keterikatan terhadap hukum syara

Post on 16-Apr-2017

267 Views

Category:

Spiritual

12 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Hukum Syara’ adalah Khitbah Syari’ (Seruan Allah sebagai pembuat hukum) yang berkaitan dengan amal perbuatan hamba (manusia), baik itu berupa ketetapan yang sumbernya pasti (qath’i tsubut) seperti Al-Quran dan Hadits Mutawatir, maupun yang ketetapan yang sumbernya masih dugaan kuat (Zhanni tsubut) seperti hadits yang bukan tergolong mutawatir.

| Wajib (Jika dikerjakan berpahala dan apabila ditinggalkan berdosa) | Sunah (Apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa) | Mubah (Pilihan, boleh dikerjakan atau

ditinggalkan) | Makruh (Meninggalkannya lebih utama daripada mengerjakannya) | Haram (Jika dikerjakan berdosa dan bila ditinggalkan akan mendapatkan pahala) |

Merupakan makhluk yang memiliki akal dan potensi kehidupan (hajat ‘udhawiyyah dan gharizah). Dalam hidupnya manusia ingin meraih kehidupan yang tentram dan bahagia. Untuk meraih semua itu manusia tidak terlepas dari perbuatan dan benda. Agar kebutuhan manusia dapat terpenuhi dengan baik, manusia memerlukan aturan. Aturan yang baik adalah yang dapat menyelamatkan manusia di dunia maupun akhirat.

“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya (TQS. An Nisaa’ : 65).

2.Syarat Diterimanya Amalan Orang Mukmin

Perbuatan yang dilakukan tidak sejalan dengan sunnah Nabi saw atau tidak sejalan dengan syariat Islam, maka perbuatan itu tertolak.

Imam al-Baghawiy, Ma’aalim al-Tanziil (Tafsir al-Baghawiy), juz 8, hal. 176

وقال فضي����ل ب����ن عياض "أحس����ن عمال" أخلص�ه وأص�وبه. وقال: العم�ل ال يقب�ل حت�ى ا ص��وابًا الخال��ص: إذا كان لل��ه يكون خالص��ً Imam Fudlail bin ‘Iyadl menyatakan, “Imam Fudlail bin.والصواب: إذا كان على السنة’Iyadl mengatakan, ”ahsanu ’amalan” adalah ”yang paling ikhlash” dan yang paling benar”. Ia berkata, ”Perbuatan tidak akan diterima hingga amal itu ikhlash dan benar. Ikhlash adalah jika amal itu ditujukan hanya untuk Allah, sedangkan benar adalah jika amal itu sesuai dengan sunnah”. [Imam al-Baghawiy, Ma’aalim al-Tanziil (Tafsir al-Baghawiy), juz 8, hal. 176]

“Barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk (Keselamatan) dirinya sendiri ; dan barang siapa tersesat, maka sesungguhnya (Kerugian) itu bagi dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, tetapi

Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang Rasul.(TQS. Al-Isra’ : 15)

“Maka apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan kalian tidak akan kembali kepada Kami?” (TQS Al Mu'minuun, 23:115)

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa

(TQS. Al-Imran [3] : 133)

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :“Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir”.

(HR.Muslim)

“Akan tiba suatu masa ketika itu orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti halnya orang yang sedang menggenggam bara api”.

(HR. Tarmidzi)

#TaatTanpaTapiApalagiKataNanti

top related