bab i pendahuluan 1.1 latar belakang bahasa korea termasuk

31
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk bahasa yang kaya akan onomatope dan mimetik. Onomatope-mimetik tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Onomatope-mimetik dapat menambah efek ekspresi dan membuat bahasa menjadi hidup. Penggunaan onomatope-mimetik juga dapat memperjelas situasi dan suasana kalimat. Onomatope adalah penamaan benda atau perbuatan dengan peniruan bunyi yang diasosiasikan dengan benda atau perbuatan itu (Kridalaksana, 2008:116). Menurut Ullman (2007:102) onomatope dapat dibedakan menjadi (1) onomatope yang berupa tiruan bunyi atas bunyi, misalnya suara kicauan burung atau suara kokok ayam, dan (2) onomatope yang berupa tiruan bunyi atas gerakan atau kualitas fisik atau moral, misalnya „gemetar‟, „terang‟, dan „becek‟. Menurut Lee (2007:1) mimetik adalah kata-kata yang digunakan untuk mengekspresikan tiruan tindakan, keadaan, atau situasi dari objek hidup atau mati dan pergerakan- pergerakan. Di dalam bahasa Korea, onomatope-mimetik dapat digunakan sebagai adverbia. Adverbia yang demikian disebut adverbia mimetik. Adverbia mimetik adalah adverbia yang mengekspresikan keadaan luar, gerakan atau bunyi benda atau manusia (Ihm dkk, 2001:137). Dalam bahasa Korea, adverbia mimetik dibedakan menjadi dua tipe yakni, adverbia mimetik berupa isng dan ith.

Upload: phungxuyen

Post on 29-Dec-2016

248 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Korea termasuk bahasa yang kaya akan onomatope dan mimetik.

Onomatope-mimetik tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam

bahasa lisan maupun tulisan. Onomatope-mimetik dapat menambah efek ekspresi

dan membuat bahasa menjadi hidup. Penggunaan onomatope-mimetik juga dapat

memperjelas situasi dan suasana kalimat.

Onomatope adalah penamaan benda atau perbuatan dengan peniruan bunyi

yang diasosiasikan dengan benda atau perbuatan itu (Kridalaksana, 2008:116).

Menurut Ullman (2007:102) onomatope dapat dibedakan menjadi (1) onomatope

yang berupa tiruan bunyi atas bunyi, misalnya suara kicauan burung atau suara

kokok ayam, dan (2) onomatope yang berupa tiruan bunyi atas gerakan atau

kualitas fisik atau moral, misalnya „gemetar‟, „terang‟, dan „becek‟. Menurut Lee

(2007:1) mimetik adalah kata-kata yang digunakan untuk mengekspresikan tiruan

tindakan, keadaan, atau situasi dari objek hidup atau mati dan pergerakan-

pergerakan.

Di dalam bahasa Korea, onomatope-mimetik dapat digunakan sebagai

adverbia. Adverbia yang demikian disebut adverbia mimetik. Adverbia mimetik

adalah adverbia yang mengekspresikan keadaan luar, gerakan atau bunyi benda

atau manusia (Ihm dkk, 2001:137). Dalam bahasa Korea, adverbia mimetik

dibedakan menjadi dua tipe yakni, adverbia mimetik berupa isng dan ith.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

2

isng sering disebut onomatope, sementara itu ith sama dengan mimetik.

Contoh penggunaan adverbia mimetik dalam kalimat adalah hal-hal berikut ini.

(1) Yrsaram -i sangchussam -l gwi-gwi mk- -tt- -da.1

Beberapa orang PS nasi bungkus selada PO AM makan Lam Dek

„Beberapa orang makan nasi bungkus selada dengan rakus.‟

(2) G -nn umul-umul malha- -ay ihhagi- -ga himdl- -da.2

Orang itu PT AM berbicara Kon hal pemahaman PS sulit Dek

„Orang itu berbicara dengan komat-kamit, jadi sulit dipahami.‟

(3) Sumbakokjilha- -nn ai -dl -i salgm-salgm jib dwi

Bermain petak umpet yang anak Jmk PS AM rumah belakang

-ro ga- -as sum- -tt- -da.3

PKT pergi Kon bersembunyi Lam Dek

„Anak-anak yang bermain petak umpet pergi dengan diam-diam ke belakang

rumah lalu bersembunyi.‟

(4) G -i jji itt- -nn nongdam -e modu haha us- -tt- -da.4

Orang itu PM lucu ada yang gurauan dengan semua AM tertawa Lam Dek

„Semua tertawa lebar dengan gurauan lucunya orang itu.‟

Dari contoh-contoh di atas dapat diketahui bahwa adverbia mimetik dapat

menerangkan berbagai verba. Adverbia mimetik gwi-gwi „dengan rakus‟ dalam

contoh (1) merupakan adverbia yang menerangkan cara makan dengan

memasukkan makanan penuh ke dalam mulut, sementara adverbia mimetik umul-

umul „dengan komat-kamit‟ dalam contoh (2) merupakan adverbia yang

memperjelas bahwa aksi berbicara dilakukan dengan berkomat-kamit. salgm-

salgm „dengan diam-diam‟ dalam contoh (3) menjelaskan tindakan pergi

1 Lee (2007:129) 2 Lee (2007:183) 3 Lee (2007:75) 4 Naver Dictionary (Naver Dictionary merupakan aplikasi kamus bahasa Korea untuk smartphones yang diluncurkan oleh Naver Corp. Kamus ini bersumber pada Phyojungukeo Daesajeon (Kamus Besar Bahasa Korea Standar) yang disusun oleh Gukribgukeoweon (Lembaga Bahasa Korea Nasional).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

3

dengan sembunyi-sembunyi dan adverbia mimetik haha „dengan lebar‟ dalam

kalimat (4) menjelaskan aksi tertawa yang dilakukan dengan mulut terbuka lebar.

Adverbia mimetik mempunyai keunikan tersendiri. Hal tersebut tampak

dari perubahan-perubahan bunyi yang dapat menunjukkan perbedaan kesan

gerakan atau pelaku. Perhatikan contoh berikut.

(5) Gny -nn ddap dsine gog -rl yrbn

Perempuan itu PS jawaban sebagai gantinya tengkuk PO berkali-kali

kkattak-kkattak kkdki- -tt- -da.5

AM menganggukan Lam Dek

„Perempuan itu menggangguk-anggukkan kepalanya berkali-kali sebagai

gantinya menjawab.‟

(6) Jinsu -i mal -e modu gog -rl kkttk-kkttk

Jinsu PM perkataan dengan semua tengkuk PO AM

hndl- -my macanggurl chi- -tt- -da. 6

menggerakkan Kon menyetujui Lam Dek

„Semua setuju dengan perkataan Jinsu sambil mengangguk-anggukkan kepala.‟

kkattak-kkattak „mengangguk-angguk‟ dan kkttk-kkttk „mengangguk-

angguk‟ dalam contoh (5) dan (6) di atas merupakan adverbia mimetik yang

menunjukkan bentuk menganggukkan kepala. Keduanya mengandung makna

dasar yang sama, tetapi kkttk-kkttk digunakan sebagai tanda persetujuan

yang lebih kuat daripada kkattak-kkattak. Hal yang demikian tercermin dari

perubahan vokal /a/ pada suku pertama dan kedua dalam kkattak-kkattak menjadi

vokal // pada suku pertama dan // pada suku kedua dalam kkttk-kkttok.

Vokal /a/ memberikan kesan gerakan yang „kecil‟, sementara vokal // dan //

dapat memberikan kesan gerakan yang „besar‟.

5 Lee (2007:70)

6 Lee (2007:70)

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

4

(7) Gny -nn panhi chydabo- -dni kkal-kkal utgi

Perempuan itu PT dengan tajam memandang Kon AM tertawa

sijakha- -ytt- -da.7

mulai Lam Dek

„Perempuan itu menatap dengan tajam lalu mulai tertawa terbahak-bahak.‟

(8) Abnim -i sok -i siwonha- -si- -n dsi kkl-kkl us- -si- -tt- -da.8

Ayah PS hati PS sejuk Hon Kon AM tertawa Hon Lam Dek

„Ayah tertawa terbahak-bahak seperti hatinya lega.‟

Dalam kedua contoh di atas tampak adanya adverbia mimetik kkal-kkal dan kkl-

kkl yang masing-masing berada di depan verba us-/-ut-9

„tertawa‟. Kedua

adverbia mimetik tersebut merupakan tiruan bunyi orang yang tertawa. kkal-kkal

menerangkan cara tertawa yang terbuka dan tanpa henti yang dilakukan oleh

wanita atau anak kecil, sedangkan kkl-kkl menerangkan cara tertawa yang

terbuka, lepas dan tanpa henti yang dilakukan oleh laki-laki dewasa. Perbedaan

yang demikian selain tampak dari subjek yang digunakan juga terlihat dari

perubahan vokal dalam kedua adverbia tersebut. Vokal /a/ dalam kkal-kkal

mengesankan pada suatu hal yang kecil, sedangkan vokal // dalam kkl-kkl

memberikan kesan pada sesuatu yang besar. Hal yang kecil tersebut menyarankan

pada suara tawa yang dilakukan oleh anak kecil atau wanita dan hal yang besar

menyarankan pada suara tawa dilakukan oleh laki-laki dewasa. Contoh lain

sebagai berikut.

7 Nandingthoya (2010:48)

8 Naver Dictionary

9 Konsonan /s/ di akhir suku kata tetap dilafalkan dengan /s/ apabila dibelakangnya muncul suku

kata yang berawalan vokal dan dilafalkan dengan /t/ jika diikuti dengan suku kata yang berawalan konsonan.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

5

(9) Ai -nn ajang-ajang gd- -nn mosb -i sarangsru- -yo.10

Anak PT AM berjalan yang penampilan PS menyenangkan Dek

„Penampilan seorang anak yang berjalan dengan pelan-pelan itu

menyenangkan.‟

(10) Sinchri -nn jng-jng gr- -my jejnyk -e bamsongi

Sinchri PT AM berjalan Kon kemarin malam PKW bamsongi

gongmu -eges d du- -ttdn sinmun -l phokhet -es

pegawai dari mendapat yang koran PO saku dari

kkon dr- -tt- -da.11

mengeluarkan Lam Dek

„Sinchri berjalan dengan pelan-pelan sambil mengeluarkan koran dari saku

yang diterimanya dari pegawai Bamsongi kemarin malam.‟

Dari kedua contoh di atas tampak adanya adverbia mimetik ajang-ajang „dengan

pelan-pelan‟ dan jng-jng „dengan pelan-pelan‟ di depan verba gd-/gr-12

„berjalan‟. Kehadiran adverbia tersebut menunjukkan bahwa aksi berjalan

dilakukan dengan perlahan-lahan. ajang-ajang mengekspresikan bentuk

berjalannya orang yang pendek atau kecil, sedangkan jng-jng

menggambarkan bentuk berjalannya orang yang tinggi atau besar. Perbedaan

pelaku tersebut juga tercermin dari pergantian vokal dalam kedua adverbia

mimetik. Jika mengamati kedua adverbia tersebut dapat diketahui bahwa terjadi

perubahan vokal /a/ menjadi // di dalam kedua adverbia. Vokal /a/ dapat

melambangkan hal yang kecil, sementara vokal // merupakan perlambang suatu

10

Daum Dictionary (Daum Dictionary merupakan aplikasi kamus bahasa Korea untuk smartphones

yang diluncurkan oleh Daum Communications. Kamus ini bersumber pada Goryeodae Hangukeo Daesajon (Kamus Besar Bahasa Korea Universitas Goryeo) yang disusun oleh Goryeo Daehakkyo Minjuk Munhwaweon (Research Institute of Korean Studies).

11Naver Dictionary

12Dalam bahasa Korea berjalan adalah gd-. Konsonan /d/ yang berada di akhir suku kata tetap

dilafalkan /d/ apabila dibelakangnya diikuti dengan suku kata yang diawali dengan konsonan dan dilafalkan /r/ jika dibelakangnya muncul suku kata yang diawali vokal.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

6

hal yang besar. Kecil menyaran pada pelaku yakni anak kecil dan besar merujuk

pada orang dewasa.

Bervariasinya adverbia mimetik yang digunakan untuk menerangkan

suatu verba seperti contoh-contoh di atas serta keunikan dalam perubahan

bunyinya menarik perhatian untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Melalui

penelitian ini, dibahas adverbia mimetik khususnya mengenai adverbia mimetik

penjelas verba berjalan. Berjalan dapat didefinisikan sebagai melangkahkan kaki.

Aksi melangkahkan kaki tidak hanya melibatkan telapak kaki atau bagian kaki

dari lutut ke bawah saja, tetapi seluruh bagian badan ke bawah, bahkan badan dan

tangan pun ikut bergerak saat aksi tersebut dilakukan. Banyaknya anggota badan

yang terlibat saat aksi melangkah dilakukan, diduga dapat menimbulkan

bervariasinya adverbia mimetik yang mengekspresikan aksi tersebut. Semakin

bervariasinya adverbia mimetik yang ditemukan semakin banyak pula adverbia

mimetik yang dapat diteliti.

Penelitian ini menarik bagi para pembaca karena membahas adverbia

mimetik dari sisi morfologi, sintaksis, semantik serta fonologi. Dari segi

morfologi penelitian ini mengungkap bentuk adverbia mimetik. Dari sisi sintaksis

memaparkan posisi adverbia mimetik dalam kalimat. Sementara itu, dari sisi

semantik menguraikan makna adverbia mimetik dan dari segi fonologi meninjau

perubahan bunyi yang terjadi diantara adverbia mimetik serta hubungan konsonan

akhir dengan makna adverbia mimetik.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, dapat dirumuskan

beberapa permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yakni:

1. Apa sajakah adverbia mimetik penjelas verba berjalan dalam bahasa Korea?

2. Bagaimanakah aspek morfologis dan sintaksis adverbia mimetik penjelas

verba berjalan dalam bahasa Korea?

3. Bagaimanakah makna yang terkandung dalam adverbia mimetik penjelas

verba berjalan dalam bahasa Korea?

4. Bagaimanakah hubungan perubahan bunyi serta konsonan akhir dengan

makna adverbia mimetik penjelas verba berjalan dalam bahasa Korea?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menginventaris adverbia mimetik penjelas verba berjalan dalam bahasa

Korea.

2. Mendeskripsikan aspek morfologis dan sintaksis adverbia mimetik

penjelas verba berjalan dalam bahasa Korea.

3. Mendeskripsikan makna adverbia mimetik penjelas verba berjalan dalam

bahasa Korea.

4. Mendeskripsikan hubungan perubahan bunyi serta konsonan akhir dengan

makna adverbia mimetik penjelas verba berjalan dalam bahasa Korea.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

8

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini dibagi menjadi dua yakni,

manfaat teoretis dan praktis. Masing-masing diuraikan pada bagian berikut.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan

linguistik khususnya tentang adverbia mimetik dalam bahasa Korea. Selain itu,

penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman

tentang adverbia mimetik bahasa Korea bagi para pembaca, khususnya

pembelajar bahasa Korea. Pengetahuan dan pemahaman tersebut bermanfaat

bagi para pembelajar bahasa Korea agar dapat menggunakan adverbia mimetik

dengan benar ketika berkomunikasi maupun menerjemahkan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah kosakata khususnya

adverbia mimetik penjelas verba berjalan dalam bahasa Korea sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai sarana untuk mempelajari adverbia mimetik bahasa

Korea. Selain itu, hasil dari penelitian diharapkan dapat menambah pustaka

tentang adverbia mimetik bahasa Korea, sehingga dapat digunakan sebagai

referensi bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian dengan tema serupa.

1.5 Batasan Masalah

Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada adverbia mimetik yang

menjelaskan verba berjalan. Berjalan dapat diartikan dengan melangkahkan kaki.

Banyaknya anggota badan yang terlibat saat aksi melangkah dilakukan, diduga

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

9

dapat menimbulkan bervariasinya adverbia mimetik yang mengekspresikan aksi

tersebut. Semakin bervariasinya adverbia mimetik yang ditemukan semakin

banyak pula adverbia mimetik yang dapat diteliti.

Adverbia mimetik yang dibahas dalam penelitian ini mencakup adverbia

mimetik yang dapat menerangkan verba-verba seperti, gd- „berjalan‟, balb-

„menginjak, didi- „melangkah‟, ndidi- „melangkah‟, grml omki-

„memindahkan langkah‟, dwitgrml chi- „melangkah ke belakang‟, grga-

„pergi berjalan/melewati‟, gro- „datang berjalan, grnaga- „berjalan keluar‟,

ga- „pergi‟, dagao- „datang mendekat‟, dagaga- „pergi mendekat‟, nrys-

„melangkah turun‟, ollas- „melangkah naik‟, grmmarl sijakha- „mulai

bertatih‟, ttarao- „berjalan mengikuti‟, gnnga- „pergi

menyeberang/menyeberangi‟ dan jl- „berjalan pincang‟.

1.6 Tinjauan Pustaka

Onomatope dan mimetik bahasa Korea telah termuat dalam beberapa

sumber tertulis, diantaranya dalam Kamus Bahasa Korea-Indonesia, Korean

Dictionary dan Korean Onomatopoeia and Mimesis karya Lee Kay Won (2007).

Walaupun Kamus Bahasa Korea-Indonesia memuat cukup banyak adverbia

mimetik, tetapi kamus tersebut tidak menyediakan arti dalam bahasa Indonesia

yang detail. Terjemahan sejumlah adverbia terkadang hanya berputar-putar pada

satuan kebahasaan tertentu yang justru membingungkan. Korean Dictionary

merupakan sumber tertulis yang paling lengkap mendokumentasikan onomatope

dan mimetik bahasa Korea. Walaupun penjelasan dalam kamus ada yang cukup

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

10

rinci, tetapi ada juga yang kurang rinci, sehingga kurang membantu dalam

memahami makna kata yang dicari.

Sementara itu, dalam buku Korean Onomatopoeia and Mimesis tercantum

sekurang-kurangnya 650 (enam ratus lima puluh) onomatope-mimetik bahasa

Korea. Dalam buku tersebut dibahas berbagai onomatope dan mimetik yang

berhubungan dengan sifat dan kebiasaan orang, penampilan, kondisi badan,

perasaan, kondisi emosi, perpindahan materi di alam, kondisi cuaca dan

lingkungan, suara binatang dan lain-lain. Sayangnya, penyajian onomatope-

mimetik dalam buku tersebut tidak disertai penjelasan makna yang detail, hanya

dicantumkan artinya dalam bahasa Inggris, sehingga maknanya masih kabur.

Sumber tertulis lain yang cukup berkaitan dengan penelitian ini antara lain

penelitian tentang adverbia mimetik dan onomatope mimetik yang telah dilakukan

oleh peneliti terdahulu. Diantaranya seperti berikut.

Diari (2013) membahas hubungan makna 4 kelompok onomatope-mimesis

yang mengekspresikan tindakan (1) tertawa, (2) berbicara, (3) terkejut, dan (4)

mencerna makanan dalam mulut dalam komik „A Simple Thinking About

Bloodtype‟ Episode 90-99 Karya Park Dong-Son”. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa, (1) dari satu kelompok onomatope-mimesis yang

mengekspresikan hal yang serupa, ada komponen makna yang dimiliki oleh

seluruh anggota dan ada juga komponen makna yang hanya dimiliki oleh

sebagian anggota saja, (2) hubungan makna yang dihasilkan oleh empat kelompok

onomatope-mimesis tersebut bervariasi, terdiri dari hubungan makna

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

11

bersinggungan antara tiga atau pun dua onomatope-mimesis, hubungan makna

tumpang tindih, dan hubungan makna inklusi.

Wenbintteueong (2012) membahas tentang perbandingan onomatope-

mimetik bahasa Korea dengan bahasa Vietnam, khususnya onomatope-mimetik

yang berbentuk pengulangan. Tujuannya untuk menemukan persamaan dan

perbedaan diantara keduanya. Kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut

antara lain; 1) onomatope-mimetik bahasa Vietnam berupa kata-kata umum,

sedangkan onomatope-mimetik bahasa Korea berupa kata-kata khusus, 2) pola

pengulangan onomatope-mimetik bahasa Korea ada dua jenis, yakni pengulangan

sebagian dan pengulangan utuh, demikian juga dengan pola reduplikasi

onomatope-mimetik bahasa Vietnam.

Dalam studi kontrastifnya, Nandingthoya (2010) membandingkan

adverbia derajat dan adverbia mimetik bahasa Korea dan bahasa Mongol.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik, perbedaan dan

persamaan adverbia derajat dan adverbia mimetik bahasa Korea dan bahasa

Mongol. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah hal-hal berikut ini.

Persamaan adverbia derajat bahasa Korea dan bahasa Mongol adalah 1)

Untuk menunjukkan tingkat suatu aksi atau kualitas suatu keadaan dalam bahasa

Korea dan bahasa Mongol ditandai dengan penggunaan adverbia derajat dan hal

tersebut tidak begitu menunjukkan perbedaan yang berarti. 2) Dalam aspek

sintaksis, adverbia derajat bahasa Korea dan bahasa Mongol terletak di depan

verba keadaan dan menerangkan verba tersebut. 3) Adverbia derajat dalam kedua

bahasa, umumnya tidak memiliki hubungan dengan bentuk negatif.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

12

Perbedaan adverbia derajat bahasa Korea dan bahasa Mongol adalah 1)

adverbia derajat bahasa Korea mempunyai kekhasan yakni dapat menerangkan

kata tunjuk, verba atau adjektiva. Adverbia derajat bahasa Korea, dapat

menerangkan verba mental, verba proses, dan verba aksi. Akan tetapi, dalam

bahasa Mongol adverbia derajat tidak bisa secara langsung menerangkan verba. 2)

Walaupun adverbia derajat dalam bahasa Korea tidak bisa menerangkan kata

benda, tetapi dapat menerangkan kata benda pelengkap yang digabung dengan

kopula ida „adalah‟. Adverbia yang bisa menerangkan kopula hanya adverbia

derajat saja, sedangkan adverbia yang lain tidak bisa. Bahasa Korea mempunyai

banyak hanja „kosakata yang ditulis dalam karakter Cina‟, berbeda dengan bahasa

Mongol. Karena hubungan penggabungan komponen-komponen kosakata hanja

tersebut memberi pengaruh dalam segi struktur kalimat, maka apabila kata benda

hanja dianalisis maknanya, dapat dianalisis dengan bentuk „adjektiva + kata

benda‟ dan di antara bagian adjektiva dapat diterangkan dengan adverbia . Akan

tetapi, karena bahasa Mongol tidak mempunyai hanja, maka menunjukkan bentuk

„adjektiva+kata benda‟. Dengan demikian, secara morfologis berbeda. 3)

Kosakata yang menunjukkan adverbia derajat dalam bahasa Korea lebih beraneka

ragam daripada bahasa Mongol.

Persamaan adverbia mimetik bahasa Korea dan Mongol adalah 1)

Perubahan fonem yang menyebabkan perbedaan nuansa makna dalam bahasa

Korea mirip dengan yang ada dalam bahasa Mongol. 2) Perubahan vokal yin dan

yang dalam adverbia mimetik bahasa Korea dapat memberikan nuansa makna

yang berbeda, sehingga menunjukkan kekhasan dalam semantik. Selanjutnya

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

13

perbedaan konsonan lunak, konsonan keras, dan konsonan aspirat juga

menyebabkan perbedaan nuansa makna. Hal yang demikian juga dimiliki oleh

adverbia mimetik bahasa Mongol. 3) Dari segi morfologis, adverbia mimetik

dalam kedua bahasa berupa bentuk ulang dan bentuk tunggal.

Perbedaan adverbia mimetik bahasa Korea dan bahasa Mongol adalah 1)

Diantara onomatope bahasa Korea biasanya digunakan dalam bentuk tunggal,

sering muncul perubahan bentuk kata tergantung dengan perubahan bunyi,

sebaliknya dalam bahasa Mongol sama sekali tidak terjadi perubahan bunyi. 2)

Dalam bahasa Mongol terdapat perubahan 7 buah vokal, hal demikian disebut

dengan perubahan vokal laki-laki dan vokal perempuan, sedangkan dalam bahasa

Korea disebut perubahan vokal yang dan vokal yin. 3) Adverbia mimetik bahasa

Korea terdiri dari satu suku kata hingga enam suku kata, sedangkan dalam bahasa

Mongol hanya terdiri dari satu hingga dua suku kata. 4) Onomatope-mimetik

bahasa Korea dapat diberi imbuhan ‘-i-, -hada, -grida, -dda, -jil, -ida’ sehingga

bisa menjadi kata benda, verba atau adjektiva turunan. Onomatope-mimetik

bahasa Mongol dapat diberi imbuhan ‘-jigna-, -chigna-, -gina, -hi-, -gi-, -hir-, -l-,

-r-, -tna-, -gar-, -aahai-, -gana-, -shi-, -lz-, -ai-‘ dan lain-lain, sehingga dapat

menjadi kata benda, kata kerja maupun kata sifat turunan. 5) Dalam bahasa Korea

banyak ditemukan satu bunyi yang dapat meniru berbagai onomatope. Dalam

bahasa Mongol hal yang demikian juga ada tetapi tidak bermacam-macam seperti

dalam bahasa Korea. 6) Kata kerja dan kata sifat turunan dalam bahasa Mongol

dapat digantikan dengan onomatope-mimetik bahasa Korea.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

14

Gao Yin Lan (2010) dalam studinya meneliti metode pengajaran

onomatope-mimetik bahasa Korea. Penelitiannya bertujuan untuk mengadopsi

rencana program yang cocok untuk mengajar onomatope-mimetik bahasa Korea

kepada orang asing. Berikut hasil penelitiannya, 1) pembelajaran diawali dengan

memperkenalkan program dan tujuan pembelajaran kepada siswa. Guru juga perlu

memberikan materi terkait onomatope-mimetik agar siswa tertarik untuk

mempelajarinya. 2) Guru menjelaskan keistimewaan pelajaran tersebut,

pembentukan kata, dan menggunakan berbagai metode serta materi konkrit (lagu,

komik, media masa, sastra anak, sastra modern, dan meminta siswa menebak

makna onomatope-mimetik, selanjutnya guru memberitahu jawaban yang benar.

Melalui cara tersebut, siswa juga bisa belajar metodenya, tidak hanya mengetahui

makna kata yang dipelajari. 3) Membuat banyak soal latihan terkait hal yang

sudah dipelajari agar siswa ingat dengan hal yang telah dipelajari. 4) Membuat

banyak aktivitas seperti bermain peran dan menyusun cerita dengan menggunakan

onomatope-mimetik dalam situasi yang sebenarnya. 5) Guru meringkas materi

yang penting dan mereview. Selanjutnya menyusun tugas atau PR (pekerjaan

rumah).

Ham Yun Hee (2011) meneliti adverbia mimetik untuk pengajaran

kosakata bahasa Korea. Penelitian tersebut bertujuan untuk menginventaris

adverbia mimetik dan menyeleksi kata sanding yang tepat untuk adverbia mimetik

tersebut serta mendeskripsikan cara pengajaran adverbia mimetik yang telah

diinventaris. Data dikumpulkan dari buku-buku pelajaran bahasa Korea seperti

buku terbitan Universitas Seogang, Universitas Yeonsai, Universitas Goryeo, dan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

15

Universitas Ehwa Woman University, serta kamus dan soal TOPIK (Test of

Proficiency in Korean). Data-data tersebut dikumpulkan dan dilengkapi dengan

kata sanding yang memungkinkan untuk digunakan serta ditambah dengan contoh

kalimat, akhirnya menghasilkan katalog adverbia mimetik untuk pengajaran

kosakata bahasa Korea. Selanjutnya dirumuskan metode pengajaran kosakata

bahasa Korea, khususnya tentang adverbia mimetik tersebut. Metode pengajaran

yang telah dirumuskan adalah hal-hal berikut. Pertama-tama, pembelajar bahasa

Korea diberi katalog adverbia mimetik, selanjutnya dijelaskan kata sanding yang

memungkinkan untuk digunakan bersama adverbia tersebut. Perlu dijelaskan pula

perbedaan penggunaan adverbia mimetik yang mengalami pengulangan suku kata

dan adverbia mimetik yang mengalami perubahan fonem. Contoh kalimat juga

perlu diberikan agar membantu pemahaman pembelajar. Walaupun hasil

penelitian ini dapat membantu dalam pengajaran kosakata bahasa Korea, tetapi

belum ada rencana pembelajaran yang detail.

Jung Jyun Mun (2011) membahas tentang kolokasi bentuk „adverbia

mimetik + verba/adjektiva‟ bahasa Korea. Penelitian tersebut bertujuan untuk

membuktikan kebenaran penelitian terdahulu terkait hubungan kedekatan adverbia

mimetik dan verba atau adjektiva dalam kolokasi bentuk „adverbia mimetik +

verba/adjektiva‟. Menurut Sonamik (1998) berdasarkan kata yang dapat muncul

di depan dan di belakang adverbia mimetik, terdapat empat tipe kolokasi bentuk

„adverbia mimetik + verba/adjektiva‟, yakni tipe 1) Adverbia mimetik yang hanya

dapat digabung dengan satu subjek dan satu predikat atau { }-adverbia mimetik-

{ }, tipe 2) Adverbia mimetik yang dapat digabung dengan beberapa kata

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

16

sebagai subjek dan satu kata sebagai predikat atau [ ]-adverbia mimetik-{ }, tipe

3) Adverbia mimetik yang dapat digabung dengan satu subjek dan beberapa kata

sebagai predikat atau { }-adverbia mimetik-[ ] atau { }-adverbia mimetik-{ } U

{ }, dan tipe 4) Adverbia mimetik yang dapat digabung dengan beberapa subjek

dan beberapa predikat, dalam semantik jika ditulis [ ]-Advebia mimetik-[ ]

menjadi aneh, umumnya ditulis [ ]-advebia mimetik-{ }. Teori itulah yang

dibuktikannya. Untuk membuktikan kebenaran teori tersebut, data dikumpulkan

dari kamus untuk pembelajar bahasa Korea (Seosanggu We, tahun terbit 2006)

dan katalog adverbia dari bank kosakata Universitas Saejong.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa adverbia mimetik tipe

1„kata benda + adverbia mimetik + verba/adjektiva‟ menunjukkan ciri khusus

mempunyai hubungan penggabungan yang sangat dekat. Dalam tipe 2 tampak

bahwa kata yang mendahului adverbia mimetik bisa beragam atau kata yang

muncul setelah adverbia mimetik hanya satu. Dalam tipe 3 tampak adanya

kecocokan bahwa adverbia mimetik dapat diikuti beragam verba atau adjektiva.

Tipe 4 merupakan bentuk yang menunjukkan bahwa adverbia mimetik dapat

digabung dengan beberapa subjek dan beberapa predikat. Berdasarkan

pengamatan, penulis menemukan bahwa dalam tipe 4, walaupun predikat tidak

muncul dalam kalimat, adverbia mimetik dapat menggantikan fungsi predikat.

Walaupun penelitian tersebut juga menghasilkan katalog kolokasi yang dapat

digunakan untuk pengajaran kosakata bahasa Korea, tetapi metode pengajaran

yang konkrit belum dibahas.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

17

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa telah ada studi terkait

onomatope-mimetik dan adverbia mimetik bahasa Korea. Akan tetapi, belum

ditemukan penelitian yang membahas adverbia mimetik khusus penjelas verba

berjalan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penelitian yang dilakukan ini

berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu. Dibandingkan dengan penelitian-

penelitian yang telah disebutkan, pembahasan dalam penelitian ini lebih luas

karena mengkaji adverbia mimetik dari segi morfologi, sintaksis, semantik, serta

fonologi.

1.7 Landasan Teori

Dalam bagian ini diuraikan tentang teori-teori yang menjadi landasan

dalam melakukan analisis pada penelitian. Pertama-tama diulas mengenai

hubungan onomatope-mimetik dengan ketidakarbitreran bahasa. Selanjutnya,

dipaparkan tentang karakteristik onomatope-mimetik bahasa Korea, definisi

adverbia dan adverbia mimetik, bentuk ikonik, makna referensial dan komponen

makna. Masing-masing diuraikan pada bagian berikut.

1.7.1 Hubungan Onomatope-Mimetik dengan Ketidakarbitreran Bahasa

Kridalaksana (2008:17) memberikan batasan bahasa sebagai sistem

lambang arbitrer yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerjasama,

berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Menurut Chaer (1994:45) kata arbitrer

diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. Yang

dimaksud dengan arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang

bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

18

lambang tersebut. Dalam Soeparno (2002:2) disebutkan bahwa bahasa

mempunyai ciri arbitrer, yakni hubungan yang sifatnya semena-mena antara

signifie dan signifiant.

Menurut Saussure (1988:14) signifiant adalah lambang bunyi itu,

sedangkan signifie adalah konsep yang dikandung oleh signifiant. Umumnya

signifiant disebut dengan penanda atau lambang bunyi dan signifie disebut dengan

petanda. Lambang yang berupa bunyi tersebut tidak memberi petunjuk apapun

untuk mengenal konsep makna yang diwakilinya. Misalnya antara [sapi] dengan

yang dilambangkannya yaitu “binatang pemamah biak, bertanduk, berkuku genap,

berkaki empat, bertubuh besar, dipiara untuk diambil daging dan susunya”. Kita

tidak dapat menjelaskan mengapa binatang tersebut dilambangkan dengan bunyi

[sapi]. Mengapa bukan dilambangkan dengan bunyi [isap], [sipa] atau lambang

lainnya. Hal tersebut tidak dapat kita jelaskan karena sifat arbitrernya itu.

Apabila ada hubungan wajib antara lambang dengan yang

dilambangkannya, tentu lambang yang dalam bahasa Indonesia berbunyi [kerbau],

akan disebut [kerbau] juga oleh orang Jawa bukannya [kebo]. Lalu, apabila ada

hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya, maka di dunia ini

tidak akan ada bermacam-macam bahasa.

Kata yang lambangnya berasal dari bunyi benda yang diwakilinya atau

sering disebut onomatope tidak bersifat arbitrer karena kata-kata semacam itu

lambangnya memberi “saran” atau “petunjuk” bagi konsep yang

dilambangkannya (Chaer, 1994:45). Misalnya, lambang [tokek] dalam bahasa

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

19

Indonesia yang mempunyai hubungan dengan konsep yang dilambangkannya

yaitu sejenis binatang merayap yang bunyinya [tokek].

Namun demikian, yang disebut onomatope tidak persis sama antara bahasa

satu dengan bahasa lainnya. Misalnya, bunyi kucing dalam bahasa Indonesia

[meong] ternyata dalam bahasa Korea berbunyi [yaong], bunyi ayam betina

setelah selesai bertelur [kotekkotek], dalam bahasa Korea berbunyi [kokodek].

1.7.2 Karakteristik Onomatope-Mimetik Bahasa Korea

Dalam Wang (2010:13) disebutkan bahwa onomatope-mimetik bahasa

Korea mempunyai kekhasan dalam kelas kata yang luas. Onomatope-mimetik

dapat termasuk dalam adverbia, interjeksi, adjektiva, verba, dan adnomina.

Perhatikan contoh berikut.

(11) Byngari -ga jjk-jjk ul- -go itt- -da.13

Anak ayam PS Ono menangis sedang Dek

„Anak ayam sedang berkotek.‟

(12) Chlsu -nn ttarrng sori -e jaml kku- -tt- -da.14

Chlsu PT Ono suara oleh terbangun Lam Dek

„Chlsu terbangun oleh suara kring.‟

(13) Gr- -l tt- -mada jin hlk- -i jongari -e chalssakgri- -nda.15

Berjalan ketika setiap tanah liat PS betis pada memukul Dek

„Setiap saat berjalan, tanah liatnya menempel pada betis.‟

(14) Mar -l umulumulha- -nn brs -l ppalli gochi-

Kata PO berkomat-kamit yang kebiasan PO cepat memperbaiki

-ya ha- -nda.16

harus Dek

13

Wang (2010:13) 14

Wang (2010:13) 15

Wang (2010:13) 16

Wang (2010:13)

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

20

„Harus cepat memperbaiki kebiasaan berbicara berkomat-kamit.‟

(15) Haha, n -ga ibne tto ikki- -tt- -da.17

Ono aku PS kali ini lagi menang Lam Dek

„Haha, aku kali ini menang lagi.‟

jjk-jjk pada contoh (11) adalah adverbia dan menerangkan verba ul- „berkotek‟.

Dalam kalimat (12) onomatope berperan sebagai modifier bagi kata sori „suara‟.

Nomina yang sering digunakan sebagai kata yang diterangkan oleh onomatope

adalah sori „suara‟. Chaewan (2003) dalam Wang (2010:13) mengatakan bahwa

nomina seperti sori „suara‟ harus ada modifier yang menjelaskan atau

menunjukkan isi suara itu, sehingga dapat terbentuk makna yang sempurna.

Onomatope dan mimetik dapat menjadi verba atau adjektiva dengan

menempelkan afiks -grida, -hada seperti chalssak, dan umul-umul dalam (13)

dan (14). Onomatope mimetik dapat menjadi verba dan adjektiva setelah dilekati -

grida, -dda, -ida, atau -hada. Dalam (15) haha „haha‟ dapat dipandang sebagai

onomatope sekaligus interjeksi.

Secara morfologis, onomatope-mimetik dapat diklasifikasikan menjadi

tiga bentuk. Chaewan (2003:25) dalam Gao (2010:14) menyebutkan bahwa

terdapat tiga jenis bentuk onomatope dan mimetik bahasa Korea, yakni bentuk

tunggal, bentuk ulang, dan bentuk gabungan. Secara lebih detail diuraikan seperti

berikut.

1) Bentuk tunggal

17

Wang (2010:13)

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

21

Onomatope dan mimetik bentuk tunggal merupakan onomatope-mimetik

yang berdiri sendiri. Bentuk ini dibagi menjadi empat jenis berdasarkan jumlah

silabel yang dimiliki, yakni bentuk tunggal satu silabel, bentuk tunggal dua

silabel, bentuk tunggal tiga silabel, dan bentuk tunggal empat silabel. Bentuk

tunggal empat silabel hanya dimiliki oleh mimetik.

a) Bentuk tunggal satu silabel (Pola A)

Contoh : kwk „bunyi teriakan‟, kwang „berdebam‟

b) Bentuk tunggal dua silabel (Pola AB)

Contoh : yaung „meong‟, mm „bunyi menguak‟

c) Bentuk tunggal tiga silabel (Pola ABC)

Contoh : dalgadang „dengan gemerincing‟, kokio „bunyi kokok ayam jantan‟

d) Bentuk tunggal empat silabel (Pola ABCD)

Contoh : nggjuchum „bentuk antara tegak dan duduk‟

2) Bentuk Ulang

Bentuk ulang ini dibagi menjadi tiga jenis yakni pengulangan utuh,

pengulangan dengan perubahan, dan pengulangan sebagian. Masing-masing

contohnya dapat dilihat pada bagian berikut.

(1) Bentuk Pengulangan Utuh

a) Bentuk Pengulangan Satu Silabel

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

22

Contoh : khik-khik „tertawa genit‟, thl-thl „dengan susah payah‟

b) Bentuk Pengulangan Dua Silabel

Contoh : kangchung-kangchung „bentuk melompat dan turun‟,

mallang-mallang „lembut„

c) Bentuk Pengulangan Tiga Silabel

Contoh : baddk-baddk „berderak‟,

tgrak-tgrak „kresek-kresek‟

(2) Bentuk Pengulangan dengan Perubahan

a) Pergantian Vokal

Contoh : silcuk-slcuk „dengan besungut-sungut‟,

singsung-sngsung „berhamburan‟

b) Pergantian Silabel

Contoh : jwirak-phrak „menguasai‟,

hdungjidung „dengan tergopoh-gopoh‟

c) Pergantian Konsonan

Contoh : urak-burak „kasar‟, omok-jomok „cekung‟

(3) Bentuk Pengulangan Sebagian (Pola AAB, ABB)

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

23

Contoh : asasak „garing‟, tarrng „bunyi telepon‟

3. Bentuk Gabungan

Bentuk ini dibuat dengan menggabungkan bentuk tunggal dengan bentuk

tunggal yang lain. Contoh: llngtungtang „dengan sembrono‟

1.7.3 Adverbia dan Adverbia Mimetik

Menurut Moeliono (1993:223) adverbia merupakan kata yang memberi

keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Serupa dengan

pernyataan tersebut, Sasangka (2000:19) juga menyatakan bahwa yang disebut

dengan adverbia adalah kata yang dipakai untuk memerikan verba, adjektiva,

nomina atau adverbia lain. Alwi et al. (1998:197) dalam Sasangka (2000:17)

mengemukakan pendapatnya bahwa adverbia perlu dibedakan berdasarkan tataran

frasa dan tataran klausa. Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang

menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain. Sementara itu, dalam tataran

klausa, adverbia menjelaskan fungsi-fungsi sintaksis. Kata yang dijelaskan oleh

adverbia pada umumnya berfungsi sebagai predikat. Berdasarkan uraian tersebut

dapat dikatakan bahwa adverbia adalah kata yang menerangkan kata yang lain.

Adverbia mimetik adalah adverbia yang mengekspresikan keadaan luar,

tindakan, perpindahan atau bunyi benda atau manusia (Ihm dkk, 2001:137).

Dalam bahasa Korea terdapat dua tipe adverbia mimetik yakni ith dan

isng. ith merupakan adverbia yang mengekspresikan suatu sikap atau

tindakan, atau keadaan contohnya, bancak-bancak „gemerlapan‟, sl-sl

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

24

„dengan lembut‟, dan kkangchong-kkangchong „melompat-lompat‟. Sementara itu,

isng adalah adverbia yang mencoba untuk menyerupai bunyi binatang atau

alam misalnya, kholok-kholok „bunyi batuk‟, jol-jol „bunyi aliran kecil‟ dan

drrng-drrng „bunyi keributan‟.

Sejalan dengan hal tersebut, Lee (2007:1) juga menyebutkan bahwa

onomatope atau isng mengacu pada kata yang meniru suara alam, sedangkan

mimetik atau ith mengacu pada kata-kata yang digunakan untuk

mengekspresikan tiruan tindakan, keadaan, atau situasi dari objek hidup atau mati

dan pergerakan-pergerakan. Dari uraian di atas, dapat disarikan bahwa adverbia

mimetik adalah adverbia yang berupa tiruan bunyi benda, manusia, dan alam atau

tiruan keadaan, situasi, dan tindakan.

1.7.4 Bentuk Ikonik

Bentuk ikonik yang melibatkan unsur fonik bahasa, di samping disebut

dengan iconism, sering disebut dengan istilah symbolism (sound symbolism,

phonetic symbolism, linguistic symbolism), dan kadang-kadang onomatopoeia

(Sudaryanto, 1989:114). Lambang bunyi atau sound symbolism merupakan sebuah

nilai makna tertentu yang diberikan kepada bunyi bahasa. Misalnya, dalam bahasa

Jawa ada kesan bahwa bunyi /i/ menyatakan “kecil”, sedangkan bunyi /o/

menyarankan makna “besar”, seperti pada kricik-kricik dan krocok-krocok. Kricik-

kricik mengesankan bahwa air yang mengucur alirannya kecil, sementara krocok-

krocok menyarankan pada air yang mengucur alirannya besar (Ullman, 2007:102).

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

25

Dalam bahasa Korea terdapat pola khusus perlambangan bunyi untuk

mendeskripsikan kualitas vokal dan konsonan. Vokal pada posisi awal seperti a, o,

dan menunjukkan bunyi dan gerakan yang terang, kecil, kuat dan lembut,

sedangkan vokal , , u, dan i menunjukkan makna gelap, luas, lemah, dan berat.

Sementara itu konsonan keras seperti kk, tt, pp, ss, jj dan konsonan aspirat seperti

kh, th, ph mempunyai makna konotatif yang lebih kuat daripada konsonan lunak

seperti g, d, b, s (Lee, 2007:10).

Pergantian vokal sebagian besar mencerminkan adanya hubungan

harmonisasi vokal Korea. Sejalan dengan yang telah dipaparkan sebelumnya, Lee

(2000:122) juga menyebutkan bahwa dalam sistem harmoni vokal Korea, bunyi

vokal a, , ya, o, we, yo, wa, w termasuk dalam kategori vokal yang atau vokal

positif. Vokal positif ini mengkonotasikan makna cerah, bercahaya, terang, kecil,

sedikit, tajam, tipis, kuat, cepat, dan baru. Sementara itu, bunyi vokal , e, y, u,

wi, yu, w, we, , i, i merupakan vokal yin atau negatif. Vokal negatif ini

mengkonotasikan makna gelap, berat, keruh, besar, banyak, tumpul, tebal, lemah,

dan lambat.

Park Dong Geun (1996:266) dalam Gao (2010:13) menyatakan bahwa

terdapat bunyi khusus yang dapat memberikan kesan bagi pembicara. Bunyi yang

terdapat di akhir kata onomatope-mimetik ternyata juga dapat menimbulkan

berbagai rasa yang berbeda. Secara lebih rinci, dapat dilihat pada uraian berikut.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

26

a) Onomatope-mimetik yang berakhiran /k/ memberikan kesan terputus serentak

atau perubahan yang mendadak karena ada penghentian yang singkat dan tidak

mengeluarkan gema. Contoh: kak „suara burung gagak‟, tuk „suara benda

jatuh‟, sabak-sabak „suara melangkah dengan ringan‟

b) Onomatope-mimetik yang berakhiran /n/ memberikan kesan berhenti yang

lambat, ringan, dan berkesinambungan. Contoh: gaman-gaman „dengan

lembut‟, gobun-gobun „dengan lembut dan sopan‟

c) Onomatope-mimetik yang berakhiran /l/ memberikan rasa/nuansa mengalir dan

berkesinambungan. Contoh: busl-busl „bentuk salju/hujan yang turun

dengan tenang‟, dal-dal „bentuk badan yang gemetar karena dingin atau takut‟

d) Onomatope-mimetik yang berakhiran /m/ memberikan rasa adanya penghentian

yang lambat. Contoh: ddm-ddm „dengan meraba-raba, sngkhm-

sngkhm „dengan langkah panjang‟

e) Onomatope-mimetik yang berakhiran /b/ memberikan kesan putus dengan

pendek dan sangat kecil. Contoh : cap-cap „suara mengecapkan bibir, hgp-

jigp „dengan tergesa-gesa‟

f) Onomatope-mimetik yang berakhiran /t/ memberikan kesan terputus dan

nuansanya lebih lambat daripada /n/. Contoh : gamut-gamut „bentuk sedikit

hitam pada beberapa bagian‟, gugit-gugit „kusut‟

g) Onomatope-mimetik yang berakhiran /ng/ memberikan nuansa tersisa atau

terdengar karena menyisakan suara (menggema/menggaung). Contoh : kwang-

kwang „suara berdengung‟, bing-bing „berputar-putar‟

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

27

1.7.5 Makna Referensial

Makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan

kenyataan atau referent (acuan). Makna referensial juga sering disebut makna

kognitif karena memiliki acuan. Makna referensial memiliki hubungan dengan

konsep tentang sesuatu yang telah disepakati bersama oleh masyarakat bahasa

(Djajasudarma,1999:11).

Kridalaksana (1984:120) dalam Suwandi (2008:74) menyebutkan bahwa

makna referensial (referential meaning) adalah makna unsur bahasa yang sangat

dekat hubungannya dengan dunia luar (objek atau gagasan), dan yang dapat

dijelaskan oleh analisis komponen. Makna referensial merupakan makna yang

langsung berhubungan dengan acuan yang diamanatkan oleh leksem.

Jika seseorang mendengar atau membaca onomatope kukuruyuk, orang

tersebut pasti akan terbayang dengan referennya yaitu bunyi ayam jantan yang

berkokok. Makna yang terkandung dalam kata kukuruyuk tersebut berhubungan

langsung dengan bunyi aslinya. Hal yang demikianlah yang disebut dengan

makna referensial.

1.7.6 Komponen makna

Setiap kata memiliki elemen-elemen makna yang berbeda dengan kata lain.

Elemen makna yang menyusun sebuah kata dalam ilmu semantik disebut

komponen makna. Kajian untuk menguraikan komponen-komponen makna yang

dimiliki sebuah kata dan membandingkannya dengan komponen-komponen yang

dimiliki oleh kata lain disebut analisis komponensial. Semakin banyak komponen

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

28

makna yang dapat diuraikan , semakin detail pula sebuah kata dapat dirumuskan

maknanya (Wijana, 2010:86-87).

Menurut Leech (2003:123) analisis makna kata sering dipandang sebagai

suatu proses memisah-misahkan pengertian suatu kata ke dalam ciri-ciri khusus

minimalnya, yaitu ke dalam komponen yang kontras dengan komponen lain.

Cahyono (1995:206) menyatakan bahwa analisis komponen membagi makna ke

dalam komponen-komponen yang terkecil dalam bentuk skema. Skema tersebut

dapat memperjelas perbedaan-perbedaan antara dua macam unsur makna suatu

satuan leksikal, yakni pemarkah semantik (semantic marker) dan pembeda

semantik (semantic ditinguishers) yang bersifat khusus untuk kata-kata tertentu.

Komponen-komponen tersebut disusun dalam suatu urutan hirarkhi dari yang

bersifat umum sampai yang bersifat khusus.

1.8 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yakni pengumpulan data,

analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Berikut dipaparkan metode dan

teknik yang digunakan dalam penelitian secara lebih rinci.

1.8.1 Metode Pengumpulan Data

Objek penelitian ini berupa adverbia mimetik bahasa Korea. Adverbia

mimetik yang dimaksud adalah adverbia mimetik yang berkaitan dengan verba

berjalan. Adverbia mimetik tersebut muncul dalam data berupa kalimat berbahasa

Korea. Penjaringan data dilakukan dengan metode simak, dengan teknik simak

bebas libat cakap. Sudaryanto (1988:4) dalam Kesuma (2007:44) menyebutkan

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

29

bahwa dalam teknik tersebut peneliti tidak terlibat langsung dalam pembentukan

dan pemunculan calon data, tetapi hanya memperhatikan calon data. Demikian

juga yang dilakukan dalam penjaringan data penelitian ini. Data berupa kalimat

yang didalamnya menggunakan adverbia mimetik dikumpulkan dari beberapa

sumber yakni buku Korean Onomatopoeia and Mimesis karya Lee Kay Won

(2007), Kamus Bahasa Korea-Indonesia, Korean Dictionary, Naver Dictionary,

Daum Dictionary, Hansoft Dictionary, Naver.com dan Daum.com. Data yang

telah dikumpulkan selanjutnya dicatat dalam suatu daftar kalimat, selanjutnya

dipilah-pilah sesuai dengan kategori yang dikehendaki dalam penelitian ini.

1.8.2 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode agih atau distribusional. Pertama-

tama diterapkan teknik bagi unsur langsung. Dengan instuisi kebahasaan peneliti,

teknik bagi unsur langsung diterapkan untuk menentukan bagian-bagian

fungsional suatu konstruksi. Hasil penerapan teknik bagi unsur langsung tersebut

menjadi dasar bagi analisis berikutnya.

Tahapan selanjutnya adalah menentukan bentuk adverbia mimetik.

Dengan melihat secara sekilas, dapat dengan mudah menentukan adverbia

mimetik termasuk bentuk tunggal atau bentuk ulang. Akan tetapi, adverbia

mimetik yang berupa bentuk ulang perlu dicermati lagi apakah benar-benar

berupa kata ulang atau hanya mirip kata ulang. Untuk menentukannya perlu

dilakukan pengujian menyangkut ada tidaknya bentuk dasar, ada tidaknya

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

30

pertalian makna antara bentuk dasar dan bentuk ulang, dan sama tidaknya kelas

kata antara bentuk dasar dan bentuk ulang.

Tahap ketiga adalah mencermati kembali data penelitian sambil mencatat

pola-pola kalimat yang muncul. Berdasarkan pola-pola kalimat yang ditemukan

selanjutnya dirumuskan kaidah-kaidah susunan kalimat yang di dalamnya

menggunakan adverbia mimetik.

Tahap keempat adalah menentukan makna adverbia mimetik. Untuk

mengetahui makna adverbia mimetik, digunakan Korean Dictionary. Makna

adverbia mimetik juga dipastikan kembali melalui penelusuran dalam Naver

Dictionary dan Daum Dictionary. Selanjutnya diterapkan teknik perluas. Teknik

tersebut perlu digunakan untuk menentukan segi-segi kemaknaan adverbia

mimetik, yakni untuk memastikan komponen makna yang terkandung dalam

adverbia mimetik. Tahap terakhir dalam analisis adalah menentukan hubungan

perubahan bunyi dan makna adverbia mimetik. Selain itu juga menentukan

hubungan konsonan akhir dengan makna adverbia mimetik.

1.8.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Tahap terakhir dari penelitian ini adalah penyajian hasil analisis data. Hasil

penelitian ini disajikan dengan metode informal dan formal. Metode informal

digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk uraian kata-kata

dengan bahasa yang mudah dipahami disertai dengan contoh-contoh yang relevan.

Sementara itu metode formal juga diperlukan untuk menyajikan contoh-contoh

adverbia mimetik dalam bentuk tabel.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk

31

Sebagai informasi tambahan, data berupa kalimat berbahasa Korea

disajikan dengan ditranskripsikan secara ortografis. Beberapa fonem bahasa Korea

ditulis dengan lambang IPA (The International Phonetic Alphabet) untuk

menghindari kesalahan dalam membaca. Penyajian data tersebut juga dilengkapi

dengan transkripsi linier ditambah dengan terjemahan bebas.

1.9 Sistematika Penyajian

Hasil penelitian ini disajikan dalam empat bab. Bab I berisi pendahuluan

yang memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan masalah, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian,

dan sistematika penulisan. Bab II mendeskripsikan tentang aspek morfologis dan

sintaksis adverbia mimetik penjelas verba berjalan. Bab III menguraikan tentang

makna yang terkandung dalam adverbia mimetik penjelas verba berjalan serta

hubungan perubahan bunyi dan makna adverbia mimetik tersebut. Selain itu,

dibahas pula tentang hubungan konsonan akhir dan makna adverbia mimetik. Bab

IV berisi kesimpulan.