bab ii tinjauan pustaka 2.1 landasan teori dan penelitian ...repository.ump.ac.id/6128/3/palupi...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan yang menjelaskan hubungan antara pihak yang
mendelegasi pengambil keputusan (pemegang saham) dengan pihak yang
menerima (agen) dalam bentuk kontrak kerja sama. Dalam kerja sama
tersebut pihak pemilik mendelegasikan kepada pihak agen untuk mengelola
sumber daya secara efisien untuk mendapatkan keuntungan paling
maksimal.
Teori keagenan mengasumsikan, setiap individu berperilaku untuk
kepentingan sendiri. Pemilik menginginkan pengembalian yang besar dan
cepat atas investasi yang dilakukan, sedangkan agen menginginkan
pemberian remunerasi yang sebesar-besarnya atas kinerja yang telah
dilakukan. Seringkali pemilik menilai kinerja agen berdasarkan atas laba
yang dihasilkan perusahaan sehingga alokasi untuk dividen pun akan
semakin besar. Sehingga, agen dianggap telah berkinerja baik dan layak
mendapatkan intensif yang tinggi.
2.1.2 Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action)
Teori tindakan beralasan pertama kali dikembangkan oleh Icek Ajzen
dan Martin Fishbein. Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief),
sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku (behavior).
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
10
Menurut theory of reasoned action, niat merupakan suatu fungsi dari
dua penentu dasar, yaitu berhubungan dengan faktor pribadi dan
berhubungan dengan pengaruh sosial. Penentu yang berhubungan dengan
faktor pribadi adalah sikap terhadap perilaku individual. Sikap adalah
evaluasi kepercayaan (belief) atau perasaan (affect) positif atau negatif dari
individu jika harus melakukan perilaku tertentu yang dikehendaki
(Jogiyanto, 2008 dalam Yuliana, 2012).
Praktik atau perilaku menurut Theory of Reasoned Action (TRA)
menurut Jogiyanto (2008) dalam Yuliana (2012) dipengaruhi oleh niat,
sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri
dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Norma
subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta
motivasi untuk menaati pendapat tersebut. Secara lebih sederhana, teori ini
mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia
memandang perbuatan itu positif dan berpikir orang lain akan menilainya
jika dia melakukan perilaku tersebut. Asumsi theory of reasoned action
adalah manusia berperilaku dengan cara yang sadar, bahwa mereka
mempertimbangkan informasi yang tersedia, dan secara implisit dan
eksplisit juga mempertimbangkan akibat dari tindakan yang dilakukan
tersebut.
2.1.3 Tax avoidance
Pajak dapat diartikan sebagai beban atau sesuatu yang dapat
mengurangi kemampuan atau daya beli masyarakat. Dalam hal ini, pajak
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
11
dipandang sebagai hal atau sesuatu yang tidak menguntungkan. Sesuatu
yang tidak menguntungkan biasanya akan mendorong upaya untuk
menghindarinya atau paling tidak meminimalisasinya. Meminimalisasi
beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari
memanfaatkan celah-celah perpajakan yang diperbolehkan sampai dengan
upaya yang melanggar peraturan perpajakan. Upaya untuk meminimalisasi
beban pajak adalah dengan tax planning (perencanaan pajak).
Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah Self
Assesment System diamana suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang
terutang (Mardiasmo, 2011:7). Tujuan dari Self Assesment System adalah
mengharapkan Wajib Pajak memiliki kesadaran wajib pajak, kejujuran
wajib pajak, tax mindedness wajib pajak atau hasrat untuk membayar pajak,
serta tax discipline wajib pajak terhadap pelaksanaan peraturan perpajakan
(Rahayu, 2011) Akan tetapi, Self Assesment System merupakan sistem
perpajakan yang rentan akan penyelewengan dan pelanggaran. Sehingga
pengusaha akan meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar, dengan
melakukan tax planning, baik secara legal (tax avoidance) maupun ilegal
(tax evasion).
Kegiatan penggelapan (evasion) adalah kegiatan yang nyata melawan
peraturan yang berlaku, sedangkan penghindaraan (avoidance) tidak
melanggar peraturan, namun melanggar maksud yang sebenarnya dari
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
12
peraturan tersebut. Sri Utami (2011) yang menyatakan bahwa Tax
avoidance adalah suatu skema transaksi yang ditujukan untuk
meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan-kelamahan
(loophole) ketentuan perpajakan suatu negara sehingga ahli pajak
menyatakan legal karena tidak melanggar peraturan perpajakan.
Tax avoidance bukan pelanggaran undang-undang perpajakan karena
usaha wajib untuk mengurangi, menghindari, meminimumkan atau
meringankan beban pajak dilakukan dengan cara yang dimungkinkan oleh
Undang-Undang Pajak. Adapun cara tersebut menurut Merks (2007) dalam
Kurniasih dan Maria (2013) adalah a) memindahkan subjek pajak dan/atau
objek pajak ke negara-negara yang memberikan perlakuan pajak khusus
atau keringanan pajak (tax haven country) atas suatu jenis penghasilan
(substantive tax planning), b) usaha penghindaran pajak dengan
mempertahankan substansi ekonomi dari transaksi melalui pemilihan formal
yang memberikan beban pajak yang paling rendah (Formal tax planning),
c) ketentuan Anti Avoidance atas transaksi transfer pricing, thin
capitalization, treaty shopping, dan controlled foreign corporation (Specific
Anti Avoidance Rule); serta transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis
(General Anti Avoidance Rule).
Penghindaraan pajak (Tax avoidance) merupakan rekayasa tax affairs
yang masih berada dalam kelompok peraturan perpajakan. Penghindaraan
pajak (tax avoidance) dapat terjadi di dalam bunyi ketentuan atau tertulis di
undang-undang dan berada dalam jiwa dari undang-undang atau dapat juga
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
13
terjadi dalam bunyi ketentuan undang-undang tetapi berlawanan dengan
jiwa undang-undang (Suandy, 2008). Strategi-strategi atau cara-cara yang
legal sesuai dengan aturan undang-undang yang berlaku, biasanya dilakukan
dengan memanfaatkan hal-hal yang sifatnya ambigu dalam undang-undang
sehingga dalam hal ini Wajib Pajak memanfaatkan celah-celah yang
ditimbulkan oleh adanya ambiguitas dalam undang-undang perpajakan
(Suandy, 2008).
Aktivitas tax avoidance merupakan alternatif pilihan dalam
perencanaan pajak yang dapat menghemat besarnya pajak yang dibayarkan
oleh perusahaan. Sekat yang membatasi legal dan ilegalnya suatu tindakan
penghematan pajak dalam upaya tax planning masih sulit untuk dibedakan
(Bovi, 2005 dalam Annisa dan Lulus, 2012), dengan begitu diharapkan
perusahaan mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku dan tidak
memanfaatkan celah dari peraturan perpajakan yang ada untuk
meningkatkan laba perusahaan di masa yang akan datang. Sebab, pajak
yang dibayarkan oleh perusahaan kepada negara akan digunakan untuk
memfasilitasi masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
2.1.4 Pengukuran Tax Avoidance
Hanlon dan Hitzman (2011) membuat daftar 12 cara pengukuran
penghindaraan pajak atau Tax avoidance yang biasanya digunakan di
berbagai literatur dan dirangkum pada tabel di bawah ini.
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
14
Tabel 2.1 Tabel Pengukuran Tax avoidance
Metode
Pengukuran
Cara perhitungan Keterangan
GAAP ETR Worldwide total income tax expense
Worldwide total pre-tax accounting income
Total tax expense per
dollar of pre-tax book
income
Current
ETR
Worldwide current income tax expense
Worldwide total pre-tax accounting income
Current tax expense per
dollar of pre-tax book
income
Cash ETR Worldwide cash tax paid
Worldwide total pre-tax accounting income
Cash tax paid per dollar
of pre-tax book income
Long-run
cash ETR
Worldwide cash tax paid
Worldwide total pre-tax accounting income
Sum of cash taxes paid
over n years divided by
the sum of pre-tax
earnings over n years.
ETR
Differential
Statotory ETR-GAAP ETR The difference of
between the statutory
ETR and firms`s GAAP
ETR
DTAX Error term from the following regressio:
ETR differential x Pre-tax book income = a
+ b x control + e
The unexplained portion
of the ETR differential
Total BTD Pre-tasx book income-((U.S. CTE+Fgn
CTE)/U.S. STR)-(Nolt – Nolt-1))
The total difference
between book and
taxable income
Temporary
BTD
Deffered tax expense/U.S. STR The total difference
between book and
taxtable income
Abnormal
total BTD
Residual from BTD/Tait=βTAit+βmi+eit A measure of
unexpalined total book
tax defferences
Unrecogniz
ed tax
benefits
Disclosed amount post-FIN48 Tax liability accured for
taxes not yet paid on
uncertain positions
Tax shelter
activity
Indicator variable for firms accused of
angaging in a tax shelter
Firms indentified via
firm disclosures, the
press, or IRS confidential
data
Marginal
tax rate
Simulated marginal tax rate Present value of taxes on
an additional dollar of
income
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
15
Pengukuran tax avoidance dengan cara Cash effective tax rate merujuk
pada perhitungan yang dibuat dyreng et al (2008), dimana cash effective tax
rate merupakan ratio pembayaran secara kas atas laba perusahaan sebelum
pajak penghasilan. Pembayaran pajak secara kas terdapat dalam laporan
arus kas pada pos pembayaran pajak penghasilan di arus kas dari aktivitas
operasi. Sedangkan laba perusahaan sebelum pajak terdapat dalam laporan
laba rugi pada pos laba sebelum pajak penghasilan.
2.1.5 Karakter Eksekutif
Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Pranata (2013) menyatakan
bahwa Organisasi dipimpin oleh suatu hierarki manajer, dengan chief
executive officer (CEO) pada posisi puncak, dan para manajer unit bisnis,
departemen, bagian (section), dan subunit lainnya berada dibawah CEO
dalam bagan organisasi. Pemimpin tersebut memiliki karakter-karakter
tertentu untuk memimpin dan menjalankan perusahaannya menuju tujuan
yang ingin dicapai oleh perusahaan. Adapun eksekutif yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah dewan komisaris dan direksi.
Karakter eksekutif dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya
kompensasi kerugian, preferensi risiko, kepemilikan saham oleh eksekutif,
usia, pendidikan atau latar belakang pendidikan eksekutif, lamanya masa
jabatan eksekutif dan lain-lain. Pada penelitian ini karakter eksekutif yang
digunakan adalah preferensi risiko dan kompensasi eksekutif.
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
16
2.1.6 Preferensi Risiko Eksekutif
Preferensi risiko eksekutif adalah suatu keadaan dimana para eksekutif
memilih untuk mengambil risiko atau lebih memilih untuk risiko yang lebih
kecil. Risiko dapat diartikan sebagai peluang terjadinya kerugian yang
artinya memiliki risiko yang tinggi. Secara luas resiko berarti kemungkinan
terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan.
Keterkaitan senjangan tax avoidance dengan preferensi risiko terjadi karena
eksekutif dalam membuat keputusan cenderung bertindak hati-hati.
Low (2006) dalam Budiman dan Setiyono (2012), menyebutkan bahwa
dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan eksekutif
memiliki dua karakter yakni sebagai risk taker dan risk averse. Risk taker
adalah seseorang yang tidak takut oleh ketidakpastian dan tenang dalam
situasi yang spekulatif. Sedangkan risk averse adalah seseorang yang
berfikir resiko itu adalah sekedar kata resiko.
Eksekutif yang memiliki karakter risk taker adalah eksekutif yang lebih
berani dalam mengambil keputusan bisnis dan bisnisnya memilki dorongan
kuat untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan
yang lebih tinggi, (Maccrimon dan Wehrung, 1990 dalam Budiman dan
Setiyono, 2012). Eksekutif yang memiliki sifat risk taker tidak akan ragu-
ragu untuk melakukan pembiayaan dari hutang, hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan.
Eksekutif yang memiliki karakter risk averse adalah eksekutif yang
tidak menyukai resiko sehingga dia kurang berani dalam pengambilan
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
17
keputusan. Eksekutif risk averse jika mendapatkan peluang maka dia akan
memilih resiko yang lebih rendah, keputusan-keputusan yang diambil
adalah keputusan yang tidak mengakibatkan resiko yang besar. Eksekutif
risk averse biasanya memiliki usia yang lebih tua, sudah lama memegang
jabatan, dan memiliki ketergantungan dengan perusahaan.
2.1.7 Kompensasi Eksekutif
Garry Dessler (1997) mendefinisikan kompensasi sebagai segala
bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan oleh
perusahaan sebagai balas jasa atas kontribusi mereka kepada perusahaan.
Imbalan yang diberikan karyawan biasanya dalam bentuk kompensasi
finansial dan non-finansial. Sedangkan kompensasi eksekutif biasanya
berupa gaji pokok, bonus tahunan, opsi atau saham. Pemberian kompensasi
tersebut merupakan bentuk penghargaan kinerja jangka panjang dan
tunjangan bagi eksekutif.
Sistem yang dipakai dalam pemberian kompensasi adalah reward
system bukan salary system. Kompensasi diberikan berdasarkan pencapaian
kinerja yang telah dilakukan oleh manajemen dengan keahlian profesional
yang dimilikinya. Secara umum kompensasi bagi eksekutif dan jajaran
pengambil keputusan dapat dibedakan menjadi dua yaitu berbentuk finansial
maupun non-finansial. Dalam bentuk finansial kompensasi dapat berupa
gaji, bonus tahunan, opsi saham dan intensif jangka panjang dalam berbagai
bentuk, baik stock plans maupun bonus. Sedangkan dalam bentuk non-
finansial kompensasi dapat berbentuk tugas-tugas yang menarik, fasilitas
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
18
kerja yang mewah dan memadai, posisi kerja, pengakuan, pencapaian
tujuan, serta lingkungan kerja yang mendukung.
2.1.8 Leverage
Leverage menunjukkan penggunaan utang untuk membiayai investasi
(Sartono, 2002). Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh
perusahaan menggunakan utang. Leverage menggambar kan hubungan
antara total assets dengan modal saham biasa atau menunjukkan
penggunaan utang untuk meningkatkan laba (Husnan, 2002). Maka dari itu,
semakin besar tingkat hutang yang dimilki perusahaan maka semakin besar
resiko yang ditanggung. Leverage biasanya diukur menggunakan rasio debt
to equity ratio (DER). DER menggambarkan perbandingan antara total
utang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber
pendanaan usaha. Jika rasio ini semakin besar, maka dapat dijelaskan bahwa
struktur modal yang paling besar berasal dari komposisi hutang.
Perusahaan yang menggunakan hutang pada komposisi pembiayaan,
maka akan menimbulkan adanya bunga yang harus dibayar. Peraturan
perpajakan pasal 6 ayat 1 huruf angka 3 UU nomor 36 tahun 2008 tentang
PPh menyebutkan bahwa bunga pinjaman merupakan biaya yang dapat
dikurangkan (deductible expense) terhadap penghasilan kena pajak. Beban
bunga tersebut akan menyebabkan laba kena pajak perusahaan menjadi
berkurang dan pada akhirnya akan mengurangi jumlah pajak yang harus
dibayarkan perusahaan. Apabila komposisi pembiayaan perusahaan
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
19
menggunakan equity financing, maka harus membayarkan dividen yang
tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan kena pajak.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Variabel Hasil
1. Judi Budiman
dan Setiyono
(2012)
Var. Dependen:
Cash effective rate (CETR)
Var. Independen:
Risk, Size, Leverage, Sales
growth dan Net operating
loss
Menemukan hubungan yang
signifikan antara karakter
eksekutif terhadap tax avoidance
(CETR). Eksekutif yang memiliki
risk taker memiliki pengaruh
yang positif terhadap tax
avoidance.
2. Tommy
Kurniasih &
Maria M. Ratna
Sari (2013)
Var. Dependen:
Cash effective rate (CETR)
Var. Independen:
ROA, Leverage, Coroprate
governance, Size dan
Kompensasi rugi fiskal
ROA, Leverage, corporate
governance, ukuran perusahaan
dan kompensasi rugi fiskal
berpegaruh signifikan secara
simultan terhadap tax avoidance.
3. Febri Mashudi
Pranata, Dwi Fitri
Puspa dan
Herawati (2013)
Var. Dependen:
Cash effective rate (CETR)
Var. Independen:
Karakter eksekutif
Kepemilikan institusional
Komisaris independen
Komite audit
Kualitas audit
Karakter eksekutif, kepemilikan
institusional, komite audit
berpengaruh terhadap tax
avoidance sedangkan komisaris
independen dan kualitas audit
tidak berpengaruh terhadap tax
avoidance
4. Sri Mulyani,
Darminto, M.G
Endang N.P
(2013)
Var. Dependen:
Cash effective rate (CETR)
Var. Independen:
Leverage, Intensitas modal,
Koneksi politik, dan
Reformasi UU PPh Tahun
2008
Leverage, intensitas modal,
koneksi politik berpengaruh
secara signifikan terhadap tax
avoidance. sedangkan reformasi
perpajakan tidak berpengaruh
signifikan terhadap tax avoidance.
5. Umi hanafi dan
Puji harto (2014)
Var. Dependen:
Cash effective rate (CETR)
Var. Independen:
Kompensasi eksekutif
Kepemilikan saham
eksekutif
Preferensi risiko eksekutif
Kompensasai eksekutif,
kepemilikan saham eksekutif dan
preferensi risiko eksekutif
memiliki pengaruh positif dan
siginfikan terhadap penghindran
pajak perusahaan.
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
20
2.3 Kerangka Pemikiran
Tindakan penghematan pajak yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan
di Indonesia tidak dimaksudkan dengan tujuan menggelapkan pajak, tetapi
memiliki tujuan lain yaitu penghematan besarnya beban pajak yang dibayar
oleh perusahaan dengan cara memanfaatkan celah pada peraturan
perpajakan yang ada di Indonesia (Suandy, 2008). Jika keadaan tersebut
memberikan keuntungan, maka individu pasti akan memanfaatkan
keuntungan tersebut. Begitu pula dengan eksekutif, sebagai pemimpin
perusahaan dia akan bersedia membuat kebijakan dalam bentuk tax
avoidance apabila dia mendapatkan keuntungan dari tindakan tersebut.
Keputusan yang diambil oleh eksekutif memerlukan berbagai macam
pertimbangan, karena dampak dari tindakan yang tidak dianalisis secara
akurat akan merugikan perusahaan. Preferensi resiko eksekutif merupakan
konsekuensi dari tindakan yang akan diambil oleh eksekutif. Teori tindakan
beralasan merupakan dasar eksekutif dalam membuat keputusan, termasuk
penghindaraan pajak (Hanafi dan Puji 2014).
Semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti semakin tinggi jumlah
pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin
tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang tersebut. Biaya bunga yang
semakin tinggi akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak
perusahaan. Semakin tinggi nilai utang perusahaan maka CETR perusahaan
akan semakin rendah (Richardson dan Lanis, 2007 dalam Kurniasih dan
Maria 2013).
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
21
Menurut Dyreng et al., (2010) variabel tax avoidance dihitung melalui
cash effective tax rate perusahaan yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya
pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. Semakin besar cash effective tax
rate mengindikasikan semakin rendah tingkat penghindaraan pajak
perusahaan.
Terkait dengan pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka
penulis mengembangkan kerangka teoritis terkait penelitian tentang
pengaruh karakter eksekutif dan leverage terhadap tax avoidance sebagai
dasar penentu hipotesis, dalam bentuk diagram sistematik melalui bagan
yang digambarkan sebagi berikut ini:
Gambar 2.1
Gambar Kerangka Teoritis Hubungan antar Variabel
Variabel Independen Variabel Dependen
H1 (+)
H2 (+)
H3 (+)
Kompensasi Eksekutif
Tax avoidance
(Cash Effective Tax Rate)
Leverage
Preferensi Risiko
Eksekutif
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
22
2.4 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Pengaruh Preferensi Risiko Eksekutif terhadap Tax Avoidance
Hanafi dan Puji Harto (2014) menemukan bukti bahwa eksekutif yang
memiliki preferensi risk taker berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penghindaraan pajak perusahaan. Coles at al (2004) dalam Budiman (2012)
menyebutkan bahwa risiko perusahaan (corporate risk) merupakan
cerminan dari policy yang diambil oleh pemimpin perusahaan. Policy yang
diambil pemimpin perusahaan bisa mengindikasikan apakah mereka
memiliki karakter risk taking atau risk averse.
Berdasarkan teori tindakan beralasan dengan asumsi bahwa manusia
berperilaku dengan cara yang sadar, bahwa mereka mempertimbangkan
informasi yang tersedia, dan secara implisit dan eksplisit juga
mempertimbangkan akibat dari tindakan yang dilakukan tersebut, eksekutif
menentukan keputusan berdasarkan informasi yang ada. Selain itu, adanya
alternatif pilihan serta kendali yang dimiliki eksekutif dalam proses
pengambilan keputusan membuat teori tindakan beralasan semakin
menjelaskan alasan preferensi risiko eksekutif.
Eksekutif yang memiliki sifat risk taker akan lebih berani mengambil
keputusan walupun keputusan itu beresiko tinggi. Eksekutif yang risk taker
juga dituntut untuk dapat mengasilkan cash flow yang lebih tinggi. Ini
merupakan konsekuensi yang harus dilakukan oleh eksekutif yang memiliki
sifat risk taker. Diantara keputusan tersebut terdapat keputusan tax
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
23
avoidance. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis pertama dari penelitian ini
adalah:
H1 : Preferensi risiko eksekutif berpengaruh positif terhadap tax
avoidance.
2.4.2 Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Tax Avoidance
Pajak menjadi masalah bagi perusahaan karena membayar pajak akan
menurunkan laba bersih perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan
melakukan tax avoidance. Untuk itu eksekutif sebagai pemimpin
perusahaan akan membuat kebijakan yang dapat meminimalkan pajak.
Harapan dari tindakan tersebut adalah eksekutif akan mendapatkan
keuntungan. Umumnya para eksekutif mengharapkan kinerja mereka
berdampak positif pada kinerja perusahaan sehingga eksekutif yang telah
mencapai prestasi tertentu akan mendapatkan kompensasi tertentu pula.
Menurut Desai dan Dharmapala (2006) dalam Hanafi dan Puji (2014)
kompensasi tinggi yang diberikan kepada eksekutif mampu menaikkan
tingkat penghindaran pajak perusahaan yang dipimpin menjadi lebih besar
pula. Penelitian mengenai kompensasi eksekutif dilakukan Hanafi dan Puji
Harto (2014). Dalam penelitiannya, ditemukan bukti bahwa kompensasi
yang diberikan kepada eksekutif memiliki pengaruh positif terhadap
pengindaran pajak perusahaan. Berdasarkan uraian sebelumnya, dirumuskan
hipotesis kedua sebagai berikut:
H2 : Kompensasi eksekutif berpengaruh positif terhadap tax avoidance
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015
24
2.4.3 Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance
Perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi
kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan
menimbulkan beban tetap (fixed rate of return) yang disebut dengan bunga.
Semakin besar utang maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil karena
insentif pajak atas bunga utang semakin besar. Hal tersebut membawa
implikasi meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan. Penelitian
Ozkan (2001) dalam Suyanto dan Supramono (2012) memberikan bukti
bahwa perusahaan yang memiliki kewajiban pajak tinggi akan memilih
untuk berutang agar mengurangi pajak.
Dengan sengajanya perusahaan berhutang untuk mengurangi beban
pajak maka dapat disebutkan bahwa perusahaan tersebut agresif terhadap
pajak. Semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti semakin tinggi
jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan
semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang tersebut. Biaya
bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh berkurangnya beban
pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai utang perusahaan maka nilai CETR
perusahaan akan semakin rendah (Richardson dan Lanis, 2007). Hal tersebut
mendasari dirumuskannya hipotesis ketiga sebagai berikut:
H3 : Leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance
Pengaruh Karakter Eksekutif..., Palupi Endah Tri Yuliani, Fakultas Ekonomi UMP, 2015