rara jonggrang

Post on 07-Aug-2015

205 Views

Category:

Education

5 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Rara JonggrangKelompok 3

Perkenalkan

Ega Chessa Alia / 6

Gandhi Mardiansyah / 10

Naufal Baihaqi Lascha / 22

Nerissa Chrisanty / 23

Tsaabitah Rizqilla Anwar / 35

Alkisah, pada masa dahulu kala, ada seorang raja bernama Prabu Baka yang bertakhta di Prambanan.

Ia adalah seorang raksasa yang sakti dan menakutkan. Kerajaannya amat luas. Kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya takluk.

Walaupun seorang raksasa, ia memiliki putri berparas cantik berwujud manusia bernama Rara Jonggrang.

Baka amat menyayangi putrinya itu. Ia mewariskan segala kesaktian dan kepandaiannya kepada Rara Jonggrang.

Sementara itu, terdapat kerajaan lain yang sama kuatnya, yaitu Pengging.

Kerajaan tersebut memiliki ksatria sakti bernama Bandawasa, dengan pusakanya bernama bandung.

Ia memiliki balatentara berupa makhluk-makhluk halus yang dapat dimintai bantuan dalam sekejap waktu.

“Hai, Bondowoso! Siapkan pasukanmu untuk pergi menyerang Prambanan!”

“Baik, Gusti! Perintah segera hamba laksanakan!”

Suatu ketika, Raja Pengging meminta Bandawasa untuk memimpin penyerangan ke Prambanan. Ia bermaksud untuk memperluas wilayah kerajaan.

Keesokan harinya, berangkatlah Bandawasa bersama pasukannya ke Prambanan.

Setibanya di sana, pasukan Pengging langsung menyerbu istana kerajaan.

Prabu Baka tidak tinggal diam. Ia memerintahkan pasukannya untuk menahan laju pasukan Pengging.

Pertempuran sengit pun terjadi. Namun, karena kurang persiapan, pasukan Prambanan kalah.

Prabu Baka sendiri tewas terkena senjata sakti Bandawasa, yaitu bandung. Bandawasa pun dikenal sebagai Bandung Bandawasa.

“Wahai, Bandung Bandawasa! Sebagai ucapan terima kasihku atas keberhasilanmu mengalahkan Prabu Baka, aku memberimu amanat untuk untuk mengurus Kerajaan Prambanan beserta isinya, termasuk keluarga Prabu Baka.’’

“Terima kasih, Gusti! Hamba berjanji untuk menjaga amanat Gusti!”

Pada hari pertama menempati istana Prambanan, ia langsung terpesona dengan paras cantik Rara Jonggrang.

Bandung Bandawasa berniat menjadikan Rara Jonggrang sebagai permaisuri.

“Wahai, Putri Rara Jonggrang! Maukah engkau menjadi permaisuriku?”

Rara Jonggrang terdiam bingung mendengar pertanyaan itu. Sebenarnya, ia membenci Bandung Bandawasa yang telah membunuh ayahnya. Namun, ia takut menolak lamarannya.

Ia pun mendapat ide untuk menolak lamaran itu secara halus.

“Baiklah! Aku bersedia menerima lamaranmu, tapi kamu harus memenuhi satu syaratku!”

“Apakah syaratmu itu, Roro Jonggrang?”

“Buatkan aku seribu candi dan dua buah sumur dalam waktu semalam!”

“Baiklah! Akan kupenuhi syaratmu itu!”

Pada malam harinya, Bandung Bandawasa memanggil balatentaranya dan segera membangun candi dan sumur sebagaimana permintaan Rara Jonggrang.

Mereka bekerja dengan cepat. Pada dua pertiga malam, tinggal tersisa tiga candi dan sebuah sumur lagi untuk dibangun.

“Dayang! Pembangunan seribu candi dan penggalian dua buah sumur tersebut hampir selesai. Apa yang harus kita lakukan!”

“Tenanglah, Gusti! Pasti ada jalan keluarnya.”

Rara Jonggrang yang saat itu ikut menyaksikan mulai khawatir. Ia pun memberitahu dayang kepercayaannya.

“Dayang! Bangunkan teman-temanmu! Suruh mereka membakar jeramidan menumbuk padi di lesung! Taburkan pula bunga-bunga yang harum baunya!”

“Baik, Gusti!”

Rara Jonggrang berpikir keras. Terpikirlah suatu cara untuk menggagalkan upaya Bandung Bandawasa tersebut.

Dayang-dayang pun bangun dan segera melaksanakan perintah Rara Jongrang.

Tak lama, tampak cahaya kemerah-merahan dari timur akibat pembakaran jerami. Suara lesung terdengar bertalu-talu. Bau harum bunga mulai semerbak. Ayam jantan berkokok dengan kerasnya.

Karena mengira sudah pagi, balatentara Bandung Bandawasa berhenti bekerja dan kembali ke alamnya.

Masih tersisa satu candi lagi untuk dibangun. Batu-batu besar berserakan di tempat itu.

Teriakannya itu tidak dihiraukan oleh balatentaranya.

Ia pun melanjutkan sendiri pembangunan candi keseribu. Namun, belum selesai candi terakhir ia buat, pagi sudah menjelang.

“Teman-teman, kembalilah! Hari belum pagi. Genapkan seribu candi. Tinggal sebuah candi lagi!”

“Bagaimana, Bandung Bandawasa? Apakah candiku telah selesai?”

Mengetahui kegagalan tersebut, Rara Jonggrang segera menemui Bandung Bandawasa. Dengan tersenyum, ia bertanya kepada Bandung Bandawasa.

“Hai, Rara Jonggrang! Kamu telah menggagalkan usahaku mewujudkan seribu candi yang kurang satu lagi. Jadilah kau arca candiku yang keseribu!”

Seketika itu, Rara Jonggrang berubah menjadi arca batu. Arca tersebut berwujud cantik, secantik Rara Jonggrang saat ia masih hidup.

Pada saat ini, arca dari Rara Jonggrang dapat kita saksikan di dalam ruang candi besar bernama Candi Rara Jonggrang. Candi tersebut berada dalam komplek Candi Prambanan.

Candi-candi yang berada di sekitarnya dinamakan Sewu, yang berarti seribu dalam Bahasa Jawa.

Terima Kasih

top related