bab ii tinjauan teori a. kebersyukuran 1. pengertian ...repository.ump.ac.id/8605/3/nunu bab...

16
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kebersyukuran 1. Pengertian Kebersyukuran Menurut Abu Ali Daqaq, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya dengan kedudukan-nya. Selanjutnya, ia membagi syukur kepada beberapa bentuk seperti syukur dengan tubuh berupa penggunaan nikmat itu dalam menaati Allah dan syukur dengan hati berupa pengakuan serta membesarkan pemberi nikmat (Allah) (Supiana & Karman, 2009). Al-Ghazali (dalam Supiana & Karman, 2009) mengatakan bahwa syukur merupakan sikap mental tertinggi dari segala sikap mental, karena syukur bukan alat terapi tujuan. Jadi syukur merupakan muara dari segala sikap mental yang dimiliki kaum sufi. Yahya bin Mu’az berkata: “Aku bukanlah seorang yang bersyukur selama aku bersyukur; karena bersyukur itu tiada henti-hentinya. Oleh karena itu, sesungguhnya syukur itu merupakan nikmat dari Allah. Wajiblah seseorang bersyukur kepada-Nya karena syukur itu tidak ada batas akhirnya.” Sebagai emosi positif, kebersyukuran adalah suatu perasaan menyenangkan yang khas, yang berwujud rasa terima kasih yang muncul ketika individu menerima kebaikan (kidness, compassion, love), manfaat (benefit), atau bantuan altruistik dari pihak lain terutama hal-hal yang 12 Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

Upload: others

Post on 20-Jun-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kebersyukuran

1. Pengertian Kebersyukuran

Menurut Abu Ali Daqaq, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat

yang telah diberikan Allah kepadanya dengan kedudukan-nya. Selanjutnya,

ia membagi syukur kepada beberapa bentuk seperti syukur dengan tubuh

berupa penggunaan nikmat itu dalam menaati Allah dan syukur dengan hati

berupa pengakuan serta membesarkan pemberi nikmat (Allah) (Supiana &

Karman, 2009).

Al-Ghazali (dalam Supiana & Karman, 2009) mengatakan bahwa

syukur merupakan sikap mental tertinggi dari segala sikap mental, karena

syukur bukan alat terapi tujuan. Jadi syukur merupakan muara dari segala

sikap mental yang dimiliki kaum sufi. Yahya bin Mu’az berkata: “Aku

bukanlah seorang yang bersyukur selama aku bersyukur; karena bersyukur

itu tiada henti-hentinya. Oleh karena itu, sesungguhnya syukur itu

merupakan nikmat dari Allah. Wajiblah seseorang bersyukur kepada-Nya

karena syukur itu tidak ada batas akhirnya.”

Sebagai emosi positif, kebersyukuran adalah suatu perasaan

menyenangkan yang khas, yang berwujud rasa terima kasih yang muncul

ketika individu menerima kebaikan (kidness, compassion, love), manfaat

(benefit), atau bantuan altruistik dari pihak lain terutama hal-hal yang

12

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

13

sebenarrnya tidak layak diterima, yaitu hal-hal yang bukan disebabkan oleh

upaya diri sendiri Emmons, & McCullough (dalam Arif, 2016).

Definisi di atas diperjelas lebih lanjut yaitu, bahwa kebersyukuran

selalu meliputi adanya pihak lain yang memberikan sesuatu yang bernilai

kepada diri sendiri. Pihak lain berupa orang lain, Tuhan, atau alam semesta

dan bukan diri sendiri. Jadi kebersyukuran adalah emosi positif yang

sifatnya sosial, yaitu terjadi dalam konteks kebersamaan dengan orang lain.

Kedua, menyadari bahwa menerima pemberian atau kebaikan orang lain

umumnya terasa menyenangkan tetapi tidak semuannya membangkitkan

syukur.

Kamus Bahasa Inggris Oxford dalam Emmons & McCullough (2004),

mendefinisikan rasa syukur sebagai “kualitas atau kondisi berterima kasih,

apresiasi pada sebuah keinginan untuk berbuat kebaikan”. Kebersyukuran

juga dapat dikatakan sebagai perilaku seseorang yang menerima sesuatu

dengan suka rela baik secara kognitif maupun afektif serta memberi nilai

tentang apa yang diterima tersebut (Peterson, 2004) (dalam Pratama ,

Prasamtiwi, & Sartika, 2015).

Kebersyukuran sebagai konstruksi kognitif ditunjukkan dengan

mengakui kemurahan dan kebaikan hati atas berkah yang telah diterima dan

fokus terhadap hal positif di dalam dirinya saat ini. Sebagai konstruksi

emosi, kebersyukuran ditandai dengan kemampuan mengubah respons

emosi terhadap suatu peristiwa sehingga menjadi lebih bermakna

(McCullough, Tsang, & Emmons, 2004).

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

14

Manfaat kebersyukuran terbukti secara ilmiah memiliki efek-efek

yang sangat positif. Menurut Emmons (Emmons, & Shelton, 2002:

Emmons, 2004) seorang profesor dan pakar peneliti tentang kebersyukuran

dari University of California, Davis; syukur yang dilakukan secara teratur

terbukti secara ilmiah memberikan manfaat-manfaat seperti baik untuk

kesehatan mental (psikologis), kesehatan fisik, maupun relasi sosial.

Dari definisi beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

kebersyukuran yaitu perasaan emosi positif, mempresentasikan hidup

menjadi lebih bermakna sehingga individu dapat menerima sesuatu dengan

suka rela.

2. Aspek-aspek Kebersyukuran

Menurut McCullough (2002) mengungkapkan aspek-aspek bersyukur

terdiri dari empat unsur, yaitu:

a. Intensity (Intensitas), seseorang yang bersyukur ketika mengalami

peristiwa positif diharapkan untuk merasa lebih intens bersyukur.

b. Frequency (Frekuensi), seseorang yang memiliki kecenderungan

bersyukur akan merasakan banyak perasaan bersyukur setiap harinya dan

syukur bila menimbulkan dan mendukung tindakan dan kebaikan

sederhana atau kesopanan.

c. Span (Jangkauan), maksudnya adalah peristiwa-peristiwa kehidupan bisa

membuat seseorang merasa bersyukur, misalnya merasa bersyukur atas

keluarga, pekerjaan, kesehatan, dan lain-lain.

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

15

d. Density, maksudnya adalah orang yang bersyukur diharapkan dapat

menuliskan lebih banyak nama-nama yang dianggap telah membuatnya

bersyukur, termasuk Sang Pencipta, orang tua, teman, keluarga, dan lain

sebagainya.

Kesimpulan dari aspek-aspek kebersyukuran di atas yaitu intensity

(intensitas), frequency (frekuensi), span (jangkauan) dan density.

Al-Munajjid (2006) menjelaskan bahwa syukur dapat muncul

dikarenakan 3 aspek, yaitu:

a. Mengenal Nikmat

Menghadirkan dalam hati, menyadari dan meyakinkan bahwa segala

sesuatu keajaiban yang dimiliki dan dilalui merupakan nikmat Allah

b. Menerima Nikmat

Nikmat itu bukan karena keberhakan kita untuk mendapatkannya akan

tetapi karena itu bentuk karunia dan kemurahan Tuhan.

c. Memuji Allah atas pemberian Nikmat

Mengungkapkan dengan lisan dan menggunakan nikmat yang telah

diterima untuk hal-hal yang diridhai.

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

16

3. Jenis-jenis Bersyukur

Peterson dan Seligman (2004), membedakan bersyukur menjadi dua

jenis, yaitu:

a. Personal adalah rasa berterima kasih yang ditujukan kepada orang lain

yang khusus yang telah memberikan kebaikan.

b. Transpersonal adalah ungkapan terima kasih terhadap Tuhan atau alam

semesta-Nya.

4. Karakteristik Kebersyukuran

Karakteristik perbuatan baik yang membangkitkan kebersyukuran

adalah kondisi-kondisi yang kondusif bagi munculnya kebersyukuran.

a. Persepsi akan adanya niat baik (Heider, 1958) dalam (Arif, 2016) orang

lain untuk berbuat baik pada individu. Bilamana individu memiliki

persepsi bahwa seseorang telah memiliki niat baik yang tulus untuk

memberikan kidness, love, compassion atau pemberian/bantuan altruistik,

maka niat baik itu sudah cukup membangkitkan kebersyukuran,

sekalipun misalnya pemberian dari orang lain tidak sampai terlaksana

atau tidak terlaksana dengan sempurna.

b. Persepsi bahwa suatu perbuatan baik itu tidak dengan mudah dilakukan,

melainkan membutuhkan pengorbanan dari pemberi (McCullough, et. al.,

2001). Ketika individu memiliki persepsi bahwa suatu perbuatan baik

dilakukan dengan sangat mudah oleh pemberi dan tidak begitu tergerak

olehnya.

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

17

c. Pemberian adalah hal yang bernilai tinggi bagi diri individu. Setiap orang

mempunyai area-area kehidupan yang sangat penting dan bernilai bagi

diri individu. Area-area kehidupan itu akan memiliki makna emosional

yang besar bagi diri. Jika suatu pemberian/pertolongan terkait dengan

area kehidupan yang bernilai tersebut, maka pemberian/pertolongan itu

jadi sangat berharga dan karenanya membangkitkan rasa syukur yang

besar (Tsang, 2007) dalam (Arif, 2016).

d. Persepsi bahwa pemberi telah memberi atau menolong, bukan sekadar

karena oleh kewajiban, atau pemberi telah memberi melebihi

kewajibannya (Emmons, & Crumpler, 2000). Jika seseorang memiliki

persepsi bahwa pemberian/pertolongan yang diberikan memang

merupakan kewajiban dari pemberi, maka umumnya ia tidak akan merasa

bersyukur dan berterima kasih kepadanya.

Karakteristik kebersyukuran dapat disimpulkan yaitu persepsi akan

adanya niat baik orang lain untuk berbuat baik pada individu, kemudian

persepsi lain adalah bahwa suatu perbuatan baik tidak mudah dilakukan,

melainkan membutuhkan pengorbanan dari orang lain atau pemberi, dan

pemberian adalah hal yang bernilai tinggi bagi diri individu. Persepsi bahwa

pemberi telah memberi atau menolong dengan ikhlas.

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

18

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebersyukuran

Menurut McCullough, Emmons, & Tsang (2002) faktor yang

mempengaruhi kebersyukuran adalah sebagai berikut:

a. Emotionality atau Well-being (Kesejahteraan Emosi)

Orang bersyukur mempunyai pengaruh terhadap emosi positif dan

subjective well-being. Oleh karena itu, disposisi bersyukur merupakan

kecenderungan dasar untuk mengalami emosi positif dan subjective well-

being atau tingkatan dimana seseorang bereaksi secara emosional dan

merasa menilai kepuasan hidupnya.

b. Prosocially (Prososial)

Secara khusus, rasa syukur dianggap prososial karena dapat

mempengaruhi respon dan motivasi seseorang terhadap perilaku orang

lain untuk berkontribusi pada kesejahteraan seseorang.

c. Spirituality atau Religiousness (Spiritual atau Religiusitas)

Berkaitan dengan keagamaan dan keimanan, dalam hal ini bersyukur

dapat berorientasi pada pengakuan manusia yang memiliki kekuatan

dalam berkontribusi terhadap kesejahteraan manusia yang lebih luas, arti

yang lebih eksistensial seperti keberuntungan, kesempatan, Tuhan, atau

beberapa hal tentang konsep Tuhan.

Berdasarkan hal itu maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi kebersyukuran adalah emotionality atau well-being

(kesejahteraan emosi), prosocially (prososial) dan spirituality atau

religiousness (spiritual atau religiusitas).

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

19

B. Efikasi Diri

1. Pengertian Efikasi Diri

Bandura (1997) dalam (Friendman & Miriam, 2006) menambahkan

satu elemen kognitif penting lain ke dalam teorinya: self efficacy. Self

efficacy adalah ekspektasi keyakinan (harapan) tentang seberapa jauh

seseorang mampu melakukan satu perilaku dalam suatu situasi tertentu. Self

efficacy yang positif adalah keyakinan untuk mampu melakukan perilaku

yang dimaksud. Tanpa self efficacy (keyakinan tertentu yang sangat

situasional), orang bahkan tidak ingin mencoba melakukan suatu perilaku.

Menurut Santrock (2003), efikasi diri merupakan kepercayaan

seseorang atas kemampuannya dalam menguasai situasi dan menghasilkan

sesuatu yang menguntungkan. Menurut Bandura dalam (Friendman &

Miriam, 2006) self efficacy menentukan bagaimana individu akan

menunjukkan perilaku tertentu, sekuat apa yang akan dapat bertahan saat

menghadapi kesulitan atau kegagalan, dan bagaimana kesuksesan atau

kegagalan dalam satu tugas tertentu mempengaruhi perilaku kita di masa

depan.

Cervone, (2004) dalam (Friendman & Miriam, 2006), Self efficacy

juga dapat dipandang sebagai sesuatu yang muncul dari interaksi struktur

pengetahuan (apa yang diketahui orang tentang dirinya dan dunia) dan

proses penilaian dimana seseorang terus menerus mengevaluasi situasinya.

Self efficacy adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat

berfungsi dalam situasi tertentu. Self efficacy berhubungan dengan

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

20

keyakinan diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.

Self efficacy adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang

baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai

dengan yang dipersyaratkan (Alwilsol, 2009).

Pervin (dalam Widjaja, 2010), mengatakan bahwa efikasi diri yang

rendah berhubungan dengan proses mencapai kematangan karier, adalah

kebimbangan dalam pembuatan keputusan karier, masalah-masalah dalam

mengembangkan identitas vokasional/kejuruan yang jelas, dan ketidak-

pastian dalam menentukan pilihan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa efikasi diri yaitu kepercayaan atau

keyakinaan seseorang dalam menguasai situasi dan bertindak secara positif

kemudian dapat menghadapi kesulitan yang negatif atau kegagalan sehingga

dapat mengatasi masalah yang ada.

2. Aspek-aspek Efikasi Diri

Bandura (1986) (dalam jurnal Mahmudi & Suroso, 2014)

mengungkapkan bahwa perbedaan efikasi diri pada setiap individu terletak

pada tiga aspek, yaitu magnitude (tingkat kesulitan tugas), strength

(kekuatan keyakinan), dan generality (generalitas).

Masing-masing aspek mempunyai implikasi penting di dalam kinerja

individu yang secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Magnitude (tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah yang berkaitan

dengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini berimplikasi pada

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

21

pemilihan perilaku yang akan dicoba individu berdasarkan ekspektasi

efikasi pada tingkat kesulitan tugas.

b. Strength (kekuatan keyakinan), yaitu aspek yang berkaitan dengan

kekuatan keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang

kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam

berupaya mencapai tujuan walaupun mungkin belum memiliki

pengalaman-pengalaman yang menunjang.

c. Generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan dengan luas cakupan

tingkah laku diyakini oleh individu mampu dilaksanakan. Individu dapat

merasa yakin terhadap kemampuan dirinya. Tergantung pada

pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada serangkaian aktivitas

dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.

Kesimpulan dari aspek-aspek efikasi diri di atas adalah magnitude

(tingkat kesulitan tugas), strength (kekuatan keyakinan), dan generality

(generalitas).

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

22

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efikasi Diri

Bandura dalam (Feist & Feist, 2013), efikasi personal didapatkan,

ditingkatkan, atau berkurang melalui salah satu atau kombinasi dari empat

sumber:

a. Pengalaman Menguasai Sesuatu (Mastery Eksperience)

Pengalaman menguasai sesuatu yaitu performa masa lalu. Secara umum,

performa yang berhasil akan menaikan efikasi diri individu, sedangkan

pengalaman pada kegagalan akan menurunkan.

b. Modeling Sosial

Efikasi diri meningkat saat kita mengobservasi pencapaian orang lain

yang mempunyai kompetensi yang setara, namun akan berkurang saat

melihat rekan sebaya gagal.

c. Persuasi Sosial

Meningkatkan efikasi diri melalui persuasi sosial, dapat menjadi efektif

hanya bila kegiatan yang ingin didukung untuk dicoba berada dalam

jangkauan perilaku seseorang.

d. Kondisi Fisik dan Emosional

Emosi yang kuat biasanya akan mengurangi performa, saat seseorang

mengalami ketakutan yang kuat, kecemasan akut, atau tingkat stres yang

tinggi, kemungkinan akan mempunyai ekspetasi efikasi diri yang rendah.

Kesimpulan faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri di atas yaitu

meliputi pengalaman menguasai sesuatu (mastery eksperience), modeling

sosial, persuasi sosial, dan kondisi fisik serta emosional.

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

23

C. Peserta Didik kelas X & XI dan Beasiswa

1. Pengertian Peserta Didik

Sarwono (2006) menyatakan bahwa peserta didik adalah setiap orang

yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di dunia pendidikan.

Menurut pasal 1 ayat (4) Undang - Undang RI Nomor 20 Tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional bahwa peserta didik yang berusaha

mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan

jenis pendidikan tertentu. Sedangkan menurut ahli psikologi kognitif yaitu

memahami anak didik “murid” sebagai manusia yang mendayagunakan

ranah kognitifnya semenjak berfungsinya kapasitas motor dan sensorinya

(Piaget, 2003).

2. Pengertian Beasiswa

Keadaan lemah sering diindetikan dengan kemiskinan. Miskin

diartikan serba kekurangan (berpenghasilan rendah). Peraturan Pemerintah

Pasal 27 ayat (1) Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan

bagian kelima, menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah

sesuai kewenangannya memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa

kepada peserta didik yang orangtua atau walinya tidak mampu membiayai

pendidikannya. Pasal 27 ayat (2), menyebutkan bahwa Pemerintah dan

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberi beasiswa

kepada peserta didik yang berprestasi, itu merupakan dasar-dasar mengapa

beasiswa sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Beasiswa berfungsi

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

24

sebagai bantuan dana bagi peserta didik yang kurang mampu maupun yang

berprestasi untuk memperoleh pendidikan yang layak yang diberikan oleh

suatu lembaga pemerintah maupun swasta (Bellado, 2013).

D. Pengaruh Efikasi Diri terhadap Kebersyukuran Pada Peserta Didik kelas

X dan XI Penerima Beasiswa

Peserta didik dengan efikasi diri yang tinggi lebih mungkin untuk

bertahan dengan usaha pada tugas belajar daripada peserta didik dengan efikasi

diri rendah (Schunk & Pajares, 2009) dalam (Santrock, 2014). Satu studi

menunjukkan bahwa remaja dengan efikasi diri tinggi memiliki aspirasi

akademik yang lebih tinggi, menghabiskan lebih banyak waktu melakukan

pekerjaan rumah, dan lebih mungkin untuk mengasosialisasikan kegiatan

belajar dengan pengalaman yang optimal daripada rekan dengan efikasi diri

rendah Bassi (dalam Santrock, 2014). Penelitian baru menemukan bahwa

peserta didik dengan efikasi diri tinggi dalam membaca dan menulis lebih

mungkin untuk mengadopsi pendekatan berorientasi strategi mendalam dalam

belajar, sementara rekan-rekan yang dengan efikasi diri rendah cenderung

mengambil pendekatan ditingkat permukaan (Prat-Sala & Redford, 2010)

dalam (Santrock, 2014).

Sehingga ketika peserta didik penerima beasiswa memiliki harapan untuk

dapat mencapai keinginan maka perlu memiliki efikasi diri yang tinggi, dan

setelah hal tersebut tercapai maka akan timbul rasa terima kasih terhadap Sang

Pencipta maupun orang lain yang telah membantunya. Kemudian dapat dilihat

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

25

bahwa terdapat pengaruh antara efikasi diri terhadap kebersyukuran pada

peserta didik kelas X dan XI yang memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat

menyelesaikan berbagai tuntutan di sekolah dan dapat mempengaruhi

bagaimana cara individu mengatasi berbagai kendala dan tekanan yang datang

ketika menjalankan peran sebagai pelajar.

E. Kerangka Berfikir

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dijelaskan bahwa

setelah kebersyukuran dapat dimiliki oleh semua orang, baik peserta didik yang

pandai maupun kurang pandai, kaya ataupun yang kurang mampu (miskin) di

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 dan Sekolah Menengah Atas Negeri

5 Purwokerto. Kebersyukuran dapat meningkatkan kesadaran dan kemampuan

individu dari emosi dan ego. Syukur melengkapi pikiran dan perasaan individu

dengan positif dalam hidup seseorang. Bila peserta didik merasa bersyukur

akan mudah bisa mengalami kualitas keindahan dalam hidupnya (Belton).

Peserta didik yang memiliki perasaan emosi positif seperti rasa syukur

biasanya individu mampu melakukan tindakan yang positif, sebaliknya jika

individu tidak memiliki emosi yang positif selanjutkan individu merasa

penghargaan dirinya lemah dan pandangan hidup yang negatif. Penelitian

Wood, Joseph, dan Linley (2007) menemukan bahwa syukur berkorelasi positif

dengan reinterpretasi positif, koping aktif, perencanaan hidup dan berkorelasi

negatif dengan perilaku menyalahkan.

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

26

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dilakukan dalam studi

pendahuluan, efikasi diri diidentifikasi sebagai pengaruh terhadap

kebersyukuran seseorang. Kebersyukuran peserta didik kelas X dan XI

penerima beasiswa dapat diukur dari aspek-aspek penerimaan diri yang akan

diuraikan dalam bentuk skala kebersyukuran. Sedangkan efikasi diri peserta

didik kelas X dan XI penerima beasiswa dapat diukur dari aspek-aspek efikasi

diri yang akan diuraikan dalam bentuk skala efikasi diri.

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menguji pengaruh efikasi diri

terhadap kebersyukuran pada peserta didik kelas X dan XI penerima beasiswa

dan seberapa besar pengaruhnya.

Gambar 1 Kerangka Berfikir

Efikasi Diri

1. Magnitude

(tingkat

kesulitan

tugas)

2. Strength

(kekuatan

keyakinan)

3. Generality

(generalitas)

Kebersyukuran

1. Intensity

(Intensitas)

2. Frequency

(Frekuensi)

3. Span

(Jangkauan)

4. Density

Peserta Didik

kelas X dan XI

Penerima

Beasiswa

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018

27

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian permasalahan dan teori yang telah dijelaskan, maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh efikasi diri

terhadap kebersyukuran pada peserta didik kelas X dan XI penerima beasiswa

di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 dan Sekolah Menengah Atas

(SMA) Negeri 5 Purwokerto.

Pengaruh Efikasi Diri..., Nunu, Fak. Psikologi UMP 2018