swamedikasi uv bloker
Post on 19-Jan-2016
136 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit manusia tersusun berlapis-lapis. Lapisan paling luar disebut
epidermis, di dalam pada dermis dan endodermis terdapat lapisan jangat
dan lapisan lemak. Pada lapisan epidermis terdapat sel yang berguna
untuk pergantian kulit dan sel melanosit pembentuk pigmen eumelanin di
dalamnya terdapat melanosom tempat terjadinya melanisasi pembentukan
pigmen eumelanin. Fungsi eumelanin adalah sebagai pelindung kulit dari
sengatan matahari, selain untuk mewarnai kulit. Orang yang berkulit
hitam, sel melanosit-nya lebih banyak dibandingkan dengan orang berkulit
putih, sehingga lebih tahan terhadap sengatan cahaya matahari.
Sebaliknya, orang berkulit putih, paparan sinar matahari mudah
menembus lapisan kulit ari, mudah terbakar, dan terkena kanker kulit.
Kekuatan sinar matahari tergantung dari jenis ultra violet (UV) yang
terkandung. Jenis sinar UV terdiri atas sinar ultra violet A (UVA), sinar
ultra violet B (UVB), dan visible light. Sinar UVB dengan panjang
gelombang pendek, disaring oleh lapisan ozon sehingga mencapai
atmosfer bumi dengan kadar yang cukup tinggi dan menyebabkan
pemaparan pada kulit dengan gejala terbakar (sunburn) atau kecoklatan
(suntan). Sementara itu, sinar UVA memiliki energi yang lebih rendah,
tetapi mampu menembus lapisan lemak pada kulit. UVA inilah yang
bertanggung jawab terhadap kerusakan kolagen dan jaringan elastin,
yakni zat yang membuat kulit menjadi kuat dan kenyal.
Selain itu, sinar ultraviolet berperan dalam menimbulkan kelainan
pigmentasi seperti melasma yaitu kelainan yang berupa bercak
berpigmentasi pada kulit wajah. Kelainan pigmentasi ini, juga dapat
ditimbulkan oleh factor lain, selain sinar ultraviolet, seperti karena
pengaruh hormonal, kosmetik, zat pewangi, dan obat-obatan tertentu.
Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk selalu menggunakan
pelindung kulit agar terhindar dari akibat buruk sinar ultraviolet. Salah satu
caranya yaitu dengan menggunakan sunblock atau tabir surya. Tabir
surya merupakan bahan-bahan yang dapat menyerap energi gelombang
tertentu dari sinar ultraviolet secara selektif. Tabir surya pada masa kini
tidak hanya diformulasi dari bahan-bahan sintetis melainkan sudah
menuju pada pengembangan bahan alam sebagai bahan aktif tabir surya.
Karena dipercayai bahwa bahan alam pun mengandung zat-zat yang
mempunyai kemampuan UV blocker atau UV protector.
BAB II
ISI
Penyinaran matahari mempunyai 2 efek, baik yang menguntungkan
maupun yang merugikan, tergantung dari frekuensi dan lamanya sinar
matahari mengenai kulit, intensitas sinar matahari serta sensitifitas
seseorang.
Efek Yang Bermanfaat
Penyinaran matahari yang sedang, secara psikologi dan fisiologi
menimbulkan rasa nyaman dan sehat. Dapat merangsang peredaran
darah, serta meningkatkan pembentukan hemoglobin. Sinar matahari
dapat mencegah atau megobati penyakit ritketsia karena 7-
dehidrokolesterol (provitamin D3) yang terdapat pada epidermis dan
diaktifkan menjadi vitamin D3.
Sinar matahari dapat membantu pengobatan tuberculosis, misalnya
pada tuberculosis kelenjar dan tulang, dapat juga untuk mengobati
penyakit kulit, misalnya psoriasis. Berpengaruh baik pada system saraf
otonom dan mengurangi berbagai infeksi. Pembentukan melanin akan
bertambah, dan kulit menjadi lebih tebal sehingga dapat berfungsi sebagai
pelindung tubuh alami terhadap sengatan matahari selanjutnya.
Efek Yang Merugikan
Penyinaran matahari mempunyai efek yang merugikan. Penyinaran
matahari yang singkat pada kulit dapat menyebabkan kerusakan
epidermis sementara, gejalanya biasanya disebut sengatan surya. Sinar
matahari menyebabkan eritema ringan hingga luka bakar yang nyeri pada
kasus yang lebih parah. Penyinaran yang lama akan menyebabkan
perubahan degeneratif pada jaringan pengikat dalam korium. Keadaan
tersebut menyebabkan kulit akan menebal, kehilangan kekenyalan
sehingga kulit kelihatan keriput, ini disebabkan karena kulit kehilangan
kapasitas ikat-air.
Penyinaran matahari terdiri dari berbagai spektrum dengan panjang
gelombang yang berbeda, dari inframerah yang terlihat hingga spektrum
ultraviolet. Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 400-280 nm dapat
menyebabkan sengatan surya dan perubahan warna. Penyinaran
ultraviolet dengan panjang gelombang diatas 330 nm dapat menyebabkan
kulit menjadi kecoklatan. Eritema timbul bersamaan dengan warna coklat
kulit. Pada panjang gelombang antara 334,2 – 366,3 nm efektif dalam
pembentukan warna coklat dengan sedikit eritema. Pada panjang
gelombang 295 – 315 nm tidak segera terlihat efeknya, tetapi setelah
beberapa jam akan timbul eritema. Setelah beberapa hari eritema akan
berkurang, terbentuklah warna kecoklatan. Pada penyinaran dengan
panjang gelombang 250 – 270 nm, akan timbul eritema yang sangat
ringan, yang menghilang dalam beberapa hari tanpa menimbulkan warna
kecoklatan.
Panjang gelombang sinar ultraviolet dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1. Ultraviolet A (UV A) yaitu sinar dengan panjang gelombang antara
400 – 315 nm dengan efektivitas tetinggi pada 340 nm, dapat
menyebabkan warna coklat pada kulit tanpa menimbulkan
kemerahan dalam bentuk leuko yang terdapat pada lapisan atas.
2. Ultraviolet B (UV B) yaitu sinar dengan panjang gelombang antara
315 – 280 nm dengan efektivitas tertinggi pada 297,6 nm,
merupakan daerah eritemogenik, dapat menimbulkan sengatan
surya dan terjadi reaksi pembentukan melanin awal.
3. Ultraviolet C (UV C) yaitu sinar dengan panjang gelombang di bawah
280 nm, dapat merusak jaringan kulit, tetapi sebagian besar telah
tersaring oleh lapisan ozon dalam atmosfer.
Ada dua cara perlindungan kulit, yaitu :
1. Perlindungan secara fisik, misalnya memakai payung, topi lebar, baju
lengan panjang, celana panjang, serta pemakaian bahan-bahan
kimia yang melindungi kulit dengan jalan memantulkan sinar yang
mengenai kulit, misalnya Titan dioksida, Zinc oksida, kaolin, kalsium
karbonat, magnesium karbonat, talkum, silisium dioksida dan bahan-
bahan lainnya sejenis yang sering dimasukkan dalam dasar bedak
(foundation) atau bedak.
2. Perlindungan secara kimiawi dengan memakai bahan kimia.
Tabir surya dibagi atas dua kelompok besar, yaitu :
a. Tabir Surya Fisik
Yaitu tabir surya dengan mekanisme kerja memantulkan dan
menghamburkan radiasi sinar UV. Umumnya senyawa UV filter
anorganik termasuk dalam kelompok ini.
b. Tabir Surya Kimia
Yaitu tabir surya dengan mekanisme kerja yaitu mengabsorbsi radiasi
sinar UV, mengubahnya menjadi bentuk energi panas. Umumnya
senyawa UV filter organik termasuk dalam kelompok ini.
Sinar Ultra-Violet (UV) dan Pengaruhnya Terhadap Hiperpigmentasi Kulit
Warna kulit normal ditentukan oleh jumlah dan sebaran melanin
yang dihasilkan oleh melanosom pada melanosit , yang secara genetik
jumlahnya telah tertentu. Warna kulit juga dipengaruhi oleh ketebalan kulit,
vaskularisasi kulit, kemampuan refleksi permukaan kulit serta kemampuan
absorbsi epidermis dan dermis, selain itu juga ada beberapa pigmen lain
seperti karoten (kuning), oksihemoglobin (merah), hemoglobin (biru) dan
melanin (coklat) yang mempengaruhi warna kulit. Melanin terbentuk
melalui rangkaian oksidasi dari asam amino tirosin dengan melibatkan
enzim tirosinase. Tirosinase mengubah tirosin menjadi DOPA, kemudian
dopa kuinon. Dopa kuinon diubah menjadi dopakrom melalui auto oksidasi
sehingga menjadi dihidroksi indole (DHI) atau dihidroksi indole carboxy
acid (DHICA) untuk membentuk eumelanin (pigmen berwarna coklat).
Dengan adanya sistein atau glutation, dopakuinon diubah menjadi sisteinil
dopa, reaksi ini membentuk feomelanin (pigmen berwarna kuning).
Selain hal tersebut warna kulit seseorang dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik dari dalam tubuh maupun luar tubuh. Dari dalam tubuh
misalnya faktor genetik dan hormonal, faktor dari dalam tubuh yang
sangat berpengaruh adalah ras atau genetik, pengaruh tersebut terjadi
bukan karena jumlah sel melanosit yang berbeda, melainkan bergantung
pada jumlah dan bentuk melanosom. Sedangkan luar tubuh misalnya
sinar matahari, makanan ataupun obat. Perpaduan faktor ini akan
menghasilkan warna kulit tertentu. Salah satu reaksi akut akibat UV-B
menyebabkan terjadinya inflamasi akut dan pigmentasi lambat pada kulit
manusia.
Kulit sendiri mempunyai perangkat untuk melindungi jaringan yang
ada dibawahnya diantaranya yaitu melanin. Melanin yang memayungi inti
sel berfungsi sebagai pelindung dengan menyerap sinar UV. DNA
sebagai kromofer seluler utama, disamping trytophan dan tyrosinase,
akan mudah rusak karena ultra violet –B, dengan adanya kerusakan
tersebut, DNA akan memberikan signal pada melanosit untuk
meningkatkan sintesisnya. Selain melanin, stratum korneum yang tebal
juga akan menyerap sinar UV, hal ini terbukti dengan menurunnya
produksi sitokin oleh keratinosit, disamping itu asam urokanat diduga juga
mempunyai peranan pelindung terhadap paparan UV. Paparan UV secara
langsung akan menghasilkan radikal bebas dan meningkatkan regulasi
mRNA tirosin yang merupakan enzim dalam biosintesis melanin, hal ini
akan menyebabkan terjadinya abnormal pigmentasi seperti melasma,
frekles dan lentigo senilis. Untuk mengurangi efek-efek buruk karena
paparan sinar ultra violet tersebut diperlukan pelindung surya atau tabir
surya, yang dapat mengurangi atau mencegah efek-efek yang merugikan
karena paparan UV.
American Cancer Society menyatakan bahwa pemaparan UV dalam
jangka waktu yang lama dapat menyebabkan perubahan pada kulit yang
meliputi :
Penuaan
Kerutan
Kehilangan elastisitas kulit
Noda gelap (lentigos, kadang disebut “age spots” atau “liver spots” )
Keratosis aktinik
Tabir surya (sunscreen atau sunblock) atau UV filter, memiliki 2
mekanisme utama yaitu : (i) menghamburkan dan memantulkan energi
sinar UV dan (ii) mengabsorbsi energi sinar UV. Sangat banyak tabir
surya mengandung bahan-bahan yang bekerja dengan kedua mekanisme
ini yang dikenal dengan istilah UV protection. Pada awalnya tabir surya
didesain untuk melindungi pemakainya pada saat ke pantai. Saat ini,
produk yang sama digunakan pula oleh mereka yang melakukan olahraga
salju, sejak sinar matahari menunjukkan efek terhadap kulit yang dapat
dilihat pada pantulan dipermukaan salju.
Senyawa tabir surya merupakan senyawa yang dapat melindungi
kulit terhadap eritema (panjang gelombang 290-320 nm) yang disebut
sebagai sunscreen UV-B atau senyawa yang mampu melindungi kulit
terhadap bahaya pigmentasi (panjang gelombang di atas 320 nm) yang
disebut sunscreen UV-A.
UV filter dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok berdasarkan
asalnya. Anorganik UV filter, atau yang juga disebut UV filter fisik,
terutama bekerja dengan memantulkan dan menghamburkan radiasi UV,
organic UV filter, yang juga disebut UV filter kimia atau sunblock, bekerja
dengan mengabsorbsi radiasi.
Jenis tabir surya yang paling penting adalah yang bekerja dengan
mengabsorbsi radiasi eritemal UV. Karakteristik yang penting dalam tabir
surya adalah :
1. Tidak toksik dan tidak mempengaruhi metabolisme tubuh
2. Tidak berbahaya secara dermatologis seperti bebas dari efek iritan
dan efek sensitasi yang berbahaya
3. Efektif mengabsorbsi radiasi eritemogenik
4. Tidak bersifat fotolabil, yaitu mampu mengabsorbsi radiasi
eritemogenik, tidak mengalami perubahan kimia yang dapat
mengurangi kemampuannya sebagai tabir surya, sehingga mampu
mengubah senyawa lain yang berbahaya yang mungkin terdapat
seperti pada bagian 1) dan 2) diatas
5. Tidak menguap dan memiliki karakteristik kelarutan yang sesuai
6. Tidak terdekomposisi dengan adanya lembab, keringat dan lain
sebagainya
7. Harus memiliki (dalam pengenceran dan pembawa yang akan
digunakan untuk tabir surya) karakter fisik yang dapat diterima oleh
konsumen, sebagai contoh, tabir surya haruslah tidak menimbulkan
bau yang tidak sedap
8. Harus dapat terabsorbsi melalui kulit.
UV filter kimia (atau sunscreen) merupakan senyawa organik dengan
aktifitas molar yang tinggi terhadap range UV. Senyawa ini biasa terdiri
dari struktur aromatik tunggal atau ganda, kadang merupakan konjugasi
dari karbon-karbon ikatan ganda dan/atau gugus karbonil. Tabir surya
kimia adalah bahan yang dapat melindungi kulit dengan mengabsorbsi
energi UV dan mengubahnya menjadi energi panas. Senyawa ini
mengabsorbsi radiasi UV dan mengubah energinya menjadi radiasi
dengan gelombang yang lebih panjang.
Derivat sintetis senyawa ini dapat dibagi dalam 2 kategori besar yaitu
pengabsorbsi kimia UVB (290-320 nm) dan UVA (320-400 nm). Bahan
baku kosmetika dari senyawa alami merupakan solusi yang aman
karena penggunaan bahan sintetis disinyalir dapat merusak kulit.
Senyawa alami yang berpotensi sebagai UV-protektor dapat ditemukan
dalam tumbuh-tumbuhan, salah satunya yaitu rumput laut. Bahan tabir
surya alami dapat diisolasi dari tumbuh-tumbuhan yang memiliki
kandungan seperti bahan tabir surya sintetik, misalnya kencur,
bengkoang, lemon, dan anggur.
Beberapa tanaman yang secara empiris dipercaya dapat melindungi
kulit dari sinar matahari atau Ultra Violet (UV) antara lain :
1. Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)
Umbi tanaman ini telah secara turun-temurun digunakan di Indonesia
sebagai masker, lulur, pembersih wajah, dan pelembab. Kandungan air
bengkoang yang tinggi memiliki efek melembabkan, merelaksasi dan
menyegarkan kulit wajah.
Seperti bahan alami lain yang bermanfaat bagi kulit, bengkuang
mengandung antioksidan vitamin C, flavonoid, dan saponin yang berperan
mencegah kerusakan kulit oleh radikal bebas. Bengkoang juga memiliki
manfaat lain sebagai pemutih, berkat zat fenolik di dalamnya yang
menghambat proses pembentukan melanin (pigmentasi) akibat sinar UV
matahari, bekas jerawat atau efek samping kosmetik.
2. Minyak zaitun (Olive Oil)
Minyak zaitun diperoleh dari buah pohon zaitun (Olea europaea)
yang diperas dengan suhu maksimum 40° Celcius. Karena rasa
dan manfaat kesehatannya, minyak berwarna kuning keemasan ini tidak
hanya digunakan dalam produk kosmetik, tetapi juga dipakai dalam
masakan. Untuk kosmetik, minyak zaitun dapat digunakan sebagai minyak
mandi atau dioleskan sebagai pelembab di bagian kulit yang kering seperti
di wajah, siku dan kaki untuk membantu kulit mendapatkan kembali
keseimbangan minyak alaminya.
Minyak zaitun memiliki asam lemak tak jenuh tunggal, polifenol, dan
vitamin E yang melindungi kulit dari kerusakan oleh radikal bebas. Oleh
karena itu, penerapan minyak zaitun di kulit dapat memperlambat tanda-
tanda penuaan (mengurangi garis-garis keriput), mencegah kanker kulit
dan mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh paparan sinar matahari.
Sebuah studi yang menunjukkan bahwa meng-gunakan minyak zaitun
setelah renang sebagai krim kulit dan berjemur, akan melindungi
terjadinya kanker kulit (melanoma).
3. Minyak chamomile (Chamomile oil)
Bunga chamomile kering adalah obat tradisional yang dikenal sejak
zaman Mesir, Yunani dan Romawi kuno (biasanya dikonsumsi sebagai
teh). Popularitas chamomile berkembang di sepanjang Abad
Pertengahan, ketika digunakan sebagai obat untuk berbagai masalah
medis seperti asma, kolik, demam, radang, mual, keluhan saraf, penyakit
kulit dan kanker. Chamomile mungkin adalah obat terpopuler saat itu.
Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sifat chamomile sebagai anti-
inflamasi, anti-bakteri, anti-alergi dan obat penenang, yang menguatkan
reputasi lamanya tersebut.
Ada dua jenis chamomile: chamomile Romawi (Chamaemelum
nobile) dan chamomile Jerman/ chamomile biru (Matricaria
recutica). Minyak esensial yang diekstrak dari kedua varietas tersebut
memiliki perbedaan dalam komposisi dan sifat. Minyak
Chamomile Romawi lebih bersifat menenangkan, sehingga banyak
dipakai untuk aromaterapi. Chamomile Jerman adalah anti inflamasi
yang sangat kuat karena adanya senyawa yang disebut azulene (senyawa
nitrogen yang memberikan warna biru khas). Azulene membantu untuk
mengurangi pembengkakan dan membersihkan pori-pori dari kotoran.
Selain itu, minyak Chamomile Jerman juga mengandung alpha-bisabolol
yang mempromosikan granulasi dan regenerasi jaringan sehingga secara
luas digunakan untuk masalah kulit seperti ruam, jerawat, eksim,
psoriasis, kulit sensitif dan kondisi alergi. Sama halnya seperti minyak
zaitun, minyak chamomile biasa digunakan sehari-hari dengan cara
mengoleskannya pada kulit tubuh atau wajah.
Tela dilakukan studi pada tikus, penggunaan topikal minyak ini
menghambat papilloma kulit dan menurunkan pertumbuhan papilloma kulit
menjadi karsinoma atau kanker. Pada tikus yang dipapar dengan sinar
UVB, pemberian topikal minyak chamomile yang mengandung apogenin
menurunkan insidensi terjadinya kanker kulit.
4. Minyak almond
Pohon almond telah dibudidayakan sejak sekitar 4.000 tahun yang
lalu. Ada dua jenis almond: almond manis dan pahit. Untuk perawatan
kulit, yang terutama dipakai adalah minyak almond manis (Prunus dulcis).
Minyak ini diekstrak dari buah pohon almond dengan tekanan pada suhu
dingin. Minyak almond berwarna kekuningan, tidak berbau dan cocok
untuk perawatan masalah kulit. Penggunaannya terutama sebagai dasar
atau aditif dalam kosmetik. Kandungan asam lemak tak jenuh seperti
asam linoleat pada minyak almond membuat kulit lebih tahan terhadap
infeksi dan memberikan perlindungan dari ultraviolet. Asam palmitat
di dalamnya memastikan bahwa minyak almond meresap dengan baik di
dalam kulit sehingga cocok sebagai pelembab dan penghalus kulit. Selain
itu, kandungan Vitamin E-nya berperan sebagai antioksidan.
5. Kencur (Kaempferia galanga L.)
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu tanaman
obat tradisional yang tergolong rempah-rempah dan sudah dikenal oleh
kalangan masyarakat luas. Kencur dikenal oleh masyarakat dengan istilah
ramuan bobok atau beras kencur, karena tanaman ini memiliki kandungan
minyak atsiri sekitar 2-4%. Etil para-metoksi sinamat (EPMS) merupakan
komponen utama turunan dari senyawa sinamat yang terdapat dalam
rimpang kencur dan diketahui mempunyai aktivitas sebagai bahan tabir
surya. Kadar EPMS dalam simplisia dapat mencapai 2,5. Tingginya kadar
EPMS menyebabkan kencur memiliki prospek yang baik untuk dijadikan
bahan dasar sintesis senyawa tabir surya yang daya kerjanya lebih tinggi.
Rimpang Kencur mengandung pati (4,14 %), mineral (13,73%), dan
minyak atsiri (0,02 %) berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekana,
asam cinnamic, ethyl aster, asam sinamic, borneol, kamphene,
paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan gom.
6. Minyak cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia
aromaticum)
Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum)
merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak digunakan sebagai
bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan
utama rokok kretek khas Indonesia. Komponen utama minyak cengkeh
adalah eugenol dengan kadar sekitar 70-90 %. Minyak cengkeh
digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi
(Rumondang, 2004). Salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitas tabir
surya EPMS yakni dengan mengganti gugus etil dengan gugus lain yang
dapat meningkatkan panjang gelombang serapan UV, misalnya gugus
yang mengandung inti aromatik. Eugenol merupakan salah satu senyawa
aromatik jenis fenolik yang merupakan komponen utama dari minyak
cengkeh (sekitar 70-80%).
Eugenol (C10H12O2), merupakan turunan guaiakol yang mendapat
tambahan rantai alil, dikenal dengan nama IUPAC 2-metoksi-4-(2-
propenil) fenol. Eugenol dapat dikelompokkan dalam keluarga
alilbenzena dari senyawa-6 senyawa fenol yang mempunyai warna
bening hingga kuning pucat, kental seperti minyak. Sumber alaminya dari
minyak cengkeh. Terdapat pula pada pala, kulit manis, dan salam.
Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah larut pada pelarut
organik. Aromanya menyegarkan dan pedas seperti bunga cengkeh
kering, sehingga sering menjadi komponen untuk menyegarkan mulut.
Kandungan senyawa-senyawa dalam minyak cengkeh digolongkan dalam
senyawa phenol (sebagai eugenol) dan senyawa non eugenol.
7. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)
Kandungan yang terdapat dalam buah tomat meliputi alkaloid solanin
(0,007%), saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat biflavonoid,
protein, lemak, gula (fruktosa, glukosa), adenin, trigonelin, kolin, tomatin,
mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, sulfur, klorin), vitamin (B1, B2, B6, C, E,
niasin), histamin, dan likopen.
Likopen merupakan karotenoid yang terdapat dalam jumlah yang
tinggi dalam tomat, berperan sebagai pigmen warna pada buah dan
merupakan antioksidan yang kuat. Selain itu, terdapat juga kandungan
asam lainnya antara lain asam klorogenat, asam p-kumarat, asam malat,
dan asam sitrat.
Umumnya, di masyarakat tomat biasa digunakan sebagai masker
maupun dikonsumsi langsung dalam bentuk utuh, atau diolah menjadi
makanan atau minuman seperti jus. Masyarakat Indonesia meyakini
bahwa dengan mengkonsumsi tomat, kesehatan kulit dapat dijaga
termasuk dari efek merugikan radikal bebas dan sinar ultraviolet.
Selain beberapa tanaman di atas yang telah dan biasa digunakan
secara empiris dalam masyarakat, terdapat pula beberapa jenis tanaman
yang selain telah dipercaya dan digunakan secara turun-temurun namun
juga telah muncul banyak penelitian ilmiah yang berkaitan dengan
kandungan dan khasiat/ kegunaannya bagi kulit, khususnya sebagai
penghambat atau pelindung terhadap sinar UV. Tanaman-tanaman
tersebut adalah :
1. Rumput laut (Eucheuma sp.)
Rumput laut sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan
baku kosmetika, khususnya sebagai UV-protektor.
Kandungan astaxanthin dalam rumput laut memiliki aktivitas menghambat
paparan sinar UV dan juga memiliki efek protektif terhadap terbentuknya radikal bebas
yang diproduksi oleh foto-oksidasi akibat paparan sinar UV. Hawkins (2003) dan Stahl
et al.,(2000) telah mempelajari efek protektif dari astaxanthin, β-karoten dan retinol
dalam melawan foto-oksidasi akibat paparan sinar UV. Hasilnya memperlihatkan
bahwa astaxanthin lebih efektif dalam hal mengurangi terbentuknya senyawa
polyamine, yaitu suatu senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan kulit. Pada
suatu kelompok percobaan (treatment group) yang telah mengkonsumsi
astaxanthin, terbentuk jenis senyawa polyamine lebih sedikit dari kelompok kontrol,
sedangkan kelompok yang tidak mengkonsumsi astaxanthin (control group) akan
tidak terlindungi dari paparan UV sehingga mengalami kerusakan kulit akibat dari
terbentuknya senyawa polyamine sebesar 4,1 kali lipat lebih besar dari kelompok
percobaan yang telah mengkonsumsi astaxanthin.Studi ini menyimpulkan bahwa
astaxanthin bekerja dengan cara menghasilkan enzim yang mengkonsumsi senyawa
polyamine akibat dari proses radiasi UV.
Struktur kimia astaxanthin
2. Lidah buaya (Aloe vera)
Lidah buaya (Aloe vera) memiliki sifat-sifat penyembuhan yang
sudah dikenal selama lebih dari 1.000 tahun. Gel lidah buaya yang
diaplikasikan ke kulit berfungsi sebagai pelembab, disinfektan dan
merangsang proses regenerasi. Bila kulit Anda memar atau
berjerawat, lidah buaya dapat mengurangi peradangan dengan
menghambat pembentukan hormon bradikinin dan prostaglandin. Selain
itu, karena memiliki efek tabir surya, lidah buaya juga dimanfaatkan
sebagai aditif dalam produk-produk tabir surya.
Lidah buaya bersifat merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit.
Dalam lendir/ eksudat lidah buaya terkandung zat lignin yang mampu
menembus dan meresap ke dalam kulit. Eksudat ini akan menahan
hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit. Zat- zat yang terkandung di
dalam eksudat adalah: 8- dihidroxianthraquinone (Aloe Emoedin) dan
glikosida (Aloins),
3. Teh hijau (Camellia sinensis)
Teh hijau (Camellia sinensis) telah diminum sejak 5.000 tahun yang
lalu. Tidak seperti pada teh hitam, enzim tanaman pada teh hijau tidak
dilemahkan dengan pemanasan langsung setelah dipetik. Teh hijau
mengandung tanin, polifenol, kafein dan fluoride.
Green tea yang diperoleh dari tanaman Camelia sinensis dari
keluarga theaceae adalah salah satu minuman yang paling banyak
dikonsumsi di seluruh dunia. Pada saat ini dikenal tiga macam teh, yaitu :
teh hitam, teh hijau dan teh oolong, ketiganya berasal dari daun tanaman
Camellia sinensis yang mengalami pemrosesan berbeda. Teh hijau
dibuat dengan pemanasan daun teh segera setelah dipetik. Proses ini
untuk menginaktivasi enzim yang terlibat dalam oksidasi. Sedangkan teh
hitam dan teh oolong dibuat dengan mengeringkan daun teh sampai
kandungan minyaknya berkurang. Selanjutnya daun teh kering digiling
dan dihancurkan untuk memulai fermentasi. Untuk teh oolong, daun teh
kering yang telah digiling dan dihancurkan tersebut kemudian segera
dibakar guna menghentikan oksidasi. sedangkan untuk teh hitam
dibiarkan lebih lama berfermentasi untuk menimbulkan oksidasi.
Komposisi daun teh terdiri dari polifenol 30-35 %, karbohidrat 25 %, kafein
3.5 %, protein 15 %, asam amino 4 %, Lignin 6.5 %, asam organik 1.5 %,
lipid 2 % ash 5 % dan klorofil 0.5 %, karotenoids <0.1, volatil <0.1 (7,9).
Dari pemrosesan pembuatan, teh hijau tidak mengalami fermentasi, daun
–daun teh muda tidak dibiarkan beroksidasi, enzim polifenol oksidase
suatu enzim pada daun teh yang menyebabkan terjadinya fermentasi
diinaktifkan dengan proses steam (pemanasan), sehingga polifenol yang
terdapat pada daun teh tidak teroksidasi dan masih utuh. Teh oolong
mengalami fermentasi parsial sedangkan teh hitam mengalami fermentasi
seluruhnya. Berbedanya pemrosesan ini membuat polifenol atau katekin
yang dikandung dalam teh tersebut menjadi berbeda, teh hijau
mempunyai katekin isomer sedangkan teh hitam mempunyai katekin
polimer dan teh oolong berada diantara kedua teh tersebut. Katekin atau
polifenol merupakan suatu senyawa yang mempunyai potensi sebagai
antioksidan alam yang poten. Polifenol teh hijau mempunyai gugus
hidroksil yang lebih banyak dari teh hitam, hal ini yang membuat teh hijau
mempunyai potensi sebagai antioksidan alam lima kali lebih kuat daripada
antioksidan lainnya.
Senyawa katekin teh hijau merupakan antioksidan alami yang
mempunyai potensi menghambat terjadinya pigmentasi karena paparan
ultra violet (UV). Potensinya dalam menghambat pigmentasi karena
paparan UV melalui senyawa katekin yang dimilikinya, terutama (-)-
epigallocatechin-3-galate (EGGC), yang merupakan 59% dari total
katekin, (-)-epigallocatechin (EGC) 19%, (-)-epicatechin-3-gallate (ECG)
13,6%, dan (-)-epicatechin (EC) 6,4%, yang dapat berkompetisi dengan
enzim L-tirosinase dan terikat pada tempat aktif (active site) dari
tirosinase. Akibatnya terjadi hambatan kerja dari tirosinase yang
menyebabkan terhambatnya pembentukan pigmen melanin, sehingga
dapat mengurangi hiperpigmentasi pada kulit.
Katekin
Katekin dan epikatekin berasal dari satu turunan, dengan (-)-epikatekin
and (+)-katekin yang menjadi isomer optik paling umum yang ditemukan di
alam. Katekin pertama diisolasi dari ekstrak tanaman kateku, kemudian
namanya diturunkan. Epigallocatechin dan gallocatechin mengandung
tambahan kelompok hidroksil fenolik yang ketika dibandingkan dengan
epicatechin dan catechin, berturut-turut menunjukkan perbedaan yang
sama antara pirogalol dan pirokatekol. Struktur kimia epicatechin dan
epigallocatechin.
Epicatechin Epigallocatechin
Ekstrak teh hijau dengan konsentrasi dua persen sudah cukup untuk
melindungi kulit terhadap radikal bebas. Ekstrak teh hijau digunakan
dalam produk-produk kosmetik untuk penuaan kulit dan perlindungan UV
(tabir surya).
4. Minyak argan (Argan oil)
Minyak Argan berasal dari biji pohon argan (Argania spinosa). Pohon
itu hanya tumbuh di daerah terbatas di Maroko. Sejak tahun 1998, daerah
tersebut dinyatakan sebagai Cagar Biosfer UNESCO. Minyak Argan yang
berwarna kuning emas beraroma sangat harum, sehingga banyak
digunakan dalam industri makanan dan kosmetik. Untuk mendapatkan
minyak biang, biji argan harus dipanggang dan kemudian ditekan dalam
suhu dingin. Minyak ini sangat mahal. Untuk tujuan kosmetik, minyak juga
dapat diperoleh dengan campuran pelarut organik yang lebih murah.
Minyak argan terutama digunakan untuk mengurangi keriput karena
mengandung beberapa zat yang efektif melawan penuaan kulit: asam
linolenat yang mempromosikan pembaruan sel-sel kulit dan mendukung
proses imunologi, squalene yang melindungi terhadap kanker dengan
menetralisir radikal bebas dan radiasi UV, dan tokoferol yang berefek anti-
inflamasi dan juga antioksidan.
Argan Oil telah lama populer di daerah Eropa digunakan sebagai
bahan pembuat kosmetik karena manfaatnya yang sangat besar untuk
perawatan kulit, rambut dan kuku juga untuk campuran makanan nutrisi
diet. Minyak argan bekerja sebagai nutrisi kulit, reaksi yang di timbulkan
dari mintak argan jauh lebih cepat melampaui kosmetik yang ada pada
umumnya. Berikut ini khasiat Minyak argan (Argan Oil) yang banyak
diketahui dan terbukti kebenarannya :
1. Minyak argan kaya akan Vitamin E yang mampu membuat kulit
tampak lebih muda, kencang, halus dan berkilau
2. Berfungsi sebagai pelembab alami karena kaya akan asam lemak
essential dan sterol, sangat mudah di serap kulit tanpa menimbulkan
rasa berminyak
3. Menutrisi kulit untuk menjaga kulit agar tidak kering karena
mengandung Triterpenoids yang efektif melindungi kulit dari kotoran
dan sengatan sinar matahari
4. Memperkuat akar rambut dan Anti ketombe
5. Merawat Kulit Kepala dan rambut agar lebat kuat dan berkilau
6. Memerkuat kuku yang rapuh, mengatasi kuku rusak dan mudah
patah
7. Mengatasi Flek hitam, bekas luka dan bekas parut di semua bagian
kulit
8. Menghilangkan Selulit/ Stretch mark setelah melahirkan dengan
pemakaian rutin
5. Kumarin
Kumarin (2H-1-benzopiran-2-on) merupakan kelompok turunan l-
benzopiran terluas, yang ditemukan terutama pada tanaman. Kebanyakan
kumarin alami teroksigenasi pada C-7 misal umbelliferon (7-
hidroksikumarin). Umbelliferon dianggap sebagai struktur induk biogenetik
kumarin teroksigenasi yang lebih tinggi seperti skopoletin.
Kumarin terdapat secara melimpah di berbagai famili tanaman,
seperti Apiaceae, Asteraceae, Fabaceae, Lamiaceae, Moraceae,
Poaceae, Rutaceae, dan Solanaceae. Beberapa kumarin digunakan
dalam sediaan tabir surya untuk perlindungan terhadap sinar matahari
karena senyawa-senyawa ini mampu menyerap sinar UV gelombang
pendek (280-315 nm) yang berbahaya bagi kulit manusia, akan tetapi
mentransmisikan radiasi UV gelombang panjang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Burgess, Cheryl M. Cosmetic dermatology. Washington DC : Springer Publishing.
2. Draelos, Zoe Diana. Lauren A. Thaman. 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care Product. Taylor & Francis Group. New York.
3. Draelos, Zoe Diana. Lauren A. Thaman. 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care Product. Taylor & Francis Group. New York.
4. Halaban R, Hebert DN, Fisher E.D. Biology of Melanocytes. Dalam Fitzpatick TB, Eisen AZ, Wolff K, FM Irwin, Austen KF, Goldsmith Lowel A, Katz S I, editor. Dermatology in general medicine edisi-6. Newyork: Mc-Graw Hill 2003. p 127-147
5. Katiyar SK, Elmet,. Green Tea Polyphenolic Antioxidants and Skin Photoprotection. Int J Oncol 2001; 18 (6): 1307-13
6. Gilchrest B.A, Yaar.M,. Bhiochemical and Molecular in Photoaged Skin. Dalam Gilchrest B.A. Photodamage. New York: Blackwell Science 1995 168-178.
7. Kochevar EI,. Molecular and Cellular Effect of UV Radiation Relevant to Chronic Photodamage. Dalam. Gilchrest B.A. Photodamage. New York: Blackwell Science 1995: 52-67.
8. Dyatmiko, W. Santoso, M.H. Hafid, A.F. dan Budiati, A.S. 1995. Validasi Senyawa Etil-p-Metoksil Sinamat Secara Densitometer dalam Standarisasi Produk Jadi yang Mengandung Ekstrak Etanol Dari Rimpang Kencur (Kaempferia galangal L.). Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga Surabaya.
9. Rumondang, 2004. Reaksi Asetilasi Eugenol dan Oksidasi Metil Iso Eugenol. Medan : Progam Studi Teknik Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara.
10. Budiman, M. Haqqi. 2008. Uji stabilitas-Literatur. Jakarta : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.
11. Merdekawati, Windu. Potensi Senyawa Bioaktif Rumput Laut Sebagai UV-Protektor. Semarang : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro.
12. No K.J, Kim J.Y, Shim Kh et al., Inhibition of Tyrosinase by GreenTtea Components. Life Science 1999; 65 (21) : 241-6
13. Martin F. P. Green tea. Gale Encyclopedia of Alternative Medicine. Gale group. 2001
14. Dvorakova K, Dorr RT, Valcic S, Pharmacokinetics of The Green Tea Derivative, EGCG, by The Topical Route of Administration in Mouse and Human Skin. Cancer Chemoterapy Pharmacology, 1999;43:331-335
15. Katiyar SK, Afaq F,Perez A. Green Tea Polyphenol (-)- Epigallocatechin-3-Gallate Treatment of Human Skin Inhibits Ultraviolet Radiation -Induced Oxidative Stress. Carcinogenesis 2001;22 (2) : 287-294
16. Alexis AF, Jones FA, et al., Potential Terapeutic Application of Tea in Dermatology. Internationale Journal of Dermatology 1999;38:735-743
17. Anonim. Definition: catechin. Available at http://www.websters-online-
dictionary.com/definitions/clipart.asp?q=Catechin&w=c. Diakses 12 April 2012.
18. Paula Gardiner. The Longwood Herbal Task Force Chamomile Chamomile (Matricaria recutita, Anthemis nobilis): . Available at http://www.mcp.edu/herbal/default as pdf file.
19. Moerck, Rudi E. Astaxanthin and Key Carotenoid.
20. Sarker, Satyajit D. dan Lutfun Nahar. 2009. Kimia untuk Mahasiswa Farmasi; Bahan Kimia Organik, Alam dan Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
21. Orwa et al. 2009. Agroforestry Database 4.0. Argania spinosa; Skeels Sapotaceae. Available as pdf file.
Tugas Makalah
Pengobatan Sendiri
UV BLOCKER-UV PROTECTOR
Oleh :
KELOMPOK II
Sharly Pratini
Nurhainun Ibrahim
Ashari Lihawa
Rusdina Juliana M.
Septiana Panggalo
Rusnah
Iztas Ahmad
Irma Dewi Sismawati
Veibrine Clarasia
Meinar Nugraini
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
top related