mengenal dan mengenang

Post on 04-Aug-2015

498 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Mengenal dan mengenangOpa SAM RATU LANGIE

Kisah satu perjalanan panjang dari

TONDANO ke TONDANO

Dr. Ir. Matulanda SUGANDI-RATULANGI

Kelahiran TONDANO

Opa Sam Ratu Langie lahir pada tanggal 5 Nopember 1890 di Tondano sebagai anak keempat dari pasangan Jozias Ratu Langie dan Augustina Gerungan.

Anak sulung perempuan bernama Kayes anak kedua perempuan juga bernama Wulan, anak ketiga laki-laki bernama Boing Oki meninggal semasa bayi sedangkan anak keempat adalah Sam.

Masa kecil di Tondano

Sam kecil berumur sekitar 3 tahun bersama orang tua dan kedua kakak perempuannya Kayes dan Wulan

Foto keluarga besar

Sam duduk dimuka nr. dua dari kiri

Masa bersekolah dasar

Pada umur Sam 13 tahun Ayahandanya meninggal

Akibat dari satu luka dibagian kaki maka pada umur yang relatip muda Ayahanda Sam sakit dan meninggal dunia.

Menurut keterangan, bantuan agar Sam dapat terus bersekolah diperoleh dari Pamannya: Oom De’ Gerungan yang masa itu mempunyai kedudukan yang relatip tinggi di pemerintahan BB (Binnenlandsch Bestuur) pemerintahan kolonial.

Masa remaja

Meneruskan studi di Batavia

Mula-mula Sam ingin meneruskan pelajarannya menjadi dokter (Jawa) di STOVIA, Batavia karena ingin seperti saudara(?)nya dr. Tumbelaka.

Namun setelah berada di Batavia entah mengapa ia ternyata lebih suka mengambil jurusan yang lebih teknis/eksakta lalu pindah ke Technische School: KWS di Batavia

Hidup di asrama Beck & Volten

Sewaktu besekolah di Batavia pada awalnya Sam sangat rindu akan keluarga dan lingkungan akrab yang ditinggalkan yakni kehidupannya di dataran tinggi Tondano yang penuh petualangan baginya. Namun lama kelamaan ia menyesuaikan dirinya dengan kehidupan di asrama Beck & Volten yakni tempat dimana ia dititipkan. Sedangkan disekolah ia dapat mencapai nilai-nilai yang sangat baik. Juga untuk Bahasa Belanda kemampuannya diakui oleh guru dan teman-temannya.

Lulus KWS, bekerja pada SS

Ia lulus ujian akhir KWS dengan nilai yang sangat baik dan langsung ingin mengabdikan pengetahuannya dengan bekerja pada Staats Spoorwegen (Jawatan Kereta Api). Ia ditempatkan disatu kota kecil di daerah Pasundan (Jawa Barat) bersama beberapa rekan ex-KWS yang berbangsa Belanda/Indo.Disinilah Sam merasakan untuk pertama kalinya diskriminasi ras yang sangat menyayat hatinya.

Bekerja di Jawa Barat dan Jawa Tengah

Sam mengalami penghinaan yang cukup memukul dirinya karena mendapat pemondokan dikampung sedangkan teman-temannya dapat berdiam di hotel. Karena kondisi yang kurang sehat dikediamannya maka Sam mengidap sakit Malaria. Demam yang tinggi dan kesepian dan kesendirian dalam penderitaannya hampir membuatnya patah semangat.Sebagaimana sering terjadi, hal ini justru memicu suatu tekad untuk mengatasi berbagai penderitaannya.

Augustina Ratu Langie-Gerungan sakit dan meninggal (1912)

Menjelang akhir tahun 1912 Sam mendapat kabar bahwa Ibunya sakit keras. Sam berupaya pulang dan masih sempat menemui Ibunya sebelum ibunya meninggal.Ketiga yatim-piatu ini lalu mengatur dengan baik semua peniggalan dan segala hutang piutang yang ada.Kayes, karena telah menikah mendapat rumah tua yang menurut keterangan dibuat sendiri oleh opa-tua Ratu Langie yang memang berprofesi sebagai tukang kayu.

Wulan dan Sam meneruskan studi mereka.

Wulan berkeinginan menjadi guru dan ia berangkat ke Jawa untuk meningkatkan pengetahuannya.

Sam menyatakan keinginannya untuk belajar di Holland. Seperti juga Ayahnya dipertengahan abad ke 19 pernah belajar di Haarlem, Holland untuk mencapai ijazah guru.

Dari Manado ke Amsterdam

Alangkah jauhnya perjalanan dari Manado ke Amsterdam !!

Sesampai di Holland

Perjalanan yang cukup jauh dan kemudian upaya untuk mengadaptasi di lingkungan yang sangat berbeda d/p di Minahasa dapat diatasi dengan baik oleh Sam.Namun ternyata dana yang dibawanya dari Manado semakin susut dan Sam perlu berupaya untuk bekerja agar dapat bertahan hidup

Mencari nafkah di Holland

Konon ada yang menyebutkan bahwa Sam mula-mula untuk sementara waktu bekerja sebagai tenaga kerja kasar di pelabuhan Amsterdam.Namun ternyata bakatnya berbahasa Belanda dan kemampuannya untuk menulis lebih menghasilkan dana. Ia pun menulis: “Het Minahassisch Ideaal” (Cita-cita Minahasa) dan juga “Sarekat Islam” disamping tulisan-tulisan lain yang masih perlu saya gali.

Indische Vereeniging

Tulisan-tulisan Sam cukup menarik perhatian. Kalangan mereka yan pernah di Indie (pensiunan Belanda kolonial) tertarik untuk membacanya.Namun yang juga sangat tertarik pada tulisan-tulisan Sam adalah pemuda-pemudi Indonesia yang mulai berdatangan ke negeri Belanda.Satu tempat “mangkal” dari mereka adalah “Indische Vereeniging” yang belum lama sebelumnya didirikan oleh mahasiswa-mahasiswa asal Indie dengan sponsor beberapa dermawan ex pemerintahan kolonial dan bimbingan seorang sympatisan Indie: Mr. Abendanon.

Sam menuntut ilmu di UVA

Di lubuk hati Sam ada keinginannya menjadi guru matematika untuk dapat turut serta mencerdaskan bangsa.Iapun mendaftarkan diri pada Instituut Korteweg de Vries yang disamping penelitian dan pengembangan dalam ilmu matematika juga menyelenggarakan pendidikan guru matematika.Institut ini sampai kini masih ada dan pada slide-slide berikut ada penjelasannya.

Rumus “Korteweg de Vries”

Rumus KdV adalah persamaan non-linear yang terintegrasikan sempurna yang dapat menggambarkan sifat gelombang kecil maupun besar (tsunami).

Instituut KdV kini

FNWI - UVA

Gambar (organigram) di Slide terdahulu memperlihatka kedudukan Instituut KdV dalam “Faculteit der Natuurwetenschappen, Wiskunde en Informatica” FNWI pada saat-saat ini.

Berarti FNWI itu selaras dengan FMIPA disini PLUS sub jurusan INFORMATIKA.

Gambar skematis tentang MISI dari FNWI

Gedung FNWI

Belajar dan bersosialisasi

Sam lulus K1 Matematika

Setelah dua tahun mengikuti pendidikan guru matematika di IKdV Sam lulus Ujian K1 dan iapun mengajukan permohonan penempatan di Indie sebagai guru matematika disalah satu sekolah menengah.

Permohonan diarahkan kepada Menteri Urusan Jajahan di den Haag yang meneruskannya kepada Gouverneur Generaal (GG) Ned. Indie.

Lagi-lagi diskriminasi ras.

Sambil menunggu jawaban Sam dapat pekerjaan di Kementerian Urusan Jajahan di bagian statistik

Akan tetapi jawaban yang diperoleh dari GG tidak positip. Dengan berbagai dalih dan alasan pihak Ned. Indie tidak mau menerima atau mengabulkan permohonan Sam.

Kasus Ratu Langie masuk ke DPR Belanda

Berkat luasnya lingkungan kenalan Sam maka waktu Menteri Urusan Jajahan berada didepan DPR Belanda, ada yang mempertanyakan kasus Sam Ratu Langie yang mempunyai ijazah yang sesuai, akan tetapi tidak dapat iterima untuk mengajar pada sekolah menengah.

Jawaban Menteri Uruan Jajahan

Menteri kemudian menjawab bahwa katanya “memiliki ijazah K1 belum membuktikan bahwa ybs. dapat mengajar.

Sam mengerti bahwa yang diinginkan adalah agar ia perlu memiliki ijazah guru (Paedagogiek). Ia langsung pada kesempatan berikutnya (setelah 2 bulan) melaksanakan ujian ini dan lulus.

Sambil menunggu, bekerja dan belajar.

Sebenarnya Sam ingin membuat doktoralnya pada Prof. Korteweg dari UVA, namun permohonan untuk ini ditolak oleh Dewan Universitas dengan alasan bahwa Sam tidak memiliki ijazah HBS, Lyceum atau Gymnasium, sedangkan ijazah K1 tidak dipertimbangkan sama sekali.

Nasehat Mr. Abendanon.

Sam meminta nasehat pada Mr. Abendanon dan beliau mengerti permasalahannya.

Ia menasehatkan Sam untuk berupaya melaksanakan studi doktornya di Swis

Sam mengikuti nasehat Mr. Abendanon dan melaksanakan studi doktor di Universitas Zurich di Fakultas Filsafat II.

“Big brother” was watching Sam.

Terkait dengan permohonan yang diajukan kepada Menteri Urusan Jajahan itu, maka hal ihwal Sam di Zurich terus menerus dimonitor oleh Kementerian Urusan Jajahan.

Secara konfidensial Menteri meminta informasi kepada Rektor Univ. Zurich mengenai kemajuan studi dan tingkah laku Sam di Zurich, juga kepada Mr. Abendanon diminta berbagai penjelasan.

Mr. Abendanon banyak membantu

Akhirnya GG perlu digertak

Satu dokumen hilang!

Ini hanya sekelumit pengalaman seseorang dalam negara yang terjajah.

"We measure ourselves by many standards . . . our strength and our intelligence, our wealth and even our good luck. . . . But deeper than all such things and able to suffice unto itself without them, is the sense of the amount of effort we can put forth. . . .Hewho can make none is but a shadow; he who can make much is a hero."(The 19th-century psychologist: William James)

"Kita mengukur diri kita atas dasar berbagai standar . . . kekuatan kita dan kecerdasan kita, kekayaan kita dan bahkan keberuntungan kita . . .. Akan tetapi lebih dalam daripada, bahkan cukup tanpa adanya hal-hal seperti itu, adalah kemampuan menerbitkan upaya yang besar . . .. Dia yang tak dapat berupaya hanyalah suatu bayangan; sedangkan dia yang mampu berupaya yang besar adalah seorang pahlawan." (Ahli psikologi abad ke-19: William James)

Masih banyak hal yang dapat kami sajikan

Namun mengingat waktu yang disediakan pada kesempatan ini cukup kami lanjutkan dengan slide show beberapa foto yang kebetulan dapat tersedia.

Tujuh pejoang diasingkan ke Serui

Setelah dibebaskan dari pengasingan

Menghadiri Ultah ke-1 KRIS di Madiun

Diterima di istana Presiden

Keluarga kita bersatu lagi

30 Juni 1949 Sam meninggal dunia

Perjalanan kembali ke Tondano

Keluarga dekat yang berkabung

Penghargaan dari Pemerintah dan Masyarakat

Sekian dan terima-kasih atas perhatian Anda

top related