modul panduan pemetaan pemetaan partisipatif pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
Post on 21-Apr-2017
237 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PANDUAN
PEMETAAN PARTISIPATIF WILAYAH PESISIR, LAUT
DAN PULAU-PULAU KECIL
PANDUAN PEMETAAN PARTISIPATIF WILAYAH PESISIR, LAUT DAN PULAU-PULAU KECIL
Tim Penyusun:SLPP NTB Gendewa Tunas Rancak, Tjatur Kukuh SLPP NTT Alfons HeriSLPP SULUT Marsel A. I. Korompis, Lili Mengko Moudy Gerungan, Samuel Angkow, Yopi GoliothSLPP SULTRA Imran Abdullah, Hasrul Dimas Asgori, HerlinawatiM. Aris Rauf, Mutminah, Rudi, SumardinYARI SULTRA Abed, Dedi, Dedy Arfon, SyawaludinJARING PELA Bachtiar Ramadian, Ery DamayantiFery Kurniawan (IPB)SEKRETARIAT NASIONAL JKPP Dewi Puspita SutedjoDiarman, Imam Hanafi, Siti Syarifah
EditorDeny Rahadian
cetakan pertama, April 2016(c) JKPP Press, 2016
Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP)JKPP Press
Judul:
Dokumentasi
Desain Sampul dan Layout
koleksi JKPP, koleksi SLPP Sultra, Koleksi SLPP Sulut
elnino
4
566778
91011
131416
21222426272829
3233333444
45464748
49
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
BAB I PendahuluanKilas Sejarah Pemetaan PartisipatifDasar PemikiranKonsep DasarFilosofi Pemetaan PartisipatifPrinsip Dasar Pelaksanaan
BAB II Persiapan Pelaksanaan Pemetaan PartisipatifSyarat Pemetaan PartisipatifSyarat Pemetaan
BAB III Kelengkapan PemetaanTim KerjaBahan/Alat
BAB IV Metode Pengambilan DataInventarisasi Data SosialMetode Pengamatan Ekosistem Terumbu KarangPengamatan/Observasi VisualSurvey MangroveSurvey LamunSurvey Garis Pantai
BAB V Pelaksanaan Pemetaan PartisipatifPelatihanPengumpulan Informasi AwalSurvey/Pengambilan DataPengolahan Data
BAB VI Pengesahan PetaPresentasi Draft Peta dan Data SosialPerbaikan Peta dan Data SosialPengesahan dan Pengesahan Peta
Pustaka
3
Potensi sumberdaya alam di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil Indonesia sangat melimpah, baik sumberdaya hayati maupun non hayati dengan keanekaragaman yang bernilai tinggi seperti terumbu karang, ekosistem mangrove, estuaria, padang lamun dan lain sebagainya. Di satu sisi pemanfaatan pengelolaan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil menghadapi berbagai ancaman baik dari sisi ekologis, terjadinya penurunan kualitas lingkungan seperti pencemaran, rusaknya ekosistem pesisir dan laut, penangkapan ikan yang berlebihan dan penggunaan alat tangkap yang dapat merusak lingkungan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil tanpa mempertimbangkan daya dukung lingkungannya. Selain itu investasi yang memerlukan penggunaan ruang pesisir, laut dan pulau-pulau kecil seperti pertambangan dan petelah menggusur aksesibilitas masyarakat yang tinggal di pesisir dan pulau-pulau kecil terhadap ruang kelolanya.
Belum hadirnya kebijakan pengaturan ruang dan ketidakpaduan antar kegiatan pengelolaan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil menimbulkan konflik antara kegiatan nelayan tradisional dengan nelayan modern, kegiatan budidaya perikanan dengan kegiatan pelayaran, kepentingan konservasi dengan budidaya tambak, serta kegiatan investasi rakus ruang seperti pertambangan di pulau-pulau kecil yang telah merusak dan menggusur wilayah kelola masyarakat pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. Penyusunan tata ruang pesisir, laut dan pulau-pulau kecil harus memperhatikan karakteristik sosial dan ekologis wilayah yang masing-masing memiliki keunikan dan yang paling penting adalah pelibatan masyarakat.
Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil dapat menjadi alat untuk mengidentifikasi potensi sumber daya alam, tempat-tempat penting dan wilayah kelola masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil.
Modul ini disusun sebagai hasil praktek lapangan proses pemetaan partisipatif di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang didokumentasikan dan dituliskan menjadi panduan bagi para fasilitator pemetaan partisipatif untuk bekerja memfasilitasi pemetaan partisipatif di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil.
Ucapan terima kasih kepada kawan-kawan SLPP Sulawesi Utara (Samuel Angkouw, Ivan Korompis, Yopi Golioth dan lain-lain) juga kawan-kawan Jaring PELA (Ery Damayanti) dan pihak yang terlibat dalam penyusunan modul ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Mudah-mudahan modul ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Terima kasih
PENULIS
Kata Pengantar
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil4
Pendahuluan
BAB I
Pendahuluan5
Hasil Pemetaan Partisipatif Wilayah Sombano-KaledupaWakatobi - Sulawei Tenggara
Kilas Sejarah Pemetaan Partisipatif
Metodologi pemetaan partisipatif dikenal sejak tahun 1990-an, dimulai dari beberapa diskusi dan wacana dalam beberapa paper, di antaranya Mitchell et al. (1990) di Cyclop, Craven (1993) di Wasur dan Sirait et al. (1994) di Kayan Mentarang. Pada Oktober 1995, di Manila diadakan Workshop tentang Metodologi Pemetaan Partisipatif, beberapa pegiat NGO Indonesia terlibat dalam workshop tersebut. Pada Mei 1996, diadakan workshop di Bogor yang melahirkan Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP) sebagai wadah untuk mengakselerasi pemetaan partisipatif, memperbanyak kader fasilitator pemetaan partisipatif dan mengembangkan metodologi pemetaan partisipatif yang disesuaikan dengan konteks Indonesia. Selain pemetaan partisipatif yang diselenggarakan di bentang alam daratan dan pegunungan, pemetaan partisipatif juga pernah dilakukan di bentang alam pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. Di awal berdirinya JKPP tercatat beberapa ujicoba pemetaan partisipatif di pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, antara lain di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku, Lampung dan Bengkulu menjadi wilayah ujicoba pemetaan partisipatif.
Dasar Pemikiran
Masyarakat atau komunitas atau sebutan lainnya telah hidup dan berkembang dengan berbagai pengetahuan keruangannya dan eksistensinya, sehingga diberikan ruang sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan pemetaan partisipatif. Bahwa pada dasarnya suatu kelompok masyarakat atau komunitas atau sebutan lainnya yang selalu memanfaatkan ruang wilayah laut di sekitarnya sekaligus mengembangkan berbagai pengetahuan berharga dan menjadi penanda hak-hak komunitas itu, penting sekali untuk didokumentasikan, diapresiasi dan ditransformasikan. Pengetahuan keruangan setempat itu cenderung kurang mendapat perhatian dalam tata laksana geospasial nasional,
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil6
Pendahuluan
sehingga patut didokumentasikan dalam bentuk tema peta tersendiri. Konsep perencanaan pembangunan saat ini telah mulai mengakomodir pengetahuan lokal tentang potensi ruang sebagai bagain dari strategi pembangunan ditingkat desa yang selanjutnya menjadi kebijakan rencana pembangunan pada intitusi lebih besar yaitu Kabupaten dan Provinsi.
Konsep Dasar
Sistem pengetahuan keruangan setempat (tradisional) terus berkembang seiring dengan berkembangnya sistem pengetahuan keruangan modern. Representasi pengetahuan keruangan setempat (tradisional) pun merupakan cerminan cara pandang, sistem nilai dan praktik-praktik sosial pemilik pengetahuan tersebut. Representasi pengetahuan keruangan setempat (tradisional) merupakan bagian dari upaya menegakkan kepentingan dan hak kelompok masyarakat atau komunitas atas ruang di sekitarnya.
7
Pembangunan wilayah pesisir dimulai dengan pengembangan infrastruktur dan fasilitas publik
yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
Filosofi Pemetaan Partisipatif
a) Pemetaan partisipatif adalah proses membangun kesepahaman bersama demi perbaikan dan keberlanjutan ruang hidup masyarakat.
b) Pemetaan partisipatif adalah proses membangun kesepakatan bersama untuk memper je las dan mempertegas ruang hidup masyarakat.
Prinsip Dasar Pelaksanaan
1. Prinsip-prinsip Sosiala) Keputusan pemetaan partisipatif dari masyarakat dibuat
berdasarkan prinsip PADIATAPA (Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan, sebagai terjemahan dari Free, Prior, Informed, Consent, /FPIC), yaitu keputusan yang diambil sebelum kegiatan dilaksanakan dengan informasi yang memadai dan tanpa paksaan.
b) Kelompok masyarakat atau komunitas mempunyai kontrol atas pembuatan dan penggunaan peta partisipatif.
c) Alih pengetahuan antara kelompok masyarakat atau komunitas dan fasilitator pemetaan partisipatif
2. Prinsip-prinsip Teknisa) Menggunakan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) sebagai peta
referensi dasar.b) Tidak membatasi jenis alat yang digunakan dalam
pemetaan partisipatif dengan syarat harus meng-informasikan jenis alat dan metode yang digunakan dalam pemetaan partisipatif.
c) Memberikan peluang kepada setiap orang untuk berpartisipasi dalam proses pemetaan partisipatif.
d) Mengikuti kaidah-kaidah kartografi sosial.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil8
PersiapanPelaksanaan Pemetaan Partisipatif
BAB II
Persiapan Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif9
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
1. Syarat Pemetaan Partisipatif
a) SosialisasiSosialisasi yang dimaksud di sini adalah introduksi atau pengenalan metodologi pemetaan partisipatif kepada masyarakat desa/kampung. Sosialisasi sebaiknya dilakukan melalui pendekatan informal, seperti pada pertemuan tak resmi dengan dua-tiga orang pengelola sumber daya alam laut, misal nelayan, pembudidaya tambak atau rumput laut di pantai atau di kios dan tempat lainnya. Sedangkan pendekatan formal, yakni seperti musyawarah kampung/Desa atau rapat kelompok nelayan, dan sebagainya.
Pada sosialisasi ini dijelaskan mengenai: (1) Apa itu Peta dan kegunaannya;(2) Apa yang dimaksud dengan Pemetaan Partisipatif; (3) Bagaimana sejarah berkembangnya;(4) Apa tujuannya; (5) Apa manfaatnya; (6) Apa prinsip dasarnya; (7) Siapa yang melakukan pemetaan.
Pada saat sosialisasi ini pula dibangun kesepakatan apakah masyarakat secara mayoritas setuju melakukan pemetaan
10
Sosialisasi secara individu ataupun kelompok merupakan langkah awal untuk membangun kesepemahaman dan kesepakatan dalam proses pemetaan partisipatif di wilayah pesisir dan laut
wilayah ruang hidup mereka. Apabila masyarakat setuju, maka pasca sosialisasi sudah bisa dibahas mengenai kebutuhan-kebutuhan pelaksanaan pemetaan partisipatif termasuk menyusun anggaran untuk pelaksanaan pemetaan partisipatif. Atau kalau tidak memungkinkan maka pembahasan kebutuhan pemetaan dapat dilakukan pada pertemuan lanjutan
b) Pertemuan PerencanaanHal-hal yang diagendakan untuk dibahas pada pertemuan lanjutan atau biasa disebut Pertemuan Perencanaan Pemetaan Partisipatif, antara lain:(1) Pembentukan panitia atau kelompok kerja (jika belum
terbentuk)(2) Tujuan pemetaan (pasca peta tersebut dibuat)(3) Jenis peta yang dibutuhkan sesuai tujuan(4) Penyusunan anggaran pelaksanaan pemetaan (5) Kontribusi masyarakat, termasuk warga yang akan terlibat
langsung (berapa orang, ada orang tua atau yang dianggap paling paham mengenai kondisi keruangan wilayah laut, kaum muda, kaum perempuan, logistik)
(6) Jadwal pelaksanaan. Dianjurkan membuat kalender musim sebagai acuan penetapan jadwal.
(7) Lokasi Pemetaan (unit : dusun, kampung, desa, kecamatan, wilayah Adat/Lokal)
2. Syarat Pemetaan
a) Pembentukan Panitia atau Kelompok Kerja Kampung/DesaPrinsip pemetaan partisipatif adalah masyarakat menjadi
pelaku utama. Implementasi prinsip ini sudah dimulai dengan membentuk sebuah Panitia atau Kelompok Kerja Penyelengara Pemetaan yang beranggotakan warga kampung/desa setempat. Panitia ini akan bertanggung jawab mengatur hal-hal yang bersifat mendukung proses pemetaan. Misalnya, jadwal pelaksanaan, tempat pertemuan, masyarakat yang akan turut secara aktif, komunikasi dengan pihak desa/kampung tetangga, dukungan logistik, dan lain-lain.
Anggota panitia/kelompok kerja sebaiknya dipilih dari warga yang siap sedia memberi waktu dan tenaga untuk kampungnya atau desanya. Mereka bisa dari perangkat pemerintah, dewan Adat/Lokal, kaum muda, kaum perempuan dan petani/ nelayan.
Persiapan Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif11
b) Surat Pengajuan Fasilitasi Pemetaan PartisipatifSalah satu syarat Pemetaan Partisipatif adalah Surat
Pengajuan Pemetaan (lihat lampiran) dari Panitia/Kelompok Kerja atas nama masyarakat yang diketahui oleh Kepala Desa atau Ketua Adat/Lokal kalau yang mengajukan adalah Masyarakat Adat/Lokal. Surat ini ditujukan kepada organisasi/lembaga pelaksana pemetaan (mis. SLPP) atau bisa juga langsung kepada fasilitator perseorangan yang independen.
Prasyarat ini penting karena merupakan pernyataan kemauan dan kebutuhan masyarakat terhadap pemetaan wilayah mereka. Surat ini juga menerangkan cakupan swadaya masyarakat dalam proses pemetaan.
Selain itu, surat pengajuan ini dapat dijadikan pegangan sekaligus pengingat bagi organisasi/lembaga atau fasilitator yang mendampingi pelaksanaan pemetaan bahwa mereka hanya sebagai fasilitator atau pendamping dalam pelaksanaan pemetaan ini.
c) Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Pemetaan
Kepala Kampung/Desa atau Ketua Masyarakat Adat/Lokal atau diwakili Panitia dianjurkan menyampaikan surat pemberitahuan kepada pejabat administrasi pemerintahan, seperti Camat atau Kepala Badan Pertanahan (BPN) setempat mengenai rencana penyelenggaraan pemetaan.
Surat pemberitahuan ini akan sangat bermanfaat sebagai inisiatif membangun hubungan kemitraan dengan pihak pemerintah kabupaten terutama dinas/instansi yang memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) terkait status tanah dan administrasi wilayah.
Contoh surat yang dibutuhkan sebagai syarat administratif dalam melakukan pemetaan partisipatif di wilayah pesisir dan laut dapat dilihat pada lampiran.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil12
KelengkapanPemetaan
BAB III
13Kelengkapan Pemetaan
1. Tim Kerja
Untuk mendukung penyelenggaran Pemetaan Partisipatif dibutuhkan dua tim, yakni Panitia atau Kelompok Kerja Kampung dan Tim Pendukung/Fasilitator. Kedua tim ini memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing sesuai kesepakatan bersama. Berikut adalah penjelasan rinci kedua tim kerja dimaksud.
a) Panitia/Kelompok Kerja Kampung/Desa(1) Dipilih dari dan oleh warga desa melalui musyawarah. (2) Terdiri dari berbagai unsur, seperti pemerintah desa,
dewan Adat/Lokal, generasi muda, perempuan, petani, nelayan, dan sebagainya.
(3) Bersifat sukarela atau memiliki kecintaan terhadap kampung/desa sendiri.
(4) Berfungsi sebagai pelaksana Pemetaan Partisipatif.(5) Berwenang dan bertanggungjawab mengatur hal-hal
berikut:
- Koordinasi/komunikasi dengan para pemangku kepentingan, termasuk kampung tetangga.
- Komunikasi dan informasi internal masyarakat kampung (humas).
- Jadwal pelaksanaan dan agenda pemetaan,- Tempat-tempat pertemuan warga dan ruang kerja
untuk pengolahan data survey.- Konsumsi selama kegiatan di kampung.- Akomodasi tim fasilitator selama di kampung.
b) Tim Pendukung (Fasilitator/Organisasi)Khusus untuk pemetaan wilayah pesisir dan laut, komposisi tim pendukung disesuaikan dengan tema peta yang akan dibuat dan informasi yang dibutuhkan serta alat yang tersedia. Berikut adalah komposisi ideal tim pendukung pemetaan partisipatif wilayah pesisir dan laut.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil14
(1) Fasilitator proses pemetaan partisipatif, sebaiknya dua orang, termasuk satu orang yang memiliki pengetahuan mengenai alat dan pengoperasiannya (khususnya GPS Marine), dan yang memiliki kemampuan untuk menjelaskan metodologi pengumpulan data sosial dan analisa sosial untuk pemetaan sosial.
(2) GIS Spesialis (Jika fasilitator proses pemetaan partisipatif di atas memiliki kecakapan dalam GIS maka pekerjaan ini bisa dirangkap).
(3) Surveyor, yang memiliki kemampuan menyelam, memiliki sertifikat ataupun penyelam alami (disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan alat survey). Jika survey data menggunakan GPS Marine dengan fasilitas lengkap yang juga didukung dengan ActionCam (mis. GoPro), maka surveyor bisa direkrut dari masyarakat yang dilatih dan dibimbing oleh fasilitator. Tetapi jika survey dilakukan secara manual dengan tekhnik transek atau manta tow wilayah ekosistem terumbu karang, maka diperlukan satu orang surveyor yang paham mengenai ekosistem terumbu karang. Demikian pula jika perlu mengidentifikasi secara rinci ekosistem lamun dan mangrove dengan menggunakan tehnik transek tutupan atau kanopi, maka dibutuhkan masing-masing surveyor yang paham tentang ekosistem lamun dan mangrove.
(4) Pencatat proses. Kebutuhan rekaman proses biasanya pada saat musyawarah kampung dan tahapan pelatihan. Tugas ini bisa dilakukan oleh 1 orang yang sudah cukup terampil dalam hal pencatatan proses.
c) Masyarakat Peserta PelatihanSelama proses pelatihan, fasilitator wajib memberi banyak kesempatan kepada partisipan dari masyarakat untuk belajar cepat terutama dalam praktek menggunakan alat (GPS, Kompas, dan lain-lain) dan cara mengumpulkan data/
15Kelengkapan Pemetaan
informasi yang dibutuhkan. Masyarakat peserta pelatihan ini akan menjadi bagian dari tim pemetaan bahkan diharapkan bisa menjadi fasilitator proses pemetaan partisipatif yang baru.
2. Bahan/Alat
a) Form Data SurveySiapkanlah form data survey (lihat lampiran) sebelum melakukan survey. Form survey untuk wilayah laut bisa dicetak atau ditulis di plastik sheet yang tahan air atau bisa juga di kertas biasa (HVS) tapi selalu tersedia map plastik guna mencegah atau mengurangi risiko basah terkena air laut atau hujan. Gunakanlah pens i l 2HB untuk mengisi/menulis pada form data survey (plastik sheet atau pun kertas HVS).
b) Perahu bermotor(1) Kapasitas muatan minimal untuk l ima orang.
Disarankan yang memakai atap permanen atau darurat (terpal) untuk melindungi panas atau hujan.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil16
(2) Mesin dalam 16 PK atau mesin tempel 15 PK.(3) Jaket pelampung(4) Dayung (minimal tiga buah(5) Jangkar/sauh(6) BBM cadangan(7) Alat standar mesin (tang, obeng, dan lain-lain)(8) P3K
Catatan : Perahu dan kelengkapan pendukung sudah disiapkan minimal 1 jam sebelum waktu survey.
c) GPS MarineGPS Marine adalah sebuah alat yang khusus digunakan untuk mendeteksi keadaan bawah laut laut. Secara umum, alat ini biasa digunakan oleh nelayan untuk mendeteksi posisi ikan (fish finder).
Pada pemetaan wilayah laut, GPS Marine dapat membantu selain menentukan titik koordinat, juga mendeteksi jarak kedalaman, kontur dasar laut, suhu, sebaran ikan. GPS Marine telah diproduksi oleh sejumlah perusahaan dengan
17Kelengkapan Pemetaan
berbagai merk dan tipe. Contoh yang digunakan pada modul ini adalah GPS Marine merk Garmin tipe GPSMap 585, seperti pada gambar berikut.
Untuk mendeteksi keadaan bawah laut, GPS Marine dilengkapi dengan sistem sonar yang dipancarkan melalui antena. Sedangkan pengoperasian GPS Marine dibantu dengan batere accu.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil18
d) Power Bank/ Baterai (12 Volt - 32 Volt)Batere bisa berukuran kecil seperti yang biasa digunakan di sepeda motor. Yang penting kapasitas tenaga (power) cukup, minimal 12 volt dan maksimal 32 volt.
e) ActionCam/kamera action Kamera ini memiliki kemampuan daya rekam video dapat pergunakan di bawah laut untuk penggunaan di bawah laut, kamera yang dilengkapi dengan casing kedap air. Sedangkan untuk menyimpan data, dianjurkan menggunakan kartu memori ekstrim (biasanya tertulis di kemasan kartu).
Contoh beberapa kamera action :
f) Alat pendukung lain:
(1) Kompas(2) Alat komunikasi (Telepon genggam dan atau Handy
Talky)
19Kelengkapan Pemetaan
Untuk hasil terbaik, disarankan untuk menggunakankamera under water (bawah air)
jenis G10 - G15
(3) Peralatan Scuba (tabung, regulator, BCD)(4) Peralatan Snorkeling (masker, snorkeler dan fins)(5) Papan manta tow(6) Kamera(7) Teropong/ binokuler(8) Meter rol 50 cm atau 100 cm(9) Peta Sketsa(10) Tali
g) Alat Tulis :
(1) Kertas flipchart (plano)(2) Map plastik(3) Papan klip (gunakan yang berbahan dasar plastik)(4) Mistar lingkaran (360 derajat)(5) Mistar besi 50 cm atau 100 cm(6) Mistar plastik 30 cm(7) Kertas kalkir polos/ transparan(8) Kertas milimeter kalkir(9) Milimeter block(10) Stabilo/ spidol warna(11) Alat tulis (standar)(12) Indetifkasi Kartu Karang dan Ikan (biota laut) (13) SLATE
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil20
MetodePengambilan Data
BAB IV
Metode Pengambilan Data21
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
1. Inventarisasi Data Sosial
Pengambilan data sosial sebaiknya dilakukan terlebih dahulu daripada pengambilan data spasial/fisik. Setelah pengambilan data spasial/fisik selesai, bisa dilakukan verifikasi lagi dari wawancara sosial sesuai kebutuhan. Berdasarkan rapat kampung/desa, maka sudah diidentifikasi wilayah-wilayah yang akan dipetakan beserta warga yang menjadi penghuni/ pengelola wilayah yang akan dipetakan. Identifikasi suku-suku atau marga-marga yang menghuni dan/atau mengelola wilayah yang akan dipetakan harus dilakukan pada saat rapat kampung. Setelah itu, dilakukan penyusunan pertanyaan kunci, bisa berdasarkan kebutuhan masing-masing lokasi. Metode pengambilan data sosial dilakukan dengan empat cara:
- Studi Pustaka - Wawancara individu (sebaiknya dilakukan oleh 2 orang)- Wawancara kelompok (sebaiknya dilakukan oleh 2 orang)- Pengamatan (melihat, mendengar)
Sebagai standar pemetaan sosial, ada beberapa pertanyaan kunci yang diajukan pada masing-masing suku/marga/kesatuan masyarakat lokal yang memiliki kesepakatan/aturan yang sama tentang pengelolaan pesisir laut:
- Nama dan umur, dari suku/marga mana, jabatan (jika ada) responden, tinggal di dusun, desa, kecamatan mana.
- Apakah pekerjaan ibu/bapak? (jawaban bisa lebih dari satu)- Apakah pekerjaan ini dilakukan sendiri atau bersama
keluarga. (silakan menyebutkan anggota keluarga yang ikut dalam pekerjaan ini, atau dalam kelompok berapa orang, terdiri dari siapa saja)
- Apakah pekerjaan itu dilakukan sepanjang tahun atau ada pada musim-musim tertentu. Jelaskan.
- Apakah pekerjaan itu memiliki wilayah tertentu (permanen, seperti budidaya rumput laut, mutiara, tambak, garam, dan lain-lain) atau berpindah (mencari ikan) sampai di mana wilayah jelajahnya? Untuk responden perempuan,
22
ditanyakan wilayah kerjanya, apakah titik tertentu di sekitar teluk/pantai atau mangrove (biasanya untuk pekerjaan mengambil ikan saat surut atau mengumpulkan kepiting/udang di mangrove)
- Bagaimana pengaturan wilayah kerja dengan warga lain (dari suku/marga yang sama dan berbeda, dari masyarakat lokal dengan keberagaman suku).
- Jika ada konflik, siapa yang akan dimintai tolong untuk menjadi penengah. atau adakah prosedur Adat/Lokal/lokal yang harus dijalankan?
- Apakah ada prosedur pengaturan pembagian wilayah kerja/kelola untuk pekerjaan tertentu yang sama (budidaya rumput laut/menangkap ikan/tambak garam, dan lain-lain?
- Siapa yang melakukan seluruh pengaturan di wilayah pesisir/laut? Jika tidak ada, apakah ada kesepakatan atau ketentuan umum yang dipatuhi bersama? (mis. tidak boleh alat tertentu, tidak melaut hari tertentu, tidak melaut musim tertentu, tidak menangkap ukuran tertentu, tidak menangkap jenis tertentu pada musim tertentu, dll. Gali sebanyak-banyaknya). Adakah sanksi untuk pelanggaran aturan?
- Bagaimana cara mendapatkan air bersih untuk keluarga? Apakah mata air/sumur dimiliki tiap keluarga? Jika digunakan bersama, bagaimana pengelolaannya? Di mana letaknya, di pesisir/pulau yang sama dengan warga tinggal atau di pulau lain? Apakah ada aturan-aturan untuk pemanfaatan air dari mata air/sumur bersama? Siapa yang melakukan pengaturan? Adakah sanksi jika dilanggar?
- Apakah ada lembaga/individu yang terlibat dalam perekonomian masyarakat? Misalnya. koperasi/palele/ pengumpul/juragan/tokeh/kelompok arisan?
- Apakah lembaga/individu ini berperan pada pengelolaan wilayah kerja masyarakat? Jelaskan.
- Apakah ada suku/marga pemilik lahan termasuk laut yang dominan? Jika ya jelaskan.
- Bagaimana pengaturan untuk suku-suku pendatang, atau marga yang lebih kecil?
- Bagaimana masyarakat menggunakan energi untuk
Metode Pengambilan Data23
penerangan, memasak, transportasi? Apa saja sumber energinya?
- Bagaimana sumber energi didistribusikan/didapat oleh masyarakat? Apakah ada pengelolaan untuk sumber energi tertentu? Misal, kayu bakar?
- Bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan pangannya? Apakah ketergantungan pengiriman bahan pangan dari luar masih tinggi? Jelaskan. (misal, mayoritas makan beras dan jagung, apakah masih didatangkan dari luar atau sudah bisa memenuhi kebutuhan sendiri).
- Apakah protein utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat? Ikan/daging sapi babi kambing/ayam? Jika ikan, apakah setiap keluarga bisa memenuhi kebutuhannya sendiri atau harus membeli dari orang lain?
- Apakah ada pengelolaan wilayah antar pulau atau antar suku? Jika ya jelaskan.
- Apakah ada kesepakatan lokal untuk pengelolaan wilayah pesisir laut? Jika ya jelaskan (mis. ada peraturan Adat/Lokal/desa, atau kesepakatan tidak tertulis)
- Tolong gambarkan wilayah kelola di pesisir laut dalam sketsa, wilayah dan peruntukannya termasuk wilayah-wilayah terlarang/keramat/sumber air/situs sejarah.
2. Metode pengamatan ekosistem terumbu karang
Survey ekosistem terumbu karang dapat menggunakan metode manta tow biasa atau metode transek video, disesuaikan dengan kemampuan masyarakat akan peralatan. Ada baiknya dilakukan pelatihan khusus mengenai pengamatan terumbu karang.
Manta tow adalah metode pengamatan ekosistem terumbu karang yang cepat dan mampu meliput area yang luas. Pengamatan dilakukan oleh penyelam permukaan (snorkeler) ditarik oleh perahu motor dengan tali. Papan manta berfungsi sebagai tempat berpegangan snorkeler ketika ditarik oleh perahu, dan juga tempat mencatat hasil pengamatan di lokasi.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil24
Metode pengumpulan data menggunakan Manta Towmembutuhkan kerjasama tim antara operator manta tow,
enjiner perahu dan pencatat waktu (Herdiana, 2007)
Snorkeler/observer ditarik oleh perahu dengan kecepatan konstan dan pengamatan dilakukan dalam durasi yang disepakati atau ditentukan, misalnya selama dua menit.
Selama ditarik oleh perahu, observer akan mengamati dan memperkirakan tutupan terumbu karang, serta tanda-tanda dari gangguan terhadap terumbu karang, seperti bleaching, COT, maupun bekas bom.
Setiap akhir durasi towing (penarikan oleh perahu), observer mencatat hasil pengamatannya. Surveyor lain yang berada di atas perahu, bertugas mencatat lokasi GPS di titik awal towing (penarikan). .
Manta tow ini dilakukan dalam jarak 5-10 meter dari reef-crest, tergantung dengan jarak pandang dalam air laut, ditarik dengan arah sejajar garis pantai, mengelilingi pulau.
25Metode Pengambilan Data
Indikatorkategori kerapatan
terumbu karangsecara visual
persen penutupan karangmenggunakan
manta tow
(Dahl, 1981 dalam Sukmara et al., 2001)
Metode transek video dilakukan dengan cara sama dengan metode manta tow, hanya saja pengamatan direkam dengan kamera video bawah air.
Data yang bisa didapatkan adalah tutupan terumbu karang dan juga ikan yang ditemui.
Observer akan melakukan tuck-dive, dan merekam video di bawah air selama periode yang ditentukan di kedalaman yang ditentukan pula. Identifikasi akan dilakukan melalui proses preview/ menonton hasil video tersebut di darat.
Penggunaan camera action sebaiknya dilakukan oleh operator berpengalaman yang sudah menguasai penggunaan kamera dibawah kondisi arus air laut. Jarak kamera dengan karang sangat menentukan kualitas gambar yang dihasilkan.
Berdasarkan pengalaman pengamatan terumbu karang, harus di coba dengan dua metode yaitu:
a. Orang menyelam menggunakan camera actionb. Orang menyelam dengan mencatat
3. Pengamatan/observasi visual
Metode ini bertujuan mengidentifikasi jenis ikan maupun terumbu karang dan berbagai jenis biota laut yang terdapat di suatu kawasan pesisir.
Metode ini bisa dilakukan dengan menggunakan alat snorkeling atau selam (scuba) yang dibantu dengan kamera bawah laut (bisa juga kamera action/ actioncam) untuk merekam situasi yang ingin diidentifkasi.
Selain kamera, dibutuhkan juga GPS untuk mendeteksi titik koordinat/posisi lokasi yang dipantau agar dapat dicantumkan di peta.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil26
Hasil rekaman baik berupa foto maupun video disimpan di komputer untuk memudahkan tampilan saat akan melakukan identifikasi jenis terumbu karang, jenis ikan dan biota laut lainnya.
Hasil identifikasi dimasukkan ke form data (excell) untuk kemudian dimuat di peta jika diperlukan. Simbol jenis ikan, terumbu karang atau biota lainnya dapat disepakati bersama, tetapi dianjurkan menggunakan simbol yang mudah dimengerti.
4. Survey Mangrove
Pemantauan dan identifikasi mangrove dapat dilakukan dengan teknik transek kuadrat dan transek garis. Untuk tingkat survey partisipatif, transek garis merupakan metode yang paling efektif dan mudah dilakukan.
27Metode Pengambilan Data
Hasil rekaman akan sangat bermanfaat jika dibuat berbentuk film dokumenter,
sehingga data yang dikumpulkan dapat tersaji sebagai
sebuah cerita kehidupan bawah laut. Film dokumenter ini bisa juga digunakan
sebagai alat/media komunikasi, negosiasi atau kampanye.
10 m 10 m
Transek garis (strip sampling)dilakukan dengan cara membuat garis
dengan bantuan tali sepanjang 100 m atau 500 m.
kemudian dilakukan
Transek kuadrat pada pengamatan mangrove dibuat dengan menggunakan tali rapia atau lainnya dengan ukuran 10x10 meter.
Lalu catat jenis pohon dan jumlahnya di dalam transek kuadrat tersebut.
Gambarkan pula pola tutupan mangrove tersebut di kertas gambar, untuk mendapatkan estimasi persentase penutupan. Catat pula ketinggian pasang dan surut di lokasi tersebut.
Pencatatan ditujukan untuk melihat jenis dan jumlah pohon bakau yang ada. sementara bila ditemukan anakan, cukup catat jumlahnya. penghitungan diameter pohon dilakukan pada 3 pohon terbesar, dan 3 pohon terkecil. hitung juga diameter tutupan tajuknya dengan cara menarik tali mulai dari batang pohon sampai titik terluar tajuk sehingga dapat dibuat profil visualnya.
5. Survey Lamun
Pengamatan ekosistem lamun dilakukan dengan metode transek kuadrat. Luasan transek kuadrat ini adalah 1x1 meter. Transek dibuat dari pipa paralon, dan dirangkai menjadi transek kuadrat berukuran 1x1 meter tersebut.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil28
Banyaknya transek kuadrat yang diperlukan tergantung dari luasan mangrove secara umum di tempat itu, ditentukan dengan prinsip keterwakilan dari pantai/batas perairan sampai vegetasi darat dengan selang per 10 meter.
Catat dan gambar tutupan lamun pada transek kuadrat, jenis dan jumlah individu/rumpun lamun dari setiap jenis. Jumlah dan lokasi transek kuadrat ini tergantung dari luasan lamun secara umum dan menganut prinsip keterwakilan, yang dimulai dari pantai saat lamun ditemukan sampai tubir atau batas terakhir lamun ditemukan dengan selang per 10 meter.
Pada survey lamun di kedalaman di atas 1 meter, diperlukan juga kamera bawah laut guna mengidentifikasi kalau ada tanda-tanda bekas makan Dugong atau ikan dan biota lain di sekitar transek. Tim dilengkapi buku panduan lapang pengenal jenis biota untuk mempermudah mengidentifikasi biota yang ditemui.
6. Survey Garis Pantai
Pada pemetaan wilayah pesisir dibutuhkan juga survey garis pantai. Kegiatan ini bertujuan untuk mengukur panjang garis pantai dan mengambil titik koordinat lokasi-lokasi penting seperti mangrove, tanjung, tebing, teluk, muara sungai, delta, kolam/telaga payau, pantai berpasir, dan lain-lain.
Keadaan pantai yang perlu juga diidentifikasi adalah keragaman tumbuhan pantai dan lokasi habitat satwa tertentu, termasuk tempat pendaratan penyu saat bertelur. Hasil survey garis pantai selain untuk memperkaya informasi peta juga dapat digunakan sebagai data kajian perubahan iklim.
Hal lain yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan pemetaan partisipatif pesisir dan laut ini adalah :
a. Logistik- Makanan- Air minum- Obat-obatan (P3K) sesuai kebutuhan- Senter- Topi
29Metode Pengambilan Data
- Baju lengan panjang- Kacamata hitam/pelindung mata dari sinar matahari- Baju cadangan- Sepatu / sandal karet
b. Memperhatikan Jadwal Penyelenggaraan PemetaanJadwal penyelenggaraan pemetaan disusun oleh Panitia Kampung didampingi atau difasilitasi oleh tim organisasi pendamping.
Jadwal ini sebaiknya disesuaikan dengan Kalender Musim Pada saat fasilitasi desa (pelatihan) mungkin selain sketsa desa ada baiknya di buat kalender musim saat ini dan 10-20 tahun lalu.
Sebagai perbandingan kondisi eksisting dan 10-20 tahun lalu. Kalender musim 10-20 tahun lalu juga bisa di buatkan sketsa, jadi terlihat secara visual perbedaannya. Kampung atau wilayah yang akan dipetakan. Hal ini dapat digunakan untuk menghindari cuaca buruk seperti hujan, badai, dan sebagainya.
Tetapi yang paling penting adalah pengamatan terhadap cuaca karena dewasa ini musim yang dikenal masyarakat terkadang tidaklah tepat benar akibat perubahan iklim.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil30
Ada baiknya tim surveydipimpin oleh koordinator timyang mengerti prosedur keselamatandan penanganan resiko bencanaseperti adanya biota berbahayapasang surut cuaca, penggunaanalat suvey dengan baik dan benarmengamati tanda-tanda bahayadi sekitar lokasi survey, lumpur dalam, lubang, akar
Lengkapi tim dengan alatkeselamatan memadai
Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif
BAB V
Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif31
1. Pelatihan
Pelatihan ini dimaksudkan untuk memberi informasi kepada tim pemetaan masyarakat dan peserta pemula dari organisasi lain (kalau ada) sebagai pembekalan awal menuju proses pemetaan.
1.1. Materi PelatihanMateri pelatihan meliputi:- Pengantar tentang Pemetaan Partisipatif (Pengertian peta
dan Pemetaan Partisipatif, Ciri-ciri Pemetaan Partisipatif, Sejarah Pemetaan Partisipatif, jenis peta, dan lain-lain)
- Dasar-dasar kartografi (koordinat peta, skala, simbol, dan lain-lain)
- Teknik pengumpulan Data sosial ekonomi- Pembuatan peta sketsa- Pengenalan alat (pemahaman, pengoperasian, dan lain-
lain)- Praktek survey- Praktek pengolahan data (penyimpanan data,
analisis/kajian/ identifikasi, menggambar peta)- Menyusun rencana dan jadwal survey
1.2. Durasi waktuWaktu yang dibutuhkan untuk pelatihan diperkirakan antara 3 – 4 hari.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil32
Dengan mengikuti pelatihanpemetaan pesisir dan laut,peserta diharapkan mampu memahami prinsip-prinsip dalam pekerjaan survey dan pemetaan, serta memiliki kompetensi dalam teknik pemetaan, pemrosesan data penggambaran, dan penyajian serta pelaporan data dengan teknik digital
Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif33
1.3. Bahan/alatBahan/alat yang dibutuhkan pada pelatihan adalah sebagai berikut:- GPS Marine- GPS Navigasi- Kamera Actions (GoPro, SJ, dan lain-lain)- Kompas- Baterei/Power Bank 12 – 32 Vol.- Kamera- Laptop- LCD Proyektor- ATK (standar pelatihan)
2. Pengumpulan informasi awal
Sebelum survey lapangan dilaksanakan, ada beberapa hal pendukung yang harus dilakukan seperti pengumpulan beberapa informasi awal yang akan sangat diperlukan untuk menentukan lokasi dan rute survey. Pengumpulan informasi awal dapat dilakukan dalam bentuk diskusi, wawancara dan studi pustaka.
Sebagai contoh, peta sketsa yang sudah dibuat pada saat pelatihan didiskusikan atau diperbaiki lagi dengan mengundang lebih banyak masyarakat terutama nelayan.
Peta sketsa dibuat bersama-samauntuk memperoleh informasi awal
tentang hal yang bisa diambildalam pelaksanaan survey
serta menjadi acuan bagi tim surveyterkait efektifitas dan efisiensi
pengambilan data.
Hal ini perlu dilakukan agar memperoleh informasi yang lebih akurat dan lengkap. Peta sketsa ini akan sangat berguna sebagai alat pandu pada saat melakukan survey.
Informasikan yang dikumpulkan diolah dalam bentuk berikut:- Data Sekunder - Peta Sketsa (final)- Kalender Musim- Waktu/jam paling tepat untuk survey- Daftar jenis terumbu karang.- Daftar jenis ikan- Daftar jenis biota lain (kepiting, kerang, teripang, dan lain-
lain)
3. Survey/Pengambilan Data
3.1. Pengambilan data sosial ekonomi Mbk
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil34
Data Sosial Ekonomi merupakan salah satu data penunjanguntuk memperoleh rona awal tentang kondisi sosial ekonomi masyarakatdari lokasi tempat dilakukan pemetaan partisipatif
3.2. Survey Menggunakan GPS Marine 3.2.1. Tim Survey
Tim survey dengan GPS Marine terdiri dari 4 atau 5 personil, yakni:- Operator GPS- Pencatat data- Pemandu lokasi- Enjiner / Pengemudi perahu- Pembantu Umum
Catatan: Disarankan anggota tim sudah terbiasa di laut atau tidak mudah mabuk laut.
3.2.2. Bahan/Alat- Peta Sketsa- GPS Marine (1 set)- Baterei accu 12 – 32 Vol (ditambah 1 cadangan)- Papan klip- Map plastik- Form Data Lapangan (lihat lampiran)- Perahu + motor tempel 15 PK.- Bahan / Alat pendukung lainnya yang dibutuhkan.
3.2.3. Tehnik pengambilan data- Briefing tim (terutama dengan Enginer/driver)
sebelum berangkat.- Tempelkan GPS dengan baut diatas sepotong papan
sebagai dudukan agar dapat diletakkan dengan baik dan seimbang di dalam perahu
- Ikatkan antene pada sepotong kayu yang sesuai lobang pada kepala antene. Pastikan kabel koneksi antene GPS dalam kondisi baik.
- Siapkan baterei accu 12 – 32 volt dalam kondisi baik dan power 100% (penuh), termasuk baterei cadangan. Pastikan kabel koneksi GPS dan baterei accu yang dilengkapi penjepit juga dalam kondisi baik.
- Pastikan memory card terpasang di GPS Marine.
Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif35
- Pastikan komponen rangkaian GPS terpasang (antena, sonar, baterei)
- Te k a n t o m b o l O N / O F F a g a k l a m a u n t u k mengaktifkan GPS; tunggu koneksi signal dan satelit, serta data koordinat muncul di layar monitor GPS.
- Tekan tombol <┘ (Mark) untuk mengambil titik koordinat. Catat semua informasi yang dibutuhkan pada form data lapangan, termasuk informasi yang tidak tercantum pada layar monitor GPS Marine.
- Tekan tombol OK untuk menyimpan data
Jalur survey menggunakan transek tertutup (bentuk poligon):- Pilih menu dengan cara menekan tombol menu 2
hingga muncul menu utama pada layar.- Pilih halaman yang terdapat informasi kedalaman,
suhu, dan jarak.- Pilih jarak, kemudian tentukan interval jarak yang
dibutuhkan (mis. 50 m)- Pilih tombol simpan dan tekan OK.
Survey dengan menggunakan transek jaringan:- Aktifkan GPS dari titik awal- Aktifkan auto-save per jarak 50 meter- Tekan ENTER sekali untuk mengambil titik koordinat
informasi yang dinilai penting seperti rumah ikan, karang, kumpulan ikan, biota lainnya. Lalu tekan ENTER agak lama untuk menyimpan informasi tersebut.
- Periksa kembali informasi yang sudah disimpan dan catat pada form data.
- Catat tanda–tanda alam/baringan atau arah panduan lokasi (misalnya: tanjung, bukit, pohon, dll)
Pada setiap survey, catat juga pada form data lapangan beberapa informasi lain yang tidak terdeteksi secara digital GPS, seperti:
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil36
- Kerapatan ikan (banyak, sedang, kurang)- Ukuran ikan (besar, kecil)- Jenis ikan (pelagis, dasar dermasal)- Posisi ikan (kedalaman berapa)- Keadaan dasar lokasi (terumbu, berpasir)
Jalur yang akan disurvey tergantung pada tujuan yang diharapkan. Misalnya, jika tujuan adalah untuk memperkuat informasi wilayah pesisir laut masyarakat maka dianjurkan menggunakan transek jaringan. Jika tujuannya juga mencakup luasan lokasi maka digunakan transek tertutup (lingkaran / poligon).
3.2.4. Durasi waktuDurasi waktu yang diperlukan pada survey ini berkisar 3 – 5 Di bagian atas tulisannya 3-4 hari, tergantung pada luasan dan jumlah lokasi yang akan disurvey serta cuaca di laut.
3.3. Survey Pengamatan Fisik/Observasi Visual3.3.1. Tim Survey
Tim survey pengamatan visual terdiri dari 3 atau 4 personil, yakni:- Operator GPS- Pengamat/Observer (snorkeling atau diving)- Pemandu lokasi- Enjiner/ Operator perahu (bisa merangkap sebagai
Pemandu lokasi)
3.3.2. Bahan/Alat- Peta Sketsa- GPS biasa- Perlengkapan snorkeling (masker, snorkel, fins) atau
diving- Kamera bawah laut (GoPro, Go 10-15)- Jaket pelampung (life jacket)- Papan klip berbahan plastik
Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif37
- Form Data Lapangan (lihat lampiran)- Bahan/Alat pendukung lain sesuai kebutuhan.
3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data- Tim langsung menuju lokasi survey (gunakan peta
sketsa) setelah melakukan briefing tim, terutama dengan enjiner dan operator
- Hidupkan GPS pada saat berangkat atau sebelum tiba di lokasi yang akan disurvey.
- Simpan titik koordinat setiap lokasi survey, berikan catatan sesuai keadaan.
- Pengamat/observer melakukan snorkeling atau diving sambil merekam (foto dan video) situasi bawah laut lokasi survey.
- Enjiner menjalankan perahu secara perlahan mengikuti pengamat/observer.
- Operator GPS menyimpan titik koordinat setiap perkiraan 50 meter atau pada lokasi yang dianggap penting/perlu.
Apabila menggunakan kamera GoPro (diganti action cam):- Pastikan menggunakan memory Card Ekstrim atau Ekstrim
Pro (minimal 16 atau 32 GB)- Pastikan baterei terisi penuh, termasuk baterei cadangan.- Pastikan casing kamera action/ actioncam dalam keadaan
tertutup rapat/tidak masuk air.- Rangkailah setingan kamera action/ action cam sesuai
instalasi.- Aktifkan kamera di lokasi pengambilan data dengan
menekan tombol ON/OFF agak lama- Pilih menu “video” atau Foto”- Tekan tombol ENTER (video atau foto) untuk pengambilan
gambar/rekaman.- Tekan tombol ENTER untuk mengakhiri pengambilan
gambar video.- Matikan kamera pada saat tidak digunakan.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil38
3.3.4. Durasi WaktuDurasi waktu yang diperlukan pada survey ini tergantung pada luasan dan jumlah lokasi yang akan disurvey serta cuaca di laut.
3.4. Survey Mangrove3.4.1. Tim Survey
Tim survey mangrove terdiri dari 3 atau 4 personil, yakni:- Pemandu lokasi- Operator GPS/Pemegang Kompas- Pencatat (bisa bertugas sebagai Operator
GPS/Pemegang Kompas)- Pemegang meter/tali (50 cm)
3.4.2. Bahan/Alat- GPS- Kompas
Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif39
Pastikan untuk menandai tiap titikpengambilan data
Lihat kembali jalur pengamatan dan pengambilan data
yang sudah dilakukan
- Meteran atau tali sepanjang 50 cm.- Tali Kwadran- Papan klip berbahan plastik- Form Data Lapangan (lihat lampiran)- Buku panduan identifikasi jenis (laminating)- Bahan/Alat pendukung lainnya sesuai kebutuha
(baju lengan panjang, topi lapang, sepatu boat, parang, P3K, alat tulis, teropong)
3.4.3. Persiapan dan Pengumpulan data- Sebelum melakukan pengambilan data lapang. Tim
melakukan briefing untuk mempesiapkan dan pengecekan alat dan bahan yang dipakai, serta pembagian peran.
- Tentukan titik (stasiun) awal survey. Identifikasi dan s impan data koordinat t i t ik awal dengan menggunakan GPS. titik awal ini dijadikan sebagai titik ikat
- Tarik meter atau tali sepanjang 50 cm mulai dari titik awal (01 atau dengan ID lain seperti M1, M2, dan seterusnya).
- Identifikasi dan catat semua informasi keadaan pada sekitaran 25 meter kiri-kanan posisi rentang meter/tali sepanjang 50 cm.
- Seterusnya lakukan lagi pada rentang meter/tali mulai titik nomor 02 atau M2 ke titik 03 atau M3.
Catatan:- Jika lebar lokasi kawasan mangrove lebih dari 70 meter
maka lakukanlah survey dengan transek jaringan.- Jika diperlukan, lakukanlah pengambilan batas luar
kawasan mangrove dengan menggunakan GPS atau Kompas.
3.4.4. Durasi WaktuWaktu yang dibutuhkan pada survey mangrove tergantung pada luasan dan jumlah lokasi kawasan mangrove serta cuaca.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil40
3.5. Survey Lamun3.5.1. Tim Survey
Tim survey lamun terdiri dari 3 atau 4 personil, yakni:- Pemandu lokasi- Operator GPS/Pemegang Kompas- Pencatat (bisa bertugas sebagai Operator
GPS/Pemegang Kompas)- Pemegang meter/tali (50 cm) atau kerangka kanopi.
3.5.2. Bahan/Alat- GPS- Kompas- Meter atau tali sepanjang 50 cm atau kerangka
kanopi 1 atau 2 meter persegi (untuk memperoleh data lebih rinci)
- Transek Kwadran yang terbuat dari pipa paralon 0,5 inch dengan ukuran 1 x 1 M²
- Alat tulis dan Papan klip berbahan plastik- Form Data Lapangan (lihat lampiran)- P3K- Bahan /Alat pendukung lainnya sesuai kebutuhan.
3.5.3. Persiapan dan Pengumpulan data
- Persiapan meliputi briefing tim untuk mengecek kesiapan alat, pembagian peran tiap personil dalam tim.
- Pengambilan data dilakukan pada saat pantai dalam keadaan surut terendah
Transek:- Tentukan titik (stasiun) awal survey. Identifikasi dan
s impan data koordinat t i t ik awal dengan menggunakan GPS.
- Tarik meter atau tali sepanjang 50 m mulai dari titik awal (01 atau dengan ID lain seperti L1, L2, dan seterusnya).
- Identifikasi dan catat semua informasi keadaan pada
Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif41
sekitaran 10 – 10 meter kiri-kanan posisi rentang meter/tali sepanjang 50 m.
- Seterusnya lakukan lagi pada rentang meter/tali mulai titik nomor 02 atau L2 ke titik 03 atau L3.
Catatan: Jika lebar lokasi kawasan lamun lebih dari 70 meter maka lakukanlah survey dengan transek jaringan.
Tutupan:Teknik pemantauan lamun dengan kerangka kanopi biasa dilakukan untuk kawasan lamun kedalaman di bawah 10 – 20 cm pada saat surut terendah.- Tentukan titik (stasiun) awal survey. Identifikasi dan
simpan data koordinat dengan GPS.- Letakkan kerangka kanopi diatas permukaan lokasi
lamun pada titik 01 atau L1.- Identifikasi dan catat semua keadaan di tengah
kerangka kanopi.- Lakukan secara berurutan hingga seluruh areal lokasi
survey teridentifikasi.
3.5.4. Durasi WaktuWaktu yang dibutuhkan pada survey lamun tergantung pada luasan dan jumlah lokasi kawasan lamun serta cuaca.
3.6. Survey Garis Pantai3.6.1. Tim Survey
Tim survey garis pantai terdiri dari 3 atau 4 personil, yakni:- Pemandu lokasi- Operator GPS/Pemegang Kompas- Pencatat (bisa bertugas sebagai Operator
GPS/Pemegang Kompas)- Pemegang meter/tali (50 cm)
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil42
3.6.2. Bahan/Alat- GPS- Kompas- Meter atau tali sepanjang 50 cm.- Papan klip berbahan plastik- Form Data Lapangan yang terlindung, atau dari
bahan plastik (lihat lampiran)- Bahan /Alat pendukung lainnya sesuai kebutuhan.
3.6.3. Tekhnik Pengumpulan data- Tentukan titik (stasiun) awal survey dengan
m e l a k u k a n s u r v e y p e n d a h u l u a n . s u r v e y pendahuluan dilakukan pada saat pasang tertinggi sehingga dapat ditentukan garis pantai.
- Identifikasi dan simpan data koordinat titik awal dengan menggunakan GPS.
- Tarik meter atau tali sepanjang 50 cm mulai dari titik awal (01 atau dengan ID lain seperti P1, P2 dst). Jarak rentang meter/tali disesuaikan dengan belokan atau kelokan garis pantai.
- Identifikasi dan catat semua informasi keadaan pada bagian darat garis pantai atau bagian laut jika terdapat tanda penting. Misalnya: mangrove, batu, dan sebagainya.
- Seterusnya lakukan lagi pada rentang meter/tali mulai titik nomor 02 atau P2 ke titik 03 atau P3.
3.6.4. Durasi WaktuWaktu yang dibutuhkan pada survey garis pantai tergantung pada panjang dan jumlah varian yang diidentifikasi serta cuaca.
Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif43
4. Pengolahan Data
4.1. Entri data ke komputerProses ini untuk memasukan data hasil survey (koordinat GPS) dan data sosial ke dalam komputer untuk diolah melalui perangkat lunak khusus.- Data spasial (peta) digunakan perangkat lunak pengolah
data spasial (Arc GIS, Quantum GIS, dan lain-lain) - Data sosial digunakan perangkat lunak pengolah data
statistik (MS EXCEL, SPSS, dan lain-lain)
4.2. Identifikasi data terumbu karang, jenis dan sebaran ikan serta biota lainnya. (Format Terlampir)
4.3. Analisa data yang sudah teridentifikasi (spasial dan non spasial)
4.4. Menggambar PetaPenggambaran peta dapat dibagi menjadi dua cara yaitu :
- Manual, cara ini menggunakan kertas khusus dengan memasukan data hasil survey dengan perhitungan tertentu untuk digambarkan diatas kertas.
- Digital, cara ini lebih mudah karena sudah ada perangkat lunak khusus untuk menggambar peta dengan data-data yang sudah dimasukkan ke dalam perangkat lunak tersebut.
4.5. Memasukkan data sosial ke Peta (Format Terlampir)
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil44
Keterampilan dasar yang harus dimiliki olehseorang Fasilitator Pemetaan Pesisir dan Laut
1. Kemampuan menggunakan alat navigasi (Kompas, GPS)2. Kemampuan membaca peta3. Kemampuan fasilitasi (PRA, RRA, BLP)4. Kemampuan identifikasi sumber daya perairan5. Kemampuan analisis dan pengolahan data
Pengesahan Peta
BAB VI
Pengesahan Peta45
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
1. Presentasi Draft Peta dan Data Sosial
Peta partisipatif yang sudah dihasilkan masih dalam bentuk Draft Peta. Draft peta ini perlu dipresentasikan kepada masyarakat, tokoh masyarakat, dan parapihak (Kepala Desa, Camat, Bupati) dan yang telah mendukung pelaksanaan pemetaan partisipatif tersebut. Selain itu perwakilan kampung yang bertetangga juga perlu dihadirkan untuk memverifikasi tata batas wilayah.
Dalam presentasi tersebut perlu dijelaskan proses pemetaan partisipatif yang dilakukan, siapa saja sumber informasi dan juga letak tata batas wilayah. Pada presentasi tersebut mintalah masukan kepada seluruh yang hadir informasi yang perlu ditambahkan dalam peta, klarifikasi tata batas wilayah.
Selain Draft Peta, perlu dipresentasikan juga data sosial hasil inventarisasi, sama seperti pada draft peta, mintalah masukan dari peserta data apa saja yang masih kurang atau terlewatkan dalam proses inventarisasi data sosial.
46
Setiap penambahan informasi draft peta maupun data sosial perlu dicatat selengkap mungkin untuk melakukan perbaikan.
2. Perbaikan Peta dan Data Sosial
Draft peta dan data sosial yang sudah dipresentasikan diperbaiki dan dilengkapi sesuai dengan hasil presentasi dan masukan dari peserta.
Setelah selesai seluruh perbaikan, peta dan data sosial dicetak untuk disahkan oleh parapihak. Perlu disiapkan sebelum proses pengesahan tersebut beberapa dokumen seperti:
a. Berita Acara Pengesahan Petab. Berita Acara Penyerahan Peta kepada Masyarakat dan
Parapihakc. Berita Acara Tata Batas
3. Pengesahan dan Penyerahan Peta
Peta akhir dan Data Sosial disahkan oleh parapihak dan masyarakat melalui sebuah pertemuan yang disebut Pertemuan Pengesahan dan Penyerahan Peta. Dalam pertemuan ini sekali lagi perlu diundang masyarakat, tokoh masyarakat, dan parapihak (Kepala Desa, Camat, Bupati) dan yang telah mendukung pelaksanaan pemetaan partisipatif tersebut, juga perwakilan dari kampung yang bertetangga dengan wilayah
Pengesahan Peta47
Setiap pihak berhak memberikan masukanterhadap hasil pemetaan pesisir dan lautyang dilakukan oleh tim, sebagai bentukpenyempurnaan dan kesepakatan bersama
yang dipetakan.
Dalam pertemuan ini ditandatangani :a. Berita Acara Tata Batasb. Berita Acara Pengesahan Petac. Berita Acara Penyerahan Peta kepada Masyarakat dan Para
Pihak (lihat lampiran)
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil48
Dokumentasi visual sebagai pelengkap data dalam petadapat memperkaya kondisi dan potensi sumber daya alam
yang terdapat di daerah pesisir dan laut.
Pustaka49
Azhar, I., H. Tioho, B. Pratasik. FORPELLA Steering committee. 2003. Panduan Pemantauan Wilayah Pesisir oleh FORPELLA (I), dalam Koleksi Dokumen Proyek Pesisir 1997 - 2003. Seri Pemantauan Wilayah Pesisir., M. Knight, S. Tighe (Editor); Coastal Resources Center, University of Rhode Island, Narragansett, Rhode Island, USA.
Herdiana, Y. 2007. Panduan Pelatihan Pengamatan Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Berbasis Masyarakat. Wildlife Conservation Society - Marine Indonesia Program. Bogor.
Sugiarto, D. Siagian, I. Ti Sunaryanto, D. Soetomo. 2001. Tehnik Sampling. Gramedia pustaka utama. Jakarta.
Sukmara, A., A. J. Siahainenia, C. Rotinsulu. 2001. Panduan Pemantauan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat dengan metode Manta Tow. Proyek Pesisir - CRMP Indonesia.
Pustaka
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil50
Lampiran
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
65
69
70
71
Lampiran 1. Contoh Surat Permohonan Pengadaan Data Dasar (Peta Dasar) Kepada BIG
Lampiran 2. Contoh Surat Permohonan Fasilitasi Pemetaan Partisipatif
Lampiran 3. Contoh Lembar Data Informasi Survey Menggunakan metode Manta Tow
Lampiran 4. Contoh Form Isian Pengambilan Data Ekologi Menggunakan metode Manta Tow
Lampiran 5. Contoh Form Isian Pencatatan Visual Ikan Karang
Lampiran 6. Contoh Form Pencatatan Data Mangrove
Lampiran 7. Contoh Form Pencatatan menggunakan Metode Kanopi Mangrove
Lampiran 8. Contoh Form Isian Pencatatan Data Padang Lamun menggunakan Seagrass Watch
Lampiran 9. Contoh Form Isian Pencatatan Data Tepi Lamun
Lampiran 10. Contoh Form Isian Pencatatan Data Spesies Karang (bisa juga dipakai untuk mangrove, lamun dan pesisir
Lampiran 11. Contoh Surat Berita Acara Pengecekan Titik Tata Batas di Lapangan
Lampiran 12. Contoh Surat Berita Acara Kesepakatan Tata Batas
Lampiran 13. Contoh Surat Berita Acara Serah Terima Peta Partisipatif
Lampiran 14. Contoh Surat Pengantar dan Penyerahan Kelayakan bagi Peta Partisipatif untuk diintegrasikan oleh BIG
Lampiran 15. Contoh Peta Partisipatif “Perikanan Tangkap” Desa Ranowangko II, Kec Kombi. Minahasa
Lampiran51
Lampiran 1. Contoh Surat Permohonan Pengadaan Data Dasar (Peta Dasar) Kepada BIG
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil52
Lampiran 2. Contoh Surat Permohonan Fasilitasi Pemetaan Partisipatif
Lampiran53
Lampiran 3. Contoh Lembar Data Informasi Survey Menggunakan metode Manta Tow
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil54
Lampiran 4. Contoh Form Isian Pengambilan Data Ekologi Menggunakan metode Manta Tow
Lampiran55
Lampiran 5. Contoh Form Isian Pencatatan Visual Ikan Karang
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil56
Lampiran 6. Contoh Form Pencatatan Data Mangrove
Lampiran57
Lampiran 7. Contoh Form Pencatatan menggunakan Metode Kanopi Mangrove
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil58
Lampiran 8. Contoh Form Isian Pencatatan Data Padang Lamun
menggunakan Seagrass Watch
Lampiran59
Lampiran 9. Contoh Form Isian Pencatatan Data Tepi Lamun
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil60
Lampiran 10. Contoh Form Isian Pencatatan Data Spesies Karang
Lampiran61
Lampiran 11. Contoh Surat Berita Acara Pengecekan Titik Tata Batas di Lapangan
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil62
Lampiran 11. Lanjutan
Lampiran63
Lampiran 11. Lanjutan
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil64
Lampiran 11. Lanjutan
Lampiran65
Lampiran 12. Contoh Surat Berita Acara Kesepakatan Tata Batas
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil66
Lampiran 12. Lanjutan
Lampiran67
Lampiran 12. Lanjutan
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil68
Lampiran 12. Lanjutan
Lampiran69
Lampiran 13. Contoh Surat Berita Acara Serah Terima Peta Partisipatif
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil70
Lampiran 14. Contoh Surat Pengantar dan Penyerahan
Kelayakan bagi Peta Partisipatif untuk diintegrasikan oleh BIG
Lampiran71
Lampiran 15. Contoh Peta Partisipatif “Perikanan Tangkap” Desa Ranowangko II, Kec Kombi. Minahasa (skala tidak mengikat)
JKPP yang dibentuk pada tahun 1996 dimaksudkan sebagai wadah bersama bagi ORNOP dan OR dalam pencapaian TEGAKNYA KEDAULATAN RAKYAT ATAS RUANG sebagai cita cita bersama. Untuk itu dalam pelaksanaannya dikembangkan Simpul Simpul Belajar Pemetaan Partisipatif diberbagai tempat di Indonesia.
Nilai Nilai Dasar dalam mengembangkan pendekatan pemetaan partisipatif didasarkan pada prinsip: (1)Menjunjung tinggi nilai-nilai HAM; (2) Mengutamakan kepentingan, inisiatif dan keterlibatan masyarakat; (3) Menjunjung tinggi kehidupan bersama yang berkeadilan sosial; (4) Berpihak pada pengelolaan lingkungan yang mempertimbangkan manusia sebagai kesatuan ekosistem dan (5) menempatkan pemetaan sebagai ruang belajar bersama
Tentang JKPP
Contact us :Jl. Cimanuk Blok B7 No. 6 Komp. Bogor Baru Bogor
16152 INDONESIATelp/Fax : +62251 – 8379143
E-mail : seknas@jkpp.org
top related