bab i pendahuluan - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/bab i e.pdf ·...

19
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia itu sama dihadapan Sang Pencipta, akan tetapi yang menjadi penentu ialah diri manusia itu sendiri, manusia sebenarnya hidup dalam keadaan tidak berdaya jauh dari ilmu pengetahuan maka hal yang paling penting bagaimana manusia itu mencari jati dirinya sendiri, apakah akan menjadi orang yang berguna di lingkungannya ataukah malah sebaliknya. Untuk merubah perilaku yang baik tentu adalah pendidikan, dengan pendidikan kita bisa mendapatkan kehidupan yang layak. Dampak dari anak yang putus sekolah yaitu: wawasan/ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh anak sangat minim, bisa menyebabkan banyaknya pengangguran di masa mendatang, masa depan anak tidak jelas, di masa mendatang anak ini cenderung berpikiran lebih mementingkan adat/budaya dari pada pendidikan. 1 Menciptakan pengangguran, menimbulkan kenakalan remaja, anak menjadi pengemis. 2 Alternatif/solusi yang digunakan peneliti yaitu melalui pendekatan konseling individual, karena konseling individual sebagai pendekatan yang efektif, dimana tidak ada campur tangan dalam perselisihan antara dua pihak berbeda dengan konseling kelompok, 1 Awan Tag, Dampak Dari Anak Yang Putus Sekolah, di akses dari https://imeducation.wordpress.com/, pada tanggal 13 Agustus 2016 pukul 19.45. 2 Mutiara Farah, Faktor Penyebab Putus Sekolah dan Dampak Negatifnya Bagi Anak, di akses dari http://docplayer.info/, pada tanggal 24 Agustus 2016 pukul 09.21.

Upload: others

Post on 29-Sep-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya manusia itu sama dihadapan Sang Pencipta,

akan tetapi yang menjadi penentu ialah diri manusia itu sendiri,

manusia sebenarnya hidup dalam keadaan tidak berdaya jauh dari ilmu

pengetahuan maka hal yang paling penting bagaimana manusia itu

mencari jati dirinya sendiri, apakah akan menjadi orang yang berguna

di lingkungannya ataukah malah sebaliknya. Untuk merubah perilaku

yang baik tentu adalah pendidikan, dengan pendidikan kita bisa

mendapatkan kehidupan yang layak.

Dampak dari anak yang putus sekolah yaitu: wawasan/ilmu

pengetahuan yang dimiliki oleh anak sangat minim, bisa menyebabkan

banyaknya pengangguran di masa mendatang, masa depan anak tidak

jelas, di masa mendatang anak ini cenderung berpikiran lebih

mementingkan adat/budaya dari pada pendidikan.1 Menciptakan

pengangguran, menimbulkan kenakalan remaja, anak menjadi

pengemis.2

Alternatif/solusi yang digunakan peneliti yaitu melalui

pendekatan konseling individual, karena konseling individual sebagai

pendekatan yang efektif, dimana tidak ada campur tangan dalam

perselisihan antara dua pihak berbeda dengan konseling kelompok,

1 Awan Tag, Dampak Dari Anak Yang Putus Sekolah, di akses dari

https://imeducation.wordpress.com/, pada tanggal 13 Agustus 2016 pukul 19.45. 2 Mutiara Farah, Faktor Penyebab Putus Sekolah dan Dampak Negatifnya

Bagi Anak, di akses dari http://docplayer.info/, pada tanggal 24 Agustus 2016 pukul

09.21.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

2

sehingga responden atau klien bebas mengekspresikan diri, pengalaman

dan perasaan tanpa ada rasa canggung ketika mengungkapkan segala

permasalahannya.

Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan

khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan

seorang konseli. Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat

ia pecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai

petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan

keterampilan psikologi.3 Konseling bertujuan untuk mengadakan

interpretasi fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan

mendatang. Konseling memberikan bantuan kepada individu untuk

mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku.

Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan

merupakan teknik standar serta merupakan tugas pokok seorang

konselor pusat pendidikan.

Maka dari itu, permasalahan ini harus ada layanan konseling

baik secara individu maupun kelompok. Perlu kita ketahui bahwa

layanan konseling secara individu ialah hubungan timbal balik antara

dua individu, dimana yang seorang ialah (konselor) berusaha

membantu yang lain (klien) untuk mencapai atau mewujudkan

pemahaman tentang dirinya sendiri dalam kaitannya dengan masalah

atau kesulitan yang dihadapinya pada saat ini dan pada waktu

mendatang.

3 Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan & Konseling,

(Bandung: Redaksi Refika, 2012), P. 10.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

3

Batasan konseling menekankan hubungan timbal balik.

Intensitas dan kedalaman dari hubungan dengan hakikat masalah yang

hidapi oleh klien merupakan faktor penentu dalam proses konseling.

Seorang konselor harus menjaga hubungan yang proaktif untuk

dapat menarik perhatian seseorang. Betapa sangat bermanfaat bagi

konselor untuk terlibat dalam perilaku proaktif dan proses komunikasi

remaja guna menyatu dengan klien dengan suatu cara yang akan

bermanfaat secara terapeutik. Namun bahkan ketika menggunakan

strategi yang paling efektif dalam menangani klien, tidak dipungkiri

bahwa terkadang energi dan ketertarikan mereka dalam proses

konseling akan sangat berkurang, jika proses konseling memang

ditujukan untuk mencapai hasil yang memuaskan, seorang konselor

perlu bersikap perhatian mengenali berbagai perubahan yang terjadi.4

Studi kasus yang akan saya teliti yaitu di Desa Tanjung Jaya.

Desa Tanjung Jaya merupakan salah satu desa yang berada di wilayah

Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang. Dilihat dari segi

mobilitas sumber daya manusia dan sumber daya alam yang cukup,

maka Desa Tanjung Jaya dapat dikategorikan sebagai desa yang

potensial, ini tercermin dari manusia dan sumber daya alam serta usaha

lainnya.

Dari uraian permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Layanan Konseling Individual

Pada Remaja Putus Sekolah Di Kampung Cikadu Indah”

4 Kathryn Geldar dan David Geldar, Konseling Remaja, (Yogyakarta:

Pustaka Palajar, 2011), P.15.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

4

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas, agar pembahasan

dalam penelitian ini terarah dan tidak terlalu melebar. maka penulis

merumuskan masalah penelitian yang akan di fokuskan adalah sebagai

berikut:

1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan remaja putus sekolah ?

2. Bagaimana penerapan konseling individual pada remaja putus

sekolah?

3. Bagaimana hasil kegiatan konseling individual pada remaja

putus sekolah?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini diarahkan kepada faktor yang

menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan

masalah tersebut diatas maka secara khusus tujuan penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan remaja

putus sekolah

2. Untuk mengetahui penerapan konseling individual pada remaja

putus sekolah

3. Untuk mengetahu hasil kegiatan konseling individual pada

remaja putus sekolah

D. Manfaat Penulisan

1. Sebagai bahan masukan kepada para orang tua yang anaknya

putus sekolah, agar menjadi lebih giat memotivasi anak dalam

pendidikan.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

5

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada

rekan–rekan untuk lebih peka terhadap permasalahan remaja

yang ada di lingkungan masing–masing.

E. Telaah Pustaka

Judul skripsi yang bertemakan bimbingan pada remaja putus

sekolah sudah pernah diteliti sebelumnya yaitu:

Novia Itariyani, dalam skripsinya yang berjudul ”Pembinaan

Moral Pada Remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sekolah”

mengungkapkan faktor penyebab remaja putus sekolah, penyebab yang

paling dominan adalah ketidakmampuan orang tua untuk

menyekolahkan anak-anaknya sebagai akibat kondisi sosial ekonomi

keluarganya. Selain itu, akibat orang tua atau keluarga yang tidak dapat

memenuhi kebutuhan anaknya dengan berbagai alasan menjadikan

anak-anak mereka terlantar.

Adapun pelaksanaan pembinaan moral pada remaja putus

sekolah, dengan menggunakan teknik bimbingan sosial, yaitu salah satu

jenis pelayanan dan rehabilitasi sosial di Balai Rehabilitasi Sosial yang

merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan membantu Penerima

Manfaat mengenal nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dan

dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Bimbingan sosial terdiri dari program rehabilitasi perilaku dan

rehabilitasi sosial psikologis.

Selanjutnya teknik bimbingan keterampilan kerja, yaitu

Bimbingan Keterampilan Kerja disebut juga program Rehabilitasi

Karya. Rehabilitasi karya merupakan bagian dari proses rehabilitasi

sosial yang berusaha semaksimal mungkin untuk mengupayakan agar

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

6

penerima manfaat dapat memiliki keterampilan kerja dan menjadi

manusia produktif, mampu menolong dirinya sendiri, dan dapat

berpartisipasi dalam pembangunan. Program Rehabilitasi Karya yang

diberikan berupa keterampilan kerja tingkat dasar, meliputi: otomotif

roda dua, otomotif roda empat, las, tata rias, dan menjahit. 5

Adapun perbedaannya dengan penelitian saya, yaitu jelas sangat

berbeda sekali, teknik yang saya lakukan terhadap remaja putus sekolah

dengan memberikan layanan konseling individual.

Friska Winati Sianturi, dalam jurnalnya yang berjudul

“Efektifitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Anak Remaja Putus

Sekolah di UPT. Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa”

mengatakan bahwa dalam mewujudkan tujuan dari berdirinya PSAR

Tanjung Morawa dalam Mempersiapkan dan membantu anak putus

sekolah terlantar dengan memberikan kesempatan dan kemudahan agar

dapat mengembangkan potensi dan kemauannya baik jasmani, rohani

maupun sosialnya serta menumbuhkan dan meningkatkan keterampilan

kerja dalam rangka memberikan bekal untuk kehidupan dan

penghidupan masa depan secara wajar sehingga dapat mengurangi

angka pengangguran.

Pelayanan program keterampilan dan bimbingan sosial di PSAR

Tanjung Morawa sudah efektif, karena apa yang menjadi tujuan dari

kegiatan pelayanan sosial dan pembinaan tersebut dapat dicapai dengan

baik sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini

terbukti karena adanya perubahan atau perkembangan positif yang

5 Novia Itariyani, Pembinaan Moral Pada Remaja Putus Sekolah di Balai

Rehabilitasi Sekolah, (Semarang: Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri

Semarang,2013), http://lib.unnes.ac.id. diakses pada hari selasa tanggal 8 maret 2016

jam 11.33.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

7

dialami oleh warga binaan setelah mereka mengikuti atau menerima

pelayanan program keterampilan dan bimbingan sosial. Mereka

mendapatkan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dapat

dijadikan bekal setelah keluar dari panti, seperti menjahit, bordir, salon

dan automotif.

Dengan keterampilan yang mereka punya mereka bisa hidup

mandiri, membuka usaha sendiri atau bekerja dengan orang lain

sehingga mereka bisa menghidupi kehidupan mereka dengan

penghasilan mereka sendiri dan bisa mengurangi dampak

pengangguran yang dapat menjadi maslah sosial, serta melalui

bimbingan sosial mereka diharapkan dapat berkomunikasi dengan baik

di lingkungan sosial mereka nantinya.6

Persamaannya dengan penelitian yang saya teliti yaitu saling

memberikan dukungan dan bimbingan. Akan tetapi, yang menjadi

perbedaannya yaitu dalam penggunaan tekniknya.

Aniq Isyatur Rodliyah, dalam skripsinya yang berjudul

“Penerapan Konseling Individual Dalam Mengembangkan Perilaku

Moral Siswa Di Madrasah Aliyah Negeri Denanyar Jombang”

mengungkapkan Pelaksanaan konseling individual di MAN Denanyar

jombang sudah sangat baik, dan bimbingan konseling mempunyai

peran penting, yaitu dengan penanaman nilai dan norma yang kuat pada

setiap individu, pelaksanaan peraturan yang konsisten, dan

menciptakan yang kuat dan teguh. Dengan demikian peserta didik akan

6 Friska Winati Sianturi, Efektifitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi

Anak Remaja Putus Sekolah di UPT. Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung

Morawa, (Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara,

2012), http://repository.usu.ac.id. diakses pada hari kamis tanggal 07 april 2016 jam

11.55.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

8

mempunyai pola pikir, pola perilaku, dan pola interaksi yang sesuai

dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakatnya.

Program bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam bentuk

jenis bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan

karir, bimbingan belajar, bimbingan akhlak. Adapun pengembangan

moral di MAN Denanyar Jombang, yaitu dengan cara sholat Dhuha

setiap pagi dan selesai sholat membaca asmaul husna, Istighosah setiap

awal bulan dan akhir bulan.

Konsep penerapan konseling individual dalam mengembangkan

perilaku moral di MAN Denanyar Jombang, untuk melakukan

pengembangan madrasah ini memerlukan proses yang melahirkan etos

gerakan, manajemen dan financial. Semua kekuatan itu dapat

bersumber dari faktor internal ataupun dari faktor eksternal lembaga.

Atas dasar pertimbangan itu strategi yang dikembangkan MAN

Denanyar adalah bagaimana mengembangkan moral siswa sumber daya

manusia secara menyeluruh yaitu menyentuh berbagai aspek meliputi:

a. Pengembangan aspek material melalui peningkatan

kesejahteraan hidup dan tersedianya sarana dan prasarana yang

layak.

b. Pengembangan aspek moral spiritual melalui penciptaan

suasana keagamaan dan mentradisikan budaya serta amalan

keagamaan dalam lingkungan madrasah.

c. Pengembangan kopetensi dan profesional yang berupaya

meningkatkan kualitas intelektual, keahlian, dan ketrampilan

sumber daya manusia.

d. Pengembangan program pembelajaran yang melengkapi

pengajaran pada kegiatan kokurikuler, dan ekstra kurikuler.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

9

e. Pengembangan silaturahmi dan kerja sama sebagai upaya untuk

menyatukan berbagai kekuatan dan potensi agar dapat

digunakan dengan maksimal untuk menuju arah dan cita–cita

pengembangan madrasah.7

Dilihat dari judul diatas teknik yang digunakan sama dengan

teknik yang akan peneliti teliti. Adapun perbedaannya dapat dilihat dari

permasalahan, masalah yang akan peneliti teliti yaitu mengenai remaja

putus sekolah.

Nor Asih, dalam skripsinya yang berjudul “Keefektifan Layanan

Konseling Individual Dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar

Peserta Didik Kelas VIII B MTs Muslimat NU Palangka Raya”

mengungapkan bahwa masalah-masalah yang timbul akibat gangguan

konsentrasi belajar:

a. Terjadinya hambatan di dalam semua kegiatan sehari-hari

khususnya kegiatan hidup yang utama. Misalnya, terhambatnya

pencapaian prestasi yang maksimal yang baik bagi seorang

pekerja.

b. Dari sisi keagamaan, gangguan konsentrasi akan menyebabkan

seseorang mengalami kesulitan untuk menjalankan ibadah

dengan

khususk.

c. Jika seseorang yang mengalami gangguan konsentrasi

menjalani

7 Aniq Isyatur Rodliyah, Penerapan Konseling Individual Dalam

Mengembangkan Perilaku Moral Siswa Di Madrasah Aliyah Negeri Denanyar

Jombang (Surabaya: Fakultas Tarbiyah Jurusan Kepenidikan Islam, Institut Agama

Islam Negeri Sunan Ampel, 2009), http://digilib.uinsby.ac.id. diakses pada hari senin

tanggal 1 agustus 2016 jam 21.20.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

10

latihan spiritual, seperti mediasi,yoga, bela diri tenaga dalam,

latihan pernapasan, dan telepati, kemungkinan besar ia akan

mengalami kegagalan. Bahkan lebih dari itu, ia tidak dapat

merasakan sensasi apapun setelah mengikuti latihan spiritual.

Upaya untuk meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik

dapat diterapkan melalui layanan konseling individu dengan

menggunakan teknik-teknik konseling.8

Dari uraian diatas terdapat persamaan yaitu menggunakan

layanan konseling individual. Adapun perbedaannya yaitu tujuan

permasalahannya untuk meningkatkan konsentrasi belajar.

F. Kerangka Pemikiran

1. Pengertian Konseling Individual

Layanan konseling perorangan (Individual) yaitu pada

bagian ini konseling dimaksudkan sebagai pelayanan khusus dalam

hubungan langsung tatap muka antara konselor dan klien. Dalam

hubungan itu masalah klien dicermati dan diupayakan

pengentasannya, sedapat-dapatnya dengan kekuatan klien sendiri.

Dalam kaitan itu, konseling dianggap sebagai upaya layanan yang

paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan masalah klien.9

Konseling merupakan bantuan yang bersifat terapeutik yang

diarahkan untuk mengubah sikap dan perilaku individu. Konseling

dilaksanakan melalui wawancara (konseling) langsung dengan

8 Nor Asih, Keefektifan Layanan Konseling Individual Dalam Meningkatkan

Konsentrasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII B MTs Muslimat NU Palangka Raya,

(Palangka Raya: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah Palangkaraya, 2015), www.umpalangkaraya.ac.id. diakses pada hari

senin tanggal 1 agustus 2016 jam 21.31. 9 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,

(Jakarta:PT.Asdi Mahasatya, 2004) , P.288.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

11

individu. Konseling ditujukan kepada individu yang normal, bukan

yang mengalami kesulitan kejiwaan, melainkan hanya mengalami

kesulitan dalam penyesuaian diri dalam pendidikan, pekerjaan dan

kehidupan sosial.

Dalam konseling terdapat hubungan yang akrab dan

dinamis, individu merasa diterima dan di mengerti oleh konselor.

Dalam hubungan tersebut konselor menerima individu secara

pribadi dan tidak memberikan penilaian individu (konseli)

merasakan ada orang yang mengerti masalah pribadinya, mau

mendengarkan keluahan dan curahan perasaannya.10

Banyak teknik yang digunakan dalam konseling individual

yaitu: Menghampiri klien (attending), empati, refleksi, eksplorasi,

menangkap pesan utama, bertanya untuk membuka percakapan,

bertanya tertutup, dorongan minimal, interpretasi, mengarahkan,

menyimpulkan sementara, memimpin, memfokus, diam, mengambil

inisiatif, memberi nasihat, memberi informasi, dan menyimpulkan.

Secara umum proses konseling individual dibagi atas tiga

tahapan yaitu tahap awal konseling, tahap pertengahan (tahap

kerja), dan tahap akhir konseling.

1. Tahap awal konseling

Tahap awal ini terjadi sejak klien bertemu konselor

hingga berjalan proses konseling dan menemukan definisi

masalah klien. Adapum yang dilakukan oleh konselor dalam

proses konseling tahap awal itu adalah sebagai berikut.

10

Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai

Latar Kehidupan,. (Bandung: PT.Refika Aditama, 2006), P. 22.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

12

a) Membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien

yang mengalami masalah.

b) Memperjelas dan mendefinisikan masalah.

c) Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi

masalah.

d) Menegosiasikan kontrak.

2. Tahap pertengahan (Tahap Kerja)

Berdasarkan kejelasan masalah klien yang disepakati

pada tahap awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan

pada: penjelajahan masalah yang dialami klien, dan bantuan apa

yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa

yang telah dijelajah tentang masalah klien.

Adapun tujuan pada tahap pertengahan ini sebagai

berikut.

a) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian

klien dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut.

b) Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara.

c) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.

3. Tahap akhir konseling

Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan

sikap dan perilaku yang tidak bermasalah. Klien dapat

melakukan keputusan tersebut karena klien sejak awal

berkomunikasi dengan konselor dalam memutuskan perubahan

tersebut. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah:

a) Terjadinya transfer of learning pada diri klien;

b) Melaksanakan perubahan perilaku klien agar mampu

mengatasi masalahnya; dan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

13

c) Mengakhiri hubungan konseling.11

Konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang,

dimana yang seorang yaitu klien yang dibantu untuk lebih mampu

menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan

lingkungannya.12

Kemudian Pendidikan adalah proses yang esensial, ini adalah

sesuatu yang terjadi didalam diri individu ia dapat menyesuaikan

diri. Jika lingkungan fisiknya demikian kemungkinan hal itu

disebabkan ia belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan

sosialnya.13

2. Pengertian Remaja

Remaja dalam arti umum ialah masa pubertas, dimana masa

ini lebih cenderung kepada keingin tahuan seseorang kepada banyak

hal tidak memikirkan mana yang positif atau negative. Dalam

pengertian lain remaja merupakan peralihan masa kanak – kanak ke

masa dewasa atau lebih dikenal ABG, masa ini terjadi ketika berusia

antara 15 sampai 18 tahun.

Masa muda merupakan periode yang ditandai dari pubertas

sampai dengan masa pertengahan (paruh baya) disebut dengan masa

muda (youth). Anak muda mencoba bertahan untuk mencapai

11

Achma Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan & Konseling,

P...,11-15. 12

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling,

(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2006), P. 7. 13

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Bina Aksara,

1988), P. 18-19.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

14

kebebasan fisik dan psikis dari orang tuanya, mendapatkan

pasangan, membangun keluarga, dan mencari tempat di dunia ini.14

Adapun batas usia remaja menurut Hukum, PBB dan Agama

yaitu:

Remaja Menurut Hukum, dalam hubungannya dengan hukum,

tampaknya hanya Undang-undang perkawinan saja yang

mengenal konsep remaja walaupun tidak secara terbuka. Usia

minimal untuk perkawinan menurut undang-undang disebutkan

16 tahun untuk wanita, dan 19 tahun untuk pria (pasal 37

Undang-Undang No: 1/1974 tentang perkawinan). Walaupun

undang-undang tidak menganggap mereka yang di atas 16 tahun

(untuk wanita) dan 19 tahun (untuk laki-laki) sebagai bukan

anak-anak lagi, tetapi mereka juga belum dapat dianggap sebagai

dewasa penuh, waktu antara 16 dan 19 tahun sampai 21 tahun ini

dapat disejajarkan dengan pengertian-pengertian remaja dalam

ilmu-ilmu sosial lain.

Remaja Menurut PBB, PBB adalah oraganisasi yang dibawahi

oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan bertugas di bagian

kesehatan. Menurut PBB remaja adalah individu yang memiliki

usia antara 10-20 tahun. PBB menyatakan batasan usia tersebut

baik wanita maupun laki-laki walaupun definisi tersebut

didasarkan pada usia kesuburan wanita. PBB membagi kurung

14

Jess Feist dan Gregory J.Feist, Teori Kepribadian, (Jakarta: Salemba

humanika, 2011), P. 143.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

15

usia remaja dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun,

dan remaja akhir 15-20 tahun.15

Remaja Menurut Agama, didalam buku Islam, usia remaja

ditandai dengan suatu peristiwa biologis. Untuk kaum pria,

ditamdai dengan sebuah mimpi yang biasa disebut dengan

mimpi basah. Sedangkan untuk kaum wanita, ditandai dengan

menstruasi. Biasanya peristiwa ini dapat dirasakan atau dialami

oleh pria pada usia 15 sampai 20 tahun dan wanita 9 sampai 19

tahun.16

Perkembangan peserta didik tidak lepas dari pengaruh

lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat inherent

lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam

lingkungan dapat memengaruhi gaya hidup (life style).17

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Desmita dalam bukunya,

memang untuk mengukur masa remaja tidaklah mudah, karena masa

remaja berakhir dan masa remaja tumbuh menjadi seorang dewasa

tidak dapat ditetapkan secara pasti, kemudian pada abad ke – 19

muncul konsep baru yaitu Adolesen sebagai suatu periode kehidupan

tertentu yang berbeda dari masa anak – anak dan masa dewasa,

terlepas daripada itu semua dapat ditentukan akhir masa remaja,

namun istiah dewasa ini disebut “Adolesen”, yang telah digunakan

secara luas untuk menunjukan suatu tahap perkembangan antara

15

https://conselorcomunity.wordpress.com/2010/12/11/remaja/. (diakses

pada 13 Agustus 2016) 16

http://anzar-asmadi.blogspot.co.id/2012/12/. (diakses pada 13 Agustus

2016) 17

Mamat Supriatna, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), P. 63.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

16

masa anak – anak dan masa dewasa yang ditandai dengan perubahan

fisik secara umum serta perkembangan kognitif dan sosial.

Batasan usia remaja yang dignakan secara umum oleh para

ahli ialah antara 12 sampai 21 tahun. Rentan usia ini dapat

dibedakan menjadi tiga yaitu, 12 sampai 15 tahun ialah masa remaja

awal, 15 sampai 18 tahun ialah masa remaja pertengahan dan usia 18

sampai 21 tahun sebagai masa remaja berakhir.18

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap

ke 4 responden, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan remaja

putus sekolah diantaranya: Keadaan ekonomi orang tua, pengaruh

teman, faktor lingkungan keluarga, kurangnya minat anak untuk

sekolah. Hal ini yang menyebabkan mereka berhenti sekolah.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi

ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan suatu penelitian yang bermaksud memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek.19

Dalam

penelitian dengan metode kualitatif meliputi prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata–kata yang tertulis

dari orang–orang dan atau perilaku yang diamati. Menurut Kirk

dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara pundamental

18

Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2012), P.189-208. 19

Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,

2012), P.3.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

17

bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya

sendiri dan berhubungan dengan orang–orang tersebut dalam

bahasanya dan peristilahannya. 20

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

menggunakan indera sehingga tidak hanya dengan

pengamatan menggunakan mata. Mendengarkan, mencium,

mengecap, dan meraba termasuk bentuk observasi.21

Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan observasi langsung

yakni peneliti mengadakan pengamatan terhadap remaja

putus sekolah terkait masalah yang akan diteliti.

b. Wawancara

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara

mendalam (Indepth Interview), wawancara mendalam adalah

proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara peneliti dengan responden secara

bergantian. Dalam wawancara mendalam ini dilakukan berkali-

kali dan membutuhkan waktu yang lama dengan responden di

lokasi penelitian.22

Wawancara dilakukan kepada 4 responden remaja putus

sekolah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan

mereka putus sekolah. Selain itu peneliti juga mewawancarai

20

Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif – Kualitatif, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2010), P. 175. 21

Etta Mamang Sangadji, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: C.V Andi

Offset, 2010), P. 192. 22 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R&D, (Bandung: Alpabeta,

2008), P. 218-219.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

18

orang terdekat responden baik teman maupun keluarga

responden mmasing-masing yang mempunyai hubungan

langsung terkait masalah yang akan di bahas.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kampung Cikadu Indah, Desa

Tanjung jaya Kecamatan Panimbang. Pandeglang – Banten.

Adapun waktu yang peneliti lakukan kurang lebih selama 4

bulan. periode Agustus – November tahun 2016.

1. Subjek Penelitian

Adapun penelitian ini yang menjadi subjek ialah 4 orang

remaja putra yang mengalami putus sekolah di tingkat Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK).

2. Teknik Pengolahan Data

Mengolah data berarti menyaring data yang telah

diperoleh untuk menghasilkan susunan masalah yang benar

setelah data terkumpul kemudian penulis menggunakan cara-

cara dalam pengolahan data tersebut dan mengklasifikasikan

permasalahannya menurut jenis dan batasan permasalahan itu

sendiri.23

3. Pengumpulan Data

Setelah data terkumpul, kemudian peneliti mengolah

data dengan menggunakan induktif yakni mengumpulkan data

khusus yang diambil kemudian deskripsikan dalam bentuk

kesimpulan secara umum.

23

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosda Karya, 2010), P. 5.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1597/3/BAB I E.pdf · menyebabkan remaja putus sekolah. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka

19

H. Sistematika Skripsi

Dalam penelitian ini peneliti membagi dalam lima bab dan

masing-masing bab terdiri atas beberapa sub-sub, dengan rincian

sebagai berikut:

Bab Pertama pendahuluan, dalam bab ini menguraikan tentang

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, telaah pustaka, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan

sistematika penelitian.

Bab Kedua merupakan gambaran umum tentang objek yang

akan di teliti yang meliputi: sejarah desa tanjung jaya, visi dan misi

desa tanjung jaya, dan struktur organisasi desa tanjung jaya.

Bab Ketiga gambaran remaja putus sekolah, dalam bab ini

menguraikan tentang kondisi remaja putus sekolah, faktor penyebab

remaja putus sekolah dan profil responden.

Bab Keempat penerapan konseling individual terhadap remaja

putus sekolah, dalam bab ini menguraikan penerapan konseling

individual terhadap remaja putus sekolah, analisis hasil kegiatan dan

indikator keberhasilan proses konseling.

Bab Kelima penutup, dalam bab ini menguraikan kesimpulan

dan saran.