karya tulis ilmiah hemmoroid.doc

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hemoroid dikenal di masyarakat sebagai penyakit wasir atau ambeien merupakan penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak jaman dahulu. Namun masih banyak masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini. Banyak orang awam tidak mengerti daerah anorektal (anus dan rektum) dan penyakit- penyakit umum yang berhubungan dengannya. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan dimana limbah berupa tinja keluar dari dalam tubuh. Sedangkan rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan di atas anus, dimana tinja disimpan sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui anus. Sepuluh juta orang di Amerika dilaporkan menderita hemoroid dengan prevalensi lebih dari 4 %. (Probosuseno, 2009). Hemoroid terkjadi akibat pembendungan struktur vaskuler normal selama mengejan. Gejalanya adalah perdarahan, rasa penuh, secret, gatal dan dapat mengalami thrombosis dengan nyeri hebat, kadang- kadang terkikis melalui kulit. (Seymour l. Schwartz, 2000:424) 1

Upload: elvinvidora

Post on 01-Jan-2016

278 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

PAPER RAHMAT

TRANSCRIPT

Page 1: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hemoroid dikenal di masyarakat sebagai penyakit wasir atau ambeien

merupakan penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak jaman dahulu.

Namun masih banyak masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu

mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini. Banyak orang awam

tidak mengerti daerah anorektal (anus dan rektum) dan penyakit-penyakit

umum yang berhubungan dengannya. Anus merupakan lubang di ujung

saluran pencernaan dimana limbah berupa tinja keluar dari dalam tubuh.

Sedangkan rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan di atas anus,

dimana tinja disimpan sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui anus. Sepuluh

juta orang di Amerika dilaporkan menderita hemoroid dengan prevalensi lebih

dari 4 %. (Probosuseno, 2009).

Hemoroid terkjadi akibat pembendungan struktur vaskuler normal selama

mengejan. Gejalanya adalah perdarahan, rasa penuh, secret, gatal dan dapat

mengalami thrombosis dengan nyeri hebat, kadang-kadang terkikis melalui

kulit. (Seymour l. Schwartz, 2000:424)

Gejala hemoroid dan ketidak nyamanan dapt dihilangkan dengan personel

hygiene yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi.

Diet tinggi serat yang mengandung buah. Bila tindakan ini gagal laktasif yang

berfungsi mengabsorbsi air saat melewati usus dapat membantu, rendam

duduk dengan salep dan supositor yang mengandung anestesi, astrigen da tirah

baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang. (Suzanne

C. Smeltzer, dkk, 2002:1138).

Kebanyakan penderita dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan

kesehatan bila menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahn

rektal. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2002:1123).

1

Page 2: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum:

Teori yang telah dikaji dan dipahami dapat diimplementasikan dalam

menangani kasus pasien dengan hemorroid. Dalam implementasi kasus

diharapkan teori yang telah dikaji dan dipahami dapat mendapatkan hasil

yang memuaskan.

2. Tujuan Khusus

- Mampu melakukan pemeriksaan dan menegakkan diagnosis terhadap

pasien dengan hemoroid.

- Mampu menyusun rencana tindakan kegawat daruratan pada pasien

hemoroid

- Mampu mengevaluasi hasil akhir dari tindakan yang telah dilakukan

pada pasien hemoroid

1.3 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Menambah ilmu terutama dalam kesehatan masyarakat yang

berhubungan dengan hemoroid dan memperbaharui teori yang ada

tentang hemoroid (ambeien/ wasir).

2. Manfaat Praktis

Untuk memperoleh pengalaman dalam hal mengadakan Karya Tulis

Ilmiah (KTI) sehingga penulis terpacu untuk meningkatkan potensi diri

sehubungan dengan pengetahuan tentang hemoroid.

2

Page 3: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Anamnesa

a. Identitas Pasien dan keluarga

Dalam identitas pasien ini perlu ditanyakan antara lain adalah nama

pasien, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaaan, status perkawinan

dan alamat.

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

- Pasien mengeluh BAB keras, tidak teratur dan bila mengedan

terasa nyeri

- Perdarahan pada waktu defekasi berwarna merah segar yang

disertai pengeluaran lendir

- Terasa gatal pada anus

- Pasien mengeluh adanya varises atau hemoroid yang keluar dari

anus saat defekasi

- Pasien yang varises berat tidak dapat memasukan sendiri secara

spontan tetapi harus didorong kembali sedangkan varises sedang

bisa masuk sendiri, untuk yang tidak dapat masuk maka akan

terjadi pembengkakan dan kemerahan pada anus.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Hemoroid bukanlah suatu penyakit menular tetapi ada juga

dipengaruhi oleh faktor keturunan.

3

Page 4: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

2.2 Patofisiologi

Secara herediter dinding vena lemah, ini bisa ditimbulkan dari factor

mengejan yang dapat meningkatkan tekanan intra abdomen. Hal ini

dipengaruhi antara lain pekerjaan, misalnya mengangkat yang terlalu

berat, batuk kronis, dan mengejan saat proses persalinan, makanan yang

merangsang misalnya makanan yang pedas-pedas, diet rendah serat

(selulosa).

Letak plexus vena berada antara mukosa dan spingter ani. Pada

kebiasaan berak yang terlalu lama dapat terjadi dilatasi spingter ani.

Karena vena kurang penyangga maka spingter ani akan mengendor,

dengan demikian lama kelamaan akan menimbulkan varises. Akibat vena

yang melebar dan berkelok, maka akan menimbulkan gejala perdarahan.

Karena dindingnya menonjol dan terlalu tipis, sehingga tinja akan

menyebabkan perdarahan segar, setelah itu pada perkembangannya dapat

timbul benjolan. (Darma Adji, 1991)

Kolon sigmoid mulai setinggi krista illiaca dan berbentuk suatu

lekukan berbentuk S, lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu

kolon sigmoid bersatu dengan rectum, yang menjelaskan alasan anatomis

meletakkan penderita pada sisi kiri bila diberi barium enema. Pada posisi

ini, gaya berat membantu menyalinkan air dari rectum ke pleksura

sigmoid. Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rektum dan

terbentang dari kolon sigmoid sampai anus( muara ke bagian luar tubuh).

Satu inci dari rektum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh spingter

ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 5,9 inci

(15cm).

Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria sacralis

media dan arteria hemorhoidalis inferior dan media yang dikembangkan

dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.

Alur balik vena dari kolon dan rectum superior melalui vena

mesenterika superior dan inferior dan vena hemorhoidalis superior, yaitu

bagian dari system vorta yang menyalinkan darah ke hati.

4

Page 5: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

Vena hemorhoidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena

iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosik

antara vena hemorhoidalis superior, media dan inferior, sehingga

peningkatan tekanan vorta dapat mengakibatkan aliran balik ke dalam

vena-vena ini dan mengakibatkan hemorrhoid.

2.3 Etiopatogenesa

Teori pergeseran lapisan anus (sliding anal lining theory) merupakan teori

yang paling tepat menjelaskan etiologi terjadinya penyakit hemoroid. Hemoroid

terjadi karena gangguan pada Treitz’s muscle dan jaringan ikat elastis.

Hipertropi dan kongesti vaskular merupakan akibat sekunder. Hemoroid terjadi

akibat sering mengedan dan BAB yang tidak teratur, yang merupakan gambaran

yang cocok untuk teori pergeseran lapisan anus. Feses yang keras dan besar,

serta tenesmus karena diare menyebabkan bantalan anal bergeser ke bawah anal

kanal dan mukosa yang melapisinya akan menjadi tipis dan rapuh. Mengedan

terus-menerus saat defekasi menyebabkan pengembangan dari bantalan anal lalu

terjadi prolaps akibat regangan berlebihan dari submukosa Treitz’s muscle. Jika

prolaps tidak bisa direduksi kembali dan jaringan mengalami strangulasi serta

nekrosis, penyakit sistemik dan sepsis pelvis melalui sistem portal akan terjadi.

Teori ini juga didukung oleh penelitian histologis yang menunjukkan adanya

penurunan jaringan penyokong anal pada dekade ketiga kehidupan.

Pecahnya jaringan ikat yang mendukung bantalan anal kanal menyebabkan

terjadinya penurunan bantalan. Hal ini terjadi seiring dengan umur yang

menyebabkan kelemahan struktur jaringan ikat dan akibat mengedan karena

feses yang keras. Mengedan menyebabkan peningkatan tekanan vena lalu

menimbulkan prolaps bantalan anal. Pada bantalan yang mengalami prolaps

terjadi gangguan venous return sehingga mengakibatkan dilatasi pleksus dan

stasis vena. Inflamasi terjadi akibat erosi epitel bantalan yang pada akhirnya

menimbulkan perdarahan.

5

Page 6: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

2.4 Pemeriksaan Fisik

Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien hemoroid biasanya

ditandai dengan:

1. Keadaan umum : lemah dan gelisah sampai renjatan (stadium lanjut)

2. Kesadaran : composmentis

3. Tanda-tanda vital : biasanya dalam batas normal jika ada kelainan

maka akan terjadi peningkatan atau penurunan tanda-tanda vital

4. Rectum/anus : terjadi pembengkakan, kemerahan, varises satu

atau lebih pada anus dan bila tertekan akan nyeri.

2.5 Pemeriksaan penunjang

Dilakukan pemeriksaan:

a. Darah

Terjadi peningkatan leukosit, dimana normal leukosit 5000-10.000

mm² juga ditemukan adanya peningkatan laju endapan darah yang

normalnya adalah pada laki-laki 0-20, wanita 0-15. Serta

pemeriksaaan agar diketahui apakah pasien mengalami anemia atau

tidak. Normal HB laki-laki 14-16 gr%, wanita 12-14 gr%.

b. Sigmoidoskopi

Pemeriksaan lumen distal 25-30 cm kolorectum untuk memungkinkan

inspeksi terjadi pada kolon.

c. Kolonoskopi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui area obstruksi atau lesi

sesuai dengan penyakit peradangan atau neoplastik dapat

diidentifikasi dengan foto yang dibuat dalam beberapa posisi.

6

Page 7: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

BAB III

PEMBAHASAN

1.1 Definisi

Hemoroid adalah pelebaran vena didalam pleksus hemoroidalis

yang tidak merupakan keadaan patologik. (R. Sjamsuhidajat- Wim De

Jong, 2005:672)

Lokasi terjadinya pelebaran hemoroid:

– Lateral kiri jam 3

– Anterior kanan jam 11

– Posterior kanan jam 7

Gambar 3.1 lokasi hemoroid (www.google.com)

1.2 Epidemiologi

Hemoroid dialami 50% masyarakat berusia lebih dari 50 tahun

tetapi hanya 5% yang menderita gejala yang dapat dikaitkan dengan

hemoroid. Di Indonesia penyakit hemoroid sekitar 1/3 penderita lansia.

Dengan frekuensi 0,2-5% prevalensinya mencapai 24-37% pada lansia

wanita dibandingkan lansia pria. (William Skach,dkk, 1996:403)

7

Page 8: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

1.3 Anatomi

Bantalan anal (anal cushion) terdiri dari pembuluh darah, otot polos

(Treitz’s muscle), dan jaringan ikat elastis di submukosa. Bantalan ini

berlokasi di anal kanal bagian atas, dari linea dentata menuju cincin

anorektal (otot puborektal). Ada tiga bantalan anal, masing-masing terletak

di lateral kiri, anterolateral kanan, dan posterolateral kanan. Hemoroid

yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tesebut.Otot polos

(Treitz’s muscle) berasal dari otot longitudinal yang bersatu. Serat otot

polos ini melelui sfingter internal dan menempelkan diri ke submukosa

dan berkontribusi terhadap bagian terbesar dari hemoroid. Beberapa dari

strukur vaskular tidak memiliki dinding otot. Tidak adanya dinding otot

menandai bahwa struktur vaskular ini lebih sebagai sinusoid bukan vena.

Penelitian menunjukkan bahwa perdarahan hemoroid merupakan

perdarahan dari arteri, bukan vena karena perdarahan dari hemoroid yang

abnormal ini berasal dari arteriol presinusoid yang berhubungan dengan

sinusoid di regio ini. Hal ini dibuktikan dengan warna darah yang merah

cerah dan pH arterial dari darah.

Gambar 3.2 Anatomi rektum (www.google.com)

Kembalinya darah dari anal kanal melalui dua sistem, yaitu

melalui portal dan sistemik. Hubungan antara kedua sistem ini

terjadi pada linea dentata. 2 Pleksus vena dan sinusoid di bawah

8

Page 9: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

linea dentata membentuk hemoroid eksterna, mengalirkan darah

melalui vena rektal inferior menuju vena pudendal yang merupakan

cabang dari vena iliaka internal. Jaringan pada hemoroid eksterna

ini sensitif terhadap nyeri, panas, regangan, dan suhu karena

diinervasi secara somatik. Pembuluh darah subepitelial dan sinus-

sinus di atas linea dentata membentuk hemoroid interna, dialiri

darah dari vena rektal media menuju ke vena iliaka interna.

Bantalan vaskular di dalam anal kanal berkontribusi terhadap

kontinensi anal dan berfungsi melindungi sfingter anal. Bantalan ini

juga membantu penutupan lengkap dari anus, yang lebih jauh akan

membantu dalam kontinensia. Saat seseorang batuk, bersin, atau

mengedan, bantalan ini akan mengembang dan menutupi anal kanal

untuk mencegah kebocoran feses saat terjadi peningkatan tekanan

intrarektal. Bantalan vaskular ini memberikan informasi sensoris

yang memungkinkan seseorang membedakan cairan, benda padat,

dan gas. Hal ini penting untuk disadari saat akan melakukan

tindakan untuk penyakit hemoroid bahwa bantalan vaskular ini

merupakan bagian normal anatomi anorektal yang memiliki fungsi

penting. Pembedahan hemoroid bisa mengakibatkan terjadinya

inkontinensia dalam berbagai derajat.

1.4 Etiologi

a. Pengembangan pembuluh pada bagian terbawah dari poros usus,

disebelah dalam maupun luar dan lubang dubur yang dikarenakan oleh

hal-hal yang mengalami mengalirnya darah perut, terutama:

1) Gangguan limfa

2) Konstipasi yang menahun

3) Dalam rektum banyak kotoran

4) Pengaruh terlalu banyak duduk

b. Kelainan klep vena karena faktor keturunan, sehingga tidak bisa

menghambat aliran balik dari darah wasir. Semacam ini cendrung

diturunkan dalam keluarga.

9

Page 10: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

c. Peningkatan tekanan pada vena disekitar rektum dan anus disebabkan

oleh mengejan saat buang air besar, batuk-batuk dan persalinan.

( Prayogo Utomo,2005: 83-84)

1.5 Manifestasi Klinis

a. Perdarahan pada waktu defekasi

b. Prolapsus suatu massa pada waktu defekasi

c. Pengeluaran lendir

d. Hygiene sering sukar diawasi bila komponen eksterna besar.

e. Rasa sakit merupakan tanda hemoroid interna kecuali jika terjadi

prolapsus dan thrombosis.

(Theodore R. Schrock. MD, 1995: 271)

1.6 Klasifikasi

• Hemoroid interna : berada di atas linea dentata, ditutupi oleh epitel

trasisional dan kolumnar

Hemoroid interna diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu :

Derajat I : Tonjolan masih di lumen rektum, biasanya keluhan

penderita adalah perdarahan

Derajat II : Tonjolan keluar dari anus waktu defekasi dan

masuk sendiri setelah selesai defekasi.

Derajat III : Tonjolan keluar waktu defekasi, harus didorong

masuk setelah defekasi selesai karena tidak dapat masuk

sendiri.

Gambar 3.3 Hemoroid interna stadium III (www.google.com)

Derajat IV : Tonjolan tidak dapat didorong masuk/inkarserasi

10

Page 11: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

Gambar 3.4 Hemoroid interna stadium IV (www.google.com)

• Hemoroid eksternal berada di bawah linea dentata, ditutupi oleh epitel

skuamosa.

Hemoroid eksterna diklasifikasikan:

akut : Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada

pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun

disebut hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sangat

nyeri dan gatal karena ujung-ujung syaraf pada kulit

merupakan reseptor nyeri

kroni/skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang

terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

• Hemoroid campuran merupakan gabungan dari hemoroid internal dan

eksterna (R. Sjamsuhidajat- Wim De Jong, 2005:672)

Gambar 3.5 Hemorrhoid interna dan eksterna(www.google.com)

11

Page 12: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

Gambar 3.6 Hemorrhoid eksterna (www.google.com)

Tabel 3.1 Perbedaan gejala hemoroid sesuai stadium

Derajat Berdarah Menonjol Reposisi

I + - _

II + + Spontan

III + + Manual

IV + Tetap -

1.7 Komplikasi

Jarang terjadi anemia akibat perdarahan yang kronis dan perdarahan

massif. Hemoroid yang prolapsus mungkin mengalami thrombosis

peradangan dan meninmbulkan rasa sakit yang hebat. (Theodore R.

Schrock, MD, 1995:271)

1.8 Penatalaksanaan

1.8.1 Penatalaksanaan medis

a. Penatalaksanaan medis non farmakologis

Tujuan terapi bukan menghilangkan pleksus hemoroidal tetapi untuk

menghilangkan keluhan kebanyakan pasien hemorrhoid. Derajat

pertama dan kedua di tolong dengan tindakan lokal yang sederhana

disertai nasehat tentang makanan yang sebaiknya berserat tinggi

sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi mengedan secara

berlebihan. Anjuran perbaikan pola hidup, pola makan dan minum

serta pola atau cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut bowel

management program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat

12

Page 13: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

tambahan dan perubahan prilaku buang air. Untuk memperbaiki

defekasi dianjurkan menggunakan posisi jongkok sewaktu defekasi.

b. Penatalaksaanan medis farmakologis

1) Obat memperbaiki defekasi:

Suplemen serat : physillium atau hisphagu Husk

pelicin tinja(pencahar): natrium dioktil sulfosuksinat atau

dulkolax

2) Obat simptomatis

Bertujuan menghilangkan atau mengurangi rasa gatal, nyeri karen

a kerusakan kulit didaerah anus. Obat pengurang keluhan sering

kali di campur pelumas (lubricant), vasokontriktor, antiseptic

lemah,dan penghilang nyeri. Penggunaan kortikosteiroid untuk

mengurangi radang perdarahan hemoroid. Untuk hemoroid interna

diberikan berupa sediaan berbentuk suposituria, sedangkan pada

ointment/krem diberikan untuk hemorrhoid eksterna.

3) Obat menghentikan perdarahan: citrus bioflavonoids dapat

memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh

4) Obat pencegah serangan hemoroid: radium 500

1.8.2 Terapi invasif

1) Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang

Misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan

kedalam submukosa jaringan areolar yang longgar dibawah

hemorrhoid intern dengan tujuan menimbulkan peradangan streil

menjadi fibrotic dan meninggalkan parut.

2) Ligasi dengan karet

Hemorrhoid yang besar dapat mengalami prolap ditangani dengan

ligasi menurut Barronn. Dengan bantuan anuskop mukosa di atas

hemorrhoid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam

tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dan ditempatkan

rapat disekililing mukosa pleksus hemorhoidalis nekrosis karena

13

Page 14: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

iskemia terjadi dalam beberapa hari mukosa bersama karet akan

lepas sendiri.

Gambar 3.7 Ligasi dengan karet (www.google.com)

3) Cryotherapy/Cryosurgery

Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika

digunakan dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid

pada sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang

serupa dengan yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak

ada nyeri. Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang

dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan

dalam tempat praktek atau klinik. Terapi ini tidak dipakai secara luas

karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Krioterapi ini

lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang ireponibel

1.8.3 Tindakan bedah

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan

menahun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah

juga dapat dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang

tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana.

Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan

kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.

1) Hemorhoidektomi

Terapi bedah dipilih utuk penderita yang mengalami keluhan

menahun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Prinsip

14

Page 15: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

yang harus dipertahankan pada hemorhoidektomi adalah eksisi yang

hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan.

Gambar 3.8 Cara kerja hemoroidektomi (www.google.com)

2) Stapled Hemorrhoidectomy (Prosedure For Prolapsed and

Hemorrhoid = PPH )

Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter

berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga

sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini

diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai dengan

prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari

lingkaran didepan dan pendorong dibelakangnya.

Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di

saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar.

Kerjasama jaringan hemoroid dan m. sfinter ani untuk melebar dan

mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur.

Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan

mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan

hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid

ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak

perlu dibuang semua.

Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan

alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa

15

Page 16: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator.

Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan

dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk

mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan

hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar

sekrup yang terdapat pada ujung alat , maka alat akan memotong

jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya

jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti

sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.

Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis,

tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri

minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan

berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat

sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat

Gambar 3.9 Alat stapler (www.google.com)

16

Page 17: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

(a) (b)

(c)

Gambar3.10 (a), (b),dan (c): Cara kerja Stapled hemorrhoidektomi

(www.google.com)

(a) (b)

Gambar3.11: (a) sebelum operasi (b) hasil dari tindakan stapler

(www.google.com)

1.9 Diagnosa Banding

Diagnosa banding dari hemoroid adalah:

Karsinoma rectum

Karsinoma anus

Fisura ani

Amubiasis

Polip rectum

17

Page 18: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

1.10 Pencegahan

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid

antara lain:

1. Jalankan pola hidup sehat

2. Olah raga secara teratur (ex.: berjalan)

3. Makan makanan berserat

4. Hindari terlalu banyak duduk

5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll.

6. Hindari hubunga seks yang tidak wajar

7. Minum air yang cukup

8. Jangan menahan kencing dan berak

9. Jangan menggaruk dubur secara berlebihan

10. Jangan mengejan berlebihan

11. Duduk berendam pada air hangat

12. Minum obat sesuai anjuran dokter

1.11 Prognosis

Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat

menjadi asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan

terlebih dahulu pada semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya

memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus diajari

untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat

mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid.

18

Page 19: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

BAB IV

KESIMPULAN

Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak dilapisan

rectum.

Pengkajian

Hemoroid merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat

yang sampai saat ini masih banyak orang yang salah mengerti

tentang hemoroid dan masalah-masalah kesehatan yang

berhubungan dengan hemoroid. Pengkajian yang dalam dapat

mendekatkan mahasiswa dengan

Perencanaan

Merupakan penyusunan rencana tindakan untuk mengatasi masalah pasien

dan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan prioritas masalah. Rencana

tindakan sesuai teori dan penekanan pada tindakan kedaruratan medis,

sehingga masalah dapat teratasi dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

Implementasi

Teori yang telah dikaji dan dipahami dapat diimplementasikan dalam

menangani kasus pasien dengan hemorroid. Dalam implementasi kasus

diharapkan teori yang telah dikaji dan dipahami dapat mendapatkan hasil

yang memuaskan.

Evaluasi

Pengevaluasian teori yang telah dipahami dan diimplementasikan perlu

bagi mahasiswa kedokteran agar penanganan dalam kasus ini dapat

ditangani dengan baik dan memuaskan.

19

Page 20: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

BAB V

SARAN

Agar Mahasiswa mengetahui penanganan kedaruratan medik untuk kasus

hemoroid.

Agar penanganan yang tepat dan efisien.

Agar teori yang telah dikaji dan dipahami agar dapat diimplementasikan

dan dievaluasi dengan hasil yang memuaskan.

20

Page 21: KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk.2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2. Jakarta:

Media Aesculapius.

Sjamsuhidajat, R, Wim de jong.2004. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru W. 20006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta:

FKUI

Schwartz, Seymour l. 1994. Principles of Surgery Jilid 2 Edisi 6. New York:

McGraw-Hill Company

www.medicastore.com

www.scribd.com

21