repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/6559/1/tafsir ayat-ayat pendidikan.pdf ·...

128
Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN Tafsir al-Qur’an adalah penjelasan tentang maksud firman-firman Allah yang sesuai dengan manusia. Kemampuan ini bertingkat-bertingkat sehingga apa yang dicerna atau pun yang diperoleh oleh seorang penafsir tentu akan bertingkat-tingkat pula. Hal lain kecenderungan manusia juga berbeda-beda sehingga apa yang dihidangkan dari pesan-pesan Ilahi dapat berbeda pula antara yang satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, jika seorang yang kecenderungan kepada hukum maka tentu tafsir yang disajikannya banyak berbicara masalah hukum pula. Begitu juga penafsir yang lain yang kecenderungannya berbeda tentu tafsir yang disajikannya akan berbeda pula. Demikian tentu seterusnya. Karena bila seorang penafsir membaca al- Qur’an, maka maknanya akan menjadi jelas dihadapannya. Akan tetapi jika ia membacanya sekali lagi, ia akan dapat menemukan lagi makna-makna lain yang tentu berbeda dengan makna sebelumnya, begitu seterus-nya, hingga ia boleh jadi dapat menemukan kata atau kalimat yang mempunyai makna berbeda-beda yang semuanya benar atau mungkin benar. 1 Selain itu juga tafsir bisa berarti menjelaskan makna ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya, baik konteks 1 Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), Jilid I, 10.

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    1

    BAB I PENDAHULUAN

    Tafsir al-Qur’an adalah penjelasan tentang maksud

    firman-firman Allah yang sesuai dengan manusia. Kemampuan ini bertingkat-bertingkat sehingga apa yang dicerna atau pun yang diperoleh oleh seorang penafsir tentu akan bertingkat-tingkat pula. Hal lain kecenderungan manusia juga berbeda-beda sehingga apa yang dihidangkan dari pesan-pesan Ilahi dapat berbeda pula antara yang satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, jika seorang yang kecenderungan kepada hukum maka tentu tafsir yang disajikannya banyak berbicara masalah hukum pula. Begitu juga penafsir yang lain yang kecenderungannya berbeda tentu tafsir yang disajikannya akan berbeda pula. Demikian tentu seterusnya. Karena bila seorang penafsir membaca al-Qur’an, maka maknanya akan menjadi jelas dihadapannya. Akan tetapi jika ia membacanya sekali lagi, ia akan dapat menemukan lagi makna-makna lain yang tentu berbeda dengan makna sebelumnya, begitu seterus-nya, hingga ia boleh jadi dapat menemukan kata atau kalimat yang mempunyai makna berbeda-beda yang semuanya benar atau mungkin benar.1

    Selain itu juga tafsir bisa berarti menjelaskan makna ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya, baik konteks

    1 Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), Jilid I, 10.

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    2

    historisnya maupun sebab nuzulnya, dengan menggunakan ungkapan atau keterangan yang dapat menunjuk kepada makna yang dikehendaki secara terang dan jelas.2 Sementara itu, Imam az-Zarkoni menegaskan bahwa yang dimaksud dengan tafsir adalah ilmu yang membahas tentang kandungan al-Qur’an baik dari segi pemahaman makna atau arti sesuai yang dikendaki Allah menurut kadar kesanggupan manusia.3 Selanjutnya menurut Abu Hayan sebaimana dikutip oleh Al-Suyuti mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang terdapat di dalamnya terdapat pembahasan mengenai cara pengucapan lafaz-lafaz al-Qur’an disertai makna serta hukum-hukum yang terkandung di dalamnya4. Sementara itu az-Zasyi menyatakan bahwa tafsir adalah suatu ilmu yang fungsinya untuk mengetahui kandungan kitabullah (al-Qur’an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan cara mengambil penjelasan.5 Dari uraian tentang beragamnya pengertian tafsir itu maka dapat ditemukan tiga ciri utama dari tafsir itu adalah, pertama dilihat dari segi objek pembahasannya yaitu kitabullah (al-Qur’an) yang di dalamnya terkandung firman Allah swt. yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantara Malaikat Jibril, kedua, dilihat dari segi tujuannya tafsir adalah untuk menjelaskan, menerangkan,

    2 al-Jurjani , Kitab at-Ta’rifat, (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1965), 65. 3 Muhammad Abi al-Adzim al-Zarkoni, Manahil al-Irfan fi Ulum

    al-Qur’an, (Mesir: Musthafa al-Baby al-Halaby wa Syurakauh, tt), 3. 4 al-Suyuthi, al-Syaikh al-Islam Jalaluddin ‘Abdu arr-Rahman, Al-

    Itqan fi Ulum al-Qur’an (Mesir Musthafa al-Baby al-Halaby, 1951), Cet III, 174.

    5 Imam al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Mesir: Masyurat al-’Ashr al-Hadits, tt ), 323.

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    254

    TENTANG PENULIS

    Dr. Listiawati, M.H.I. Lahir pada tanggal 12 Oktober di Kecamatan Muaradua OKU Sumatera Selatan. Setelah menamatkan sekolah Ibtidaiyah di Seri Bandung Sumatera Selatan, pendidikannya dilanjutkan ke Sekolah Persiapan IAIN (SP IAIN) di Yogyakarta, setelah itu pendidikannya dilanjutkan ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kali Jaga Yogyakarta dengan mendapat gelar Doktoranda (Dra.) Jurusan Fakultas Syariah. Penulis memperoleh gelar Magister (M.H.I) dalam konsenterasi Ekonomi Islam Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang. Penulis memperoleh gelar Doktor (Dr.) dalam bidang Ekonomi Islam pada Pascasarjana universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Semasa mahasiswa, penulis tercatat sebagai aktivis organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada IAIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta, dengan jabatan sebagai Bendahara, penulis juga aktif sebagai pengurus pada Ikatan Remaja Masjid di Yogyakarta.

    Pengalaman bekerja yang pernah dilakukan antara lain, pada tahun 2000 s/d 2003 menjadi tenaga pengajar pada Sekolah Tinggi Agama Islam Sumatera Selatan, tenaga pengajar pada Fakultas Ushuluddin pada IAIN Raden Fatah Palembang, juga pada Fakultas Syariah pada IAIN Raden Fatah Palembang, penulis mulai bergabung sebagai dosen tetap pada Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang hingga sekarang. Selain itu juga penulis aktif sebagai muballighat pada berbagai pengajian di kota Palembang.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    3

    menyingkap kandungan al-Qur’an sehingga dapat di-jumpai, hikmah, hukum, ketetapan dan ajaran yang terkandung di dalamnya, ketiga dilihat dari segi sifat dan kedudukannya adalah merupakan hasil penalaran, kajian dan ijtihad para mufassir yang di dasarkan kemampuan dan kesanggupan yang dimilikinya, sehingga suatu saat dapat ditinjau kembali.

    Al-Qur’an berbicara tentang pokok-pokok ajaran tentang Tuhan, Rasul, kejadian dan sikap manusia, alam jagat raya, akhirat, akal dan nafsu, ilmu pengetahuan, amar ma’ruf nahi munkar, pembinaan generasi muda, kerukunan hidup antar ummat beragama, pembinaan masyarakat, dan penegakan disiplin. Namun demikian al-Qur’an bukanlah kitab suci yang siap pakai, dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan al-Qur’an tersebut tidak dapat langsung dihubungkan dengan berbagai macam masalah tersebut. Ajaran al-Qur’an tampil dalam ajarannya yang global, ringkas dan general. Maka untuk dapat memahami ajaran al-Qur’an tentang berbagai masalah tersebut mau tidak mau seseorang harus melewati jalur tafsir sebagaimana telah dilakukan oleh banyak para ulama. Untuk keperluan penafsiran al-Qur’an yang hasilnya dapat diper-tanggung jawabkan secara akdemik dan moral, maka para ulama telah menyusun pula Ulumul Qur’an (ilmu-ilmu al-Qur’an), yang menurut Manna al-Qathan wajib untuk diketahui oleh setiap orang yang ingin mengetahui kandungan al-Qur’an. Ilmu-ilmu yang termasuk dalam Ulumul al-Qur’an tersebut antara lain Ilmu Asbab al-Nuzul, Ilmi Nasikh al-Mansukh, Ilmu Qira’at, Ilmu Gharib al-Qur’an, Ilmu Ilalil al-Qur’an, Ilmu ‘Ijazil Qur’an, Ilmu Rasm Qur’ani (Pengetahuan bentuk tulisan al-Qur’an) Ilmu Muhkam dan Mutasyabih (Ayat-ayat yang jelas

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    4

    dan yang samar), dan masih banyak lagi. Selain itu juga seseorang yang ingin menafsirkan al-Qur’an juga perlu mengetahui Ilmu Bahasa dengan berbagai macam cabangnya, Ilmu Istimbath al-Qur’an al-Hukum, Ilmu al-Ushul al-Fiqh, Ilmu-ilmu bantuan lainnya, serta harus memiliki akhlak yang Islami. 6

    Sekarang ini tingkat pengetahuan dan daya kritis masyarakat semakin berkembang. Demikian pula dengan ilmu pengetahuan dan teknologi juga semakin berkembang pula. Karenanya semua ini mau tidak mau haruslah menjadi pertimbangan di dalam menafsirkan al-Qur’an. Dengan kata lain al-Qur’an harus merespon berbagai masalah tersebut, sebagaimana pada masa turunnya. Dalam hal ini menurut al-Nadvi ia menyatakan bahwa pada saat al-Qur’an diturunkan keadaan dunia tak ubahnya seperti baru saja dilanda gempa yang dahsyat. Di sana sini terdapat bangunan yang rubuh rata, dengan tanah, tiang rubuh dan bergeser dari tempat aslinya, dinding yang retak, genteng dan kaca-kaca yang hancur, dan korban harta dan jiwa. Hal yang demikian melanda berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial, hukum, pendidikan dan lain sebagainya.7

    Penjelasan al-Qur’an tentang pokok-pokok yang

    6 Subhi al-Shalih, Mabahis fi Ulum al-Qur’an (Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, (terj) Tim Pustaka Firdaus, 1990, 141-373. Lihat pula H.M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), Cet II, 121-156.

    7 Abu al-Hasan Aliy al-Husainiy, al-Nadwiy, Madza Khasira al-‘Alam bi Intibath al-Muslim (Kerugian Apa Yang Diderita Dunia Akibat Kemerosotan Kaum Muslimin), (terj) Abu Laila dan Muhammad Thohir, (Beirut: Dar al-Qur’an al-Karim, 1984), 145.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    253

    ------------, Menyingkap Tabir Ilahi (Jakarta: Lentera Hati, 1998), cet I, 4

    Quthub, Sayyid, Fi Dzilal al-Qur’an, (Makkah al-Mukarramah :Dar al-Syuruq, 1992, Jilid II.

    Wahidiy, al Imam Abi al-Hasan Ali bin Ahmad al-Naysabury, Asbab al-Nuzul (Beirut: Dar al-Fikr, 1991.

    Zarkasyi, al-Imam, al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Mesir: Masyurat al’Ashr al-Hadits tt .

    Zarkoni, al,Muhammad Abi al-Adzim, Manahil al-Irfan fi Ulum al-Qur’an, (Mesir: Musthafa al-Baby al-Halaby wa Syurakauh, tt.

    Zahrah, Abu, Dakwah Islamiyah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), cet I

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    252

    --------------------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, jilid VI

    -------------------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, jilid VII

    -----------------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, jilid VIII

    --------------------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, jilid IX

    --------------------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, jilid X

    --------------------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, jilid XI

    -------------------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, jilid XII

    -----------------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, jilid XIII

    -----------------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, jilid XIV

    -------------------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, jilid XV

    -----------------, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), cet II.

    ------------------,Wawasan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1996.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    5

    terkandung di dalamnya hal ini penting untuk diketahui sebagai langkah awal untuk memudahkan memahami al-Qur’an serta ke arah mana perhatian seorang mufasir harus diarahkan. Selanjutnya, pembahasan tentang Tuhan penting untuk diketahui, agar manusia dapat mengenal siapa yang telah menciptakan dirinya, memberikan berbagai karunia dan kebutuhan hidupnya seperti bumi dengan segala isinya, udara, air dan tanah, tumbuh-tumbuhan, binatang, serta dirinya yang meliputi struktur fisik yang harmonis, akal pikiran, hati nurani, insting dan naluri lainnya yang berguna bagi kehidupannya. Selanjutnya, pembahasan tentang manusia dari segi kejadian dan aspek-aspek potensi yang dimiliki dirinya ini sangat perlu diketahui agar ia dapat mengetahui tentang peranan yang harus dimainkannya serta kelengkapan potensi yang dimiliki dirinya. Demikian juga tentang pembahasan alam raya dengan segala isinya ini juga penting untuk diketahui agar ia akan tahu berbagai karunia Allah berupa alam raya dan segala isinya itu, serta bagaimana manusia untuk dapat memanfaatkan alam jagat raya itu. Selanjutnya, pem-bahasan tentang adanya kehidupan akhirat ini juga perlu diketahui manusia agar ia dapat mempersiapkan dirinya dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat nanti serta dampak yang harus ditimbulkan dari kepercayaan terhadap akhirat tersebut. Demikian juga dengan pembahasan tentang akal dan nafsu juga perlu dilakukan dalam rangka untuk memperoleh tentang cara-cara dalam menggunakan akal dengan segenap potensi yang dimilikinya, serta cara-cara dalam mengendalikan hawa nafsu agar terasa memberikan manfaat. Demikian juga dengan pengkajian tentang ilmu pengetahuan perlu untuk diketahui agar manusia dapat mengetahui manfaat

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    6

    dari ilmu pengetahuan tersebut serta dapat mengamal-kannya secara benar untuk mencapai kemajuan dan meninggalkan keterbelakangan dibandingkan dengan bangsa lainnya di dunia ini. Selanjutnya, pembahasan tentang amar ma’ruf nahi munkar yang juga merupakan inti dari kegiatan dakwah ini juga sangat penting untuk diketahui dalam rangka menciptakan hidup yang damai, tenteram, tenang, aman, harmonis dan jauh dari akibat yang akan menimbulkan kesengsaraan.

    Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa sungguh-pun al-Qur’an berbicara dalam banyak hal, mulai dari masalah yang bersifat metafisik, sampai pada masalah sosial dan hal-hal yang bersifat pragmatis, namun tujuan utamanya bukanlah terletak pada kajian itu sendiri, melainkan yang dituju adalah akhlak yang mulia. Sebagai contoh ketika al-Qur’an berbicara tentang ketuhanan, namun al-Qur’an bukanlah buku teologi (Ilmu Kalam), sebagai yang dituju oleh al-Qur’an agar manusia berakhlak sebagaimana akhlak Allah menurut kadar kesanggupannya. Demikian juga jika di dalam al-Qur’an terdapat berbagai kisah para Nabi, namun al-Qur’an bukanlah merupakan kitab tentang kisah, sebab yang dituju dari kisah tersebut agar manusia berakhlak sebagaimana akhlak yang ditujukan oleh para Nabi. Dalam hal ini Afzalur Rahman mengatakan bahwa ajaran utama adalah al-Qur’an yang bertumpu pada akhlak yang mulia yang didasarkan pada hubungan yang harmonis dengan Tuhan dan sesama manusia.8

    8 Fazlur Rahman, Islam, (terj) Senoaji Saleh, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), Cet I, 45

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    251

    Dar al-Qur’an al-Karim, 1984.

    Rahman, Fazlur, Islam, (terj) Senoaji Saleh, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), cet I.

    Shalih, al-Subhi, Mabahis fi Ulum al-Qur’an (Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an (terj) Tim Pustaka Firdaus, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991.

    Syarbasi, Ash, Tarikh Tafsir al-Qur’an, (Jakarta: Al-Husna, 1985) cet, I.

    Al-Suyuti, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir Jalalain, Beirut, jilid II. Asbabun nuzul jilid II Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008

    Al-Suyuthi, Al –Syaikh Al-Islam Jalaluddin ‘Abdu arr-Rahman, Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an (Mesir Musthafa al-Baby al-Halaby , 1951), cet III.

    Shihab, Quraish, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002. Jilid I

    --------------------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati , 2002. Jilid II

    --------------------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, jilid III

    --------------------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, jilid IV

    --------------------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, jilid V

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    250

    Maraghiy, al, Ahmad Mustafa, Tafsir al-Maraghiy, (Beirut: Dal al-Fikr, tp,th, jilid, I

    ---------------------------------, Tafsir al-Maraghiy, jilid, II

    ---------------------------------, Tafsir al-Maraghiy, jilid IV

    ---------------------------------, Tafsir al-Maraghiy, jilid V

    ---------------------------------, Tafsir al-Maraghiy, jilid VIII

    ---------------------------------, Tafsir al-Maraghiy, jilid X

    Majid, Nurcholis, Pintu-Pintu Menuju Tuhan,(Jakarta: Paramadina, 1995), cet, IV.

    Maududiy, al, Abu, al-‘Ala Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslim, (terj) Osman Ralibiy dari judul asli Way of Life, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967.

    Masy’ari, Anwar, Studi Tentang Ilmu Dakwah, (Surabaya: Bina Ilmu, 1981), cet I.

    Mursi, Munir, al-Tarbiyah al-Islamiyah Ushuluhawa Tathawwuruha, (Mekkah: Dar al-Kitab, 1988), cet. I.

    Musthafa, H.A, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.

    Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010.

    Nadwiy, al, Abu al-Hasan Aliy al-Husainiy, Madza Khasira al-‘Alam bi Intibath al-Muslim (Kerugian Apa Yang Diderita Dunia Akibat Kemerosotan Kaum Muslimin), (terj) Abu Laila dan Muhammad Thohir, (Beirut:

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    7

    BAB II POKOK-POKOK KANDUNGAN AL-QUR’AN

    (Tafsir Kandungan Surah Al-Fatihah)

    Surah al-Fatihah adalah merupakan surah yang paling popular di antara surah al-Qur’an yang terdiri diri 114 surah itu, walaupun ia bukan merupakan surah yang pertama kali diturunkan, melainkan surah al-‘Alaq-lah yang merupakan surah yang awal mula diturunkan. Dalam hal ini, maka paling tidak ada empat sebab yang men-jadikan surah al-Fatihah lebih popular dibandingkan dengan surah yang lainnya:

    Pertama, karena surah al-Fatihah berada pada urutan pertama dalam susunan al-Qur’an. Dengan demikian, bagi setiap orang yang membuka dan membaca al-Qur’an sungguhpun tidak sampai tamat, mesti terlebih dahulu membaca al-Fatihah.

    Kedua, karena surah al-Fatihah termasuk bacaan wajib dalam shalat.9 Jika seseorang mengerjakan shalat lima waktu sebanyak tujuh belas rakaat, dan setiap rakaat diwajibkan membaca surah al-Fatihah, maka berarti ia telah 17 kali surah al-Fatihah. Bacaan ini terus menerus ia

    9 Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah saw. menegaskan: Tidak sah shalat yang dilakukan seseorang tanpa membaca surah al-Fatihah (La shalata liman lam yaqra’ al-kitab). H. Riwayat Bukhari Muslim.

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    8

    lakukan, sehingga ia selalu menghafal serta mengingatnya.

    Ketiga, karena surah al-Fatihah mengandung pokok-pokok ajaran al-Qur’an. Sebab berbagai ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an semuanya sudah disinggung secara singkat dalam surah al-Fatihah. Atas dasar inilah, maka dengan membaca surah al-Fatihah, akan dapat membantu seseorang dalam memahami ajaran yang terdapat dalam al-Qur’an dan dalam surah berikutnya itu.

    Keempat, karena surah al-Fatihah seringkali digunakan sebagai do’a yang dipanjatkan oleh seseorang yang telah meninggal dunia atau dalam keadaan terkena musibah. Hal ini tidak mengherankan, karena di dalam surah al-Fatihah terdapat kalimat yang menunjukkan do’a, seperti kalimat yang berbunyi: ihdina al-shirat al-mustaqiem, tunjuk-kanlah kepada kami jalan yang lurus (QS. al-Fatihah (1): 6;

    Surah al-Fatihah ayat 1-7

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    249

    REFERENSI

    Ashfahaniy, al, al-Raghib, Mu’jam Mufradat Al-Fadz al-Qura’an, (Beirut: Dar al-Fikr, tp,th).

    ‘Audah, As-Syahid Abdul Kadir, Islam dan Perundang-undangan, (International Islamic Federation of Student Organizations, 1970).

    ‘Abduh, Muhammad, al-Ustad al-Imam al-Sayikh Muhammad ‘Abduh, Tafsir al-Manar, (Mesir,tp,pn, tp. Th, juz IV).

    Baikuni, A Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, (Bandung: Mizan, 1988), cet I

    Hatta, Muhammad, Berkenalan dengan Filsafat Yunani, (Jakarta: Gramedia, 1980).

    Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, (Makkah al-Mukarramah: al-Makatabah al-Tijaryah, 1986), jilid I.

    ---------------, Tafsir Ibnu Katsir, jilid, II.

    ---------------, Tafsir Ibnu Katsir, jilid IV.

    Jurjani, al, Kitab at-Ta’rifat, (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1965).

    Kinany, al, Sa’dullah Ibnu Jama’ah, Tadzkirat al-Sami’ wa al-Mutakallim fi Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim, (Mesir: Dar al-Kutub al-Alamiah, tp,th).

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    248

    mengendalikan hawa nafsunya.

    13. Ajaran al-Qur’an tentang pembinaan generasi muda hal ini selain untuk mengingatkan manusia tentang betapa pentinganya menjaga kelangsungan hidup suatu bangsa juga erat kaitannya dengan perlunya membina serta mengembangkan potensi, bakat dan minat manusia, dari sejak dini. Hal demikian dapat dimaksudkan, karena generasi muda di masa sekarang adalah merupakan calon-calon pemimpin di masa depan. Jika pemuda dari sekarang sudah dipersiapkan kualitasnya secara utuh sukap keberagamaan, moral dan akhlaknya serta penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan, maka mereka nantinya akan dapat memimpin bangsa ini dengan serta memberikan harapan yang cerah. Sebaliknya pembinaan generasi muda yang terlambat serta tidak terprogram akan dapat menghacurkan masa depan pemuda itu sendiri dan juga masa depan bangsa.

    Berdasarkan uraian tersebut di atas, tampak dengan jelas bahwa ajaran al-Qura’an ternyata erat kaitannya dengan pendidikan. Ajaran al-Qur’an tentang berbagai hal ternyata bukan hanya sebagai wacana, akan tetapi yang terpenting agar ajaran-ajaran tersebut di-didikkan dan ditanamkan dalam setiap individu. Karena dengan cara demikian itulah ajaran Islam akan terasa manafaatnya bagi kehidupan ummat manusia.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    9

    Artinya: “Dengan nama Allah yang Rahman lagi Rahim (1). Segala puji hanya bagi Allah pemelihara seluruh alam (2). Pengasih lagi Penyayang (3). Pemilik hari Pembalasan (4). Hanya kepada-Mu kami mengabdi dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan (5). Bimbing (antar)lah kami (memasuki) jalan lebar dan luas (6). (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat (7).10

    Menurut Ibnu Katsir surah al-Fatihah ini dinamakan juga dengan Fatihatu al-Kitab dan ia merupakan bacaan pembukaan di dalam shalat, dan disebut juga dengan Ummu al-Kitab ini juga menurut jumhur ulama sebagaimana diriwayatkan dari Anas dan Hasan juga disebut dengan Ummu al-Qur’an, Ummu al-Kitab, Sab’u al- mashaani, dan juga disebut dengan al-Qur’an al-‘Azdim. Surah al-Fatihah diturunkan di Mekkah yaitu permulaan disyaria’atkannya shalat, dan surah inilah diturunkan secara lengkap sebanyak tujuh ayat, ini menurut riwayat Ibnu Abbas dan Qatadah, sedangkan menurut pendapat lain surah ini diturunkan di Madinah, sedangkan menurut az-Zuhri surah ini diturun-kan sebanyak dua kali yakni di Mekkah dan di Madinah.11 Sedangkan menurut al-Wahidiy mengatakan bahwa dalam

    10 QS. al-Fatihah: 1-7. 11 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azdim, Maktabah ash-Shafa,

    Beirut, 2004, jilid I, 19-20.

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    10

    hal turunya surah al-Fatihah tersebut terdapat perselisihan, namun menurut sebagian besar para mufasir surah tersebut turun di Mekkah dan termasuk surah al-Qur’an yang pertama kali diturunkan.12

    Dengan demikian dari berbagai macam pendapat di atas jelas bahwa pendapat yang kuat adalah yang mengatakan surah al-Fatihah diturunkan di Mekkah. Namun demikian, tidak terdapat keterangan yang menyebutkan tentang sebab turunnya atau peristiwa yang menyertai turunnya surah ini, serta dalam kondisi dan situasi apa yang bagaimana surah ini turun, dan tahun berapa tepatnya surah ini turun. Namun dari keterangan bahwa surah al-Fatihah itupun turun pada awal disyari’at-kannya shalat, maka dapat diperkirakan bahwa pada saat Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw. yang menurut sejarah disekitar satu tahun menjelang Rasulullah saw. pindah (hijrah) ke Madinah, yaitu pada tahun ke-13 dari Kenabiaan Muhammad saw.

    Selain itu surah al-Fatihah juga dinamakan dengan al-Syifa’, al-Raqiyah, Asas al-Qur’an, al-Waqiyah dan al-Kafiyah. Nama al-Syifa’ yang berarti obat ini didasarkan pada Hadits Marfu’ yang diriwayatkan oleh al-Darimy dari Abi Sa’id yang berbunyi: Fatihah al-kitab syifa min kulli samm (Surah al-Fatihah adalah obat dari setiap penyakit). Inilah yang mendasari kaum muslimin mempergunakan surah al-Fatihah sebagai do’a yang seringkali dibaca untuk mendapatkan per-lindungan dari Allah swt. Sedangkan nama al-Raqiyah yang berarti permohonan ini didasarkan pada hadits Abi Sai’d

    12 Imam Abi al-Hasan Ali bin Ahmad al-Wakhidiy al-Naysabury, Asbab al-Nuzul (Beirut: Dar al-Fikr, 1991), 11.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    247

    11. Ajaran al-Qur’an tentang amar makruf nahi munkar, dimaksudkan bukan hanya sekadar memenuhi kewajiban moral, melain-kan juga dimaksudkan untuk memelihara masyarakat dari pengaruh budaya yang negatif yang dapat menghancurkan peradaban dan kehidupan di masa depan. Dengan ditegakkannya ajaran tentang amar makruf nahi munkar ini maka niscaya masyarakat akan terhindar dari situasi kehidupan yang kacau balau dan tidak tenteram. Kewajiban menegakkan amar makruf nahi munkar ini harus pula ditanamkan kepada setiap pribadi anak didik.

    12. Ajaran al-Qur’an tentang adanya akal dan nafsu bukanlah hanya sekadar untuk membandingkan adanya keduanya sebagai bahan perdebatan tentang substansi antara akal dan nafsu sebagaimana yang dikemukakan anatara filosof dan ahli ilmu jiwa, melainkan untuk mendorong manusia agar senantiasa bersyukur dengan memanfaatkan kedua potensi rohaniah tersebut untuk dapat membangun masa depan kehidupannya secara beradab. Keber-adaan keduanya juga akan dapat mengingatkan agar dalam perjuangan hidupnya manusia tidak hanya tunduk menuruti nafsunya, melainkan dapat mengetengahkan pertimbangan akalnya. Selain itu juga kajian tersebut juga mengingatkan kepada manusia bahwanya manusia memiliki keterbatasan dalam hidupnya sebagaimana juga terbatasnya peranan akal serta nafsu yang dimilikinya. Dalam hal ini pendidikan tentunya dapat mengarahkan nafsu menjadi sistematis, lurus dan selalu di jalan kebenaran, sekaligus juga dapat

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    246

    zalim, tidak membuang-buang waktu dengan sia-sia.

    9. Ajaran al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan, selain untuk men-dorong manusia agar dapat mengembang-kan ilmu pengetahuan sesuai dengan yang dibutuhkan bagi kehidupannya, juga untuk mengingatkan bahwa ilmu hanya dapat dibedakan dari segi jenis dan cakupannya, sedangkan dari segi asal muasalnya adalah sebagai pemberian Tuhan. Yang demikian terjadi mengingat sumber kajian ilmu pengetahuan seperti alam jagat raya denga hukum-hukum yang ada di dalamnya, prilaku sosial, intuisi dan wahyu yang pada hakikatnya adalah milik Tuhan yang di-anugerahkan kepada manusia untuk dimanfaatkan. Dengan demikian pengembangan ilmu pengetahuan tidak boleh melampaui hukum-hukum Tuhan yang ada di dalam al-Qur’an, di jagat raya dan di dalam prilaku sosial tersebut. Dengan pengembangan ilmu pengetahuan manusia diharapkan semakin dapat men-syukuri karunia Tuhan dan semakin dekat kepada-Nya.

    10. Ajaran al-Qur’an tentang pembianaan masyarakat ditujukan sebagai langkah untuk membangun kehidupan bangsa dan Negara yang aman, kokoh dan tenteram, juga dimaksudkan untuk menciptakan suatu lingkungan kehidupan yang memungkinkan manusia dapat merefleksikan serta mengaktualisasikan minat, bakat dan potensinya secara sehat. Hal yang demikian dapat dipahami, karena bangsa yang kokoh, aman dan damai adalah terwujud dari kumpulan masyarakat yang kokoh pula.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    11

    yang tercantum dalam kitab Shahih Bukhari, yang mengatakan bahwa ketika seorang laki-laki mengharapkan keselamatan, maka Rasulullah mengatakan kepadanya: wa maa yudrika annaha raqiyah yang artinya tidakkah ia dapati bahwa al-Fatihah itu merupakan keselamatan? Sementara itu nama al-Fatihah dinamakan asas al-Qur’an yang berarti dasar-dasar al-Qur’an didasarkan pada riwayat al-Sya’bi dari Ibn ‘Abbas, Rasulullah menyatakan: Wa asasuha bismillahirrahmanirrahim artinya asas al-Fatihah itu adalah bismillahirrahmanirrahim. Sedangkan nama al-Waqiyah yang berarti pemelihara diberikan oleh Sufyan bin Uyainah, dan nama al-kafiyah yang berarti mencakup diberikan oleh Yahya bin Abi Katsir. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa al-Fatihah mencakup surat-surat lainnya dan tidak ada yang dapat mencakup kecuali surah al-Fatihah. Hal ini didasarkan pada sebagian hadits Mursal yang berbunyi: Umm al-Qur’an ‘iwadl min ghairiha wa laitsa min ghairiha ‘iwadl minha (al-Fatihah itu menggantikan surah lainnya, dan tidaklah surah lainnya itu menggantikan al-Fatihah). Selain itu, al-Zamakhsyari dalam kitabnya al-Kasyaf menyebutkan bahwa surah al-Fatihah sebagai surah al-Shalah dan al-Kanz yang berarti perbendaharaan.13

    Surah al-Fatihah adalah merupakan “Mahkota Tuntunan Ilahi”. Dia adalah ‘Ummul Qur’an atau Induk al-Qur’an. Ada banyak nama bagi awal surah al-Qur’an itu, yakni lebih dari dua puluh nama, namun ada empat nama sebagaimana yang diperkenalkan oleh Rasul, yaitu al-Fatihah, Ummul Kitab, Ummul al-Qur’an dan as-Sab’al-Matsani. Selanjutnya ia mengatakan bahwa kata fath yang

    13 Ibnu Katsir, jilid I, 9.

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    12

    merupakan akar kata nama ini berarti menyingkirkan sesuatu yang terdapat pada suatu tempat yang akan dimasuki. Penamaannya dengan al-Fatihah karena ia terletak pada awal al-Qur’an, karena biasanya yang pertama memasuki sesuatu pasti yang membukanya. Jadi dengan kata lain, awal di sini adalah awal dalam penempatannya pada susunan al-Qur’an dan bukan berarti awal surah yang diturunkan14.

    Ayat 1. Bismillahi ar-rahman ar-rahim, menurut Ibnu Katsir ayat bismillahi ar-rahman ar-rahim para shahabat mengatakan bahwa ayat ini dibaca di awal surah al-Fatihah dan juga surah-surah yang lain terkecuali di dalam surah an-Naml dibaca di tengah ayat, sedangkan mereka berbeda pendapat tentang apakah ayat ini merupakan satu ayat terdahulu pada tiap-tiap awal surat atau bagian dari tiap-tiap surah atau ia merupakan awal surah bagi surah al-Fatihah saja bukan bagi suart yang lainnya. Menurut Imam Syafi’i dan Ibnu Hambal bahwa Basmallah adalah merupakan satu ayat dari surah al-Fatihah, juga surah yang lainnya kecuali dalam surah al-Bara’ah, sedangkan menurut Imam Malik dan Imam Abu Hanifah bahwa Basmallah bulanlah merupakan satu ayat dari surah al-Fatihah dan juga surat yang lainnya dari semua surah, sementara itu Imam Syafi’i dari sebagian mazhabnya mengatakan bahwa Basmallah adalah merupakan satu ayat dari surah al-Fatihah dan bukan bagi surah yang lainnya.15

    Sedangkan menurut Quraish Shihab, bahwa Allah

    14 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2009, jilid I, 4-5.

    15 Ibnu Katsir, jilid I, 21.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    245

    tentang jati dirinya, maka ia akan dapat mengenal penciptanya, yaitu Allah swt. sikap dan per-buatan yang harus dilakukannya, serta tugas-tugasnya di muka bumi. Dengan cara demikian itu, maka manusia akan memiliki pandangan hidup yang benar, yang pada gilirannya ia tidak akan salah arah atau melangkah. Selain itu juga pandangan tentang manusia ini yang pada gilirannya akan menjadi dasar bagi rumusan pendidikan, kurikulum, metode, evaluasi, dan sebagainya.

    7. Begitu juga dengan ajaran tentang alam, hal ini dapat dipahami agar manusia sifat dan karakter alam, khasiat yang terkandung di dalamnya. Maka dengan cara demikian diharapkan ia akan dapat melakukan hubungan dengan alam secara arif dan bijaksana, serta akan membawanya untuk semakin mensyukuri karunia Allah swt. Maka dengan cara demikian kemakmuran yang dicapai akan sejalan dengan rasa syukur yang mendalam.

    8. Ajaran al-Qur’an tentang akhirat juga dimaksudkan bukan hanya sekadar mempercayai adanya surga dan neraka serta berbagai masalah yang terdapat di akhirat nanti, akan tetapi yang lebih penting adalah kepercayaan tentang akhirat tersebut dapat memberi dampak bagi perbaikan moral selama hidup di dunia ini. Adanya timbangan amal, pemeriksaan dan pertanggung-jawaban amal perbuatan di akhirat serta akibat-akibatnya, mengingatkan kepada manusia agar selama hidupnya di dunia haruslah lebih berhati-hati, tidak akan pernah melakukan pelanggaran, berbuat

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    244

    4. Pengulangan kajian tentang tauhid (Ketuhanan) dimaksudkan agar ingat, komitmen serta perhatian manusia terhadap nilai-nilai yang berasal dari Tuhan dapat tertanam dengan kokoh dalam hati manusia.. Hal ini dapat dipahami, karena tauhid menjadi dasar tegaknya seluruh aspek kehidupan seorang muslim. Demikian juga dengan masalah tegaknya moral yang bertolak dari keimanan yang kokoh. Selain itu juga dengan adanya tauhid diharapkan agar seseorang yang beriman dapat berakhlak dengan akhlak Tuhan, yang menurut kadar kesanggupan manusia. Jika Allah bersifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang, maka manusia juga haruslah menampakkan sikap yang pengasih dan penyayang. Demikian juga dengan sifat-sifat Tuhan yang lainnya haruslah dipahami dalam konteks yang demikian pula. Maka dengan cara demikian, keimanan ini tidak hanya bersifat teo-centris tetapi juga bersifat antropho-centris. Hanya dengan cara demikian itulah makna ketuhanan akan terasa fungsional dalam kehidupan manusia.

    5. Demikian pula kajian tentang kerasulan ini dimaksud-kan bukan hanya sekedar mengingat dan hapal tentang riwayat hidup para Rasul yang lengkap dengan akhlak serta kepribadiannya, akan tetapi yang terpenting adalah agar ajaran yang dibawa oleh Rasul-rasul itu diikuti serta dilaksanakan dengan konsisten, dan akhlaknya yang mulia itu diteladani dengan sebaik-baiknya.

    6. Ajaran tentang asal usul dan sifat manusia, ini dimaksudkan agar dengan adanya ia mengetahui

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    13

    memulai kitab-Nya dengan bacaan Basmallah atau dengan nama Allah adalah merupakan adab serta bimbingan pertama yang diwahyukan Allah kepada Nabi-Nya: iqra’ bismi rabbika. Permulaan itu sesuai dengan aqidah ajaran Islam yang menyatakan bahwa Allah adalah al-Awwal wa al-Akhir wa azh-Zhahir wa al-Bathin/ Dia yang Pertama dan Dia pula yang Terakhir, Dia yang tampak dengan jelas (bukti-bukti wujud-Nya) Dia pula yang Tersembunyi (terhadap siapa pun hakikat-Nya). Karena dengan nama-Nya segala sesuatu harus dimulai dan dengan nama-Nya juga terlaksananya segala gerak dan arah. Hal demikian juga tafsiran yang dikemukakan Sayyid Quthub dalam tafsirnya.16

    Ayat 2. al-Hamdulillah al-‘alamin, menurut Ibnu Kastir yakni syukur yang secara khusus diberikan kepada Allah dengan menyembah-Nya dan tidak menyembah yang lainnya serta bersyukur hamba-Nya atas semua nikmat yang diberikan oleh Allah. Kata Rabbi al-‘Alamin, ini menunjukkan semua yang ada di alam ini baik manusia maupun jin.17

    Sementara itu kata hamdu atau pujian adalah merupakan ucapan yang ditujukan kepada yang dipuji atas sikap atau pun perbuatanya yang baik. Ia menekankan bahwa diperlukan tiga unsur dalam perbuatan yang harus dipenuhi oleh yang dipuji sehingga dia wajar mendapat pujian itu: 1) Indah (baik), 2) Dilakukan secara sadar, dan 3) Tidak terpaksa atau dipaksa. Sedangkan kata al-hamdu dalam surat al-Fatihah ini ditujukan kepada Allah swt. Ini

    16 Quraish Shihab, jilid I, 14. 17 Ibnu Katsir, jilid I, 22.

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    14

    menunjukkan bahwa Allah dalam segala perbuatan-Nya telah memenuhi ketiga unsur yang disebutkan di atas. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa kata al-hamdulillahi/ segala puji bagi Allah, huruf lam/bagi yang menyertai kata Allah mengandung makna pengkhususan bagi-Nya. Dengan kata lain, ini menunjukkan bahwa segala pujian hanya wajar dipersembahkan kepada Allah swt. Dia dipuji karena Dia yang menciptakan segala sesuatu yang diciptakan-Nya dengan baik dan dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.18 Sementara itu, kalimat rabb al-‘alamin adalah merupakan keterangan lebih lanjut tentang layaknya segala puji hanya tertuju kepada Allah swt. Dia adalah rabb al-‘alamin.

    Ayat 3. ar-Rahman ar-rahim, ini menunjukkan pengulangan kata yang disebut dalam ayat basmallah. Sedangkan pada ayat ketiga ini tidak dapat dianggap sebagai pengulangan sebagian kandungan ayat pertama (basmallah). Kalimat ar-Rahman dan ar-Rahim ayat ini bertujuan menjelaskan bahwa pendidikan dan pemeliharaan Allah, sebagaimana disebutkan pada ayat kedua, sama sekali bukan untuk kepentingan Allah atau sesuatu pamrih, pendidikan serta pemeliharaan tersebut semata-mata karena rahmat dan kasih sayang Tuhan yang dicurahkan kepada makhluk-makhluk-Nya.19 Dengan kata lain, bahwa penekanan pada sifat ar-Rahman dan ar-Rahim di sini dapat juga bertujuan menghapus kesan dan anggapan yang boleh jadi ditimbulkan dari kata Rabb yang mana Tuhan memiliki sifat kekuasaan yang mutlak yang cenderung sewenang-wenang.

    18 Quraish Shihab, jilid I, 33. 19 Quraish Shihab, jilid I, 40.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    243

    yang bertumpu pada hubungan dengan Allah (habl min Allah) dan hubungan dengan manusia (habl min al-Nas).

    3. Karena masalah yang diutamakan dalam al-Qur’an adalah pendidikan, maka dapatlah dimengerti jika di dalam al-Qur’an dijumpai ayat yang mengandung suatu tema, namun diungkapkan atau pun diulang berkali-kali dalam berbagai tempat. Bagi yang tidak melihat ayat-ayat tersebut dalam kerangka pendidikan maka tentulah ia akan mengatakan bahwa al-Qur’an bukanlah kitab yang sistematis, bahkan ia akan mengatakan itu adalah pem-borosan dalam uraiannya, serta akan membosankan.305 Lain halnya dengan yang menggali al-Qur’an dengan seksama dan tegas akan mengatakan bahwa pendapat tersebut adalah kebodohan yang bersangkutan. Orang-orang yang menggali ajaran al-Qur’an ia akan mengatakan bahwa setiap kali ada pengulangan dalam al-Qur’an, maka pada setiap kali itu pula ada nilai-nilai baru yang terkandung di dalamnya.306 Selain itu, adanya pengulangan berkaitan dengan metode pendidikan, yang antara lain menghendaki adanya pengulangan itu, agar masalah tersebut selalu dapat diingat, dan tidak akan mudah dilupakan. Pengulangan mengenai sesuatu dalam al-Qur’an dapat dipahami dalam konteks itu.

    305 Wilfred Canwell Smith, Lintasan Sejarah Islam, menagatkan bahwa al-Qur’an adalah kitab yang paling tidak sistematik susunanya, sebagaimana terlihat dari banyaknya pengulangan tentang penyebutan sesuatu masalah dalam berbagai tempat

    306 Asy-Syarbasi, Tarikh Tafsir al-Qur’an, (Jakarta: Al-Husna, 1985) cet, I, 56

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    242

    KESIMPULAN

    Berdasarkan uraian dan analisa, sebagaimana terdapat dalam beberapa bab yang telah di bahas di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

    1. Keberadaan al-Qur’an sebagai sumber utama dalam pengem-bangan konsep pendidikan Islam dapat dibuktikan dengan nyata serta akurat. Konsep pen-didikan Islam yang berdasarkan al-Qura’an tersebut dapat dikatakan lebih unggul dibandingkan dengan konsep yang tidak berdasarkan al-Qur’an. Hal ini memang sejalan dengan sifat ajaran Islam itu sendiri yang bersifat universal, integrated, komprehensif, utuh dan berdaya tahan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

    2. Berbagai aspek yang dibicarakan dalam al-Qur’an seperti masalah akidah (ketuhanan), Rasul manusia, alam, akhirat, akal nafsu, ilmu pengetahuan, amar ma’ruf nahi munkar, generasi muda, kerukunan hidup antar ummat beragama, pembinaan masyarakat, disiplin dan menegakkan hak ternyata juga berkaitan dengan pendidikan. Pembicaraan dalam berbagai bidang tersebut tidak terletak pada materi kajian bidang tersebut saja, melainkan yang dituju adalah pendidikan. Yaitu pembinaan sikap dan kepribadian yang mulia. Hal ini sejalan dengan inti ajaran al-Qur’an itu sendiri, yaitu pembinaan mental dan akhlak mulia

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    15

    Dengan disebutkannya sifat Rahman dan Rahim, tentang kekuasaan yang mutlak akan bergabung dengan kesan rahmat dan kasih sayang. Ini tak lain seakan-akan dengan menyebut kedua sifat-Nya tersebut, Allah swt, mengundang para makhluk untuk datang kehadirat-Nya demi memperoleh keridhaan-Nya.

    Ayat 4. Maliki yaumiddin, menurut Ibnu Katsir sebagian membacanya dengan bacaan pendek pada huruf mim, sementara itu qira’at yang lainnya membacanya dengan bacaan panjang disebutkan bacaan keduanya adalah merupakan bacaan yang shahih mutawatir. Yang dimaksud dengan kata Maliki yaumiddin di mana pada hari itu tidak ada satupun yang memiliki ketetapan sebagaimana pada waktu hari di dunia, kata ini disebut juga yaumu al-hisab atau hari qiyamat pada hari ini akan ditunjukkan amalan yang baik dan amalan yang buruk.20

    Sedangkan kata Pemilik dan Pemelihara sebagaimana tercantum pada ayat sebelumnya, ini boleh jadi tidak memiliki (sesuatu). Sedangkan sifat ketuhanan tidak dapat dilepaskan dengan kepemilikan serta kekuasaan. Karenanya, inilah yang dimaksud dalam kandungan ayat empat ini. Demikian juga pendapat al-Biqa’i sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab mengatakan bahwa ia menghubungkan ayat ini dengan ayat sebelumnya.21 Sementara itu Thahir Ibnu ‘Asyur, sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab ia mengatakan bahwa penempatan ayat ini setelah penyebutan sifat-sifat Allah swt, yang lalu ini bukan sekedar untuk memaparkan sifat-sifat-Nya, tetapi

    20 Ibnu Katsir, jilid I, 28. 21 Quraish Shihab, jilid I, 48.

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    16

    ia juga merupakan akibat dari sifat-sifat yang telah dipaparkan pada ayat-ayat yang lalu. Ayat-ayat yang lalu itu menyifati Tuhan Yang Maha Esa dengan Rabb al-‘Alamin dan ar-Rahman ar-Rahim yang menunjukkan betapa sempurna kasih sayang-Nya terhadap semua makhluk, dan bahwa perlakuan-Nya terhadap mereka adalah atas dasar pemeliharaan, bimbingan, dan pendidikan yang mencakup perintah serta larangan guna kemaslahatan mereka, walaupun perintah dan larangan itu tidak sejalan dengan dorongan nafsu mereka serta terasa berat olehnya.

    Sementara itu ada dua bacaan yang popular menyangkut ayat ini yaitu (Malik) yang berarti pemilik, dan (Maalik) yang berarti raja. Pada ayat ini dapat dibaca keduanya, dan keduanya adalah merupakan bacaan yang dibaca oleh Nabi. Dengan kata lain bahwa kata (Malik) yang mengandung arti penguasaan terhadap sesuatu yang disebabkan oleh kekuatan pengen-dalian serta keshahihannya. Sedangkan kata Maalik yang biasa diterjemahkan dengan raja adalah yang menguasai dan menangani perintah dan larangan, anugerah dan pencabutan dan karena itu biasanya kerajaan terarah kepada manusia bukan pada barang yang sifatnya tidak dapat menerima perintah serta larangan.22

    Sedangkan kata yaum ad-din, kata yaum biasa diterjemahkan dengan hari. Kata ini terulang di dalam al-Qur’an sebanyak hari-hari dalam satu tahun (365 kali). Al-Qur’an meng-gunakan kata yaum dalam arti waktu atau periode yang terkadang sangat panjang. Sementara itu kata ad-diin yang menggambarkan hubungan dua pihak, di mana

    22 Quraish Shihab, jilid I, 49-50.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    241

    yaitu generasi muda yang sehat fisiknya, berilmu pengetahuan, berketerampilan, berakidah yang kokoh, taat menjalankan ibadah dan berakhlak yang mulia dan seterusnya terdapat pula petunjuk yang dapat yang dapat dilakukan oleh kedua orang tua itu. Maka petunjuk tersebut ada yang bersifat langsung dan ada pula yang tidak langsung. dan antisipatif Untuk itu Allah swt. dan Rasul-Nya memerintahkan kepada para laki-laki agar supaya memilih isteri yang shaleh yaitu istri yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, taat kepada suami serta dapat menjadi tauladan bagi semua putra-putrinya. Karenanya dengan pernikahan ini dapat dipelihara kelangsungan hidup manusia, memelihara keturunan, keselamatan masyarakat dari dekadensi moral, keselamatan masyarakat dari penyakit, ketenteraman jiwa, tercipta hubungan saling tolong menolong antara suami isteri, serta menghaluskan rasa kebapakan serta keibuan.304

    304Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (terj), Saifullah Kamaliy, dan Heri Noer Ali, dari judul asli Tarbiyyah al-Aulad fi al-Islam (Semarang, Ady Syifa, 1981), cet I, 5-9

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    240

    atau 7 ayat surah Luqman tersebut yakni terdapat enam komponen pendidikan sebagai berikaut: Pertama komponen pendidik, yang dalam hal ini adalah kedua orang tua, khususnya Luqman (ayah) sebagai kepala keluarga. Kedua komponen anak didik (anak) yang dalam hal ini adalah anaknya Luqman sendiri. Ketiga komponen lingkungan di mana kegiatan pendidikan tersebut berlangsung, yang dalam hal ini lingkungan keluarga. Keempat komponen materi (kurikulum) pendidikan yang dalam ayat-ayat tersebut mencakup materi pendidikan tentang keimanan atau akidah yang kokoh antara lain menjauhi perbuatan syirik, akhlak yang mulia antara lain dengan memulikan kedua orang tua, mendirikan shalat, memerintahkan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan yang munkar, bersikap tabah, tidak menyombongkan diri, dan bersikap rendah hati. Kelima komponen hubungan, pendekatan dan proses belajar mengajar, yang dalam hal ini mengembangkan pola hubungan yang demokratis, menghargai pendapat orang lain, manusiawi, berorientasi pada nilai kebenaran ilmiah sekaligus profesional. Keenam komponen metode yang dalam hal ini ceramah (mau’idzah) dan perintah.303

    Dari uraian tersebut di atas, maka dengan jelas bahwa ajaran Islam (al-Qur’an) sangatlah memperhatikan pembinaan generasi muda. Pembinaan tersebut dilakukan melalui kegiatan pendidikan yang dimulai dari rumah tangga atau pendidikan keluarga, yang selanjutnya dilakukan oleh sekolah yang biayanya ditanggung oleh keluarga. Untuk menghasilkan generasi muda yang baik

    303Abuddin Nata, 201-204

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    17

    pihak pertama mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibanding dangan pihak kedua. Kata ad-diin di sini diartikan sebagai pembalasan atau perhitungan atau ketaatan karena pada hari itu (Hari Kiamat) terjadi perhitungan dan pembalasan Allah, juga ketika itu semua makhluk tanpa terkecuali menampakkan ketaatannya kepada Allah swt. dalam bentuk yang sangat nyata.23

    Dengan kata lain, bahwa balasan yang diberikan Allah itu tidaklah dijelaskan berapa lamanya berlangsung, namun al-Qur’an menyatakan bahwa kenikmatan surgawi yang akan diterima oleh yang taat bersifat kekal, sedang-kan siksaan neraka ada yang menyatakan kekal dan ada yang menyatakan tidak kekal, dan balasan serta ganjaran itu adalah yang bersifat perorangan bukan bersifat kolektif.

    Ayat 5. Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, lafaz yang pertama adalah tadabbur dari pada syirik, sedang lafaz yang kedua adalah tadabbur dari keadaan serta kekuatan yang dikaitkan dengan Allah ‘azza wajalla sebagaimana dijelaskan dalam makna ayat yang lain yang berbunyi: Fa’budhu watawakkal ‘alaihi wamaa rabbuka bighafilin ‘amma ta’maluun, juga senada dengan ayat yang lain: qul huwa arrahmanu aamanna bihii wa’alaihi tawakkalnaa. Yakni perintah yang dikhususkan pada hamba-Nya dan tempat memohon pada-Nya atas segala urusan kamu24.

    Dalam ayat ini banyak sekali pesan yang dikandung oleh kedua kata terangkai itu yakni iyyaka dan na’budu, secara tidak langsung, penggalan ayat ini mengecam

    23 Quraish Shihab, jilid I, 52. 24 Ibnu Katsir, jilid I, 29.

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    18

    mereka yang mempertuhankan atau menyembah selain Allah, baik masyarakat Arab ketika itu maupun selainnya. Kata iyyaka merupakan kata yang menunjuk pada pesona kedua, dalam hal ini yang dimaksud adalah Allah swt. Dengan kata lain bahwa ini berarti mengajarkan untuk mengucap-kan iyyaka menuntut pembaca agar menghadirkan Allah dalam benaknya. Demikian kesan yang dimunculkan dalam ayat ini, sebagaimana dijelaskan oleh Thabathaba’i.25 Dengan demikian, jelaslah bahwa kata iyyaka ini mengan-dung arti pengkhususan, yakni tidak ada selain Allah. Artinya, ibadah yang dilakukan tidak kepada siapa pun kecuali hanya kepada Allah swt semata. Dengan demikian, pandangan hati hanya tertuju sepenuhnya hanya kepada-Nya, dan ibadah ini yang intinya penyerahan diri sepenuh-nya hanya kepada Allah swt.

    Sedangkan kata na’budu diterjemah-kan dengan menyembah, mengabdi, taat. Jadi, ketika seseorang menyatakan iyyakana’budu maka ketika itu tidak sesuatu apa pun baik yang berkaitan dengan diri seseorang maupun yang berkaitan dengannya, kecuali telah dijadikan milik Allah swt26. Dengan kata lain bahwa memang segala aktivitas manusia haruslah berakhir menjadi ibadah kepada-Nya.

    Kata waiyyaka nasta’in, bahwa permohonan bantuan kepada Allah adalah permohonan agar Dia mempermudah apa yang tidak mampu diraih oleh yang bermohon dengan upayanya sendiri. Kata ini juga mengandung arti bahwa kepada selain Allah sang pengucap tidaklah memohon

    25 Quraish Shihab, jilid I, 60-61. 26 Quraish Shihab, jilid I, 63.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    239

    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-ankamu adalah yang menjdi musuh bagimu,maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta menagmpuni (mereka, maka sesunguhnya Allah lagi Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”300

    Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa wahai orang-orang yang beriman dan membenarkan Allah, ketahuilah bahwa di antara istri dan anak-anakmu itu ada yang akan musuh kamu, memalingkan kamu dari ketaatan kepada Allah serta amal saleh yang bermanfaat di akhirat.301 Dalam satu riwayat dikemukakan Rasulullah saw. akan ada suatu zaman yang menimpa ummatku, yaitu kehancuran seorang suami di tangan seorang istri dan anak-anaknya yang dihimpit kemelaratan, kemudian mendorong suami untuk melakukan perbuatan buruk yang dapat merusak dirinya.302 Keadaan tersebut sebab utamanya adalah karena istri, anak dan anggota keluarga tersebut tidak memiliki pendidikan. Untuk itulah, maka di antara berbagai ayat al-Qur’an lainnya, Allah memerintah-kan agar suami sebagai kepala keluarga memberikan pendidikan kepada anggota keluarganya itu. Hal demikian misalnya telah dicontohkan oleh Lukman al-Hakim dalam ayat al-Qur’an surah Luqman dari ayat 13 sampai ayat 19

    300Q.S. al-Taghabun, 64: 14 301Ibid, 129 302Ibid 129

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    238

    hukum agama. Hal demikian sejalan dengan hadits yang mengatakan bahwa Allah memberikan kasih saying kepada seseorang yang mengatakan bahwa sembah-yangnya, puasanya, zakatnya, ibadah hajinya, anak yatimnya, tetangganya, mudah-mudahan dapat mengum-pulkan mereka di syurga pada hari kiamat nanti.299

    Pengertian tentang pentingnya membina keluarga agar terhindar dari siksaan api neraka ini tidak hanya semata-mata diartikan dengan apai neraka yang ada di akhirat nanti, melainkan termasuk juga berbagai masalah dan bencana yang menyedihkan, merugikan dan merusak citra pribadi seseorang. Sebuah keluarga yang anaknya terlihat dalam perbuatan yang tercela, seperti mencuri, merampok, menipu, berzina, meminum-minuman keras, narkoba, membunuh dan lain sebagainya adalah termasuk kedalam hal-hal yang dapat menimbulkan bencana di muka bumi dan merugikan orang yang melakukannya, keluarga, istri, juga dapat menjadi musuh dan membawa malapetaka jika terlibat dalam perbuatan tersebut. Hal ini juga sejalan dengan firman Allah dalam surah at-Thaghabun ayat 14 sebagai berikut:

    299Ibid, 162

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    19

    pertolongan.27 Dari penjelasan ini, bahwa tidak ada tempat memohon selain kepada Allah semata, namun dalam permohonan ini masih dituntut peranan diri sendiri sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan.

    Ayat 6. Ihdinash shirata al-mustaqim, menurut Ibnu Katsir ayat ini maksudnya yakni Din al-Islam diriwayatkan dari Imam Hanafiyyah yang dimaksud yakni agama Allah yang tidak diterima bagi hamba-Nya selainnya, sedangkan Mujahid menerangkan kata ini maknanya yakni kebenaran.

    Ayat 7. Shirat allaaziina an’amta ‘alaihim, menurut Ibnu Katsir lafaz ini bermakna “para Nabi”. Lafaz: ghairi al-maghdhubi ‘alaihim yakni “kaum Yahudi”, sedangkan lafaz: waladhdhaaliina yakni “kaum Nashrani yang mereka itu telah sesat”.28

    Sementara itu kata ihdina maknanya berkisar pada dua hal: Pertama, tampil kedepan memberi petunjuk. Kedua, menyampaikan dengan lemah lembut. Allah menganugerahkan petunjuk. Petunjuknya bermacam-macam sesuai dengan peranan yang diharap-kannya dari makhluk. Petunjuk tingkat pertama (naluri) terbatas pada penciptaan dorongan untuk mencari hal hal yang dibutuhkan. Naluri tidak dapat mampu mencapai apa pun yang berada di luar tubuh pemilik naluri itu, pada saat ini manusia membutuhkan petunjuk itu, karenanya Allah menganugerahkan petunjuk-Nya berupa pancaindra. Namun, betapa pun tajamnya pancaindra manusia, sering kali hasil yang diperolehnya tidak sesuai dan meng-

    27 Quraish Shihab, jilid I, 68. 28 Ibnu Katsir, jilid I, 44.

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    20

    gambarkan hakikat yang sebenarnya. Karenanya, untuk meluruskannya dibutuhkan petunjuk Allah berupa akal. Sebab akal-lah yang bisa mengkoordinasikan semua informasi yang diperoleh oleh indra kemudian membuat kesimpulan-kesimpulan yang sedikit atau banyak dapat berbeda dengan hasil informasi dari indra. Namun juga tidaklah merupakan jaminan terhadap semua kebenaran yang didambakan, karenanya manusia membutuhkan petunjuk yang melebihi daripada akal, sekaligus melurus-kan kekeliruannya. Petunjuk ini adalah hidayah berupa agama29.

    Dari penjelasan ayat ini menunjukkan bahwa betapa manusia itu membutuhkan petunjuk dalam mengarungi segala aktivitas dalam kehidupan ini, dan permohonan hidayah itu bisa hidayah yang selama ini belum diperoleh, ataupun kesinambungan dan kemantapan atau peningkatan hidayah yang telah diperoleh oleh orang-orang tertentu atau yang telah diperoleh oleh semua manusia seperti hidayah berupa naluri.

    Kata shirath dalam ayat ini asal katanya bermakna menelan. Jalan yang lebar yang dinamai dengan shirath, karena sedemikian lebarnya sehingga ia bagaikan menelan si pejalan. Shirath adalah jalan yang luas, semua orang dapat melaluinya tanpa harus berdesak-desakan. Shirath yang dimohonkan dalam ayat ini adalah al-mustaqim yakni lurus. Dengan demikian, yang diharapkan bukan hanya shirath yang lebar dan luas akan tetapi juga lurus. Jadi kata ash-shirat al-mustaqim yakni jalan yang lurus dan lebar dan terdekat untuk menuju tujuan yang dapat mengantar

    29 Quraish Shihab, jilid I, 76.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    237

    Dalam ayat ini memiliki hubungan yang erat dengan ayat-ayat yang sebelumnya. Dalam hubungan ini al-Maraghy mengatakan bahwa setelah Allah memerintahkan terhadap istri-istri Rasulullah saw. agar bertaubat dari segala kekeliruan, dan menjelaskan kepada mereka bahwa Allah-lah yang menjaga dan menolong utusan-Nya, maka tidak ada yang dapat memperdayakannya, karenanya mereka diminta untuk tidak menghianati Rasul karena takut diceraikan, karena mereka adalah ibu kaum Muslimin, maka selanjutnya Allah memerintahkan kepada semua orang yang beriman pada umumnya agar memelihara diri dan keluarganya dari siksaan api neraka yang kayu bakarnya terdiri dari bebatuan berhala dan manusia (kafir). Dengan demikian permasalahan yang menimpa keluarga Nabi yang dapat menimbulkan azab agar dijadikan juga peringatan bagi kaum muslimin pada umumnya, mengingat Rasulullah saw. adalah sebagai panutan kaum muslimin.

    Lebih lanjut al-Maraghy mengemukakan maksud ayat tersebut (yaa ayyuhal laziina aamanu….. al-hijaarah) dengan keterangan wahai orang orang yang membenarkan adanya Allah dan Rasul-Nya hendaknya sebagian yang satu dapat menjelaskan dengan sebagian yang lainnya tentang keharusan diri untuk menjaga dari api neraka dan menolaknya, karena yang demikian itu merupakan bentuk ketaatan kepada Allah dan mengikuti segala perintah-Nya, dan juga mengajarkan kepada kelurganya tentang perbuatan ketaatan yang dapat memelihara dirinya dengan cara memberikan nasehat dan pendidikan. Dengan kata lain jelasnya ayat tersebut berisi perintah atau kewajiban terhadap keluarga agar mendidik kepada mereka dengan

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    236

    Nya kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang selalu diperintahkan.296

    Pada ayat tersebut terdapat kata quu anfusakum yang berarti buatlah sesuatu yang bisa menjadi penghalang datangnya siksaan api neraka dengan cara menjauhkan perbuatan maksiat.297 Memperkuat diri agar tidak mengikuti hawa nafsu, dan senantiasa taat menjalankan perintah Allah swt. Selanjutnya, kata wa ahliikum, maksudnya keluargamu yang terdiri dari istri, anak, pembantu dan budak, dan diperintahkan kepada mereka agar menjaganya dengan memberikan bimbingan yang baik, nasehat, pendidikan kepada mereka. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu al-Munzir, al-Hakim dan riwayat yang lain oleh Ali ra. ketika menjelaskan ayat tersebut, maksudnya adalah berikanlah pendidikan dan pengetahuan mengenai kebaikan terhadap dirimu dan keluargamu. Selanjutnya, lafaz al-waquud maksudnya adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalakan api. Sedangkan kata al-hijaarah adalah batu berhala yang biasa disembah kaum jahiliyah. Lafaz malaaikatun dalam ayat tersebut maksudnya mereka yang jumlahnya sebanyak 19 dan bertugas menjaga neraka. Sedangkan kata ghilaazun maksudnya adalah hati yang keras, yaitu hati yang tidak memiliki rasa belas kasihan apabila ada orang yang minta dikasihani. Dan kata syidaadun maksudnya adalah memiliki kekuatan yang tidak dapat dikalahkan.298

    296Q.S. at-Tahrim, 66: 6 297Ahmad Mustafa al-Maraghy, jilid X, 161 298Ibid, 161

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    21

    kepada kebahagiaan dunia dan akhirat30.

    Ada empat kelompok manusia yang telah mendapat nikmat khusus dari Allah swt yakni nikmat keagamaan, dan jalan-jalan kelompok itulah yang dimohonkan. Kelompok pertama adalah para Nabi, yakni mereka yang dipilih Allah untuk memperoleh bimbingan sekaligus ditugasi untuk menuntun manusia menuju kebenaran Ilahi. Kelompok kedua adalah para Shiddiqin, yakni orang-orang dengan pengertian apa pun selalu benar dan jujur. Mereka tidak ternodai oleh kebathilan, tidak pula mengambil sikap yang bertentangan dengan kebenaran. Kelompok ketiga adalah para Syuhada, yakni mereka yang bersaksi atas kebenaran dan kebajikan melalui ucapan dan tindakan mereka, walau harus mengorbankan nyawa sekalipun. Kelompok keempat adalah orang-orang Shaleh, yakni yang tangguh dalam kebajikan dan selalu berusaha mewujudkan-nya.31

    Kata ghair al-maghdubi ‘alaihim, kata ghadhab yang bermakna sesuatu yang bersifat keras, kukuh, dan tegas, dan sukar tergoyahkan yang diperankan oleh pelakunya terhadap objek yang disertai dengan emosi. al-maghdhub ‘alaihim ayat ini tidak menjelaskan siapa yang dimaksud-kan, namun para mufassir mengatakan bahwa yang di-maksud adalah orang-orang yahudi, hal ini didasarkan pada keterangan hadits Nabi saw. Dalam hal ini al-Qur’an pun menjelaskan bahwa orang-orang yahudi lah yang telah mengenal kebenaran, namun mereka enggan mengikuti-

    30 Quraish Shiahab jilid I, 81. 31 Quraish Shihab, jilid I, 85.

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    22

    nya.32 Selanjutnya menurut Quraish pelanggaran kaum yahudi yang membuat murka Allah itu adalah sebagai berikut:

    1. Mengingkari tanda-tanda kebesaran Ilahi 2. Membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar 3. Iri hati serta membangkang akibat anugerah Allah untuk

    orang lain 4. Membantah keterangan-keterangan Rasul 5. Mempersekutukan Allah serta mempersonifikasikannya

    dalam bentuk sapi 6. Melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam perolehan

    rizki seperti suap 7. Menyalahgunakan kekuasaan dan lainnya.

    Kata adh-dhaalin, kata ini pada mulanya berarti kehilangan jalan, bingung, tidak mengetahui arah, jadi kata ini dapat disimpulkan dengan tindakan atau ucapan yang tidak menyentuh kebenaran. Kata adh-dhalin dalam ayat ini adalah ditujukan kepada kaum nasrani.33

    Dari penjelasan ayat terakhir ini dapat disimpulkan bahwa ayat ini mengajarkan kepada seluruh manusia agar selalu bermohon kepada Allah untuk diberikan petunjuk, sehingga akan dapat menelusuri jalan yang luas serta lurus, yakni jalan yang telah diperoleh orang-orang yang telah sukses dalam kehidupan ini, bukan jalan orang yang gagal dalam kehidupan ini karena tidak mengetahui arah yang benar atau mengetahuinya akan tetapi membangkang atau enggan menelusurinya.

    32 Quraish Shihab, jilid I, 87. 33 Quraish Shihab, jilid I, 92.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    235

    menjaga harta warisan anak yatim yang diamanatkan padanya. Dengan kata lain, orang yang diberi wasiat tersebut tidak boleh menjual, memakan, atau meng-gelapkan harta anak yatim tersebut, sehingga pada saat anak yatim tersebut sudah dewasa ia tidak berada dalam kesusahan. Orang yang diberi wasiat tersebut haruslah juga membina akhlak anak yatim tersebut dengan cara memberikan keteladanan dan perkataan yang baik serta membiasakan berakhlak yang mulia.

    Perintah memelihara anak-anak yatim yang menjadi tanggungan dan keluarganya itu, hal ini sejalan dengan perintah yang tercantum dalam surah at-Tahrim ayat 6 sebagai berikut:

    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    234

    wanita dan anak kecil tidaklah diberikan warisan harta. Maka dalam ayat tersebut selain menyebutkan bahwa kaum wanita dan anak-anak diberikan harta warisan, juga diperintahkan untuk mengucapkan perkataan yang baik terhadap anak yatim sebagai calon generasi muda dan pemimpin di masa yang akan datang.

    Ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan Aus bin al-Shamit al-Anshari yang meninggal dunia yang meninggalkan seorang istri serta tiga orang anak perempuan. Peristiwa tersebut dilaporkan kepada Rasulullah saw. maka turunlah ayat yang artinya: Bagi kaum laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu bapaknya, dan kerabatnya, dan bagi kaum wanita ada bagian haknya pula dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya, baik sedikit maupun banyak menurut bagian yang telah ditetapkan. Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.295

    Berdasarkan uraian di atas, maka terlihat jelaslah bahwa dalam Islam memegang teguh prinsip keadilan. Prinsip ini juga ditegakkan berkenaan dengan memelihara anak yatim. Yaitu jangan sampai meninggalkan anak-anak yatin sebagai generasi muda berada dalam keadaan yang lemah baik menyangkut fisik maupun mental mereka. Pesan tersebut tentunya secara tegas disampaikan kepada orang-orang yang diberikan wasiat dan menjadi wali bagi anak-anak yatim yang masih kecil. Mereka haruslah berupaya memelihara anak-anak yatim itu dengan baik,

    295Q.S an-Nisa’, 4: 7-8

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    23

    Kata amiin, bahwa dianjurkan untuk mengakhiri bacaan ini dengan lafaz amiin walaupun kata ini bukan bagian dari surah al-fatihah. Terdapat beberapa pendapat tentang makna amiin:

    1. Ya Allah perkenankanlah! Demikian pendapat mayoriatas ulama

    2. Ya Allah lakukanlah! 3. Demikian itu Ya Allah. Maka, semoga Engkau

    mengabulkannya 4. Jangan kecewakan kami, Ya Allah! 5. Amiin adalah salah satu nama Allah swt.34

    Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan pokok-pokok yang terkandung dalam surah al-Fatihah adalah sebagai berikut:

    Pertama, berisi pokok-pokok tentang ajaran keimanan, yaitu beriman kepada Allah dan hari akhir. Pada surah ini diperkenalkan tentang sifat-sifat Allah yang yang diwakili oleh lafaz al-rahman dan al-rahim (Maha Pengasih dan Maha Penyayang) yang diulang masing-masing dua kali; dan perbuatan Allah yang diwakili lafadz rabb al-‘alamin (Yang Menguasai, Memelihara, Membina, Mendidik, Mengarah-kan dan membina seluruh alam), terutama alam yang memiliki unsur kehidupan, makan minum dan bergerak; serta hari akhir yang diwakili oleh lafadz malik yaum al-din (Yang menguasai hari Pembalasan).

    Keimanan yang dapat menghasilkan keikhlasan, kejujuran, tanggungjawab, kreativitas dan motivasi

    34 Quraish Shihab, jilid I, 93.

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    24

    sebagaimana yang dikemukakan dalam surah ini harus mendasari seluruh perbuatan baik yang akan dilakukan oleh amnesia, sehingga perbuatan tersebut di samping akan bernilai ibadah juga tidak akan disalah gunakan untuk tujuan-tujuan yang dapat merusak dan merugikan ummat manusia. Keimanan yang selanjutnya mengambil bentuk akidah ini penting sekali untuk digunakan sebagai dasar pendidikan Islam.35

    Kedua, berisi pokok-pokok ajaran tentang ibadah sebagaimana diwakili oleh ayat Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (Kepada-Mu kami mengabdi dan kepada-Mu kami memohon pertolongan). Kata ibadah yang pada intinya ketundukan untuk melaksanakan segala perintah Allah mengandung arti yang luas. Yaitu bukan hanya ibadah dalam pengertian khusus seperti shalat, puasa, zakat dan haji, melainkan juga ibadah dalam arti yang luas, yaitu seluruh aktivitas yang dilakukan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dengan tujuan karena Allah swt. Maka ibadah dalam arti yang demikian itulah yang harus dijadikan tujuan dalam pendidikan. Dengan cara demikian pendidikan akan memiliki kontribusi dalam rangka menyiapkan sumberdaya manusia yang mampu berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Manusia yang mampu ber-ibadah itulah manusia yang akan memberi manfaat pada dirinya dan pada diri orang lain.36

    35 Munir Mursi, al-Tarbiyah al-Islamiyah Ushuluhawa Tathawwuruha, (Mekkah: Dar al-Kitab, 1988), cet. I, 8.

    36 Di dalam al-Qur’an Allah menyatakan; Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari dan Aku tidak menghendaki supaya mereka

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    233

    Konsep pembinaan generasi muda dalam al-Qur’an surah an-Nisa’ Allah swt. berfirman yang bunyinya:

    Artinya: “Dan hendaknya takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap(kesejahetaan) mereka. Oleh sebab itu hendak mereka bertakwa kepada Allah dan hendaknya mereka mengucapakan kata yang benar.293

    Ayat tersebut masih memiliki dengan ayat-ayat yang sebelumnya yang berbicara dalam konteks pemeliharaan harta anak-anak yatim. Yaitu ayat yang mengharamkan memakan harta anak yatim serta perintah untuk menyerahkan harta tersebut apabila anak-anak yatim itu telah dewasa, serta larangan memakan mas kawin (mahar) kaum wanita, atau menikahinya tanpa mahar.294 Pada ayat-ayat tersebut dijelaskan tentang keharusan memelihara harta anak-anak yatim dan menyatakan bahwa pewarisan harta tersebut juga berlaku bagi anak laki-laki dan perempuan. Sebab hal yang demikian sangat berbeda dengan yang terjadi pada masa jahiliyah di mana kaum

    293Q.S an-Nisa’, 4: 9 294Ahmad Mustafa al-Maraghy, jilid II, 191

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    232

    BAB XVI TAFSIR AYAT-AYAT

    TENTANG PEMBINAAN GENERASI MUDA

    (Surah an-Nisa’ ayat 9 dan 95, at-Tahrim ayat 6, al-Taghabun, ayat 14-15)

    Generasi muda adalah merupakan istilah yang mengacu pada tahapan masa kehidupan seseorang yang berada di atara usia remaja dan tua. Ia sudah meninggal-kan masa remajanya, namun ia belum sampai pada masa tuanya. Hal ini menimbulkan perbedaaan pendapat di antara para ahli tentang seseorang yang disebut generasi muda. Namun pada umumnya dapat dikatakan bahwa yang disebut generasi muda adalah mereka yang sudah berusia 20 tahun, dan di bawah usia 40 tahun. Dalam posisi yang demikian itu, generasi muda sering tampil dengan ciri-ciri fisik dan psikis yang khas. Secara fisik, ia telah tampil dengan format tubuh, panca indra yang sempurna partum-buhannya. Tinggi badan, raut muka, tangan dan kaki dan sebagainya terlihat segar, laksana bunga yang bunga yang baru tumbuh. Sedangkan secara psikis ia tampil dengan jiwa serta semangat yang menggebu-gebu, penuh idealism, segalanya akan cepat terwujud dan seterusnya. Dalam keadaan yang demikian itu ia sering menunjukkan dinamika dan kepeloporannya dalam menegakkan dan membela semua cita-cita. Dengan demikian gerakan sosial, protes, demostrasi dan sebagainya sering dipelopori oleh generasi muda.292

    292Abuddin Nata, 191

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    25

    Ketiga, berisi pokok-pokok ajaran tentang hukum agama atau syari’ah, sebagimana diwakili oleh ayat yang berbunyi: ihdina al-shirath al mustaqim. Ayat ini secara harfiah mengandung arti tentang kebutuhan manusia terhadap jalan yang lurus; jalan lurus ini adalah agama dengan segenap hukum atau syari’ah yang terkandung di dalamnya. Agama yang berasal dari Allah ini berfungsi sebagai rahmat dan diperlukan oleh manusia untuk mengatasi berbagai kekurangan dirinya. Dengan melalui agama ini berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh akal dan segenap potensi yang dimiliki manusia akan dapat di atasi, seperti masalah kehidupan di akhirat, baik dan buruk dan lain sebagainya.37

    Keempat, berisi pokok-pokok ajaran tentang kisah, sebagimana diwakili oleh ayat shirath al-ladzina an’amta ‘alaihim ghair al-maghdlubi ‘alaihim wala al-dlallin. Ayat ini menginformasikan tentang kisah orang yang mendapatkan kenikmatan yaitu para Nabi, para shiddiqin, para salihin, dan sebagainya; dan orang yang mendapatkan murka dan kesesatan, yaitu orang-orang yang inkar terhadap kebenaran, berbuat keburukan dan sebagainya seperti yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Maka melalui kisah ini diharapkan akan dapat mengetuk hati manusia agar menjadi orang-orang baik dan tidak menjadi orang-orang buruk. Keberadaan kisah sebagai cara mendidik seseorang

    memberI Aku makan. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Maha Kokoh (QS, al-Dzariyat (51): 56-58.

    37 Di kalangan aliran teologi Islam dijumpai aliran Mu’tazilah yang dikenal sangat rasional. Namun aliran ini mengatakan bahwa akal manusia bersifat terbatas. Tidak semua masalah dapat diketahuio oleh akal. Akal tidak mengetahui semau hal yang baik dan buruk.

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    26

    diakui akan memiliki pengaruh yang cukup kuat, karena pada dasarnya manusia itu menyukai akan kisah-kisah. Adanya materi ajaran tentang akhlak ini adalah merupakan jiwa pendidikan Islam.38

    38 Muhammad Athiyah al-Abrasyi dalam bukunya Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam mengatakan bahwa jiwa pendidikan Islam adalah akhlak, tanpa melupakan pendidikan yang berkenaan dengan akal dan keterampilan. Sedangkan Fazlur Rahman dalam bukunya Islam mengatakan bahwa inti ajaran al-Qur’an adalah akhlak yang bertumpu pada akidah dan kemanusiaan.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    231

    untuk memaksakan diri dan bersabar menemani, mengajar, dan membimbing mereka.

    Sebaliknya dalam ayat ini juga sama sekali tidak dapat di-pahami bahwa Islam menolak perhiasan duniawi serta menghalangi umatnya untuk menikmati kelezatannya. Sama sekali tidak demikian, ia hanya mengingatkan agar hal tersebut jangan sampai terlalaikan. Peringatan tersebut memang sangat diperlukan mengingat daya tarik bumi ini sangatlah kuat. Hal tersebut diperintahkan untuk me-nikmatinya, akan tetapi harus selalu mengingat Allah serta mensyukuri segala nikmatnya.

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    230

    mengikuti siapa yang telah Kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya telah melampaui batas” 290

    Dalam firman Allah swt. di atas, walaupun secara redaksional ditujukan kepada Rasulullah saw. ia lebih banyak dimaksudkan untuk ummatnya, karena jelas bahwa Rasulullah saw. tidak menginginkan kesenangan hidup dan keindahan-keindahan duniawi. Dengan kata lain, larangan di atas, mengandung pesan bahwa agar manusia lebih berhati-hati terhadap godaan dunia dan rayuan nafsu.291 Dapat dikatakan juga bahwa ayat di atas meletakkan pandangan al-Qur’an tentang nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi dan di dalam pertahankan serta menjadi dasar dalam interaksi manusia. Sebab nilai yang hakiki bukanlah terletak pada harta benda, kedudukan atau pun kekuasaan. Bahkan bukan juga pada kenyamanan hidup duniawi dan hiasannya, tetapi ia adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, yang menghiasi dan dan mewarnai aktivitas manusia. Karena itu tidak ada perbedaan dalam pandangan dan perlakuan antara yang kaya dan yang miskin dari segi kekayaan dan kemiskinannya. Tolok ukur perbedaan adalah nilai-nilai Ilahiah, dan karena itu juga jika si kaya tidak menghiasi diri dengan nilai-nilai tersebut, maka kekayaannya tidak dapat memengaruhi sikap terhadapnya. Karenanya jika perlu, mereka diabaikan. Sebaliknya, jika si miskin menghiasi dirinya dengan nilai-nilai Ilahi, maka ia harus diperlakukan dengan wajar, jika perlu Nabi Muhammad saw. harus terus bersama mereka, bahkan dalam ayat di atas menuntut Nabi

    290Q.S. al-Kahf, 18:28 291Quraish Shihab, jilid VII, 283-284

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    27

    BAB III TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG ALLAH

    (Surah al-Ikhlas ayat 1-4, al-Baqarah ayat 255 dan 163,

    al-Hasyr ayat 22-24)

    Di dalam al-Qur’an kata Allah terulang sebanyak 2698 kali,39 dan mengetahuinya dengan penuh keyakinan termasuk salah satu hal yang wajib dilakukan oleh setiap manusia. Banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang zat Allah diantaranya yaitu:

    1. Surah al-Ikhlas (112) ayat 1-4

    Artinya: ”Katakanlah! Dia Allah Maha Esa (1) Allah tumpuan harapan (2) Tidak beranak dan tidak diperanakkan(3) Tidak ada satu pun yang setara dengan-Nya (4).40

    Tujuan utama kehadiran al-Qur’an adalah untuk memperkenalkan Allah serta mengajak manusia untuk

    39 Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi (Jakarta: Lentera Hati, 1998), cet I, 4.

    40 QS. al-Ikhlas, 1-4.

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    28

    meng-Esakan-Nya dan patuh kepada-Nya. Maka surah ini bertujuan mempekenalkan Allah dengan memerintahkan Nabi Muhammad saw, untuk menyampai-kan sekaligus menjawab sementara orang tentang Tuhan yang beliau sembah. Ayat ini menyatakan: Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada yang bertanya kepadamu bahkan kepada siapa pun bahwa Dia Yang Wajib wujud-Nya dan yang berhak disembah adalah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Kata qul /katakanlah ini membuktikan bahwa Nabi Muhammad saw. Menyampaikan segala sesuatu yang diterimanya dari ayat-ayat al-Qur’an yang disampai- kan melalui malaikat Jibril as. Seandainya ada sesuatu yang disem-bunyikan atau pun tidak disampaikannya, yang paling wajar untuk itu adalah sebagaimana kata qul ini.41

    Sedangkan kata Huwa biasa diterjemahkan Dia. Kata ini ber-fungsi untuk menunjukkan betapa pentingnya kandungan redaksi berikutnya, yakni: Allah Ahad. Menurut al-Qasimi sebagaimana dikutip Quraish bahwa ia memahami kata Huwa berfungsi sebagai menekan-kan kebenaran dan kepentingan berita itu, yakni apa yang disampaikan itu merupakan berita yang benar yang haq yang didukung oleh bukti-bukti yang tidak diragukan. Sedangkan Abu as-Su’ud mengatakan sebagaimana dikutip Quraish bahwa kata Huwa untuk menunjuk kepada Allah, padahal sebelumnya tidak pernah disebut dalam susunan redaksi ayat ini kata yang menunjuk kepada-Nya, ini untuk memberi kesan bahwa Dia Yang Maha Kuasa sedemikian terkenal dan nyata sehingga hadir dalam benak setiap orang dan bahwa kepada-Nya selalu tertuju segala

    41 Quraish Shihab, jilid XV, 714.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    229

    berbagai perkara dengan seadil-adilnya. Yaitu sikap yang tidak membeda-bedakan antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya. Selanjutnya Daud diperingatkan pula agar tidak mengikuti hawa nafsu, karena hawa nafsu tersebut dapat menyebabkan manusia melakukan per-buatan yang tidak sejalan dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian mengikuti hawa nafsu menjadi penyebab manusia men-dapatkan azab dari Allah swt.289

    Di dalam surah al-Kahfi Allah swt berfirman yang berbunyi:

    Artinya: “Dan bersabarlah bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhan-Nya di waktu pagi dan senja dengan mengharaokan keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah engkau

    289Ahmad Mustafa al-Maraghiy, jilid VIII, 111

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    228

    disyari’atkan kepada manusia, karena di dalamnya terkandung hal-hal yang dapat membawa kemaslahatan di dunia dan di akhirat. Sedangkan potongan ayat yang berbunyi: walaa tattabi’il hawa maksudnya adalah janganlah mengikuti hawa nafsu dalam memutuskan masalah yang terkait dengan urusan agama dan dunia. Dalam hal ini terdapat petunjuk sebagaimana yang diamanatkan kepada para Nabi, dan mengingatkan kepada orang yang menentangnya. Selanjutnya potongan ayat yang berbunyi: fayudhilluka ’an sabiili Allah maksudnya adalah menjelaskan akibat dari memperturutkan hawa nafsu tersebut, yakni menjadi sebab tersesat dari petunjuk yang digariskan Allah serta peringatan yang telah ditetapkan yang ditujukan untuk mencapai keselamatan, memperbaiki keadaan dunia dan masyarakat serta mendidiknya sehingga ia senantiasa berada di jalan yang benar baik dalam hubungan dengan Allah, dengan sesama manusia dan sebagainya. Potongan selanjutnya yang berbunyi: lahum ‘azaabun syadiid. Yang menerangkan akibat meninggalkan yang hak, yakni bahwa orang yang meninggalkan yang hak itu serta menyimpang dari jalan yang diketahuinya itu akan mendapatkan azab yang sangat pedih di akhirat, yaitu pada hari diadakan perhitungan amal. Allah swt. pasti akan menghitung semua perbuatan setipal manusia. Orang yang mengotori dirinya serta melakukan perbuatan maksiat, orang tersebut akan disiksa sebagai-mana orang-orang yang durhaka.288

    Dengan demikian jelaslah bahwa dalam ayat di atas Allah swt dengan tegas mengingatkan Daud as. sebagai penguasa (raja) agar memimpin rakyatnya dan memutuskan

    288Ahmad Mustafa al-Maraghy, jilid VIII, 112-113

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    29

    isyarat.42

    Kata Allah adalah nama bagi suatu Wujud Mutlak, Yang berhak disembah, Pencipta, Pemelihara, dan Pengatur seluruh jagad raya. Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa Yang disembah dan diikuti segala perintah-Nya. Kata ahad/esa terambil dari kata wahdatun/ kesatuan seperti kata waahid yang berarti satu. Kata ahad juga bisa berfungsi sebagai-mana nama dan juga biasa sebagai sifat bagi sesuatu. Sedang-kan dalam ayat ini kata ahad berfungsi sebagai sifat Allah swt, dalam arti bahwa Allah memiliki sifat tersendiri yang tidak dimiliki oleh yang selain-Nya.43

    Kata ash-Shamad ini terambil dari kata kerja shamada yang berarti menuju. Ash-Shamad adalah kata jadian yang berarti yang dituju. Menurut Muhammad Abduh sebagai-mana dikutip Quraish ia mengatakan bahwa kata Allah yang bersifat Ma’rifat (definit) dengan ash-Shamad yang juga sifatnya juga demikian, menjadikan ayat kedua ini dalam bentuk hashr, yakni mengandung arti pengkhususan. Kata Allah ash-Shamad dalam ayat ini menurutnya, menegaskan bahwa hanya Allah yang menjadi tumpuan dan harapan satu-satunya. Kebutuhan segala sesuatu dalam wujud ini tidak tertuju kecuali kepada-Nya dan yang membuthkan sesuatu tidak boleh mengajukan permohonannya kepada selain-Nya. Segala sebab yang berakhir pada-Nya dan segala yang terjadi di alam raya ini adalah merupakan hasil ciptaan-Nya. Lebih lanjut Abduh menjelaskan bahwa makhluk yang memiliki kemampuan memilih seperti manusia, maka apabila akan mendapatkan sesuatu, tentu-

    42 Quraish Shihab,jilid XV, 715. 43 Quraish Shihab, jilid XV, 716. Lihat juga QS, al-Baqarah (2): 163.

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    30

    nya ia berkewajiban untuk mencari cara yang tepat untuk itu, sesuai dengan apa yang diperintahkan-Nya, yakni dengan melihat kaitan antara sebab dan akibat. Tetapi, pada akhirnya ia harus mengembalikan sebab terakhir dari segala sesuatu kepada Allah swt, jua.44

    Kata yalid/beranak dan yuulad/diperanakkan terambil dari kata walada yang digunakan al-Qur’an untuk meng-gambarkan hubungan keturunan sehingga kata waalid, misalnya berarti ayah dan yang dimaksud adalah ayah kandung, sedangkan walad adalah anak kandung. Sementara itu kata lam yang digunakan untuk menafikan sesuatu yang telah lalu, kata tersebut digunakan karena selama ini telah beredar kepercayaan bahwa Tuhan beranak dan diperanakkan. Maka untuk meluruskan kekeliruan pernyataan itu, yang paling tepat digunakan adalah redaksi yang menafikan sesuatu yang lalu. Seakan-akan ayat ini menyatakan: “Kepercayaan kalian keliru, Allah tidak pernah beranak dan diperanakkan”.45 Sementara itu kata kufuwan terambil dari kata kufu,’ yakni sama. Sementara itu sebagian ulama memahami kata ini dalam arti istri. Namun pendapat ini tidak didukung oleh kebanyakan ulama, sebab memang Allah tidaklah memiliki istri. Dengan kata lain bahwa kebanyakan ulama memahami kata itu dengan menafikan segala sesuatu apapun yang serupa dengan-Nya.

    Dengan demikian jelas bahwa ayat ini menegaskan tentang keesaan Allah secara murni dan menafikan segala macam kemusyrikan terhadap-Nya. Dan Rasulullah menilai

    44 Quraish Shihab, jilid XV, 721. 45 Quraish Shihab, jilid XV, 723.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    227

    salah seorang anggota pasukan Thalut. Kepandaian-nya dalam menggunakan ketapel mengantarnya berhasil membunuh Jalur dan, setelah keberhasilannya itu serta setelah meninggalnya Thalut, Allah kemudian meng-gangkatnya sebagai khalifah meng-gantikan Thalut.

    Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kekhalifahan mengandung tiga unsur pokok, yaitu Pertama, manusia, yakni sang khalifah; kedua, wilayah yaitu yang ditunjuk oleh ayat di atas dengan al-ardh; dan ketiga adalah hubungan antara kedua unsur tersebut. Di luar dari ketiga hal ini terdapat Yang menganugerahkan tugas kekhalifahan, dalam hal ini adalah Allah swt. yang pada kasus Adam as. dilukiskan dengan kalimat yang tercantum dalam surah al-Baqarah ayat 30 yang bunyinya; Innii jaa’ilun fi al-ardh khaliifah. Sedang pada kasus Daud as. dinyatakan dengan kalimat: Innaa ja’alnaaka khaliifatan fi al-ardh. “ Yang ditugasi atau dengan kata lain sang khalifah harus menyesuaikan semua tindakannya dengan apa yang diamatkan oleh yang memberi tugas.287

    Al-Maraghiy dalam menafsirkan ayat ini menyatakan bahwa arti dari ayat yang berbunyi: Ya Dauuda inna ja’alnaaka khliifatan fi al-ard. Maksudnya adalah wahai Daud sesungguhnya Kami telah meng-angkatmu menjadi khalifah di muka bumi, serta penegak hukum di antara rakyatnya dengan kekuatan serta kewenangan yang ada di tangannya, sehingga mereka harus mematuhinya dan tidak boleh menentang segala perintahnya. Selanjutnya potongan ayat yang berbunyi: fahkum bainan naas bi al-haq maksudnya adalah kebenaran yang diturunkan dari Allah dan

    287Quraish Shihab, jilid 11, 370

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    226

    khalifah di muka bumi, maka putuskanlah diantara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Sesungguhnya oprang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat siksa yang berat karena mereka melupakan hari perhitungan” 286

    Setelah mendapatkan pengalaman berharga, Allah swt. Meng-angkat Daud sebagai khalifah, Allah berfirman: Hai Daud, sesunggunya Kami telah menjadikan kamu khalifah, yakni penguasa di muka bumi, yaitu di Bai’at al-Maqdis, maka putuskanlah semua persoalan yang engkau hadapi di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu antara lain dengan tergesa-gesa menjatuhkan putusan sebelum mendengar semua pihak sebagaimana yang engkau lakukan dengan kedua pihak yang berperkara tentang kambing itu, karena jika engkau mengikuti nafsu, apapun dan yang bersumber dari siapa pun, baik dirimu maupun mengikuti nafsu orang lain maka ia, yakni nafsu itu, akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang terus-menerus hingga tiba ajalnya sesat dari jalan Allah, akan mendapat siksa yang berat akibat dari kesesatan mereka itu, sedang kesesatan itu sendiri adalah karena mereka melupakan akan hari perhitungan.

    Kata khalifah pada mulanya berarti yang meng-gantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Pada masa Daud as. terjadi peperangan antara dua penguasa besar, Thalut dan Jalut. Daud as. adalah

    286Q.S. Shad, 38: 26

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    31

    bahwa surah ini adalah seper-tiga al-Qur’an, dalam arti makna yang dikandungnya memuat seperti al-Qur’an, karena keseluruhan al-Qur’an mengandung akidah, syari’at dan akhlaq, sedangkan surah ini adalah puncaknya akidah.

    2. Surah al-Baqarah (2) ayat 255

    Artnya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    32

    Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.46

    Dalam menerangkan ayat ini Ibnu Katsir, menurutnya ayat kursi ini yakni ayat yang sangat agung. Lafaz: Allahu laa ilaaha illa huwaa: Yang mengkhabarkan tentang ketauhidan yang tunggal kepada Allah bagi semua makhluk. Sedang-kan lafaz haiyul qayyuum yakni hidup bagi diri-Nya dan tidak mati selamanya ini menunjukkan bahwa Allah berbeda dengan makhluk lainnya.47

    Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa ayat al-kursiy ini adalah ayat yang paling agung di antara seluruh ayat-ayat al-Qur’an. Karena dalam ayat ini, disebutkan tidak kurang enam belas kali, bahkan tujuh belas kali, kata yang menunjuk kepada Allah swt, Tuhan Yang Maha Esa.48 Menurut Quraish bahwa sifat-sifat Allah yang dikemuka-kan dalam ayat ini disusun sedemikian rupa sehingga menampik setiap bisikan yang negatif yang dapat meng-

    46 QS, al-Baqarah (2): 225. 47 Ibnu Katsir,jilid I, 259. 48 Angka-angka yang tercantum pada terjemahan ayat kursiy di

    atas adalah kata-kata yang menunjuk kepada Allah Swt, jumlahnya, jika redaksi ayatnya dibaca, hanya enam belas. Tetapi sebenarnya ia berjumlah tujuh belas. Yaitu pada kalimat Laa yauuduhu hifdzuhuma. Redaksi seperti ini mengisyaratkan kalimat Laa yahfadzuhu an yahfadzahum/tidak berat Ia memelihara keduanya. Hal ini dapat dibaca dalam Quraish Shihab, jilid I, 664.

    Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    225

    ayat yang artinya: Andaikata kebenaran itu menurut hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya (QS. al-Mukminun 23: 71)

    Dengan demikian maka jelaslah bahwa nafsu adalah termasuk salah satu potensi rohaniah yang terdapat dalam diari manusuia, yang cenderung kepada hal-hal yang bersifat merusak, menyesatkan, menyengsarakan, dan menghinakan bagi orang yang mengikmutinya. Maka atas dasar itulah manusia diperingatkan untuk hati-hati untuk tidak terpedaya mengikutinya, karena bukan saja akan membahayakan bagi orang yang melakukannya melainkan juga akan dapat mem-bahayakan bagi orang lain. Yang terpenting berkenaan dengan hawa nafsu tersebut adalah bahwa hawa nafsu cenderung mengajak kepada manusia berbuat yang menyimpang dari kebenaran, karena hawa nafsu memang sering bertentang dengan kebenaran (al-haq). Dalam firman Allah sebagai berikut:

    Artinya: ” Hai Daud, sesunguhnya Kami telah menjadikanmu

  • Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

    224

    Di dalam al-Qur’an terdapat 37 kata al-hawa yang dapat mencakup berbagai aspeknya. Pertama yang menyangkut tentang pengertiannya, yaitu kebinasaan. Hal ini dapat dilihat pada ayat yang berbunyi: wa mai yahlil ‘alaihi ghadlabiy fa qad hawa; Barang siapa ditimpa kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia. Kedua, yang berkenaan dengan sifatnya yaitu enggan menerima kebenaran, seperti pada ayat yang berbunyi: Kullama jaahum rasuuulun bima la tahwaanfusuhum fariqan kazzabu wa fariqan yaqtulun: Setiap datang seorang Rasul kepada mereka dengna membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka maka sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. Ketiga berkenaan dengan sasarannya, yaitu menyesatkan manusia, sehingga mereka diperingatkan agar tidak mengikutinya. Hal ini dapat dilihat pada ayat yang artinya: Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran dan jika kamu memutarbalikkan kata-kata atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS an-Nisa’ 4: 135). Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena itu akan menyesatkan kamu dari jalan Allah ( Q.S.Shad38: 26). Keempat berkenaan dengan lawannya, yaitu al-Haq (kebenaran). Kelima pahala bagi orang yang tidak terpedaya karena hawa nafsu, dan lebih mematuhi Allah, hal ini tercantum dalam ayat yang artinya: Dan