laporan kasus hernia
Post on 19-Jan-2016
95 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PRESENTASI KASUS
1.1 IDENTITAS
Nama : Sutihan
Umur :30 tahun
Jenis kelamin :Laki-laki
Alamat :Jln dr sutomo no 3 RT 1/3
Agama :Islam
Pekerjaan :Becak
Tanngal masuk :4-2-2013
No.RM :146878
Ruangan :BOUGENVILE KELAS III
1.2 ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : Benjolan di lipatan paha sebelah kanan
B. Riwayat penyakit sekarang (RPS) :
Pasien datang ke poli bedah umum RS.M.Saleh Probolinggo, pada tanggal 24-1-2013, dengan keluhan terdapat benjolan pada lipatan paha sebelah kanan. Benjolan ini, menurut pasien sejak ± 2 tahun yang lalu, di mana awalnya benjolan kecil yang kemudian membesar. Benjolan ini dirasakan dapat keluar masuk.
Pasien tidak merasakn nyeri bila benjolan tersebut ditekan. Pasien tidak merasakan sakit di daerah sekitar benjolan dan daerah perut. Pasien ini tidak mual, muntah, buang air besar dan kecil lancar.
1
C. Riwayat penyakit dahulu (RPD) :
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat Batuk Lama (-)
- Riwayat Diabetes Melitus (-)
- Tidak pernah konstipasi berat
- Pekerjaanya berhubungan dengan pekerjaan fisik berat
- Tidak pernah mengalami gangguan buang air besar dan kecil
D. Riwayat penyakit keluarga :
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
E. Riwayat alergi :
- Alergi terhadap obat maupun makanan tidak ada
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum : Baik
B. Kesadaran : Composmentis
C. Vital sign :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 18x/menit
Suhu : 36,0°
D. Status Generalis :
• Kepala : Bentuk simetris, deformitas (-)
• Mata:
2
o Palpebra : Oedema -/-
o Konjungtiva: Anemis -/-
o Sklera : ikterus -/-
• Telinga: Dalam batas normal
• Hidung: Dalam batas normal
• Mulut: Dalam batas normal
• Gigi: Dalam batas normal
• Leher: Pembesaran KGB (-), Peningkatan JVP (-)
• Thoraks
o Paru
Inspeksi: Simetris, tidak ada retraksi, tidak ada ketinggalan gerak
Palpasi: Fokal fremitus paru kanan sama dengaan paru kiri
Perkusi: Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi: Suara nafas vesikuler, rhonki -/-,wheezing -/-
o Jantung
Inspeksi: Iktus kordis tidak tampak
Palpasi: iktus kordis teraba di ICS IV MCL
Perkusi: tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi: Suara jantung S1-S2 tunggal,regular.Murmur (-), Gallop (-)
• Abdomen
o Inspeksi: Distensi (-), tidak ada tanda trauma, supel, datar, simetris
o Palpasi: Nyeri tekan (-), defans muscular (-), hepar dan lien tidak teraba
o Perkusi: Timpani
3
o Auslultasi: Bising usus normal
• Ekstremitas
o Atas
Akral: hangat
Sianosis: tidak sianosis
Perfusi: baik
o Bawah
Akral: hangat
Sianosis: tidak sianosis
Perfusi: baik
• Genetalia
(keterangan pada status lokalis)
E. Status lokalis
Regio inguinalis dextra
Inspeksi: Terlihat adanya benjolan dengan diameter ± 2cm,saat pasien berbaring benjolan dapat dimasukkan oleh tangan pasien sendiri
Palpasi: Teraba benjolan, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)
Uji Transluminasi: (-)
Uji khusus Hernia:
• Finger test: Terasa impuls di ujung jari
• Ziemen test: Terasa rangsangan pada jari ke dua
• Thumb test:: Tidak keluar benjolan
4
Regio inguinalis sinestra
Inspeksi: Terlihat adanya benjolam dengan diameter ± 1cm, saat pasien berbaring dapat dimasukkan oleh tangan pasien sendiri
Palpasi: Teraba benjolan,konsistensi kenyal,nyeri tekan (-)
Uji Transluminasi: (-)
Uji khusus hernia:
• Finger test: Terasa impuls di ujung jari
• Ziemen test: Terasa rangsangan pada jari ke dua
• Thumb test: Tidak keluar benjolan
1.4 DIAGNOSA
- Hernia Inguinalis Lateralis Dextra et Sinestra Reponibel
1.5 DIAGNOSA BANDING
- Hernia inguinalis medialis
- Hidrokel testis
- Lymphadenopathy inguinalis
- Abses di pelipatan paha (cold abses)
1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
5
Pada pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan Laboratorium
Haemoglobin 15,3 L:13-18, P:12-16 g/dl
Leukosit 6.300 4000-11.000 /cmm
LED BBS 19/35 L: 5-10, P: 10-20 / jam
DIFF. COUNT 2/-/6/43/47/2 0-2/0-1/1-3/45-70/35-50/2%
PCV Hematokrit 46 L: 40-54, P:35-47%
Trombosit 170.000 150000-400000 /cmm
PTT 38,4 35-45 detik
TT 13,4 10-15 detik
Gula darah acak sewaktu 116 < 140 mg/dl
HbsAg Negatif (-) NEGATIF
BUN 15,8 10-20 mg/dl
Kreatinin 0,9 0,5-1,7 mg/dl
1.7 TERAPI
- Operatif Pro Hernia Repair
1.8 PROGNOSIS
- Dubia ad bonam
6
FOLLOW UP
1. Tanggal 4-2-2013
S : Pasien mengatakan terdapat benjolam di selangkangan kanan dan kiri, keluar masuk sejak ± 2 tahun yang lalu.
O : KU : Baik
A/I/C/D : -/-/-/-
Pusing (-), Mual/Muntah -/-, BAB/BAK +/+, Asma (-), Finger test terasa impuls di ujung jari.
Tensi : 110/70 mmHg
Suhu : 36,0° C
Nadi : 70x/ menit
RR : 18x/ menit
A : Hernia inguinalis lateralis dextra et sinestra reponibel
P : - Tunggu acara operasi
- Pre visite anastesi:
• ASA I
• Puasa 8 jam pre op mulai jam 24.00
• Lengkapi informed consent
• Dulcolax 2 tab
2. Tanggal 5-2-2013
7
S : Pasien mengatakan terdapat benjolam di selangkangan kanan dan kiri, keluar masuk sejak ± 2 tahun yang lalu.
O : KU : Baik
A/I/C/D : -/-/-/-
Pusing (-), Mual/Muntah -/-, BAB/BAK +/+, Asma (-), Finger test terasa impuls di ujung jari.
Tensi : 110/90 mmHg
Suhu : 36,7° C
Nadi : 84x/ menit
RR : 18x/ menit
A : Hernia inguinalis lateralis dextra et sinestra reponibel
P : - Rencana operasi hernia inguinalis lateralis dextra hari ini
- Operasi:
• Posisi supinasi dan spB memulai
• Jika TD systole < 90 mmHg beri Efedrine 10 mg
• Sulfas atropine 2cc/0,5 mg jika penuruna frekuensi HR (+)
• Instruksi post operasi:
Ketorolac 3x1
Ondansitron 3x1
Ranitidine 3x1
3. Tanggal 6-2-2013
8
S : Pasien mengatakan terasa nyeri di bekas luka operasi.
O : KU : Baik
A/I/C/D : -/-/-/-
Pusing (-), Mual/Muntah -/-, BAB/BAK +/+, Flatus (+).
Tensi : 120/80 mmHg
Suhu : 36,7° C
Nadi : 96x/ menit
RR : 18x/ menit
A : Post operasi Hernia inguinalis lateralis dextra reponibel
P : NaCL infus 20 tetes/ menit
RL infus 20 tetes/ menit
Inj Cefrtiaxone 2x1 g
Inj Ketorolac 3x30 mg
4. Tanggal 7-2-2013
S : Pasien mengatakan terasa nyeri di bekas luka operasi.
O : KU : Baik
A/I/C/D : -/-/-/-
Pusing (-), Mual/Muntah -/-, BAB/BAK +/+, Asma (-), Flatus (+).
Tensi : 110/70 mmHg
Suhu : 36,7° C
9
Nadi : 84x/ menit
RR : 18x/ menit
A : Post operasi Hernia inguinalis lateralis dextra reponibel
P : Pasien pulang hari ini
BAB II
PEMBAHASAN
Dari anamnesis pasien mengatakan:
Pasien mengeluh terdapat benjolan pada lipatan paha sebelah kanan. Benjolan ini, menurut pasien sejak ± 2 tahun yang lalu, di mana awalnya benjolan kecil yang kemudian membesar. Benjolan ini dirasakan dapat keluar masuk.
Pasien tidak merasakan nyeri bila benjolan tersebut ditekan. Pasien tidak merasakan sakit di daerah sekitar benjolan dan daerah perut. Pasien ini tidak mual, muntah, buang air besar dan kecil lancar.
Dari hasil anamnesa ini, Pasien mengeluh terdapat benjolan pada lipatan paha sebelah kanan. Berdasarkan teori dari hernia jenis inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis/lateralis/internus dan mengikuti jalanya spermatic cord di canalis inguinalis dan dapat melalui annulus inguinalis subkutan (externus) sampai di scrotum. Pasien ini mengarah ke jenis hernia inguinalis lateralis tetapi harus diperiksa lebih lanjut dengan pemeriksaan fisik untuk memastikan jenis dari hernia tersebut.
Pasien juga mengeluh dirasakan benjolan yang dapat keluar masuk, pasien juga tidak meraskan nyeri bila benjolan tersebut ditekan, pasien tidak meraskan sakit di daerah sekitar benjolan dan daerah perut. Pasien ini mengarah ke hernia reponibilis karena benjolan tersebut dapat keluar masuk dan tidak dirasakan sakit di daerah benjolan dan di daerah perut.
Dari riwayat sebelunya:
10
Pasien tidak tidak ada riwayat hipertensi, batuk lama, diabetes militus, konstipasi berat, tidak pernah mengalami gangguan buang air besar dan kecil, pekerjaanya pernah berhubungan dengan pekerjaan fisik berat, anggota keluarganya tidak pernah menderita penyakit seperti ini, tidak ada alergi obat.
Dari riwayat ini pasien pernah berhubungan dengan pekerjaan fisik berat, pekerjaan fisik berat ini merupakan pencetus timbulnya hernia.
Hasil dari pemeriksaan fisik:
Pada pemeriksaan status lokalis
Regio inguinalis dextra
Inspeksi: Terlihat adanya benjolan dengan diameter ± 2cm,saat pasien berbaring benjolan dapat dimasukkan oleh tangan pasien sendiri
Palpasi: Teraba benjolan, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)
Uji Transluminasi: (-)
Uji khusus Hernia:
• Finger test: Terasa impuls di ujung jari
• Ziemen test: Terasa rangsangan pada jari ke dua
• Thumb test:: Tidak keluar benjolan
Regio inguinalis sinestra
Inspeksi: Terlihat adanya benjolam dengan diameter ± 1cm, saat pasien berbaring dapat dimasukkan oleh tangan pasien sendiri
Palpasi: Teraba benjolan,konsistensi kenyal,nyeri tekan (-)
Uji Transluminasi: (-)
Uji khusus hernia:
• Finger test: Terasa impuls di ujung jari
• Ziemen test: Terasa rangsangan pada jari ke dua
11
• Thumb test: Tidak keluar benjolan
Dari hasil pemeriksaan fisik ini menunjukan bahwa pada pemeriksaan regio inguinalis dextra didapatkan benjolan dengan diameter ±2cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan tidak ada. Pada pemeriksaan finger test terasa impuls di ujung jari, ziemen tes terasa rangsangan pada jari kedua, thumb tes tidak keluar benjolan. Dari hasil pemeriksaan ini dapat disimpulkan pasien menderita hernia inguinalis dextra reponibel.
Pada pemeriksaan regio inguinalisinestra didapatkan benjolan dengan diameter ±1cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan tidak ada. Pada pemeriksaan finger test terasa impuls di ujung jari, ziemen tes terasa rangsangan pada jari kedua, thumb tes tidak keluar benjolan. Dari hasil pemeriksaan ini dapat disimpulkan pasien menderita hernia inguinalis sinestra reponibel, walaupun pada keluhan pasien hanya mengeluhkan benjolan pada lipatan paha sebelah kanan.
Pada pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan Laboratorium
Haemoglobin 15,3 L:13-18, P:12-16 g/dl
Leukosit 6.300 4000-11.000 /cmm
LED BBS 19/35 L: 5-10, P: 10-20 / jam
DIFF. COUNT 2/-/6/43/47/2 0-2/0-1/1-3/45-70/35-50/2%
PCV Hematokrit 46 L: 40-54, P:35-47%
Trombosit 170.000 150000-400000 /cmm
PTT 38,4 35-45 detik
TT 13,4 10-15 detik
Gula darah acak sewaktu 116 < 140 mg/dl
HbsAg Negatif (-) NEGATIF
BUN 15,8 10-20 mg/dl
Kreatinin 0,9 0,5-1,7 mg/dl
12
Pada hasil pemeriksaan penunjang laboratorium ini semua hasilnya dalam batas normal.
Pada pentalaksanaan:
• ASA I
• Dulcolax 2 tablet
• Ondansitron 3x1
• Ranitidine 3x1
• NaCL infus 20 tetes/ menit
• RL infus 20 tetes/ menit
• Inj Ceftiaxone 2x1 g
• Inj Ketorolac 3x30 mg
• Hernia repair yang dilakukan dengan cara herniotom yaitu membuka dan memotong
kantong hernia,mengembalikan isi hernia ke cavum abdominalis, hernioraphy yaitu mengikat leher hernia dan menggantungkanya pada conjoint tendon supaya tidak keluar masuk lagi, hernioplasty yaitu memberi kekuatan pada dinding perut dan menghilangkan LMR sehingga tidak residif dengan cara mengikatkan conjoint ke lig.inguinale pada pasien ini menggunakan metode bassini.
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Hernia Inguinalis Lateralis/Indirek/Olliqua
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis/lateralis/internus dan mengikuti jalanya spermatic cord di canalis inguinalis dan dapat melalui annulus inguinalis subkutan (externus) sampai di scrotum.1
14
3.2 ANATOMI CANALIS INGUINALIS
Gambar 1 Anatomi anterior2
15
Gambar 2 Anatomi posterior2
Batas canalis inguinalis4
• Dinding anterior: aponeurosis m.obliqus externus abdominis
• Dinding posterior: fascia transversa
• Lantai: Permukaan superior lig.inguinalis dan lig lacunae
• Atap: tepi bebas m.obliqus internus dan tepibebea m.transversus abdominalis
• Medial: conjoint tendon (gabungan tendon m.obliqus internus dan m.transversus
abdominalis)
Berisi:4
• Funiculus spermaticus
16
• A dan V spermatica
• N.Ilioinguinal
• N.Iliofemoral
Pintu canalis:4
• Annulus inguinalis internus ( sebelah kraniolateral): bagian terbuka dari fascia
transversalis dan apponeurosis m.transversus abdominis.
• Annulus inguinalis eksternus (sebelah medial bawah): bagian terbuka dari apponeurosis
m.obliqus eksternus
Locus minoris resistentiae:4
• Kongenital: Pada annulus inguinalis lateralis/imternus.
• Aquisitial: Pada bagian lateral dari fovea inguinalis lateralis.
Jika isi hernia ini sampai pada scrotum disebut hernia scrotalis.
Bagian-bagian hernia:4
Kantong hernia
Isi hernia
Pintu hernia
Leher hernia
Locus minoris
3.3 ETIOLOGI
Kausa:5
1. Kongenital
17
• Hernia kongenital sempurna : Karena adanya defek pada tempat-tempat
tertentu.
• Hernia congenital tak sempurna : Bayi dilahirkan normal (kelainan belum
tampak) tatapi mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intra abdomen.
2. Akuisital
FAKTOR PENYEBAB HERNIA:
• Tekanan intra abdomen yang tinggi, misalnya sering mengejan, batuk,
menangis.
• Konstitusi tubuh, misalnya orang kurus dan orang gemuk.
• Banyaknya preperitoneal fat.
• Distensi dinding perut.
• Cicatrix.
• Penyakit yang melemahkan otot-otot dinding perut.
3.4 KLASIFIKASI
18
Berdasarkan klinis:4
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Dapat direposisi tanpa operasi.
b. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali ke cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi. Tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika telah mengalami perlekatan organ disebut hernia akreta.
c. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi viscera yang terperangkap dalam kantung hernia (isi hernia). Pada keadaan sebenarnya gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.
d. Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin hernia, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah disertai tanda-tanda ileus mekanis (usus terjepit sehingga aliran makanan tidak bisa lewat).
Berdasarkan arah hernia:4
1. Hernia Eksterna
Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena menonjolnya kearah luar, misalnya:
• Hernia inguinalis medialis (15%) dan lateralis (60%)
• Hernia femoralis
• Hernia Umbilikalis
• Hernia episgatrika
• Hernia lumbalis
• Hernia obturatoria
• Hernia semilunaris
• Hernia Perinealis
• Hernia Ischiadica
19
2. Hernia Interna
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax, bursa omentalis, atau masuk ke dalam reccesus dalam cavum abdomen,
Pada cavum abdominalis:
• Hernia eplipocia winslowi
• Hernia bursa omentalis
• Hernia mesenterika
• Hernia retro peritonealis
Pada cavum thorax:
• Hernia diafragma traumatika
• Hernia diafragma non-traumatika
Kongenital, misalnya Hernia Bochdalek dan Hernia Morgagni
Akuisital, misalnya Hernia hiatus esophagus
3.5 PATOFISIOLOGI
Hernia inguinalis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8 dari kehamilan,terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penuruna testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tinjolan peritoneum yang disebut dengan procesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.3
20
Bila prosesus terbuka sebagian,maka akan imbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis congenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dari jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk, batuk kronis, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya suatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi prostat, acites, kehamilan, obesitas, dan kelainan congenital dan dapat terjadi pada semua.3
3.6 DIAGNOSA HERNIA
Anamnesa:4
• Timbul benjolan di lipat paha yang hilang timbul. Pada keadaan lanjut dapat menetap
(irreponibilis), kecuali pada hernia inguinalis medialis tidak terjadi irreponibilis.
• Penonjolan timbul jika tekanan intra abdominal naik.
• Benjolan dapat hilang jika pasien tiduran atau dimasukkan dengan tangan (manual).
• Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia inkaserata.
• Nyeri pada keadaan strangulasi.
• Terdapat faktor-faktor predisposisi
Pemeriksaan fisik:4
21
• Benjolan pada lipat paha atau scrotum dengan batas atas tidak jelas, bising usus (+),
transluminasi (-).
• Lateral terhadap vasa epigastrika inferior.
• Finger test:
Dengan jari telunjuk/kelingking scrotum di invaginasikan menyelusuri anulus externus
sampai dapat mencapai canalis inguinalis à suruh mengejan
Bila dorongan/tekanan pada ujung jari à HIL
Bila dorongan/tekanan pada medial jari à HIM
Gambar 3 Pemeriksaan finger test4
• Ziemen test:
Bila hernia kanan periksa dengan tangan kanan
Bila hernia kiri periksa dengan tangan kiri
Cara : - Jari ke 2 , diatas anulus int.
- Jari ke 3 , diatas anulus ext.
- Jari ke 4 , diatas fossa ovalis
Hasil à bila dorongan pada :
- Jari ke 2 à HIL
22
- Jari ke 3 à HIM
- Jari ke 4 à H. Femoralis
Gambar 4 Pemeriksaan ziemen test4
• Thumb test:
Bila hernia kanan periksa dengan tangan kiri
Bila hernia kiri periksa dengan tangan kanan
Ibu jari ditekankan pada anulus int. (kurang lebih pertengahan Sias-Tub.Pubicum, 1.5 cm diatas lig.inguinale) penderita disuruh mengejan
Bila tidak keluar benjolan à HIL
Bila keluar benjolan à HIM , H. Femoralis
23
Gambar 5 Pemeriksaaan thumb test4
3.7 PENATALAKSANAAN
Prinsip: mencegah inkaserasi atau strangulasi semua hernia harus direpair, kecuali hernia direk yang kecil.
Konservatif:4
Terapi ini angka kekambuhanya cukup tinggi:
1. Reposisi
• Hanya dilakukan pada hernia reponibel dengan memakai kedua tangan, tangan
yang satu meleberkan leher hernia, tangan satunya lagi memasukkan isi hernia lewat leher hernia tadi.
24
• Pada pasienyang takut operasi/anak-anak dengan hernia irreponibel dapat
dicoba dengan cara: bagian hernia dikompres dingin beri valium 10 mg, pasien posisi trendelenburg (supine dengan kepala lebih rendah dari pada badan), lakukan reposisi manual.
Gambar 6 Posisi trendelenburg4
2. Suntikan
• Dilakukan setelah reposisi berhasil dengan cara menyuntik sekitar tempat
hernia dengan zat sklerotik (phenol dan alcohol) untuk memperkecil pintu hernia.
3. Sabuk hernia
• Digunakan jika pasien menolak operasi dan pintu hernia kecil.
• Juga dipakai setelah reposisi berhasil.
25
Gambar 7 Sabuk hernia4
Operatif:
• Pada keadaan strangulasi/inkaserata dilakukan operasi cito namum keadaan
umum diperbaiki terlebih dahulu.
• Tujuan:
Reposisi hernia
Menutup pintu hernia
Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut
Operasi hernia ada 3 tahap:4
1. Herniotomi: membuka dan memotong kantong hernia,mengembalikan isi hernia ke cavum abdominalis.
2. Hernioraphy: mengikat leher hernia dan menggantungkanya pada conjoint tendon supaya tidak keluar masuk lagi.
26
3. Hernioplasty: member kekuatan pada dinding perut dan menghilangkan LMR sehingga tidak residif dengan cara mengikatkan conjoint ke lig.inguinale. Hal ini tidak dilakukn pada pasien anak-anak.
Operasi pada hernia inguinalis lateralis
Irisan kulit pada hernia inguinalis ini disebut inguinal incision, dua jari cranial dan sejajar ligamentum inguinale mulai dari pertengahan. Dan ini sesuai dengan anulus inguinalis internus. Panjang irisan tergantung dari besarnya hernia (tergantung kebutuhan), biasanya 5-8 cm. Pada anastesi lokal dilakukan infiltrasi procain kurang lebih tidak melebihi 20 cc. Setelah kulit dibuka, subkutis dan jaringan lemak disiangi sampai tampak aponeurosis muskulus obliqus eksternus yang merupakan dinding depan kanalis inguinalis. Kira-kira 2 cm cranial ligamentun inguinale. Irisan ke medial sampai membuka anulus inguinalis eksternus.3
Di dalam kanalis inguinalis terdapat funiculus spermaticus dibungkus muskulus cremaster. Otot ini disiangi sampai funikulus spermaticus kelihatan. Funiculus dibersihkan atau dicanthol sampai ke lateral dengan kain kasa, dan kantong peritoneum akan timbul di sebelah caudomedialnya. Kantong ini dijepit dengan dua buah pinset sirurgik dan diangkat, kemudian dibuka dengan memperhatikan agar isi hernia (usus) tidak terpotong. Kantong yang terbuka lalu dijepit dengan klem Mickuliks sehingga usus tampak jelas. Kemudian usus dikembalikan ke cavum abdominalis dengan rnelebarkan irisan pada kantong ke proksimal sampai leher hernia. Sisa kantong sebelah distal dibiarkan dalam skrotum pada hernia yang besar (karena bisa menimbulkan banyak pendarahan), sedang hernia yang kecil sisa kantong tersebut dibuang. Kemudian leher dijahit ikat. Puntung ini kemudian ditanamkan di bawah conjoint tendon dan digantungkan. Selanjutnya karena locus minoris resistantiae masih ada, perlu dilakukan hernioplasty.3
Hernioplasty ada bermacarn-macam menurut kebutuhannya:3
1. Ferguson
Yaitu funiculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari musculus obliqus externus dan internus abdominis dan muskulus obliqus internus dan transversus dijahitkan pada ligamenturn inguinale dan meletakkan funiculus spermaticus di dorsal, kemudian aponeurosis muskulus obliqus externus dijahit kembali sehingga tidak ada lagi kanalis inguinalis.
27
2. Bassini
Muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinale. Funikulus spermaticus diletakkan ventral dari muskulus tadi tetapi dorsal dari aponeurosis muskulus obliqus eksternus sehingga kanalis inguinalis kedua muskuli tadi memperkuat dinding belakang dari kanalis inguinalis, sehingga locus minoris resistantiae hilang.
28
Gambar 8 Metode bassini
3. Halstedt
Di lakukan untuk memperkuat atau menghilangkan locus minonis resistentiae. Ketiga muskulus, muskulus obliqus eksternus abdominis, muskulus obliqus internus abdominis, muskulus obliqus transversus abdominis, funikulus spermatikus diletakkan di sub kutis.
4. Shouldice
Membuka lantai inguinalis dan mengimbrikasi fascia transversalis dengan teknik jahitan kontinyu.
29
Gambar 9 Metode shouldice
5. Lichtenstein
Setelah funikulus spermatikus diangkat dari dinding posterior kanalis inguinalis dan kantong hernia telah diikat dan dipotong, lembaran polypropylene mesh dengan ukuran 8 x 6 cm dipasang dan dipaskan pada daerah yang terbuka. Mesh dijahit dengan benang polypropylene monofilamen 3.0 secara kontinyu. Sepanjang tepi bawah mesh dijahit mulai dari tuberkulum pubikum, ligamentum lakunare, ligamentum inguinalis. Tepi medial dijahit ke sarung rektus. Tepi superior dijahit ke aponeurosis atau muskulus obliqus internus dengan jahitan satu-satu. Bagian lateral mesh dibelah menjadi dua bagian sehingga mengelilingi funikulus spermatikus pada cincicn internus dan kedua bagian mesh yang terbelah taadi di silangkan dan di fiksasi ke ligamentum inguinalis dengan jahitan. Jahit aponeurosis obliqus eksternus.
Gambar 10 Metode lichtenstein
30
3.8 KOMPLIKASI
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis reponibel. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponibel adalah omemtum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibel dari pada usus halus.3
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan kasus strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kmbung, muntah, dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.3
3.9 PROGNOSIS
Dari hernia jenis ini baik. Insidens residif bergantung pada umur, letak hernia, teknik hernioplastik atau herniotomi yang dipilih.
Sebenarnya residif lebih banyak terjadi pada hernia inguinalis medialis dibandingkan hernia inguinalis lateralis. Penyebab hernia inguinalis residif antara lain:3
• Kelemahan pada saat melakukan identifikasi kantong hernia
• Terjadinya infeksi pada luka operasi
• Kondisi yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan intra abdominal
• Kesalahan tehnik operasi,misalnya ketegangan penjahitan serta terjadinya kekurangan
dalam menutup annulus inguinalis internus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arief mansjoer,et al, 2008. Kapita selekta kedokteran, Jakarta: Media aesculapsius
31
2. Grace, P.A. 2002. Surgery at a Glance Second Edition. United Kingdom: Blackwell
Publishing Company.
3. R.Sjamsuhidajat, Wim de Jong, Buku – ajar ilmu bedah,eds 2, 2005, Jakarta: EGC
4. Sari, D.K, et al. 2005. Chirurgica. Yogyakarta: Tosca Enterprise
5. Soelarto Reksoprodjo.Kumpulan kuliah ilmu bedah universitas Indonesia,Binarupa aksara: 134-135
32
top related