bimbingan konseling terhadap traumatis masa kanak-kanak
DESCRIPTION
Mata Kuliah Bimbingan Konseling, Sekolah Tinggi Teologi PaluDosen: Pdt. Hery Adijanto, M.ThTRANSCRIPT
Tugas pribadi
BIMBINGAN KONSELING TERHADAP TRAUMATIS
PADA MASA KANAK-KANAK
Makalah ini diserahkan sebagai salah satu syarat penilaian tugas pada Mata Kuliah
Bimbingan Konseling
Dosen:
Pdt. Heri Adjianto, M.Th
Mahasiswa:
Yanet Kristin Muna
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PALU
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa kanak-kanak adalah masa emas di mana seseorang mulai mengenal
dunianya dan mulai berinteraksi di dalamnya. Masa ini disebut sebagai masa keemasan,
karena pada masa inilah seseoang sudah mulai dibentuk tingkah lakunya, kebiasaannya,
intelektualnya, yang menentukan dirinya sendiri di masa yang akan datang atau masa
dewasanya kelak.
Pada masa kanak-kanak menurut buku Psikologi Perkembangan Desmita ada
beberapa tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai oleh seseorang yang sangat
penting dan perlu untuk dipelajari oleh seorang konselor. Namun, pada makalah ini,
penulis tidak akan memaparkannya secara lebih luas tetapi hanya berfokus pada traumatis
pada anak.
1.2 Rumusan Masalah
Oleh karena itu, maka penulis akan memaparkan mengenai beberapa pokok masalah
yang akan dibahas, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan “trauma” pada masa kanak-kanak?
2. Bagaimanakah peranan Bimbingan Konseling terhadap traumatis pada anak?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Trauma pada Masa Kanak-kanak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, traumatis berarti:trau·ma·tis
menggoncangkan jiwa (tentang pengalaman yg dahsyat).
Traumatis berasal dari kata “trauma” yang artinya:
keadaan jiwa atau tingkah laku yg tidak normal sebagai akibat dari tekanan jiwa
atau cedera jasmani; (nomina)
luka berat1; (nomina)
Para Psikolog menyatakan trauma dalam istilah psikologi berarti suatu benturan
atau kejadian yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas, dan biasanya bersifat
negative atau merugikan bagi dirinya sendiri.
Banyak peristiwa bisa memicu munculnya gejala trauma pada anak. Salah satunya
adalah bencana, tapi bisa juga peristiwa konflik, seperti kekerasan, kriminalitas, orang tua
berpisah atau bertengkar secara terus-menerus. Untuk dapat memberikan bimbingan
konseling, maka sebelumnya kita harus memahami keadaan psikologis anak dan
mempelajari gejala-gejala seperti apa dialami seorang anak.
Ciri-ciri bisa berbentuk tiba-tiba menangis tanpa sebab. Tidak bisa tidur atau tidak
bisa nyenyak. Tidak mau ditinggal barang sekejap, over sensitive, terhadap suara keras,
tidak mau mendengar atau melihat segala sesuatu yang berkaitan dengan penyebab
trauma dan sebagainya.
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat tahun 2008. ... disusun oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa dan diterbitkan oleh Balai Pustaka
3
2.1 Bimbingan Konseling Terhadap Traumatis Pada Masa Kanak-kanak
Sebagai seorang Konselor ada beberapa cara/langkah yang dapat kita
lakukan untuk menghadapi anak-anak yang mengalami keadaan trauma,
yaitu:
1. Pelukan dan perhatian
Alkitab sudah dengan jelas memberikan contoh tentang bagaimana sikap Tuhan
Yesus terhadap anak-anak kecil. Dalam kitab Markus, anak kecil dipakai-Nya
untuk menjadikan pelajaran bagi murid-murid-Nya yang sedang memperdebatkan
siapa yang terbesar di antara mereka, terlebih lagi anak kecil diumpamakan
sebagai hal kerajaan sorga.
Seorang anak berharga di mata Tuhan, oleh karena itu tugas kita sebagai seorang
konselor harus menyadari benar bahwa panggilan kita adalah menyelamatkan
jiwa-jiwa bagi kemuliaan nama-Nya.
Sebagai pengikut Yesus, maka setidaknya kita harus meneladani sikap Tuhan
Yesus terhadap anak-anak yang tercatat dalam Alkitab. Dia sendiri mengasihi,
memeluk dan memberikan perhatian terhadap anak-anak sebab itulah yang
menjadi kebutuhan utama seorang anak terlebih anak-anak yang mengalami
trauma.
2. Pemulihan fisik
Perhatian dan pelukan tidak cukup dalam melakukan bimbingan konseling
pada kasus ini, melainkan seorang konselor yang baik harus memperatikan juga
keadaan fisik konselinya. Gunakanlah prinsip-prinsip Alkitabiah dalam konseling,
contohnya Roma 12:20. Bila dia lapar berilah dia makan, bila dia haus berilah dia
minum, bila dia kedinginan berilah dia pakaian yang dapat menghangatkan
4
tubuhnya, bila dia sakit berilah dia obat-obatan dan waktu untuk beristirahat. Hal-
hal seperti ini harus dipenuhi dulu.
Setelah kondisi fisiknya teratasi, baru melangkah ke hal-hal lain. Itu
karena pemulihan psikologis tidak akan banyak berarti jika kondisi fisik anak
lemah. Misalnya saja, bagaimana mungkin mengajak anak bergembira, sementara
perut dia dalam kondisi kosong? Bagaimana mungkin mengajak anak bermain-
main atau berolah raga jika anak dalam kondisi sakit? Maka dari itu,p emulihan
fisik menjadi syarat utama untuk menyembuhkan psikologis anak-anak korban
trauma2.
3. Hiburan dan teman bicara
Pada masa anak-anak, seseorang akan lebih mudah bersosialisasi dengan
orang lain melalui teman sebayanya, orang tua, dan bahkan lingkungannya3.
Apabila lingkungannya dapat menerima keberadaannya, maka disitulah anak akan
menemukan ketenangan dan hiburan.
Pada langkah terakhir ini, setelah kondisi fisik anak tersembuhkan, maka
selanjutnya adalah mempertemukan mereka dengan orang yang mau menghibur
dan mengajak bicara. Kontak dengan orang akan membuat mereka menjadi lebih
hidup dan itu diperlukan sekali bagi seorang anak yang terkena trauma. Karena itu
ajaklah mereka bersenang-senang, bermain atau mengajak mereka untuk
melakukan aktifitas yang bermanfaat. Dengan demikian anak-anak dapat
melupakan hal-hal yang membuatnya takut dan trauma karena semuanya
digantikan dengan sukacita.
2 http://simfonyriri.blogspot.com/2011/03/meringankan-trauma-sang-anak.html3 Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007
5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah ini, maka penulis memberikan sedikitnya 3 kesimpulan yaitu:
1. Trauma adalah suatu keadaan yang sangat mengerikan bagi seseorang apalagi
trauma itu dialami sejak masa kanak-kanaknya, sebab memori trumatis akan
terus terbawa-bawa sampai masa dewasanya dan dapat berpengaruh buruk
bagi perkembangan kognitif, psikologi, dan mental si anak.
2. Bimbingan Konseling yang dapat diberikan kepada anak-anak yang
mengalami trauma yaitu memberikan perhatian untuk kebutuhan jiwanya,
memperhatikan kebutuhan jasmaninya, memberikan hiburan yang bermanfaat
bagi anak.
3. Sebagai konselor Kristen yang baik, hendaknya kita meneladani Yesus Kristus
tentang bagaimana sikap-Nya kepada anak-anak, tentang kasih-Nya, tentang
perhatian-Nya, n tentang kemanisan hati-Nya. Sebab bersama Dia, semua
yang letih lesu dan berbeban berat akan diberi-Nya kelegaan.
6
DAFTAR PUSTAKA
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat tahun 2008. ... disusun oleh Tim Penyusun
Kamus Pusat Bahasa dan diterbitkan oleh Balai Pustaka
http://simfonyriri.blogspot.com/2011/03/meringankan-trauma-sang-anak.html
7