bab ii kajian pustaka 1.1 1.1.1 1. -...

28
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teoritis 1.1.1 Diare 1. Definisi Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarrola (bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan suatu keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen. Hipokrates memberikan definisi diare sebagai suatu keadan abnormal dari frekuensi dan kepadatan tinja. Lebenthal mendefinisikan diare secara klinis sebagai pasasi yang sering dari tinja dengan konsistensi lembek sampai cair, dengan volume melebihi 10 ml/kgBB/hari. Menurut lebenthal definisi tersebut sangat subyektif, karena keadan tinja untuk masing–masing individu sulit disamaratakan (Saudin, 2005). Silverman dkk mendefinisikan diare sebagai malabsorbsi air dan elektrolit dengan ekskresi isi usus yang dipercepat. Fungsi usus sebagai pengatur yang efisien dan peka dari cairan ekstrasel, karena fungsi sekresi dan absorbsi yang dimilikinya (Saudin. 2005). Sekresi dan absorbsi terjadi secara kompetitif dalam dinding usus menimbulkan aliran ke arah dua jurusan pada mukosa sehingga menghasilkan kondisi cairan isotonik dalam lumen usus yang stabil. 8

Upload: hakhanh

Post on 15-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Kajian Teoritis

1.1.1 Diare

1. Definisi

Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata

diarrola (bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan suatu

keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen. Hipokrates

memberikan definisi diare sebagai suatu keadan abnormal dari frekuensi dan

kepadatan tinja.

Lebenthal mendefinisikan diare secara klinis sebagai pasasi yang

sering dari tinja dengan konsistensi lembek sampai cair, dengan volume

melebihi 10 ml/kgBB/hari. Menurut lebenthal definisi tersebut sangat

subyektif, karena keadan tinja untuk masing–masing individu sulit

disamaratakan (Saudin, 2005).

Silverman dkk mendefinisikan diare sebagai malabsorbsi air dan

elektrolit dengan ekskresi isi usus yang dipercepat. Fungsi usus sebagai

pengatur yang efisien dan peka dari cairan ekstrasel, karena fungsi sekresi

dan absorbsi yang dimilikinya (Saudin. 2005).

Sekresi dan absorbsi terjadi secara kompetitif dalam dinding usus

menimbulkan aliran ke arah dua jurusan pada mukosa sehingga menghasilkan

kondisi cairan isotonik dalam lumen usus yang stabil.

8

9

Diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan feses

berbentuk cair atau setengah cair setengah padat, dengan demikian

kandungan air lebih banyak dari biasa. Menurut WHO Diare adalah buang air

besar encer atau cair lebih dari 3 x atau lebih dalam sehari. Di Indonesia

penyakit diare lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama lain mencret.

Penyakit Diare terdepat diseluruh dunia, menyerang siapa saja baik

pria maupun wanita pada semua umur. Atas dasar lamanya terjadi Diare

dibedakan Diare akut dan Diare kronik. Diare akut adalah Diare yang

berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari),

dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan tanpa darah.

Sedangkan Diare kronik adalah Diare yang berlangsung terus – menerus

selama lebih dari 2 minggu.

2. Etiologi

Penyakit Diare dapat digolongkan menurut penyebabnya menjadi :

a) Diare karena infeksi

Diare akut atau Diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak.

Diare karena infeksi usus dapat terjadi pada setiap umur, sedang Diare

kronik bersifat menahun. Penyebab yang sering yaitu E.coli

enterotoxigenic escherichia coli (ETEC), Shigella, Salmonela,

Campylobacter jejuni, Vibrio parahemolyticus, Virus (rotavirus,

Norwalk-like virus) dan protozoa (amoeba, cryptosporidium, giardia).

10

b) Diare non infeksi

Penyakit diare yang jarang ditemukan penyebabnya dengan pasti. Hal

ini dimungkinkan berkaitan dengan kurang gizi dan toleransi benda

asing dalam tubuh, serta kelainan biokimia tubuh. Timbulnya secara

mendadak dan dalam tempo singkat (1 – 2 hari).

3. Patofisiologi

Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport

terhadap air dan elektrolit di saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada

5 kemungkinan sebagai berikut :

a. Diare Osmotik

Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa keadaan :

1) Intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap. Situasi ini

timbul bila seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah

yang besar sekaligus.

2) Waktu pengosongan lambung yang cepat, dalam keadaan fisiologis

makanan yang masuk ke lambung selalu dalam keadaan hipertonis,

kemudian oleh lambung di campur dengan cairan lambung dan diaduk

menjadi bahan isotonis atau hipotonis. Pada pasien yang sudah

mengalami gastrektomi atau piroplasti atau gastroenterostomi,

makanan yang masih hipertonik akan masuk ke usus halus akibatnya

akan timbul sekresi air dan elektrolit ke usus. Keadaan ini

mengakibatkan volume isi usus halus bertambah dengan tiba-tiba

sehingga menimbulkan distensi usus, yang kemudian mengakibatkan

11

diare yang berat disertai hipovolumik intravaskuler. Sindrom

malabsorbsi atau kelainan proses absorbsi intestinal.

3) Defisiensi enzim, Contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim

laktase. Laktase adalah enzim yang disekresi oleh intestin untuk

mencerna disakarida laktase menjadi monosakarida glukosa dan

galaktosa. Laktase diproduksi dan disekresi oleh sel epitel usus halus

sejak dalam kandungan dan diproduksi maksimum pada waktu lahir

sampai umur masa anak-anak kemudian menurun sejalan dengan usia.

Pada orang Eropa dan Amerika, produksi enzim laktase tetap bertahan

sampai usia tua, sedang pada orang Asia, Yahudi dan Indian, produksi

enzim laktase cepat menurun. Hal ini dapat menerangkan mengapa

banyak orang Asia tidak tahan susu, sebaliknya orang Eropa senang

minum susu.

4) Laksan osmotik, Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari

dinding usus ke lumen. Yang memiliki sifat ini adalah magnesium

sulfat (garam Inggris). Beberapa karakteristik klinis diare osmotik ini

adalah sebagai berikut:

a) Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium

diserap secara aktif. Kadar natrium dalam darah cenderung tinggi,

karena itu bila didapatkan pasien dehidrasi akibat laksan harus

diperhatikan keadaan hipernatremia tersebut dengan memberikan

dekstrose 5 %.

12

b) Nilai pH feses menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat

oleh bakteri.

c) Diare berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan

(intoksikasi laksan) dapat diatasi dengan puasa 24-27 jam dan hanya

diberikan cairan intravena.

b. Diare Sekretorik

Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit.

Ada 2 kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu diare sekretorik

aktif dan pasif. Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan

aliran (absorpsi) dari lumen usus ke dalam plasma atau percepatan

cairan air dari plasma ke lumen. Sperti diketahui dinding usus selain

mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi

dalam keadaan fisiologi terdapat keseimbangan dimana aliran absorpsi

selalu lebih banyak dari pada aliran sekresi. Diare sekretorik pasif

disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan karena terjadi pada

ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada

peninggian tekanan vena mesenterial, obstruksi sistem limfatik,

iskemia usus, bahkan proses peradangan.

c. Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit

Diare jenis ini terdapat pada penyakit celiac (gluten enteropathy) dan

pada penyakit sprue tropik. Kedua penyakit ini menimbulkan diare

karena adanya kerusakan di atas vili mukosa usus, sehingga terjadi

gangguan absorpsi elektrolit dan air.

13

d. Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik)

Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel (iritatif) yang

asalnya psikogen dan hipertiroidisme. Sindrom karsinoid sebagian juga

disebabkan oleh hiperperistaltik.

e. Diare eksudatif

Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis, shigellosis,

kampilobacter, yersinia dan infeksi yang mengenai mukosa

menimbulkan peradangan dan eksudasi cairan serta mukus.

Sebagai akibat dari penyakit diare baik yang akut maupun kronis,

maka akan terjadi :

1. Kehilangan air dan elektrolit

Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi), serta gangguan

keseimbangan asam basa disebabkan oleh : (1) previous water losses,

kehilangan cairan sebelum pengelolaan sebagai defisiensi cairan, (2)

normal water losses, kehilangan cairan karena fungsi fisiologis, (3)

concomittant water losses, kehilangan cairan waktu pengelolaan, dan (4)

masukan makanan yang kurang selama sakit, berupa kekurangan masukan

cairan karena anoreksia atau muntah.

2. Gangguan gizi

Gangguan gizi pada penderita diare dapat terjadi karena : (1) masukan

makanan berkurang, (2) gangguan penyerapan makanan, (3) katabolisme,

dan (4) kehilangan langsung.

14

3. Perubahan ekologi dan ketahanan usus

Kejadian diare pada umumnya disertai dengan kerusakan mukosa usus,

keadaan ini dapat diikuti dengan gangguan pencernaan karena deplesi

enzim. Akibat lebih lanjut adalah timbulnya hidrolisis nutrien yang

tercema sehingga dapat menimbulkan peningkatan hasil metabolit yang

berupa substansi karbohidrat dan asam hidrolisatnya. Keadaan ini akan

merubah ekologi kimiawi isi lumen usus yang dapat menimbulkan

keadaan bakteri tumbuh lampau, yang berarti merubah ekologi mikroba isi

usus. Keadaan ini pula dapat pula disertai dengan gangguan mekanisme

ketahanan lokal pada usus, baik yang disebabkan oleh kerusakan mukosa

usus maupun perubahan ekologi isi usus.

4. Gejala dan Tanda

Beberapa gejala dan tanda diare antara lain :

a. Gejala umum

1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare

2) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut

3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare

4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,

apatis, bahkan gelisah

b. Gejala spesifik

1) Vibrio cholera ; diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan

berbau amis

2) Disenteriform ; tinja berlendir dan berdarah

15

Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi 3, yaitu :

a) Tanpa dehidrasi, biasanya merasa normal. Umumnya karena diarenya

tidak berat, sehingga masih mau makan dan minum seperti biasa.

b) Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan gelisah, mata sedikit

cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubit.

c) Dehidrasi berat, apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada

cubitan kulit turgor kembali lambat, napas cepat, anak terlihat lemah.

5. Pengobatan

Pengobatan diare berdasarkan derajat dehidrasinya.

a. Tanpa dehidrasi

Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan makanan dan

minuman yang ada dirumah seperti air kelapa, larutan gula garam, air

teh, maupun oralit.

b. Dehidrasi ringan atau sedang

Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan

sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi

kehilangan cairan 6-10% dari berat badan.

Pengobatan penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang

yaitu Pada 3 jam pertama untuk umur <1 tahun jumlah oralit yang

digunakan yaitu 300 mL, untuk umur 1-4 tahun jumlah oralit yang

digunakan yaitu 600 mL, dan untuk umur ≥ 5 tahun jumlah oralit yang

digunakan yaitu 1200 mL.

16

Setelah itu, tambahkan setiap kali mencret untuk umur <1 tahun

jumlah oralit yang digunakan yaitu 100 mL, untuk umur 1-4 tahun

jumlah oralit yang digunakan yaitu 200 mL, dan untuk umur ≥ 5 tahun

jumlah oralit yang digunakan yaitu 400 mL

c. Dehidrasi berat

Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus – menerus,

biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih

dari 10% berat badan. Diare ini diatasi diatasi dengan perawatan di

puskesmas atau di rumah sakit untuk diinfus RL (Ringer Laktat).

d. Teruskan pemberian makanan

Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan

disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada

masa penyembuhan.

e. Antibiotik bila perlu

Sebagian besar penyebab diare adalah rotavirus yang tidak

memerlukan antibiotik dalam penatalaksanan kasus diare karena tidak

bermanfaat dan efek sampingnya bahkan merugikan penderita.

6. Pencegahan

Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain :

a. Menggunakan air bersih

b. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan

sebagian besar kuman penyakit.

17

c. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah

makan, dan sesudah buang air besar (BAB).

d. Menggunakan jamban yang sehat

e. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar

1.1.2 Air

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan

baik itu kehidupan manusia maupun binatang dan tumbuh-tumbuhan. Air

merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak

ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat

menjadi malapetaka bila tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik

kualitas maupun kuantitasnya (Warlina, 2004).

Air merupakan pelarut yang baik. Hal ini menyebabkan air di alam

tidak dijumpai dalam keadaan murni. Air di alam mengandung berbagai zat

terlarut dan tidak larut. Air di alam juga mengandung berbagai

mikroorganisme. Apabila kandungan yang terdapat dalam air tidak

mengganggu kesehatan manusia, maka air tersebut dapat dianggap bersih

(Aliya, 2008: 4).

Air yang dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi

syarat kesehatan yaitu air yang jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak berbau.

Konsekuensi dari penggunaan air yang tidak bersih dan hygiene akan

menggangu kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. (Soemirat, 2001)

18

Air termasuk sumber daya alam yang dapat diperbaharui oleh alam.

Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk kebutuhan sehari – hari

yang kuantitas dan kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat

diminum apabila setelah dimasak terlebih dahulu, hal ini dinamakan air bersih

dan sehat.

Air merupakan salah satu bahan yang tidak dapat dipisahkan dalam

kehidupan manusia dengan segala aktifitasnya, sehingga merupakan

kebutuhan pokok bagi manusia. Apabila kebutuhan akan air tersebut belum

tercukupi dapat memberikan dampak yang terbesar terhadap kerawanan

kesehatan maupun sosial.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

416/Menkes/Per/IX/1990 tentang pengawasan dan syarat-syarat kualitas air

yang disebut sebagai air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan

yang dapat langsung diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih

adalah air yang memenuhi syarat kesehatan, yang harus dimasak terlebih

dahulu sebelum diminum. Syarat kesehatan dimaksud meliputi syarat-syarat

fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktifitas (Hariyono, 2011).

Air bersih harus memenuhi syarat kualitas yang meliputi syarat fisika,

kimia, biologi, dan radioaktif. Syarat fisika air bersih yaitu air tidak berwarna,

tidak berasa, dan tidak berbau. Syarat kimia air bersih yaitu air tidak

mengandung zat-zat kimia yang membahayakan kesehatan manusia. Syarat

biologi yaitu air tidak mengandung mikroorganisme atau kuman-kuman

19

penyakit. Sedangkan syarat radioaktif yaitu air tidak mengandung unsur

radioakrif yang dapat membahayakan kesehatan (Aliya, 2008: 4).

1.1.3 Penyediaan Air Bersih

Peraturan Mentri Kesehatan RI nomor 416/Menkes/PER/IX/1990,

menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk

pengawasan kualitas air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat. Disamping

itu kualitasnya harus memenuhi syarat kesehatan dan tidak menimbulkan

masalah gangguan kesehatan.

Penyediaan air bersih merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki

derajat kesehatan masyarakat sebagaimana dijelaskan dalam UU No.23 tahun

1992 tentang kesehatan. Dinyatakan bahwa kesehatan lingkungan

diselenggarakan untuk mewujudkan lingkungan yang sehat, yaitu keadaan

yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup

manusia. Sedangkan kesehatan lingkungan meliputi penyesehatan air, yakni

pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan

kehidupan manusia.

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air

bersih harus dapat memenuhi kebutuhan mayarakat karena persediaan air

bersih yang terbatas memudahkan timbulnya berbagai penyakit di

masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar

antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan

20

bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat

(Chandra, 2007: 39).

Penggunaan air bersih yang merata pada seluruh penduduk di

Indonesia merupakan bagian integral dari program penyehatan air. Menurut

Depkes RI (2008) program penyehatan air tersebut meliputi perencanaan

kebutuhan air bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di

desa maupun kebutuhan air bersih pada daerah perkotaan.

Menurut Depkes RI (2000), hal–hal yang perlu diperhatikan dalam

penyediaan air bersih adalah :

1. Mengambil air dari sumber air yang bersih

2. Mengambil dan menyimpan air ditempat yang bersih dan tertutup serta

menggunakan gayung khusus untuk mengambil air

3. Memelihara dan menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang,

anak–anak, dan sumber pengotoran. Jarak sumber air minum dan sumber

pengotoran seperti septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah

harus lebih dari 10 meter.

4. Menggunakan air yang direbus.

5. Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan

cukup.

21

1.1.4 Sumber Air

Sumber–sumber air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah

antara lain (Kusnoputranto, 2000) :

1. Air hujan

Air hujan merupakan penyubliman awan uap air menjadi air murni yang

ketika turun dan melalui udara akan melarutkan benda–benda yang

terdapat diudara diantaranya gas (O2, CO2, H2 dan lain–lain), jasad–jasad

renik dan debu. Jadi setelah sampai dipermukaan bumi air hujuan itu

bukan lagi merupakan air murnidan apabila akan digunakan untuk air

minum harus direbus terlebih dahulu.

Air hujan berasal dari air permukaan bumi yang diuapkan oleh sinar

matahari. Air permukaan tersebut berupa air sungai, air danau dan air laut.

Sinar matahari menguapkan air permukaan tanpa membawa kotoran yang

terdapat di dalam air. Setelah proses penguapan, air mengalami proses

kondensasi, dimana air yang menguap tersebut berubah menjadi air.

Hingga terbentuklah awan. Lama kelamaan, awan tersebut menjadi jenuh

dan turunlah titik-titik air hujan (Fety Dan Yogi, 2011: 7).

2. Air permukaan

Yang termasuk dalam kelompok air permukaan adalah air yang berasal

dari sungai, rawa, selokan, parit, danau, laut dan bendungan. Air

permukaan merupakan salah satu sumber yang dipakai sebagai sumber

bahan baku air bersih. Tetapi air permukaan merupakan badan air yang

22

mudah sekali dicemari oleh kegiatan manusia, keadan ini terutama bagi

tempat–tempat yang dekat dengan tempat tinggal penduduk.

Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik

yang telah membusuk, yang menyebabkan warna kuning coklat, sehingga

untuk pengambilan air sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di

tengah-tengah (Santoso, 2010).

3. Air tanah

Air tanah dapat berupa air lapisan (layer water) yaitu yang terdapat

didalam ruang antara butir–butir tanah dan air celah (fissure water) yang

terdapat diretakan–retakan batuan didalam tanah. Jenis ini dapat

dimanfatkan manusia untuk keperluan sehari–hari sebagai sumber air

bersih dengan cara membuat sumur (baik sumur dangkal maupun sumur

dalam) atau diambil dengan pompa air.

Menurut Sutrisno (1996) Sebagian air hujan yang mencapaipermukaan

bumi akan menyerap kedalam tanah akan menjadi air tanah. Air tanah

terbagi atas tiga yaitu air tanah dangkal yang terjadi karena proses

peresapan air permukaan tanah, air tanah dalam yang terdapat pada

lapisan100-300m, dan mata air yang ke luar ke permukaan tanah (dalam

Putra, 2010).

Di Indonesia, sumber air untuk keperluan rumah tangga kebanyakan

adalah sumur, yaitu kira–kira 45% (Sukarni, 1994). Agar air sumur

memenuhi syarat kesehatan sebagai air keperluan rumah tangga, maka air

sumur harus dilindungi dari pencemaran.

23

1.1.5 Sarana Penyediaan Air Bersih

Sarana penyediaan air bersih adalah bangunan beserta peralatan dan

perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan mendistribusikan air

tersebut kepada masyarakat. Ada berbagai jenis sarana penyediaan air bersih

yang digunakan masyarakat untuk menampung atau untuk mendapatkan air

bagi kebutuhan sehari–hari.

Air yang diperoleh dari sarana–sarana tersebut sebenarnya berasal dari

tiga sumber air yang ada di alam, seperti yang telah disebutkan diatas yaitu

air permukaan, air tanah dan air hujan (Sanropie, 1984).

Sarana air bersih yang sering digunakan sehari–hari antara lain :

1. Sumur gali (SGL)

Sumur gali merupakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif

dekat dengan air permukaan, oleh karena itu dengan mudah terkena

kontaminasi melalui rembesan.

Sumur gali adalah merupakan sarana penyedian air bersih yang mudah

dijumpai dimasyarakat karena merupakan sarana air bersih yang mudah

sekali dalam pembuatannya, walaupun demikian sumur gali harus

memenuhi syarat–syarat sebagai berikut :

a) Jaraknya paling sedikit 10 meter dari sumber pencemaran (TPS,

tempat penampungan tinja, tempat tergenangnya air kotoran).

b) Dinding sumur sedalam 3 meter dari permukaan tanah harus di

tembok atau kedap air.

c) Harus ada saluran pembuangan air limbah.

24

d) Lantai harus kedap air dengan radius 1meter dari dinding sumur.

e) Mempunyai dinding sumur setinggi ± 80 cm.

f) Tali dan timba tidak terletak di lantai.

2. Penampungan air hujan

Penampungan air hujan (PAH) adalah sarana penyediaan air bersih yang

di gunakan untuk menampung air hujan sebagai persediaan air bersih dan

pengadaan air bersih.

3. Sumur pompa

Sumur pompa adalah sarana penyediaan air bersih yang untuk menaikkan

air dari sumur menggunakan pompa air, baik itu pompa tangan maupun

pompa listrik.

4. Sumur artesis (sumur bor)

Sumur artesis/sumur bor atau yang lebih dikenal dengan sumur suntik

merupakan salah satu cara untuk mendapatkan air tanah.

5. Ledeng atau perpipaan (PDAM)

Ledeng atau perpipaan adalah sarana penyediaan air bersih yang

menggunakan jaringan pipa.

25

Tabel 2.1. Persyaratan Kesehatan Sarana Air Bersih

Jenis sarana Bagian sarana

(komponen) Persyaratan teknis dari segi persyaratan

Sumur pompa

tangan

dangkal /

sedang /

dalam.

Lokasi Jarak minimal 11 meter dari sumber

pencemar antara lain : jamban, air kotor,

air comberan, kandang ternak dan lain –

lain.

Lantai Lantai harus kedap air minimal 1 meter

dari sumur, tidak retak / bocor, mudah

dibersihkan, dan tidak tergenang air

(kemiringan minimal 1% - 5%)

Saluran

pembuangan

air limbah

(SPAL)

SPAL harus kedap air, tidak menimbulkan

genangan, panjang SPAL dengan sumur

resapan minimal 11 meter, kemiringan

minimal 2%.

Pipa pelindung Pipa penghisap dibagian atas harus

dilindungi minimal sepanjang 3 meter dari

lantai, dengan pipa pelindung (casing) dan

atau diberi cor rapat air (concreet seal).

Pipa saringan Ujung bawah pipa saringan diberi kerikil

dengan kerikil sebesar jagung (corn gravel

± 2,5 meter).

Pompa Klep dan karet penghisap harus bekerja

dengan baik, agar tidak memerlukan air

pancingan.

26

Jenis sarana Bagian sarana

(komponen) Persyaratan teknis dari segi persyaratan

Sumur gali Lokasi Sama dengan persyaratan lokasi sumur

pompa tangan dangkal / sedang / dalam.

Lantai Lantai harus kedap air minimal 1 meter

dari sumur, tidak retak / bocor, mudah

dibersihkan, dan tidak tergenang air

(kemiringan minimal 1% - 5%).

Bibir sumur Tinggi bibir sumur minimal 80 cm dari

lantai, terbuat dari bahan yang kuatdan

rapat air.

Dinding sumur Dinding sumur minimal sedalam 3

meterdari lantai, dibuat dari bahan kedap

air dan kuat.

Tutup sumur Jika pengambilan air sumur gali dengan

tangan / pompa listrik, sumur harus

ditutup rapat.

Jika pengambilan air dengan ember, harus

ada ember khusus dengan tali tibanya.

Untuk mencegah pencemaran ember dan

timbanya haur selalu berada dibagian atas

atau tergantung (tidak boleh diletakkan

dilantai).

27

Jenis sarana Bagian sarana

(komponen) Persyaratan teknis dari segi persyaratan

Penampungan

air hujan

(PAH)

Talang air Talang air yang masuk ke bak PAH harus

dapat dipindahkan atau dialihkan agar air

hujan tidak tergenang.

Perpipaan

(PDAM)

Sumber air / air

baku

Air baku harus dilakukan pengolahan

terlebih dahulu sebelum didistribusikan

(kalau air baku memenuhi persyaratan air

minum).

Pipa Pipa yang digunakan tidak melarutkan atau

mengandung bahan kimia yang dapat

membahayakan kesehatan.

Angka kebocoran pipa tidak lebih dari 5%.

Pemasangan pipa tidak boleh terendam air

kotor atau air sungai.

Bak

penampungan

Harus rapat air dan tidak dapat dicemari

oleh sumber pencemar.

Pengambilan

air

Pengambilan air dari sarana perpipaan

harus melalui kran.

Sumber : Waluyo, 2009

1.1.6 Standar Kualitas Air Bersih

Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan

bagi pemenuhan tertentu bagi kehidupan manusia, seperti untuk minum,

mandi, mencuci dan sebagainya (Arsyad, Sitanala. 2010).

Standar kualitas air dapat diartikan sebagai ketentuan yang bisa

dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan

persyaratan – persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak

28

menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan teknis, dan gangguan

dalam estetika.

1. Parameter fisik

a. Warna

Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk

mencegah keracunan dari berbagai zatm kimia maupun mikroorganisme

yang berwarna. Secara alamiah air rawa berwarna kuning muda karena

adanya tanin, asam humat dan lain – lain. Karena warna menyerupai

urine, orang tidak sampai hati mengkonsumsinya.

Menurut Slamet (2007), air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan

estetika dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun

mokroorganisme yang berwarna. Selain itu zat organik yang

menyebabkan warna ini jika terkena klor dapar membentuk senyawa-

senyawa khloroform yang beracun (dalam Arifin, 2011).

b. Bau

Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak diterima oleh

masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Bau anyir

karena tumbuhnya alga. Untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak

dikehendaki dapat dilakukan dengan aerasi, pemakaian potassium

pemanganat, pemakaian karbon aktif, koagulasi, sedimentasi dan filtrasi

(Suripin, 2002: 149). Air minum yang berbau, selain tidak estetis juga

tidak disukai oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk terhadap

29

kualitas air, misalnya bau amis dapat disebabkan oleh adanya algae dalam

air tersebut (Juju, 2012).

Menurut Purwaningsih (2008) Kualitas air bersih yang baik adalah tidak

berbau, karena bau ini dapat ditimbulkan oleh pembusukan zat organik

seperti bakteri serta kemungkinan akibat tidak langsung dari pencemaran

lingkungan, terutama sistem sanitasi. Pengukuran bau bersifat subjektif

dengan respon organoleptik. Bau dapat berupa bau spesifik maupun bau

tidak spesifik (Yuniarno, 2005).

c. Rasa

Air minum biasanya tidak memberi rasa atau tawar. Air yang tidak tawar

dapat menunjukkan kehadiran zat yang dapat membahayakan kesehatan,

misalnya rasa pahit, asin dan sebagainya.

d. Jumlah zat padat terlarut (TDS)

Jumlah zat padat terlarut atau TDS (Total Disolved Solid) dapat memberi

rasa tidak enak pada lidah, rasa mual yang disebabkan oleh natrium sulfat,

magnesium sulfat dan dapat menimbulkan cardiac disease toximia pada

wanita hamil.

e. Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, karena masih

terdapatnya banyak zat padat yang tersuspensi, baik yang zat anorganik

maupun zat organik. Zat anorganik biasanya merupakan lapukan batuan

atau logam, sedang zat organik banyak berasal dari buangan industri dapat

menjadi makanan bakteri dan perkembangbiakan bakteri dapat menambah

30

kekeruhan air. Alga yang berkembangbiak karena adanya zat hara N, P, K

juga dapat menambah keruhnya air. Air yang keruh akan memberikan

perlindungan pada kuman.

Tabel 2.2. Parameter Fisik

Parameter Satuan

Kadar maksimum

yang

diperbolehkan

Ket

1 2 3 4

Warna TCU 15

Rasa dan bau - - Tidak berasa

dan tidak berbau

Temperatur 0C Suhu udara ± 3

0C

Kekeruhan NTU 5

Total zat padat

terlarut (TDS) Mg / l 500

Sumber : Permenkes no 492 tahun 2010

2. Parameter kimia

Pencemar kimia terdiri atas dua kelompok, yaitu pencemar organik dan

pencemar anorganik. Keberadan komponen pencemar tersebut diukur atas

tingkat toksiditasnya terhadap kesehatan manusia (Dwiyatmo B, 2007).

31

a. Bahan – bahan anorganik

Tabel 2.3. Bahan – Bahan Anorganik

Parameter Satuan Kadar maksimum yang

diperbolehkan

1 2 3

Antimony (mg/ liter) 0,005

Air raksa (mg/ liter) 0,001

Anenic (mg/ liter) 0,01

Barium (mg/ liter) 0,7

Boron (mg/ liter) 0,3

Cadmium (mg/ liter) 0,003

Kromium (mg/ liter) 0,05

Tembaga (mg/ liter) 2

Sianida (mg/ liter) 0,07

Fluoride (mg/ liter) 1,5

Molyddenum (mg/ liter) 0,07

Nikel (mg/ liter) 0,02

Nitrat (sebagai NO1) (mg/ liter) 50

Nitrit (sebagai NO2) (mg/ liter) 3

Selenium (mg/ liter) 0,01

Amonia (mg/ liter) 1,5

Aluminium (mg/ liter) 0,2

Chloride (mg/ liter) 250

Copper (mg/ liter) 1

Kesadahan (mg/ liter) 500

Hidrogen sulfide (mg/ liter) 0,05

Besi (mg/ liter) 0,3

Mangan (mg/ liter) 0,1

Ph 6,5 – 8,5

Sodium (mg/ liter) 200

Sulfate (mg/ liter) 250

Padatan terlarut (mg/ liter) 1.000

Seng (mg/ liter) 3

Sumber : Permenkes no 492 tahun 2010

32

b. Bahan – bahan organik

Tabel 2.4. Bahan – Bahan Organik

Parameter Satuan Kadar maksimum yang

diperbolehkan

1 2 3

Cholorinate alkanes

Carbon tetracholoride (µg/ liter) 2

Dichloromethane (µg / liter) 20

1,2 – Dichloroethane (µg/ liter) 30

1,1,1 – Trichloroethane (µg/ liter) 2.000

Chlorinated ethenes

Vinyl chloride (µg/ liter) 5

1,1 – Dichloroethene (µg/ liter) 30

1,2 – Dichloroethene (µg/ liter) 50

Trichloroethene (µg/ liter) 70

Benzene (µg/ liter) 10

Toluene (µg/ liter) 700

Xylenes (µg/ liter) 500

Benzo[a]pyrene (µg/ liter) 0,7

Chlorinated benzenes

Monochlorobenzenes (µg/ liter) 300

1,2 – Dichlorobenzene (µg/ liter) 1.000

1,4 – Dichlorobenzene (µg/ liter) 300

Trichlorobenzene (µg/ liter) 20

Lain – lain

Di(2-ethylhexy) adipate (µg/ liter) 80

Di(2-ethylhexy) phthalate (µg/ liter) 8

Achrylamide (µg/ liter) 0,5

Epichlorobutadiene (µg/ liter) 0,4

Edetic acid (µg/ liter) 0,6

Edetic acid (EDTA) (µg/ liter) 200

Nitriloacepich acid (µg/ liter) 200

Tributybutyltin okside (µg/ liter) 2

Sumber : Permenkes no 492 tahun 2010

33

3. Parameter biologi

Air yang digunakan sebagai air minum ataupun untuk masak harus bebas

dari kuman-kuman penyakit, dimana termasuk didalamnya bakteri,

protozoa, virus, cacing dan jamur. Beberapa organisme yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia berasal dari kotoran manusia yang

menderita penyakit.

Escherichia coli dijadikan standar karena bakteri ini selalu terdapat pada

tinja manusia karena hidup pada saluran pencernaan manusia, tinja

merupakan media penyebaran beberapa jenis bakter patogen terutama

tinja berasal carier penyakit tertentu dan E. Coli paling tahan terhadap

pemanasan biasa.

Tabel 2.5. Parameter Biologi

Parameter Mikrobiologik Kadar Maksimum yang diperbolehkan per

100 ml

E. Coli

Total bakteri koliform

0

0

Sumber : Permenkes no 492 tahun 2010

1.1.7 Peranan Air Dalam Kehidupan

Manusia dapat bertahan hidup tanpa makanan kurang lebih selama dua

bulan, tetapi tidak bisa bertahan tanpa air (3 – 4 hari). Air diperlukan untuk

melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh dan mengambil segala

buangan untuk dikeluarkan dari tubuh.

34

Menurut sugiarto, agar seseorang menjadi sangat dipengaruhi oleh

adanya kontak manusia tersebut dengan makanan dan minuman, tangan,

binatang dan lain – lain (suriaman, edi dan Juwita, 2013)

1.2 Kerangka Berpikir

1.2.1 Kerangka Teori

Sumur Gali PDAM

Kualitas Air

Kualitas Fisik Kualitas Kimia Kualitas Biologi

Kejadian Diare

Sarana Air Bersih

Sumur Suntik Sumur Gali PDAM

Kualitas Air

Parameter Fisik Parameter Kimia Parameter Biologi

Kejadian Diare

35

Parameter Fisik

1. Warna

2. Rasa

3. Bau

4. Kekeruhan

5. TDS

Parameter Biologi

1. E.coli

Parameter Kimia

1. pH

Kejadian

Diare

Kualitas Air

Sumur Gali

1.2.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

1.3 Hipotesis Penelitian

“Adanya pengaruh kualitas air sumur gali terhadap kejadian diare di desa

Boludawa kecamatan Suwawa kabupaten Bone Bolango.”