ayat ketuhanan dalam al-ikhlas

12
8/6/2019 Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas http://slidepdf.com/reader/full/ayat-ketuhanan-dalam-al-ikhlas 1/12 AYAT-AYAT KETUHANAN MAKALAH Disusun guna memenuhi tugas Mata kuliah Tafsir Dosen pengampu H. Sukendar, M.Ag., M.A. Disusun oleh : Nur Ahmad ( 104211042 ) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: nur-ahmad

Post on 08-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

8/6/2019 Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

http://slidepdf.com/reader/full/ayat-ketuhanan-dalam-al-ikhlas 1/12

AYAT-AYAT KETUHANAN

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas

Mata kuliah Tafsir

Dosen pengampu H. Sukendar, M.Ag., M.A.

Disusun oleh :

Nur Ahmad ( 104211042 )

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

8/6/2019 Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

http://slidepdf.com/reader/full/ayat-ketuhanan-dalam-al-ikhlas 2/12

AYAT-AYAT KETUHANAN

1.  Pendahuluan.

Segala puji hanya bagi Allah dengan pujian yang pantas bagi-Nya. Dan

sebaik-baik shalawat atas Nabi Muhammad saw. para sahabat serta pengikut

beliau.

Allah swt. telah mengutus para rasul untuk memberi peringatan kepada

kaum mereka agar kaum mereka meng-Esa-kan Allah swt. dalam beribadah.

Allah swt. berfirman kepada Nuh as. :

jUUW<[rTPS4sPO

$SU#UU3SUdTj$0UBK$OUPonZ

sQ6U]T0lP\Zl$3

Sd1k

Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia

berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu

selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut 

kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).  

Begitu pula kepada para nabi, Allah swt. menjadikan Ketauhidan sebagai

pokok ajaran agama yang disampaikan para nabi ( Al-Nahl [16] : 2 ).

#K>dURUP[,[Tn

B$Pn$TsP!B$Q

eB$PkDTTrl4T

O4T+YOU*Y14TDS!

UDia menurunkan Para Malaikat dengan (membawa) wahyu dengan

  perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya,

Yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)

melainkan Aku, Maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku. 

Page 3: Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

8/6/2019 Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

http://slidepdf.com/reader/full/ayat-ketuhanan-dalam-al-ikhlas 3/12

 

Untuk mempelajari ketauhidan yang Allah swt. maksudkan, maka

hendaknya kita merujuk kepada al-Quran yang Allah turunkan sebagai hudan

bagi manusia ( 2:185 ).

Disebabkan banyaknya ayat-ayat yang membahas tentang ketuhanan

dalamal-Quran, maka dalam makalah ini akan dikhususkan pada surah al-Ikhlas

yang mana Nabi bersabda mengenai ayat ini:

 

Ketujuh langit didasari/dibangun atas dasar Qul huwa Allahu Ahad.

2.  Pembahasan.

I.  Q.S. Al-Ikhlas (112 : 1 - 4).

"WSFj[OTj[,

0Ud0UWTjUSd0UW

TBdSj[OT

Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang

bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula

diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." 

Makna al-Ikhlas:

AKHLASHA (memurnikan) 

Kata akhlasha adalah bentuk kata kerja lampau transitif yang diambil dari kata

kerja intransitif khalasha ( ) dengan menambahkan satu huruf  alif (). Bentuk

mudhâri    (sekarang) dari akhlasha () adalah yukhlishu (  ) dan bentuk

mashdarnya yaitu ikhlash ( ). Kata tersebut tersusun dari huruf  kha, lam

dan shad yang berarti, murni, bersih, jernih, tanpa campuran. Maknanya

kemudian berkembang menjadi antara lain tulus karena perbuatannya murni

dari pengaruh yang lain, memilih karena mengambil sesuatu yang tidak

bercampur dengan hal yang tidak dikehendaki, bebas karena terlepas dari

campur tangan atau pengaruh pihak lain, menyendiri karena melepaskan diri

dari orang banyak, ikhlas karena memurnikan perbuatan hanya untuk Allah

Page 4: Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

8/6/2019 Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

http://slidepdf.com/reader/full/ayat-ketuhanan-dalam-al-ikhlas 4/12

dan terlepas dari tujuan-tujuan lain, khusus karena murni kepada yang

ditujukan.

Kata ikhlash (bentuk mashdar akhlasha) mempunyai beberapa pengertian.

Menurut al-Qurtubi, ikhlash pada dasarnya berarti memurnikan perbuatan dari

pengaruh-pengaruh makhluk. Ar-Ruwaim mendefinisikannya dengan tidak ada

keinginan dari pelakunya terhadap imbalan dan pahala di dunia dan akhirat. Al-

Junaid mengartikannya sebagai rahasia di antara hamba dan Allah, tidak

diketahui oleh para malaikat lalu mencatatnya, setan juga tidak mengetahuinya

sehingga tidak dapat merusaknya, dan hawa nafsu pun tidak mengenalinya lalu

condong kepadanya. Sejalan dengan Al-Juwaini, Abu Al-Qasim Al-Qusyairi

mengemukakan arti ikhlas dengan menampilkan sebuah riwayat dari Nabi Saw,

Aku pernah bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, Aku telah

menanyakan hal itu kepada Allah, lalu Allah berfirman, (Ikhlas) adalah salah

satu dari rahasiaku yang Aku berikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai

dari kalangan hamba-hamba-Ku. Pengertian yang demikian dapat dijumpai di

dalam S. Al-Insan [76]: 9, Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu hanya

untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak mengharapkan balasan dari kamu dan tidak pula ucapan terima kasih.  

 Akhlasha dan pecahannya di dalam al-Quran terulang 31 kali dan akhlasha

sendiri terulang dua kali dengan pelaku yang berbeda. Bentuk lain yang terdapat

di dalam al-Quran adalah bentuk ism fa il  dari akhlasha, yaitu

mukhlish/mukhlishûn/mukhlishîn (  /    /    = orang-orang yang

ikhlas), terulang 20 kali. Sebagian dari kata tersebut, ada ulama yangmembacanya sebagai bentuk ism maf  ul  sehingga menjadi

mukhlash/mukhlashîn/mukhlashûn (    /  /   = orang-orang yang

terpilih); bentuk kata kerja intransitif, khalasha (  = menyendiri) sekali;

bentuk ism fa il , khâlish/khâlishah (    /  = yang murni, yang khusus) tujuh

Page 5: Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

8/6/2019 Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

http://slidepdf.com/reader/full/ayat-ketuhanan-dalam-al-ikhlas 5/12

kali; dan bentuk kata kerja sekarang (mudhâri  ), astakhlishu (  = aku

memilih) sekali.

Kata akhlasha yang terdapat di dalam S. An-Nisâ[4]: 146 diartikan dengan

memurnikan, yaitu memurnikan ibadah dan ketaatan kepada Allah dari ria dan

syirik. Ayat ini berkaitan dengan orang-orang yang tidak termasuk munafik yang

akan disiksa kelak di dalam neraka yang paling rendah, yaitu orang-orang yang

bertobat, dan berpegang teguh pada agama Allah dan memurnikan ibadahnya

hanya kepada Allah.  Akhlasha di dalam S. Shad (38): 46, diartikan dengan

mensucikan atau menjadikan tulus. Ata dan Malik bin Dinar mengartikannya

dengan mensucikan, yaitu Allah mensucikan hati mereka (Ibrahim, Ishaq, dan

Yaqub a.s.) dari mencintai dunia. Adapun Mujahid mengartikannya dengan

menjadikan mereka tulus melakukan perbuatan untuk dan mengingatkan

manusia tentang kehidupan akhirat.

Orang yang melakukan perbuatan ikhlas disebut mukhlish (  ). Di dalam

Alquran kata  dan jamaknya    /     , ada yang dapat dibaca dengan

dua cara, yaitu mukhlish atau mukhlishun/mukhlishin (bentuk ism fa il )atau 

mukhlash atau mukhlashun/mukhlashin (bentuk ism maf  ul ) , seperti yang

terdapat di dalam S. Maryam (19): 51, Yusuf (12): 24, Ash-Shaffat (37): 40, 74,

128, 160, dan 169, serta Shad (38): 83. Bila dibaca mukhlish maka maknanya

adalah orang yang tulus atau ikhlas kepada Allah, tetapi jika dibaca mukhlash

maka maknanya adalah orang pilihan (Allah). Kedua makna tersebut dapat

digunakan untuk menerangkan orang yang disebut di dalam ayat yang

dimaksud. Kata tersebut digunakan berkaitan dengan Nabi Musa a.s. (S. Maryam[19]: 51); Nabi Yusuf a.s. (S. Yusuf[12]: 24); orang-orang yang akan mendapatkan

kenikmatan di surga (S. Ash-Shaffat [37]: 40); orang yang tidak termasuk

golongan yang sesat yang akan di azab di akhirat; padahal, telah datang kepada

mereka pemberi peringatan (S. Ash-Shaffat [37]: 74); Nabi Ilyas a.s. dan umatnya

Page 6: Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

8/6/2019 Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

http://slidepdf.com/reader/full/ayat-ketuhanan-dalam-al-ikhlas 6/12

yang tidak termasuk penyembah Ba l  dan akan masuk neraka (S. Ash-Shaffat

[37]: 128); jin yang tidak termasuk penghuni neraka (S. Ash-Shaffat[37]: 160);

orang musyrikin yang seandainya mendapat kitab dari Allah tentulah mereka

akan termasuk orang yang ikhlas (S. Ash-Shaffat [37]: 169); dan orang yang akan

selamat dari godaan iblis yang telah bersumpah kepada Allah akan menggoda

segenap anak Adam (S. Shad [38]: 83).1 

Asbabun Nuzul

Ada beberapa hadits yang menjelaskan Asbabun Nuzul surah ini yang

mana seluruhnya mengacu pada inti yang sama yaitu jawaban atas permintaan

penggambaran sifat-sifat Allah dimana Allah itu Esa (Al-Ikhlas[112]:1), segala

sesuatu tergantung pada-Nya (Al-Ikhlas[112]:2), tidak beranak dan diperanakkan

(Al-Ikhlas[112]:3), dan tidak ada yang setara dengan Dia (Al-Ikhlas[112]:4).

Dilihat dari peristiwa paling pertama, Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan

bahwa sekelompok Bani Quraisy pernah meminta Nabi Muhammad untuk

menjelaskan leluhur Allah dan kemudian turun surah ini. Riwayat lain bersumber

dari Ubay bin Ka'ab dan Jarir bin Abdillah yang menyebutkan bahwa kaum

Musyrikin berkata kepada Nabi Muhammad, "Jelaskan kepada kami sifat-sifat 

Tuhanmu." Kemudian turun surah ini untuk menjelaskan permintaan itu.

2

Dalamhadits ini, hadits yang bersumber dari Jarir bin Abdullah dijadikan dalil bahwa

surah ini Makkiyah. Selain itu dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair menyebutkan

bahwa kaum Yahudi yang diantaranya Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab

datang menemui Nabi dan bertanya hal yang sama dengan hadits pertama,

kemudian turun surah ini.[4]

Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa

surah ini termasuk Madaniyah. Dan juga riwayat Qatadah menyebutkan Nabi

Muhammad didatangi kaum Ahzab (Persekutuan antara kaum Bani Quraisy,Yahudi Madinah, Bani Ghatafan dari Thaif dan Munafiqin Madinah dan beberapa

1http://www.psq.or.id/ensiklopedia_detail.asp?mnid=34&id=40 (diakses Maret 23, 2011).

2Musnad Ahmad, Ibnu Abi Harim, Ibnu Jarir, Tirmidhi, Bukhari dalam At-Tarikh, Ibnu al-Mundhir, Hakim,

Baihaqi.

Page 7: Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

8/6/2019 Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

http://slidepdf.com/reader/full/ayat-ketuhanan-dalam-al-ikhlas 7/12

suku sekitar Makkah) yang juga menyanyakan gambaran Allah dan diikuti dengan

turunnya surah ini.3 

Tafsir

Surah al-Ikhlas ini memiliki sekian banyak nama yang secara umum

menggambarkan apa yang dicakup dan menjadi tema pokok surah ini, di

antaranya al-asas sebagaimana bunyi hadits Ketujuh langit didasari/dibangun

atas dasar Qul huwa Allahu Ahad, yakni menjadi bukti keesaan Allah swt., ia juga

dinamakan at-Tafrid  (pengesaan), at-Tajrid  , yakni  penafian, karena

kandungannya menafikan segala sifat yang tidak mengandung pengagungan

kepada Allah swt., serta al-Marifah/pengetahuan,karena siapa yang tidak

mengetahui kandungan sifat ini tidak tidak emngenal Allah swt.4 

Betapapun para mufassir berbeda pendapat mengenai asbab an-nuzul 

surah ini, namun pokok utamanya adalah mengenai pertanyaan kepada Nabi

Muhammad saw. tentang Tuhan yang beliau sembah, yang pada wahyu-wahyu

sebelum surah ini diperkenalkan sebagai Rabb.5 

Ayat 1

"WSFj[OT

Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 

Pakar tafsir Thanthawi menjelaskan dalam tafsirnya, bahwa pembukaan

surah ini dengan kata perintah Qul , bertujuan untuk melahirkan perhatian

kepada apa yang akan disebutkan setelahnya, seperti petunjuk-petunjuk yang

arif, dan juga sebagai tuntunan Allah swt. kepada Nabi saw. dalam menjawab

pertanyaan kaum Quraish.6 

Al-Qasimy, sebagaimna dikutip Quraish shihab, menyebutkan dalam

tafsirnya : Huwa adalah berita benar yang hak dan didukung oleh bukti-bukti

3http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Ikhlas (diakses Maret 23, 2011).

4M. Quraish Shihab, Hidangan Ilahi Dalam Ayat-ayat Tahlil.Tangerang: Lentera Hati, 2008. h. 102-103

5Ibid. Bandingkan dengan Tafsir ar-Razi 17:292-293. Al-Mawardi menyebutkan tiga pendapat mengenai

asbab an-nuzul surah ini, pertama surah ini turun menyangkut pertanyaan orang-orang yahudi, kedua

mengenai pertanyaan kaum quraish, ketiga sebagai jawaban atas pertanyaan salah seorang utusan kaum

quraish kepada Nabi saw., yakni Amir ibn Tufail. (tafsir al-mawardi 6:369-370).6

Muhammad Sayyid Thanthawi, al-Tafsir al-wasith. (t. p, t. th). h. 4578

Page 8: Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

8/6/2019 Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

http://slidepdf.com/reader/full/ayat-ketuhanan-dalam-al-ikhlas 8/12

yang tidak diragukan.7

Allah swt. disebut dengan kata ganti huwa/Dia ,padahal

sebelumnya tidak disebutkan seseorang yang digantikan, menunjukkan bahwa

Dia itu sudah terbayang dibenak setiap manusia ketika mengucapkannya. Setiap

manusia ,jauh dalam lubuk hati mereka disadari maupun tidak, mengakui akan

adanya Zat Yang wajib ada-Nya.

Kata Ahad menunjukkan arti esa, yakni Allah swt. itu esa dalam zat-Nya

tidak tersusun dari unsur-unsur, karena bila Dia tersusun, itu berarti ada

kebutuhan akan zat lain bagi wujud-Nya sehingga dengan seketika yang

demikian itu tidak lagi menjadi Tuhan, inilah ke-Esa-an Allah yang pertama.

Kedua adalah Allah swt. esa dalam sifat-Nya, antara lain berarti Allah swt.

memiliki sifat yang substansi dan kapasitasnya tidak sama dengan

makhluk.8Boleh jadi kata yang digunakan sama untuk mensifati Allah dan

makhluk seperti Rahim yang juga digunakan untuk menunjukkan sifat mengasihi

di antara makhluk, namun bila sifat ini disandangkan kepada Allah swt. maka

akan berbeda dalam kapasitas maupun substansinya, hal ini juga menegaskan

bahwa Allah swt. adalah Zat Yang tidak ada satupun yang seperti menyerupai-

Nya.

Ketiga, Allah swt. esa dalam perbuatan-Nya/afal, yakni segala sesuatu

yang berada di alam raya, baik sistem kerjanya maupun sebab dan wujudnya,

semuanya hasil perbuatan Allah semata. Namun begitu jangan duga bahwa Allah

sewenang-wenang atau tidak memiliki sistem dalam  perbuatan-Nya. Keesaan

perbuatan-Nya dikaitkan dengan hukum-hukum dan sunnatullah.9 

       

 Apa yang dikehendaki Allah terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya

tidak akan terjadi. Keempat, keesaan beribadah. Bila ketiga keesaan sebelumnya

merupakan bagian dari apa yang harus diyakini, keesaan yang keempat ini

7M. Quraish Shihab, Tafsir al-Qur'an al-Karim. Bandung: Pustaka Hidayah, 1999. h. 666

8Quraish Shihab, Hidangan Ilahi. h. 107

9Ibid. h. 108

Page 9: Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

8/6/2019 Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

http://slidepdf.com/reader/full/ayat-ketuhanan-dalam-al-ikhlas 9/12

adalah perwujudan dari ketiga keesaan sebelumnya. Tidaklah seorang hamba

dalam beribadah melainkan hanya mengharapkan ridha Allah semata. 

Demikian sebagian dari apa yang dikandung ayat pertama surah al-Ikhlas

ini.

Ayat 2.

j[,

 Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 

 Ash-shamad dalam bahas arab berarti      ,  sesuatu yang tidak berongga. 

Selain itu arti yang juga populer adalah sesuatu (tokoh terpuncak) yang menjadi tumpuan

harapan. Para Ulama menjelaskan, sebagaimana tulis M. Quraish Shihab, tentang sesuatu

 yang tidak beronggasebagai berikut:

³Sesuatu yang tidak berongga mengandung arti sedemikian µpadat¶ dan atau yang

tidak membutuhkan sesuatu untuk dimasukkan kedalamnya, seperti makan atau

minuman. Allah tidak membutuhkan makanan. Tidak ad sesuatu yang keluar dari-Nya,

dan tentu saja dengan demikian, Dia tidak beranak dan diperanakkan.´10 

Buya Hamka dalam tafsirnya menulis,Pengertian ash-Shamad dari segi

bahasa ialah tuan penghulu yang dituju orang, dan tiada sesuatu urusan yang

diputuskan melainkan dengan kebenarannya, Allah itulah Tuan yang sebenarnya

tiada Tuan yang lain daripadaNya. Dia adalah Tunggal dalam ketuhanan-Nya dan

semua yang lain adalah hamba-Nya. Hanya kepada-Nyalah sajasetiap doa

ditujukan untuk memenuhi hajat-hajat dan hanya Dia saja yang mengabulkan

seruan hamba-hamba-Nya yang mempunyai hajat. Hanya Dialah yang

memutuskan segala perkara dengan izin-Nya dan tiada satupun yang turut

membuat keputusan bersama-sama-Nya.11

Paling tidak inilah kandungan ayat

kedua.

Ayat 3

0Ud0UWTjUSd

Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan

10Quraish Shihab, op. cit. h. 110-111

11Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zilalil Quran. 

Page 10: Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

8/6/2019 Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

http://slidepdf.com/reader/full/ayat-ketuhanan-dalam-al-ikhlas 10/12

Ayat ini menerangkan kesalahan besar umat manusia pada masa itu,

bahkan masih ada hingga kini, yang mengatakan bahwa Allah swt. memiliki anak.

Umat Yahudi berkata Uzair itu putra Allah, Umat Nasrani berkata bahwa Allah

memiliki anak (QS.Yunus [10]: 68), juga menolak sebagian kaum yang meyakini

bahwa Tuhan itu telah udzur sehingga membutuhkan anak untuk meneruskan

kekuasannya. Maka ayat ini datang dengan menerangkan bahwa Allah tidaklah

beranak karena jenis antara anak dan ayah itu sama, sedangkan Tiada

sesuatupun yang menyerupai seperti-Nya(QS. Asy-Syura [42]:11).

Ayat di atas menafikan lebih dulu bahwa Dia lam yalid, yakni tidak 

beranak, baru kemudian lam yulad, yakni tidak diperanakkan, ini agaknya karena

sangat banyak yang percaya bahwa Tuhan beranak, sehingga wajar kalau

keyakinan salah itu yang lebih duludinafikan.12

 

Ayat 4.

0UWTBdSj[OT

³Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.  

Maksudnya ialah tiada yang serupa dan sebanding dengan-Nya,baik dari

segi hakikat wujud atau dari segi hakikat kekuasaan penciptaan atau dari segi

sifat daripada sifat-sifat Zat-Nya. Pengertian ayat ini juga menegakkan konsep

 Ahad , malah menguat dan mentafsirkannya dengan terperinci, iaitu konsep

keesaan Allah menolak kepercayaan wujud Dua Tuhan yang mendakwa bahwa

Allah itu Tuhan kebaikan dan di sana ada lagi satu tuhan yang lain iaitu tuhan

kejahatan yang menentang Allah dan menentang kebaikan-kebaikan-Nya dan

menyebarkan kerusakan di muka bumi. Aqidah Dua Tuhan yang paling masyhur

ialah aqidah orang Persia yang percaya ada tuhan nur dan ada tuhan gelap.

Kepercayaan ini terkenal di selatan Semenanjung Tanah Arab di mana pernah

tegaknya kerajaan dan kekuasaan Farsi.13

 

3.  Kesimpulan.

12Quraish Shihab, op. cit. h. 114

13Sayyid Qutb, Ibid. 

Page 11: Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

8/6/2019 Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

http://slidepdf.com/reader/full/ayat-ketuhanan-dalam-al-ikhlas 11/12

Surah ini merupakan al-asas yaitu yang pokok dari ajaran ketauhidan. Ia

mengajarkan untuk meng-Esa-kan Allah swt. tidak hanya menyangkut Diri-Nya

namun juga bagaimana hamba memurnikan dalam menyembah-Nya. Dengan

surah ini, dianfikan segala jenis kemusyrikan dan ditegakkan fondasi ketauhidan.

4.  Penutup.

Demikianlah makalah ini kami susun, tentunya banyak sekali kekurangan

yang terdapat di dalamnya. Untuk itu demi kesempurnaan makalah ini kritik dan

saran yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. 

Page 12: Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

8/6/2019 Ayat Ketuhanan Dalam Al-ikhlas

http://slidepdf.com/reader/full/ayat-ketuhanan-dalam-al-ikhlas 12/12

Bibliography

Alquran, Pusat Studi. http://www.psq.or.id/. 2003.

http://www.psq.or.id/ensiklopedia_detail.asp?mnid=34&id=40 (diakses Maret 23,

2011).

Indonesia, Universitas Islam. Al-Qura'n Dan Tafsirnya. Vol. X. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,

1990.

Indonesia, Wikipedia Bahasa. Surah Al-Ikhlas. Wikipedia Bahasa Indonesia. 2 Februari 2011.

http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Ikhlas (diakses Maret 23, 2011).

Shihab, Muhammad Quraish. Hidangan ilahi dalam ayat-ayat tahlil. Tangerang: Lentera Hati,

2008.

. Tafsir al-Mishbah. Edisi Baru. Vol. XV. Jakarta: Lentera Hati, 2009.

. Tafsir al-Qur'an al-Karim. Bandung: Pustaka Hidayah, 1999.