bab ill keanekaragaman (sulzer) (b[omoptera: … · dim-tkan sebaga~ agens pengenddian hayati,...
TRANSCRIPT
BAB Il l KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN INANG Myws persicae
(SULZER) (B[OMOPTERA: APHIDIDAE) SERTA PARASITOID DAN HIF'ERPARASITOlD YANG BERASOSIASI DENGAN
KUTUDGUN TERSEBUT Dl SEKITAR BOGOR DAN CIANJUR
Infonnasi keanekaragaman spesies adaIah landasan penting dari pelaksanaan pengendalian hayati. Penelitian bertuj uan menmpelaj ari kmekaragman spesies tumbuhan inang @m persicae (Sulzer), spesies parasitoid ymg memarasit M persicae clan spesies hiperparasitoid yang memarasit parasitoid kutudaun M. persicae. Penelitian dilakukan Q sehm Bogor dan Cianjur pad, ketinggian 200 sampai 1400 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilakukan bulan Juli 2001 sampai Desember 2002. Hasil penelitian menunjukkan ada 37 spesies tumbuhan inang Ad persicue yang didominasi Solanaceae dan Bmsicaceae. Hasil identi fikasi menunj ukkan ada enam spesies pmsitoid yang memarasit M persicae, yaitu Aphidttrs rosue Haliday, Aphidius delicatus Baker, Aphiditu sp., Diaereriellu rape (M' intosh) (Aphidiidae), Aphelinus mychis (Walker) dan Aphelinus sp. (Aphelinidae). Hiperparasitoid yang memarasit parasitoid kutudaun M persicae ada empat spesies yaitu Coagem sp., Aphidenqrttls sp., Ooencyrttrs sp. (Encrytidae) dm C h r p s sp. (Chari pidae). Persebaran M persicae di dataran tinggi lebih luas daripada di dataran rendah. Hal i tu ada hubungannya dengan persebaran t u m b h inang dan lebih beradaptasinya M. persicae dengan lingkungan dataran tinggi. Spesies parasitoid dan hiperparasitoid yang ditemukan pads berbagai ketinggian tempat tertentu di atas permukaan laut ada yang krbeda, perkdam tersebut ada kaitannya dengan kemampuan parasitoid clan hiperparasitoid itu hradaptasi dengan ketinggian tempat.
Kata ku nci : Mpus persicae, pamitoid, hiperparasitoid, turnbuhan imng.
Pendah uluan
Znformasi keanekaragarnan tumbuhan hang Myms persicae (Sulzer) sangat
penting ddam mengantisipasi sumkr invasi kutudaun tersebut dan mengonservasi
musuh-musuh alaminya. Tumbuhan yang dimaksud &pat menjadi tumbuhan inang
altematif bagi M persicae dm tempat musuh alaminya batahan hidup pada saat tidak
ada tumbuhan inang utama di l a b tanaman budidaya. Informasi tersebut penting dan
diperlukan untuk keptingan mengeksplorasi mush alami kutudaun yang a h
dim-tkan sebaga~ agens pengenddian hayati, Keanekaragaman spesies dicapai
melalui identi fi kasi .
Identifikasi spesies merupakan tahap awl yang penting sebeIurn melakukan
penelitian terhadap suatu organisme. Demikian juga dengan identifikasi untuk
menent- spesies mush-musuh serangga harna yang akan dimanfmtkan sebagai
agens pengendali hayati. Identi fikasi merupakan bagian terpenting sebelum melakukan
pengendalian secm hayati (Gordh & Beardsley 1999). Kesalahan identiftkasi clapat
menyebabkan kegagalan &lam menentukan langkah pengendalian sermgga harna,
temasuk pengendalian yang dilakukan secara hayati (May & Ashlock 1991).
Pengendalian hayati adalah cara pengendalian hama yang baik W n a efektif dan
ramah terhadap lingkungan (Sosromarsono 2002). Waage (1 99 1) rnenyatakan bahwa,
pengembangan pengendal ian hayati rnemerlukan informasi keanekaragaman musuh
alarni. Keanekamgaman yang dimaksud ialah keanekaragaman spesies yang
merupakan tingkat tzlkson terendah dari suatu organisme (Claridge et al. 1997).
Informasi spesies tersebut akan lebih baik jika dilengkapi dengan spesifik inang dan
lokasi yang ditunjukkan oleh bioti pe atau ras parasitoid @eBach 1979).
Parasitoid rnerupakan musuh alami penting yang dapat menekan ledrtkan populasi
kutudaun (Stary 1988). Di negeri empt rnusim sudah banyak dikembangkan prduk
komersial yang mengmdung parasitoid sebagai agens hayati untuk mengenddikan
kutudaun (Orr & Suh 2000). Sosromarsono (1989) rnenyatakan Mwa parasitoid di
wilayah Indonesia ymg beriklim tropis juga berpotensi sebagai agens pengenddi
hayati kornersid. Ha1 itu ditunjukkm oleh beberap lapom yang menerangkan
keberhilan pamitoid ddam mengendalikan serangga hama (Sosromarsono 2002).
Penelitian parasibid dalam pengendalian kutudaun di Indonesia rnasih sangat tefbatas,
mtuk r n e m a h t l m pamitoid dalam mengendalikan kutudaua d i p e r l h penelitim
mengenai keanekaragaman spesies parasitoid y ang memarasit kutudaun.
Parasitold yang dominan memarasit M u n tergolong famili Aphidiidae dan
Aphelinidae. Parasitisasi aphidiid clan aphelinid memberi kan cirri-ciri yang khas pada
mumi kutudaun yang diparasit, k c h a r k a n morfologi mumi itu dapat diketahui famili
parasitoid yang memarasit (Staq 1988). Bahkan genus-genus aphidiid sudah dapat
dikenali krdasarkan let& posisi l ubang kel um imago parasitoid ketika meninggal kan
mumi (Smith & Kambhampati 2000). Irsan dm Hidayat (2003) menyatakan bahwa
aphidiid dan aphelinid memiliki =ran inang yang relative berbeda dari apek fase
perkembangan kutudaun. Dengan demikian terbuka peluang untuk memanfmtkan
kedm parasi toid tersebut bersama-sama dilepaskan pada satu areal pertanaman.
Kinerja pamitoid dipengaruhi deh banyak faktor, salah satu di antamnya ialah
hiperparasitoid (Sullivan 1988; Sullivan & Volkl 1999). Oleh karena itu i n f o m i
tentang keanelmragaman spesies hiperparasitoid j uga perlu, mengingat keberadaannya
yang dapat mermekan kelimpdm populasi parasitoid. Hiperparasitoid & atas ada yang
bersifat endopamitoid dan ektoparasitoid (Sullivan & Volkl 1999). Irsan (200 1,
2003) melaporkam hahwa d~ sehtar kota Bogor a& tiga spesies hipepmitoid yang
memarasit parasitoid kutudaun. Ketiga spesies itu ialah Coagerus sp. dan Qoenqrttrs
sp., satu spesies laimya tergolong famili Encyrtidae, tetapi belum dapat ditentukan
spesiesn y a.
Penelitian ini bertujuan mempelajari keanek-an spesies tumbuhan inang
Ad persicae, keanehgaman sp ies parasitoid yang memarasit M persicae clan
keanekaragaman spesies bi perparasi toid yang memarasi t parasibid pada M. prsicae,
serta persebarannya di berbagai kdinggian tempat. Dihampksn hssil penelitian ini
dapat memberikan gambaran tentang keanekaragaman spesies tumbuhan hang M
persicae dan parasitoid serta hiperparasitoidnya termasuk faktor ketinggian tempat di
atas perrnukaan laut yang mempengaruhl persebarmnya.
Bahan dan Metode
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di sekitar Bogor dan Cianjur dengan ketinggim 200
sampai 1.400 meter di atas pemukaan laut. Penelitian dilaksanakan antma bulan Juni
2001 m p a i Desember 2002. Pengarnatan tumbuhan inang, parasitoid dm
hiperpamitoid di lakukan di berbagai habitat pertanaman budidaya, tanaman
pekarangan, taman clan lahan bera serta tumbuhan herba, semak atau perdu yang ada di
sekitarnya. Survei lapangan untuk menemukan tumbuhan inang, m i t o i d clan
hi perparasitoid di lakukan serninggu sekali selama periode penelitian pada ketinggim
tempat yang telah ditentukan. Identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium
Biosistematika Serangga, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, IPB dan di Musium Zoologi Bogor.
Survei dilakukan di jalur jalan raya Bogor-Cianjur dan beberapa jalur samping
menuju sentra sayuran yang terletak di jalur Bogor-Cianjur. Eksplorasi di jalur survei
ditentukan berdasmkan pada ketinggian tempat di atas pemukaan hut. Eksplorasi
dimulai pada ketinggian 200 mdpl, 300 mdpl, dan seterusnya den@ I d a ketinggian
100 m sampai 1400 mdpl. Pada ketinggian yang sudah ditetapkan tersebut dilakukan
survei tumbuhan yang telah dilaporkan sebagai inang M persicae dan tumbuhan lain
ymg ada di sekitarnya yang mengandung kutuhun. Perjalanan eksplomsi dari jalur
utama menuju ke sisi kiri dm kanan mencapai jarak 500 meter. Di sepanjztng jalur
eksplorasi diamati tumbuhan-tumbuhan yang telah diketahui sebagai inang M.
persicae. Pengamatan dilakukan juga terhadap tumbh-tumbuhm lain yang ada di
sekitarnya, kemudian kuhldaun, parasitoid dan hiperparasitoid dikoleksi.
Tumbuhan Inang Mywspemicue
Keanekaragaman tumbuhan ymg menjadi inang M. persicae di survei
hrdasarkan informasi m u m tentang tumbuhan inang kutudaun tersebut (Blachan &
Eastop 1994, 2000; Kranz et al. 1978; Irsan el al. 1998). Survei juga dilakukan
terhadap tumbuhan yang tergolong &lam satu famili dengan tumbuhan inang M.
perslcae. Setiap koloni kutudaun yang ditemukan di kole ksi dan diidentifikasi untuk
memastikan kutudaun itu adalah Ad persime.
Bahan dan alat yang digunakan untuk mengoleksi M persicae berpedoman
pada prosedw koleksi Eastop dm van Emden (1972) serta Blachan dm Eastop
(2000). M. persicae yang dikoleksi ialah imago bersayap dan atau imago tidak
bersayap. Imago tidak bersayap dicirikan oleh a h y a nimfa yang baru diletakkan di
belakang tubuhn ya. Pa& saat mengoleksi di kumpulkan j uga in formasi mengenai
tanaman dan tumbuhan yang ada di sekitar inang M persicae dan ketinggian tempat di
atas permukaan laut.
M persicae yang ditemukan dibuat slide m i h s k o p mengikuti prosedur
Blackman dan Eastop (1994) dengan menggunakan media Hoyer. Slide itu untuk
memudahkan dalam mengidentifikasi spesies kutudaun tersebut. Identifikasi & W a n
berdmdcan kunci identifikasi kutudaun yang disusun oleh Martin (1983) serta
Blackman dan &top (1994,2000).
Parasitoid Kutudaua Myzuspersicae
Koleksi pasitoid dilakukan bemamaan dengan waktu melakukm survei
mengeksplorasi tumbuhan inang clan kutudaun M persicae. Bahan clan alat yang
digunakan untuk mengoleksi parasitoid berpedom pada prosedur kerja Mackauer clan
Kambharnpati (1988). Parasitoid di koleksi meldui murni ymg terdapat pada koloni
M. persicae. Murni itu d i p e l i b di laboratorium sampai muncul imago parasitoid.
Imago parasitoid yang muncul dihitung dan dikoleksi dalam alkohol 70%. Jika p d a
koloni M. persicae itu tidak terdapat mumi, maka koloni kutudaun tersebut dikoleksi.
Bagian tamman yang mengandung koloni kutudaun itu dipotong, lalu pangkd bag an
yang dipotong itu dibalut dengan kapas basah untuk menjaga kesegarannya, kemudian
dimasdckan ke gelas plastik. Sebelum dimasukkan ke gelas plastik, koloni itu harus
bebas dari predator atau semut yang clapat mengganggu kutudaun. Koloni tersebut
dipelihara m p a i terbentuk mumi clan muncul imago parasitoid dari murni. Jika tidak
terbentuk mumi artinya pada koloni m u n tidak ditemukan parasitoid.
Parasitoid yang dikoleksi sebagian dibuat slide mikroskop, untuk identifikasi
spesiesny a. Identifi kasi i tu dilakukan berdawkan morfologi sayap, antena, ovipositor
clan bagian-bagian lain yang penting. Identifikasi men- kunci yang dibuat
oleh Mackauer (1963), Stary dm Schlinger (1967), Stary (1970), Hayat (1972), Marsk
et al. (1987), Goulet dan Huber ( 1 993). ldentifikasi juga dilakukan dengan merujuk
koleksi Musium Zoologi Bogor.
Hiperparasitoid pada Parasitoid Ku tudaun M y m persicae
Pengamatan hiperparasitold pada parasitoid yang memarasit M persicae
dilakukan pada hunbuhan inang yang mengandung koloni M persicae. Produr ke j a
ddam mengoleksi hiperpamitoid sama dengan pmedur kerja mengolebi parasitoid.
Hiperpamitoid yang dikoleksi sebg~m dibuat slide mikroskop untuk mengidenti-i
spesiesnya. Identifikasi itu menggunakan kunci identifikasi, di mtanmya dari Noyes
dan Hayat (1 984), Boucek (1 9881, Goulet dm Huber ( t 993). Selain itu dilakukan juga
rujukan dengan koleksi Musium Zoologi Bogor.
Easil dan fern bahasan
Turn buhan Imng Myzuspemicae
Hasil identi fi kasi menunjukan ada 37 spies tumbuhan hang M persicae yang
tergolong ke dalam 10 famili. Informasi tersebut menunjukkan adanya pmgktan
jumlah spesies tumbuhan inang M persicae yang d i t e m h n dari laporan atau
informasi sebelumnya (Irsan et al. 1998, Kalshoven 1981). Penelitian yang tabatas
lokasiny a tersebut memberikan petufijuk y m g berarti &lam keanekaragaman spesies
hunbuhm inang M. persicae di Indonesia (Tabel 3.1)
Tabel 3.1 Keanekaragaman spesies turnbuhan inang Myzus persicae yang sudah dilaprkan dan ymg ditemukan d a b penelitian
hformasi kemckaragamm tumbuhan hang Famili S p i e s
Di scluruh dunia 85 217 Informasi sebelmya ** 2 15
T e m m dalam penehtian ini 10 37
Ketemgm: Blackman dan Eastop lW4,2000; Kmm et al. 1978 *+ Kalshoven 1981, Irsan etal. 1998.
Spesies-spesies tumbuhan inang M persicae itu tersebar di berbagai
ketinggian tempat di atas p e m h hut (Tabel 3.2). Ada dua f d i h u n b h hang
yang anggotanya banyak dijadikan inang oleh M pr icae , yaitu Solamcae dan
Brassicaceae. Anggota famili Sol- dan Brassicacea dapai tumbuh pada kisaran
ketinggian yang Iebar (Heyne 1987). Kebemdmn tumbul.an inang di suatu tempat mu
ketinggian tertmtu di atas permukaan laut erat kaitannya dengan kemampuan
tumbuhan inang itu tumbuh dan bedaptasi dengan lingkunw itu Pada k-an
tertentu diternukan banyak spesies tumbuhm inang, tetapi tumbuhan tersebut tidak
diternukan di ketinggian tempat yang lain. Demikian juga dengan persebaran
kutudaun, ada beberapa tumbuhan inang yang tumbuh di ketinggian 200 mdpl tidak di
kolonisasi oleh M. persicae, tetapi tumbuhan imng sejeais yang tumbuh di k-ian
lebih dari 900 mdpl hampir selalu dikolonisasi oleh M persicae.
Keberadaan kutudaun pada suatu kctinggian tempat pada tumbuhan
menunj ukkan adanya sumber invasi dan persebaran kutudaun. Sumkr invasi
merupakan alah satu faktor yang rnenentukan kekradaan suatu spesies di suatu
habitat (Hil I 1995). Persebm kutudaun erat k a i m y a dengan ketinggian tempat di
atas permukaan laut (Irsan et al. 1998). Hasil pengamatm menunjukan bhwa
tumbuhan hang M. persicae yang tumbuh pada ketinggian kurang dari 500 mdpl
umumnya tidak dikolonisasi M persicae, tetapi tumbuhan inang sejenis yang tumbuh
pada keti nggian di atas 1000-1200 mdpl hampir selalu dikolonisssi oleh kutudaun
tersebut (Tabel 3.2). Brokoli dm caisin U a h inang yang lebih banyak dipilih oleh
M. perstcae. Pa& setiezp tempt yang ditumbuhi tanaman broksli atau caisin h p i r
selalu ditemukan M persicae, keheradmn kedua spesies tanaman tersebut dapat
menjadi surnber invssi M persicae.
Asosiasi kutudaun dengan tumbuhan inang dipengmh oleh kernarnpuan
kutudaun bemdaptasi dengan llngkungan tempt tumbuhan inang i'tu tumbuh Dixon
(1985) menyatakan bahwa kekmdaan satu w i e s kutudaut: pada tumbuhm inanpya
Tabel 3.2 Tumbuhan inang &us persicae dan persebarannya pada ketinggian tempat di atas permukaan laut
Tumbuban hang Ketinapjan tempat di atas permukaan Iaut (meter) 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400
SoIanaaeae 1 h g m m i a cadi& (kccubung cucuk) - - 0 - 0 0 0 4 d 4 - 2 Bwgmamia suuwlolem (kocubung c u d ) - - 0 0 4 4 4 4 - 3 Capsicum annuurn (abai besar) 0 0 0 0 O O d ! d 4 4 4 - 4 Capsicum fiiacenr (cabai rawit) O O O O O O O d d 4 4 - - 5 Cesmm noctumum (harurn ddu) - - - 0 4 0 4 4 4 - 6 Datum metel (kscubuug) - - 0 - 0 - - - - d - - 7 Nicoriuna tabacum (ternbakau) - - - - - 0 4 - - - - 8 Petunia hibriah @mga terompet) - - - - 0 0 4 d d - - 9 Physalis angulata (ciplukan) - - 4 - - - - 4 - - d - - 10 Solanurn Iycope~sicrrrn (tomat) 0 0 - 0 - 0 0 0 4 4 4 - 11 Solmum mummosum ( t m g susu) - - - - 0 4 4 - 12 Solanurn melongena (terung) 0 0 0 - 4 - 0 - i d ; - 13 Solanurn nigmm (leuncak) - - - 4 - 0 0 - 0 4 4 - 14 Solrmurn forvum (takokak) - 0 0 0 0 4 d - - I5 Solanurn tubemum (kmtang) - - - 4 4 - Brassicatcat 1 Beta vulgaris (bit gula) - 0 4 4 0 - 2 Bmsica chinensis {sawi putih) 4 4 4 3 ~ m s i c a juncea (caisin) ; : P I 4 4 .I 4 4 &assica olemcea var capifara (kubis) - 4 4 4 4 4 5 Bmsslca olemma var iialica (brokoli) i i i : i d d d d 4 4 d 6 Bmssica olemceu var bottytis @unga kol) - - - 4 4 7 Bmsica olemcea var Kuifan @ailan) - - - - - - 4 4 4 8 Bmsslca phnensis (pakai) - - - - - - 4 - 4 4 - - 9 Luchrcu sazh (selada) - - - - - - .! 0 4 .! 4 - 10 Raphanus sativtrs (lobak) - - - - 4 4 .! - -
Tumbuhan Inang Ketinggian tempat di atas pmukaan laut (meter) 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400
Cornpositat 1 Dahlia sp. (bw!ga dahlia) - - - - * - 0 0 4 4 2 Titonia sp. (bunga matahari hutan) - - - * 0 4 4 3 ,!hnchus amensis (ternpuymg) - 0 0 0 0 O J O J 4 J - UmbcWftrae 1 D a u m camla (wortel) - - - 0 0 4 d - 2 Petroselimcm sp. (seledri) - - * 0 4 4 4 4 - Papilionaceat 1 Croialaria stria@ (orok-orok) - - - - 0 4 4 - 2 Amchis hipgeu (kang tanah) - - 0 - 0 - - d - - Caricaccat 1 ~~~ p a w M a y a ) 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 * - Cucurbilm~e 1 Cucumis melo (melon) - - - 0 4 4 - 4 * - - Mahaccat 1 Hibiscus esculentus (okra) - - - - 4 4 - Liliaccat 1 Lilium sp. (bunga lili) - - - - - * 4 4 4 Punicaccac f Punicu gmnatum (delima) . 0 - 0 0 0 0 4 - 4 - Ketemgan: Pada saat pengamatan (di 1 okasi yang di pi li h)
(-) = tidak ditemukan tumbuhan inang dan M. persicae (0) = ditemukan tumbuhan inang tetapi tidak ditemukan M persicae (f) = ditemukan tumbuhan hang dan M. persicae
sangat dipengarubi oleh lhgkmgm terutama suhu. Spesies tamman hang dapat
rnempengaruh kemampuan adaptasi Ad perstcue; misalnya tanaman caisin dm
brokoli yang tumbuh di berbagai ketinggian tempat hampir selalu dikolonisasi oleh M;
persicae (Takl 3.2). Berbeda dengan tanaman cahai dan pepaya yang tumbuh di
berbagai ketinggian tempat, tetapi kedua tanaman tersebut dikolonisasi oleh M
persicae pada ketinggian iertentu, yaitu di atas 800 meter di atas permdaan laut.
Lokasi Ad persicae membentuk koloni di suatu tumbuhan i m g diduga erat
kaitannya dengan faktor ketersediam rnakanan yang sesuai (Tabel 3.3). Bagian pucuk
dari tamman yang aktif tumbuh dan berkembang dipiIih oleh M persicae karena
aktivitas pertumbuhan atau proses metabolismenya t i n u (Klingauf 1987). Daun
tua yang mulai rnenguning juga dikoloniwi oleh M. persicae, karma pads daun tua
t e j adi aktivitas perombakam atau katabolisme, yaitu proses penguraian untuk
dimanfaatkan kembali bbn-bahan yang tersimpan di &un tua sebelum dam gugur
(Kennedy & Stro y an 1 9591, yang menyebabkan tersedianya bahan nutrisi bempa gula
bebas dan asarn amino di bagian tersebut. Pemilihan tempat oleh kutudaun cialam
berkoloni erat kaitannya dengan kualitas dan kandungan nutrisi yang tersedia pada
bagian tumbuhan itu (Awmack & Leather 2002).
Kolonisasi M prsicae di tumbuhan inang terdapat pada bagian tertentu.
Umumnya kolonisasi kutudaun tersebut terdapat pada @an daun muda dekat tunas
pucuk dan di dam tua yang r n u h menguning atau &un tua ymg dekat deagan
permukaan tanah. Hasil pengamatm menunjukkan bahwa M persicm tidak pemah
berkoloni pada dam yang teI& berkembang sempurna, yaitu daun yang
perkembangannya sudah mencapai ukuan maksimum tetapi belum menu (Tabel 3.3).
Tabel 3.3 Letak koloni Myzus persicae di tumbuhan inang
Tumbuhan Inang Ketinggian tempat di atas permukaan laut (meter) Tp Dmp Ds Dt Dt* Dt** Bg Tbp, Kbg Bh
Solanaccae 1 Bmgmamia candid. (kecubung cucuk) 2 Bnrgmarwia suaviolens (kecubung cucuk) 3 Capsicum annuurn (cabai besm) 4 Capsicumfifescens (cabai rawit) 5 Cesirtrm noelurnurn (hanun dalu) 6 Damm mere1 (kecubung) 7 Nicotiuna iabacum (tmbakau) 8 Petunia hibrida (bunga terompet) 9 Physalis angulato (ci plukan) 10 Solanum tycopemicum (tomat) 1 I Sofunurn mammosum ( t m g susu) 12 Solanum melongena (tenmg) 13 Solanurn nigmm (leuncak) 14 SoIunum torvum (takokak) 1 5 Solanum tubemsum (kentang) Brassicactae 1 Beta vulgaris (bit gula) 2 Bmssim chinensis (sawi putih) 3 Bmssica Juncea (caisin) 4 Brassica olerac~a var cupitata (kubis) 5 h s s i c a olemcea var lialica (brokoli) 6 Bmssica olemcea vru bonytis @unga kol) 7 Bmssica oiemcea var kailan (kmlan) 8 Brrzlsicu pekinemis @&-mi) 9 Lacrucu sariva (setadel
Tumbuhan Inang Bagian tumbuhan inang yang dikoloni T n g Bh
Compositac 1 D~hliu sp. (bunga dahlia) - - 4 - - 2 Titonia sp. (bungs matahari hutan) - - 4 - - 3 Sonchus amensis (tempuyung) 4 i - 4 - 1 ; ; - Urn btlliftrae 1 D4wcu.s cumla (wortel) 4 4 - 2 Petmelinum sp. (seledri) 4 4 - * - Pa pilionaceat 1 Croialario sfriala (orok-orok) - 4 - - - - 2 Amchis hipogea (kacang mah) - - 4 - - * - Caricactat 1 Cariw papaya m a y a) 4 - 4 - - - Cucurbitaccat 1 Cummis me10 (melon) - 4 - - Malvaceae 1 Hibiscus esculenius (okra) Liliaccat 1 Lilium sp. (bunga 1 ili) Punicaceat 1 Punica grottaturn (delima) 4 4 - - - - - - Keterangan: Bttgian tumbuhan yang dikoloni. Tp = tunas pucuk, Dmp - dam muda dekat pucuk, Ds = daun sempurna,
Dt = daun ha, M* = daun tua mulai menguning, Dt** = daun tua dekat permukaan tanah, Bg = bunga, Tbg = tangkai bunga, Kbg = kelopak bunga, Bh = buah.
Keanekaragaman Parasitold Kutudaun M)ws@ae
Hasil pengunatan menunjukkan ada dua famili parasitoid yang memaasit M
persicae, yaitu Aphidiidae dm Aphelinidae. Aphidiid yang ditemukan terdiri dari
empat spesies, sedangkan aphelinid yang diternukan ada dm spesies. Keenam spesies
parasitoid yang memarasit M. persicae itu ialah Diaeretiella r a p e (M'intosh),
Aphiditu rosae Haliday, Apkidiur delicatur Baker, Aphidtus sp. (A pllidiidae),
Aphelinur mychis (Walker) clan Aphelinur sp. (Aphelinidae). Salah satu spesies yang
ditemukan yaitu A. delicatur, bani' ditemukan pada penelitian ini .
Jumlah spesies yang d i t e m h tersebut lebih sedikit dan yang pemah
dilaporkan van Emden et al. (1 969) serta Stary dm Schlinger (1 9671, namun j umlah itu
lebih banyak dari yang pemah dilaporkan Irsan dm Sosromarsono (2000) tentang
parasitoid yang memarasit kutudaun M persicne (Tabel 3.4).
Takl3.4 Keanekaragaman spesies parasitoid Myzus persicae y ang sudah dilaporkan dan ymg ditemukan dalam penelitian
Informnsi keanekaragaman pamitoid F a d Spuim Di seluruh drmia 2 45
Informasi sebelurnnya *+ 2 3
Temum dalm penelitian ini 2 6
Keterangan: * van Emden et al. (1969), Stary & Schlinger (1 967) ** Irsan & Sosromarsono (2000).
Aphidiid d m aphelinid ymg memarasit kutudaun &pat dibedaksn berdmarkan
warm dm bentuk mumi kutudaun ymg diparasit. Mumi kutudaun yang dipasi t
aphidiid bemama keernasan &ngm bentuk abdomen bulat, sdangkan mumi kutudaun
yang diparasit apheUnid berwarna hitam dengan bentuk seperti kutudaun normal teiapi
keras (Gambar 3.1).
yaeg h y a dik-mdm pub ke- tcrkntu saja dog seeh@rtya a&
$mg tersebar luas pads berbagai Wggh tempat di a b p~~ kt&.
spies parasibid yang pebaamya luss tersebut hampir sclslu d i temub pada
setiap l a b i pagmatm (Tabel 3 .a. h m g ketin- t a ~ t di ataa p m h la& nrpmya berpmgandr pada
kelhphm po-i pamitoid (Tabcl 33). Di samping itu kethqahan papul&
pamimiid juga dipedipengsruhi oleb kcmehagman spesics tumbuhan hang;. .&&
p e ~ - m e n m j ~ hahwa turnbhau hang ~~ pada @des para&&J
y a a g , b o s & i dengm M. p e r 5 h . Spesks A. Bedieat-ur; hanya ditem- me-
M pmsime yang berkoloni di tumbuhan bung matahari huta4 (Tifunia spJ. Jd . -
A. &di~dW ymg dipemdm juga sedikit. Sebahya D. r a p &ern- di berbm
sptsim t m b h k g dm jdnhnyii tierhpwh.
Tabel 3.5 Persebaran prasi toid kutudaun Mzus persicae berdasarkan keti nggian tempat di abs permukaan laut - --
Spesies parasitoid Ketinggian tempat di atas permukaan laut (meter) 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400
Aphidiidae 1. Aphidius sp. - - - - - - - 2 13 15 12 2 - 2. Aphidius delicatus - - - - - - - - - 1 3 1 -
Apheliaidae 5. Aphelinur asychis - - - - - 9 15 9 20 15 -
6. Aphelinw sp. 18 17 12 9 8 12 13 I3 19 15 19 18 -
Persebaran purasitoid diduga d i m oleh kemampwya bm&ptasi
dengan kondisi lingkungan, terutruna keturggian tempat di atas permukaan laut
(Speight er al. 1999). Hal itu dapat dibuktikan dengan ditemdcmqa M. prsicae di
tanaman brokoli dan cabai pada ketinggian kurang dari 800 mdpl, tetapi parasitoid
Aphidius sp., A. rosae dan A. qvchis tidak p e d dhmukan. Sebalihya pada
spesies tumbuhan yang sama yang tumbuh pada ketinggian di atas 800,900 dm 950
mdpl yang dikolonisasi oleh M. persicae berhuut-Wt hampir selalu dapat ditemukan
parasitoid tersebut.
Populasi kutudaun di daIam koloni mempengaruhj kedatanp parasitoid.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pa& koloni M. persicae ymg populasinya
rendah tidak ditemukan pamitoid, sebaliknya pamitoid ditemukan j ib koloni M.
persicae itu populasinya tinggi. Pare et al. (2000) menyatakan bahwa kedatangan
parasitoid ke habitat serangga i m g erat kaitannya dengan konsentrasi alellokhia
bersifat volatil yang berada di sekitar m g g a inang. Populasi kutdaun yang tinggi
menyebabkan konsentmsi alellokimia di sekitar koloni meningkat dan peningkatan
konsentrasi alellokimia tersebut akan menarik lebih banyak imago parasitoid datang
ke koloni kutudaun (Hardie et al. 1999).
Kekradaan spesies parasitoid pda mtu habitat dapat dipen- oleh
tekanan h i p m i t o i d (Bdeur & Rosenheim 2000). Parasitisasi hiperpamitoid
terhadap parasitoid kutudaun dapat mencapai 95% Lebih (Irsan 2001). Kebcmdaan
biperparasitoid dapat rnempengmh kelirnpahn populasi parasitoid (Sullivan 1988,
Sullivan & VoIkl 1999). Bahkan hippamitoid dapat mempengaruhi atau
menganggu kernapanan parasitoid yang menemph suatu habitat (Br&ur 2000).
Keanekaragaman Spesies Hiperparasitoid
h s i l identifikasi menunjukkan bahwa hipepmitoid yang memarasit
parasitoid pada M persicae ada empat spesies yang tergolong ke dalam dua farnili.
Jumlah tersebut lebi h banyak dm y ang dilaporkan sebelurnnya tentang hiperparasitoid
pa& pamitoid kutudaun di daerah yang sama (lrsan 2001). Namun jumlah yang
d i t e m h dalam penelitian ini lebih sedikit d m yang dilaporkan Sullivan (1988)
tentang hiperpamitoid yang memarasit parasitoid kutudaun (Tak13.6)
Tabel 3.6 Keanekaragaman spesies hiperparasitoid pa& parasitoid Myzus persicae yang sudah dilaporkan dm yang ditemukan dalam penelitian
Ternuan dalm penelitian ini 2 4
Keterangan: * Sullivan (1988) ** irsan (2001).
Keempat spesies hi perparasitoid yang ditemukan memarasit parasitoid M.
persicae itu ialah Coagem sp., Aphidenqttu sp., Ooencyrtus sp. (Encyrtidae) dm
Charips sp. (Charipidae) (Tabel 3.7). Spesies-spesies hi perparasitoid tersebut ads yang
hanya ditemukan pada kisaran ketinggian tempat di atas permukaan Iaut yang sempit,
namun sebaliknya ada spesies yang persebaramya luas sehingga dapat ditemukan
pada k i m ketinggian tempat yang lebar. Persebaran parasitoid tersebut diduga erat
kaihnnya dengan perbedam suhu dan kelembaban nisbi, karena kedua komponen
lhgkungan tersebut merupakan faktor abiotik utama yang menentukan kemmpuan
suatu m g g a be-ptasi dengan lingkungan.
Rentang ketinggian tempat persebaran spesies hiperparasitoid mempengarubr
kelimpahan ppulasi hperparasitoid. Spesies Coagerus sp. hanya diternukan di
dataran rendah (200-300 mdpl), sdmghn Charips sp. hanya ditemukan di dataran
tinggi (1 200-1 300 mdpl). Populasi kedua spesies hiperpamitoid tersebut rendah.
Sebaliknya spesies Aphidencyrfus sp., clan Ooencyrtus sp. ditemukan pada rentang
ketinggian tempat lebar. Kedua spesies tersebut ditemukan di dataran rendah sampai
dataran tinggi (Tabel 3.7). Kelimpahan ppulasi Ooencyrtzls sp. lebih tinggi daripada
Aphidencyrtur sp., yang diduga erat kaitmnya dengan kemampuan spesies Oaenqwtus
sp. beradaptasi dengan suhu. Noyes dan Hayat (1984) menyatakm bahwa persebaran
spesies-spesies encyrtid sangat luas dan di dalam ekosistem a& yang berperan sebagai
pamitoid maupun hiperparasitoid.
Penemuan parasitoid oleh hiperpamitoid diduga dipengaruhi oleh spesies
tanaman inang kutudaun. Godfray dan Muller (1998) menyatakan bahwa tumbuhan
inang kutudaun &pat mempengaruhi kineja sp ie s hiperparasitoid &lam mencari
habitat parasitoid. Hasil pengamatan menunjukkm bahwa spesies Coagerus sp. hanya
ditemukan di tanaman brokoli dan atisin, Charips sp. hanya ditemukan di tanaman
kentang dan cabai. Namun sehliknya Aphidencytw sp. dan Ooencyrfus sp.
hternukan mernarasit parasitoid yang terdapat di koloni M. persicae pada berbagai
spesies tumbuhan inang.
Encyrtid hiperparasitoid memarasit aphidiid dm aphelinid, sedangkan charipid
hanya memarasit aphidiid. Hal itu rnenunjuIdran bahwa kisaran inang encyrtid lebih
luas daripada charipid. Kisaran inang yang luas dari kebany- hiperparasibid
terjadi karena sifatnya yang polifag (Sullivan 1988; Brodeur 2000). Diduga Charips
sp. basifat spesifik terhadap famili inang yang dipeuasit.
Tabel 3.7 Persebaran hiperparasi toid berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut
Spesies hiperparasitoid Ketinggian tempat di atas perrnukaan laut (meter) 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400
Pada mumi Aphidiidae Encyrtidse 1. Coagem sp. 3 4 - - - - - - - -
2. Aphidenqrtus sp. 3 3 I 2 1 2 1 4 6 7 7 4 -
Charipidse 4. Charips sp.
Pada mumi Aphelinidae Encyrtidae 1. coagerus sp. - 2 - - - - - - - - - -
' 2. Aphidenqrtw sp. 2 3 - - 1 - - 1 3 3 3 2 -
Charipidae 4. Churips sp.
(Wh 3.2$ Lubmg k- imago m i s o i d Bsri tnmni iM v-a? ' -
- , . "-' , . - &
b b a r 3.2 L u h g koluar imago parasibid dan hiperparaskid pada mumi a) lubang k e k h a g o parashid (perbesaran 10 kali), b) iubang b1uar hago hipeqmsitoid (perbearan 7 MI.
hipeqamsifoid dari m m i M persicae bemkmm k d , tephp tidak mta dap phi
@at m d pda ski dorsal, lateral dm vmid tomb mupun abdomen: r n m d
bt& lubang keluat imago padtoid tersebut @at dijadilian c m d a b mmt@%n
- ' l u a r imago parasbid dari mumi kbas, karma itu dqat dijdkam dri
Di samping itu pasitisasi hiperparasibid dapat diketahui juga melalui kisaran
waktu a&u munculnya imago dari mumi. Pada suhu ruang yang berkisar antara 25-27
"C, imago m i t o i d muncul dari mumi dengan kisaran 3-5 hari, sedangkan imago
hipeparasitoid muncul dari murni dengan b s m 6-1 1 hslri setelah mumi terbentuk.
Simpulan
M persicae bersifat poli fag dan mempunyai lusaran turnbuhan inang yang lw,
terdiri dari 37 spesies tumbuhan yang tergolong dalam 10 famili. Tumbuhan inang M.
persicoe sebgian be= tergolong ke dalam fmili Solanaceae dan Brassicaceae.
Tumbuhan yang berada Warn satu famili berpeluang menjadi turnbuhan inang M.
persicae. Sernakin tinggi ketinggian tempat di atas perrnukaan laut, semakin &ragam
tumbuhan inang.
Spesies parasitoid yang memarasit Ad persicae ada enam spesies. Keenam
s pesies itu ialah Aphidius sp., Aphidius delicatus, Aphidius rosae, Diaeretiella r a p e
(Aphidiidae), Aphelintrs asychis dan Aphelinus sp. (Aphelinidae). Hiperparasibid
yang memarasit parasitoid M persicae ada empat s p i e s , yaitu Coagerus sp.,
Aphidenytus sp., Ooencyr~us sp. (Encyrtidae) dm Charips sp. (Charipidae).
Ketinggian tempat di atas permukaan laut mempengaruhi persebaran dan
kolonisasi M persicae. Ketinggian tempat di atas permulaan laut juga mempengamh
persebaran parasitoid dan hi perparasitoid Inforrnasi persebaran turnbuhan inang M.
p s i m e serh parasitoid dan hiperparasitoid y ang berasosiasi dengan M. persicae
merupkm dasar pertama ddarn mengembangkan konsep pengendalian hayati yang
m e h t k a n parasitoid
Daftar Pustaka
Awmack CS, Leather SR. 2002. Host plant quality and fecundity in herbivorous insects. Annu Rev Entorno/ 47:817-844.
Blackman RL, Eastop VF. 1994. Aphids on the World's Trees: an lderrtrfication and Information Guide. Wallingford: CAB International.
Blackman RL, Eastop VF. 2000. Aphids on the World's Crops: an Identifeation Guide. Second edition. Chichester: Wiley.
Boucek 2. 1 98 8. Australian Chalcidoidea (Hymenoptera), A Biosystematic Revision of Genera of Fourteen Families, with a R e c l a s s ~ ~ ~ ~ ~ f i o n of Species. Wallingford: CAB International.
Brodeur 3. 2000. Host specificity and trophic releationships of hyperparasitoids. Di Dalam: Hochberg ME, Iver AR, editor. Parasitoid Population Biologv. Princeton: Princeton Univ. hlm 163- 183.
Brodeur J, Rosenheirn JA. 2000. Intraguild interactions in aphid parasitoids. Entomol L p Appl97:93- 108.
Claridge MF, Dawah HA, Wilson MR. 1997. Practical approaches to species concepts for living organisms. Di dalam: Claridge MF, Dawah HA, Wilson MR, editor. Species: The Units ofBiodiversity. hndon: Hall. hlm 1-15.
DeBach P. 1979. Bio!ogical Conrrol by Natural Enemies. London: Cambridge Univ Press.
Dixon AFG. 1985. Aphid Ecoloy. London: Blackie.
Eastop VF, van Ernden I-@. 1972. The insect material. Di dalam: van Emden HF, editor. Aphid Technology. London: Academic Press. hlm 145.
Godfray HCJ, Mdler CB. 1998. Host-parasitoid dynamics. Di dalam: Dempster JP, Mdean IFG, editor. lnsecf Population in Theory and in Practice. London: Kluwer Academic. hlm 135- 165.
Gordh G, Beardsley JW. 1999. Taxonomy and biological control. Di dalarn: Bellows TS, Fisher TW, editor. Handbook of BiuZogicd Control, Principles and Applictions of BiologicaI Control. San Diego: Academic Press. hlm 45-55.
Goulet El, Huber JT. 1993. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families. Ottawa: Research Bmch Agriculture Canada.
&die 1, Pickett JA, Pow EM, Smiley DWM. 1999. Aphids. Di dalm: Hardie J, Minks AK, editor. Pheromones of Non-Lepidopteran Imects Associated with Agricultural Plants. Wallingford: CAB International. hlm 227-250.
Hayat M. 1 972. The species of Aphelinm Dalman, 1 820 (Hymenoptera: Aphelinidae) from India. Entomophaga 17(1):49-54.
Heyne K. 1987. Tumbuhun Berguna Indonesia. Cetakan ke-1. Badan Litbang Kehutanan Jakarta. J-: Yayasan Sarana Wana Jaya.
Hill D. 1 995. Agricultural Entomology. Portland: Timkr Press.
lrsan C . 200 1 . Hiperparasi toid pada parasi toid kutudaun Aphis gossypii (Glover) (Aphididae: Homoptera) di Tanaman Sparodea sp. Di dalam: Prosiding Simposium Pengendalian Huyati Serangga, Sukamandi, 14- 1 5 Maret 200 1 . hlm 59-62.
Irsan C. 2003. Predator, parasitoid dan hiperpamitoid yang krasosisi dengan kutudaun f Homoptera: Aphididae) pada tanarnan tat as. Hayati. 1 O(2): 8 1 -84.
Irsan C, Hidayat P. 2003. Perilaku Diaeretiella sp. (Hymenoptera: Aphidiidae) dan Aphelinus sp. (Hymenoptera: Aphelinidae) daIam memarasit kutudaun W z i s persicae (Sulzer) (Homoptera: Aphididae). Makalah disampaikan pada Kongres VI Perhimpunan Entomologi Indonesia dm Simposium Entomologi 2003, Cipayung Bogor 5-7 Maret 2003.
Irsan C, Sosromarsono S. 2000. Identifikasi Hymenoptera parasit pada htudaun (Homoptera:Aphididae) di tanarnan budidaya di krbagai ketinggian tempat di sekitar Bogor. Di dalam: Prosiding Simposium Keanehragaman Hayat i A rfhropoda p d a Sysfem P r o d h i Pertanion, Cipayung, 1 6- 1 8 Okt. 2000. him 149-1 54.
Irsan C, Sosromarsono S, Buchori D, Triwidodo H. 1998. Kutudaun (Homoptera: Aphidoidea) yang ditemukan hidup pa& Solanaceae di Jawa Barat. Bull HPT. 1 O(2): 1-4.
Kennedy JS, Stroyan HLG. 1959. Biology of aphids. Annu Rev Entorno! 14: 139- 160.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, pene jemah. Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Te rjemahan dari De PZagen van de cultuurgewassen in Indonesia.
Klingauf FA. 1987. Feeding, adaptation and excretion. Di dalarn: Minks AK, Hanewij n P, editor. Aphid: Their Biology, Natural Enemies and Control. Vol 2A. Amsterdam: Elsevier. hlrn 225-253.
Kranz J, Schmutterer H, Koch W. 1978. Diseases, Pesrs and Weeds in Tropical Crops. C hichester: Wiley .
Mackauer MJP. 1963. A re-examinationofC.F. Baker's collection of aphidparasities (Hymenoptera: Aphidiidae). J Can Entomol95:92 1-935.
Mackauer M, Kambhampati S. 1988. Sampling and rearing of aphid m i t e s . Di dalarn: Minks AK, Harrewijn P, editor. Aphids: Their Biology, hrarurul Enemies and Control. Vol23. Amsterdam: Elsevier. hlm 205-2 16.
Marsk PM, Shaw SR, Wharton RA. 1987. An IdenrlJcurion Manual for the North American Genera of the Famili Bmconidae (Hymenoptera). Washington: The Entomological Society of Washington.
Martin JH. 1983. The identification o f common aphid pests of tropical agriculture. Tropical Pest Managemen f 29(4):3954 1 1.
Mayr E, Ashlock PD. 1991. Prjncrples of Systematic Zoo!ogy, 2". New York: McGraw Hill.
Noyes JS, Hayat M. 1984. A Review of the Genera of Indo-Pacific Encyrtidae (Hymenoptera: Chalcidoidea). Bull Br Mus ,lrat Hist Entornol48: 13 1 -395.
Orr DB, Suh CP-C. 2000. Parasitoids and pedators. Di dalam: Rechcigl JE, Rechcigl NA, editor. Biological and Biotechnofogical Control of Insect Pests. Boca Raton: Luwis Publ. hlm 1-34.
Pare PW, Lewis WJ, Tumlinson JH. 2000. Induced plant volatiles: Biochemistry and effects on parasitoids. Di dalam: Agrawal AA, Tuzun S, Bent E, editor. Induced Plant Defenses Against Pathogens and Herbivores, Biochemistry, Ecology, andAgriculture. Minnesota: APS Press. hlrn 167-180.
Smith PT, Kambhampati S. 2000. Evolutionary transitions in Aphidiinae (Hymenoptera: Braconidae). Di dalam: Austin AD, Dawton M, editor. Hymenoptera, Evolution, Biodiversity and Biological Coritrol. CEit lingwood: Csiro. hlm 106- 1 13.
Sosromarsono S. 1989. Biological control of agricultural pest in Indonesia. Di &lam: Prosiding Symposium on Biological Control of Pests in Tropical Agricultural Ecosystem Bogor, 1-3 Juni 19 88. hlm 69-83.
Sosromarsono S . 2002. Peranan parasitoid dalam pengendalian hama terpadu. Makalah Pelatihan Identi fi kasi Parasitoid Secara Morfologi dan Molekuler. PKPHT, JPB. Bogor 10- 1 5 Juni 2002.
Spight MR, Henter MD, Watt AD. 1999, Ecology of Insect: Concepts and Applications. London: Blackwell Science.
Stary P. 1970. Biology of Aphid Parmities wwith Respect to Integrated Control. Dr. W. Junk N.V. The Hague.
Stmy P. 1988. Aphidiidae and Aphelinidae. Di dalam: Minks AK, Harrewijn P, editor. Aphid: Their Biology, Natural Enemies and Control. Vol 2B. Amsterdam: Elsevier. hlm 17 1-1 88.
Stary P, Schlinger El. 1967. A Revision of the Far East Asian Aphidiidete (Hy menoptera) Series Entomologica Vo1 .3. Dr. W. Junk- Den Haag.
Sullivan DJ. 1988. Hiperprasities. Di &lam: Minks AK, Harrewijn P, editor. Aphids: Their Biology, Na f ural Enemies and Control. Vol 2B. Amsterdam: Elsevier. hlm 1 89-203.
Sullivan DJ, Volkl W. 1999. Hyperparasi tisrn: mu1 titrophic, ecology and behavior. Annu Rev En tom01 44:29 1 -3 1 5 .
Van Ernden HF, Eastop VF, Hughes RD, Way MI. 1969. The ecology of Mjclrs persicae. AnnuRevEnfomol. 14:197-269.
Waage JK. 1 9 9 1 . Biodiversity as a resource for biological control. Di &lam : Haksworth DL, editor. The biodiversity of Mictooganisms and Vertebrates: Its Role in Statairtable Agriculture. Walllingford, CAB International. hlm 149-163.