bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - sinta.unud.ac.id. bab i.pdf · 1.1 latar belakang ......

6
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres merupakan suatu respon yang timbul akibat ketidakmampuan individu untuk menerima beban fisik dan psikologik yang melebihi batas kemampuannya (Riley, 1981). Stres dapat dialami setiap individu yang apabila tidak ditangani dalam jangka panjang dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti hipertensi, penyakit jantung, kecemasan, depresi, gangguan kognitif dan sindrom kelelahan kronis (Vinod and Shivakumar, 2012). Selama kondisi stres, terjadi peningkatan kebutuhan energi di dalam tubuh organisme yang menyebabkan peningkatan produksi radikal bebas (Kenjale et al., 2007). Radikal bebas berlebih dapat memicu ketidakseimbangan dengan antioksidan di dalam tubuh yang mana kondisi ini disebut dengan stres oksidatif (Birben et al., 2012). Stres oksidatif dapat menggangu keseimbangan homeostasis dan allostasis yang berdampak pada terganggunya seluruh sistem di dalam tubuh, termasuk sistem pertahanan tubuh untuk melawan stres itu sendiri. Kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan fisik berlebih yang berakibat pada terjadinya penurunan kinerja fisik dan mental individu yang mengalami stres. Individu yang mengalami stres dapat mengalami kesulitan dalam beradaptasi. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk menangani kondisi ini salah satunya dengan penambahan asupan mikronutrien berupa adaptogen (Vinod and Shivakumar, 2012).

Upload: phamque

Post on 01-Jul-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stres merupakan suatu respon yang timbul akibat ketidakmampuan individu

untuk menerima beban fisik dan psikologik yang melebihi batas kemampuannya

(Riley, 1981). Stres dapat dialami setiap individu yang apabila tidak ditangani

dalam jangka panjang dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti

hipertensi, penyakit jantung, kecemasan, depresi, gangguan kognitif dan sindrom

kelelahan kronis (Vinod and Shivakumar, 2012). Selama kondisi stres, terjadi

peningkatan kebutuhan energi di dalam tubuh organisme yang menyebabkan

peningkatan produksi radikal bebas (Kenjale et al., 2007). Radikal bebas berlebih

dapat memicu ketidakseimbangan dengan antioksidan di dalam tubuh yang mana

kondisi ini disebut dengan stres oksidatif (Birben et al., 2012).

Stres oksidatif dapat menggangu keseimbangan homeostasis dan allostasis

yang berdampak pada terganggunya seluruh sistem di dalam tubuh, termasuk

sistem pertahanan tubuh untuk melawan stres itu sendiri. Kondisi ini dapat

menyebabkan kelelahan fisik berlebih yang berakibat pada terjadinya penurunan

kinerja fisik dan mental individu yang mengalami stres. Individu yang mengalami

stres dapat mengalami kesulitan dalam beradaptasi. Beberapa upaya dapat

dilakukan untuk menangani kondisi ini salah satunya dengan penambahan asupan

mikronutrien berupa adaptogen (Vinod and Shivakumar, 2012).

2

Adaptogen merupakan istilah untuk suatu bahan yang dapat membantu tubuh

beradaptasi terhadap stres. Secara empiris adaptogen banyak digunakan dalam

bentuk tonik yang diberikan untuk meningkatkan vitalitas tubuh selama atau

setelah masa pemulihan penyakit dan ketika terjadi perubahan kondisi lingkungan

hidup. Terdapat satu teori dari Dardymov dan Kirkorian yang menyatakan bahwa

aktivitas adaptogenik dari suatu senyawa berkaitan erat dengan adanya aktivitas

antioksidan dari senyawa tersebut (Vinod and Shivakumar, 2012). Hal ini

dikarenakan aktivitas antioksidan dapat menangkal radikal bebas seperti radikal

anion superoksida, radikal hidroksil dan hidrogen peroksida yang dihasilkan

selama stres terjadi (Mehta et al., 2012).

Beberapa tumbuhan yang telah diketahui memiliki aktivitas adaptogenik

antara lain Gingseng (Panax gingseng) dan Schisandra (Schizandra chinensis)

(Deepak et al., 2003; Alexander et al., 2007). Kedua tumbuhan ini diketahui pula

memiliki aktivitas antioksidan (Ji Bak et al., 2012; Di Hu et al., 2012).

Berdasarkan hal ini maka terdapat kemungkinan adanya keterkaitan antara

aktivitas antioksidan yang dimiliki suatu tumbuhan dengan potensi

adaptogeniknya.

Berdasarkan penelitan yang dilakukan Habbu et al. (2010) membuktikan

bahwa pada pengujian aktivitas adaptogenik ekstrak etanol akar tumbuhan

elephant creeper (Argyreia speciosa) diketahui memiliki aktivitas adaptogenik

dan memiliki kemampuan penangkapan radikal bebas DPPH dengan nilai IC50

sebesar 36,54 µg/mL. Hasil ini dapat dijadikan acuan bahwa terdapat hubungan

3

antara aktivitas adaptogenik dengan aktivitas antioksidan sehingga penelitian

lebih lanjut mengenai keterkaitan keduanya sangat diperlukan.

Ziziphus mauritiana atau di Indonesia umumnya dikenal dengan bidara,

merupakan tumbuhan yang memiliki khasiat pengobatan. Tumbuhan ini telah

dilaporkan memiliki beberapa aktivitas diantaranya sebagai antikanker,

antiobesitas, dan antioksidan (Mishra et al., 2011; Bhatia et al., 2010; Perumal et

al., 2012). Aktivitas antioksidan dari Z. mauritiana telah dibuktikan melalui

beberapa penelitian. Abalaka et al. (2011), melaporkan bahwa ekstrak etanol daun

Z. mauritiana memiliki aktivitas penangkapan radikal DPPH dengan nilai IC50

masing-masing sebesar 101,02 µg/mL yang dibandingkan dengan standar asam

askorbat dengan nilai IC50 sebesar 78,12 µg/mL. Perumal et al. (2012),

melaporkan bahwa ekstrak metanol daun dan kulit batang Z. mauritiana memiliki

aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 masing-masing

sebesar 21,40± 0,15 μg/mL dan 20,09 ± 0,19 μg/mL serta dibandingkan dengan

standar BHT yang memiliki nilai IC50 sebesar 18,50 ± 0,19 μg/mL. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2012), ekstrak etanol kulit batang Z.

mauritiana memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH dengan nilai IC50

sebesar 27,47 μg/mL dibandingkan dengan standar asam askorbat yang memiliki

nilai IC50 sebesar 18,63 ± 0,19 μg/mL.

Aktivitas antioksidan yang dimiliki Z. mauritiana membuat tumbuhan ini

diduga memiliki potensi sebagai adaptogenik. Selain itu, secara empiris tumbuhan

Z. mauritiana diketahui dapat digunakan sebagai tonik (Gaur and Sharma, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, diketahui bahwa ekstrak kulit batang

4

Z.mauritiana memiliki aktivitas antioksidan lebih besar dibandingkan dengan

ekstrak daun dilihat dari indikator nilai IC50. Hal ini kemungkinan membuat

ekstrak kulit batang dari Z. mauritiana lebih berpotensi memiliki aktivitas

adaptogenik dibandingkan dengan ekstrak daun. Selain itu, ekstrak metanol kulit

batang Z. mauritiana diketahui lebih berpotensi memiliki aktivitas antioksidan

dibandingkan dengan ekstrak etanol. Sehingga ekstrak metanol kemungkinan

lebih berpotensi memiliki aktivitas adaptogenik dibandingkan dengan ekstrak

etanol. Akan tetapi, penggunaan metanol kurang aman digunakan untuk pengujian

aktivitas secara in vivo, karena metanol dapat meninggalkan residu yang dapat

dimetabolisme dalam tubuh menjadi asam format yang sifatnya sangat toksik

(Liesivuori and Sovalainen, 1991). Sehingga penggunaan pelarut yang lebih aman

dalam proses ekstraksi dijadikan pertimbangan untuk pengujian aktivitas

adaptogenik yang akan dilakukan secara in vivo dan salah satu pelarut yang dapat

digunakan adalah etanol.

Z. mauritiana telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan (Perumal et al.,

2012; Rahman, 2012). Akan tetapi, hasil penelitan tersebut belum cukup dijadikan

data pendukung mengenai aktivitas antioksidan dari Z. mauritiana karena terdapat

anggapan bahwa perbedaan kondisi lingkungan tempat tumbuh dapat

menyebabkan perbedaan jenis dan jumlah metabolit sekunder yang terkandung

dalam suatu tanaman (Kardono, 2003). Sehingga pada penelitian ini dilakukan uji

konfirmasi mengenai aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol kulit batang Z.

mauritiana dengan metode yang dapat diadaptasi dari penelitan-penelitian

sebelumnya.

5

Pengujian aktivitas adaptogenik dapat dilakukan salah satunya dengan

metode swimming endurance test. Pengamatan terhadap aktivitas renang

umumnya lebih banyak digunakan dibandingkan dengan pengamatan aktivitas

lain, misalnya aktivitas treadmill. Hal ini dikarenakan aktivitas yang dilakukan

selama berenang jauh lebih besar dibandingkan dengan menggunakan treadmill

sehingga dapat mempelajari perubahan fisiologis dan kapasitas organisme dalam

merespon stres lebih baik (Kothiyal and Ratan, 2011). Selain itu, aktivitas renang

diketahui dapat menimbulkan stres oksidatif pada hewan uji (Habbu et al., 2010;

Vinod and Shivakumar, 2012). Oleh karena itu, pengujian dengan aktivitas renang

dapat digunakan sebagai permodelan untuk pengujian adaptogenik yang

melibatkan stres oksidatif di dalamnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai

uji aktivitas adaptogenik dari ekstrak etanol kulit batang Ziziphus mauritiana

dengan metode swimming endurance test secara in vivo pada mencit galur Balb/C.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana aktivitas adaptogenik ekstrak etanol kulit batang bidara (Z.

mauritiana)?

1.2.2 Bagaimana hubungan aktivitas adaptogenik dan aktivitas antioksidan dari

ekstrak etanol kulit batang bidara (Z. mauritiana)?

6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui aktivitas adaptogenik dari ekstrak etanol kulit batang bidara

(Z. mauritiana).

1.3.2 Mengetahui hubungan aktivitas adaptogenik dan aktivitas antioksidan dari

ekstrak etanol kulit batang bidara (Z. mauritiana)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah membuktikan aktivitas adaptogenik dari

tumbuhan Z. mauritiana yang secara empiris sudah dimanfaatkan sebagai tonik

sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Selain itu, diharapkan

penelitian ini dapat menghubungkan keterkaitan antara hubungan aktivitas

adaptogen dan aktivitas antioksidan yang dimiliki tumbuhan Z. mauritiana

sehingga dapat dimanfaatkan sebagai landasan atau referensi untuk

pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya.