bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan tentang ipa 1. …eprints.uny.ac.id/7794/3/bab 2 -...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang IPA
1. Hakikat IPA
Menurut Fisher (Moh. Amin, 1987: 22), IPA merupakan suatu
kumpulan pengetahuan yang didapat dengan menggunakan metode-
metode berdasarkan observasi. Iskandar (2001: 67) menjelaskan bahwa
IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi
di alam.
Maslichah Asy’ari (2006: 7) mengemukakan bahwa IPA adalah
pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang
terkontrol. Beberapa makna IPA adalah sebagai berikut:
a. IPA sebagai ilmu
Keberadaan dan perkembangan ilmu harus diusahakan dengan
adanya aktivitas manusia dan aktivitas harus dilaksanakan dengan
menggunakan metode tertentu dan akhirnya aktivitas metodis
tersebut akan menghasilkan pengetahuan sistematis.
b. IPA sebagai produk
IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun dalam
bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori.
c. IPA sebagai proses
IPA merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan
suatu masalah, sehingga meliputi kegiatan bagaimana
10
mengumpulkan data, menghubungkan fakta satu dengan yang lain,
mengintepretasi data dan menarik kesimpulan.
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah IPA merupakan
ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
dimana kumpulan pengetahuan yang ada diperoleh dengan menggunakan
metode-metode berdasarkan observasi. Ada enam prinsip-prinsip dalam
pembelajaran IPA yang dikemukakan oleh Maslichah Asy’ari (2006: 24-
25) yaitu:
a. Empat pilar pendidikan global
1) Learning to know (dengan meningkatkan interaksinya dengan
lingkungan siswa mampu membangun pemahaman dan
pengetahuan tentang alam sekitar).
2) Learning to do (siswa diberdayakan agar mau dan mampu
memperkaya pengalaman belajar).
3) Learning to be (dari hasil interaksi, diharapkan dapat membangun
rasa percaya diri yang membentuk jati diri).
4) Learning to live (dengan adanya kesempatan berinteraksi akan
membangun sikap toleransi dan sikap positif terhadap kehidupan).
b. Inkuiri
c. Konstruktivistik
d. Salingtemas (sains, teknologi, masyarakat)
e. Pemecahan masalah
f. Pembelajaran bermuatan nilai
11
g. Prinsip pakem
Pembelajaran IPA di SD pada hakikatnya membentuk individu-
individu yang berkemampuan ilmiah dan kritis dalam menghadapi
masalah serta gejala-gejala yang terjadi di lingkungan sekitar dalam
kehidupan.
2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Menurut Depdikbud (2007: 485), ruang lingkup bahan kajian IPA
untuk Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan,
tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat dan
gas.
c. Energi dan perubahannya, meliputi gaya, bunyi, panas , magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta, meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
12
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA
Kelas IV Semester II
Berikut ini adalah tabel yang berisi Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA Kelas IV yang akan dipelajari
pada semester genap.
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas IV Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Waktu
Energi dan
Perubahannya
7. Memahami gaya
dapat mengubah
gerak dan atau
bentuk suatu
benda.
7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak
suatu benda.
7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah
bentuk suatu benda.
4 jp
4 jp
8. Memahami
berbagai bentuk
energi dan cara
penggunaannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang
terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-
sifatnya.
8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara
penggunaannya.
8.3 Membuat suatu karya atau model untuk
menunjukkan perubahan energi gerak akibat
pengaruh udara, misalnya roket dari
kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut.
8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui
penggunaan alat musik.
6 jp
4 jp
6 jp
4 jp
Bumi dan Alam
Semesta
9. Memahami
perubahan
kenampakan.
permukaan bumi
dan benda langit.
9.1 Mendekripsikan perubahan
kenampakan bumi.
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan
kenampakan bumi dari hari ke hari.
5 jp
5 jp
10. Memahami
perubahan
lingkungan fisik
dan pengaruhnya
terhadap daratan.
10.1Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan
di lingkungan sekitar, misalnya kecoa, nyamuk,
kupu-kupu, kucing.
10.2Menunjukkan kepedulian terhadap hewan
peliharaan misalnya kucing, ayam, ikan.
6 jp
6 jp
11. Memahami
hubungan antara
sumber daya alam
dengan lingkungan,
teknologi dan
masyarakat.
11.1Menjelaskan hubungan antara sumber daya
alam dengan lingkungan.
11.2Menjelaskan hubungan antar sumber daya alam
dengan teknologi yang digunakan.
11.3Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam
terhadap pelestarian lingkungan.
4 jp
4 jp
4 jp
13
B. Tinjauan Tentang Energi Panas
1. Pengertian Energi Panas
Energi panas disebut juga kalor. Douglas C. Giancoli (2001: 490) dan
Yosaphat Sumardi. et. al (2007: 8.17) mengatakan bahwa panas
merupakan energi yang ditransfer dari satu benda ke benda lain karena
perbedaan temperatur. Panas juga muncul dari benda-benda yang
dibakar. Panas yang dihasilkan dari pembakaran dapat membangkitkan
gaya untuk melakukan kerja.
2. Sumber Energi Panas
Yosaphat Sumardi. et. al (2007: 8.19) mengemukakan bahwa sumber
energi panas adalah semua benda yang dapat menghasilkan panas. Api
menghasilkan panas, lilin yang menyala menghasilkan panas. Gesekan
antara dua benda merupakan sumber energi panas. Dua telapak tangan
yang saling digesekkan menghasilkan panas. Sumber energi panas
terbesar adalah matahari yang memiliki banyak manfaat untuk
kehidupan.
3. Perpindahan Energi Panas
Frank Kreith (1991: 4) mengatakan bahwa perpindahan panas adalah
berpindahnya energi dari satu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat
dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut. Perpindahan panas dapat
melalui 3 cara, yaitu:
14
a. Konduksi (hantaran) dimana panas mengalir dari daerah yang
bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu rendah dalam satu medium/
antara medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung.
b. Konveksi (ilian) dimana terjadi proses transport energi dengan kerja
gabungan konduksi panas, penyimpaan energi dan gerakan
mencampur.
c. Radiasi (pancaran) dimana panas mengalir dari suhu tinggi ke suhu
rendah bila benda-benda itu terpisah dalam ruang bahkan bila
terdapat ruang hampa diantara benda-benda tersebut.
Menurut Hugh D. Young & Roger A. Freedman (2002: 475-480)
mekanisme perpindahan panas ada 3 cara, yaitu:
a. Konduksi merupakan proses perpindahan panas melalui zat padat
yang terjadi jika benda dan sumber panas saling bersentuhan. Panas
berpindah melalui proses perambatan.
b. Konveksi merupakan perpindahan panas yang tergantung pada
gerakan massa dari satu daerah ruang ke daerah lainnya.
c. Radiasi merupakan perpindahan panas melalui radiasi
elektromagnetik, seperti sinar matahari yang menyinari ruang tanpa
membutuhkan media.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
panas dapat merambat melalui 3 cara yaitu konduksi (hantaran),
konveksi (ilian) dan radiasi (pancaran).
15
4. Panas Dapat Mengubah Wujud Benda
Douglas C. Giancoli (2001: 493) mengatakan bahwa panas atau kalor
dapat digunakan untuk meleburkan atau menguapkan suatu zat. Hal ini
berarti bahwa panas dapat merubah wujud benda. Contoh perubahan
wujud benda karena panas adalah:
a. Besi yang dipanaskan akan berubah menjadi pijar merah, jika
dipanaskan terus akan menjadi pijar putih dan dalam waktu yang
cukup lama dipanaskan terus menerus akan melebur seperti bubur.
Setelah dingin akan mengeras lagi.
b. Kayu yang dibakar akan berubah menjadi arang.
c. Jika es dipanaskan maka akan berubah menjadi air. Jika dipanaskan
terus menerus akan berubah menjadi uap air. Hal ini karena panas
membuat molekul benda bergerak lebih cepat dan melepaskan ikatan
di antara benda-benda itu.
C. Tinjauan Tentang Energi Bunyi
1. Pengertian Energi Bunyi
Menurut Peter Soedojo (2004: 25) bahwa bunyi adalah benda yang
bergetar. Douglas C. Giancoli (2001: 407) mengatakan bahwa bunyi
dapat diartikan getaran, sehingga energi bunyi berarti juga getaran.
16
2. Sumber Energi Bunyi Di Lingkungan Sekitar
Dalam kehidupan kita banyak sumber bunyi yang dapat kita temukan.
Menurut Douglas C. Giancoli (2001: 407) bahwa sumber bunyi adalah
benda yang bergetar. Peter Soedojo (2004: 25) mengatakan bahwa sumber
bunyi adalah sumber getaran yang menggetarkan medium sekelilingnya.
Wujud sumber bunyi berupa senar, garpu tala, sumber bunyi permukaan
dan sumber bunyi rongga udara. Sumber bunyi yang paling mudah
ditemukan adalah alat musik. Contoh alat musiknya yaitu gitar, piano,
gendang, angklung, biola, suling, dan lainnya. Untuk menghasilkan bunyi
yang diinginkan, masing-masing alat musik tersebut memilki cara
tersendiri.
3. Perambatan Bunyi
Douglas C. Giancoli (2001: 408) menjelaskan bahwa bunyi dapat
merambat melalui medium apapun, baik itu padat, cair, atau gas. Kita bisa
membuktikannya dari suara kereta yang berjalan mendekat dengan
mendengar bunyi dari rel kereta atau mendengar suara teman dari telepon
kaleng dengan kabel dari seutas benang. Benda keras dan air merupakan
media terbaik mengantarkan bunyi. Selain itu, benda keras dapat
memantulkan kembali bunyi.
17
D. Karakteristik Siswa
Usia anak SD dapat dikatakan bahwa anak memasuki perkembangan masa
kanak-kanak akhir dimana masa ini dialami oleh anak yang berusia 6 sampai
11-13 tahun. Untuk siswa kelas IV biasanya usia anak berada pada umur 9
sampai 10 tahun. Menurut Rita Eka Izzaty. et. al (2008: 103-104) adapun
tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir adalah:
1. Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
2. Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat
mengenai diri sendiri.
3. Belajar bergaul dengan teman sebaya.
4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita.
5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,
menulis dan berhitung.
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari.
7. Mengembangkan kata batin, moral dan skala sikap.
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga.
9. Mencapai kebebasan pribadi.
Menurut Seifert dan Haffung (Moh. Hasan Akbar, 2012) usia anak SD
yang berkisar antara 6 – 12 tahun memiliki tiga jenis perkembangan:
18
1. Perkembangan Fisik
Hal tersebut mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan
otak, otot dan tulang. Pada usia 10 tahun baik laki-laki maupun perempuan
tinggi dan berat badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah
usia remaja yaitu 12 -13 tahun anak perempuan berkembang lebih cepat
dari pada laki-laki.
2. Perkembangan Kognitif
Hal tersebut mencakup perubahan – perubahan dalam perkembangan
pola pikir.Perkembangan kognitif seperti dijelaskan oleh Jean Piaget dapat
dijelaskan berdasarkan pendekatan perkembangan yaitu:
a. Tahap pra-operasional: dari 2 hingga 7 tahun (mulai memiliki
kecakapan motorik)
Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara
logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan
dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.
Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat
dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek
menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah
walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat
walau warnanya berbeda-beda.
b. Tahap operasional konkret: dari 7 hingga 11 tahun (anak mulai berpikir
secara logis tentang kejadian-kejadian konkret)
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
19
1) Pengurutan—kemampuan untuk mengurutkan objek menurut
ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
2) Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke
dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan
logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan).
3) Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari
suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh
anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih
sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
4) Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-
benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu,
anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-
4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
5) Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah
benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila
anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka
akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya
20
berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir
lain.
6) Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat
sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik
yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu
ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam
tahap operasi konkret akan mengatakan bahwa Siti akan tetap
menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu
bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
c. Tahap operasional formal: setelah usia 11 tahun (perkembangan
penalaran abstrak)
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk
berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan
dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat
memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat
segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi
abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul
saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai
masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.
21
3. Perkembangan Psikososial
Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan dan perubahan emosi
individu.
Maslichah Asy’ari (2006: 42-43) mengemukakan bahwa siswa yang
berada di kelas IV sampai dengan kelas VI pada umumnya memiliki usia
antara 9-12 tahun, berdasarkan klasifikasi Piaget pada tingkat perkembangan
akhir operasional konkret sampai operasional formal. Pada tahap ini anak
memiliki kekhasan antara lain:
1. Dapat berpikir reversibel atau bolak balik.
2. Dapat melakukan pengelompokkan dan menentukan urutan.
3. Telah mampu melakukan operasi logis tetapi pengalaman yang dipunyai
masih terbatas.
Pembelajaran di kelas atas seharusnya sudah diarahkan pada pelatihan
kemampuan berpikir yang lebih komplek. Dari pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan karakter siswa kelas IV adalah:
1. Pertambahan berat badan 3,5 kg baik untuk laki-laki maupun perempuan.
2. Berpikir secara logis terhadap kejadian konkret.
3. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial.
4. Mengembangkan kebebasan pribadi.
22
E. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Conny R. Semiawan (1999: 245) mengemukakan definisi belajar
berarti aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan
pengetahuan, perilaku dan pribadi yang permanen. Menurut Sugihartono
et. al (2007: 74) mengatakan bahwa belajar merupakan proses
memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan
tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau
menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Hal lain dikemukakan oleh Slameto (2010: 2) bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku baru keseluruhan sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa definisi di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah pengalaman yang
menghasilkan perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang
diperoleh dari pengalaman.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Winkel (Purnomo, 2005: 10) mengungkapkan bahwa prestasi belajar
adalah usaha yang telah dicapai. Winkel juga mengatakan bahwa prestasi
belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Hal lain juga dikemukakan oleh Sugihartono et. al (2007: 130) bahwa
prestasi belajar adalah hasil pengukuran yang berwujud angka maupun
pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi
23
para siswa. Mohammad Surya (2004: 17) juga berpendapat bahwa
prestasi belajar merupakan perubahan perilaku individu secara
keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, konatif dan motorik.
Menurut Subardi (1989: 33) prestasi belajar yaitu untuk bermacam-
macam ukuran terhadap apa yang telah dicapai oleh siswa misalnya
ulangan harian, tugas, PR, tes lisan yang dilakukan selama pembelajaran
berlangsung dan di akhir semester. Ngalim Purwanto (1996: 28)
menegaskan prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh
seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam
rapot.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai
atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian yang
dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran
IPA dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya
setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya.
F. Tinjauan Tentang Metode Inkuri
1. Pengertian Metode Inkuiri
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2001: 72), metode adalah suatu cara
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
24
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode
mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi
pendidikan.
M. Kourilsky & L. Quaranta (1987: 68) mengemukakan bahwa
pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu metode yang berpusat pada
siswa dimana kelompok siswa inkuiri ke dalam suatu isu atau mencari
jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang
digariskan secara jelas dan struktural kelompok. W. Gulo (2002: 84)
menjelaskan metode inkuiri berarti suatu kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari
dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan mengajar pada metode inkuiri ini ialah:
a. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.
Kegiatan belajar disini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial
emosional.
b. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan
pengajaran.
c. Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self-believe) pada
diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
25
Udin Syaefudin Sa’ud (2008: 169-170) mengatakan bahwa inkuiri
adalah proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah
sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses
menemukan sendiri.
Pendapat lain dari Wina Sanjaya (2007: 194) yaitu pembelajaran
inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Ada beberapa hal yang
menjadi ciri utama pembelajaran inkuiri:
a. Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya inkuiri menempatkan siswa
sebagai subjek belajar.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.
c. Tujuan dari penggunaan metode inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri adalah
metode pembelajaran atau suatu teknik dalam pembelajaran yang
berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa,
26
sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar
sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
Menurut Wina Sanjaya (2009: 128) penggunaan inkuiri harus
memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangan
kemampuan berfikir).
b. Prinsip interaksi (interaksi antara siswa maupun interaksi siswa
dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan).
c. Prinsip bertanya (guru sebagai penanya).
d. Prinsip belajar untuk berfikir (learning how to think).
e. Prinsip keterbukaan (menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara
terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan).
Maslichah Asy’ari (2006: 27) berpendapat bahwa prinsip inkuiri perlu
diterapkan dalam pembelajaran sains karena pada dasarnya anak
memiliki rasa ingin tahu yang besar sedang alam sekitar penuh dengan
fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa untuk ingin tahu lebih
banyak. Oleh karena itu guru perlu memfasilitasi keingintahuan anak
tersebut dalam menemukan jawaban sendiri lewat proses sains yang
dilakukan.
2. Jenis-jenis Metode Inkuiri
Herdian (2010) mengemukakan bahwa pendekatan inkuiri terbagi
menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa
27
atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya.
Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
a. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing adalah pendekatan inkuiri dimana
siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari
guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Hal
yang dilakukan oleh guru adalah membimbing siswa melakukan
kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada
suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan
permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri
terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman
belajar dengan pendekatan inkuiri. Pada pendekatan ini siswa akan
dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik
melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan
memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Bimbingan
yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi
arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep
pelajaran. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui
pemberian lembar kerja siswa. Guru harus memantau kelompok
diskusi siswa selama berlangsungnya proses belajar, sehingga guru
28
dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding
yang diperlukan oleh siswa.
b. Inkuiri Bebas (free inquiry approach)
Pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman
belajar. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan
siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi
kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan
dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau
langkah-langkah yang diperlukan.
Bimbingan yang diberikan oleh guru sangat sedikit atau bahkan
tidak diberikan sama sekali. Selain itu, ada kemungkinan siswa
menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan
oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan (modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua
pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing
dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang
akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau
mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam
pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah
untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan
pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan
29
tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih
sedikit dari inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Guru membatasi memberi bimbingan, membiarkan siswa berupaya
terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat
menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang
tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat
diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh
yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui
diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
Moh. Amien (1987: 136) mengatakan bahwa pengembangan
kemampuan pada diri siswa melalui pengajaran IPA dapat dilukiskan
dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Guided inquiry
b. Modified inquiry
c. Free inquiry
d. Inquiry role approach
e. Invitation into inquiry
f. Pictorial riddle
g. Synectic lesson
h. Value clarification
Menurut Maslichah Asy’ari (2006: 46) pendekatan yang dapat
digunakan dalam pembelajaran sains di Sekolah Dasar salah satunya
adalah pendekatan inkuiri terbimbing. Berdasarkan jenis-jenis metode
30
inkuiri di atas, metode inkuiri terbimbing paling tepat digunakan untuk
siswa Sekolah Dasar khususnya pada pembelajaran IPA. Hal ini
dikarenakan siswa Sekolah Dasar masih memerlukan banyak bimbingan
dan petunjuk dari guru.
3. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing
Menurut Udin Syaefudin Sa’ud (2008: 169-170) dalam model inkuiri
dapat dilakukan melalui beberapa langkah sistematis yaitu:
a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpulkan data
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan
e. Membuat kesimpulan
Nana Sudjana (2002: 155) berpendapat bahwa dalam menerapkan
metode inkuiri ada beberapa tahapan yaitu:
a. Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa.
b. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah
hipotesis.
c. Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk
menjawab permasalahan atau hipotesis.
d. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi.
e. Mengaplikasikan kesimpulan/generalissi dalam situasi baru.
Wina Sanjaya (2009: 202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
31
a. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana
atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam
tahap orientasi ini adalah:
1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan
dapat dicapai oleh siswa.
2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-
langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah
merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini
dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa
pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang
disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu
ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang
tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam
pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa
akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
32
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap
anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara
atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban
dari suatu permasalahan yang dikaji.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses
mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang
kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,
33
akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Berdasarkan langkah-langkah inkuiri di atas, yang digunakan di dalam
penelitian ini adalah:
a. Orientasi
Orientasi adalah langkah awal untuk mengkondisikan siswa agar
siap mengikuti pelajaran. Guru membuat suasana dan iklim belajar
sekondusif mungkin. Kegiatan orientasi ini meliputi penyampaian
tujuan pembelajaran, menyampaikan langkah-langkah,
mempersiapkan alat-alat untuk percobaan dan pemberian motivasi
pada siswa.
b. Merumuskan masalah
Guru memberikan masalah yang harus diselesaikan oleh siswa
atau siswa mencari jawabannya sendiri. Rumusan masalah ini bisa
berupa pertanyaan yang bisa dijawab ―ya‖ atau ―tidak‖.
c. Merumuskan hipotesis
Guru membimbing siswa untuk membuat jawaban sementara atas
permasalahan yang dibahas.
34
d. Mengumpulkan data
Siswa mengumpulkan sebanyak mungkin informasi untuk
menguji kebenaran hipotesis. Dalam penelitian ini data dapat
diperoleh melalui percobaan-percobaan yang dilakukan, dari buku-
buku referensi, menganalisis data yang diperoleh dan membahas
hasilnya.
e. Menguji hipotesis
Menentukan jawaban berdasarkan data-data yang ada dan bukan
berdasarkan argumen semata.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing melalui proses
orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data, menguji hipotesis serta merumuskan kesimpulan. Di dalam siswa
melakukan beberapa proses inkuiri tersebut, guru memberikan arahan-
arahan, bimbingan serta mendampingi siswa saat pembelajaran
berlangsung.
35
4. Keuntungan Penggunaan Metode Inkuiri
Menurut M. Kourilsky & L. Quaranta (1987: 68), adapun teknik
inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri siswa
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide
lebih baik.
b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi
proses belajar yang baru.
c. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap objektif, jujur dan terbuka.
d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan
hipotesisnya sendiri.
e. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i. Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang
tradisional.
j. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka
dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Wina Sanjaya (2007: 79) mengemukakan bahwa metode inkuiri
memiliki keunggulan, diantaranya:
36
a. Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan
kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara
seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih
bermakna.
b. Metode inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka.
c. Metode inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode inkuiri memiliki banyak keuntungan diantaranya:
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan
kemampuan yang ada di dalam dirinya.
b. Mengajarkan siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya
sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka.
c. Memberikan waktu seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar dan
menemukan sendiri.
37
d. Menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat merangsang
kemampuan berpikir siswa sehingga ilmu yang didapat akan lebih
bertahan lama.
Selain hal di atas, metode inkuiri juga terbukti mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya
(2007: 199) bahwa tujuan utama dari strategi inkuiri adalah
pengembangan kemampuan berpikir yang berorientasi pada hasil belajar
dan proses belajar. W. Gulo (2002: 92) juga mengatakan bahwa
kemampuan intelektual akan menjadi optimal pada taksonomi evaluasi
jika inkuiri mencapai tingkat optimal.
G. Hasil Penelitian Sebelumnya
1. Irawantika (2011) dengan judul skripsi ―Peningkatan Prestasi Belajar Mata
Pelajaran IPS Menggunakan Metode Inkuiri untuk Siswa Kelas IV SD
Negeri 3 Sentolo.‖ Dari hasil penelitian terbukti menunjukkan adanya
peningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Sentolo. Metode
penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek
penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Sentolo dengan jumlah siswa
31. Penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus dimana setiap 1 siklus
mencakup 2 pertemuan. Data penelitian diperoleh dari hasil tes dan
observasi. Data penelitian dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Sebelum
dilakukan tindakan nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran IPS adalah
42,7 dan hanya 22,5% siswa yang memenuhi KKM. Kemudian setelah
38
dilakukan tindakan, pada siklus 1 nilai rata-rata siswa yang diperoleh
adalah 67,8 dan ada 67% siswa yang memenuhi KKM. Pada siklus 2 nilai
rata-rata yang diperoleh adalah 74,6 dan ada 80% siswa yang memenuhi
KKM.
2. Attin Khalimah dengan judul skripsi ―Upaya Peningkatan Prestasi Belajar
Sains dengan Metode Inkuiri Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sentul
Godean Sleman‖. Dari hasil penelitian terbukti menunjukkan adanya
peningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Sentol Godean
Sleman. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan
Kelas. Data penelitian diperoleh dari hasil tes dan observasi. Data
penelitian dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Sebelum dilakukan
tindakan, nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran sains adalah 65,80.
Setelah dilakukan tindakan, pada siklus 1 nilai rata-rata siswa adalah 70,36
dan pada siklus 2 nilai rata-rata adalah 83,20.
3. Novie Nurhantanti dengan judul skripsi ―Penerapan Metode Inkuiri Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Sawitan
Kecamatan Mungkid‖. Dari hasil penelitian terbukti menunjukkan adanya
peningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Sawitan
Kecamatan Mungkid. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas dengan 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVA
SD Negeri Sawitan Kecamatan Mungkid yang berjumlah 20 siswa.
Peningkatan presentase siswa yang tuntas belajar yaitu pre-test 40%.
39
Setelah dilakukan siklus 1 hasil post-test 1 menjadi 60% dan setelah
dilakukan siklus 2 hasil post-test menjadi 95%.
H. Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA secara umum mempunyai tujuan yaitu untuk mencari
tahu atau belajar tentang alam secara sistematis dan ilmiah dimana
pengetahuan yang diperoleh merupakan hasil penemuan sehingga siswa dapat
ikut berperan aktif, memperoleh pengalaman nyata dan dapat
mengembangkan potensi atau kemampuan yang dimiliki secara optimal.
Namun pada kenyataannya, prestasi belajar yang diperoleh pada mata
pelajaran IPA kelas IV SD Negeri 2 Paliyan Gunungkidul masih rendah yaitu
di bawah nilai KKM 7,5.
Metode inkuiri merupakan metode yang melibatkan siswa di dalam
menemukan sendiri informasi-informasi yang ada, sehingga pembelajaran
yang diperoleh oleh siswa menjadi lebih bermakna dan dimungkinkan bahwa
tujuan pembelajaran pun akan tercapai. Prinsip inkuiri perlu diterapkan dalam
pembelajaran IPA khususnya di Sekolah Dasar karena pada dasarnya anak
memiliki rasa ingin tahu yang besar sedang alam sekitar penuh dengan fakta
atau fenomena yang dapat merangsang siswa untuk ingin tahu lebih banyak.
Oleh karena itu guru perlu memfasilitasi keingintahuan anak tersebut dalam
menemukan jawaban sendiri lewat proses sains yang dilakukan. Dengan
menggunakan metode inkuiri yang berorientasi pada hasil belajar dan proses
40
belajar, maka dimungkinkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA
kelas IV akan mengalami peningkatan.
I. Hipotesis
Sugiyono (2009: 64) mengemukakan bahwa hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan kajian teori dan
kerangka pikir di atas maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis ―adanya
pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Paliyan II Gunungkidul pada
semester genap tahun ajaran 2011/2012.‖