karya ilmiah - erepo.unud.ac.id
Post on 22-Nov-2021
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KARYA ILMIAH
MENENTUKAN LAMA PENYINARAN TERHADAP PEMERIKSAAN
RADIOLOGI DENGAN RADIASI SINAR-X
NYOMAN WENDRI, S.Si., M.Si
Drs. IDA BAGUS ALIT PARAMARTA, M.Si
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
KARYA ILMIAH
MENENTUKAN LAMA PENYINARAN TERHADAP PEMERIKSAAN
RADIOLOGI DENGAN RADIASI SINAR-X
NYOMAN WENDRI, S.Si., M.Si
Drs. IDA BAGUS ALIT PARAMARTA, M.Si
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
i
ABSTRAK
Pada pengambilan photo Roentgen sangat bergantung pada pengaturan tegangan, arus, dan
waktu. Pengaturan tegangan, arus, dan waktu berpengaruh terhadap energy radiasi,
intensitas, dandosis yang dihasilkan pesawat sinar-X. Dalam pengambilan photo Roentgen
penentuan tegangan, arus, dan waktu harus disesuaikan dengan factor expose pasien yaitu
jarak dan ketebalan tubuh yang mau di ber iradiasi sinar-X.
Kata Kunci : Radiologi, Rontgen, Sinar-X
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatken kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalh ini penulis susun
untuk karya tulis ilmiah yang diberi judul: Menentukan Lama Penyinaran Terhadap
Pemeriksaan Radiologi dengan Radiasi Sinat-X.
Pada kesempatan ini penulis penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Ir. S. Poniman , M.Si selaku ketua jurusan Fisika FMIPA Universitas
udayana.
2. Bapak Drs. Ida Bagus Made Suaskara, M.Si selaku Dekan FMIPA Universitas
Udayana.
3. Teman-teman sejawat di Jurusan Fisika Universitas Udayana atas sumbang
sarannya, serta semua pihak yang yang turut mendukung demi kelancaran
penulisan karya tulis ilmiah ini.
Bukit Jimbaran,
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
6.2 Saran ......................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
1
1
B A B I
P E N D A H U L U A N
1.1. Latar Belakang
Radiologi adalah suatu cara pemeriksaan yang menghasilkan gambar dari bagian
dalam tubuh manusiayang ada diagnostik yang dinamakan pencitraan diagnostik.
Radiologi merupakan ilmu tentang penggunaan alat-alat radio yang dapat digunakan
untuk melihat bagian tubuh dengan menggunakan pancaran atau radiasi gelombang
elektromagnetik.
sangat diperlukan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakay. Perlu diatur suatu
sistem pelayanan kepada masyarakat. Perlu diatur suatu sistem pelayanan yang baik
yang berhubungan dengan ketepatan diagnosa pada pasien pada salah satu klinik dibali
saat ini telah memiliki fasilitas sangat baik diantaranya pesawat sinar-x. Optimalisasi
hasil pemeriksaan dengan pesawat sinar-x ini sangat diperlukan agar citra yang
dihasilkan memiliki kualitas baik dengan radiasi yang diberikan pada pasien tetap dalam
2
jumlah sekecil mungkin yang berada dalam nilai batasan yang aman. Prembentukan
citra dalam peristiwa pencitraan pesawat sinar - x dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya: tegangan, arus, dan waktu penyinaran. (Suyanto, dkk, 2011)
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penulisan karya tulis ini adalah :
Menentukan lama penyinaran pada pesawat sinar-x dalam pemeriksaan thorax.
3
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hubungan Radiologi Dengan Sinar-X
Sel - sel hidup khususnya sel - sel gonad dan embrional yang belum dewasa dapat
dipengaruhi oleh Sinar - X dan sangat berbahaya. Sinar - X dapatDmenyebabkan
perubahanDbiologis baik genetikDmaupun somatik. Dosis yang tinggi dari sinar - X
dapat menyebabkan destruksi terhadap sel - sel seecara langsung serta sinar - X
memiilikiDkemampuanDkhusus bagi jaringan malignan.Kemampuan ini memiliki
keuntungaan pada penggunaan sinar - X untuk tujuan terapi dan juga untuk pengobatan
lesi malignan. Sinar-X untuk kepentingan diagnostik, dapat menembus hampir setiap
unsur meliiputi aluminium dan mampu menghasilkaan perubahan kimia pada film
pografi maka dariDitu dapat digunakaanDsebagai Radiografi. Radiograf atau
gambarsinar-x adalah hasil potografik yang dihasilkaan oleh sinar - X yang mennembus
objek atau tubuh dan direkam oleh fiilm khusus. (Akhdi, M. 2000)
2.2. Metode Sinar - X
Metoda terpenting didalam proses produksi sinar - X adalah prosess yang
dikenal bremstrahlung, yaitu istilah bahaasa jerman yang mengandung arti radiasi
pengereman (breaking Radiation). Elecktron sebagai partikal bermuatan liistrik yang
bergerak dengan kecepatan tinnggi, apabila menuju dekat ke inti pada suatu atom, maka
gayatarik eleektrostatik inti atom yang kuat akan menyebaabkan elecktron membelok
dengan tajam. Periistiwa itu menyebabkan elecktron kehilangan enrginya dengan
memancarkan radiiasi elecktromagnetik yang dikenal dengan sinar - X bremssrahlung.
Sinar - X dapat pula terbentuk mellui prosess perpindahan elecktron atom dari tingkat
4
yang lebih tingi menuju ketingkat enrgi yang lebih rendah. Peristiwa dasar terbentuknya
secara teknis dapat dilihat pada GambarrD2. 1.
Gambar 2.1. Peristiwa Bremstrahlung
2.2.1 SpektrumDSinar - X
Spektrum kontinyu (polikromatik) dan spektrum diskrits (monokromatik) dapat
dihasilkan oleh berkas sinar -X. Sinar -X timbul akibat adanya pemberhentiian elecktro-
elecktron dengan energi kinetik tinggi oleh anoda.. Sinar -X yang lebih bermanfat dan
sering digunakan didalam kegiatan eksperimens adalah sinar -X monokromatik (sinar -X
karakteristiks) ini dapat timbul akibat adanya prosses transissi eksitasi elecktron didalam
anoda. Sinar -X dapat timbul secara tumpangtindih dengan specktrum bremstrahlung,
disamping panjang gelombang yang monokromatik, intensitasDsinar -X monokromatik
ini jauh lebiih besar daripada intensitas sinar-XDbremstrahlung. Nilai sinar -X
karakterisstik ini tidak tergantung pada besarnya tegangan yang digunakan tetapi hanya
tergantung pada besarnya jeniis bahan anoda yang digunakan.
5
Sinar -X bremstrahlung mempunyai specktrum energi kontiyu yang lebar,
tinggi menuju ketingkat energi yang lebih rendah (Beiser, A., 1987)
Spektrum Sinar-x dapat dilihat melalui grafik hubungan antara panjang
gelombang dengan intensitas , seperti terlihat sesuaiDGambar 2.2.
GambarD2.2. SpektrumDSinar-X
Panjang Gelombang
6
2.2.2 Pembangkit Sinar-X
Bagian-bagian pokok tabung sinar-x yang bekerja meliputi sumber elektron
elektron disiniberupa filamem yang dipanaskan disebut dengan katoda atau elektron
negatif. Jika filamen ini dalam keadaan panas elektron elektron-elektron akan mudah
bergerak, sebagai penggerak elektron dipergunakan tegangan tanpa hambatan dalam
lintasanya. Lempeng logam berfungsi sebagai alat memperlambat elektyron atau disebut
anoda. Bagian anoda yang ditumbuk oleh elektron disebut titik fokus, titik fokus ini
merupakan sumber radiasi sinar-x yang dipancarkan oleh tabung sinar-x. Kedua
elektroda berada didalam tabung gelas yang hampa udara. Pembangkit pesawat sinar-x
dapat dilihat sesuai denganDGambar 2.3
Tabung sinar -X yang digunakan untuk radiografi diagnostik terdiri dari:
a. Katoda sebagai sumber elektron
Katoda adalah elektron negatif pada tabung sinar-x yang terdiri dari
struktur logam yang berfngsi sebagai sumber elektron dan memfokuskan berkas
elektron yang meninggalkan filamen.
b. Filamen Pemanas
GambarD2.3. PembangkitDSinar -X
7
Filamen pemanas terbuat dari bahan tungsen, yang berfungsi sebagai
pemanas katoda. Dimana filamen yang terbuat dari kawat tungsen ini dapat
menahan panas sangat tinggi (melebihi 2000 C) berbentuk kumparan spiral,
sehingga permukaan luar yang memancarkan elektron lebih besar.
Elektron yang dipancarkan oleh filamen bermuatan nrgatif selanjutnya
diarahkan menuju anoda. Daerah yang terkena tumbukan elektron merupakan
sinar-x dan daerah tersebut harus sekecil mungkin agar diperoleh gambaran
diperoleh gambaran radiografi setajam mungkin.
c. Anoda
Anoda adlah sebuah target logam electroda memiliki potensial positif.
Elecktron-elecktron menumbk lapisan anoda membentuk suatu energi yang
sebagian besar energi menjadi energi panas dengan sedikit mengemisikan sinar –X.
Sudut targert adalah sudut yang terbentuk oleh permukan target dengan
8
garis veertikal. Sudut yang biasa digunaakan dalam tabung sinar -X adalah
antara 7o - 20o. Rata - rata dalam diagnostik adalah 17˚dari garis vertikal.
Sudut anoda sebagai sudutt dari permukaan tarrget terrhadap bidang
pertengahan dari sinar -X. Sudut anoda padaDtabung sinar-X mempunyai
rentang 7 derajat hingga 20 derajat dan umumnyaDmemakaiDkemiringanD
sudut(12-17)o.
d. Pendingin tabung sinar -X
e. Pemisah/filter
Filter dalam rangkaian pembangkit sinar-X berfungsi untuk
menghilangkan panjang gelombang yang panjang dari berkas sinar-X yang
keluar melalui jendela tabung.
Berkas sinar-X setelah meninggalkan target dan keluar dari tabung
kemudian harus melalui jendela tipis dalam selubung kaca, minyak di dalam
tabung dan lubang tertutup plastik dalam pelindung berlapis timbul (disebut
jendela tabung). (Widana, I wayan, 2008)
2.3 Prinsip Kerja Tabung Sinar-X
9
e. Berkas sinar -X yang dihasilkan, yaitu sinar -X karackteristik bremstrahlung,
dipancarkan keluar tabungmelalui window.
2.4 Komponen Pengatur dalam Rangkaian Arus Sinar-X
a. Transformator tegangan tinggi
Sumber tegangan tinggi yang digunakan untuk menggerakan elektron-
elektron dengan cepat melalui tabung sinar-X adalah sebuah transformator yang
sering disebut Trafo tegangan tinggi. Fungsi dari trafo tegangan tinggi adalah
mengubah tegangan jala menjadi tegangan yang berorde 103 volt yang
diperlukan untuk menjalankan tabung sinar-X. Trafo ini merupakan trafo step-
up.
b. Pengatur Tegangan
Pengatur tegangan dapat menentukan kuat lemahnya medan listrik
diantara katoda dan anoda yang sangat berpengaruh terhadap daya tembus
berkas sinar-X yang keluar. Semakin besar teganganyang diberikan maka medan
listrik diantara anoda dan katoda juga semakin besar sehingga mempercepat
elektron yang dihasilkan katoda menuju anoda. Secara tidak langsung jumlah
elektron di anoda juga bertambah. Semakin banyak elektron yang terdapat pada
anoda maka semakin banyak berkas elektron yang dipancarkan sehingga
memiliki daya tembus yang cukup baik.
c. Pengatur Arus Tabung
Pengatur arus pada tabung berfungsi untuk menentukan jumlah elektron
menuju anoda. Arus yang melalui katoda dapat memanaskan filamen (kawat
tungsten) yang menyebabkan elektron-elektron pada katoda mudah bergerak.
Semakin besar arus yang diberikan pada katod, elektron akan semakin mudah
10
bergerak menuju anoda. Banyaknya elektron dapat berubah dengan mengubah
suhu pada filamen yaitu dengan cara mengatur arus yang melalui tabung sinar-
X. (Widana, I wayan, 2008)
2.5 Faktor Penyinaran
Faktor eksposi (Faktor penyinaran) terdiri dari tegangan, arus, dan waaktu yang
diberikan antara kattoda dan anoda di dalam tabung Rontgen. Tegangan akan
menentukan kualitas sinar -X. mA adalah satuan arus tabung, dan s adalah satuan waktu
penyinaran. mAs akan menentukan kuantitas sinar-X.
teegangan tabung adalah:
a. Jenis pemotrettan.
b. Kettebalan objek.
c. JarakDpemotretan.
d. PerlengkapanDyangDdigunakan.
Efeek yang terjadi sehubungan dengankenaikan teggangan listrik adalah
a. Energi radiiasi sinar -X akan meningkat, sehingga kerapatan pada fiilm
akan meningkat.
b. Mengurrangi kontrass objek.
11
c. Mengurangi dosis radiasi pada kulit sedangkan pada gonat
meningkat.
pergerrakan. Waktu eksposi yang relatiif panjang dipergunakan pada tekniks
pemeriiksaan yang khusus misalnya tomografi.
Facktor yang mempengaruhi penyinaran adalah:
1. Fillter
Pada dasarnya tabung pesawat sinar -X didiagnostik menggunakan filter in-
heret dan biasanya ditambah dengan fillter tambahan berupa aluminium yang
kalauDdisatukanDsetaraDdengan 2mmDaluminium. Fillter ini berfungsi
sebagai penyaring radiiasi yangDlemah, sedangkan pada pemotrretan yang
menggunakan tegangann yang rendah seperrti pada teknik pemotretan
mamografi, fillter tambahan tidak diperlukan akan tetapi pada pemotrretan
tegangan tinggi. Fillter tambahan perlu diperrhitungkan.
2. JarakDPemotretan
Jarak DpemotretanDterdiri dari :
a. Jarak fokuss ke objek (FOD = focus objectSdistance)
b. Jarak objek keDfilm (OFD = object film distance)
12
c. Jarak fokuss ke film (FFD = focus film distance)
Memperpanjang jarak fokuss ke fillm dapat menyebabkan:
- Berkurangnya ketajaman gambaran yang disebabkan oleh facktor
geometriik.
- Berkurangnya magnifasi (pembesaran) pada gambarr terutama pada
pemotrretan torax
- MengurangiDdosisDkulit padaDpasien
- MenaikkanDarusDdan waktuDpenyinaran
3. Luas lapangan penyinaran
4. Besaran Fokus
5. Lembaran dan film
Lembaran dan film penguaat harus dipiilih dengan mempertimbangkan
keebutuhan akan detaiil dan serta penggunan dosis radiaskontras yang
optimum, serta penggunan dosiss radiasi sekecil mungkin. Biasanya
digunakan kombiinasi lembaran penguaat dengan kecepatan sedang sehingga
facktor penyinaran dapat diperkecil.
6. Grid
Griid merupakan alat untuk mengelimiinasi radiasi hambur tidak sampai ke
fillm. Grid terdiri dari lajur-lajur lapisan tipis timbal yang disusun selang-
13
seling diantara bahan yang tembus radiasi, misalnya plastik dan kahyu. Grid
digunakan terutama pada pemotretan yang menggunakan arus yang tinggi.
7. Jenis Pemotretan
Facktor penyinaran yang dipilih untuk suatu pemotretan tergantung pada:
a. Bagian tubuh yang diperiksa,
b. Strruktur yang akan difoto,
c. Keadaan fisiik pasiien
8. Proses Pengolahan Film
Tahap-tahap pemrosesan film adala dikembangkan dalam larutan
pengembang kemudian dicelupkan ke dalam air selama beberapa detik yang
gunanya sebagai penghambat, dan akhirnya ditetapkan dalam larutan . Untuk
membersihkan sisa-sisa larutan kimia yang masih melekat dipermukaan
digunakan air yang mengalir sampai bersih. untuk meghasikan gambar yang
bagus disini yang paling penting adalah lama penyinaran proses pencucian
serta umur cairan yang digunakan pada proses pencucian.
.
14
B A B III
METODEDPENELITIAN
3.1. Metode Pengumpulan Data
Dalam penuliisan makalah karya ilmiah ini dikumpulkan data dalam metode
sebagai berikut :
1. Wawancara
Yaitu mengadakanDtanya jawab atauDwawancaraDsecara langsungDdengan
tenaga ahli serta para staf dilaboratorium Roentgen di Klinik Kuantum.
2. pengamatan
Yang mengadakan pengamatan secar langsung untuk mendapatkan gambaran
secara lengkap tentang cara pengoperasian pesawat sinar-x.
3. Studi Literatur
Yaitu dengan membaca berbagai literatur yang berhubungann dengan sinar-x.
3.2. Pelaksanaan Penetuan tegangan, Arus Dan Waktu penyinaran.
Langkah-langkah untuk pelaksanaan penentuan tegangan, arus dan waktu
ditunjukkan pada Gambar 3.1:
1. Menghidupkan pesawat sinar-x
2. Melakukan pemaparan sinar-x pada pasien.
3. Sinar-x yang diterima pasien akan diserap oleh pasien kemudian paparan sinar-x
yang lepas akan diterima oleh film.
4. Film diproses.
5. Menghasilkan foto Rontgen
15
3.3. Skema kerja
Berikut skema pengaturan pesawat sinar-X untuk menghasilkan photo Roentgen
dapat terlihat pada Gambar 3.1 :
Gambar 3.1 Skema operasional operato
Menghidupkan
Pesawat sinar X
Pemaparan pasien
Radiasi diterima
Film R adiografi
Pemrosesan film
HasilphotoRontgen
16
B A B IV
HASILDDANDPEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pengamatan yang diperoleh sebagai data standard dari masing-masing
parameter yang digunakan di Klinik Quantum adalah seperti padaDTabel 4.1.
Tabel 4.1 Nilai standard parameter tegangan, arus dan waktu pada pesawat sinar-X
yang digunakan untuk pengambilan photo thorax
Proyeksi Tegangan Arus Waktu
Thorax ( Anak-
anak )
Thorax
DewasaAP
LAT
Gemuk
Sedang
Kurus
Gemuk
Sedang
Kurus
Gemuk
Sedang
Kurus
58
50
45
70
65
60
80
75
70
50
100
100
100
100
100
100
100
100
0,006
0,008
0,008
0,3
0,2
0,3
0,3
0,2
0,3
Berdasarkan Tabel 4.1 adalah parameter yang digunakan pada Klinik Quantum,
data pada Tabel 4.1 merupakan standar Nasional pada pesawat sinar-X. Data standar
nasional pada pesawat sinar-x dapat dilihat pada Lampiran 1
17
Dari tabel data pengamatan pada Lampiran 2 tampak bahwa pesawat sinar-X
diopersikan pada tegangan 45 - 95 kV. Data diambil selama bulan Agustus - September
di Klinik Quantum, Jika tegangan dihubungkan dengan jumlah penggunaan pesawat
sinar-X, akan diperoleh data seperti pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Nilai tegangan yang digunakan pada pesawat sinar-X
Tegangan
(kV)
Jumlah
Penggunaan
PenggunaanUntuk Organ
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
3
12
18
27
56
83
13
15
4
4
1
Tulang Dada, paru-paru, jantung
Tulang Betis, tulang lengan bawah.
Tulang betis, tulang lengan bawah, telapak tangan
Tulang dada, tulang lutut, tulang pinggang,
telapak tangan, tulang leher.
Tulang paha, tulang leher
Tulang dada dewasa, kepala, abdomen, jantung,
paru-paru
Penis, tulang panggul
Saluran Pencernaan
Penis posisi posterior dan anterior, tulang
pinggang
Tulang pinggang posisi lateral (tipesedang)
Tulangpinggangposisi lateral (tipegemuk)
18
Dari data pada Tabel 4.2 dapat dibuat grafik antara tegangan dan jumlah penggunaan
pesawat sinar-X.
Gambar 4.1. Grafikn hubungan tegangan dengan jumlah penggunaan pesawat sinar-X.
Pada Grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah pemakaian tegangan yang paling
tinggi pada pemeriksaan radiologi selama 1 bulan padak linik Quantum yaitu pada
tegangan 70 kV
Gambar 4.2 Hasil Fotorontgen thorax dewasa
19
4. 2DDPembahasan
4.2.1 OperasionalDsinar-X
Pada proses pengoperasiannya tabung sinar -X dapat dilihat pada Gambar 4.3
Gambar 4.3 Skema tabung sinar-X
Keterangan :
B = Tabung pesawat sinar-X
L= Perisai Timbal
R= Filamen
T= Target yang terbuat dari prasedomium
W= JendelaTabung
G= Transformator
X= Transformatorutama
N= Transformatorpadaalat control Tegangan, ArusdanWaktu
Pada ujung tabung gelas silindris (B) yang telah dibuat hampa udara, direkatkan
kawat (filamen) yang dihubungkan dengan kumparan kawat yang mempunyai hambatan
tinggi (R). Kumparan ini dipanaskan menggunakan arus listrik yang berasal dari
transformator (G), sehingga filamen yang sekaligus sebagai katoda dapat dengan mudah
20
melepaskan elektron. Besarnya arus listrik yang diinginkan diatur pada meja
pengendali. Semakin besar arus listrik yang dipergunakan, filamen akan bertambah
panas sehingga semakin banyak pula elektron yang dihasilkan.
Target (T) adalah sasaran berupa logam bernomor atom 59 yaitu praseodimium
dengan penyangga berupa batang molybdenum, yang berhadapan langsung dengan
filamen. Perisai timbal (L) mencegah keluarnya sinar-X dari tabung kecuali hanya
melalui jendela tabung (W)
Transformator utama (X), menerima arus bolak-balik dari sumber, untuk
menaikkan tegangan dengan bilangan yang berorde 103 volt. Besarnya tegangan diatur
pada meja pengendali yang kemudian dinaikkan oleh trasformator (N).
Filamen (R) dan target (T) dihubungkan dengan ujung sekunder transformator
(X), sehingga menyebabkan adanya medan listrik diantara keduanya. Elektron-elektron
yang dilepaskan oleh filamen akan bergerak kearah target. Semakin besar tegangan
yang diberikan maka semakin cepat pula elektron yang sampai ke target. Ketika
elektron berenergi tinggi itu menumbuk target logam, sebagian besar (99%) energi
elektron tersebut diubah menjadi panas dan sebagian kecil (1%) diubah menjadi sinar-
X. Tumbukan yang terjadi menyebabkan naiknya suhu target dan didinginkan dengan
radiator. Karena struktur katoda tidak bergerak dan satu-satunya gerakan dilakukan oleh
anoda secara rotasi, maka berka selektron yang difokuskan dibawah sumbu pusat kearah
keliling lingkaran.
Produksisinar-X tersebut dapat ditingkatkan lagi dengan menaikkan tegangan
sehingga dihasilkan elektron dengan kecepatan yang lebih tinggi, jadi akan lebih besar
juga berkas elektron yang diubah menjadi sinar-X. Selanjutnya sinar-X yang terpancar
difokuskan melalui suatu filter alumunium dengan tebal 0,7 mm yang berfungsi
menghilangkan panjang gelombang yang panjang dari berkas sinar-X. Berkas sinar-X
21
yang tersaring akan melalui window (jendela tabung dengan pelindung berlapis timbal)
dan siap untuk dipakai untuk kepentingan diagnostik.
5.2.2 Menentukan photo roentgen dengan mengatur Tegangan, Arus, dan Waktu.
Hubungan facktor ekspossi dengan tebal tipiisnya objek (rule of thumb).
a. Tegangan
Tiap bertambahnya atau berkurangnya 1 cm keteebalan objek pada tubuh
maka tegangan yang digunakan harus di tambah atau dikurangi. :
Tegangan (kV) maka tegangan (kV) < 80 kV
Tegangan (3 kV) maka tegangan (kV) menjadi 80 kV - 100 kV
Tegangan (4 kV) maka tegangan ( kV) > 100 kV
Maka setiap 1cm kenaiikanDtebalDtubuhDpenambahan tegaangan yang
digunakan adalah 5 % dari jumlah semula. Miisalnya kenaikan 3 cm dengan
tegangan 50 kVDmula-mula, jadi jumlah tegangan yang akan digunakan
adalah:
b. Perkalian Arus dan waktu (mAs)
Tiap tebal objeek bertambah atau berkurang 1 cm maka jumlah arus dan
wakyunya juga bertambah atau berkurang sebesar 25 %.
Contoh :
Tebal objek dari 17-20 cm dengan menggunakan perkalian arus dan waktu
adalaha 20 mA.s maka:
22
Jadi tegangan yang digunakan adalah sebesar 39 mA.s, sehingga hubungan
dalam penggunaan tegangan dengan arus setiap kenaikan 10 kV, arus harus
dikurangi sebesar 50% pada pemeriksaan radiologi antara 30 – 60 kV untuk
mendapatkan hasil yang sama.
Misalkan:
Jika tegangan 60 kV dan arus 20 mA.s akan mendapaatkan hasil yang sama
deengan tegangan 70 kV dan arus 10 mA.s atau sebaliknya 20 mA.s akan
mendapatkan hasil yang sama dengan 50 kV dan 40 mA.s.
Dapat dilihat pada Tabel 4.1 bahwa pada penggunaan tegangan di Klinik
Quantum pada thorax anak-anak gemuk yaitu pada tegangan 55 kV, sedangkan pada
teoritisnya bahwa tegangan yang menghasilkan photo Rontgen yang baik adalah
menggunakan tegangan 58, Jadi penggunaan tegangan pada pengambilan photo thorax
dengan menggunakan pesawat sinar-X yaitu dengan tegangan 58 kV.
23
B A B V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil peembahasan, dapatdiambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Tegangan pada thorax anak-anak grmuk yaitu menggunakan tegangan 55 kV,
sedangkan pada teoritisnya bahwa tegangan yang mengasilkan photo Rontgen
yang baik menggunakan tegangan 58 kV.
2. Jika tegangan 60 kV dan arus 20 mA.s akan meendapatkan hasil 50 kV dan 40
mA.s.
3. Tiap ketebalan objek bertambahDatauDberkurang 1 cm pada ketebalan objek
tubug maka tegangan yangDdigunakan haruss diitambah atauDdikurangi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Akhdi, M. 2000. Perancangan system informasi Radiologi.Rineka Cipta. Cetakan
pertama.
Beiser, A.,1987.KonsepFisika Modern.Edisi Keempat.Penerbit Erlangga, Bandung.
Plat van der, 1995. Factor expos. Medical X-Ray
SuyatnodanB.sigit, 2011, Prosiding, Analisispembentukansinar-X
Radiologi, radiograf, fluoroscopy. http:// www.radiologi-radiogram.com. [Diakses pada
tanggal 30 Desember 2014]
Pesawat sinar-X. http://www.slideshare.net.com. [Diakses pada tanggal 30 Desember
2014]
25
Lampiran 1
PENGGUNAAN TEGANGAN, ARUS, DAN WAKTU PENYINARAN PADA
ORGAN DAN JARINGAN PASIEN DARI TANGGAL 11 AGUSTUS 2014 – 11
SEPTEMBER 2014 DI KLINIK QUANTUM
No Proyeksi kV mA S
Senin, 11 Agustus 2014
1 Thorax ( kurus ) 60 100 0,2
2 Pelvis ( LAT ) 75 150 0,2
3 Cruris (AP ) 55 50 0,06
4 BOF 65 60 0,16
5 Thorax ( kurus ) 60 100 0,2
6 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,3
8 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,3
9 Thorax ( kurus ) 60 100 0,2
10 Thorax ( kurus ) 60 100 0,2
11 Pelvis( LAT ) 75 150 0,2
12 Thorax ( sedang ) 65 100 0,15
Selasa, 12 Agustus 2014
1 Thorax( gemuk ) 70 150 0,2
2 Thorax( gemuk ) 70 150 0,2
3 Thorax( gemuk ) 70 150 0,3
4 Thorax anak 55 50 0,09
5 BOF 65 50 0,15
6 Thorax ( gemuk ) 70 100 0,16
7 Tharaco lumbal ( sedang ) 70 150 0,2
8 Thorax ( kurus ) 60 100 0,2
9 Thorax( gemuk ) 70 150 0,3
10 Thorax anak 55 50 0,09
Rabu, 13 Agustus 2014
1 Cruris AP 55 50 0,04
LAT 55 50 0,04
2 BNO ( gemuk ) 80 150 0,3
26
3 IVP 80 150 0,3
4 Genu (AP) 60 50 0,04
5 Genu (LAT) 60 50 0,04
Kamis, 14 agustus 2014
1 Lumbo Sacral Ap ( gemuk ) 75 150 0,2
LAT 90 150 0,3
2 Thorax ( kurus ) 60 100 0,2
3 Antebrachi ( LAT) 47 50 0,04
4 Thorax ( kurus ) 60 100 0,2
5 Cruris AP 50 50 0,06
6 LAT 50 50 0,05
Jumat, 15 Agustus 2014
1 BOF AP 55 50 0,03
LAT 55 50 0,02
2 Thorax ( kurus ) 60 100 0,2
3 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,3
4 Thorax( kurus ) 60 100 0,2
5 Tangan AP 55 50 0,03
LAT 55 50 0,03
Sabtu, 16 Agustus 2015
1 Thorax Ap 60 50 0,05
2 Thorax AP 55 50 0,06
3 Waters 75 100 0,2
Senin, 18 agustus 2014
1 Thorax AP ( kurus ) 60 100 0,3
2 Thorax AP ( gemuk ) 70 150 0,3
3 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,3
4 Thorax (sedang) 65 100 0,14
5 Thorax(sedang) 65 100 0,15
6 BOF 65 50 0,16
7 Thorax AP ( gemuk ) 75 150 0,3
8 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,2
27
9 Kepala AP 70 150 0,2
LAT 70 150 0,2
10 Kepala AP 70 150 0,2
LAT 70 150 0,2
11 Lumbo Sacral AP ( gemuk ) 80 150 0,3
LAT ( gemuk ) 90 200 0,4
Selasa, 19 Agustus 2014
1 Thorax (sedang) 65 100 0,15
2 Angkle D/S ( AP ) 60 50 0,06
3 Thorax (sedang) 65 100 0,15
4 Cruris join AP 50 50 0,06
LAT 55 50 0,07
Rabu, 20 Agustus 2014
1 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,3
2 Pelvis 75 150 0,6
3 Lumbo Sacral 75 150 0,2
4 Genu AP 60 50 0,04
5 LAT 60 50 0,04
Kamis, 21 Agustus 2014
1 Anthebrachi 50 50 0,04
2 Anthebrachi 50 50 0,04
3 Manus 47 50 0,03
4 Thorax (sedang) 65 100 0,2
5 Penis AP 85 150 0,25
6 LAT 75 100 0,18
7 Lumbo Sacral 64 150 0,2
8 Cervikal (LAT) 66 100 0,14
Jumat, 22 Agustus 2014
1 Thorax (sedang) 65 100 0,2
2 Thorax (sedang) 65 100 0,2
3 Pelvis 75 150 0,2
4 Waters 75 100 0,2
28
5 Thorax (sedang) 65 100 0,2
6 Waters 75 15 0,25
7 Lumbo Sacral AP 80 150 0,3
LAT 85 150 0,2
Sabtu, 23 Agustus 2014
1 Lumbo Sacral AP 80 150 0,3
2 Thorax (sedang) 65 100 0,2
3 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,3
4 Femur 60 100 0,13
5 Lumbo Sacral AP 80 150 0,3
LAT 85 150 0,3
Senin, 25 Agustus 2014
1 BNO/ IVP 80 150 0,3
80 150 0,3
80 150 0,3
80 150 0,3
80 150 0,3
2 Lumbo Sacral 80 150 0,3
3 Manus 47 50 0,03
LAT 47 50 0,03
4 Femur 65 100 0,12
Selasa, 26 Agustus 2014
1 Thorax AP (sedang) 65 100 0,3
2 Thorax AP ( gemuk ) 70 150 0,3
3 Thorax AP (sedang) 65 100 0,3
4 BOF 65 50 0,16
5 Thorax (sedang) 65 100 0,3
6 Cervikal AP 66 100 0,14
LAT 68 100 0,13
7 Thorax AP (sedang) 65 100 0,3
LAT (sedang) 65 100 0,3
8 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,3
29
Rabu, 27 Agustus 2014
1 Thorax (sedang) 65 100 0,2
2 BOF 65 50 0,16
3 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,3
4 BNO/ IVP 80 150 0,3
5 Thorax (sedang) 65 100 0,2
6 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,3
7 Kepala AP 70 150 0,2
LAT 70 150 0,2
8 Thorax (sedang) 65 100 0,2
Kamis,28 Agustus 2014
1 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,3
2 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,3
3 BOF 65 50 0,16
4 BOF 65 50 0,16
5 Thorax (sedang) 65 100 0,2
6 Lumbo Sacral AP 80 150 0,3
LAT 90 200 0,4
7 Articulus Genue 60 50 0,08
8 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,3
9 BOF 65 50 0,16
Jumat, 29 Agustus 2014
1 Kepala AP 70 150 0,2
LAT 70 150 0,2
2 Lumbo SAcral 80 150 0,3
3 Pelvis 75 150 0,2
4 Cruris AP 50 55 0,08
Lat 50 55 0,08
5 Thorax (kurus) 60 100 0,2
6 Thorax 60 100 0,2
7 Thorax AP (sedang) 65 100 0,3
8 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,3
30
9 Thorax AP (sedang) 65 100 0,3
10 BOF 65 50 0,16
11 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,3
12 Manus 45 50 0,04
Sabtu, 30 Agustus 2014
1 BOF 55 50 0,3
2 BOF 45 50 0,08
3 Lumbo Sacral AP 80 150 0,3
LAT 90 150 0,3
4 Thorax AP ( gemuk ) 70 150 0,3
5 Thorax (kurus) 60 100 0,2
6 Thorax ( gemuk ) 70 150 0,3
7 Thorax AP ( gemuk ) 70 150 0,3
8 Thorax AP 70 150 0,3
9 BOF 60 50 0,3
10 Thorax (sedang) 65 100 0,2
top related