meningkatkan minat belajar anak dengan menggunakan teknik kolase dari bahan … · yang...
Post on 11-Nov-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI DOI: https://doi.org/10.21009/JPUD.101 DOI: https://doi.org/10.21009/JPUD.101.01
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK KOLASE DARI BAHAN PLASTIK
BEKAS JAJANAN DI TK NEGERI 1 PEMBINA
GUNUNGSITOLI SELATAN T.P. 2014/2015
NATALINA PURBA, MARIANA LAROSA
STP Sibolga, Taman Kanak-kanak Negeri I Pembina Gunungsitoli,
Email: missnataliapurba@gmail.com , mariani_larosa@yahoo.co.id
Abstract: The purpose of this study is to increase children's interest in learning to use traditional
learning collage technique of plastic scrap materials snacks. This study begins October 13, 2014
and ending November 21, 2014, with a research subject as many as 15 children. This study was
conducted in TK Negeri Pembina Gunungsitoli 1 South. Research Model action Deny Setiawan,
where I cycle consists of four components, covering planning, action, observation and reflection.
This study applies two cycles consisting of 10 actions. Analysis of data using qualitative methods.
The results of research studies have occurred from the first cycle, 46.68% of children, including
less well, as much as 26.66%, including 26.66% of criteria as well as very good, while on the
second cycle has been a significant increase that 20% of children included both criteria and 80%
including excellent. Researchers suggest the success of a program requires the role of the
competent institution, Master sole spearhead to make innovations in improving the quality of
education to the students.
Keywords: Interest in Learning Child, Engineering Collage, age 5-6 years
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan minat belajar anak dengan pembelajaran
yang mengggunakan teknik kolase dari bahan plastik bekas jajanan. Penelitian ini dimulai 13
Oktober 2014 dan berakhir 21 November 2014, dengan subjek penelitian sebanyak 15 orang anak.
Penelitian ini diadakan di TK Negeri 1 Pembina Gunungsitoli Selatan.Penelitiandengan Model
tindakan Setiawan Deny, dimana I siklus terdiri dari 4 komponen, meliputi perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Penelitian ini berlaku 2 siklus yang terdiri atas 10 tindakan. Analisis data
menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian telah terjadi penelitian dari siklus I, 46,68% anak
termasuk kurang baik, sebanyak 26,66 % termasuk kriteria baik serta 26,66% sangat baik,
sedangkan pada siklus II telah terjadi peningkatan yang signifikan bahwa 20% anak termasuk
kriteria baik dan 80% termasuk sangat baik. Peneliti menyarankankeberhasilan suatu program
menuntut adanya peran dari institusi yang berwenang, Guru satu-satunya ujung tombak untuk
melakukan inovasi-inovasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan kepada anak didik.
Kata Kunci : Minat Belajar Anak, Teknik Kolase, Usia 5-6 tahun
Pembelajaran merupakan
bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang memadukan secara sistematik
dan berkeseimbangan suatu kegiatan.
Pembelajaran di TK bersifat spesifik
didasarkan pada tugas-tugas per
CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
Provided by Jurnal Pendidikan Usia Dini
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
2
tumbuhan dan perkembangan yang
meliputi moral dan nilai-nilai agama,
sosial-emosional, bahasa, kognitif,
fisik, motorik, dan seni.
Salah satu kemampuan pada
anak TK yang berkembang dengan
pesat adalah kemampuan fisik
motorik. Motorik adalah semua
gerakan yang mungkin dapat
dilakukan oleh seluruh tubuh
sedangkan perkembangan motorik
dapat disebut sebagai perkembangan
dari unsur kematangan dan
pengendalian gerakan tubuh.
Pembuatan kolase merupa
kan bagian dari kegiatan
pembelajaran di TK untuk
meningkatkan perkembangan
motorik halus anak, sehingga dengan
kegiatan membuat kolase anak-anak
dapat melatih kesabaran, ketelitian,
kejelian, kebersamaan, dan terutama
melatih koordinasi gerak tangan.
koordinasi gerak tangan anak perlu
dilatih agar gerakan tangan anak
terbiasa dengan hal-hal baik.
Pemanfaatan media
pembelajaran sangatlah penting
dalam memacu kecerdasan anak
karena banyak teori menyatakan
bahwa anak usia taman kanak-kanak
berada pada taraf berpikir konkrit
sehingga dalam proses abstrak agar
anak lebih tertarik, mereka senang
memotivasi, serta menumbuhkan
rasa keingintahuannya.
Disadari bahwa dalam
kegiatan rutin yang tidak mengacu
kepada kebutuhan anak secara
individual maupun kelompok akan
menciptakan pembelajaran yang
membosankan bagi anak. Hal
tersebut disebabkan karena dari hari
ke hari tetap sama tanpa kegiatan
yang menantang dan menarik.
Dalam kegiatannya dengan
peningkatan minat anak dalam teknik
mengisi kolase dengan menggunakan
media yang menarik adalah suatu
tantangan bagi penulis untuk sebisa
mungkin meminimalisir kondisi
anak-anak di TK Negeri I Pembina
Gunungsitoli Selatan yang tidak
begitu tertarik apabila mereka
disuguhkan mengisi kolase dengan
bahan yang monoton. Melalui
aktifitas menghias dengan biji-bijian
atau potongan-potongan kertas, kita
dapat mendekorasi permukaan suatu
benda dengan menempelkan sesuatu
dipermukaannya.
Meningkatkan Minat ...
Natalia Purba, Mariana Larosa
3
Menurut Yani Mulyani dan
Juliska Gracinia (2007: xiii) Proses
keterampilan bagi anak usia Taman
Kanak-kanak merupakan kegiatan
bermain dan sekaligus berseni dalam
kegiatan anak. Sedang bermain
adalah naluri pada setiap anak
terlebih pada usia dini, yang akhirnya
dapat ikut serta berperan dalam
mematangkan emosional bagi anak
sehingga dapat memenuhi kebutuhan
setiap fase perkembangan psikologi
anak.
Setelah pengamatan yang
serius penulis menemukan beberapa
faktor penyebab mengapa anak-anak
tidak antusias akan hal tersebut yaitu
karena media yang disediakan tidak
variatif yakni dengan menggunakan
satu jenis media saja sehingga tidak
menumbuhkan minat belajar bagi
anak bahkan membosankan. Disisi
lain berawal dari ketidak semangatan
merka sehingga berpengaruh pada
penyelesaian pengisian kolase yang
memakan waktu sangat lama, ini
juga disebabkan karena ukuran
kolase yang disediakan terlalu besar,
artinya anak-anak merasa bosan dn
terbebani oleh faktor-faktor tersebut.
Minat anak dapat
dikembangkan apabila dilakukan
dengan metode-metode yang tepat,
misalnya dengan perlakuan metode
demontrasi dengan tujuan untuk
mempengaruhi perhatian anak lebih
terarah pada materi yang sedang
dipelajari serta pengalaman dan
kesan sebagai hasil penambahan
lebih melekat pada diri anak. (Bunda
Lucy: 2010:97)
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa kegiatan kolase
anak dapat:
a. Meningkatkan kepercayaan
diri
b. Menampilkan kreatifitas
c. Meningkatkan kosentrasi
d. Melatih ketekunan
1. Indentifikasi Masalah
Dalam proses dan
pelaksanaan kegiatan mengisi
kolase pendidik pada umumnya
menghadapi masalah dalam
penjelasan kegiatan yang sesuai
dengan tujuan dan indikator
serta cara mengembangkan
kegiatan tersebut terlihat dari
hasil karya anak yang berbentuk
portofolio tidak menunjukan
hasil yang baik dalam mengisi
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
4
kolase dari waktu ke waktu
melalui proses pelaksanaan
kegiatan.
Masalah yang dihadapi anak
di TK Negeri 1 Pembina
Gunungsitoli Selatan dalam
memahami dan memancing
minat serta memotivasi pada
kegiatan mengisi kolase dengan
ukuran kertas yang berbeda dan
metode yang memungkinkan
guru atau pendidik menciptakan
atau merancang kegiatan yang
dapat meningkatkan minat anak
sehingga anak melakukan
kegiatan tesebut dengan baik.
Oleh sebab itu, saya sebagai
pendidik mengidentifikasikan
masalah:
1. Metode yang digunakan
tidak sesuai
2. Materi yang disampaikan
membosankan
3. Minat belajar anak sangat
rendah
4. Suasana kelas tidak kondusif
5. Media pembelajaran tidak
variatif
2. Analisis Masalah
Untuk mengatasi hal
tersebut, diperlukan strategi
pengenbangan yang sesuai
dengan karakteristik anak TK
dan pengembangannya harus
berpijak pada prinsip-prinsip
dasar yang hakiki. Pendidikan
Taman Kanak-Kanak sebagai
sebuah taman bermain,
bersosilisasi, dan juga sebagai
wahana untuk mengembangkan
berbagai kemampuan prakolastik
yang lebih substansial.
Srategi yang digunakan pun
harus menyediakan dengan tepat
sesuai dengan minat yang
dibutuhkan anak dan melibatkan
anak di setiap kegiatan.
Pendekatan disesuaikan dengan
karakteristik pembelajaran di TK
yakni melalui bermain dengan
menggunakan metode mengajar
yang tepat untuk
mengembangkan minat anak
dalam teknik mengisi kolase
serta melibatkan anak di dalam
kegiatan dan dapat memberi
pengalaman yang sangat
berharga bagi anak, selain itu
perlu memotivasi anak sehingga
kedua faktor itu betul-betul
memberi pengaruh yang besar
dalam pengembangan minat
anak dalam teknik mengisi
Meningkatkan Minat ...
Natalia Purba, Mariana Larosa
5
kolase dengan menggunakan
plastik bekas jajanan.
Untuk meningkatkan minat
anak dalam teknik mengisi
kolase tidak sesuai dengan
harapan saya sebagai guru,
semua terlihat dari hasil karya
anak yang selalu tidak berhasil.
Penyebab masalah mungkin
penjelasan yang saya sampaikan
kurang dimengerti anak atau
media yang saya gunakan
kurang tepat serta pengaturan
kelas atau duduk anak kurang
tepat serta perlu umpan balik
dalam setiap selesai kegiatan
dengan memamerkan hasil karya
anak.
3. Alternatif dan Prioritas
Pemecahan Masalah
Tindakan yang dapat
dijadikan alternatif dan prioritas
dalam kegiatan perbaikan ini
adalah menjadikan kegiatan
mengisi kolase bagi anak
merupakan kegiatan yang
menarik dan menyenangkan
dengan cara menghadirkan
bentuk-bentuk binatang yang
disenangi anak (Carmer and
Murphy: 2006:47)
A. TUJUAN PERBAIKAN
a. Meningkatkan minat belajar
anak dengan pembelajaran
yang menggunakan teknik
kolase dari bahan plastik
bekas jajanan
b. Meningkatkan kemampuan
anak untuk mengisi kolase
dengan rapi dan tepat waktu.
B. MANFAAT PERBAIKAN
a. Melatih pengetahuan guru
untuk mengevaluasikan
kemampuan anak dalam
menyiapkan lembar kerja
yang tepat pada anak.
b. Menggali kreativitas guru
untuk mengembangkan
ketrampilan.
c. Melatih kemampuan guru
dalam mengkombinasikan
beberapa media untuk
keberhasilan proses belajar
mengajar.
d. Melatih motorik halus pada
anak.
e. Melatih kesabaran ketekunan
dan kedisplinan.
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
6
f. Menumbuhkan keberanian
pada anak.
g. Meningkatkan citra diri dan
bakat anak.
h. Menumbuhkan daya
imajinasi pada anak.
i. Menumbuhkan daya
kreatifitasi pada anak.
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Salah satu standar
kompetensi 2004 di Taman Kanak-
Kanak adalah pengembangan fisik
motorik pada dasarnya
perkembangan motorik merupakan
perubahan tingkah laku motorik yang
terjadi secara terus menerus
sepanjang siklus kehidupan manusia.
Pelaksanaan pengembangan
kemampuan motorik halus pada anak
usia dini dilaksanakan belajar sambil
bermain. Prioritas pengembangan
kemampuan motorik halus anak
adalah mengembangkan kemampuan
daya cipta anak, mengembangkan
kreatifitas dan mampu
mengendalikan emosi, mampu
mengkoordinasikan kecepatan tangan
dan mata ini sesuai dengan pendapat
Hajar Pamadhi, 2008 yang
menyatakan bahwa pengembangan
motorik halus anak dapat
menumbuhkan rasa seni pada anak
usia dini.
B. Pengertian Kolase
Menurut kamus besar
Bahasa Indonesia, kolase adalah
komposisi artistik yang dibuat dari
berbagai bahan (kain, kertas, kayu)
yang ditempelkan pada permukaan
gambar (Depdiknas 2001,580). Dari
defenisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa kolase, yaitu merupakan
karya seni rupa dua dimensi yang
menggunakan bahan yang
bermacam-macam selama bahan
dasar tersebut dapat dipadukan
dengan bahan dasar lain yang
akhirnya dapat menyatu menjadi
karya yang utuh dan dapat mewakili
perasaan estestis orang yang
membuatnya. Selanjutnya kolase
dipahami sebagai suatu teknik seni
menempel berbagai macam materi
selain cat, seperti kertas, kain, kaca,
logam dan lain sebagainya kemudian
dikombinasikan dengan penggunaan
cat (minyak) atau teknik lainnya
(Susanto M, 2002:63).
Meningkatkan Minat ...
Natalia Purba, Mariana Larosa
7
Kolase (collage) adalah
penyusunan berbagai macam bahan
pada sehelai kertas yang meliputi
kegiatan menempel potongan-
potongan kertas atau material lain
untuk membentuk sebuah desain atau
rancangan tertentu (Jim Supangkat,
Rizki A Zaelani, 2006:64). Dalam
Kamus Modern Art,ACollins –
Larousse Concise Encyclopedia
dikatakan bahwa semua kegiatan
‘perakitan’ beraneka bahan dasar
menjadi sebuah karya seni. Misalnya,
merakit dan merekatkan kertas, kayu,
metal, barang-barang bekas, bahkan
sampah ke dalam media hiasan
dinding.
C. Pengertian Media
Menurut Heinch, Molenda,
dan Russel (1993:4.4) media
merupakan saluran komunikasi
media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harafiah berarti
perantara yaitu, perantara sumber
pesan (a source) dengan penerima
pesan (a receiver). Mereka
mencotohkan media ini dengan film,
televisi, diagram, bahan tercetak
(printed materials). Komputer, dan
instrukter. Contoh media tersebut
bisa dipertimbangkan sebagai media
pembelajaran jika membawa pesan-
pesan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
Media plastik bekas jajanan
adalah media yang menggunakan
plastik bekas kemasan makanan
ringan. Plastik bekas jajanan selama
ini hanya dianggap sebagai sampah,
dibuang dan dibakar, padahal dapat
dimanfaatkan untuk membuat
kerajinan tangan yang lain seperti
tas, dompet dan hiasan lain.
Dalam situasi pembelajaran
di TK terdapat pesan-pesan yang
harus dikomunikasikan. Pesan
tersebut disampaikan oleh guru
kepada anak melalui suatu media
dengan menggunakan prosedur
pembelajaran tertentu yang di sebut
metode. Masih terdapat pengertian
lain yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, diantaranya media
diartikan sebagai berikut :
1. Teknologi pembawa pesan
yang dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran
(schramm,1997).
2. Sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi
pembelajaran, seperti buku,
film, video, slide (Briggs,
1997).
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
8
3. Sarana komunikasi dalam
bentuk cetak maupun
pandang dengar termasuk
teknologi perangkat
kerasnya (NEA,1969).
Setelah mencermati
beberapa pengertian diatas,
ternyata yang disebut media
pembelajaran itu selalu
terdiri atas dua unsur
penting yaitu unsur
peralatan atau perangkat
keras (hardware) dan unsur
pesan (software) adalah
informasi atau bahan ajar
dalam tema/topic tertentu
yang akan disampaikan atau
dipelajari anak, sedangkan
unsur perangkat keras
(hardware) adalah sarana
atau peralatan yang
digunakan untuk
menyajikan pesan tersebut.
Dari beberapa pendapat ahli diatas
menunjukkan bahwa media
pembelajaran itu sangatlah penting
sehingga harus dijadikan sebagai
bagian yang tak terpisahkan
(integrasi) dalam proses
pembelajaran di TK alasannya
adalah:
1. Banyak hasil penelitian
menunjukkan bahwa proses
pembelajaran akan lebih
berhasil nilai amat turun aktif
dalam proses pembelajaran
tersebut. Dengan perkataan ini
yang menjadi pusat kegiatan
dalam kegiatan pembelajaran
bukanlah guru melainkan anak,
hal ini mengandung pengertian
perlunya sebagai fasilitas
belajar, termasuk media
pembelajaran.
2. Penelitian yang dilakukan oleh
British Audio-visual
association menghasilkan
temuan bahwa rata-rata jumlah
informasi yang diperoleh
seseorang melalui indra
menunjukkan komposisi
sebagai berikut :
75% melalui indra penglihatan
(visual)
13% melalui pendengaran
(auditori)
6% melalui indra sentuhan dan
perabaan
6% melalui indra penciuman
Dari hasil temuan penelitian
tersebut dapat diketahui
bahwapengetahuan paling
Meningkatkan Minat ...
Natalia Purba, Mariana Larosa
9
banyak diperoleh secara visual
atau melalui indra penglihatan.
3. Temuan penelitian lainnya
menunjukkan bahwa
pengetahuan yang dapat diingat
seseorang antara lain
tergantung pada melalui indra
apa ia memperoleh
pengetahuannya. Pengetahuan
ini mencobakan tiga macam
cara menyampaikan
inforormasi yaitu secara
auditori, visual, dan
audiovisual kemudian masing-
masing kelompok yang
menerima informasi secara
berbeda-beda dites daya
ingatannya yaitu berapa banyak
informasi yang masih diingat
setelah 3 jam dan tiga hari.
D. Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini memiliki karakter
yang sangat unik (Habibi: 2015:122),
berikut akan kita bahasa satu persatu:
1. Memiliki rasa ingin tahu yang
besar.
Anak usia dini sangat tertarik
dengan dunia sekitarnya, dia
ingin mengetahui segala
sesuatu yang terjadi
disekelilingnya. Pada masa
bayi, ketertarikan ini
ditunjukkan dengan meraih
dan memasukkannya ke
dalam mulut benda apa saja
yang berada dalam
jangkauan. Pada anak usia 3-
4 tahun. Selain sering
membongkar pasang segala
sesuatu untuk mengetahui
rasa ingin tahunya. Anak juga
mulai gemar bertanya meski
dalam bahasa yang masih
sangat sederhana.
2. Merupakan pribadi yang unik
Meskipun banyak terdapat
kesamaan dalam pola umum
perkembangan setiap anak
meskipun kembar memiliki
keunikan masing-masing
misalnya dalam hal gaya
belajar, minat dan latar
belakang keluarga.
3. Suka berfantasi dan
berimajinasi
Usia dini sangat suka
membayangkan dan
mengembangkan berbagai hal
jauh melampaui kondisi
nyata, anak dapat
menceritakan berbagai hal
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
10
dengan sangat meyakinkan
seolah-olah dia melihat atau
mengalaminya sendiri.
4. Masa paling pontesional
untuk belajar
Pada masa usia dini sering
juga disebut dengan istilah
golden age atau usia emas
karena pada rentang usia ini
mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat
pesat pada berbagai aspek.
5. Menunjukkan sikap
egosentris
Egosentria berasal dari kata
ego dan sentries. Ego artinya
aku sentries artinya pusat
jadi, egosentries artinya
“Berpusat pada aku” artinya
anak usia dini pada umumnya
hanya memahami sesuatu dari
sudut pandangannya sendiri,
bukan sudut pandang orang
lain.
6. Memiliki rentang daya
konsentrasi yang pendek
Sering kali kita saksikan
bahwa anak usia dini cepat
sekali berpindah dari suatu
kegiatan ke kegiatan yang
lain. Anak usia dini memang
mempunyai rentang perhatian
yang sangat pendek sehingga
perhatiannya mudah
teralihkan pada kegiatan lain.
7. Sebagai bagian dari mahkluk
sosial
Anak usia dini suka suka
begaul dan bermain dengan
teman sebayanya, ia mulai
belajar berbagi, mengalah,
dan antri menunggu giliran
saat bermain dengan teman-
temannya.
E. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah
suatu strategi pengembangan dengan
cara memberikan pengalaman belajar
melalui perbuatan melihat dan
mendengarkan yang diikuti dengan
meniru pekerjaan yang di
demonstrasikan. Metode demonstrasi
dapat juga dikatakan sebagai suatu
metode untuk memperagakan
serangkaian tindakan berupa gerakan
yang menggambarkan suatu cara
kerja atau urutan proses sebuah
peristiwa/kejadian. Biasanya metode
demonstrasi ini dipakai untuk
membuktikan sesuatu atau gerakan
untuk dicontoh. (Anas: 2014:27)
Meningkatkan Minat ...
Natalia Purba, Mariana Larosa
11
Metode demonstrasi
merupakan suatu metode mengajar
dimana seorang guru, orang luar atau
manusia sumber yang sengaja
diminta atau suatu proses, misalnya
bagaimana cara membuat peta
timbul, bagaimana cara
menggunakan kamera dengan hasil
yang baik, dan sebagainya. Menurut
Muhibbin Syah (2000:9.2),
demonstrasi adalah metode mengajar
dengan cara memperagakan barang,
kejadian, aturan, dan urutan
melakukan suatu kegiatan, baik
secara langsung maupun melalui
pengggunaan media pengajaranyang
relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan.
Menurut Syaiful Bahri
Djamarah (2000:48), metode
demonstrasi adalah metode yang
digunakan untuk memperlihatkan
sesuatu proses atau cara kerja suatu
benda yang berkenan dengan bahan
pelajaran.
Dalam hal ini, guru
menunjukkan mengerjakan dan
menjelaskan apa yang sedang
dilakukannya (showing, doing,
telling). Tiga macam perbuatan guru
ini merupakan komponen yang
utama dalam metode demonstrasi.
(Suyano dan Jihad: 2013:128)
Demontrasi dapat dilakukan
sebagai imporvisasi maupun
dirancang terlebih dahulu. Keduanya
sangat efektif dalam kegitan
pembelajaran pada anak usia dini.
Metode demonstrasi yang dipadukan
dengan metode pertemuan,
memungkinkan guru membimbing
anak menemukan hal-hal yang baru
berdasarkan praduga atau Hipotesis
yang di susun oleh anak. Dari hasil
pembuktian itu anak akan dapat
menarik kesimpulan yang berlaku
secara umum. Anak-anak membuat
praduga dengan menerapkan
pengetahuan yang telah di milikinya
dan mengujinya pada kegiatan
demonstrasi tersebut. (Suyano dan
Jihad: 2013:129)
Demonstrasi dapat pula
dipadukan dengan metode
ekspositorik. Dalam metode
ekspositorik guru menyajikan
informasi kepada anak dengan cara
menjelaskan melalui buku, film atau
slide. Guru menjelaskan kepada anak
apa yang diharapkan terjadi apabila
guru melakukan tindakan tersebut.
(Wahdiyani, Zuharni:2010:73)
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
12
Metode demonstrasi bisa
juga dilakukan melalui dramatisasi.
Dramatisasi banuak dipergunakan
dalam bidang bahasa maupun sosial.
Berdasarkan hasil penelitian, baik
demonstrasi murni (menjelaskan
menunjukkan mengerjakan) maupun
demonstrasi sebagai kegiatan
dramatis merupakan kegiatan yang
efektif apabila guru dapat
membimbing anak-anak memasuki
situasi yang memberikan
pengalaman-pengalaman yang
menimbulkan kegiatan belajar
kepada anak. Pengalaman belajar
yang diberikan guru dalam kegiatan
demonstrasi harus relevan dengan
kehidupan dan ada kesinambungan
dengan pengalaman yang lalu
maupun dengan pengalaman yang
akan datang. ((Wahdiyani,
Zuharni:2010:74)
Menurut penulis melalui
kegiatan demonstrasi, guru dapat
meningkatkan pemahaman anak
melalui penglihatan dan
pendengaran. Anak diminta untuk
memperhatikan dan mendengarkan
baik-baik semua keterangan guru
sehingga ia lebih paham tentang cara
mengerjakan sesuatu. Dengan
demikian, selanjutnya anak dapat
meniru bagaimana caranya
melakukan hal tersebut seperti yang
dicontohkan oleh guru.
Manfaat Metode Demonstrasi
Manfaat psikologis
pedagogis dari metode demonstrasi
secara umum adalah sebagai berikut
(Johnson: 2002P161-166) :
a. Perhatikan anak dapat lebih
dipusatkan
b. Proses belajar anak lebih
terarah pada materi yang
sedang dipelajari
c. Pengalaman dan kesan
sebagai hasil pembelajaran
lebih melekat dalam diri
anak.
Manfaat tersebut seirama
dengan cara berfikir anak usia dini
yang bersifat realistik dan konkret
sehingga dapat mempelajari secara
langsung dan jelas melalui
pengamatannya, selain tentunya juga
akan menarik perhatiannya.
Disamping itu , metode
demonstrasi memiliki 2 fungsi yaitu
sebagai berikut :
a. Dapat dipergunakan untuk
memberikan ilustrasi dalam
menjelaskan informasi
kepada anak. Bagi anak,
melihat langsung bagaimana
Meningkatkan Minat ...
Natalia Purba, Mariana Larosa
13
sesuatu peristiwa terjadi akan
lebih menarik, merangsang
perhatian, dan lebih
menantang dari pada hanya
mendengarkan penjelasan
guru. Misalnya, dalam rnilai
sosial, moral, dan keagamaan
akan lebih berhasil apabila
penerapan nilai-nilai tersebut
di dramatisasikan dengan
menggunakan ilustrasi.
b. Membantu meningkatkan
daya pikir anak usia dini
terutamanya daya
berpikiranak dlam
meningkatkan kemampuan
mengenal, mengingat,
berpikir konvergan, dan
berpikir evauative.
Pengembangan daya pikir
yang dimulai sejak
pendidikan anak usia dini
akan sangat membantu anak
dalam memperoleh
pengalaman belajar bidang
sains dan sosial.
Beberapa tema sasaran metode
demonstrasi
Penggunaan metode
demonstrasi disertai dengan
penjelasan sering digunakan untuk
materi tentang cara membuat bentuk,
bangunan dan cara menggunakan alat
(Suyano dan Jihad: 2013:129)
. Oleh karena itu alternatif
tema yang cocok menggunakan
metode demonstrasi untuk anak usia
dini antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Tema binatang
Misalnya, dalam membentuk
binatang dari plastisin/tanah
liat, melipat binatang
(sederhana), dan menggunting
pola binatang.
2. Tema pakaian
Misalnya, dalam kegiatan
menggunting pola pakaian, atau
menjahit (menusuk masuk
keluar tali ke lubang yang telah
disediakan di pinggir baju).
3. Tema kebersihan, kesehatan,
dan keamanan.Misalnya, dalam
mendemonstrasikan cara gosok
gigi yang benar, atau cara
makan.
4. Tema rumah
Misalnya, dalam
mendemonstrasikan cara
membuat bangunan dari balok,
dalam menggambar bentuk
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
14
rumah, menusuk, atau merobek
bentuk rumah.
5. Tema kendaraan/transportasi
Misalnya, dalam
menggambar bentuk kendaraan, atau
membentuk dari plastisin.
RENCANA PERBAIKAN
A. Informasi Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian : TK
Negeri 1 Pembina
Gunungsitoli Selatan
Jalan Lasara Dusun III Desa
Ononamolo 1 Lot Kecamatan
Gunungsitoli Selatan Kota
Gunungsitoli
2. Waktu penelitian :
- Siklus I (14 Oktober 2014
s/d 31 Oktober 2014)-Siklus
II (03 November 201 s/d21
November 2014)
3. Tema/sub tema :
Binatang/binatang peliharaan
4. Kelompok :
“B” dengan jumlah anak 15
orang anak terdiri dari
Perempuan 9 orang dan laki-
laki 6 orang.
5. Menurut santrock (2009.39)
usia 5 – 6 tahun adalah masa
menengah dan akhir (
terkadang disebut “ Tahun
Sekolah Dasar”), anak – anak
sudah menguasai
keterampilan dasar membaca,
menulis dan matematika,
prestasi menjadi tema yang
lebih utama dan pengendalian
diri semakin baik. Dalam
periode ini anak- anak
berinteraksi dengan lingkungan
sosial yang lebih luas dari
keluarga mereka.
5. Deskripsi Rencana Tiap Siklus
1. Rencana pelaksanaan
Siklus I
a. Perencanaan
- Menyusun RKH dan
memeriksanya kembali
dengan cermat.
- Menyiapkan media
yang akan digunakan.
- Mempelajari tema
yang disajikan kepada
anak-anak.
- Mempersiapkan
format penilaian.
b. Pelaksanaan
Melaksanakan rancangan
kegiatan yang telah
disusun.
c. Observasi
Meningkatkan Minat ...
Natalia Purba, Mariana Larosa
15
Mengamati proses
kegiatan anak pada saat
melakukan pengisian
kolase.
d. Refleksi
Melakukan analisa data
hasil pelaksanaan
kegiatan.
Siklus II
a. Perencanaan
- Merefleksi siklus I
- Menyusun RKH dan
memeriksanya
kembali
- Menyiapkan media
yang berukuran lebih
kecil dari pada siklus
I.
- Mempersiapkan
format penilaian.
b. Pelaksanaan
Melaksanakan
rancangan kegiatan yang
telah disusun.
c. Observasi
Mengamati proses
kegiatan anak pada saat
melakukan pengisian
kolase.
d. Refleksi
Melakukan analisa data
hasil pelaksanaan
kegiatan.
Langkah-langkah perbaikan
Langkah-langkah
pelaksanaan kegiatan mengisi kolase
pada siklus I
a. Anak-anak terlebih dahulu diatur
formasi dan posisi duduk
mereka.
b. Guru menjelaskan kegiatan yang
dilakukan.
c. Guru menunjukkan dan
membagikan media
pembelajaran kepaa anak-anak.
d. Guru menjelaskan nama dan
jenis bahan yang digunakan
untuk mengisi kolase.
e. Anak diberi kesempatan untuk
bertanya apabila ada yang
kurang dimengerti.
f. Anak melakukan pengisian
kolase.
g. Guru memperhatikan proses
kegiatan anak.
h. Guru memberi perhatian khusus
bagi anak yang kurang
semangat.
i. Guru mengumpulkan hasil
kegiatan anak-anak.
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
16
j. Guru menilai hasil kegiatan
anak-anak.
Langkah-langkah pelaksanaan
kegiatan mengisi kolase pada siklus
II:
a. Guru membagi anak
menjadi 3 kelompok
dengan tugas dari setiap
kelompok berbeda-beda.
b. Guru menjelaskan
kegiatan yang akan
dilakukan.
c. Guru mengajak anak-
anak bersama-sama
memperhatikan kolase
yang telah siap
d. Guru memberikan
contoh cara mengisi
kolase.
e. Guru menunjukkan dan
membagikan media
pembelajaran kepada
anak-anak.
f. Guru menjelaskan nama
dan jenis bahan yang
digunakan untuk
mengisi kolase.
g. Anak diberi kesempatan
untuk bertanya apabila
ada yang kurang
dimengerti.
h. Anak melakukan
pengisian kolase.
i. Guru memperhatikan
proses kegiatan anak.
j. Guru memberi perhatian
khusus bagi anak yang
kurang semangat.
k. Guru mengumpulkan
hasil kegiatan anak-
anak.
l. Guru menilai hasil
kegiatan anak-anak.
2. Rencana Pengamatan dan
Pengumpulan
Data/Instrumen
Untuk melihat sejauh
mana kemampuan anak dalam
kegiatan mengisi kolase maka
saya menggunakan lembar
instrumen untuk melakukan
evaluasi.
Penilaian dengan lembar
instrumen dilakukan 2 kali per
siklus dengan bantuan 2 orang
teman sejawat, masing-masing
guru memegang 1 lembar
observasi lalu mengamati anak
dan mengisi lembar observasi
Meningkatkan Minat ...
Natalia Purba, Mariana Larosa
17
tersebut. Dalam tahap
penilaian ini ada aspek yang
diamati yaitu:
Mengisi kolase dengan
rapi.
Mengisi kolase tepat
waktu
Mengisi kolase secara
mandiri
Tabel I .1
No Kegiatan/
Uraian yang
Diamati
Indikator
Nilai
SB B KB
1
Perencanaan
Kegiatan
Menyusun rencana dengan
pelaksanaan
Media alat peraga yang
digunakan
Keterampilan guru
Kegiatan awal, inti, kegiatan
akhir
Pengamatan waktu
Pengaturan kelas
2.
Pelaksanaan
Kegiatan
Kesesuaian rencana dengan
Pelaksanaan
Penampilan guru
Cara guru memotivasi anak
Minat anak melakukan kegiatan
Hasil karya anak
Penilaian yang dilakukan guru
1. Kekuatan dan kelemahan
tindakan perbaikan
kegiatan pengembangan.
a. Kekuatan
- Guru menyemangati
anak dengan memulai
bernyanyi dengan judul
“Lima ekor burung.”
- Guru memotivasi anak
untuk memperhatikan
media yang akan
digunakan.
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
18
b. Kelemahan
- Guru agak kewalahan
mengatur anak karena
media pengisi kolase
banyak yang
tertumpah/tercecer.
2. Kekuatan dan kelemahan
dalam merancang dan
melakukan tindakan
perbaikan kegiatan
pengembangan.
a. Kekuatan
- Media kolase yang
disediakan memancing
ketertarikan anak-anak oleh
karena beraneka ragam
- Dengan menggunakan
media dapat membantu
anak lebih bergairah dan
dapat menimbulkan minat
berkreatifitas.
- Anak-anak saling
berlomba untuk
menyelesaikan mengisi
kolase dengan tepat waktu.
b. Kelemahan
- Fasilitas media yang
disediakan tidak memadai
- Formasi kelas yang
membosankan bagi anak.
C. Teknik Analisis Data
Motorik halus anak usia dini
perlu ditingkatkan, oleh karena itu
pembelajaran kegiatan motorik halus
harus menarik dan menyenagkan
agar potensi anak dapat berkembang
dengan baik, salah satu cara melalui
kegiatan mengisi kolase. Subjek
adalah anak TK Negeri 1 pembina
Gunungsitoli Selatan kelompok B1
dengan jumlah peserta didik 15 anak.
Teknik pengumpulan data yan
digunakan meliputi observasi unjuk
kerja dan dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan analisis
data kualitatif (Darmono dan Hasan:
2002:34). Hasil analisis pada
umumnya merupakan bagian intergal
dari pengumpulan data di lapangan.
1. Analisis temuan yang terus
menerus di lapangan
khususnya dalam masalah
yang diteliti dan juga dalam
keseluruhan fenomena yang
berkaitan dengan tujuan
untuk mendapatkan tema-
tema besar dan untuk
mengembangkan konsep -
konsep.
2. Pengelompokan dan
pengorganisasian data,
segera mungkin setelah data
Meningkatkan Minat ...
Natalia Purba, Mariana Larosa
19
diperoleh sehingga dapat
membentuk peneliti dalam
memahami pada
permasalahan atau tema
fenomena yang teliti.
3. Evaluasi kualitatif tentang
valiasi atau keterpelayanan
data yang terus menerus.
6. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Keberhasilan tindakan ini
adalah apabila telah terjadi
peningkatan sekitar 75 % maka
penelitian ini akan dihentikan.
Namun apabila tidak terjadi
peningkatan pada siklus pertama
maka akan dilakukan siklus kedua,
sampai terjadi peningkatan sekitar
75%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang
diperoleh berupa data observasi hasil
pengamatan dalam pembelajaran
untuk masing – masing siklus. Data
lembar observasi diambil dari
observasi terhadap tindakan anak
dalam proses pembelajaran yang
digunakan untuk memenuhi proses
meningkatkan minat belajar anak
dengan pembelajaran yang
menggunakan teknik kolase.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, kondisi
pembelajaran dalam meningkatkan
minat belajar anak, khususnya
melalui kolase, guru kelompok B
menghadapi beberapa kendala,
diantaranya adalah setelah kegiatan
pembelajaran berakhir, hasil kegiatan
anak belum tercapai seperti yang
diharapkan guru. Namaun hanya
beberapa anak saja yang bisa selesai
baik. Hal ini disebabkan karena cara
guru dalam menyajikan
pembelajaran kurang menarik bagi
anak. Untuk itu, peneliti berusaha
mengatasi kesulitan tersebut dengan
metode pemberian tugas kegiatan
kolase dalam penelitian ini peneliti
menggunakan tindakan yang terdiri
dari 2 siklus.
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Perbaikan pembelajaran
I. Pra Siklus
Dilaksanakan pada tanggal
13 Oktober 2014 dengan hasil
penelitian dari 15 orang anak pada
dimensi mengisi kolase dengan rapi
sebanyak 9 orang anak berada pada
posisi baik dan 6 orang anak pada
posisi kurang baik. Pada dimensi
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
20
mengisi kolase tepat waktu dari 15
orang anak, 9 orang anak pada posisi
baik dan 6 orang anak pada posisi
kurang baik, sedangkan pada dimensi
mengisi kolase secara mandiri dari
15 orang anak, 4 diantaranya baik
dan 11 orang anak kurang baik.
II. Siklus Pertama
Siklus pertama dilaksanakan
pada hari selasa, 14 Oktober 2014.
setelah dilaksanakan kegiatan
pembelajaran yang menggunakan
teknik kolase untuk meningkatkan
perkembangan minat anak, bahwa
selama ini kegiatan mengisi kolase
dianggap hanya pelengkap suatu
pelajaran bagi anak dan tidak dikaji
bagaimana dengan efek yang
ditimbulkan apabila tidak
dipersiapkan sedemikian rupa. Media
yang diberikan kepada anak tidak
kreatif dan variatif sehingga pada
akhirnya anak–anak dalam mengikuti
pembelajaranpun tidak antusias, apa
adanya bahkan ada yang malas
ditambah dengan penyampaian tema
yang disajikan kurang komunikatif
masih ada yang belum mengerti dan
tak bisa dipungkiri juga bahwa
sebagian anak memang tidak mau
memperhatikan gurunya.
III. Siklus Kedua
Siklus kedua ini
dilaksanakan pada hari senin – Jumat
/ 03 November 2014 - 21 November
2014. Pada siklus kedua ini,
perencanaan kegiatan dalam rencana
kegiatan harian dilakukan mulai dari
kegiatan awal, dengan formasi duduk
yang dirubah dari kebiasaan selama
ini, suasana penasaran yang
sebelumnya telah diberitahu bahwa
anak – anak akan menghadapi
pekerjaan yang menarik dan
menantang. Dan dimulai dengan
sugesti yang biasa adalah bernyanyi
“ Lima ekor burung” penjelasan
berikutnya disampaikan juga bahwa
anak – anak tetap duduk dalam
kelompok dan dilakukan secara
diskusi kecil yang akhirnya setiap
individu mempunyai hasil karyanya,
cara ini dilakukan agar kemampuan
kerjasama anak maupun secara
individu dalam kegiatan kolase lebih
baik. Dan anak – anak memusatkan
perhatian.
Sebelum melakukan
kegiatan pada siklus II, peneliti
menerangkan secara jelas setiap
langkah – langkah kegiatan dan
kemudian diberi contoh oleh peneliti
semua kegiatan yang akan dilakukan.
Meningkatkan Minat ...
Natalia Purba, Mariana Larosa
21
2. PEMBAHASAN TIAP
SIKLUS
1. Pra Siklus
Pra siklus telah
dilaksanakan pada tanggal
13 Oktober 2014, dengan
hasil persentase yang berada
pada posisi kurang baik
53% kurang baik dan baik
berjumlah 47%.
TABEL I.5
LEMBAR OBSERVASI – PRA SIKLUS
NILAI FREKUENSI PERSENTASE KETERANGAN
* KB 8 53%
** B 7 47%
*** SB - -
JUMLAH 15 100% Keterangan :
KB * = Kurang Baik
B** = Baik
SB ***= Sangat Baik
DIAGRAM PRA SIKLUS
Pada dimensi mengisi
kolase dengan rapi, tidak ada
anak yang mendapat nilai sangat
baik (SB). 9 anak mendapat nilai
baik (B) dan 6 anak mendapat
nilai kurang baik (KB). Pada
dimensi mengisi kolase tepat
waktu tidak ada anak mendapat
niai sangat baik (SB). 9 anak
mendapat nilai baik (B) dan 6
anak mendapat nilai kurang baik
(KB). Dimensi mengisi kolase
secara mandiri, tidak ada anak
mendapat nilai sangat baik (SB),
4 anak mendapat nilai baik (B)
dan 11 anak mendapat nilai
kurang baik (KB).
2. Siklus 1
0
2
4
6
8
10
12
SB B KB SB B KB SB B KB
Mengisi kolasedengan rapi
Mengisi kolasetepat waktu
Mengisi kolasesecara mandiri
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
22
Pada siklus pertama
pembelajaran meningkatkan
minat belajar anak melalui
kegiatan kolase sebagai berikut:
Refleksi :
Berdasarkan hasil analisi data,
diketahui bahwa 46.68% anak
mendapat nilai kurang baik, 26.66%
anak mendapat nilai Baik dan
26.66% anak mendapat nilai sangat
baik.
TABEL I.5
LEMBAR OBSERVASI – SIKLUS I
Keterangan :
KB * = Kurang Baik
B** = Baik
SB *** = Sangat Baik
DIAGRAM SIKLUS I
02468
1012
SB B KB SB B KB SB B KB
Mengisi kolasedengan rapi
Mengisi kolasetepat waktu
Mengisi kolasesecara mandiri
NILAI FREKUENSI PERSENTASE KET
* KB 7 46.68%
** B 4 26.66%
*** SB 4 26.66%
JUMLAH 15 100%
Meningkatkan Minat ...
Natalia Purba, Mariana Larosa
23
Pembahasan :
Pada dimensi mengisi kolase
dengan rapi 4 orang anak yang
mendapat nilai Sangat Baik (SB), 6
anak mendapat nilai Baik (B) dan 5
anak mendapat nilai Kurang Baik
(KB). Dimensi mengisi kolase tepat
waktu 1 anak mendapat nilai Sangat
Baik (SB), 11 anak
mendapatkan nilai Baik (B) dan 3
anak mendapat nilai Kurang Baik
(KB). Dimensi mengisi kolase secara
mandiri 1 orang anak mendapat nilai
Sangat Baik (SB), 4 anak mendapat
nilai Baik (B) dan 10 orang anak
mendapat nilai Kurang Baik (KB).
Bedasarkan hasil analisa
inplementasi dengan kegiatan kolase
dalam meningkatkan minat anak
belajar pada siklus pertama
pelaksanaan kegiatan berjalan
dengan lancar walaupun masih
banyak anak-anak yang belum
menyelesaikannya dengan baik.
Dalam hal ini anak-anak sudah mau
melakukan kegiatan seperti mengisi
kolase dengan rapi yang harus
disesuaikan dengan gambar.
Walupun masih ada anak yang belum
dapat menyelesaikan dengan baik.
Pada mulanya perencanaan
pelaksanaan kegiatan kolase dengan
menggunakan bahan plastik bekas
jajanan dilaksanakan secara klasikal.
Namun setelah di ujicobakan
kegiatan ini terdapat kelemahan.
Anak-anak menjadi rebutan
dalam mengambil guntingan plastik
bekas jajanan sehingga anak sulit
untuk membuat dengan baik. Maka
dirubah tekniknya dengan membuat
kelompok, anak duduk dalam
kelompok dan melakukan kegiatan
kolase dalam kelompok kecil lebih
mudah untuk memusatkan perhatian
dalam mencari warna-warna yang
tepat dari guntingan plastik bekas
jajanan.
3. Siklus Kedua
Pada siklus kedua pembelajaran
meningkatkan minat belajar
anak
melalui kegiatan kolase sebagai
berikut :
Refleksi :
Siklus kedua dilaksanakan pada
tanggal 03 November 2014 - 21
November 2014.
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
24
TABEL I.6
LEMBAR OBSERVASI – SIKLUS II
NILAI FREKUENSI PERSENTASE KET
* KB - -
** B 3 20%
*** SB 12 80%
JUMLAH 15 100%
Keterangan :
KB *= Kurang Baik
B ** = Baik
SB ***= Sangat Baik
Diagram Siklus 1 dan 2
Pembahasan :
Pada dimensi mengisi kolase dengan
rapi 15 anak mendapat nilai Sangat
Baik (SB), 0 anak mendapat nilai
Baik (B) dan 0 anak mendapat nilai
Kurang Baik (KB). Dimensi mengisi
kolase tepat waktu 12 anak mendapat
nilai Sangat Baik (SB), 3 anak
mendapat
nilai Baik (B) dan tidak ada anak
mendapat nilai Kurang Baik (KB).
Dimensi mengisi kolase secara
mandiri 6 orang Sangat Baik (SB), 9
anak mendapat nilai Baik (B) dan
tidak anak mendapat nilai Kurang
Baik (KB).
Pada siklus 2 ini kelihatan
perencanaan yang telah dipersiapkan
sesuai dengan yang dibutuhkan.
Kegiatan yang dilakukan anak sudah
sesuai dengan kegiatan kolase dari
bahan plastik bekas jajanan. Anak-
anak aktif dan semangat dalam
melakukan kegiatan kolase ini,
menempelkannya, menyusunnya
sambil bersanjak. Anak-anak
-
20
40
60
80
100
1 2
Mengisi kolase dengan rapi*KB
Mengisi kolase dengan tepatwaktu **B
Mengisi kolase secaramandiri ***SB
Mengisi kolase secaramandiri ***SB
Meningkatkan Minat ...
Natalia Purba, Mariana Larosa
25
berlomba untuk menjadi yang
terbaik. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kegiatan ini jauh lebih baik
dari pada yang biasa dilakukan, dan
anak-anak merasa senang dan
termotivasi begitu juga gurunya.
Pada siklus 2 ini peneliti sudah
mudah dalam menyimpulkan data
keberhasilan anak karena pada
umumnya anak sudah mampu
melaksanakan kegiatan kolase
dengan guntingan plastik bekas
jajanan.
4. Pra Siklus, Siklus I dan Siklus
II
Setelah melakukan pra siklus,
siklus I dan II peneliti menyimpulkan
bahwa telah terjadi peningkatan yang
signifikan dari siklus I ke siklus II.
Gambaran awal sekitar 53% anak
termasuk kurang baik, sebanyak 47%
termasuk kriteria baik serta tidak ada
yang masuk pada kriteria sangat
baik.
Pada siklus I 46,66% anak
termasuk kurang baik, sebanyak
26,66% termasuk kriteria kurang
baik serta 26,66% sangat baik.
Sedangkan pada siklus II bahwa 20%
anak termasuk kriteria baik dan 80%
anak termasuk pada kriteria baik dan
sudah tidak ada dengan kriteria
kurang baik.
Apabila ditampilkan dalam
bentuk diagram hasilnya sebagai
berikut :
0%
20%
40%
60%
80%
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Mengisi kolase dengan rapi*KB
Mengisi kolase dengan tepatwaktu **B
Mengisi kolase secara mandiri***SB
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
26
Perkembangan motorik halus, seperti
jari tangan dan indera memiliki
milestone atau tolak ukur
perkembangan anak sehingga dapat
dipergunakan untuk melihat tahap
perkembangan anak sesuai dengan
usia. Perkembangan fisik pada tahap
2-3 tahun akan berkembang
sedemikian rupa sehingga anak
mampu melakukan aktivitas motorik
yang lebih beragam. Keberagaman
aktivitas motorik anak di tahap usia
ini pun dipengaruhi oleh
perkembangan area corteks di otak
yang memungkinkan anak untuk
mengembangkan kepekaan indera
dan motorik sehingga anak mampu
mengkoordinasikan apa yang
diinginkan gerakan yang ia lakukan
(Papalia, 2008).
Motorik halus anak adalah
kemampuan fisik yang melibatkan
otot-otot yang lebih kecil dan
koordinasi mata, tangan pada usia
carly childhood seperti kegiatan
melipat, mewarnai, melukis,
menggunting, dan menjiplak.
(Marison, 2009).
Pada siklus I 69,9%, siklus II
81,25%, sedangkan hasil belajar anak
dalam mengisi kolase, persentasi
kemampuan anak masuk di bawah
ketuntasan. Pada siklus I ke siklus II
kemampuan anak menalami
peningkatan yaitu 11, 33%.
Berdasarkan hasil tersebut di atas,
dapat disimpulkan bahwa penerapan
langkah-langkah metode demonstrasi
dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus khususnya dalam
mengisi kolase. Berdasarkan
penelitian ini disarankan agar guru
menerapkan langkah metode
pembelajaran yang inovatif, menarik
dan menyenangkan dala kegiatan
pembelajaran sehari-hari di kelas
untuk mencapai hasil yang
maksimal.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dalam rangka pembelajaran
aktif kreatif dan
menyenangkan (PAKEM)
dibutuhkan kreatifitas dari
guru untuk menciptakan
suatu sarana/media yang
mendukung keberhasilan
kegiatan belajar mengajar
yang optimal.
Salah satu upaya untuk
merangsang minat anak didik
yang aktif, kreatif dan efektif
yaitu dengan menggunakan
Meningkatkan Minat ...
Natalia Purba, Mariana Larosa
27
media kolase yang
menyenangkan.
2. Disamping media yang
menyenangkan guru dituntut
mengkaji ukuran media
pembelajaran yang sesuai
dengan karakter anak-anak.
B. Saran
a. Keberhasilan suatu program
menuntut adanya peran dari
institusi yang berwenang
misalnya Kepala Sekolah atau
Yayasan sehingga diperlukan
orang absolut dan tidak kaku,
dalam memberikan fasilitas dan
kesempatan seluas-luasnya
kepada guru untuk selalu
melakukan inovasi dalam
berbagai pendekatan
pembelajaran, diharapkan
untuk ini Kepala Sekolah
bertindak sebagai dinamisator
dan motivator.
b. Para guru adalah satu-satunya
ujung tombak untuk melakukan
inovasi-inovasi dalam
meningkatkan kualitas
pendidikan kepada anak didik.
DAFTAR PUSTAKA
Badru Zaman, dkk (2010), Media
dan Sumber Belajar TK,
Jakarta-Universitas Terbuka;
Carmer, Kathy And Maureen
Murphy, Brain Power:
Aktivitas Pintar Untuk
Prasekolah (2006), Jakarta:
Erlangga
Darmono dan Ani M Hasan,
Menyelesaikan Skripsi Dalam
1 Semester (2002), Jakarta:
Grasindo
DjamarahSyaiful Bahri,(2000), Guru
Dan Anak Didik Dalam
Interaksi Edukatif, Jakarta:
RiekaCipta.
Habibi, Muazar, Analisis Kebutuhan
Anak Usia Dini: Buku Ajar
S1 PAUD (2015) Jakarta:
Deepublish
Johnson, Elaine B, Contextual
Teaching And Learning: What
Is And Why It’s Here To Stay
(2002), USA: Crown Press Lucy, Bunda. MendidikAnak Sesuai
Dengan Minat Bakat
Anak(2010) Jakarta: Agromedia
Pustaka Morrison, George S. Early Child
Dhood Education Today
(2009) Mulyani, Yani dan Juliska Garcinia,
Kemampuan Fisik, Seni dan
Managemen Diri (2007)
Jakarta: Elex Media
Komputindo. Papalia, Olds dan Feldman. Psikologi
Perkembangan Anak, Jakarta.
Universitas Terbuka 2006;
Siti Aisyah, dkk (2012),
Perkembangan dan Konsep
Dasar Pengembangan Anak
Usia, Banten-Universitas
Terbuka; Sri Tatminingsih, M.Pd dkk (2013),
Panduan Pemantapan
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 1, April 2016
28
Kemampuan Profesional, Edisi
2, Universitas Terbuka; Supangkat, Jim Dan., Rizki A Zaelani,
(2006), IkatanSilangBudaya:
SeniSeratBinarulAnas.
Bandung: Art Fabrics. Suyanto, dan Asep Jihad, Menjadi Guru
Professional: Startegi
Meningkatkan Kualifikais Dan
Kualitas Guru Di Era Global
(2013) Jakarta: Erlangga Winda Gunarti, S.Pd dkk (2012),
Metode Pengembangan
Perilaku dan Kemampuan
Dasar Anak Usia Dini,
Banten-Universitas Terbuka; Wahdiyani, Nur Azmina dan Zuharni,
AW (2010) Buku Pintar:
Membaca Dan Menulis Metode
Cepat, Mudah Dan
Menyengkan, Jakarta: Kawah
Media
top related