blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/laporan-tekber-tapioka.docx · web viewbab i...

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi untuk dikembangkan pada masa mendatang, karena mempunyai pangsa pasar yang sangat luas baik di pasar nasional maupun internasional. Di dalam negeri permintaan tapioka mengalami peningkatan sebesar 10% per tahun, sedangkan permintaan pasar luar negeri mencapai 221.403,857 kg (Deptan, 2005). Industri tapioka di Indonesia terbagi dalam dua skala, yaitu besar dan kecil-menengah. Di Jawa Timur daerah yang paling banyak terdapat sentra industri tapioka skala industri kecil menengah (IKM) terletak di Kabupaten Kediri, dengan 7 sentra yang tersebar di 4 kecamatan. Sentralisasi industri tapioka memberikan dampak baik positif maupun negatif pada berbagai aspek termasuk lingkungan. Dampak negatif antara lain akumulasi dan illtensitas polutan yang tinggi di kawasan tersebut. sedangkan sisi positifnya adalah kemudahan dalam pembinaan lingkungan industri. Pencemaran lingkungan disebabkan oleh volume limbah yang besar dan pembuangan langsung ke lingkungan tanpa pengolahan yang memadai. Tingkat kesadaran pengusaha dan kemampuan finansial menjadi kendala di dalam penanganan limbah industri tapioka. Produksi bersih (cleaner production) menjadi strategi yang potensial diterapkan pada industri tapioka 1

Upload: lykhue

Post on 03-Jul-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi untuk dikembangkan

pada masa mendatang, karena mempunyai pangsa pasar yang sangat luas baik di pasar

nasional maupun internasional. Di dalam negeri permintaan tapioka mengalami

peningkatan sebesar 10% per tahun, sedangkan permintaan pasar luar negeri mencapai

221.403,857 kg (Deptan, 2005).

Industri tapioka di Indonesia terbagi dalam dua skala, yaitu besar dan kecil-menengah.

Di Jawa Timur daerah yang paling banyak terdapat sentra industri tapioka skala industri

kecil menengah (IKM) terletak di Kabupaten Kediri, dengan 7 sentra yang tersebar di 4

kecamatan.

Sentralisasi industri tapioka memberikan dampak baik positif maupun negatif pada

berbagai aspek termasuk lingkungan. Dampak negatif antara lain akumulasi dan illtensitas

polutan yang tinggi di kawasan tersebut. sedangkan sisi positifnya adalah kemudahan

dalam pembinaan lingkungan industri.

Pencemaran lingkungan disebabkan oleh volume limbah yang besar dan pembuangan

langsung ke lingkungan tanpa pengolahan yang memadai. Tingkat kesadaran pengusaha

dan kemampuan finansial menjadi kendala di dalam penanganan limbah industri tapioka.

Produksi bersih (cleaner production) menjadi strategi yang potensial diterapkan pada

industri tapioka karena ada peran aktif pelaku industri, nilai tambah langsung, dan

pengurangan resiko lingkungan (Fauzi, M. 2006).

Dalam rangka meningkatkan daya saing industri tapioka dan menciptakan green

industry maka perlu dikaji altematif-altematif strategi produksi bersih yang dapat

diterapkan di sentra industri kecil tapioka (Fauzi, M. 2006)..

Kajian ini meliputi identifikasi proses produksi, status produksi bersih pada industri

kecil tapioka dan peluang penerapan lebih lanjut, dan eara memperbaiki efisiensi produksi

melalui penerapan produksi bersih.

1

Page 2: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pabrik mendapatkan bahan baku dan energi untuk pembuatan tapioka?

2. Bagaimana proses pengolahan tapioka?

3. Bagaimana cara mengatasi limbah dari pembuatan tapioka?

4. Bagaimana penerapan Teknologi Bersih pada pabrik pembuatan tapioka?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pabrik mendapatkan bahan baku untuk pembuatan

tapioka

2. Untuk mengetahui proses pengolahan tapioka

3. Untuk mengetahui cara mengatasi limbah dari pembuatan tapioka

4. Untuk mengetahui penerapan Teknologi Bersih pada pabrik pembuatan tapioka

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Kita dapat mempelajari bahan baku dan energi untuk pembuatan tapioka

2. Kita dapat mempelajari proses pengolahan tapioka

3. Kita dapat mempelajari cara penanggulangan limbah dari sisa-sisa pembuatan tapioka

4. Kita dapat mempelajari penerapan teknologi bersih pada pabrik pembuatan tapioka

2

Page 3: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teknologi Proses Industri Menengah Tapioka Kabupaten Kediri

2.1.1 Tinjauan Teknologi Proses

Pada industri menengah tapioka kabupaten Kediri ini menggunakan beberapa alat

berikut, yaitu:

1. Mesin Pemarut Ketela dan ayakan plus penggerak

Gambar 1. Alat Pemarut Ketela dan ayakan plus penggerak

(Anonim, 2012)

Alat ini berfungsi untuk memarut ketela dan juga bisa terdapat ayakan dengan

penggerak.

2. Oven Pengering

Oven pengering ini berfungsi untuk mengeringkan bahan pembuatan tapioca.

3. Mesin Penepung (Disk Mill)

Mesin penepung ini berfungsi untuk membuat tepung

Gambar 2. Mesin penepung

(Anonim, 2012)

4. Genset

Genset ini berfungsi untuk pemberi daya energi listrik, atau juga genset ini

sebagai alternatif energi untuk pabrik tersebut.

3

Page 4: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

5. Bak Pengendapan dan Bak Penampung Limbah

Bak pengendapan dan bak penampung limbah ini berfungsi mengendap bahan

dan menampung limbah dari pembuatan tapioka tersebut.

2.1.2 Tinjauan limbah cair

2.1.2.1 Sumber dan karakteristik limbah Cair serta pengaruhnya terhadap lingkungan

Limbah cair industri tapioka tradisional mencapai 14–18 m3 per ton ubi kayu.

Dengan teknologi yang lebih baik jumlah limbah cair dapat direproduksi menjadi 8

m3 /ton ubi kayu. Limbah cair industri tapioka mengandung padatan tersuspensi –

10.000 mg/L dan bahan organik 1.500 – 5.300 mg/L.22

Dalam prosesnya, industri tepung tapioka mengeluarkan tiga macam limbah yaitu

limbah padat, gas dan limbah cair. Proses pengolahan singkong menjadi tepung

tapioka akan menghasilkan limbah 2/3 sampai 3/4 dari bahan mentahnya. Limbah

padat berasal dari proses pengupasan kayu dan proses pemerasan serta penyaringan

(ampas dan onggok). Limbah cair berasal dari pencucian ubi terutama terdiri atas

polutan organik, kulit ubi, tanah atau pasir serta proses suspensi tepung. Limbah gas

dari persenyawaan organik dan anorganik yang mengandung nitrogen, sulfur dan

fosfor yang berasal dari pembusukan protein. Parameter penting yang menentukan

kualitas limbah cair industri tepung tapioka adalah (Arifin, M. 2012):

Kekeruhan terjadi karena adanya zat organik (sisa pati) yang terurai,

mikroorganisme dan koloid lainnya yang tidak dapat mengendap segera. Kekeruhan

ini merupakan sifat fisik yang mudah dilihat untuk menilai kualitas air limbah tepung

tapioka.

Warna air limbah industri tapioka yang masih baru berwarna putih kekuning-

kuningan dan berbau khas ubi, sedangkan air limbah yang lama berbau basi atau

busuk dan berwarna abu-abu gelap. Bau tersebut akan berubah menjadi asam setelah 1

sampai 2 hari, kemudian air tersebut akan menjadi busuk dan mengeluarkan bau khas

yang tidak sedap. Salah satu zat yang dihasilkan dari proses penguraian senyawa-

senyawa organik adalah asam sulfida, posfor dan amoniak yang menyebabkan air jadi

busuk dan berbau amat menusuk yang tercium pada jarak sampai 5 kilometer.

Padatan tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan warna air limbah. Apabila

terjadi pengendapan dan pembusukan zat-zat tersebut di badan air penerima air

buangan. Sehingga akan mengurangi nilai guna perairan tersebut. Padatan tersuspensi

di dalam air cukup tinggi, berkisar 1500-5000 mg/l. Padatan tersuspensi ini

4

Page 5: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

merupakan suspensi pati yang terendapkan pada (pengendapan tingginya kandungan

padatan tersuspensi menandakan bahwa proses pengendapan belum sempurna. Nilai

padatan tersuspensi, BOD, COD saling berkaitan tinggi padatan tersuspensi semakin

tinggi nilai COD dan BOD nya.

2.1.2.2. Baku mutu limbah cair

Mutu Limbah Cair adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debit, kadar

dan beban pencemaran. Debit maksimum adalah debit tertinggi yang masih diperbolehkan

dibuang kelingkungan hidup. Kadar maksimum adalah kadar tertinggi yang masih

diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup. Beban pencemaran maksimum adalah beban

pencemaran tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup (Surat

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: 03/MENLH/1998).

Baku mutu limbah industri tapioka yang dipersyaratkan hanya limbah cairnya saja

(Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-1/MenLH/10/1995)

dengan karakteristik tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Tapioka (Vegantara, D. 2009).

5

Page 6: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

2.2. Tinjauan Produksi Bersih dan Penerapannya

2.2.1. Pengertian produksi bersih

Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat

preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk dan

jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan

manusia dan lingkungan (Nugraha, W. 2008).

2.2.2. Prinsip-prinsip pokok produksi bersih

Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah

pada pencegahan dan terpadu untuk diterapkan pada seluruh siklus produksi. Produksi

bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif atau

pencegahan dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses

produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi risiko terhadap manusia

dan lingkungan Hal tersebut, memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas

dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan

mentah, energi dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik, melalui

pengurangan sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak

produk terhadap lingkungan.

Produksi bersih berfokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah, yang

merupakan salah satu indikator inefisiensi. Dengan demikian, usaha pencegahan

tersebut harus dilakukan sejak awal proses produksi dengan mengurangi terbentuknya

limbah serta pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui daur ulang. Keberhasilan

upaya ini akan menghasilkan penghematan yang besar karena penurunan biaya

produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini dapat menjadi sumber pendapatan.

Dalam strategi pengelolaan lingkungan melalui pendekatan produksi bersih, segela

upaya dilakukan untuk mencegah atau menghindari terbentuknya limbah. Keterpaduan

dalam konsep produksi bersih dicerminkan dari banyaknya aspek yang terlibat seperti

sumber daya manusia, teknik teknologi, financial manajeria dan lingkungan. Strategi

produksi bersih menekankan adanya upaya pengelolaan lingkungan secara terus-

menerus. Suatu keberhasilan atau pencapaian target pengelolaan lingkungan bukan

merupakan akhir suatu upaya melainkan menjadi input bagi siklus upaya pengelolaan

lingkungan berikutnya. Mengurangi risiko dalam produksi bersih dimaksudkan dalam

6

Page 7: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

arti risiko keamanan, kesehatan, manusia dan lingkungan serta hilanganya sumber daya

alam dan biaya perbaikan atau pemulihan. Produksi bersih diperlukan sebagai suatu

strategi untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan

pembangunan atau pertumbuhan ekonomi, mencegah terjadinya pencemaran

lingkungan, memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka

panjang, mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan

pemanfaatan sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah serta memperkuat

daya saing produk di pasar internasional. Prinsip-prinsip pokok dalam produksi bersih

adalah :

1. Mengurangi atau meminimumkan penggunaan bahan baku, air, dan energi serta

menghindari pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya serta mereduksi

terbentuknya limbah pada sumbernya, sehingga mencegah dari atau mengurangi

timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan serta risikonya terhadap

manusia.

2. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik terhadap proses maupun

produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk.

3. Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan

dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait baik dari pihak

pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia (industriawan). Selain itu juga, perlu

diterapkan pola manajemen di kalangan industri maupun pemerintah yang telah

mempertimbangkan aspek lingkungan.

4. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen dan prosedur standar

operasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak

selalu membutuhkan biaya investasi yang tinggi, kalaupun terjadi seringkaliwaktu

yang diperlukan untuk pengembalian modal investasi relatif singkat.

5. Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada pengaturan sendiri dan

peraturan yang sifatnya musyawarah mufakat dari pada pengaturan secara command

control. Jadi, pelaksanaan program produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan

peraturan pemerintah saja, tetapi lebih didasarkan pada kesadaran untuk mengubah

sikap dan tingkah laku.

Produksi Bersih dapat dijadikan sebuah model pengeloaan lingkungan dengan

mengedepankan efisiensi yang tinggi pada sebuah industry, sehingga timbulan/hasil

limbah dari sumbernya dapat dicegah dan dikurangi. Penerapan Produksi Bersih akan

menguntungkan industri karena dapat menekan biaya produksi, adanya penghematan, 7

Page 8: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

dan kinerja lingkungan menjadi lebih baik. Penerapan Produksi Bersih di suatu

kawasan industri dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mewujudkan Kawasan

Industri Berwawasan Lingkungan

2.2.3. Good Housekeeping

Good housekeeping adalah salah satu pengelolaan internal yang baik sebagai upaya

produksi bersih berupa tindakan sederhana untuk mengurangi pemakaian air, energi

dan bahan-bahan kimia. Upaya-upaya tersebut berkaitan dengan langkah praktis yang

dapat segera dilaksanakan oleh perusahaan. Upaya-upaya tersebut berkaitan dengan

langkah praktis yang dapat segera dilaksanakan oleh perusahaan. Ada Tiga manfaat

apabila perusahaan melaksanakan Good Housekeeping :

- Penghematan biaya

- Kinerja lingkungan hidup lebih baik.

- Penyempurnaan organisasional.

2.2.4. Penerapan produksi bersih

Penerapan produksi bersih bertujuan agar penggunaan sumberdaya berupa bahan

baku, energy dan air lebih efisien serta mengurangi adanya limbah dan emisi. Menurut

(Berkel, 2000) pencegahan dalam rangka pelaksanaan produksi bersih terbagi menjadi lima

jenis pencegahan diantaranya modifikasi produk, sbstitusi input, modifikasi teknologi, good

housekeeping, dan daur ulang limbah. Produksi bersih juga terbukti memberikan nilai tambah

secara langsung kepada industry misalnya penjualan onggok dan limbah tapioka kasar.

Penerapan teknologi bersih dapat dilakukan setiap hari setelah proses produksi,

misalnya saja pencucian bak, perbaikan produksi seperti penggunaan alat pencucian yang

menggunakan baling-baling, serta recovery limbah cair yang masih layak pakai untuk

digunakan proses produksi. Penerapan teknologi bersih pada industri tapioka dapat dilihat

pada tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2. Penerapan teknologi bersih pada industri tapioka

Strategi Aktivitas

Good Housekeeping - Pengenapan air untuk proses roduksi.- Pencucian bak- Perawatan silinder pemarut

8

Page 9: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

- Penggunaan jam dinding di Pabrik (agar tercipta disiplin waktu)

- Penggunaan alas untuk menumpuk butiran pati yang tercecer.

- Penggunaan pengaman kepala untuk pekerja.

- Produk layout.- Lantai terbuat dari plester, keramik,

dan semen,

Modifikasi teknologi - Penggunaan mesin pemarut,

gobekan, mesin penghancur, dan

tapir

- Penggunaan mesin diesel yang sama

untuk pompa air dan mesin produksi.

- Penggunaan bak bilas untuk

pencucian.

On site recovery - pemanfaatan kulit untuk pupuk atau

pakan ternak.

- Penjualan onggok

- Penjualan tapioka kasar.

BAB 3

Metode penelitian

3.1 Rancangan penelitian

Dalam penelitian ini Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah gaplek asal

Kabupaten Malang, air dan Na-metabisulfit. Alat yang digunakan antara lain bak

perendam, pemarut kelapa, penyaring dari kain sifon dan widig (perangkat pen-jemur). 9

Page 10: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

Pembuatan tapioka terdiri dari tiga prosedur yaitu: (1) pembuatan tapioka tanpa

penggantian air rendaman, (2) pembuatan tapioka dengan mengganti air rendaman, dan

(3) sama seperti prosedur (1) tetapi pada saat pengeringan widig yang digunakan diberi

alas plastik. Dia gram alir pembuatan tapioka perlakuan seperti pada Gambar 1, prosedur

(1) perendaman pati dilakukan selama 24 jam; sedangkan prosedur (2) air perendam pati

diganti sebanyak dua kali dalam sehari, proses pembuatan tapioka berbahan baku gaplek

dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Tapioka Berbahan Baku Gaplek

Tepung tapioka yang dihasilkan dianilisis sifat fisik-kimia (ren-demen, kadar air,

kadar pati, kadar abu, derajat putih,dan residu sulfit). Analisis data dilakukan secara

statistik dengan uji t berpasangan.Uji kualitassecara sensoris (warna, aroma, dan

kenampakan) menggunakan panelis ahli untuk menge-tahui produk terbaik yang paling

disukai Tepung tapioka yang dihasilkan dianilisis sifat fisik-kimia (ren-demen, kadar air,

kadar pati, kadar abu, derajat putih,dan residu sulfit). Analisis data dilakukan secara

10

Page 11: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

statistik dengan uji t berpasangan.Uji kualitassecara sensoris (warna, aroma, dan

kenampakan) menggunakan panelis ahli untuk mengetahui produk terbaik yang paling

disukai.

3.2 Ruang lingkup penelitian

Dalam penelitian ada beberapa aspek yang menjadi perhatian , salah satunya adalah

proses pembuatan tapioka dari mulai persiapan bahan, yaitu singkong yang telah dijemur

hingga sampai menjadi tapioka. Penelitian ini juga membahas penerapan teknologi bersih

apa yang telah dilakukan perusahaan. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik tapioka juga

masuk dalam pembahana penelitian ini.

3.3 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bulusari, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri.

3.4. Jenis dan sumber data

Jenis dan sumber data yang kami peroleh dari jurnal dan website-website yang

berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini.

3.5. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang dilakukan pada industri tapioka menggunakan alat-alat

sebagai berikut :

1. Mesin Pemarut Ketela dan ayakan plus penggerak2

2. Oven Pengering

3. Mesin Penepung (Disk Mill)

4. Genset

5. Bak Pengendapan dan Bak Penampung Limbah

3.6. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini digunakan studi literatur untuk mengumpulkan data yang

diperlukan guna proses analisi selanjutnya. Literatur yang digunakan diantarnya jurnal,

buku, serta website.

3.7. Analisa data

11

Page 12: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

Analisa data produksi bersih pada industri tapioka dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Analisa data penerapan produksi bersih dan pengelolan lingkungan industri

Aktivitas perbaikan Biaya Prioritas

Penyuluhan pekerja Rp. 12.000 ***

Pemanfaatan pemakaian air 0 ***

Penggunaan alat pencuci

mekanis

Rp. 3.000.000,00 *

Penggunaan alat gobegan Rp. 10.000.000,00 ***

Pencucian hak pengendapan

pati setiap hari

Rp. 40.000,00 ***

Pemanfaatan pekerja selama

proses produksi berlangsung

0 ***

Penggunaan bak

penampungan dan

pengolahan limbah cair

terpusat

Rp. 10.000,00 **

Keterangan : * = Kurang, ** = Cukup, *** = Penting

3.8. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2012 sampa 5 oktober 2012.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data umum perusahaan

12

Page 13: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

Profil industri penghasil tapioka di Desa Bulusari, Kecamatan Tarokan, Kabupaten

Kediri adalah sebagai berikut : jumlah tenaga kerja 4-5 tergantung kapasitas produksi

tiap harinya. Jumlah produksi per hari tergantung dari persediaan ubi kayu, pada musim

panen raya ubi kayu kapasitas produksi mencapai 6 ton/hari. Peralatan produksi yang

dimiliki antara lain bak pencucian, pemarut (tipe roll), alat penyaring susu pati (tipe

eksentrik), bak pengendapan (beton berlapis porselin), perangkat pengeringan (anyaman

bambu), bak pembuangan ampas, motor diesel 12 PK.

4.2. Proses produksi dan limbah

4.2.1. Proses produksi

Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Tapioka Berbahan Baku Gaplek

4.2.2. Tinjauan limbah

Pada proses produksi pembuatan tapioka berbahan gaplek ini menghasilkan limbah

padat yang biasa disebut onggok dan limbah cair. Limbah padat berupa kulit dan ampas.

Kulit diperoleh dari proses pengupasan, sedangkan ampas yang berupa serat dan pati 13

Page 14: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

diperoleh dari proses penyaringan. Limbah cair industri tapioka dihasilkan selama proses

pembuatan, mulai dari pencucian sampai proses pengendapan. Apabila limbah industri

tapioka tidak diolah dengan baik dan benar dapat menimbulkan berbagai masalah,

diantaranya penyakit gatal-gatal, batuk dan sesak nafas; timbul bau yang tidak sedap;

mencemari perairan tambak sehingga ikan mati; perubahan kondisi sungai (pencemaran)

(Shofyan, 2010).

4.3. Produksi bersih

4.3.1. Upaya produksi bersih yang sudah Dilakukan perusahaan

Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat

preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinyu pada proses produksi, produk dan jasa

untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan

manusia dan lingkungan.

Kualitas limbah cair pati secara garis besar meliputi BOD (Biological Oxygen

Demand) : 3000 – 7500 mg/l; COD (Chemical Oxygen Demand) : 7000 – 30000 mg/l;

pH 4.0 – 6.5; padatan tersuspensi : 1500 -5000 mg/l.

Pada pabrik tapioka ini melakukan usaha produksi bersih dengan menanggulangi

limbah ampas dan cair dengan cara sebagai berikut :

1. Memanfaatkan limbah yang bersangkutan misalnya limbah padat dari industri tapioka dapat dimanfaatkan sebagai bahan karbon aktif, kompos, atau makanan ternak.

2. Mendaur ulang limbah yang bersangkutan misalnya air limbah industri setelah melalui suatu proses tententu dapat dimanfaatkan menjadi air proses.

3. Mengolah limbah yang bersangkutan dengan teknologi tertentu, kemudian dibuang ke media pembuangan limbah.

4.3.2. Hambatan dalam penerapan produksi

Hambatan dalam penerapan produksi ini adalah financial biaya pabrik sangat

kurang untuk bisa melakukan produksi bersih.

14

Page 15: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

4.3.3. Peluang-peluang Produksi Bersih

Peluang-peluang produksi bersih pada pabrik tapioka ini ialah sebagai berikut :

1. Dapat terciptanya lingkungan bersih pada industri tapioka

2. Dapat menjadikan produk tapioka lebih berkualitas

3. Sanitasi yang efisien dapat menjadi prinsip dari perusahaan tapioka

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada sentra tapioka Kabupaten Kediri mengalami keterbatasan ubi kayu segar sebagai

bahan baku industri tepung tapioka, sehingga produksi tidak bisa berjalan kontinyu

15

Page 16: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

sepanjang tahun, hanya mampu berproduksi selama kurang lebih 3 bulan. Kemudian

permasalahan tersebut bisa diatasi dengan cara melakukan substitusi bahan baku dengan

gaplek (ubi kayu kering). Penelitian Wijana dkk. (2006) membuktikan bahwa tapioka

berbahan baku gaplek asal Kabupaten Malang yang dibleaching dengan Na-metabisulfit

(Na2S2O5) mempunyai mutu yang bagus dengan rendemen dan kadar pati yang lebih

tinggi, kadar air lebih rendah dan derajat putih yang sama dengan tapioka berbahan baku

ubi kayu segar.

Proses membuat tapioka itu mengguanakan bahan baku gaplek setelah 3 bulan hasil

produksi ubi kayu itu habis, pada proses pembuatan tapioka berbahan dasar gaplek itu

menghasilkan dua limbah, yaitu limbah cair bekas pemisahan air dan limbah padat yaitu

ampasnya sisa dari penyaringan.

Pada pabrik tapioka ini melakukan usaha produksi bersih dengan menanggulangi

limbah ampas dan cair dengan cara sebagai berikut :

1. Memanfaatkan limbah yang bersangkutan misalnya limbah padat dari industri tapioka

dapat dimanfaatkan sebagai bahan karbon aktif, kompos, atau makanan ternak.

2. Mendaur ulang limbah yang bersangkutan misalnya air limbah industri setelah

melalui suatu proses tententu dapat dimanfaatkan menjadi air proses.

3. Mengolah limbah yang bersangkutan dengan teknologi tertentu, kemudian dibuang

ke media pembuangan limbah.

5.2 Saran

Bagi para pembaca yang telah membaca hasil penelitian ini, kami harapkan dapat

memaklumi jika ada kesalahan dalam penulisan kata. Bagi penulis, semoga hasil yang

didapat dari pembuatan hasil penelitian ini menjadi motivasi yan lebih bermakna bagi

pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Bantuan Alat Pembuatan Tepung Tapioka. Diakses tanggal 03-Oktober-2012.

http://translate.google.co.id/?hl=id&tab=wT#en/id/Bantuan%20Alat%20Pembuatan

%20Tepung%20Tapioka.

Arifin, M. 2012. Limbah Cair Tapioka. Diakses tanggal 03-Oktober-2012. http://helpingpeo

pleideas.com/publichealth/index.php/2012/05/limbah-cair-tapioka/3/. 16

Page 17: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/10/Laporan-Tekber-Tapioka.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang berpotensi

Fauzi, M. 2006. Kajian Strategis Produksi Bersih Di Industri Kecil Tapioka. Departemen

Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian

Bogor .Bogor. J. Tek. lnd. Pert. Vol. 18(2), 60-65

Nugraha, W. 2008. Studi penerapan produksi bersih (studi kasus pada Perusahaan pulp and

paper serang). Program Studi Teknik Lingkungan FT Undip Jl. Prof. H. Sudarto, SH

Tembalang Semarang. Semarang

Shofyan, 2010. Limbah Industri Tapioka. Diakses tanggal 04-Oktober-2012. http://forum.

upi.edu/index.php?topic=15662.0.

Vegantara, D. 2009. Pengolahan limbah cair tapioka menggunakan Kotoran sapi perah

dengan sistem anaerobik. Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi Peternakan

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor

17