amyotrophic lateral sclerosis
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) adalah penyakit saraf progresif yang serius yang
menyebabkan kelemahan otot, kecacatan, dan akhirnya kematian. Amyotrophic Lateral Sclerosis
(ALS) dikenal juga dengan nama Charcot’s Disease dan merupakan salah satu dari klasifikasi
paling utama (80%) dari Motor Neuron Disease (MND) yang ditandai oleh degenerasi bertahap
dan kematian pada neuron motorik 2,3. Genetik berperan dalam penyakit ini, terjadi sekitar pada
5 – 10 % dari kasus. Tetapi dalam kebanyakan kasus, belum diketahui mengapa ALS terjadi
hanya pada beberapa orang saja.1
Kata “amyotropic” digunakan pada nama penyakit ini karena beberapa gejala klinis yang
muncul adalah muscle atrophy, kelemahan, dan fasikulasi yang merupakan ciri – ciri dari
kelainan lower motor neuron. Sedangkan kata “Lateral Sclerosis” digunakan karena penyakit
menunjukkan tanda klinis keras pada palpasi kolumna lateralis medula spinalis pada otopsi,
dimana terdapat gliosis pada traktus kortikospinalis lateralis yang mengalami degenerasi. Dan
pada pemeriksaan neurologis terdapat peningkatan refleks tendon, terdapat refleks Hoffmann,
Babinski sign, yang menunjukkan bahwa ALS juga terdapat lesi pada Upper Motor Neuron.2
Jika hanya LMN yang terlibat, penyakit ini disebut atrofi otot progresif (PMA). Ketika hanya
UPM yang terlibat, penyakit ini disebut lateral sclerosis primer (PLS). ALS adalah suatu
penyakit yang fatal dengan kelangsungan hidup rata – rata 3 – 5 tahun. Aspirasi pneumoni dan
komplikasi medis merupakan kontribusi morbiditas pada pasien dengan ALS. Meskipun ALS tak
tersembuhkan ada pengobatan yang dapat memperpanjang kualitas hidup yang bermakna.4
Amyotrophic lateral sclerosis Page 1
BAB II
ISI
DEFINISI
Amyotropic lateral sclerosis sering disebut Lou Gehrig’s disease, maladie de charcot atau
motor neuron disease adalah suatu penyakit yang progresif fatal neurodegenerative disease yang
disebabkan oleh degenerasi motor neuron.2
Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) merupakan penyakit motor neuron kronik yang
ditandai dengan adanya degenerasi progresif dari neuron motoris di kornu anterior medula
spinalis, nukleus motoris di batang otak, dan neuron-neuron area motorik di lobus frontalis
(kortikospinalis lateralis).2
EPIDEMIOLOGI
ALS adalah salah satu penyakit terbesar pada motor neuron disease. Setiap etnik dan suku
dapat terkena penyakit ini. Insiden ALS bervariasi antara 1-2 kasus per 100.000 populasi. Onset
puncak terjadinya ALS antara 40 – 60 tahun. Sangat jarang ALS dapat terdiagnosa pada onset
dibawah 20 tahun. Laki-laki terserang penyakit ini lebih banyak dari wanita, dengan rasio 1.5
sampai 2:1.1
ETIOLOGI
Etiologi belum diketahui dengan pasti. ALS pada 10% kasus diturunkan secara autosomal
dominan atau autosomal resesif, dimana terjadi kelainan pada kromosom 2 atau 21. Bisa
disebabkan mutasi gen oleh karena zat – zat toksik seperti ion superoksid radikal bebas. Ada
yang disebabkan proses autoimun karena infeksi virus terutama poliovirus yang mengakibatkan
kerusakan neuronal.2
Secara mikroskopis abnormalitas dendrit yang diwarnai dengan Golgi staining menunjukkan
inclusion bodies yakni semacam hyalin inclusions, Lewy bodies, basophilic inclusions, dan
Bunani bodies. Pada ALS terjadi selektif degenerasi motor neuron yang disebabkan faktor
genetik dimana terjadi mutasi pada pengkodean protein Super Oxide Dismutase 1 (SOD1).
Manipulasi ekspresi mutant SOD1 ini terjadi di motor neuron atau pun di mikroglia. Mikroglia
normal berfungsi melindungi sel neuron dari trauma atau infeksi, tetapi mikroglia yang
Amyotrophic lateral sclerosis Page 2
terkontaminasi SOD1 menjadi kehilangan fungsi protektifnya, justru mengkontaminasi sel-sel
motor neuron dengan toksin.
Sampai saat ini, penyebab dari ALS masih belum diketahui, tetapi para peneliti sedang
mempelajari beberapa kemungkinan penyebab dari ALS antara lain:1
Mutasi Genetik
Berbagai mutasi genetik dapat menyebabkan bentuk ALS yang familial, yang muncul hampir
identik dengan bentuk non-mewarisi. Salah satu bentuk mutasi genetik adalah kerusakan
pada gen yang menghasilkan enzim SOD1.
Amyotrophic lateral sclerosis Page 3
Ketidakseimbangan kimia
Pada pasien glutamat, terdapat kadar glutamat yang lebih tinggi daripada orang normal.
Glutamat adalah neurotransmitter yang penting untuk otak. Kadar glutamat yang berlebihan
dapat menjadi racun bagi sel-sel saraf.
Gangguan Sistem Imun
Kadang sistem imun seseorang menyerang sel –sel normal yang ada pada tubuhnya. Dan para
ilmuan berspekulasi bahwa respon imun yang salah dapat memicu terjadinya ALS.
PREVALENSI
ALS merupakan penyakit yang jarang di masyarakat dengan prevalensi 2 per 100.000
penduduk. Dengan perbandingan laki : perempuan = 1,1 : 1. Dengan usia rata – rata 66 tahun.
Pada umumnya menyerang di umur 40-60 tahun, tetapi bisa juga menyerang dibawah atau diatas
umur tersebut. Sedangkan secara etnis insiden tinggi di Pasifik Selatan sedangkan suku Afrika
lebih rendah (gen).2
Ada klasifikasi ALS berdasarkan 3 group besar secara epidemologi :
- Familiar ALS
- Sporadic ALS
- Guamanian ALS
Familiar ALS sekitar 4%-10% dari total ALS dan disebabkan oleh karena genetik faktor, pada
umumnya sekitar 90%-95% adalah masuk dalam sporadik ALS dan tidak diketahui secara pasti
hubungan genetika. Sedangkan Guamaian ALS terjadi menyebar merata di daerah kepulauan
pasifik dari Guam.2
KLASIFIKASI
Ada beberapa sumber pustaka yang membagi ALS menjadi beberapa jenis, yaitu :2
Classic Amyotrophic Lateral Sclerosis,
Familial Amyotrophic Lateral Sclerosis,
Western Pacific Amyotrophic Lateral Sclerosis,
Postencephalitic Amyotrophic Lateral Sclerosis,
Juvenile Inclusion Body Amyotrophic Lateral Sclerosis
Amyotrophic lateral sclerosis Page 4
PATOFISIOLOGI
Amyotropi mengacu pada atrofi serat otot, yang denervated bersesuaian dengan sel tanduk
yang menurun. Lateral sclerosis mengacu pada pengerasan dari kolom anterior dan lateral dari
sumsum tulang belakang sebagai motor neuron di daerah ini yang menurun dan digantikan oleh
astrosit berserat (gliosis).4
Penelitian saat ini ke dalam mekanisme mengakibatkan jenis sporadis dan familial ALS telah
difokuskan pada excitotoxicity. Hal ini dapat terjadi sekunder untuk aktivasi lebih dari reseptor
glutamat. Autoimunitas saluran ion kalsium, stress oksidatif dikaitkan dengan pembentukan
radikal bebas, atau bahkan kelainan cytoskeletal seperti akumulasi intraseluler neurofilaments.
Apoptosis telah muncul sebagai faktor patogen yang signifikan, dan bukti menunjukkan bahwa
faktor pertumbuhan endotel vascular juga dapat menjadi faktor resiko untuk ALS pada manusia.4
Namun, ada mekanisme langsung telah diidentifikasi dan sebagian besar peneliti dan dokter
setuju bahwa berbagai faktor, mungkin kombinasi dari beberapa atau semua proses di atas, dapat
menyebabkan perkembangan ALS. Mengapa penyakit ini terbatas pada neuron motor dan
saluran kortikospinalis masih belum diketahui, seperti alas an ALS mulai focus dan kemudian
menyebar ke dalam tubuh.4
Amyotrophic lateral sclerosis Page 5
GEJALA KLINIS
Gejala dari ALS muncul ketika neuron motorik pada otak dan medulla spinalis mulai
berdegenerasi. Onset ALS mungkin begitu halus sehingga gejala awal sering diabaikan dan
dianggap sebagai suatu proses penuaan. Bagian tubuh yang terpengaruh pada gejala-gejala awal
ALS tergantung dari otot mana yang diserang pertama kali. Dalam beberapa kasus, gejala
awalnya mempengaruhi salah satu kaki, dan pasien mengalami kesulitan saat sedang berjalan
atau berlari dan pasien lebih sering tersandung daripada sebelumnya. Beberapa penderita
merasakan gangguan untuk pertama kali pada tangan saat mengalami kesulitan dalam melakukan
pergerakan-pergerakan sederhana yang membutuhkan keterampilan tangan, seperti
mengancingkan kemeja, menulis, atau memasukkan dan memutar kunci dalam lubang kunci.
Sedangkan beberapa pasien yang lain, mengalami masalah bicara terlebih dahulu.1
Terlepas dari bagian tubuh mana yang terserang pertama kali, kelemahan otot dan atropi akan
menyebar seiring dengan berlangsungnya penyakit. Pasien akan mengalami peningkatan keluhan
dalam hal bergerak, menelan (disfagia), dan dalam berbicara atau membentuk kata (disartria).
Gejala dari keterlibatan Upper Motor Neuron (UMN) adalah spastisitas, peningkatan refleks
(hiperrefleksia), dan gag refleks yang terlalu aktif, serta munculnya klonus pada beberapa
penderita. Kerusakan pada UMN juga akan mengakibatkan munculnya refleks patologis, yaitu
Hoffman-tromner dan babinski sign. Gejala dari degenerasi Lower Motor Neuron (LMN)
meliputi kelemahan otot dan atropi, kram otot, kedutan sekilas otot yang dapat dilihat dibawah
kulit (fasikulasi), dan penurunan refleks fisiologis.1
Meskipun urutan gejala yang muncul dan laju perkembangan penyakit bervariasi dari satu
orang dengan orang lainnya, pada akhirnya penderita tidak dapat berdiri atau berjalan, turun atau
naik ke tempat tidur sendiri, dan tidak dapat menggunakan tangan dan lengan. Kesulitan dalam
menelan dan mengunyah mengganggu kemampuan penderita untuk makan dengan normal dan
meningkatkan risiko tersedak. Mempertahankan berat badan akan menjadi masalah. Karena
penyakit ini tidak menyerang kognitif penderita, maka penderita akan merasa sadar mengenai
penurunan fungsi progrsif yang ia alami, dan penderita dapat menjadi cemas, takut, dan depresi.
Sebagian kecil penderita mungkin mengalami masalah dengan memori dan kemampuan
mengambil keputusan, dan berdasarkan penelitian, ada bukti yang berkembang bahwa beberapa
penderita mengalami demensia.1
Amyotrophic lateral sclerosis Page 6
Pada tahap selanjutnya dari penyakit, pasien akan mengalami kesulitan bernapas ketika otot-
otot sistem pernapasan mulai melemah. Pasien kemudian akan kehilangan kemampuan untuk
bernapas sendiri dan sangat bergantung pada dukungan ventilator untuk bertahan hidup. Pasien
juga menghadapi risiko terkena pneumonia pada tahap selanjutnya, akibat tirah baring yang
lama.1
Kriteria diagnostik menurut El-escorial dibagi secara garis besar :2
1. Didapatkan gejala :
Kelemahan lower motor neuron baik yang dibuktikan dengan pemeriksaan klinik,
pemeriksaan eletrofisiologi dan pemeriksaan neuropatologi DAN.
Degenerasi upper motor neuron dengan pemeriksaan klinik DAN
Gejala satu regio atau beberapa regio secara progresif berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan neurologis.
2. Tidak didapatkan :
Adanya penyakit lain yang memberi gejala degenerasi LMN atau UMN yang dibuktikan
secara eletrofisiologi atau patologi DAN.
Adanya proses penyakit lain yang dibuktikan dengan pemeriksaan neuroimaging
berdasarkan klinis dan eletrofisiologis.
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis ALS mungkin benar lebih dari 95 persen kasus. Namun, karena tidak ada
diagnostik khusus, kadang – kadang sulit untuk memisahkan ALS dari penyakit neuron motoric
lain (terutama penyakit kennedy atau x-linked atrofi otot spinobulbar), mielopati spondylotic
serviks, atau myasthenia gravis. Kriteria normal yang digunakan untuk uji klinis, tapi mungkin
telalu ketat, beberapa pasien meninggal karena ALS tanpa kualifikasi untuk percobaan
terapeutik.3
Mungkin gangguan yang paling penting dalam diagnosis diferensial adalah multifokal
neuropati motorik, yang didominasi dengan tanda – tanda LMN dan ditandai dengan beberapa
blok konduksi motorik pada pengujian listrik. Antibody melawan GM ganglioside ditemukan di
22 sampai 84 persen pasien dengan neuropati motorik multifokal. Tidak seperti ALS, multifokal
neuropati motoric merespon pengobatan dengan siklofosfamid atau immune globulin
intravenous. Meskipun neuropati motorik multifokal adalah neuropati perifer, banyak pasien
Amyotrophic lateral sclerosis Page 7
memiliki reflex tendon aktif dalam anggota badan dengan atrofi dan fasciculating otot, pola aneh
yang konsisten dengan diagnosis ALS. Mendokumentasikan keterlibatan UPM pada pasien
dengan ALS bisa membantu membedakan ALS dari neuropati motorik multifokal dan dapat
menunjukkan ukuran lain tujuan dari respon terhadap pengobatan. Dua metode yang digunakan.
Spektroskopi resonansi magnetik mengukur jumlah neuron hidup di korteks motorik, dan
stimulasi magnetik dari korteks motorik menilai konduksi pada saluran kortikospinalis.
Sensitifitas dan spesifitas dari dua pendekatan tampaknya sama dan perlu ditingkatkan.
Pencitraan resonansi magnetik dapat menunjukkan intensitas sinyal tinggi di saluran
kortikospinalis.3
Penegakkan diagnosa tanpa adanya pemeriksaan patologi dapat dibuat dalam beberapa
tingkatan antara lain :2
ALS definitif klinis :
Ditandai dengan gejala UMN LMN di tiga regio
ALS definitif family, laboratory-supported ALS.
Ditemukan gejala UMN dan atau LMN di minimal satu regio dan dapat diidentifikasi
penyebab mutasi gen SOD1 dan proband atau positif keluarga yang terkena ALS dengan
identifikasi adanya mutasi gen SOD1 di keluarganya.
Kemungkinan ALS Klinis :
Bila didapatkan adanya gejala UMN dan LMN sedikitnya 2 regio dengan gejala UMN rostral
di atas LMN
Kemungkinan ALS didukung laboratorium-support ALS,
dengan adanya gejala kelainan UMN dan LMN hanya satu regio atau hanya gejala UMN satu
regio dan gejala LMN dibuktikan dengan adanya kelainan EMG sedikitnya 2 tungkai.
Kemungkinan ALS klinis,
jika ditemukan hanya satu gejala disfungsi LMN dan UMN satu region secara bersama-sama
atau gejala kelainan UMN dua atau lebih regio atau gejala LMN rostral gejala UMN.
Suspected ALS :
Bila hanya ditemukan sindroma LMN murni. (Greenberg,Clinical Neuro)
Amyotrophic lateral sclerosis Page 8
TERAPI
Terapi pada ALS hingga saat ini masih belum efektif karena kerusakannya yang progresif.
Terapi ALS antara lain: immunosupresan, immunoglobulin, selegiline (MAO inhibitor),
ceftriaxone, lamotrigine dan gabapentin untuk menekan release glutamat, pysostigmin, 3,4-
aminopyridine, acetylcystein. Dilaporkan bahwa recombinant human insulin – like growth
faktor-1 bisa menekan progresifitas ALS.2
Riluzole, suatu antagonis glutamat, dosis 50 mg q 12h, dilaporkan bisa meningkatkan angka
survival ALS. Akan tetapi obat ini tidak dapat mengembalikan kerusakan motor neuron serta
harus diawasi tentang fungsi liver.2
Pengobatan lain adalah menghilangkan gejala dan memperbaiki kualitas hidup. Supportif
care merupakan pilihan terbaik dengan adanya tim multidisiplin yang terdiri dari beberapa
profesional seperti dokter, farmasi, fisioterapist, pekerja sosial dan homecare dan perawat di
rumah.2
Fungsi fisioterapi adalah membimbing penderita untuk secara mandiri dapat menggunakan
alat-alat fisioterapi yang bersifat low impact aerobic exercise seperti berjalan, berenang dan
bersepeda stationary yang dapat mencegah kelumpuhan otot, memperbaiki fungsi kardiovaskular
dan menghindari kelemahan serta depresi. Terapi bicara dapat diberikan oleh ahli terapis dengan
Amyotrophic lateral sclerosis Page 9
memberi penlajaran bagaimana cara mengeluarkan suara yang lancar dan jelas. Bila penderita
susah bicara maka ahli terapi bicara akan memberi tehnik bicara secara spesifik untuk
memungkinkan penderita terus dapat berkomunikasi.2
Apabila terdapat kelemahan otot-otot pernafasan maka pemberian nocturnal ventilator
assisantance diperlukan dengan cara intermittint positif presure ventilation atau dengan metode
bilevel positif airway presure selama panderita tidur. Bila penderita tidak bisa bernafas sama
sekali maka perlu diberi ventilator lewat mulut atau hidung langsung ke trakhea untuk
pemakaian jangka panjang.2
KOMPLIKASI
Komplikasi pernapasan
Semua kematian secara langsung yang disebabkan oleh ALS adalah hasil dari komplikasi
pernapasan. Hal ini terjadi terutama dari ketidakmampuan pasien untuk bernafas sebagai akibat
kelemahan otot pernafasan. Pada pasien dengan kelemahan bulbar, aspirasi sekret atau makanan
dapat terjadi pneumonia dan endapan, mengakibatkan gangguan pernapasan lanjut; oleh karena
itu, manajemen pernapasan agresif diperlukan dalam perawatan komprehensif pasien dengan
ALS.5
Komplikasi lain yang dapat timbul adalah kesulitan dalam hal makan. Bila otot-otot yang
berperan dalam proses menelan mulai diserang, akan terjadi kelemahan pada otot-otot tersebut,
dan pada akhirnya pasien akan emngalami kesulitan menelan. Penderita ALS akan mengalami
malnutrisi dan dehidrasi. Penderita juga berisiko mengalami pneumonia aspirasi karena
teraspirasinya makanan dan cairan ke dalam paru – paru.1
PROGNOSA
Pada tahap awal, penyakit ini sulit untuk diramalkan prognosanya, walaupun secara umum
prognosa jelek. Adanya pseudobulbar palsy yang cepat berkembang biasanya menunjukkan
prognosa yang jelek. Tanda-tanda LMN dari ekstremitas mungkin mengarah ke prognosa yang
lebih baik .Kematian pada penderita ini biasanya akibat infeksi saluran nafas, pneumonia aspirasi
atau asfIksia.1
Faktor lain yang mempengaruhi prognosa adalah kesehatan fisik dan mental penderita
sebelumnya, adanya penyakit lain yang bersamaan dan usia penderita. Faktor non medis yang
Amyotrophic lateral sclerosis Page 10
berpengaruh adalah latar belakang pendidikan , sosial ekonomi, kondisi rumah dan kondisi
kesehatan pasangannya 15 sampai 20 % penderita dapat bertahan hidup sampai 5 tahun atau
lebih sejak penyakit timbul. Menurut Adams dkk. 50% penderita ALS akan meninggal dalam 3
tahun dan setelah 6 tahun 90% meninggal.1
Pasien rata rata bertahan selama 2 hingga 6 tahun setelah didiagnosis, walaupun ada beberapa
pasien yang hidup sampai 10 tahun lebih. Dan kematian umumnya disebabkan karena gagal
pernapasan, walaupun terapi vebtilator jangka panjang dapat memperpanjang hidup.1
Amyotrophic lateral sclerosis Page 11
DAFTAR PUSTAKA
1. Amyotropic Lateral Scelorsis. In: www. Scribd. Com. Hal : 1 – 12.
2. Amyotropic Lateral Scelorsis. In: www. Scribd. Com. Hal : 1 – 15.
3. P. Rowland, Lewis, M.D and Friends. Amyotrophic Lateral Sclerosis. In : The New
England Journal Medicine. Massachusetts Medical Society. 2001. Pages : 1688 – 1700.
4. Armon, Carmel, MD, MSc, MHS. Amyotrophic Lateral Sclerosis. In :
Emedicine.Medscape.com. 2011. Pages : 1 – 16.
5. Moyer Sannon, Patricia G, MD, MEd. Amyotropic Lateral Sclerosis (ALS) In Physical
Medicine and Rehabilitation. In : Emedicine.Medscape.com. 2011. Pages : 1 – 9.
Amyotrophic lateral sclerosis Page 12