bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10984/2/t1... ·...

22
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat para ahli. Beberapa pendapat ahli ini mengkaji objek yang sama. Pembahasan teori ini berisi tentang hakikat matematika, pendekatan Realistic Mathematic Education (RME), minat belajar peserta didik, dan hasil belajar matematika, serta media pembelajaran geoboard dan benda manipulatif. 2.1.1. Hakikat Matematika Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sebagaimana pendapat Paling yang dikutip Mulyono (2008: 203) bahwa matematika adalah suatu cara yang digunakan untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara mencari informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung. Susanto (2013:183) juga menyatakan pendapatkan tentang matematika. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat seseorang. Matematika juga digunakan untuk memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dalam dunia kerja, selain itu matematika mampu untuk memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun menurut Russel dalam Uno (2008: 129) mendefinisikan bahwa matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Sedangkan Kline (1981) dalam Mulyono, matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan serta fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.

Upload: doanhanh

Post on 31-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat para ahli. Beberapa

pendapat ahli ini mengkaji objek yang sama. Pembahasan teori ini berisi tentang

hakikat matematika, pendekatan Realistic Mathematic Education (RME), minat

belajar peserta didik, dan hasil belajar matematika, serta media pembelajaran

geoboard dan benda manipulatif.

2.1.1. Hakikat Matematika

Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang menjadi bagian dari

kehidupan manusia. Sebagaimana pendapat Paling yang dikutip Mulyono (2008:

203) bahwa matematika adalah suatu cara yang digunakan untuk menemukan

jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara mencari informasi,

menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan

pengetahuan tentang menghitung.

Susanto (2013:183) juga menyatakan pendapatkan tentang matematika.

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir dan berpendapat seseorang. Matematika juga digunakan

untuk memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dalam

dunia kerja, selain itu matematika mampu untuk memberikan dukungan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Adapun menurut Russel dalam Uno (2008: 129) mendefinisikan bahwa

matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang

sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Sedangkan Kline (1981) dalam

Mulyono, matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah

penggunaan cara bernalar deduktif tetapi juga tidak melupakan cara bernalar

induktif. Menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis

yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif

dan keruangan serta fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.

8

Cornelius dalam Mulyono (2012: 204) berpendapat matematika perlu

diajarkan kepada peserta didik, yaitu karena matematika merupakan (a) sarana

peserta didik untuk berpikir yang jelas dan logis, (b) sarana untuk memecahkan

masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari/ di dunia nyata, (c) sarana untuk

mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (d) sarana untuk

mengembangkan kreativitas peserta didik, dan (e) sarana untuk meningkatkan

kesadaran terhadap perkembangan budaya yang ada di lingkungan sekitar.

Sebagaimana Cornelius, Cockroft dalam Mulyono (2012: 204) juga

berpendapat bahwa matematika perlu diajarkan kepada peserta didik, ini karena

matematika (a) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (b) semua bidang

studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (c) sarana komunikasi

yang kuat, singkat, dan jelas, (d) dapat digunakan untuk menyajikan informasi

dalam berbagai cara, (e) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan

kesadaran keruangan, (f) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan

masalah yang menantang.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah

salah satu bidang ilmu yang digunakan sebagai suatu bahasa untuk

berkomunikasi, berpikir dan bernalar yang logis serta sebagai alat untuk

memecahkan masalah yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan pembelajaran matematika yang dilaksanakan tentu memiliki

beberapa tujuan untuk peserta didik. Beberapa tujuan khusus pembelajaran

matematika di sekolah dasar (Depdiknas dalam Susanto, 2013: 189) adalah:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep,

dan mengaplikasikan konsep.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan

sehari-hari.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika di atas, seorang guru

sebaiknya mengkondisikan kelas agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan

9

peserta didik aktif dalam membentuk, menemukan, mengembangkan

pengetahuannya melalui suatu proses belajar dan dapat dikembangkan lebih

lanjut.

2.1.2. Pendekatan Realistic Mathematic Education

2.1.2.1. Pengertian RME

Realistic Mathematic Education(RME) merupakan pendekatan

pembelajaran matematika yang dikembangkan atas dasar gagasan Fruedenthal.

Menurut Fruedenthal (Wijaya, 2012: 20), mathematics is a human activity.

Gagasan tersebut menunjukkan bahwa matematika merupakan aktivitas atau

proses sebagai suatu bentuk kegiatan. Van den Heuvel-Panhuizen menganggap

bahwa penggunaan realistik sebenarnya berasal dari bahasa Belanda “zich

realiseren” yang berarti untuk dibayangkan. RME lebih menempatkan penekanan

penggunaan situasi yang bisa dibayangkan (imagineable) oleh peserta didik. Suatu

masalah disebut realistik jika masalah tersebut dapat dibayangkan atau nyata

dalam pikiran peserta didik. Permasalahan realistik dalam RME digunakan

sebagai pondasi dalam membangun konsep matematika atau disebut juga sebagai

sumber untuk pembelajaran.

Adapun tujuan pendekatanRME yang dalam proses pembelajarannya diawali

dari masalah realistik adalah agar dapat memudahkan peserta didik dalam belajar

matematika sehingga peserta didik lebih tertarik dengan pembelajaran. Kemudian

dengan pendekatan ini, peserta didik diberi kesempatan guru untuk menemukan

sendiri konsep-konsep matematika.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan pendekatan RME adalah

pendekatan yang dalam pelaksanaannya menempatkan masalah yang dapat

dibayangkan oleh peserta didik dan pengalaman peserta didik sebagai titik awal

pembelajaran. Masalah-masalah yang dapat dibayangkan atau nyata dalam pikiran

peserta didik digunakan sebagai sumber munculnya pengetahuan matematika.

10

2.1.2.2. Prinsip Pendekatan Pembelajaran RME

Gravemeijer dalam Hanny (2010) merumuskan tiga prinsip dalam pendekatan

pembelajaran RME.

a. Penemuan kembali terbimbing dan matematisasi progresif (Guided Re-

invention dan Progressive Mathematization)

Prinsip ini menekankan pada penemuan kembali secara terbimbing. Peserta

didik diberi kesempatan sama untuk membangun dan menemukan kembali

strategi atau cara untuk menyelesaikan masalah karena menemukan sendiri akan

membuat peserta didik lebih memahami dan lebih lama mengingat. Peran guru

dalam pembelajaran yaitu sebagai fasilitator dan pendamping yang akan

meluruskan kesalahan peserta didik apabila melenceng jauh dari materi yang

sedang dipelajari.

b. Fenomenologi didaktis (Didactical Phenomenology)

Prinsip ini menekankan pada fenomena pembelajaran yang bersifat mendidik.

Prinsip ini mementingkan masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-

topik matematika kepada peserta didik. Masalah kontekstual ini tidak hanya ada di

kehidupan sehari-hari tetapi juga dapat dibayangkan oleh peserta didik. Masalah

kontektual ini sebaiknya disesuaikan dengan tingkat berpikir peserta didik.

c. Mengembangkan model-model sendiri (Self developed model)

Prinsip ketiga ini menunjukkan adanya penghubung yang berupa model.

Karena berawal dari masalah kontekstual, maka akan memberikan kebebasan

pada peserta didik untuk mengembangkan model-model sendiri atau cara dalam

menyelesaikan masalah kontekstual dengan berbekal pengetahuan yang telah

dimiliki peserta didik sebelumnya.

2.1.2.3. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran RME

Ada beberapa karakteristik Realistic Mathematic Education.Gagasan

Treffers (Wijaya, 2012: 21) tentang karakteristik RME, yaitu adanya penggunaan

konteks, penggunaan model untuk matematisasi progresif, pemanfaatan hasil

konstruksi peserta didik, interaktivitas, keterkaitan.

11

a. Penggunaan Konteks

Penggunaan konteks pada awal pembelajaran dapat memungkinkan

peserta didik membangun serta menemukan konsep dan juga cara

pemecahan masalah, sehingga peserta didik akan dilibatkan secara aktif

untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Manfaat lain penggunaan konteks

diawal pembelajaran adalah untuk meningkatkan motivasi dan keterkaitan

peserta didik dalam belajar matematika (Kaiser dalam wijaya, 2012).

Dengan penggunaan konteks ini, minat belajar peserta didik juga diharapkan

dapat meningkat. Hal ini karena menurut Treffers (Wijaya, 2012: 21)

Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal

pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata

namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi

yang lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran

peserta didik.

b. Penggunaan model untuk matematisasi progresif.

Treffers (Wijaya, 2012: 21) berpendapat bahwa dalam Pendidikan

Matematika Realistik, model digunakan dalam melakukan matematisasi

progresif. Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan (bridge) dari

pengetahuan dan matematika tingkat konkret menuju matematika tingkat

formal. Model yang dimaksud diatas merupakan suatu alat dalam

matematika. Model yang digunakan dapat bermacam-macam, dapat konkret

berupa benda, gambar, skema yang dimaksudkan untuk menjembatani dari

yang konkret ke abstrak.

c. Pemanfaatanhasilkonstruksi peserta didik

Peserta didik memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi

pemecahan masalah sehingga akan diperoleh strategi yang bervariasi. Hasil

kerja peserta didik selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan

konsep matematika yang mana tidak hanya bermanfaat untuk memahami

konsep tetapi juga sekaligus mengembangkan aktivitas dan kreativitas

peserta didik (Treffers dalam Wijaya, 2012).

12

Pembelajaran menggunakan RME, sangat diperlukan kontribusi peserta

didik yang berupa ide, gagasan, atau berbagai cara atau jawaban. :

d. Interaktivitas

Treffers (Wijaya, 2012: 21) mengungkapkan bahwa proses belajar seseorang

bukan hanya suatu proses individu melainkan juga bersamaan merupakan suatu

proses sosial. Proses belajar peserta didik akan menjadi lebih singkat dan

bermakna ketika peserta didik saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan

mereka.

Dalam pembelajaran, proses interaksi sangat diperlukan, baik antara peserta

didik dengan peserta didik ataupun antara peserta didik dengan guru sebagai

fasilitator. Interaksi juga dapat terjadi antara peserta didik dengan media atau

peserta didik dengan lingkungan sekitar.

e. Keterkaitan

Pendidikan matematika realistik menempatkan keterkaitan (intertwinement)

antar konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses

pembelajaran. Melalui keterkaitan ini, satu pembelajaran matematika diharapkan

bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara

bersamaan (Treffers dalam Wijaya, 2012).

Berdasarkan karakteristik-karakteristik pendekatan RME diatas, pendekatan

ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan harapan bagi

peningkatan minat dan hasil belajar matematika peserta didik karena RME

memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada peserta didik tentang

keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari, matematika dapat

dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh peserta didik yang mana peserta

didik tidak harus menyelesaikan soal dengan cara yang sama.

2.1.2.4. Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran RME

Ismail (2008: 9.15) mengemukakan secara umum langkah-langkah

pembelajaran matematika dengan pendekatan RME.

13

a. Persiapan kelas

1) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan

belajar. Misalnya buku, LKS, LKK dan media pembelajaran.

2) Mengelompokkan peserta didik menjadi beberapa kelompok.

3) Menyampaikan tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik dan cara

belajar yang akan dilakukan.

b. Kegiatan belajar

1) Memberikan masalah kontekstual yang dapat dipahami oleh peserta didik

dan dapat berupa soal cerita, baik secara lisan maupun tertulis.

2) Menjelaskan secara singkat dan memberikan petunjuk seperlunya jika ada

peserta didik yang belum memahami soal atau masalah kontekstual yang

diberikan. Penyelesaian dapat dilakukan secara individual maupun

kelompok.

3) Meminta peserta didik untuk menyelesaikan masalah kontekstual dengan

cara mereka sendiri. Berikan kesempatan pada peserta didik untuk

mengerjakan.

4) Jika dalam waktu yang telah disepakati, peserta didik belum ada yang

menemukan cara penyelesaian masalah, maka guru dapat memberikan

petunjuk dan pertanyaan yang menantang. Petunjuk dapat berupa

LKS,LKK atau bentuk yang lainnya.

5) Perwakilan kelompok ataupun peserta didik menyampaikan hasil kerjanya

atau hasil pemikirannya.

6) Tawarkan peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya tentang

berbagai hasil kerja kelompok temannya. Apabila ada penyelesaian lebih

dari satu, maka guru membahasnya.

7) Membuat kesepakatan kelas penyelesaian yang dianggap paling tepat.

c. Penutup

1) Mengajak peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari atau

yang telah ditemukan peserta didik dalam menyelesaikan masalah. Jika

perlu diakhiri dengan peserta didik membuat rangkuman.

2) Memberikan petunjuk untuk pertemuan yang akan datang.

14

Turmuzi dalam Hanny (2010) menjelaskan secara rinci langkah-langkah

dalam kegiatan inti pembelajaran matematika realistik.

a. Memahami masalah kontekstual

Guru memberikan masalah kontekstual sesuai dengan materi pelajaran

yang sedang dipelajari peserta didik. Kemudian meminta peserta didik untuk

memahami masalah yang diberikan tersebut. Pada langkah ini, karakteristik

RME yang diterapkan adalah karakteristik pertama.

b. Menjelaskan masalah kontekstual

Guru menjelaskan kondisi dan situasi soal dan memberikan petunjuk atau

saran seperlunya terhadap apa yang belum dipahami peserta didik. Penjelasan

guru hanya sampai pada peserta didik mengerti maksud soal. Pada langkah

ini, karakteristik RME yang diterapkan adalah karakteristik ke empat.

c. Menyelesaikan masalah kontekstual

Peserta didik secara individual maupun kelompok diminta menyelesaikan

masalah kontekstual dengan cara peserta didik sendiri. Guru memotivasi

peserta didik dengan memberikan arahan namun diharapkan tidak

memberitahu penyelesaian soal. Dalam menyelesaikan masalah kontektual

dapat juga menggunkaan model yang dapat memudahkan peserta didik dalam

menyelesaikan masalah. Pada langkah ini, karakteristik yang muncul adalah

karakteristik ke dua.

d. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban

Pada langkah ini, peserta didik diminta untuk membandingkan dan

mendiskusikan jawaban dengan kelompok lain melalui diskusi kelas atau

presentasi di depan kelas. Pada langkah ini dapat digunakan untuk melatih

keberanian peserta didik dalam mengemukakakn pendapat. Karakteristik

RME yang muncul dalam langkah ini adalah penggunaan ide atau kontribusi

peserta didik yang digunakan sebagai upaya untuk mengaktifkan peserta

didik.

e. Menyimpulkan

15

Melalui arahan dan bimbingan guru, peserta didik menarik kesimpulan

suatu konsep dan prosedurberdasarkan hasil diskusi kelompok dan diskusi

kelas yang dilakukan,.

Berdasarkan penjelasan diatas,langkah-langkah penelitian yang akan

dilakukan yaitumemberikan masalah kontekstual,memahami masalah kontekstual,

menjelaskan masalah kontekstual, menyelesaikan masalah kontekstual,

membandingkan dan mendiskusikan jawaban, dan menyimpulkan.

2.1.2.5. Kelebihan Pendekatan Pembelajaran RME

Aris Shoimin (2014: 151) mengemukakan beberapa kekuatan atau kelebihan

dari pembelajaran matematika realistik, yaitu:

a. Pembelajaran matematika relistik memberikan pengertian yang jelas kepada

peserta didik antara keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan

kegunaannya bagi manusia.

b. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas bahwa

matematika adalah salah satu bidang yang dalam proses pembelajarannya

pengetahuan akan dikembangkan sendiri oleh peserta didik melalui penemuan

konsep-konsep matematika dengan cara mereka sendiri dan petunjuk atau

bantuan guru.

c. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas bahwa

cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus

sama. Setiap peserta didik dapat menggunakan cara mereka sendiri.

Kemudian peserta didik dapat membandingkannya dengan cara penyelesaian

peserta didik lain, sehingga akan diperoleh cara penyelesaian masalah yang

paling tepat sesuai dengan tujuan dari proses penyelesaian masalah tersebut.

Adapun kelebihan pendekatan RME yang diungkapkan oleh Utari (2003: 11)

dalam Edy (2008) adalah sebagai berikut.

a. Melalui penyajian masalah kontekstual yang riil atau dapat dibayangkan oleh

peserta didik, pemahaman konsep peserta didik dan pemahaman keterkaitan

matematika dengan dunia sekitar akan meningkat.

16

b. Peserta didik akan secara langsung ikut dalam proses kegiatan matematika

sehingga mereka tidak takut belajar matematika.

c. Peserta didik dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

kehidupan sehari-hari.

d. Memberikan peluang pengembangan potensi dan kemampuan berfikir

alternatif.

e. Memberikan kesempatan peserta didik untuk menggunakan cara penyelesaian

mereka sendiri.

f. Melalui kerja kelompok, peserta didik dilatih untuk menghargai pendapat

orang lain/temannya.

2.1.2.6. Kekurangan Pendekatan Pembelajaran RME

Ada kelebihan tentu saja ada kelemahan atau kekurangan. Berikut ini

kelemahan pendekatan RME menurut Asmani (2006) dalam Edy (2008) adalah

a. Pembelajaran dengan pendekatan ini membutuhkan waktu yang cukup

banyak terutama bagi peserta didik yang lemah dalam pembelajaran

matematika.

b. Peserta didik yang pandai atau sudah selesai mengerjakan kadang tidak sabar

menanti temannya yang belum selesai.

c. Membutuhkan alat peraga atau media pembelajaran yang sesuai dengan

situasi pembelajaran saat itu dan dapat digunakan untuk membangun

pengetahuan peserta didik.

Dalam pembelajaran yang menggunakan RME akan ditemukan kendala

yang mana sebagai kelemahan pendekatan RME yaitu tidak mudah bagi guru

untuk mendorong peserta didik agar bisa menemukan sendiri berbagai cara dalam

menyelesaikan soal atau memecahkan masalah.

2.1.3. Media Pembelajaran Geoboard dan Benda Manipulatif

2.1.3.1. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Winkel dalm Susanto (2013:45), istilah media pembelajaran dapat

diartikan sebagai setiap orang, materi atau peristiwa yang memberikan

17

kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan,

dan sikap. Media mencakup segala sesuatu yang dapat membantu peserta didik

serta guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ada tiga keistimewaan yang harus dimiliki oleh media pembelajaran

(Susanto,2013:46), yaitu:

a. Media harus memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan, dan

menampilkan kembali suatu objek atau kejadian.

b. Media harus memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek

atau kejadian denagn berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan.

c. Media harus memiliki kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek atau

kejadian yang mengandung makna

Jika ketiga kelebihan telah dapat dimiliki oleh media, media pembelajaran

tersebut dapat mengkomunikasikan pesan kepada peserta didik. Pada peserta

didik di Sekolah Dasar dengan karakteristik yang masih berpikir konkret, maka

melalui media tersebut dapat mempermudah dalam memahami materi-materi

pelajaran. Adapun menurut Encyclopedia of Educational Research dalam

Susanto (2013:46) disebutkan bahwa :

Media memiliki praktis yang sangat berguna dalam (a) meletakkan dasar-

dasar konkret untuk berfikir dan mengurangi verbalisme; (b) memperbesar

perhatian peserta didik; (c) membuat pelajaran menjadi mantap atau tidak

mudah dilupakan; (d) memberikan pengalaman yang nyata, yang dapat

menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan para peserta didik; (e)

menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu; dan (f) membantu

tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan bahasa.

Melalui media pembelajaran diharapkan dapat membantu peserta didik

dalam proses pembelajaran sehingga minat peserta didik menjadi besar yang

mengakibatkan dapat meningkatnya hasil belajar.

2.1.3.2. Media Geoboard

Geoboard atau dikenal juga dengan papan berpaku terbuat dari kayu

berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar, kemudian dipaku pada bidangnya.

Paku-paku ini disusun sedemikian sehingga tersusun secara rapi dan berbentuk

seperti persegi satuan. Menurut Lia (2014: 3), geoboard berfungsi sebagai salah

satu alat bantu pengajaran matematika di Sekolah Dasar untuk membimbing

peserta didik dalam menemukan konsep atau pengertian geometri seperti

18

pengenalan bangun datar dan menentukan atau menghitung keliling dan luas

persegi dan persegi panjang. Sedangkan Winasis, Depi (2012) mengungkapkan

bahwa manfaat geobord yaitu: (1) Guru dapat dengan cepat menunjukkan

berbagai bentuk bangun datar, (2) Peserta didik dapat lebih mudah membuat

bangun datar tanpa diperlukan waktu untuk menggambar di buku, dan (3) Peserta

didik dapat dengan mudah menghitung keliling dan luas bangun datar.

Penggunaan media geoboard ini tergantung dengan situasi dan kondisi kelas.

Media ini dapat digunakan secara klasikal maupun kelompok. Secara klasikal

maksudnya dalam penggunaannya guru melakukan ceramah kepada siswa dan

memberikan contoh peragaan mengenai bangun datar melalui geoboard.

Sedangkan jika secara berkelompok maka media ini dibagikan kepada setiap

kelompok kemudian guru membagikan panduan agar siswa dalam kelompoknya

dapat mengetahui bagaimana cara penggunaannya (Yosep: 2012).

2.1.3.3. Benda Manipulatif

Media benda manipulatif merupakan benda atau objek konkret sebagai

pengganti benda asli yang dapat dipindahkan (Sugiharti, 2013: 42). Sedangkan

Kelly (2006) berpendapat bahwa media benda manipulatif adalah benda-benda,

alat-alat, model atau mesin yang dapat digunkan untuk membantu dalam

memahami selama proses pemecahan masalah yang bermakna dengan suatu

konsep atau topik tertentu. Sedangkan Yunita dalam Sugiharti (2013)

mengungkapkan bahwa benda manipulatif adalah benda konkret yang dirancang

khusus dan dapat di otak-atik oleh peserta didik dalam memahami konsep

matematika. Penggunaan media pembelajaran ini dapat menarik perhatian peserta

didik dan dapat merangsang peserta didik dalam berfikir (Rusdiati,2012; 2)

Media ini berfungsi agar dapat membantu peserta didik dalam menemukan

konsep yang abstrak kepada peserta didik sehingga peserta didik mudah

memahami suatu konsep pembelajaran matematika dan untuk menyederhanakan

konsep yang sulit, menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi lebih nyata.

19

2.1.4. Minat Belajar

2.1.4.1. Pengertian Minat

Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas

akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Menurut

Sukardi dalam Susanto (2013:57), minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan,

kegemaran dan kesenangan akan sesuatu. Dengan kata lain, minat adalah suatu

rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

menyuruh (Djamarah, 2002: 132).

Minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang

menimbulkan ketertarikan yang menyebabkan dipilihnya suatu kegiatan yang

menyenangkan dan akan memberikan kepuasan dalam diri seseorang

(Susanto,2013: 58). Minat itu sendiri timbul akibat dari partisipasi, pengalaman,

kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja (Bernard dalam Susanto).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam

kegiatan pembelajaran, minat belajar adalah suatu kondisi seseorang yang

cenderung melakukan suatu kegiatan pembelajaran yang disukai atau digemari

atas kemauannya sendiri atau tanpa ada yang meminta melakukan kegiatan

pembelajaran tersebut.

2.1.4.2. Indikator-Indikator Minat Belajar

Kecenderungan peserta didik dalam menekuni mata pelajaran tertentu

lebih dari mata pelajaran yang lain pada dasarnya dipengaruhi oleh minat belajar

peserta didik masing-masing (Susanto, 2013: 64). Menurut Djamarah (2002:132),

minat dapat diekspresikan peserta didikmelalui:

a. pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lain,

b. partisipasi aktif dalam suatu kegiatan, dan

c. memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang

diminatinya tanpa menghiraukan sesuatu yang lain.

Minat belajar berpengaruh besar terhadap aktivitas belajar. Peserta didik

yang berminat terhadap salah satu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan

sungguh-sungguh sehingga peserta didik akan berhasil dengan baik dalam

20

mempelajari hal tersebut. Minat belajar peserta didik terhadap suatu hal dapat

dilihat dari keinginannya untuk mengetahui atau belajar lebih banyak. Oleh sebab

itu, guru harus mengetahui minat belajar peserta didik terhadap suatu mata

pelajaran dan mengetahui cara untuk membangkitkan minat belajar peserta didik.

Menurut pendapatan Djamarah (2002: 133), ada beberapa macam cara yang

dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat peserta didik, yaitu:

a. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri peserta didik. Hal ini

akan membuat peserta didik tidak terpaksa dalam mengikuti

pembelajaran.

b. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan

pengalaman yang dimiliki peserta didik, sehingga peserta didik

mudah menerima bahan pelajaran.

c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan

hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan

belajar yang kreatif dan kondusif.

Berdasarkan uraian singkat diatas, maka dapat disimpulkan minat belajar

merupakan faktor yang penting dalam menunjang tercapainya proses belajar

menagajar yang efektif yang pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar

peserta didik yang bersangkutan. Minat belajar dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan skala likert dan memberikan lembar angket kepada peserta didik.

2.1.5. Hasil Belajar

2.1.5.1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar pada awalnya merupakan hasil akhir yang diharapkan dapat

dicapai untuk mengukur sejauh mana perubahan tingkah laku dan tujuan

pembelajaran tercapai. Susanto (2013:5) berpendapat bahwa hasil belajar peserta

didik adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan

pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Susanto, Sudjana (2010: 22)

juga berpendapat, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan Nawawi

(2013:5) mempertegas bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat

keberhasilan peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran tertentu dan

dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes.

21

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah peserta didik menerima

pembelajaran dan memperoleh pengalaman belajar sehingga mengakibatkan

perubahan tingkah laku.

2.1.5.2. Bentuk-Bentuk Hasil Belajar

Menurut M. Gagne dalam Sudjana (2010), ada 5 macam bentuk hasil belajar,

yaitu (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d)

sikap, dan (e) keterampilan motoris.

Sedangkan Benjamin S. Bloom dalam Sudjana (2010: 22),

mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:

a. Ranah Kognitif

Hasil belajar intelektual ranah kognitif terdiri dari enam (6) aspek adalah

pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai sebagai hasil belajar. Ranah

afektif dikategorikan dari tingkat dasar ketingkat yang lebih kompleks

(Sudjana,2010:30).

1) Reciving/attending atau penerimaan, yaitu berupa kepekaan terhadap suatu

rangsangan, perhatian terhadap proses pembelajaran.

2) Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang timbul karena adanya stimulus

yang datang dari luar. Responding dapat berupa perasaan, kepuasan dalam

menjawab.

3) Valuing atau penilaian, yaitu berupa kesediaan menerima nilai.

4) Organisasi, berupa konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai.

5) Karakteristik, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki

seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.

c. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor ini dapat dilihat dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu setalah menerima pengalaman belajar tertentu

(Sudjana,2010:31).

1) Gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar.

22

2) Keterampilan pada gerakan gerakan dasar.

3) Kemampuan di bidang fisik, yaitu kekuatan dan ketepatan.

4) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi seperti gerakan

ekspresif dan interpretatif.

Dalam proses belajar mengajar, hasil belajar kognitif lebih dominan jika

dibandingkan dengan hasil belajar afektif dan psikomotoris, namun tidak

berarti hasil belajar afektif dan psikomotor diabaikan. Adapun kondisi dan

karakteristik peserta didik yang merupakan ciri hasil belajar kognitif, afektif

dan psikomotoris dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Karakteristik Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar Kognitif,

Afektif Dan Psikomotoris

Hasil Belajar

Kognitif Hasil Belajar Afektif Hasil Belajar Psikomotor

1. Menguasai atau

mengingat

materi

pembelajaran.

2. Memahami

konsep-konsep

materi

pembelajaran

1. Kemauan untuk

menerima pelajaran

dari guru.

2. Perhatian peserta

didik terhadap apa

yang dijelaskan guru.

3. Penghargaan peserta

didik terhadap guru.

4. Berani untuk bertanya

kepada guru.

5. Kemampuan untuk

mempelajari bahan

pelajaran lebih lanjut.

6. Kemampuan untuk

menerapkan hasil

pelajaran.

7. Senang terhadap guru

dan mata pelajaran

yang diberikannya.

1. Segera memasuki kelas

pada waktu guru datang

dan duduk rapi.

2. Membuat rangkuman

dengan baik dan urut.

3. Sopan, ramah, dan hormat

kepada guru.

4. Mengangkat tangan dan

bertanya apabila ada yang

belum dipahami.

5. Keperpustakan untuk

belajar lebih lanjut atau

meminta informasi kepada

guru mengenai buku yang

harus dipelajari.

6. Akrab dan mau bergaul,

mau berkomunikasi

dengan guru, dan bertanya

atau meminta saran

bagaimana mempelajari

mata pelajaran yang

diajarkan.

Adopsi dari Nana Sudjana (2010)

23

Untuk memperoleh hasil belajar, maka dalam penelitian ini akan

menggunakan bentuk hasil belajar Benjamin S. Bloom karena ketiga ranah yang

telah diungkapkan lebih terukur dalam artian bahwa untuk mengetahui hasil

belajar peserta didik akan lebih mudah dan dapat dilaksanakan, khususnya pada

pembelajaran yang bersifat formal. Dalam penelitian ini, peneliti akan lebih

memusatkan penilaian hasil belajar peserta didik hanya pada ranah kognitif.

2.1.5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam proses belajar mengajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil

belajar peserta didik nantinya. Wasliman dalam Susanto (2013:12)

mengungkapkan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan

hasil interaksi antara faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam

diri peserta didik (internal) maupun faktor dari luar peserta didik (eksternal).

Berikut adalah faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta

didik :

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik

yang mempengaruhi kemampuan belajar. Faktor internal yang dimaksud adalah

kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan

belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik

yang mempengaruhi kemampuan belajar. Faktor eksternal yang dimaksud adalah

faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Sebagaimana Wasliman, Ruseffendi dalam Susanto (2013:14)

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh

macam, yaitu kecerdasan, kesiapan peserta didik dalam pembelajaran, bakat

dalam diri peserta didik, kemauan belajar, minat belajar peserta didik, model guru

dalam menyajikan materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar di dalam kelas,

kompetensi guru, dan kondisi masyarakat.

2.1.5.4 Penilaian Hasil Belajar

24

Menurut Sudjana (2010:22), penilaian adalah upaya atau tindakan untuk

mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak.

Sebagaimana Sudjana, Raplh Tyler dalam Arikunto (2012:3) mengungkapkan

bahwa penilaian merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan

sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan telah tercapai.

Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan

proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar yang digunakan pada

penelitian ini adalah dari hasil tes evaluasi peserta didik.

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

kepada peserta didik untuk mendapatkan jawaban dari peserta didik dalam bentuk

tes lisan, tertulis maupun perbuatan (Sudjana,2012:22). Tes pada umumnya

digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik terutama hasil

belajar kognitif yang berhubungan dengan penguasaan materi pembelajaran sesuai

dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam penelitian ini, peneliti akan

menggunakan jenis tes uraian yang akan mengukur hasil belajar kognitif peserta

didik.

2.2. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian oleh Febrina

(2013) dengan judul “Peningkatan Minat Belajar dan Hasil Belajar matematika

melalui Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Pada Siswa Kelas 4 SD

Negeri Ledok 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester 2 Tahun

Pelajaran 2012/2013”.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar

dan hasil belajar matematika di kelas 4 SD Negeri Ledok 04 Kecamatan

Argomulyo Kota Salatiga. Penelitian ini termasuk penelitian Tindakan Kelas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui Pembelajaran Matematika Realistik

(PMR) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar pada mata pelajaran

matematika di SD Negeri Ledok 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga

Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Peningkatan minat belajar matematika

dapat dilihat dari presentase minat belajar pada kategori tinggi dan sangat tinggi.

Pada prasiklus sebesar 33,33%, siklus I sebesar 75% dan siklus II 91,67%.

25

Sedangkan peningkatan hasil belajar matematika dapat dilihat dari presentase

jumlah peserta didik yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM =

65) yaitu pada prasiklus sebesar 16,67%, siklus I sebesar 58,33% dan siklusII

sebesar 91,67%.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti (2013) dengan judul

“Peningkatan Minat Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan

Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) Siswa Kelas 5 SD Negeri

03 Lajer Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran

2013/2014”. Tujuan penelitian PTK ini adalah untuk mengetahui apakah

pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dapat

meningkatkan minat dan hasil belajar matematika siswa Sekolah Dasar. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian angket minat

dan tes evaluasi kepada siswa kelas 5 SD Negeri Lajer pada pra siklus, siklus 1,

siklus 2 setiap akhir pertemuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dapat

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Lajer 03. Hal ini

ditunjukkan dengan hasil minat pada prasiklus 41,17%, siklus I diperoleh 67,65%,

siklus II diperoleh 85,29%. Untuk hasil ketuntasan belajar siswa pada prasiklus

38,23%, siklus I diperoleh 55,89%, siklus II diperoleh 85,29%.

Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar

Matematika Melalui Model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Siswa

Kelas V SD N Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun

Pelajaran 2011/2012” yang dilakukan oleh Sri Riwayanti juga bertujuan untuk

meningkatkan minat dan hasil belajar matematika melalui model Pembelajaran

Matematika Realistik(PMR) peseryta didik kelas V. Penelitian ini dilaksanakan di

SD N Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Subjek dalam

penelitian ini adalah peserta didik kelas V yang berjumlah 35. Penelitian ini

menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif dengan guru kelas

yang dilakukan melalui dua siklus. Pada siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan,

dan siklus II 3 kali pertemuan. Data penelitian untuk minat belajar peserta didik

diperoleh melalui angket minat belajar dan hasil belajar matematika diperoleh dari

26

evaluasi. Peningkatan minat dapat dilihat dari peningkatan persentasi angket

minat belajar siswa yaitu pada pra tindakan persentasi minat belajar siswa sebesar

61,96% dengan kategori cukup, pada siklus I sebesar 70,48% dengan kategori

cukup dan pada siklus II sebesar 80,36% dengan kategori baik. Peningkatan hasil

belajar matematika ditunjukkan sebagai berikut: pada pra tindakan terdapat 11

siswa atau 31,43% dan yang belaum tuntas 24 siswa atau 68,57%, pada siklus I

terdapat 19 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 54,29%, dan yang belum

tuntas dalam belajar terdapat 16 siswa atau sebesar 45,71%. Pada siklus II

terdapat 30 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 85,71%, dan yang belum

tuntas dalam belajar terdapat 5 siswa atau sebesar 14,29 %, jadi pada siklus II

hasil belajar matematika meningkat. Dengan demikian disimpulkan bahwa

melalui model Pembelajaran Matematika Realistik(PMR) dapat meningkatkan

minat dan hasil belajar matematika siswa Kelas V SD N Polobogo 02, Kecamatan

Getasan, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.

Berdasarkan ketiga penelitian yang sudah dilaksanakan diatas, hasilnya

menyimpulkan bahwa Realistic Mathematic Education (RME) dapat

meningkatkan minat dan hasil belajar matematika peserta didik.

2.3. Kerangka Berpikir

Pendekatan pembelajaran RME (Realistic Mathematic

Education)memberikan kesempatan kepada peserta didik bekerja dalam kelompok

maupun individual dimana peserta didik dapat mengungkapkan ide atau gagasan

tentang keliling dan luas persegi dan persegi panjang melalui media geoboard atau

benda manipulatif sertadapat membangun pengetahuan dan pemahaman sendiri

melalui dunia nyata atau realistik. Penggunaan pendekatan pembelajaran RME,

diharapkan gagasan awal peserta didik dapat dimunculkan, minat belajar peserta

didik menjadi lebih baik, reaksi peserta didik cukup baik terhadap pembelajaran,

partisipasi peserta didik menjadi lebih baik, dan guru lebih mudah merencanakan

pengajaran serta hasil belajar matematika peserta didik kelas III B di SDN Tlogo

Kabupaten Semarangsemester II tahun pelajaran 2015/2016 semakin meningkat.

Adapun skema kerangka berpikir sebagai berikut.

27

Gambar 2.1

Peta Konsep Kerangka Berpikir

Media Geoboard

Terbuat dari papan

yang dihaluskan dan

diberi paku secara rapi

sehingga membentuk

persegi satuan.

Cara penggunaan

dengan mengaitkan

karet pada paku-paku

sehingga membentuk

bangun datar.

Peserta didik dapat

menghitung keliling

dan luas bangun datar.

Benda Manipulatif

Benda manipulatif sama

dengan benda konkret

yang ada di sekitar

peserta diidk yang

mampu membantu

peserta didik dalam

menemukan dan

memahami konsep yang

abstrak.

Contohnya adalah meja,

ubin, papan tulis, buku,

kertas berpetak dan

mika, dll

Minat

Belajar

Meningkat

Hasil

Belajar

Mneingkat

TAHAP

1

Penerapan Pendekatan RME

TAHAP

2

TAHAP

3

TAHAP

4

TAHAP

5

TAHAP

6

Memberikan Masalah Kontekstual

Guru memberikan masalah kontekstual berupa

permasalahan tentang luas dan keliling persegi atau

persegi panjang.

Menyelesaikan Masalah Kontekstual

Peserta didik secara individual maupun kelompok

menggunakan media pembelajaran.

Peserta didik diminta menyelesaikan masalah

kontekstual dengan cara peserta didik sendiri.

Memahami Masalah Kontekstual

Peserta didik memahami masalah yang diberikan.

Menjelaskan Masalah Kontekstual

Guru menjelaskan kondisi dan situasi soal.

Guru memberikan petunjuk atau saran seperlunya

terhadap apa yang belum dipahami peserta didik.

Membandingkan Dan Mendiskusikan Jawaban

Peserta didik diminta untuk membandingkan dan

mendiskusikan jawaban dengan teman satu

kelompok.

Peserta didik mempresentasikan hasil

Tahap Menyimpulkan

Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi

Peserta didik

antusias dalam

pembelajaran.

Peserta didik

berpartisipasi

aktif dalam

pembelajaran

matematika

.

Peserta didik

terlibat secara

langsung dengan

dunia

nyata/realistik

Peserta didik

memperhatikan

dan fokus

dengan jalannya

pembelajaran.

Memudahkan

peserta didik

memahami dan

mengingat.

.

28

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan beberapa masalah yang telah dirumuskan, maka peneliti dapat merumuskan

beberapa dugaan sebagai berikut:

a. Implementasi pendekatan RME berbantu media geoboard dan benda manipulatif dapat

meningkatkan minat belajar peserta didik kelas III B di SD Negeri Tlogo Kabupaten

Semarang Semester II Tahun pelajaran 2015/2016 secara individual minimal 90% minat

peserta didik mencapai kategori tinggi dan sangat tinggi (interval ≥ 70).

b. Implementasi pendekatan RME berbantu media geoboard dan benda manipulatif dapat

meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas III B di SD Negeri Tlogo

Kabupaten Semarang Semester II Tahun pelajaran 2015/2016 secara signifikan mengalami

ketuntasan belajar individual 90% dengan nilai hasil belajar matematika ≥ 65 yang telah

ditentukan oleh sekolah dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai

rata-rata hasil belajar matematika meningkat minimal ≥ 80.