya ia akan memikul bagian (dosa) darinya Allah Maha Memperhitungkan segala sesuatu. (An-Nisa: 85) Selanjutnya, kita juga disuruh untuk tidak putus asa, tetap optimis dalam mencari rezki. Jika dihubungkan dengan kehidupan santriwan/wati, maka kita mengajak santriwan/wati untuk memiliki sikap optimis dan tidak mudah putus asa.

Al-Hasiib,

Al-Jaliil,

Al-Kariim

dan

Ar-

Al-Hasib Setelah melafalkan kata Al-Hasib kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Hasib dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. AlHasib berarti Yang Maha Membuat Perhitungan atas segala perbuatan baik dan buruk. Perhitungan Allah amat teliti, berbeda dengan perhitungan manusia. Sekecil apapun kebaikan yang dilakukan oleh manusia, pasti akan diganjar oleh Allah dengan pahala. Tidak sedikitpun amal manusia yang terabaikan oleh Allah. Amal baik dibalas dengan pahala, amal jahat dibalas dengan siksaan. Sekecil apapun amal kebaikan manusia, Dia akan membalasinya dengan pahala kebaikan. Siapa yang berbuat kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya (Az-Zalzalah: 7) Al-Ustadz/ah hendaknya meyakinkan santriwan/wati bahwa Allah sangat teliti perhitungannya, berbeda dengan manusia.

6

Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidak seorangpun dirugikan walau sedikit sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan. (Al-Anbiya: 47) Selanjutnya hikmah yang dapat diteladani dari asma Allah ini adalah memotivasi kita agar senantiasa berbuat kebaikan, ketelitian dalam mengerjakan suatu urusan (kepada santri dapat diberikan contoh teliti dalam mengerjakan ujian, pekerjaan rumah dan sebagainya). Al-Jalil Setelah melafalkan kata Al-Jalil kepada santri, Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Jalil dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Jalil berarti Yang Maha Memiliki Keagungan dan Kemuliaan. Maha Agung nama Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan (Ar-Rahman:78) Ustazd/ah dapat memberikan contoh berupa halhal yang menakjubkan seperti kelap-kelipnya bintang, bulan yang menerangi malam, bungabunga yang cantik tumbuh didahan dan lain-lain sebagai bukti bahwa Allah Maha Agung. Selain itu Ustadz/ah hendaknya juga memotivasi santriwan/wati untuk mengagungkan Allah karena Allah memuliakan orang-orang yang membesarkan atau mengagungkan-Nya. Al-Karim Setelah melafalkan kata Al-Karim kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Karim dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. AlKarim berarti Yang Maha Mulia. Siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia. (Q.S.An-Naml: 40) Ustadz/ah dapat menjelaskan kepada santriwan/wati tentang bentuk kemuliaan Allah, seperti, Allah pemurah, memberikan nikmat kepada hamba-Nya sehingga dikatakan Allah Maha Mulia. Dengan demikian kita hendaknya rajin beribadah dan melakukan hal-hal kebaikan (berikan contoh kepada santriwaan/wati: shalat, puasa, menolong teman yang kesusahan, menghormati orang tua dan guru), sehingga kita menjadi pribadi yang mulia. Ar-Raqib 7

Setelah melafalkan kata Ar-Raqib kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Ar-Raqib dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. ArRaqib berarti Yang Maha mengawasi. Ustadz hendaknya memberikan pemahaman kepada santriwan/wati bahwa Allah selalu mengawasi, menyaksikan, dan mengamati makhluknya. Tidak satupun yang luput dari pengawasan-Nya. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. (An-Nisa:1) Ustadz/ah juga perlu menjelaskan bahwa Allah mengawasi kita agar kita terpelihara dari syeithan. Oleh karena itu, jika kita yakin bahwa Allah Maha Mengawasi, maka kita senantiasa terpelihara dari peebuatanperbuatan yang tidak terpuji, seperti mengganggu teman, mencuri kotak pensil teman, mengejek teman dan sebagainya. Oleh karena itu, kita meyakini bahwa Allah Maha Mengawasi.

Pertemuan III Al-Mujib, Al-Waasi, Al-Hakim, Al-Wadud dan AlMajiid.Al-Mujib Setelah melafalkan kata Al-Mujib kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Mujib dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al Al-Mujib berarti Yang Maha Mengabulkan doa atau permohonan hamba-Nya. Sesungguhnya Tuhan-Ku sangat dekat (rahmat-Nya) dan mengabulkan (doa hamba-Nya) (Q.S. Hud: 61) Ustadz hendaknya menanamkan keyakinan kepada santriwan/wati bahwa Allah Maha Mengabulkan doa dan memotivasi santriwan/wati agar senantiasa berdoa karena Allah Maha Mengabulkan doa. Ustadz/ah dapat memberikan contoh, berdoa agar bisa menjadi anak yang shaleh, berdoa agar dapat mencapai cita-cita dan sebagainya. Namun ustadz/ah hendaknya juga menjelaskan bahwa doa hendaklah diiringi dengan usaha yang mengarah pada permohonan yang dituju tadi. Selain itu jika memang dibutuhkan juga perlu menjelaskan kepada mereka bahwa berdoa hendaklah dengan ketulusan hati dan prasangka yang baik kepada Allah serta keyakinan terhadap kebenaran janji-janjiNya. Selain itu, untuk meneladani asma Allah ini, ustadz juga dapat memotivasi santriwan/wati agar juga mau mengabulkan permintaan yang 8

wajar dari siapa pun, seperti memberi bantuan berupa uang kepada pengemis walaupun sedikit.

Al-Wasi Setelah melafalkan kata Al-Wasi kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Wasi dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Wasi berarti Maha Luas. Allah maha luas karunia dan ilmu-Nya. Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu (Al-Mumin: 7) Selain menanamkan kepada santriwan/wati bahwa Allah maha luas ilmu dan karunianya, ustadz/ah juga mengajak santriwan/wati untuk tekun menuntut ilmu, rajin membaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Selanjutnya dengan meyakini bahwa Allah maha luas ilmunya, ustadz/ah juga dapat menuntun santriwan/wati agar menghilangkan sifat sombong karena ilmu yang dimiliki manusia tidak seluas ilmu Allah.

Al-Hakim Setelah melafalkan kata Al-Hakim kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlHakim dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Hakim berarti Maha bijaksana Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka itu hambahamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkauah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana (Al-Maidah: 118) Maka berdasarkan hal ini, ustadz/ah menjelaskan kepada santriwan/wati tentang bentuk Maha Bijaiksananya Allah. Allah tidak membiarkan hamba-hamba-Nya menderita karena merasa dirinya berdosa sebab Allah tetap membuka pintu taubat. Anak yang shaleh/ah haruslah juga bijaksana, jika orang tua memberi uang seadanya, maka hendaknya bisa berhemat menggunakan atau membelanjakannya untuk hal-hal yang penting. Jika ada tugas dari sekolah, lalu ada teman yang mau mengajak bermain, maka kita hendaknya memberikan penjelasan kepada teman kita dan minta maaf tidak bisa mengabulkan permintaan teman untuk bermain saat itu karena ada tugas dari sekolah, barang kali lain waktu bisa bermain bersama mereka. Anak shaleh/ah yang bijaksana bisa memutuskan mana yang 9

dapat mendatangkan kemashlahatan (kebaikan) dan dapat menghindarkan mudharat (keburukan). Mana tindakan yang merugikan kita dan mana yang dapat membahagiakan orang tua kita atau sebaliknya.

Al-Wadud Setelah melafalkan kata Al-Wadud kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlWadud dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Wadud berarti Yang Maha Mengasihi. Mereka mengutamakan orang lain dari pada diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr: 9). Dalam meneladani nama Allah, al-Wadud, kita dituntut untuk saling mengasihi, mengharapkan untuk orang lain apa yang kita harapkan untuk diri kita. Ustadz/ah dapat menanamkan pada diri santriwan/wati agar memiliki sifat saling mengasihi dan mengharapkan yang terbaik untuk diri orang lain. Contoh, jika ada teman mereka yang sakit maka kita membesuk dan mendoakannya agar cepat sembuh. Al-Majid Setelah melafalkan kata Al-Majid kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Majid dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Majid berarti Maha Mulia. Itu adalah rahmat dan berkah Allah dicurahkan kepada kamu, wahai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha terpuji Maha Mulia. (Q.S. Huud: 73). Allah Mulia karena keindahan perbuatan-Nya dan keluasan anugerahNya. Kita pun hendaknya rajin beribadah dan senantiasa melaksanakan perbuatan terpuji dan menjadi orang yang bertaqwa karena orang yang paling mulia di sisi Allah swt. adalah orang yang bertaqwa.

Pertemuan keempat Al-Baits, Asy-Syahid, Al-Haqq, Al-Wakil dan AlQawiyy10

Al-Baits Setelah melafalkan kata Al-Baits kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Baits dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. AlBaits berarti Yang Maha Membangkitkan. Dan ditiupkanlah sangsakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangsakala tu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu putusannya masing-masing. (Az-Zumar: 68) Untuk meneladani, ustazd/ah menanamkan kepada santriwan/wati keimanan kepada hari berbangkit. Selain itu ustadz/ah juggamengajak santriwan/wati untuk membangkitkan jiwanya dengan senantiasa berbuat sesuai dengan aqidah kita, memiliki semangat juang, karena dunia adalah ladang amal untuk akhirat. Ustadz/ah juga dapat mengajak santriwan/wati untuk membangkitkan semangatnya dalam menuntut ilmu, karena menuntut ilmu adalah juga amalan yang baik yang dapat menjadi bekal bagi kita di akhirat kelak.

Asy-Syahiid Setelah melafalkan kata Asy-Syahiid kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AsySyahiiddengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Asy-Syahiid berarti Yang Maha Menyaksikan dan dapat juga berarti Yang Maha Disaksikan. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup bagimu bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (Q.S. Fushshilat: 53) Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. termasuk perbuatan manusia. Tidak ada yang luput dari penyaksian Allah, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Maka, santriwan santriwati hendaknya meyakini bahwa apapun yang dia perbuat pasti disaksikan oleh Allah swt. Oleh karena itu, kita hendaklah menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak baik. Misalnya, mencuri buku teman, membolos sekolah dan sebagainya.

Al-Haqq Setelah melafalkan kata Al-Haqq kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Haqq dengan 11

bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Haqq berarti Allah Maha Benar. Yang demikian itu karena sungguh, Allah, Dialah yang Haq (benar), dan sungguh Dialah yang menghidupkan segala yang mati, dan sugguh Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Hajj: 6).

Ustadz /ah memberikan pemahaman dan menanamkan kepada santriwan/wati bahwa Allahlah yang berhaq untuk disembah, tempat memohonkan perlindungan dan pertolongan. Selanjutnya apa yang datang dari Allah (wahyu) adalah benar. Untuk meneladani nama dan sifat Allah al-Haqq berarti kita harus bertindak, berbicara yang benar. Kisah Teladan Rasulullah pernah ditanyai oleh seorang nenekYa Rasulullah, apakah di syurga ada nenek-nenek seperti saya?, Rasulullah menjawab:Di syurga tidak ada nenek-nenek, penghuni syurga semuanya muda-muda. Si nenek sedih mendengar jawaban Rasulullah. Melihat kondisi itu Rasulullah tersenyum dan menjelaskanDi syurga memang tidak ada nenek-nenek. Mereka yang sudah tua akan dikembalikan menjadi muda lagi.

Salah satu sifat keagamaan pada anak-anak adalah rasa kagum. Rasa kagum pada diri anak dapat dimunculkan dengan cara bercerita.

Al-Wakil Setelah melafalkan kata Al-Haqq kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Haqq dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Haqq berarti Dia (Allah) atas segala sesuatu menjadi wakil. (Q.S. Al-Anam: 102) Cukuplah Allah sebagai wakil (An-Nisa: 81) Allah maha kuasa memenuhi semua harapan hamba-Nya yang mewakili (menyerahkan) segala persoalan kepada-Nya. 12

Untuk meneladani sifat ini, Ustadz/ah dapat mengajak santriwan/wati untuk tawakkal kepada Allah, namun tetap diiringi dengan usaha. Selanjutnya, juga tidak larut dalam kesedihan dan keputusasaan karena kita menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah swt.

Al-Qawiyy Setelah melafalkan kata Al-Qawiyy kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlQawiyy dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Qawiyy berarti Yang Maha Kuat. Mereka tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.(Al-Hajj: 74) Allah Maha sempurna kekuatan-Nya. Kita juga hendaknya berupaya menjadi kuat, meskipun tidak sesempurna kuatnya Allah karena memang hanya Allahlah Yang Maha Kuat. Rasulullah bersabda:Mukmin yang kuat lebih disenangi Allah dari pada mukmin yang lemah. Yang dimaksud dengan kuat di sini tidak hanya jasmani/badan kita tetapi juga ruhaniah/hati kita. Kekuatan digunakan tidak untuk keburukan seperti berkelahi dengan teman. Selain itu, juga kuat dalam hal pengetahuan dan ekonomi. Dalam hal pengetahuan, berarti kita mengajak santriwan/wati untuk rajin menimba ilmu dan menambah wawasan. Dalam hall ekonomi, ustadz/ah daapt menyarankan agar kuat eonomi, santriwan/wati saat sekarang, mestilah rajin juga belajar agar cita-citanya tercapai nantinya, sehingga daat memenuhi kebutuhan hidupnya nanti.

Pertemuan kelima Al-Matiin, Al-Waliyy, Al-Hamiid, Al-Muhshii dan AlMubdiAl-Matiin

13

Setelah melafalkan kata Al- Matiin kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlMatiin dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Matiin berarti Yang Maha Kokoh. Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Kuat lagi Maha Kokoh. (Q.S. AdzDzariyat: 58)Menurut teori psikologi agama, kebanyakan anak-anak menerima ajaran agama tanpa kritik,namun ada juga di antara mereka yang memiliki ketajaman pikiran untuk menimbang pemikiran yang mereka terima dari orang lain. Oleh karena itu, ustadz/ah perlu juga mempersiapkan materi setingkat lebih tinggi dari tingkat kemampuan anak/pesert a didik. Seperti perbedaan antara nama Allah, matiin dengan qawiyy

Sebagai pengetahuan bagi ustadz/ah bahwa sifat matin menunjukkan kepada kekukuhan kekuatannya, sedangkan sifat qawiyy menunjukkan kepada kesempurnaan kekuatan-Nya. Untuk meneladani sifat ini, Ustadz dapat mengajak santriwan/wati agar menggunakan kekuatannya untuk hal-hal yang positif/baik seperti membantu ibu menimba air, menyiram bunga dan sebagainya.

Al-Waliyy Setelah melafalkan kata Al- Waliyy kepada santri, Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al- Waliyy dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Waliyy berarti Yang Maha Melindungi. Hanya Allah yang dapat melindungi diri kita. Siapa yang berada di bawah perlindungan dan kekuasaan Allah, maka kehidupannya akan bahagia. Hanya orang yang beriman dan bertaqwa yang bisa mendapatkan perlindungan Allah swt. Disabdakan oleh Rasulullah dalam sebuah haditsnya bahwa salah satu yang mendapat perlindungan Allah adalah seorang yang sejak kecil sampai dewasanya tetap beribadah kepada Allah, semakin dewasa semakin bertambah keimanannya kepada Allah. 14

Untuk meneladani sifat ini ustadz dapat mengajak santriwan.wati untuk bisa memiliki sifat melindungi, melindungi terhadap yang lemah, seperti membantu menyeberangkan anak kecil atau orang tua di jalan, memberi kesempatan duduk kepada orang yang sudah tua renta untuk duduk di angkot, dan sebagainya.

Al-Hamiid Setelah melafalkan kata Al-Hamid kepada santri, Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Hamid dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Hamid berarti Yang Maha Terpuji. Cara meneladani hendaknya senantiasa memujinya atas karunia yang diberikan-Nya dengan mengucapkan alhamdulillahahirabbilalamin. Ketika kita mendapat cobaan pun, kita tetap mengucapkan alhamdulillahirabbilalamin. Kita juga bersyukur dengan nikmat yang diterima oleh orang lain, karena Allah yang memberikannya. Perbedaan Asy Syukur dan Al-Hamid, syukur dalam konteks nikmat yang kita terima, sedangkan hamid dalam konteks tidak hanya nikmat yang kita terima tapi juga nikmat yang diterima orang lain.

Al-Muhshii Setelah melafalkan kata Al- -Muhshii kepada santri, Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Muhshii dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Muhshii berarti Yang Maha Menghitung. Agar Dia mengetahui bahwa rasul-rasul itu sungguh, telah menyampaikan risalah Tuhan-Nya, sedang (ilmu-Nya) meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung ssegala sesuatu satu persatu. (QS. Al-Jin: 28) Dia mengetahui dengan sangat teliti rincian segala sesuatu dari segi jumlah dan kadarnya, panjang dan lebarnya, jauh dan dekatnya, tempat dan waktunya, dan sebagainya. Sifat Allah ini dapat diteladani dengan cara membiasakan teliti dalam menghitung. Misalnya, kita hati-hati dan teliti dalam menghitung ketika berbelanja. Kita berhati-hati dan teliti dalam mengerjakan ujian matematika. 15

Al-Mubdi Setelah melafalkan kata Al- Mubdi kepada santri, Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al- Mubdi dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Mubdi berarti Yang Maha Memulai. (Ingatlah) pada hari langit Kami gulung seperti menggyulung lembaran lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan yang pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi (Al-Anbiya: 104) Allah dengan sifatnya al-Mubdi dimaknai sebagai Dia yang menciptakan segala sesuatu pertama kali dan tanpa contoh sebelumnya. Untuk meneladani-Nya, ustdz/ah dapat mengajak santriwan/wati untuk memulai kehidupan di dunia dengan kebaikan. Seperti memulai kegiatan kita setiap hari dengan bismillah.

Pertemuan keenam Al-Muid, Al-Muhyii, Al-Mumiitu, Al-Hayyu dan AlQayyuumAl-Muiid Setelah melafalkan kata Al- Muiid kepada santri, Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Muiid dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Muiid berarti Yang Maha Mengembalikan.

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Dan masuklah kedalam syurga-Ku. (al-Fajr:28-30) Allah mampu mengembalikan sesuatu kepada keadaan semula. Manusia setelah ia dimatikan, nanti mereka akan dihidupkan kembali. Siapa yang akan menghidupkan kami kembali.katakanlah yang telah menciptakan kamu pada kali pertama. (Q.S. Al-Isra: 51) Ustadz/ah berupaya menanamkan kepada santriwan/wati bahwa Allah mampu mengembalikan sesuatu kepada keadaan semula, yakni menghidupkan kembali manusia di akhirat nanti setelah dimatikan-Nya. Selanjutnya, untuk meneladaninya dalam keseharian santriwan/wati, Ustadz/ah dapat mengajak siswa untuk selalu mengembalikan barang 16

yang bukan milik kita kepada pemiliknya. Contoh, jika kita meminjam buku teman kita, maka kita harus mengembalikan buku tersebut kepada pemiliknya.

Al-Muhyii Setelah melafalkan kata Al- Muhyii kepada santri, Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al- Muhyii dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Muhyii berarti Yang Maha Menghidupkan. Allah menganugerahkan hidup bagi makhluk hidup Kita juga perlu menghidupkan qalbu kita yang gersang dengan iman,semangat, cinta kasih dan rahmat. Dia juga menganugerahkan kualitas hidup yang sempurna bagi orang yang beriman dan beramal shaleh. Siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami anugerahkan kepadanya kehidupan yang baik.(Q.S. An-Nahl: 97) Di samping itu, Ustadz/ah juga mengajak santriwan/wati tidak hanya menghidupkan qalbu kita yang telah gersang tetapi juga orang lain, jika kita mampu.

Al-Mumiit Setelah melafalkan kata Al- Mumiit kepada santri, Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al- Mumiit dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Mumiit berarti Yang Maha Mematikan. Dan sesungguhnya Dialah yang Mematikan dan Menghidupkan. (Q.S. An-Najm: 44) Dia yang menakdirkan kematian bagi yang ditetapkan bagi mereka. Dia juga yang mematikan dengan menahan nyawa sehingga tidak dikembalikan. Allah mematikan manusia, agar mereka dapat meningkat menuju hidup yang lebih sempurna. Kesempurnaan hidup manusia hanya dapat diraihnya dengan iman, amal saleh, dan dengan meninggalkan dunia ini, serupa dengan anak ayam dalam telur sebelum menetas. Kesempurnaan hidup anak ayam adalah dengan meninggalkan telur tempat ia tidak bebas bergerak, demikian juga manusia. 17

Sebuah doa yang dapat kita amalkan: Ya Allah, jadikanlah kehidupan ini penambahan yang bersinambung bagi kami dalam segala kebajikan, dan jadikan pula kematian-setelah usia yang panjang-kenyamanan bagi kami dari segala derita. Ya Allah, siapa pun dari kami yang Engkau anugerahi hidup, maka hidupkan dia dalam ajaran Islam, dan siapa yang Engkau wafatkan dari kami, maka wafatkan dia dalam keadaan iman. Untuk meneladani Allah Al-Mumiit, Kita hendaknya mampu mematikan dorongan-dorongan jelek dalam diri kita. Misalnya keinginan untuk membolos di sekolah dan keinginan-keinginan jelek lainnya. Al-Hayyuu Setelah melafalkan kata Al-Hayyuu kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlHayyu dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Hayyu berarti Yang Maha Hidup. Dan bertaqwalah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati,dan bertasbihlah dengan memuji-Nya (QS. Al-Furqan: 58) Allah Al-Hayyu dapat diteladani dengan dapat hidup langgeng dan memberi hidup kepada orang lain. Selain itu juga hendaknya memiliki pengetahuan dan kesadaran, bermula dari kesadaran diri, serta memiliki gerak, aktivitas yang bermanfaat bagi diri dan makhluk lain serta memliki kepekaan. Manusia juga dapat hidup dengan keharuman namanya meskipun sudah tiada nantinya.

Al-Qayyuum Setelah melafalkan kata Al-Qayyum kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlQayyum dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Qayyum berarti Yang Berdiri Sendiri/ Yang Memenuhi Kebutuhan Makhluq. Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya (Al-Qayyum) (QS. Al-Baqarah: 225) Terlaksananya sesuatu secara sempurna dan bersinambung. Dengan demikian Allah Al-Qayyum adalah Dia yang mengatur sehingga terlaksana secara sempurna segala sesuatu yang merupakan kebutuhan makhluk. Untuk meneladani-Nya, Ustadz/ah dapat mengajak siswa untuk belajar hidup mandiri.

18

Pertemuan ketujuh Al-Waajid, Al-Maajid, Al-Wahiid, Al-Ahad dan AshShamad.Al-Wajiid Setelah melafalkan kata Al-Wajiid kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Wajiid dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. AlWajiid berarti Allah Al-Wajid yang Maha Menemukan. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. (QS. Adh-Dhuha: 8) Untuk meneladaninya, Ustadz dapat mengajak santriwan/wati untuk segera mengambil langkah yang sesuai ketika menemukan suatu keadaan di mana dibutuhkan suatu langkah. Misalnya, ketika ada orang yang membutuhkan pertolongan segera di bantu, contoh ketika iu kita butuh pertolongan kita untuk mencuci piring, maka kita membantu orang tua mencuci piring dll.

Al-Maajid Setelah melafalkan kata Al- Majiid kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlMajiid dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Majiid berarti Yang Maha Mulia. Dikatakan Al-Majiid karena semua perbuatan-Nya indah, agung lagi Maha Pemurah. Yang memiliki Arsy, lagi Maha Mulia (QS. Al-Buruj: 15) Penekanan Al-Majiid lebih banyak dan keras dari pada al-Maajid. Untuk meneladani-Nya, kita harus memperlakukan orang lain dengan hormat. Kita harus menghargai sesame, menyayangi yang muda dan menghormati yang tua, selanjutnya kita juga menyayangi yang lebih muda.

Al-Wahiid Setelah melafalkan kata Al- Wahiid kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-

19

Wahiid dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Wahiid berarti Maha Tunggal. Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Tunggal, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (Q.S. Al-Baqarah: 163) Al-Ahad Setelah melafalkan kata Al-Ahad kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Ahad dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Ahad berarti Maha Esa. Katakanlah (Muhammad), Dialah Yang Maha Esa. (Q.S. Al-Ikhlas: 1) Untuk meneladani Al-Ahad, Ustadz dapat mengajak santriwan/wati untuk beribadah hanya karena Allah semata. Misalnya, kita belajar karena Allah SWT, kita membantu orang tua karena Allah SWT dll.

Ash-Shamad Setelah melafalkan kata Al- Shamad kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlShamad dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Shamad berarti Yang Maha dibutuhkan, Dia yang tidak membutuhkan makanan atau minuman, tidak ada sesuatu yang keluar dari-Nya, tidak juga beranak dan diperanakkan. Dia yang kepadanya tertuju semua harapan makhluk. Dia yang dimohonkan memenuhi kebutuhan makhluk serta menanggulangi segala kesulitan mereka. Untuk meneladaninya, kita hendaknya mengarahkan segala aktivitas karena Allah, dan hanya memohon pertolongan kepadanya. Selanjutnya, kita juga hendaknya dapat menjadi tumpuan bagi teman-teman kita. Sabda Rasul: Siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi pula kebutuhannya.

Pertemuan ke-8 Al-Qaadir, Al-Muqtadir, Al-Muqtadir, Al-Muqaddim, Al-Muakhkhir dan Al-Awwal.Al-Qadir Setelah melafalkan kata Al-Qadir kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al- Qadir dengan 20

bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Qadir berarti Yang Maha Kuasa. Katakanlah: Sesungguhnya Allah berkuasa menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Al-Anam: 37) Untuk meneladani Allah, Al-Qadir, Ustadz dapat menanamkan pada santriwan/wati untuk meyakini bahwa Allah Maha Kuasa. Selanjutnya, ustadz/ah mengajak santriwan/wati untuk menggunakan kekuasaannya untuk berbuat kebaikan. Al-Muqtadir Setelah melafalkan kata Al- Wahiid kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlWahiid dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Wahiid berarti Yang Maha Berkuasa. Mereka mendustakan mukjizat-mukjizat Kami semuanya, maka Kami azab mereka dengan azab dari Yang Maha Perkasa, Maha Kuasa. (Q.S. Al-Qamar: 42) Untuk meneladani Allah, Al-Qadir, Ustadz dapat menanamkan pada santriwan/wati untuk meyakini bahwa Allah Maha Berkuasa. Selanjutnya, Kisah Teladan ustadz/ah mengajak santriwan/wati untuk menggunakan kekuasaannya untuk berbuat kebaikan. peristiwa banjirkita sebagai melanda kaum Ingatkah tentang Misalnya, jika besar yang perangkat kelas, maka gunakanlah posisi Ketika itu awan hitam kelas untuk mengatur Nabi Nuh.AS? kita sebagai perangkat bergulung-gulung teman-teman agar kegiatan belajar berjalan Guntur, lantas hujankita datang, langit menjadi pekat, terjadi dengan baik. Jika menguasai suatu bahasansangat pelajaran, maka kita tanah mereka deras tercurah materi hebat, sementara membantu teman kita untuk memahami pelajaran yang tak jika mereka butuh bantuan. memancarkan air bah tersebut terbendungkan dan air terus meninggi menggenangi semua lokasi. Kaum Nabi Nuh beserta Anak Nabi Nuh, kanan dan istrinya yang juga ingkar kepada Allah tenggelam semua, sedangkan Nabi Nuh Al-Muqaddim beserta kaumnya, sebanyak lebih kurang 120 terselamatkan Setelah dengan bather yangMuqaddim kepada santri, Al-Ustazd/ah melafalkan kata Altlah diperintahkan Allah untuk memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Almembuatnya sebelumnya. Muqaddim dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan Kenapa hal ini terjadi? Hal ini terjadi karena keingkaran kaum contoh. Al- Muqaddim berarti Yang Maha Mendahulukan. Nabi Nuh kepada Allah, mereka menyembah banyak Tuhan. Allah mendahulukan peringatan sebelum datang hukuman/siksaan, dan Tuhan mereka diwujudkan dalam bentuk berhala, selain itu mendahulukan petunjuk dari padabintang. Padahal, mereka telah peringatan. Allah mendahulukan mereka juga menyembah peringatan tentang diberi peringatan. Nabi Nuh juga pernah berkata kehadiran kematian bagi setiap jiwa sebelum berkali-kali datangnya kematian. kepada mereka: Allah sendiri yang akan mendatangkan azab keapda kalian, jika Dia menghendaki sehingga kalian Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku dan sungguh dahulu Aku tidak sekalipun dapat menghindari, Nasehatku sama sekali telah memberikan ancaman kepadamu (Q.S. Qaff: 28) tak bermanfaat bagimu sekiranya Allah memang hendak menyesatkanmu. Akan tetapi mereka tetap ingkar. Bahkan anak Nabi Nuh sendiri masih tetap membangkang ketika 21 ditawarkan untuk menaiki bahtera Nabi Nuh, ia menyangka air tidak mungkin akan sampai setinggi gunung, tapi apa dikata, jika tidak ada yang tidak mungkin atas kuasa Allah. Orang-orang yang ingkar menerima akibat dari perbuatan mereka.

Kisah Teladan Kaum Ad, kaumnya Nabi Hud, memiliki keutamaan di bidang pertanian dan pembangunan. Mereka mampu mengolah tanah tandus menjadi tanah subur, mengeluarkan hasil pertanian yangmemuaskan. Mereka juga dikenal sebagai ahli tata kota, sehingga kotanya asri penuh keindahan. Mereka telah pandai membangun pemandian yang menyenangkan bagi orang yang mandi pelesiran. Mereka pandai mengatur pertamanan, sehingga kota dan pemukiman menjadi nyaman untuk kehidupan. Namun kehebatan membangun gedung-gedung indah menumbuhkan sikaap arogan, shingga suka berbangga diri dan menghina orang lain yang lewat dan terkagum-kagum pada gedung mentereng tadi. Dengan angkuh mereka berkata: siapa yang lebih gagah, lebih hebat disbanding kami. Namun kaum Ad tetap tidak peduli terhadap peringatan dan ancaman yang diseur oleh Hud Jika Engkau benar seorang Nabi maka buktikan,datangkan, daatangkan azab Tuhanmu kepada kami, kamu jangan ngomong saja, menakutnakuti kami. Mendengar tantangan itu, Nabi Hud lantas berseru:Baiklah, marilah kita tunggu azab itu. Sesungguhnya aku juga termasukorang-orang yang menunggu bersama kamu.Al hasil, kaum Ad ditimpa kemarau panjang, tiga tahun lamanya. Selama tragedi tersebut, Nabi Nuh masih memberi kesempatan agar mereka segera bertobat kepada Allah. Namun, kaum Ad sudah buta hati dan tuli nurani untuk menerima kebenaran dari ilahi, akhirnya mereka ditimpa bala bencana yang lebih menyiksa berupa angin topan, putting beliung, suhu dingin tifdak terkira, 22 menyapu pemukimn lengkap dengan para penduduknya. Tujuh malam delapan hari , angin beku melulhlantankkan manusia yang berhati batu semua ludes tak tersisa kecuali Nabi Hud dan para engikutnya yang lebih dulu hijrah ke mekah. Ayat-ayat berkaitan : Hud: 48-52, Al-Araf: 65,69, Al-Ahqaf: 21, Al-Araf: 66-71, Asy-

Untuk meneladani nama Allah ini, kita dituntut untuk memperhatikan peringatan-peringatan Allah. Kita hendaknya mendahulukan apa yang diperintahkan-Nya dari pada yang lainnya. Oleh karena itu, ustadz/ah dapat mengajak siswa untuk rajin mengerjakan shalat , sebelum kita dishalatkan atau sebelum habis masa usia kita. Selanjutnya untuk meneladani nama Allah ini, kita juga dituntut untuk mendahulukan kepentingan kaum lemah/ yang membutuhkan dari pada kepentingan sendiri.

Al-Muakhkhir Setelah melafalkan kata Al- Muakhkhir kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlMuakhkhir dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. AlMuakhkhir berarti Yang Mengakhirkan. Allah mengakhirkan berarti Dia dapat menunda dan mengakhirkan siksaan kepada orang yang berdosa sampai datang peringatan, bahkan sampai datang kematian dan di akhirat kelak. Allah tidak menunda sesuatu kecuali sesuatu itu mengandung kebaikan dan hikmah.

Sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari pada permulaan. (AdhDhuha: 4) Untuk meneladani Allah Al-Muakhkhir, tidak boleh menunda melakukan sesuatu kecuali jika ada kebaikan dalam menundanya. Misalnya, ketika kita ingin bermain, ibu butuh pertolongan, maka kita harus 23

mendahulukan membantu orang tua kita terlebih dahulu. Selanjutnya perbuatan yang Jika tidak ada kebaikan untuk menundanya, maka segera laksanakan. Misalnya, setelah pulang sekolah, selepas makan siang dan istirahat, segera kerjakan tugas sekolah yang telah diberikan oleh guru di sekolah, setelah selesai akhirilah dengan membacakan allhamdulillahirabbilalamin.

Al-Awwal Dialah yang awal, yang akhir yang dzahir, dan yang bathin dan dia maha mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid: 3) Setelah melafalkan kata Al- Awwal kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlAwwal dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Awwal berarti Yang Pertama. Allah merupakan awal dari segi wujud. Semua yang ada ini pada hakikatnya bersumber dari-Nya. Dia yang awwal yang bagi-Nya tiada sebelum, sehingga mustahil ada sesuatu sebelum-Nya, Dia yang akhir yang baginya tiada sesudah sehingga mustahil ada sesuatu sesudah-Nya. Dia tidak berada di satu tempat, sehingga mustahil Dia berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Untuk meneladaninya, Ustadz/ah mengajak santriwan/wati untuk menjadi teladan paling awal dalam melaksanakan kebajikan. Misalnya, disiplin bangun bangun subuh tiap pagi, lebih awal bersiap-siap berangkat ke sekolah agar tidak terlambat.

Pertemuan ke-9 Al-Aakhir, Azh-Zhaahir, Al-Baathin, Al-Waali, dan Al-Mutaalli.Al-Aakhir Dialah Yang Awal, Yang Akhir Yang Dzahir, dan Yang Bathin dan dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid: 3) Setelah melafalkan kata Al- Aakhir kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlAakhir dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan 24

contoh. Al- Aakhir berarti Yang Terakhir. Allah adalah puncak segalanya, tempat seluruh makhluk menyandarkan seluruh harapan, cinta dan permohonan.Allah tiada berakhir wujud-Nya, kekal abadi selamalamanya. Untuk meneladaninya, kita harus menyadari bahwa tujuan akhir kita adalah kembali kepada-Nya. Oleh karena itu, kita harus menyiapkan bekal menempuh hari akhir dengan banyak melakukan amal shaleh.

Azh-Zhahir Dialah Yang Awal, Yang Akhir Yang Dzahir, dan Yang Bathin dan dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid: 3) Setelah melafalkan kata Al- Zhahir kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlZhahir dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Zhahir berarti Yang Maha Nyata. Allah yang Maha nyata kebesaran dan kekuasaan-Nya, kebesaran dan kekuasaan-Nya, salah satunya terlihat pada penciptaan alam semesta ini. Untuk meneladani Allah Azh-Zhahir, kita hendaknya mampu menghadirkan karya-karya yang bermanfaat dalam kehidupan ini. Selanjutnya,kita dituntut untuk meninggalkan semua dosa dan kekejian yang nyata/tampak, di samping kekejian yang bathin/ tak tampak.

Al-Baathin. Dialah Yang Awal, Yang Akhir Yang Dzahir, dan Yang Bathin dan dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid: 3) Setelah melafalkan kata Al- Baathin kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlBaathin dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Baathin berarti Yang Maha Tersembunyi. Allah itu Maha Halus zat-Nya, Dia meliputi seluruh alam ini. Allah sangat dekat dengan semua hamba-Nya dan lebih dekat dari hamba-Nya sendiri. Begitu dekat Allah dengan kita, sehingga apapun yang melintas dalam hati dan pikiran kita, semuanya diketahui oleh Allah. Untuk meladani Allah Al-Bathin, selain meninggalkan kekejian yang nyata, kita juga hendaknya meninggalkan semua dosa dan kekejian yang bathin/ yang tidak tampak. Selain itu,kita juga tidak boleh memamerkan 25

kebaikan yang kita lakukan, karena Allah mengetahui apa yang kita lakukan, bahkan apa yang terlintas dalam hati kita.

Al-Waaliy Setelah melafalkan kata Al- Waaliy kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlWaaliy dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Waaliy berarti Yang Maha Memerintah/ Yang Maha Melindungi. Allah Maha Melindungi segala urusan alam semesta dan semua makhluk dan selluruh makhluk. Dia Pemilik Perlindungan. Dia Maha Melindungi yang mengatur segala yang bermanfaat bagi makhluk dalam urusan dunia dan akhirat mereka. Sesungguhnya Pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Quran). Dia melindungi orang-orang shaleh (Al-Araf: 196). Allah melindungi danengasihi orang-orang shaleh, menolong mereka kepada kebaikan dan kemaslahatan dalam urusan agama dan dunia serta menjaga mereka dari segala hal yang tidak disukai. Kita dapat memohon pertollongan Allah dengan cera beribadah, taat dan mendekatkan diri kepada Allah. Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan dari kegelapan kepada cahaya (QS. Al-Baqarah: 257) Dalam sebuah hadits dinyatakan: Maka dengan-Ku dia mendengar, dengan-Ku dia melihat, dengan-Ku dia memukul, dengan-Ku dia berjalan (HR. Bukhari). Maksud hadits ini adalah Allah akan selalu menolong, menguatkan dan memberi taufik hamba-Nya pada perbuatan yang bersentuhan langsung dengan anggota badannya. Allah menjaganya dari perbuatan yang dibenci-Nya. Untuk meneladani sifat nama Allah, Al-Waaliy, kita membimbing diri sendiri menuju keberhasilan dan kebahagian, selanjutnya, kita juga dituntut untuk membimbing orang lain menuju keberhasilan dan juga kebahagiaan.

Al-Mutaaalii Setelah melafalkan kata Al- Mutaaalii kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlMutaaalii dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Mutaaalii berarti Yang Maha Tinggi. Allah Maha Tinggi dari 26

segala yang tinggi dalam pandangan manusia. Kemahatinggian Alllah SWT dalam segala hal tidak pernah bergantung kepada ketaatan dan pendurhakaan hamba-hamba-Nya. Berbeda dengan manusia yang menduduki tempat terhormat atau tinggi memerlukan pengakuan dari manusia lainnya (walaupun ada pengakuan yang sifatnya terpaksa) Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak. Maha Tinggi Allah dari pada apa yang mereka sekutukan (An-Nahl: 3) Untuk meneladani nama Allah ini, kita dituntut memiiki ketinggian akhlak dan cita-cita, serta berusaha mewujudkannya untuk mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah SWT yakni derajat orang-orang yanag bertaqwa..

Pertemuan ke-10Al-Barri Setelah melafalkan kata Al- Barri kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al- Barri dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Barri berarti Yang Maha Dermawan. Allah menganugerahkan aneka anugerah untuk kemashlahatan makhlukNya. Anugerah yang sangat luas dan tidak terhingga. Allah memberikannya atas kasih sayang-Nya. Di antara bentuk kedermawanan Allah yang tak terhingga adalah pahala yang telah disiapkan bagi para kekasih-Nya di surga, yaitu sesuatu yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terdetak dalam hati. Orang yang memohon kepada Allah, Dia akan mengabulkan permohonannya, karena Dia Maha Melimpahkan kebaikan dan Maha Penyayang Segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah. Kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka hanya kepada-Nya kamu meminta pertolongan. (An-Nahl: 53) Meneladaninya dengan selalu bermaksud baik dan memberikan apa yang diberikan-Nya kepada makhluk-makhluk Allah, menghendaki kemudahan bagi mereka. Memberikan kasih kepada siapa yang butuh walaupun pernah menyakiti diri kita. Memberi perhatian yang cukup kepada keluarganya yang kecil dan besar, masyarakat lingkungannya, lemah lembut dan kasih sayang terhadap mereka, dan khususnya berbakti kepada kedua orang tuanya serta taat kepada Allah dan Rasul. 27

28

At-Tawwaab. Setelah melafalkan kata Al- Tawwaab kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlTawwaab dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Tawwaab berarti Yang Maha Penerima Taubat. Allah memudahkan taubat untuk hamba-hamba-Nya, dengan cara menampakkan tanda kebesarannya, menggiring mereka dengan peringatan-peringatan-Nya.mengingatkan ancaman-ancamannya, sehingga bila mereka telah sadar akan akibat buruk dari dosa-dosa dan merasa takut dari ancaman-Nya, mereka kembali bertaubat dan Allah pun kembali kepada mereka dengan anugerah pengabulan. Kisah Teladan Allah mengampuni Umat Yunus dan tidak mnimpakan azab kepada mereka. Umat Nabi Yunus menyadari kekhilafanmereka. Kala itu, tanda-tanda hukuman memang telah oleh Allah , dunia geap gulia, awan hitam bergumpal-gumpal menggelayut di atas angkasa. Kala itu mereka tobat, semua menangis dengan penyesalan tak terkira. Pad saat genting tak terperikan tersebut, Allah lantas mengampunkan dan menarik kembali azab yang hendak ditimpakan-Nya. Yunus yang sempat menghilang karena masuk dalam perut ikan hiu,seketika kembali disambut oleh umatnya ddengan hati gembira. Adapun jumlah umat yag semula mengikuti seruan beliau berjumlah dua orang (Rubil dan Tanukh) bertambah menjadi lebih dari 100.000 orang. Ayat-ayat terkait: Ash-Shaffaat :139-142, Al-Anbiyaa: 87-89, Yunus: 98. Manusia yang meneladani sifat Allah dituntut terlebih dahulu untuk memohon ampun dan beristigfar kepada Allah. Jangankan manusia biasa, Rasulullah pun beristigfar 100 kali setiap hari. (HR. Muslim). Permohonan taubat adalah dengan menyadari kesalahan yang telah dilakukan, bertekad untuk tidak mengulanginya,serta memohon ampunan-Nya, jika dosa itu berkaitan dengan Allah. Dan memohon kerelaan manusia yang dilukai hatinya, jika dosa yang dilakukan berkaitan dengan hakk manusia. Selanjutnya yang meneladani dituntut agar memaafkan siapa yang datang kepadanya minta maaf, bahkan memaafkan sebelumm yang bersangkutan memintanya.

Al-Muntaqim Setelah melafalkan kata Al- Muntaqim kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al29

Muntaqim dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Muntaqim berarti pembalas dendam. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu, dan siapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya, Allah Maha Kuasa lagi Pemilik Pembalasan menyiksa. (Al-Maidah: 95) Allah tidak menyetujui kejahatan, tidak menyenangi serta benci dan murka terhadap pelakunya yang telah berulang kali diperingatkan. Allah mengancamnya dengan siksaan-Nya. Allah murka terhadap orarangorang yang durhaka dan membangkang dan tidak menyukai yang angkuh, namun kemurkaan atau ketidaksenangan Allah tidak melampaui batas. Allah tidak membenci siapapun kaena betapapun besarnya pelanggaran dan kerasnya murka, rahmat-Nya masih tetap menyentuh pendurhaka Firman Allah dalam sebuah hadits qudsi: RahmatKu mengalahkan amarah-Ku. Takut kepada Allah karena ancaman-ancaman-Nya. Kita dituntut pula untuk membenci keburukan dan orang yang mengerjakan keburukan , tapi tidak sampai melampaui batas. Kita juga dianjurkan untuk memelihara diri kita agar tidak melakukan keburukan. Kita harus memperhatikan peringatan Allah SWT. Kita harus menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan durhaka, seperti meninggalkan shalat, melawan orang tua dan sebagainya.

Al-Afuww Setelah melafalkan kata Al-Afuww kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Afuww dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Afwu berarti Yang Maha Pemaaf. Allah tidak hanya memaafkan pelaku dosa yang terpaksa atau tidak tahu. Dia juga tidak selalu menunggu yang bersalah untuk meminta maaf. Sebelum manusia meminta dimaafkan, Allah telah memaafkan banyak hal. Bukan hanya Rasul yang dimaafkan sebellum beliau meminnta maaf, tetapi juga orangorang durhaka kepada Allah SWT. Allah mengampuni siapa yag mau bertobat dan menghapuskann segala dosa orang yang dikehendaki. Asal mau kembali ke jalan yang benar (bertobat), hendaknya kita meyakini bahwa tobat kita didengar oleh Allah. Tidak boleh patah hati, putus harapan, karena pintu rahmat dan pertolongan Allah selalu terbuka dan sesaatpun tidak pernah tertutup. Namun kita harus ingat bahwa pintu tobat itu terbuka lebar bagi orang yang tidak menyekutukan Allah dengan yang lain. 30

Sesungguhnya Allah ttidak akan mengampuni dosa syirik, dan Di mengampuni dosa yang selain syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya. Siapa yang mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya Dia telah berbuat dosa besar. (Q.S. An-Nisa: 48) Alangkah mulianya Allah yang berkenan menutupi sekaligus menghapus kesalahan hambanya. Oleh karena itu kita selaku manusia hendaknya juga membuka pintu maaf kepada orang-orang yang berbuat kesalahan kepada kita.

Meneladani dengan cara memberi maaf, berbuat baik kepada yang bersalah, atau memaafkan mereka tanpa permintaan maaf.pemaafan Allah juga terbuka lebar bagi siapapun yang bersedia memberi kebaikan secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, dan yang bersedia memaafkan orang lain. Kita tidak harus menunggu atau membiarkan yang bersalah datang dengan mengeruhkan air mukanya dengan suatu permintaaan maaf terlebih dahulu, karena yang dianjurkan dalam al-Quran adalah pemberian maaf. Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (Al-Araf: 199) Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikannya atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa. (An-Nisa: 149)

Ar-Rauuf. Setelah melafalkan kata Ar-Rauuf kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna ArRauuf dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Ar-Rauuf berarti Yang Maha Pelimpah Kasih. Allah menganugerahkan rahmat-Nya yang melimpah kepada orang-orang yang berbuat kebaikan sekecil apapun. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (QS. Al-Baqarah: 143) Cara meneladani dengan menjalin hbungan silaturrahmi, bahkan memperkukuh ukhuwah/persaudaraan islamiyah dan mencurahkan kasih sayang terhadap seluruh hamba-hamba Allah yang taat kepada-Nya. Pertemuan ke- 11 , malikul-ghaniy 31

Malikul Mulk Setelah melafalkan kata Malikul Mulk kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Malikul Mulk dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Malikul Mulk ialah Pemilik Kerajaan, bisa juga diartikan Pemilik Kekuasaan. Dia dapat melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya terhadap milik-Nya itu. Aallah yang memiliki dan mengatur alam semesta ini. Dia dapat berbuat menurut kehendak-Nya. Dia sanggup mengadakan dan meniadakan sesuatu. Allah bisa mempertahankan dan mencabut sesuatu karena Allah benar-benar memegang tampuk kekuasaan tertinggi.

Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabutkerajan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki dan di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS. Ali Imran: 26) Untuk meneladaninya, Ustadz mengajak santriwan/wati untuk memahami bahwa manusia paling tidak adalah raja bagi diri sendiri, karena itu seluruh anggota tubuhnya harus dapat ditundukkan dan bekerja sama untuk tujuan kebajikan sesuai dengan tuntunan Ilahi. Siapa yang membangkang harus diperingatkan dan kejahatan yang ditimbulkan harus dicabut. Singgasana manusia adalah qalbunya. Karena itu, jangan sampai ada yang duduk di singgasana itu selain dirinya sendiri. Selanjutnya, karena kerajaannya adalah anugerah Allah, maka singgasana itu harus terus mengingat dan mengagungkan Allah swt.

Dzul Jalaali wal Ikraam Setelah melafalkan kata Dzul Jalaali wal Ikraam kepada santriwan/wati, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Dzul Jalaali wal Ikraam dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Dzul Jalaalii wal ikram berarti Pemilik Keagungan dan Kemuliaan atau PEmilik Keagungan dan Karunia. Dialah yang memiliki segala kemuliaan, keagungan dan kesempurnaan. Allah yang Maha agung dan Maha Mulia tidak pernah akan berubah sepajang zaman walaupun makhluk di bumi ini hancur dan hilang lenyap semuanya. 32

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebenaran da kemuliaan (Q.S. Ar-Rahman: 26-27) Maha Agung nama Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan karunia. (Q.S. Ar-Rahman: 78) Manusia yang mulia di sisi Allah hanyalah manusia yang bertaqwa, oleh karena itu, kita harus senantiasa bertaqwa kepada Allah. Selanjutnya, untuk meneladani nama Allah ini, kita juga dituntut untuk mengerjakan tindakan-tindakan yang agung dan mulia seperti membantu orang-orang lemah, seperti anak yatiim, fakir miskin dan sebagainya. Tentu saja bantuan yang diberikan sesuai dengan kemampuan kitaa.

Al-Muqsith Setelah melafalkan kata Al-Muqsith kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlMuqsith dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al- Muqsith berarti Yang Maha Adil. Dia memberikan bagian rezeki yang sesuai untuk tiap makhluk-Nya. Ada yang dilapangkan dan ada yang disempitkan. Dia menetapkan hukum yang adil. Kita hendaknya menengahi dan mendamaikan orang yang bertikai dengan cara adil. Selanjutnya kita juga dapat melaksanakan muqsith terhadap diri sendiri dengan melaksanakan ketentuan Allah dan RasulNya dengan senang. Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia (yang menegakkan keadilan). Para malaikat dan orangorangberilmu juga menyatakan demikian. (Q.S. Ali-Imran: 18)

Al-Jamii Setelah melafalkan kata Al-Jamiikepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Jamii dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Jami berarti Yang Maha Penghimpun. Tuhanku, Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya (Q.S. Ali-Imran: 9)

33

Allah yang menghimpun yang sama dan yang berbeda, misalnya Allah menghimpun manusia semuanya di permukaan bumi dan kelak di padang mahsyar. Dia meghuimpun yang berbeda, seperti menghimpun semua langit, planet, udra, buni, samudra, tumbuh-tumbuhanm binatang, semuanya denganbentuk, warna, rasa dan sifat dan rasa yang berbedabeda.dia menghimpunya di bumi dan menghimpunnya di alam raya. Begitu juga manusia dihimpun dalam dirinya tulang, otot, urat, otak, kullit,, darah dan lain-lain. Manusia yang menyandang sifat ini adalah mereka yang dapat menghimpun budi pekerti luhur yang tampak dalam tingkah lakunya dengan kesucian bathin yang bersemai dalam kalbunya. Siapa yang memiliki budi pekerti yang luhur, maka terhimpun dalam golongan orangorang yang meneladani sifat Allah ini. Yakinlah kuasa Allah menghimpun seluruh makhluk di hari kemudian dan bersungguh-sungguhlah beramal agar kita tidak terhimpun dalam golongan orang-orang yang durhaka kepada Allah. Selain itu kita juga hendaknya mampu bekerja sama dalam kebaikan, misalnya gotong royong untuk membersihkan lingkungan kita.

Al-Ghaniyy Setelah melafalkan kata Al-Ghaniyy kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlGhaniyy dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. AlGhaniy berarti Allah Maha Kaya. Allah tidak butuh kepada apa dan siapapun. Dia pemilik segala kekayaan yang ada di alam ini. Allah, anugerah-Nya melimpah. Allah tidak pernah bosan memberi, dan tidak pernah marah walaupun diminta berulang-ulang. Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan (memenuhi harapan mereka). (Q.S. ArRahman: 29) Yang meneladani sifat Allah ini dituntut untuk mampu berdiri sendiri, tidak menghajatkan bantuan orang lain. Cara meneladani selanjutnya adalah dengan memberi bantuan dan menebar kasih sayang kepada sesama, tidak bosan dan menggerutu dengan berulangnya permintaan. Kita juga hendaknya memperkaya hati dengan iman dan taqwa, karena ini adalah kekayaan yang sesungguhnya. 34

Kisah Teladan Ayub telah membangun beberapa mesjiid untuk kaumnya. Oleh karena itu, Tuhan membanggakan Ayub kepada segenap makhlukNya mulai dari pepohonan, hewan, malaikat, bahkan para setan. Kaya hati terlihat dari : Ayub pernah diuji oleh Allah dengan bangkrutnya dia setelah sebelumnya kaya raya. Rumah dan hartanya terbakar ludes, kertika ayub sedang bermunajad kepada Tuhannya di mesjid. Hal ini tdak membuat Ayub bersedih hati, tapi justru ia terima dengan rela hati,karena hal itu memang takdir Ilahi. Berikutnya ayub ditimpa kemalangan lagi. Ketika itu, sesuai kebiasaan,semua anak-anak kumpul makan siang di rumah saudara tertuanya, Murmula. Ketika itu rumah tersebut tiba-tiba rubuh menimpa mereka semua. Putri-putri ayub meninggal semuanya, tak satu pun tersisa. Namun sekali lagi Ayub menunjukkan kesabaran dan tawakkalnya kepada Allah. Ayub juga pernah ditimpa penyakit yang ttak ada obatnya. Dia tersenrang penyakit akut, satu per satu istrinya meninggalnya, hanya satu yang masih setia yakni Siti Rahmah. Selanjutnya, Dia dan istrinya diusir dari kampungnya karena penyakit yang dideritanya yang menebarkan bau busuk. Mendapat derita nestapa, ternyata Ayub tetap menampakkan ketaqwaannya. Sampai akhirnya, dia lulus ujian dari Allah dan dikaruniai anak dalam jumlah yang lebih banyak dari semula.

Al-Mughnii Setelah melafalkan kata Al-Mughnii kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlMughnii dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Allah memberi kekayaan kepada siapa saja yag Dia kehendaki. Allah pula yang mencukupkan kebutuhan semua makhluk-Nya. Untukmeneladani Allah Al-Mughnii, kita dianjurkan untuk membantu orang lain dengan apa yang kita miliki dan memberikan bantuan yang tepat sesuai kebutuhan, contoh, meminjamkan teman yang butuh pena jika kita memiliki dua/lebih pena.

Al-Maani 35

Setelah melafalkan kata Al-Maanikepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlMaanidengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh.Allah SWT. Mencegah makhluk-Nya dari segala hal yang menyebabkan kebinasaan, serta kekurangan dalam beragama (spiritual) dan material. Dia yang menghalangi apa yang dikehendaki-Nya untuk dihalangi dan memberi apa yang dikehendaki-Nya untuk diberi. Bila memberi Dia melebihkan dan memperbaiki, bila mencegah maka karena adanya hikmah dan kebaikan. Tidak ada yang dapat mencegah apa yang diberikan-Nya, tidak ada juga yang dapat memberi apa yang dicegahhNya. Firman Allah tentang buah-buah yang ada di syurga: Yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang mengambilnya. (Q.S. Al-Waqiah: 33) Cara meneladaninya adalah dengan mencegah diri kita dari segala perbuatan yang dapat mencelakakan diri kita di dunia dan di akkhirat kelak. Kita juga dituntut untuk mencegah orang lain dari keburukan.

Ad-Dhaar Setelah melafalkan kata Ad-Dhaar kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AdDhaar dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia. Dan jika Dia mendatangkan kebbaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Anam: 17) Allah memberi kesusahan atau derita kepada makhluk-Nya jika dianggap pantas sebagai peringatan. Isyarat tentang pemberian derita ini dalam alquran selalu ditampilkan dalam bentuk pengandaian. Allah tidak akan memberikan cerita andaikan manusia tidak durhaka. Cara meneladani , kita tdak boleh melakukan suatu perbuatan yang dapat menimbulkan penderitaan atau bahaya bagi diri sendiri, apalagi orang lain. Misalnya mebuang benda tajam di jalan,seperti paku, membuang kulit pisang di jalan dan sebagainya.

An-Nafii 36

Setelah melafalkan kata An-Nafii kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna An-Nafii dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Allah melimpahkan manfaat yang besar bagi makhluk-Nya. Allah menciptakan pohon yang hasilkan buah. Allah juga yang menciptakan air, cahaya, udara dan sebagainya. Meneladani nama Allah ini, ustadz/ah dapat mengajak santriwan/ wati agar menjadi manusia yang bermanfaat dengan melakukan pekerjaan yang bermanfaat seperti membantu ibu dan ayah dan sebagainya. Katakanlah: Aku tidak kuasa menarik manfaat bagai diriku dan tidak pula menolak mudharat kecuali yang dikehendaki Allah (QS. Al-Araf: 188)

An-Nuur Setelah melafalkan kata An-Nuur kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna An-Nuur dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. An-Nuur berarti Yang Pemberi/Pemilik Cahaya. Cahaya pada matahari, api, atau kilat semuanya bersumber dari Allah SWT. Segala puji bagi Allah yang menciptakan laangit dn bumi dan menjadikan cahaya dan gelap (untuk seluruh yang ada di alam raya). (Q.S. Al-Anam: 1) Oleh karena itu, Allah adalah Pemilik dan Pemberi Cahaya bagi seluruh yag bercahaya di alam raya. Selain itu, Allah An-Nuur juga berarti bahwa Dia memberi petunjuk kepada hati manusia agar menempuh jalan yang benar Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk (Q.S. Maryam:76) Ini berarti kita dituntut untuk terus berupaya meningkat dan meningkat, oleh karena itu kita selalu memohon hidayah-Nya Ihdinashshirathalmustaqim (Tunjukilah kami jalan yang lurus), untuk mencapai cahaya Ilahi. Berusaha menjadi cahaya zaman, jika tidak mampu, maka menjadi cahaya negeri, masyarakat kecil atau keluarganya. Dan jangan sampai tidak memiliki cahaya ilahi utuk diri kita sendiri. Oleh karena itu, kita berusaha memantulkan cahaya yang diperolah kepada orang lain, contoh, jika ada teman yang mengajak bolos 37

sekolah, nasehatilah agar jangan melakukan hal tersebut. Jika ada teman yang Mencoret2 meja, kursi dan dinding, berusha untuk menasehatinya agar tidak melakukan hal tersebut.

Al-Haadii Setelah melafalkan kata Al-Haadii kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlHaadii dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Al-Hadi berarti Yang Maha Pemberi Petunjuk. Allah memberi petunjuk kepada siapa saja yang dia kehendaki. Dia beri petunjuk kepada manusia dapat bedakan baik dan buruk, berbuat amal shaleh dan beribadah dengan benar. Allah tidak hanya menganugerahkan petunjuk kepada manusia, tetapi juga kepada makkhluk lain, seperti: anak ayam memakan benih ketika menetas, atau lebah membuat sarangnya dalam bentuk segi enam. Kita hendaknya meyakini bahwa petunjuk yang sempurna hanyalah petunjuk Allah SWT. Sesungguhnya petunjuk Allah itulah, petunjuk yang benar lagi sempurna (Q.S. Al-Baqarah: 120) Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang beriman ke jalan yang lurus. (Q.S. Al-Hajj: 54) Kita selalu merujuk kepada Al-quran dan hadits untuk mencari petunjuk, selanjutnya kita juga hendaknya harus mampu membimbing diri sendiri dan memberikan teladan yang baik. Al-Badii Setelah melafalkan kata Al-Badii kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Badii dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. AlBadii berarti Maha Pencipta Pertama. Allah Maha Pencipta Pertama yang menciptakan segala sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Dia menciptakan langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya. Allah pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, Jadilah! Maka jadilah sesuatu itu. (Q.S. Al-Baqarah: 117) Untuk meneladani nama Allah ini, kita dituntut untuk berupaya berkreasi, menciptakan karya-karya yang bermanfaat, indah dan menakjubkan, contoh: membuat tempat sampah dari kardus atau tong bekas yang dihias sehingga menarik dan dapat dimanfaatkan kembali, membuat 38

bunga dari benda-benda bekas sebagai hiasan untuk mempercantik ruang belajar dan sebagainya. Al-Baaqii Setelah melafalkan kata Al-Baaqii kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna Al-Baaqii dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. AlBaaqii berarti Yang Maha Kekal. Tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal.(Ar Rahman:27) Allah Maha Kekal dan Abadi selama-lamanya. Untuk meneladaninya, kita harus mengaitkan segala aktivitas kita kepada Allah yang Maha Esa dan kekal. Dengan begitu amalan kita akan terus sampai ke akhirat dan dapat dipetik hasilnya.

Al-Waarits Setelah melafalkan kata Al-Waarits kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AlWaarits dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. AlWaarits berarti Yang Maha Kekal. Milik Allahlah warisan yang ada di langit dan di bumi. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Ali-Imran: 180) Allah A-Warits artinya Allah pemilik mutlak kekayaan yang ada di langit dan bumi. Jadi apapun yang ada di dunia akan kembali kepada-Nya. Untuk meneladani-Nya, kita dituntut untuk mampu menyumbangkan barang berguna kepada keluarga yang lebih membutuhkan, kita juga tidak boleh memakan harta warisan yang bukan hak kita.

Ar-Rasyiid Setelah melafalkan kata Ar-Rasyiid kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna ArRasyiid dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. ArRasyiid berarti

39

Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk dan siapa yang disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (Q.S. Al-Kahfi: 17) Allah akan memberi petunjuk kepada hambanya yang bertaqwa menuju jalan yang benar. Hamba yang bertaqwa adalah hamba yang menjalankan perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya. Untuk meneladani-Nya, ustadz/ah mengajak santriwan/wati menjadi anak yang rajin belajar agar cerdas dan pintar, ilmu dan kecerdasan adalah salah satu bentuk petunjuk yang diberikan Allah kepada kita.

Ash-Shabuur. Setelah melafalkan kata Ash-Shabuur kepada santri, Al-Ustazd/ah memberikan pemahaman kepada santriwan/wati tentang makna AshShabuur. dengan bahasa yang mudah mereka pahami dan memberikan contoh. Ash-Shabuur berarti Yang Maha Kekal. Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah : 153) Ash-Shabur artinya Allah tidak bergegas melakukan sesuatu sebelum waktunya, namun juga tidak menundanya dari waktu yang ditentukan. Untuk meneladani, kita harus memiliki sifat sabar dalam menjalankan kewajiban sebagai hamba-Nya. Begitu juga ketika meghadapi situasi yang tidak menyenangkan dalam hidup. Misalnya, sabar ketika diberi ujian sakit dan sebagainya.

40

41