az zamakhsyari

7
Az Zamakhsari dan Tafsirnya Al Kasyaf Oleh : Dilan Imam Adilan A.ImamAz-Zamakhsyari Nama lengkapnya adalah al-Qasim Mahmud ibn Umar az-Zamakhsyari, yang memiliki gelar jaarullah, yang merupakan salah satu ulama tafsir bermadzhab Hanafi dalam fiqih, dan Mu’tazilah dalam akidah. Beliau lahir di satu desa di Khawarizmi, yang bernama Zamakhsyar, pada bulan Rajab 467 H. Oleh sebab itu, beliau dikenal dengan penisbatan kampung halamannya, yakni Az-Zamakhsyari. Beliau merupakan salah satus sosok yang gigih dalam melakukan perjalanan. Perpindahan tempat tinggalnya, perlawatannya dari satu tempat ke tempat lain, sampai ia pernah pergi ke Baghdad, Khurasan dan Palestina. Oleh sebab itu, beliau menyusun kitabnya di Palestina, Kitab yang terkenal dengan nama “Al - Kasysyaf li Zamakhsyari” ini, yang ditulis pada akhir hayatnya. Al-Kasysyaf, merupakan kitab yang sangat berpengaruh. Sehingga penulisnya menyebutkan dua sifat khusus kitab tersebut dengan tegas, bahwasannya kitab ini beraliran Mu’tazilah, dan kitab ini juga merupakan kitab yang kaya akan penjelasan bahasa, i’jaz, balaghah dan fashahah. Setelah selesai dalam penulisannya, dan melakukan percobaan di Palestina, beliau langsung pergi ke Mekkah, dan mengajarkan tafsir yang ia miliki itu disana, tanpa melakukan percobaan seperti yang dilakukan di Palestina. Kemudian pada akhirnya beliau wafat di Jarjaniyah, yang merupakan satu daerah juga di Khwarizmi, pada Tahun 538 H Zamakhsyari adalah salah seorang imam dalam bidang ilmu bahasa, ma’ani dan bayan. Dia juga merupakan ulama yang genius dan sangat ahli dalam bidang ilmu nahwu, bahasa, sastra dan tafsir. Pendapat-pendapatnya tentang ilmu bahasa arab diakui dan dipedomani oleh para ahli bahasa karena keorisinilan dan kecermatannya. Bagi orang yang membaca kitab-kitab ilmu nahwu dan balaghah tentu sering menemukan keterangan-keterangan yang di kutip dari Zamakhsyari sebagai hujjah. Misalnya mereka mengatakan “Zamakhsyari telah berkata dalam kitab al -kasysyaf atau dalam asasul balaghah...” Ia adalah orang yang mempunyai pendapat dan hujjah sendiri dalam banyak masalah bahasa arab, bukan tipe orang yang suka mengikuti langkah orang lain yang

Upload: mrdia

Post on 29-Oct-2015

207 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: AZ Zamakhsyari

Az Zamakhsari dan Tafsirnya Al Kasyaf

Oleh : Dilan Imam Adilan

A.ImamAz-Zamakhsyari

Nama lengkapnya adalah al-Qasim Mahmud ibn Umar az-Zamakhsyari, yang memiliki

gelar jaarullah, yang merupakan salah satu ulama tafsir bermadzhab Hanafi dalam fiqih,

dan Mu’tazilah dalam akidah. Beliau lahir di satu desa di Khawarizmi, yang bernama

Zamakhsyar, pada bulan Rajab 467 H. Oleh sebab itu, beliau dikenal dengan penisbatan

kampung halamannya, yakni Az-Zamakhsyari. Beliau merupakan salah satus sosok yang

gigih dalam melakukan perjalanan. Perpindahan tempat tinggalnya, perlawatannya dari

satu tempat ke tempat lain, sampai ia pernah pergi ke Baghdad, Khurasan dan Palestina.

Oleh sebab itu, beliau menyusun kitabnya di Palestina,

Kitab yang terkenal dengan nama “Al-Kasysyaf li Zamakhsyari” ini, yang ditulis

pada akhir hayatnya. Al-Kasysyaf, merupakan kitab yang sangat berpengaruh. Sehingga

penulisnya menyebutkan dua sifat khusus kitab tersebut dengan tegas, bahwasannya kitab

ini beraliran Mu’tazilah, dan kitab ini juga merupakan kitab yang kaya akan penjelasan

bahasa, i’jaz, balaghah dan fashahah. Setelah selesai dalam penulisannya, dan

melakukan percobaan di Palestina, beliau langsung pergi ke Mekkah, dan mengajarkan

tafsir yang ia miliki itu disana, tanpa melakukan percobaan seperti yang dilakukan di

Palestina. Kemudian pada akhirnya beliau wafat di Jarjaniyah, yang merupakan satu

daerah juga di Khwarizmi, pada Tahun 538 H

Zamakhsyari adalah salah seorang imam dalam bidang ilmu bahasa, ma’ani dan

bayan. Dia juga merupakan ulama yang genius dan sangat ahli dalam bidang ilmu nahwu,

bahasa, sastra dan tafsir. Pendapat-pendapatnya tentang ilmu bahasa arab diakui dan

dipedomani oleh para ahli bahasa karena keorisinilan dan kecermatannya.

Bagi orang yang membaca kitab-kitab ilmu nahwu dan balaghah tentu sering menemukan

keterangan-keterangan yang di kutip dari Zamakhsyari sebagai hujjah. Misalnya mereka

mengatakan “Zamakhsyari telah berkata dalam kitab al-kasysyaf atau dalam asasul

balaghah...” Ia adalah orang yang mempunyai pendapat dan hujjah sendiri dalam banyak

masalah bahasa arab, bukan tipe orang yang suka mengikuti langkah orang lain yang

Page 2: AZ Zamakhsyari

hanya menghimpun atau mengutip saja, tetapi dia mempunyai pendapat orisinil yang

jejaknya di tiru dan diikuti oleh banyak orang.

Dia menpunyai banyak karya dalam bidang hadits, tafsir, nahwu, bahasa, ma’ani dan lain

sebagainya.

1. Al-Khasysyaf, tentang Tafsir Al Qur’an.

2. Al-Faiq, tentang Tafsir Hadits

3. Al-Minhaj, tentang Ushul

4. Al-Mufassal, tentang Nahwu

5. Asasul Balaghah, tentang Bahasa

6. Ru’usul Masailil Fiqhiyyah, tentang Fiqh

B. Kitab al Kasyaf lil Zamakhsyari

Judul lengkap kitab tafsir karya az Zamakhsyari adalah al Kasyaf an Haqaiq

Gawamid at Tanzil wa Uyun al Aqawil fi Wujuh at Ta’wil .Tetapi ia lebih lazim disebut

Tafsir Al Kasyaf saja. Ditulis selama tiga tahun, 526 H-528 H, di Mekkah ketika ia

menunaikan ibadah haji kedua.

Tafsir Al Kasyaf merupakan salah satu bentuk tafsir bi Ra’yi (Tafsir yang

mengedepankan penggunaan rasio). Pasalnya, az Zamakhsyari memberikan ruang lebar

bagi kreativitas akal dalam memahami kandungan Al Qur’an. Jarang sekali ia

mendasarkan penafsirannya pada riwayat, baik hadis maupun pandangan ulama. Tafsir

ini disinyalir ditulis untuk menaikkan pamor aliran Mu’tazilah. Namun, asumsi ini tidak

selamanya benar. Terbukti, kualitas penafsiran az Zamakhsyari telah diakui oleh banyak

kalangan. Ibnu Khaldun, umpamanya mengakui reputasi tafsir ini dari segi pendekatan

sastra (balaghah) ketimbang sejumlah karya tafsir ulama lainnya. Bahkan, mayoritas

ulama Sunni yang bercorak sastra, seperti Abu Su’ud dan an Nasafi, banyak belajar dari

Tafsir al Kasyaf.

.Tentang kitabnya, pada kebiasaan orang-orang menyebutnya dengan kitab al

Kasyaf lil Zamakhsari. Ini adalah kitab yang sangat berpengaruh. Pengarangnya

memberikan dua sifat dan dia sebutkan kedua sifat itu tanpa ragu. Sifat pertama adalah :

Page 3: AZ Zamakhsyari

tafsir yang beraliran madzhab Mu’tazilah. Dari pertama sampai akhir, Imam Zamakhsyari

selalu berpegang dengan madzhab Mu’tazilah dalam menafsirkannya. Beliau

menafsirkan ayat dengan penafsiran yang berbeda dengan madzhab Ahlusunnah.

Sifat kedua yang dimiliki tafsir ini adalah : keutamaan dalam nilai bahasa Arab, baik dari

segi i’jaz Al Qur’an, balaghah dan fashahah, sebagai bukti jelasnya Al Qur’an diturunkan

dari sisi Allah SWT buatan manusia dan, mereka tidak akan meniru seumpamanya

sekalipun mereka saling tolong menolong dalam melakukannya. Dalam hal ini, Imam

Zamakshyari sangat mempersiapkannya dengan matang sebelum beliau mengarang. Ilmu

lughah dan bahasa, ilmu Balaghah dan Bayan, ilmu uslub dan fasahah, ilmu nahwu dan

sharaf, semua ilmu tersebut sudah dikuasai oleh Imam Zamakhsayari sebelum mengarang

kitab al Kasyaf. Akan tetapi, penafsiran Zamakhsayari dalam kitab al Kasyaf banyak

terfokus pada pembahasan ilmu bayan dan ma’ani, padahal masih banyak ilmu lain yang

bisa dijelaskan dalam menafsirkan Al Qur’an. Dalam hal ini, Imam Zamakhsyari berkata,

“Tidak cukup hanya satu ilmu untuk mencermati tafsir Al Qur’an- seperti

pernyataanya Jahidz,- karena orang itu bisa dikatakan faqih, apabila tahu tentang fiqih

muqarin, fatwa-fatwa serta hukum-hukum. Ungkapan Syaikh Haidar al Hiwari yang

menyatakan kejujurannya dalam menanggapi kitab tersebut, tidak berlebih-lebihan dan

tidak kurang bahwan kitab tersebut memang sarat dengan ilmu balaghah dan ilmu bayan.

Dalam hal ini beliau berkata : “Kitab al Kasyaf mempunyai kedudukan yang sangat

tinggi, tidak ada bandingannya pada kitab-kitab terdahulu dan kitab yang dikarang

kemudian. Karena dalam kitab tersebut terkumpul ungkapan indah dan teratur. Apabila

dibandingkan dengan kitab sesudahnya tidak semanis al Kasyaf, walaupun dalam kitab

itu ada keutamaan lain, tetapi kemanisan dalam kitab al Kasyaf tidak ditemukan padanya.

Karena terkadang dalam karangan lain terdapat ungkapan yang menyatakan tidak

berpengalamannya pengarang karena ada ungkapan yang salah tidak seperti Imam

Zamakhsyari. Maka dari itu kitab Zamakhsyari sangat cermat lagi terang yang

menjadikannya masyhur dan terkenal bagaikan terangnya matahari di siang hari.

Ada beberapa kelemahan yang terdapat dalam kitab al Kasyaf, antara lain sebagai

berikut :

Page 4: AZ Zamakhsyari

Dalam tafsir ayat Al Qur’an tidak ada pengaruh batin yang didapatkan oleh

pengarang. Dalil-dalil ayat tersebut tidak bisa memalingkannya pada kebenaran, bahkan

Zamakhsyari memalingkan makna tidak sesuai dengan zahirnya. Ini merupakan

mengada-ada kalam Allah SWT. Lebih baik seandainya hanya sedikit saja, tetapi pada

kenyataanya dia membahasnya secara panjang lebar agar tidak dikatakan lemah dan

kurang. Dalam hal ini, dapat kita lihat bahwa penafsiran dalam kitab ini bercampur

dengan pengaruh aliran Mu’tazilah. Ini adalah merupakan cacat yang sangat besar.

Kritikan lain terdapat pada pencelaan Imam Zamakhsyari terhadap para wali-wali

Allah SWT. Hal ini, karena dia lupa terhadap jeleknya perbuatan ini dan karena tidak

mengakui adanya hamba-hamba Allah SWT. seperti itu. Alangkah indahnya ungkapan

imam Imam Al Razi dalam kritikannya pada Imam Zamakhsyari, berkata al Razi dalam

sebuah ayat : Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Nya (QS.Al Maidaah :

54). Dalam hal ini, pengarang kitab al Kasyaf telah menceburkan dirinya dalam

kesalahan dan bahaya karena telah mencela para kekasih Allah SWT.dan telah menulis

sesuatu yang tidak layak dan sesuatu kejelekan terhadap mereka-mereka yang dicintai

Allah SWT.

Selain itu banyak terdapat pada kitab ini penyebutan syair dan amtsal. Padahal

kedua hal tersebut adalah sebuah nilai canda dan humor yang tidak pantas dengan syariat

dan akal, apalagi pada mereka penegak keadilan dan penegak tauhid. Kritikan lainnya

adalah penyebutan Ahlusunnah dengan kata-kata kotor. Terkadang disebutkan dengan

golongan mujabbarah (pemaksa) bahkan kadang dikatakan dengan kaum kafir dan kaum

yang menyimpang. Padahal ucapan seperti ini hanya pantas keluar dari golongan mereka

yang bodoh, bukan dari ulama yang pintar.

Ada juga bentuk pujian yang diberikan oleh az Zarqani dalam Burhan fii Uluum al

Qur’an mencatat sejumlah keistemewaan Tafsir al Kasyaf diantaranya :

Pertama, steril dari hikayat-hikayat israiliyyat.

Kedua, uraiannya lugas dan tidak bertele-tele.

Page 5: AZ Zamakhsyari

Ketiga, dalam mengurai pengertian kata, ia berpijak pada penggunaan bahasa dan gaya

bahasa yang lazim di masyarakat Arab.

Keempat, memberikan titik teka pada aspek-aspek kesustraan, baik yang berkaitan

dengan gaya bahasa ma’aniyyah dan bayaniyyah.

Ketika, dalam melakukan penafsiran, az Zamakhsyari menempuh metode dialog.

Tafsir al Kasyaf, terdiri dari empat jilid. Jilid pertama mencakup uraian mengenai

mukaddimah. Az Zamakhsyari menyebutnya dengan khutbah kitab (prawacana). Isinya

adalah uraian penting tentang penyusunan kitab tafsir tersebut. Az Zarqani

mengungkapkan bahwa az Zamakhsyari memanfaatkan metode dialogis, maksudnya,

ketika hendak menjelaskan makna satu kata, kalimat, atau kandungan satua ayat, ia selalu

emnggunkan kata in qulta (jika engkau berkata). Kemudian dia menjelaskan makna

dengan ungkapan qultu (saya menjawab). Gaya bahasa ini selalu digunakan seakan-akan

ia berhadapan dan dia berdialog dengan seseorang.

D. Model Tafsir al Kasyaf

Berikut cuplikan dari tafsir al Kasyaf (QS.Az Zukhruf ayat 67-70) :

66

6666

66676667[

67. Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali

orang-orang yang bertakwa.

68. Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula

kamu bersedih hati.

69. (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-

orang yang berserah diri.

70. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan.

Page 6: AZ Zamakhsyari

Imam Az Zamakhsyari berkata : “Kata yaumaizhin dalam ayat tersebut kedudukannya

nasab, karena ada kalimat (menjadi musuh). Makna dari ayat diatas adalah (pada hari itu akan

terjadi putusnya hubungan keakraban antara satu teman yang akrab dengan yang lainnya. Teman

yang akrab berubah menjadi musuh. Hal ini tidak terjadi pada mereka yang beriman,

membenarkan Allah SWT. Karena orang-orang beriman adalah saudara akrab yang kekal, karena

mereka mengetahui pahala bagi yang saling mengasihi antara satu dengan yang lainnya.

Ada pendapat bahwa maksud dari illal muttaqin (QS.Al Zukhruf ayat 67) adalah kecuali mereka

yang menjauhi keakraban dalam berbuat kejahatan. Dikatakan bahwa ayat ini turun pada Ubay

bin Khalaf dan Uqbah bin Abi Mu’ith.

“Yaa Ibaadi (hai hamba-hamba Ku) (QS.Al Zukhruf: 68) kalimat ini merupakan seruan Allah

SWT. terhadap mereka yang beriman, yaitu mereka yang saling mengasihi antara sesama dengan

mengharap ridha Allah SWT.

Alladzi Amanu (yaitu orang-orang yang beriman (QS.Al Zukhruf : 69) kalimat ini

kedudukannya nasab karena sifat (yaitu sifat hamba-hamba Allah SWT). Karena kata ibadi

adalah munada (yang diseru) mudhaf, berarti kedudukannya nasab. Orang-orang beriman

maksudnya adalah mereka yang membenarkan ayat-ayat kami dan adalah mereka dahulu orang-

orang yang berserah diri (QS.Al Zukhruf ayat 69), maksudnya adalah orang-orang yang ikhlas

menghadapkan wajah mereka ke hadapan Kami dan mereka menjadikan diri mereka tunduk dan

patuh kepada Kami.

Dikatakan bahwa ketika Allah. Membangkitkan manusia maka seluruh badan

mereka akana merasa bergetar, kemudian datanglah seruan Tuhan: “Wahai hamba-

hambaKu!” maka seorang beriman mengikuti seruan itu sedangkan orang-orang kafir

mereka putus asa. Dalam qiraat lain menyatakan dengan kalimat yaa Ibaadi tanpa ada

huruf ya diakhirnya.

Tuhbarun (kamu digembirakan) (QS.Al Zukhruf ayat 70) maksudnya adalah

Tusarrun sururan- kamu dibahagiakan. Ini adalah kalimat yang menyatakan kegembiraan

hingga wajah berseri. Seperti dalam firman Allah yang lain : Kamu dapat mengetahui

dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan (QS.Al Muthafifin

: 24)

Al Zujaj berkata : Maknanya adalah tukramun ikraman (kamu dimuliakan). Dalam ayat

diungkapkan kata al Hibr karena menunjukkan mubalaghah dalam mengucapkan

Page 7: AZ Zamakhsyari

keindahan dan kegembiraan”. Semoga Allah SWT memberikan rahmat Nya kepada

Imam Zamakhsyari dan menjadikan ilmunya bermanfaat.

Referensi

Al Quran, terjemah DEPAG, 2008

Saiful Amin Ghafur, Profil Para Mufassir Al Qur’an, Jogjakarta: Pustaka Insan Madani,

2008.

Prof. Dr. Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir Kajian kompherensif Metode

para ahli Tafsir, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Az Zamakhsyari, al Kasyaf an Haqaiq Gawamid at Tanzil wa Uyun al Aqawil fi Wujuh at

Ta’wil, Beirut : Dar El Hadits, 2008.