karya ilmiah ut

52
KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang dengan keagungannya telah memberkahi penulis dengan segala rahmad yang tiada batasnya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional dalam Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “ Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 18 Katobu Melalui Model Pembelajaran Konstruktivis Realistik Pada Materi Pokok Operasi Hitung Bilangan Bulat”. Penulisan laporan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) Program S1 PGSD pada UPBJJ-UT Kendari, sekaligus sebagai pengalaman dan tolak ukur kemampuan penulis selama memperoleh pengetahuan di bangku kuliah. Seiring dengan ucapan terima kasih yang teramat dalam penulis haturkan kepada yang terhormat Bapak Prof.Dr.H.Faad Maonde,M.S selaku dosen pembimbing bapak Ikman,S.pd.M.pd yang secara teknik telah memberikan petunjuk dan bimbingan dalam proses penyusunan laporan ini. Ucapan terimakasih yang sama penulis sampaikan kepada rekan-rekan guru SDN 18 Katobu khususnya Bapak La Ghonu, S.pd, yang telah memberikan saran dan

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 30-Jun-2015

363 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karya ilmiah ut

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

dengan keagungannya telah memberkahi penulis dengan segala rahmad yang tiada

batasnya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan Laporan

Pemantapan Kemampuan Profesional dalam Penelitian Tindakan Kelas dengan

judul “ Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 18

Katobu Melalui Model Pembelajaran Konstruktivis Realistik Pada Materi Pokok

Operasi Hitung Bilangan Bulat”.

Penulisan laporan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas dalam

mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) Program S1

PGSD pada UPBJJ-UT Kendari, sekaligus sebagai pengalaman dan tolak ukur

kemampuan penulis selama memperoleh pengetahuan di bangku kuliah.

Seiring dengan ucapan terima kasih yang teramat dalam penulis haturkan

kepada yang terhormat Bapak Prof.Dr.H.Faad Maonde,M.S selaku dosen

pembimbing bapak Ikman,S.pd.M.pd yang secara teknik telah memberikan

petunjuk dan bimbingan dalam proses penyusunan laporan ini. Ucapan

terimakasih yang sama penulis sampaikan kepada rekan-rekan guru SDN 18

Katobu khususnya Bapak La Ghonu, S.pd, yang telah memberikan saran dan

dukungan pada penulis dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran ini. Sahabat-

sahabatku : Harbin, Nira Mariana, Asti Efrianti, La Ode Sanudin, Rezkiana, Siska

Yovita, dll yang telah memberi motivasi, dukungan dan semangat baik langsung

maupun tidak langsung.

Ucapan terima kasih yang takterhingga, penulis sampaikan kepada Ayah

handa La Daria dan Ibunda Wa Dia Serta Kakaku Marlina, Adikku Sarnia dan

sepupuku Sitti Romiati. S. St serta keluarga besarku yang telah mengasuh dan

mendidik dengan penuh kasih sayang, memberikan doa restu dan doa bagi

keberhasilan penulis, semoga seluruh amal baik beliau akan diterima Allah SWT

Page 2: Karya ilmiah ut

sebagai amal sholeh, dan Insya Allah akan dilimpahkan pahala yang berlimpah

kepadanya.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu mohon kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan laporan

ini.

Akhir kata penulis memanjatkan doa atas segala bimbingan baik moril dan

materil semoga mendapatkan imbalan pahala yang berlimpa ganda dari Allah

SWT. Amiin!

Raha, April 2014

Penuulis

MARLIANI

NIM. 816513526

Page 3: Karya ilmiah ut

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.................................................iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................vi

ABSTRAK...........................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1

B. Rumusan Masalah .....................................................................................4

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran................................................5

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran..............................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Konstruktivisme................................................................................7

B. Model Pembelajaran...................................................................................9

C. Model Pembelajaran Konstruktivis Realistik.............................................11

D. Hasil Belajar...............................................................................................17

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar......................................18

BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subyek Penelitian ......................................................................................21

B.Deskripsi Per Siklus ..................................................................................21

C. Indikator Kinerja........................................................................................23

D.Teknik Pengumpulan Data.........................................................................24

E. Instrumen Penelitian...................................................................................24

F. Tehnik Analisis Data .................................................................................24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian .........................................................................26

B. Pembahasan................................................................................................28

Page 4: Karya ilmiah ut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................30

B. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................32

Page 5: Karya ilmiah ut

DAFTAR TABEL

Halaman

1.Deskripsi ketuntasan hasil belajar siswa pada setiap siklus........................27

2.Prestasi belajar Matematika pada setiap siklus............................................28

Page 6: Karya ilmiah ut

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.Bagan langka-langka model pembelajaran.......................................................15

2.Bagan siklus pelaksanaan penelitian.................................................................22

3.Bagan presentase ketuntasan.............................................................................29

Page 7: Karya ilmiah ut

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kesediaan sebagai supervaisor 2 dalam penyelenggara Pemantapan

Kemampuan Profesional.................................................................................33

2. Perencanaan PTK.......................................................................................34

3. Berkas RPP persiklus.................................................................................35

4. Lembar observasi/pengamatan terisi...............................................................36

5. Jurnal pembimbingan Supervaisor.............................................................37

Page 8: Karya ilmiah ut

ABSTRAK

MARLIANI 2014 telah melakukan penelitian dengan Judul Penelitian

“Meningkatkan Hasil Belajar matematika Siswa Kelas V SDN 18 Katobu

Melalui Model Pembelajaran Konstruktivis Realistik Pada Materi Pokok

Operasi Hitung Bilangan Bulat”. Laporan PKP. Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar UPBJJ-UT Kendari. Pembimbing: Mansyur, S.Pd.M.

Pd.

Penelitian ini dilakukan untuk menjajagi penggunaan model pembelajaran

konstruktivis realistik dalam pembelajaran matematika di SD. Permasalahan

penelitian ini adalah 1) Bagaimana gambaran hasil belajar matematika siswa kelas

V SD Negeri 18 Katobu Kecamatan Batalaiworu Kabupaten Muna yang diajar

dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivis realistik pada materi

pokok operasi hitung bilangan bulat? dan 2) Bagaimana peningkatan hasil belajar

matematika siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa

kelas V SDN 18 Katobu dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran

konstruktivis realistik. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah 1) Hasil belajar

matematika siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu Kecamatan Batalaeworu

Kabupaten Muna cenderung mengalami peningkatan pada setiap siklus perbaikan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontruktivis realistik

pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat dan 2) Penggunaan model

pembelajaran kontruktivis realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika

siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu Kecamatan Batalaeworu Kabupaten Muna

pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat. Berdasarkan hasil penelitian

disarankan agar guru menggunakan model pembelajaran siklus belajar abduktif

empiris sebagai salah satu alternatif mengatasi kesulitan siswa dalam memahami

matematika.

Kata kunci: Pembelajaran kontruktivis dapat meningkatkan hasil

belajar Matematika kelas V Sd.

Page 9: Karya ilmiah ut

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada jenjang pendidikan formal, Sekolah Dasar merupakan lembaga

pendidikan yang menanamkan pengetahuan dasar bagi pendidikan selanjutnya.

Sekolah. Pendidikan di Sekolah Dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal

kemajuan dasar kepada siswa berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang

bermanfaat bagi dirinya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan

belajarnya. Hal tersebut sejalan dengan hakikat belajar, yang menyebutkan

bahwa belajar merupakan suatu proses yang kompleks dan unik. Kompleks

karena mengikat segala aspek kepribadian baik jasmani maupun rohani. Unik

artinya tiap orang mempunyai cara belajar yang berbeda dengan yang lain yang

disebabkan karena adanya perbedaan individual seperti minat, bakat,

kemampuan, kecerdasan, serta tipe belajar.

Hakikat perbuatan belajar adalah usaha terjadinya perubahan tingkah

laku atau kepribadian bagi orang yang belajar. Perubahan itu baik dari aspek

pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap atau nilai. Dalam dunia pendidikan,

matematika adalah sebagai salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan

penting. Karena pelajaran matematika merupakan salah satu sarana dalam

membentuk siswa untuk berpikir secara alamiah.

Menyadari pentingnya pelajaran matematika pada jenjang Sekolah

Dasar, maka pembelajaran harus ditingkatkan sehingga hasil belajar siswa

dapat tercapai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah

yang ditetapkan.

Peningkatan mutu pendidikan matematika ditandai dengan peningkatan

hasil belajar matematika. Mutu hasil belajar matematika ditentukan oleh mutu

proses belajar di kelas atau di sekolah. Peningkatan mutu pendidikan hanya

dapat dicapai melalui peningkatan mutu proses pembelajaran matematika yang

bermuara pada peningkatan hasil belajar matematika. Sementara itu, agar

proses belajar berlangsung efektif, semua faktor internal (dari dalam diri siswa)

meliputi antara lain bakat, kecerdasan (intelektual, emosional, dan spiritual),

Page 10: Karya ilmiah ut

minat, motivasi, sikap, dan faktor eksternal (dari luar diri siswa) meliputi

antara lain tujuan pembelajaran, materi pelajaran, strategi dan metode

pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas,

reinforcement (penguatan), iklim sosial kelas, waktu yang tersedia, sistem, dan

teknik evaluasi harus diperhatikan.

Dengan banyaknya faktor yang mempengaruhi belajar siswa, maka

interaksi antar faktor tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kualitas proses

dan hasil belajar siswa. Dengan diperhatikannya faktor yang banyak

mempengaruhi siswa tersebut diharapkan siswa dapat berkembang dan dapat

mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan sekolah ke jenjang yang

lebih tinggi khususnya bagi siswa serta pada umumnya dapat meningkatkan

mutu pendidikan pada semua tingkat dan jenis pendidikan.

Berawal dari proses dan peningkatan mutu pendidikan, akhir-akhir ini

telah berkembang berbagai metode/pendekatan pembelajaran yang tidak hanya

mentransfer pengetahuan tetapi juga berusaha membangun struktur kognitif

siswa.

Pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan siswa

dalam proses pembelajarannya membangun struktuk kognitif siswa dan dapat

memotivasi siswa untuk berfikir kritis dan kreatif.

Hal lain yang dapat digunakan untuk membantu tercapainya tujuan

pembelajaran yaitu penerapan metode demonstrasi. Demonstrasi adalah metode

yang digunakan pada pengajaran manipulatif dan keterampilan, pengembangan

pengertian, untuk menunjukkan bagaimana melakukan praktik-praktik baru dan

memperbaiki cara melakukan sesuatu. Metode ini menunjukkan pelaksanaan

ilmu pengetahuan dengan contoh yang objektif dan nyata.

Pada saat kegiatan pembelajaran, tidak semua siswa mampu

berkonsentrasi dalam waktu relatif lama atau menyerap semua pelajaran yang

diberikan guru. Mereka saling terpengaruh dengan hal-hal sepele antara sesama

siswa di dalam kelas. Guru harus mampu menarik perhatian siswa terhadap

pembelajaran yang berlangsung, sehingga siswa mampu berperan aktif dalam

proses pembelajaran agar tercapai hasil belajar yang optimal.

Page 11: Karya ilmiah ut

1. Identifikasi Masalah

Hasil observasi awal yang peneliti temukan di kelas terungkap

masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika yaitu: hasil belajar

dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran matematika tergolong

rendah. Hal ini ditunjukan dengan nilai rata-rata ulangan harian pada

pelajaran matematika khususnya pada materi pokok operasi hitung bilangan

bulat sebesar 62. Nilai tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan

minimal sebesar 65 (KKM dari sekolah).

2. Analisis Masalah

Dari hasil refleksi dan diskusi dengan teman sejawat dapat

teridentifikasi bahwa salah satu faktor yang diduga penyebab masalah

rendahnya hasil belajar siswa di atas adalah pembelajaran yang berlangsung

di kelas V SD Negeri 18 Katobu bersifat deklaratif dimana guru hanya

menyampaikan materi sebanyak mungkin kepada siswa, tanpa melibatkan

siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa pasif dalam proses

pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran berlangsung monoton dan

membosankan sehingga berimplikasi pada rendahnya hasil belajar siswa.

Dari uraian di atas dipandang perlu untuk segera dilakukan perbaikan

pembelajaran pada mata pelajaran matematika dalam bentuk penelitian

tindakan kelas pada siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu Kecamatan

Batalaeworu Kabupaten Muna.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 18

Katobu Kecamatan Batalaeworu Kabupaten Muna yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran konstruktivis realistik pada materi pokok

operasi hitung bilangan bulat?

Page 12: Karya ilmiah ut

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri

18 Katobu Kecamatan Batalaeworu Kabupaten Muna yang diajar dengan

3. menggunakan model pembelajaran kontruktivis realistik pada materi operasi

hitung bilangan bulat?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas,

maka tujuan pembelajaran ini yaitu:

1. Mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 18

Katobu Kecamatan Batalaeworu Kabupaten Muna yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran kontruktivis realistik pada materi pokok

operasi hitung bilangan bulat .

2. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu

Kecamatan Batalaeworu Kabupaten Muna melalui model pembelajaran

kontruktivis realistik pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berarti

seperti berikut.

1. Bagi peneliti, sebagai latihan dalam melakukan penelitian secara ilmiah

dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialami oleh guru dalam

kegiatan pembelajaran di kelas, serta mendapatkan wawasan dan

pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran konstruktivis realistik.

2. Bagi siswa, mengembangkan wawasan siswa tentang pentingnya penerapan

model pembelajaran konstruktivis realistik saat belajar, mendorong siswa

untuk menyenangi matematika serta berperan aktif dalam mengkonstruksi

sendiri pengetahuannya, mengkomunikasikannya secara lisan, dan

menuliskan ide dan pendapatnya secara sistematis.

3. Bagi guru, diharapkan dapat memahami dan berinovasi dengan menerapkan

model pembelajaran konstruktivis realistik dalam upaya meningkatkan hasil

Page 13: Karya ilmiah ut

belajar siswa dalam bidang studi matematika khususnya di SD Negeri 18

Katobu.

4. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran dan

masukan bagi sekolah mengenai model mengajar sehingga dapat menjadi

masukan dalam pengelolaan kurikulum yang akan datang.

Page 14: Karya ilmiah ut

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan filosofis yang mendasari model

pembelajaran kontekstual. Landasan berpikir kontruktivisme berbeda dari

pandangan kaum objektivis yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran.

Dalam pandangan kaum konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan

dibandingkan dengan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat

pengetahuan. Oleh karena itu, kewajiban guru adalah memfasilitasi belajar

melalui proses: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa;

(2) memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan

idenya sendiri; dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka

sendiri (Jihad, 2008: 50).

Kontruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang

menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah konstruksi (bentukan) kita

sendiri. Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu

tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukan gambaran dari dunia kenyataan yang

ada. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu kontruksi kognitif

kenyataan melalui kegiatan seseorang.

Secara sederhana kontruktivisme itu beranggapan bahwa pengetahuan

kita merupakan kontruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu

bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang

diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Jadi, seseorang yang belajar itu

membentuk pengertian. Bettencourt dalam Sardiman (1986) menyimpulkan

bahwa kontruktivisme tidak bertujuan mengerti hakekat realitas, tetapi lebih

hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu.

Menurut pandangan dan teori kontruktivisme, belajar merupakan proses

aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks,

kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses

mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya

Page 15: Karya ilmiah ut

dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi

berkembang.

Sehubungan dengan itu, ada beberapa ciri atau prinsip dalam belajar

menurut Paur Suparno dalam Sardiman (1986) yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang

mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

b. Konstruksi makna merupakan proses yang terus-menerus.

c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan

pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar

bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu sendiri.

d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik

dan lingkungannya.

e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek

belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan

yang sedang dipelajari.

Jadi menurut teori kontruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif

dimana subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar

juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.

Sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, maka proses mengajar bukanlah

kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke subjek belajar atau siswa,

tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan subjek belajar merekonstruksi

sendiri pengetahuannya. Mengajar adalah bentuk partisipasi dengan subjek

belajar dalam membentuk pengetahuan dan membuat makna, mencari

kejelasan dan menentukan justifikasi. Prinsip penting, berpikir lebih bermakna

daripada mempunyai jawaban yang benar atas sesuatu. Karena itu, guru dalam

hal ini berperan sebagai mediator dan fasilitator membantu optimalisasi belajar

siswa (Sardiman, 1986: 37–38).

Page 16: Karya ilmiah ut

B. Model Pembelajaran

Secara terminologi, model pembelajaran dirtiakan sebagai acuan

konseptual yang digunakan sebagai satu rencana atau pola dengan menyusun

dan mengatur bahan pelajaran di kelas (Dahlan, 1984). Selanjutnya menurut

Syah (1995), model mengajar adalah kerangka mengajar yang dimanipulasi

sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran, yang lazimnya

dijadikan acuan perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi belajar. Menurut

Indrawati (2002), model pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana

mengajar yang memperlihatkan pola pengajaran tertentu dimana dalam pola

tersebut dapat terlihat kegiatan guru dan siswa didalam mewujudkan kondisi

belajar atau sistem lingkunagn yang menyebabkan terjadinya belajar pada

siswa. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud dalam model pembelajaran

terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan kegiatan guru dan siswa dan

dikenal dengan sintaksis dalam peristiwa pembelajaran. Secara implisit dibalik

tahapan pembelajaran tersebut terdapat rasional yang membedakan model

pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lain. Sedangkan

menurut Soekamto (1993), model pembelajaran diartikan sebagai kerangka

konseptual, melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai

denah guru dalam merencanakan dan melaksanakamn kegiatan belajar

mengajar.

Pembelajaran yang didesain secara sistematis akan semakain bermakna

terhadap perkembangan intelektual peserta didik. Praktisi pendidikan

menganggap bahwa model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar

mengajar akan menjadi lebih efektif jika didesain dan berorientasi pada

bagaimana memberikan peluang kepada siswa untuk memperoleh kondisi

belajar yang memadai dan berkembang sesuai kemampuan dan kegiatan

sendiri, tanpa ada intervensi dan tekanan apapun. Indrawati (2000) mengatakan

bahwa setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik masing-masing

sesuai dengan acuan yang ditempatkan pada proses belajar mengajar.

Page 17: Karya ilmiah ut

Model-model pembelajaran tersebut memiliki unsur-unsur berikut:

(a) sistematika langkah-langkah (sintak) yaitu memuat gambaran suatu

model pembelajaran yang diuraikan kedalam serangkaian kegiatan

yang kongkrit didalam menyajikan bahan pelajaran pada peserta

didik,

(b) sistem sosial yang dikembangkan yakni sesuatu yang

menggambarkan fungsi atau peranan dan hubungan guru dan siswa

dalam proses belajar mengajar,

(c) prinsip-prinsip stimulant yaitu bagaimana seorang guru menghargai

dan merespon siswa dalam proses belajar mengajar, dan

(d) sistem pendukung yakni segala sarana, bahan, dan alat yang

diperlukan untuk menunjang pelaksanaan suatu model

pembelajaran.

C. Model Pembelajaran Konstruktivis Realistik

Dalam tinjauan aspek pengajaran, guru dalam mengajarkan konsep

hendaknya tidak mengabaikan hakikat pengetahuan yang mencakup proses,

produk, dan sikap ilmiah. Proses ilmiah meliputi keterampilan-keterampilan

melalui pengamatan (observasi), mengklasifikasikan, mengidentifikasi dan

eksperimen.

Aspek produk ilmiah meliputi sekumpulan ilmu pengetahuan yang

terdiri dari fakta-fakta, konsep, hukum dan teori-teori. Sedangkan sikap ilmiah

meliputi sikap jujur, objektif dalam pengamatan dan mengumpulkan serta

menganalisis data.

Kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu tidak dapat

ditransmisi langsung oleh guru ke dalam pikiran siswa, melainkan proses

Page 18: Karya ilmiah ut

perubahan ini memerlukan konstruksi aktif oleh si pembelajar (Dahar, 1989:

35). Untuk mengkonstruksi makna baru, siswa harus mempunyai pengalaman

mengadakan keterampilan proses, seperti keterampilan observasi,

mengklasifikasi, mengidentifikasi dan lain sebagainya. Jadi, inti dari

pandangan kontruktivisme adalah pengetahuan seseorang itu merupakan hasil

konstruksi indvidu melalui interaksinya dengan objek, fenomena, pengalaman,

dan lingkungan.

Dalam hal pengajaran titik tolak pengajarannya adalah dari pengetahuan

siswa sebelum datang ke bangku sekolah. Pengetahuan inilah yang disebut

dengan pengetahuan awal (prior knowledge) siswa atau prakonsepsi. Dalam

arti luas prakonsepsi ini diartikan sebagai konsepsi yang dimiliki siswa

sebelum pembelajaran meskipun mereka pernah mendapatkan pelajaran

formal.

Kontruktivisme merupakan suatu teori atau faham yang menyatakan

bahwa semua pengetahuan, metode untuk mengetahui, dan berbagai disiplin

ilmu yang ada di masyarakat dibangun (constructed) oleh pikiran manusia.

Depdiknas (2005: 27). Lebih lanjut, para Kontruktivis menganggap bahwa

pengetahuan tidak diterima secara pasif, melainkan dikonstruksi secara aktif.

Berdasarkan pendapat di atas, kontruktivisme memandang bahwa

pengetahuan itu adalah dikonstruksi (bentukan) dari seseorang yang

mengetahuinya. Ini berarti kualitas pengetahuan seseorang tentang sesuatu bisa

berbeda bahkan bisa sangat berbeda dari pengetahuan orang lain. Jadi,

pengetahuan itu bukan representasi (gambaran) dari realitas, bukan sesuatu

yang objektif (sama untuk semua orang pada tempat, waktu dan keadaan yang

berbeda), bukan sesuatu yang sudah ada di luar sana yang tinggal ditemukan

(discoveri) saja dan dimasukkan dalam pikiran.

Menurut Piaget dalam Marpaung (2001: 59) bahwa skema kognitif itu

dibangun melalui proses adaptasi yang meliputi dua proses, yaitu asimilasi dan

akomodasi. Asimilasi adalah suatu proses meresturkturisasi informasi yang

baru agar dapat diterima dalam skema kognitif yang sudah ada. Sedangkan

Page 19: Karya ilmiah ut

akomodasi adalah suatu proses meresturkturisasi skema kognitif yang sudah

dimiliki agar dapat menerima informasi yang baru.

Hal ini menunjukkan bahwa, jika pengetahuan itu tidak aktif

dikonstruksi sendiri oleh orang yang bersangkutan, pengetahuan itu tidak dapat

dikuasai secara sungguh-sungguh. Demikian juga, dalam pembelajaran,

gagasan atau pemikiran-pemikiran guru tidak dapat dipindahkan langsung

kepada siswa, melainkan siswa sendirilah yang harus aktif membentuk pikiran

atau gagasan tersebut dalam otaknya.

Pembelajaran secara realistik adalah siswa dibimbing untuk

merekonstruksi pengetahuan yang ingin mereka miliki/pelajari, materinya

kontekstual, proses pembelajarannya interaktif, suasananya sosio matematis.

Marpaung (2001: 26) menyatakan bahwa pembelajaran secara realistik bertolak

dari masalah-masalah yang kontekstual, siswa aktif, guru berperan sebagai

fasilitator, anak bebas mengeluarkan idenya, siswa berbagi ide-idenya, artinya

mereka bebas mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain. Guru membantu

mereka membandingkan ide-ide itu dan membimbing mereka untuk

mengambil keputusan tentang ide mana yang lebih baik buat mereka.

Kontruktivis realistik pada dasarnya merupakan pemanfaatan realitas

dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses

pembelajaran sehingga pembelajaran lebih baik dari pada masa yang lalu.

Seperti halnya pandangan baru tentang proses pembelajaran, dalam konstrutvis

realistik juga diperlukan upaya mengaktifkan siswa. Upaya tersebut dapat

diwujudkan dengan cara (1) mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses

belajar mengajar dan (2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh sense peserta

didik. Salah satu kemungkinannya adalah dengan memberi kesempatan kepada

siswa untuk dapat menemukan atau mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang

akan dikuasainya.Lebih lanjut Marpaung (2001: 40) mengatakan bahwa yang

dimaksud realitas adalah hal-hal yang nyata atau kongkrit yang dapat diamati

atau dapat dipahami lewat membayangkan, sedangkan lingkungan yang

dimaksud adalah lingkungan tempat anak atau peserta didik atau siswa berada,

mungkin berupa lingkungan sekolah, mungkin lingkungan keluarga, ataupun

Page 20: Karya ilmiah ut

Pemberian masalah kontekstual

Orientasi

Kegiatan

Pemunculan Gagasan dan Pembentukan Model

Pengkomunikasian Gagasan dan Model

InteraktVitas : Pertukaran Gagasan

Temuan Konsep Awal

Selesaian

Cukup?Belum Temuan Konsep

UtamaYa

mungkin lingkungan masyarakat yang dapat dipahami siswa. Atau sering juga

disebut kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, model pembelajaran berbasiskan

kontruktivis realistik dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran

yang membimbing siswa mengkonstruksi sendiri konsep-konsep pengetahuan

dari konsep-konsep sebelumnya yang telah dia miliki melalui masalah

kontekstual. Secara skematik, langkah-langkah pembelajaran dengan model

pembelajaran berbasis kontruktivis realistik dapat dilihat pada gambar 2.1

berikut.

1. Tahap orientasi

Dalam tahap ini kegiatan guru memusatkan perhatian siswa dengan

menyebutkan fenomena alam yang sering dijumpai dan aneh, dalam

kehidupan sehari-hari, serta berkaitan dengan topik yang akan dipelajari.

2. Tahap pemunculan gagasan

Page 21: Karya ilmiah ut

Tahap ini dilakukan untuk memunculkan konsepsi awal siswa,

misalnya dengan cara meminta siswa menuliskan konsep-konsep yang telah

diketahui sehubungan dengan topik yang sedang dipelajari, dapat pula

menghadapkan siswa kepada permasalahan yang mengandung teka-teki,

dengan cara guru menyuruh siswa melakukan eksperimen atau percobaan

dan mengikuti petunjuk LKS (lembar kerja siswa). Dapat juga diperoleh

dengan wawancara tentang kejadian dan peristiwa. Tahap ini biasanya

dilakukan pada kelompok kecil siswa yang terdiri dari 4 orang siswa atau

lebih.

3. Tahap pengkomunikasian gagasan

Pada langkah ini siswa mendiskusikan jawaban pada langkah

pemunculan gagasan dalam bentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang

siswa atau lebih. Hasil diskusi ditulis dalam selembar kertas dan dijelaskan

oleh salah seorang siswa pada setiap kelompok. Melalui diskusi ini, siswa

dapat mengungkapkan kembali dan saling bertukar gagasan hasil

pengalaman melakukan percobaan.

4. Tahap pertukaran gagasan

Pada tahap ini, siswa diminta kembali untuk menjawab pertanyaan

yang disusun untuk menerapkan konsep ilmiah yang telah dikembangkan

siswa melalui percobaan ke dalam situasi baru dengan materi pelajaran yang

lebih kompleks, dan sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuannya untuk menanamkan belajar lebih bermakna, sehingga konsep

yang dipelajari dapat bertahan lama di dalam memori jangka panjang siswa.

5. Tahap temuan konsep awal

Pada tahap ini konsepsi ilmiah yang telah diperoleh siswa perlu

diumpan balik oleh guru untuk memperkuat konsepsi ilmiah tersebut. Siswa

diarahkan untuk bertanya jawab dan mengevaluasi hasil pengetahuan dari

pengalaman melakukan eksperimen, sehingga siswa dapat menilai sudah

sejauh mana mereka menguasai konsep yang telah dipelajari. Dengan

demikian diharapkan bahwa siswa yang konsepsi awalnya tidak konsisten

dengan konsep ilmiah, dengan sadar mengubah konsep awalnya menjadi

Page 22: Karya ilmiah ut

konsep ilmiah. Disini siswa juga diberi kesempatan untuk membandingkan

konsep ilmiah yang sudah disusunnya dengan konsep awal pada langkah 2.

D. Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang di tandai dengan adanya

perubahan yang terjadi pada diri sesorang. Perubahan yang terjadi pada diri

seseorang tersebut merupakan hasil dari belajar yang dapat ditunjukan dalam

berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pengalaman, sikap dan

tingkah laku, keterampilan, kemampuan dan kecakapan serta perubahan aspek-

aspek lainnya yang ada pada diri seseorang dalam melakukan kegiatan belajar.

Pada dasarnya hasil belajar itu diperoleh melalui proses belajar dimana

proses belajar merupakan kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa yang

di dukung oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan belajar siswa, media

belajar yang diterapkan oleh guru, bagaimana guru memotivasi siswa untuk

belajar dan pada waktu tertentu akan menghasilkan suatu produk yaitu berupa

hasil belajar yang diperoleh melalui proses pemberian alat ukur pembelajaran

kepada siswa.

Winkel (1984: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu

bukti usaha yang dicapai. Jadi dalam hal ini hasil belajar adalah merupakan

bukti yang diperlikan oleh siswa sehubungan dengan apa yang telah dipelajari.

Hasil belajar merupakan upaya yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan

kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang terkait dengan proses

belajar mengajar. Hasil belajar yang sangat penting selain untuk dapat

mengetahui peningkatan yang terjadi pada pembelajaran merupakan suatu alat

pemuasan yang dimiliki oleh individu dengan kemampuan yang dimilikinya

yang dinyatakan dengan angka, lambang, ataupun huruf yang digunakan dalam

penilaian hasil belajar dapat dijadikan pemicu peningkatan mutu pendidikan.

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Page 23: Karya ilmiah ut

Usman dan Setiawati (2001: 29) mengemukakan bahwa belajar yang

diperoleh setiap siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu sebagai berikut.

1. Faktor yang berada dalam diri siswa (faktor internal)

Faktor internal atau faktor yang berada dalam diri siswa meliputi:

(a) faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh, yang dimaksud faktor ini adalah panca indra yang tidak yang

tidak berfungsi sebagaimana mestinya mengalami sakit, cacat atau

perkembangan tidak sempurna; (b) faktor fisiologis, yakni faktor potensial

seperti kecerdasan, dan bakat, faktor intelektif seperti unsur-unsur

kepribadian tertentu seperti kebiasaan, emosi, motivasi dan minat.

2. Faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal)

Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi:

(a) faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, masyarakat dan

kelompok; (b) faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan

teknologi dan kesenian; dan (c) faktor lingkungan fisik berupa fasilitas

rumah dan fasilitas belajar. Menurut Sukmadinata (2004 : 162) bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi usaha dan keberhasilan belajar yang

bersumber dari dalam diri siswa adalah menyangkut aspek jamaniah dan

rohaniah dari siswa tersebut. Aspek jasmaniah menyangkut kondisi dan

kesehatan jasmaniah dari siswa, tiap orang memiliki kondisi fisik yang

berbeda, ada yang tahan belajar selama lima atau enam jam terus menerus

tetapiadajuga yang hanya tahan satu atau dua jam saja atau bahkan ada yang

kurang dari satu jam. Aspek rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis,

kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif

dan kognitif dari siswa.

Menurut Susilo (2004 : 82) bahwa kondisi intelektual juga berpengaruh

terhadap hasil belajar seorang siswa. Kondisi intelektual ini menyangkut

tingkat kecerdasan, bakat-bakat, baik bakat sekolah maupun bakat pekerjaan.

Hal lain yang ada pada kondisi dan hasil belajar adalah situasi efektif, selain

ketenangan dan ketentraman psikis juga motivasi untuk belajar. Belajar perlu

didukung oleh motivasi yang kuat dan konstan. Motivasi yang lemah serta

Page 24: Karya ilmiah ut

tidak konstan akan menyebabkan kurangnya usaha belajar yang pada akhirnya

akan berpengaruh pada hasil belajar.

Sukmadinata (2004 : 163) menyatakan bahwa keberhasilan belajar yang

juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari siswa, baik faktor fisik maupun

sosial psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam

pendidikan, memberi landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan

sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial psikologis tang ada

dalam keluarga sangat berpengarah tarhadap perkembangan belajar anak.

Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan

belajar siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti

lingkungan kampus, sarana dan perasarana yang ada, sunbe-sember belajar,

media belajar dan lain-lain.lingkungan sosial seperti lingkungan siswa dan

teman-temannya, dengan guru-gurunya serta staf sekolah yang lain.

Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis yaitu suasana dan

pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, berbagai kegiatan kulikuler dan lain-

lain.

Menurut Sufyarma (2003 : 71) bahwa sekolah yang kaya dengan

aktivitas belajar, memiliki sarana dan prasarana yang memadai, terkelolah

dengan baik, diliputi suasana akademis yang wajar, akan sangat mendorong

semangat belajar para siswanya. Lingkungan masyarakat di mana siswa atau

individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktifitas belajarnya.

Lingkungan masyarakat di mana warga memiliki latar belakang pendidikan

yang cukup, terdapat lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di

dalamnya akan memberikan pengaruh positif terhadap semangat dan

perkembangan belajar generasi mudanya (Sukmadinata, 2004 : 165).

Dari beberapa uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa proses dan

hasil belajar secara garis besar dipengaruhi oleh faktor-faktor internal baik

yang bersifat fisik maupun psikis, dan faktor-faktor eksternal dalam lingkungan

keluarganya, sekolah, pekerjaan maupun masyarakat luas.

Page 25: Karya ilmiah ut

Permasalahan Alternatif Pemecahan Rencana Tindakan Pelaksanaan Tindakan

Refleksi Observasi Analisis Data

Berlapis Berulang

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subyek Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 18 Katobu yang

berlangsung pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Perbaikan

pembelajaran ini dilakukan pada mata pelajaran matematika

2. Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 18

Katobu Kecamatan Bataiaeworu Kabupaten Muna yang berjumlah 20 orang

yang terdaftar pada semester ganjil pada tahun ajaran 2013/2014.

B. Deskripsi Per Siklus

Perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan dalam

bentuk penelitian tindakan kelas yang merupakan suatu daur atau siklus yang

dapat digambarkan seperti gambar berikut.

Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan Penelitian.

Secara rinci kegiatan pada masing-masing tahap dapat dijabarkan

sebagai berikut :

1. Perencanaan Tindakan

a. Peneliti bersama dengan guru teman sejawat berdiskusi dan

mengidentifikasi masalah pembelajaran, serta menetapkan alternatif

tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di

sekolah, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kontruktivis

realistik dalam pembelajaran matematika.

Page 26: Karya ilmiah ut

b. Peneliti membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana

perbaikan pembelajaran (RPP), lembar observasi dan tes hasil belajar.

2. Pelaksanaan tindakan

Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran kontruktivis realistik dalam pembelajaran

matematika sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran.

3. Observasi dan evaluasi

Observasi dilakukan oleh guru dan peneliti pada saat kegiatan pembelajaran

berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui dampak tindakan terhadap proses dan

dampak terhadap hasil.

4. Refleksi

Kegiatan refleksi ini bertujuan untuk menganalisa data pada setiap akhir

siklus. Kegiatan pada tahap ini mencakup kegiatan analisis dan interpretasi

atas informasi atau hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi

dilakukan terhadap seluruh hasil observasi untuk menentukan tindakan pada

tahap berikutnya. Dalam setiap siklus pelaksanaan perbaikan pembelajaran

peneliti diamati oleh teman sejawat bernama Damrin Karim, S.Pd dengan

menggunakan lembar observasi

Tindakan yang dilakukan dalam perbaikan pengajaran ini adalah

sebagai berikut: Siklus I penyajian pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kontruktivis realistik dengan penjelasan singkat. Pada siklus II

peneliti tetap menggunakan model pembelajaran kontruktivis realistik dengan

media alat peraga dan pemberian contoh-contoh soal dan latihan.

C. Indikator Kinerja

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan dalam penelitian

ini adalah 65. (dokumentasi SD Negeri 18 Katobu). Merujuk pada KKM

tersebut, maka indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian/perbaikan

pembelajaran ini adalah jika 75% jumlah siswa yang menjadi subyek penelitian

telah memperoleh nilai serendah-rendahnya 65.

Page 27: Karya ilmiah ut

D. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai

berikut:

1. Observasi yaitu mengamati aktifitas guru dan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.

2. Tes hasil belajar yaitu digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa

terhadap materi yang diajarkan oleh guru pada setiap siklus pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan dua jenis instrumen pengumpulan data

yaitu: tes hasil belajar dan lembar observasi.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif dalam bentuk persentase, nilai rata-rata, serta disajikan

dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis deskriptif kualitatif digunakan pula

untuk mengukur indikator kinerja berdasarkan kriteria ketuntasan minimal.

Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:

1. Mengkonversi skor hasil tes menjadi nilai (X) skala 0 – 100, dengan

menggunkan rumus:

(Arikunto, 1993)

2. Menentukan tingkat pencapaian ketuntasan belajar rumus:

1) Secara indVidu TB =

Nilai dicapaiNilai ideal

x100 %

2) Secara kelompok =

Nilai dicapai kelompokNilai ideal

x100 %

3) Nilai klasikal =

Nilai rata−rataNilai ideal

x100 %

3. Menentukan persentase ketuntasan belajar

(Sudjana, 2002)

dengan: Σ TB = Jumlah siswa pada kategori ketuntasan belajar.

X = Skor yang diperoleh/dicapaiSkor ideal

x 100

%= Σ TBN

x 100 %

Page 28: Karya ilmiah ut

N = Jumlah siswa secara keseluruhan.

Page 29: Karya ilmiah ut

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Berikut ditampilkan data hasil belajar matematika siswa kelas V

SDN 18 Katobu pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat dari

siklus pertama sampai siklus ketiga.

Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa pada Perbaikan Pembelajaran Matematika

No NamaSiklus I Siklus II Siklus II

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 Sumardhan 70 T 75 T 86 T

2 Estinawati 66 T 70 T 72 T

3 Marni Jaya 69 T 82 T 79 T

4 Sumarlin 63 BT 64 BT 70 T

5 Karni 72 T 80 T 87 T

6 Muh. Iman 80 BT 86 T 91 T

7 Muh. Rajab 62 BT 74 T 85 T

8 Muh. Irwan 45 BT 56 BT 62 BT

9 Muh. Ashar 81 T 82 T 80 T

10 Muh. Akbar 53 BT 67 T 90 T

11 Zainuddin 54 BT 60 BT 87 T

12 Indra 59 BT 61 BT 52 BT

13 Fatma 70 T 75 T 70 T

14 Darniati 70 T 73 T 70 T

15 Kanadia 63 BT 70 T 80 T

16 Fadhil 53 BT 53 BT 60 BT

17 Darmin 54 BT 58 BT 50 BT

18 Hafid 59 BT 72 T 87 T

19 Herdiman 70 T 67 T 92 T

20 Yulis 60 BT 73 T 70 T

Ket: T = tuntas dan BT = belum tuntas.

Page 30: Karya ilmiah ut

Ketuntasan belajar pada Tabel 4.2 di atas secara singkat disajikan pada

Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika

No

.

Jenis

Evaluasi

Kriteria Ketuntasan

Tuntas Belum Tuntas

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

1. Siklus I 9 45 11 55

2. Siklus II 14 70 6 30

Tabel 4.2 menunjukan bahwa pada siklus pertama belum tercapai

ketuntasan belajar, dimana dari 20 siswa hanya 9 siswa yang memperoleh nilai

65 ke atas. Hal ini terjadi karena guru belum menguasai langkah-langkah

pembelajaran dengan baik, sehingga pada siklus kedua dilakukan perbaikan

pembelajaran. Pada siklus kedua terjadi peningkatan ketuntasan belajar

menjadi 14 orang (70%), meskipun pada siklus kedua mengalami peningkatan

namun belum memenuhi kriteria ketuntasan yang ditetapkan sehingga masih

perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus ketiga. Pada siklus ketiga

ketuntasan belajar mencapai 80% hal ini menunjukan bahwa pada siklus ketiga

telah tercapai ketuntasan belajar sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat dan supervisor,

pembelajaran yang dilaksanakan sudah menunjukkan kemajuan. Hal ini

ditunjukkan dengan adanya siswa yang menjawab pertanyaan, bahkan ada

siswa yang mengajukan pertanyaan. Perbaikan terjadi dalam pembelajaran

adalah guru sudah tidak menunjuk langsung siswa untuk menjawab pertanyaan,

tetapi siswa sendiri yang berinisiatif untuk menjawab dengan mengacungkan

tangan bagi yang bisa menjawab.

Untuk lebih jelasnya, persentase ketuntasan belajar matematika siswa

kelas V SD Negeri 18 Katobu pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat

secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut.

Page 31: Karya ilmiah ut

Siklus I Siklus II Siklus III0

10

20

30

40

50

60

70

80

55

70

80

45

30

20

Persentase Ketuntasan

TuntasBelum Tuntas

B. Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil belajar

siswa pada mata pelajaran matematika mengalami peningkatan setelah

dilakukan perbaikan pada siklus kedua dan ketiga. Pada siklus pertama hanya 9

orang atau 45% dari 20 siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas. Pada siklus

kedua hasilnya meningkat dimana 14 orang atau 70% memperoleh nilai 65 ke

atas. Pada siklus ketiga ketuntasan belajar meningkat sebesar 80% dimana 16

siswa memperoleh nilai 65 ke atas. Dengan demikian target perbaikan sudah

tercapai pada siklus ketiga, sekalipun masih ada 4 siswa yang belum tuntas

memperoleh nilai 65 ke atas.

Pada siklus I tidak tercapai ketuntasan belajar sesuai dengan indikator

yang ditetapkan. Hal ini disebabkan karena guru belum melaksanakan

pembelajaran dengan baik yang diakibatkan oleh guru belum menguasai

langkah-langkah pembelajaran model kontruktivis realistik. Hal ini dijadikan

sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.

Pada siklus berikutnya telah terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan.

Adanya peningkatan hasil belajar tersebut merupakan dampak dari perbaikan

metode pembelajaran yang dilakukan, dimana guru menggunakan model

Page 32: Karya ilmiah ut

pembelajaran kontruktivis realistik sehingga siswa dapat menangkap dengan

baik materi yang disampaikan.

Page 33: Karya ilmiah ut

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh selama melakukan perbaikan, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu Kecamatan

Batalaiworu Kabupaten Muna cenderung mengalami peningkatan pada

setiap siklus perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kontruktivis realistik pada materi pokok operasi hitung

bilangan bulat.

2. Penggunaan model pembelajaran kontruktivis realistik dapat meningkatkan

hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu Kecamatan

Batalaeworu Kabupaten Muna pada materi pokok operasi hitung bilangan

bulat.

B. Saran dan Tindak Lanjut

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti menyarankan hal-

hal sebagai berikut.

1. Bagi guru, khususnya guru sekolah dasar hendaknya menerapkan model

pembelajaran konstruktivisme realistik dalam pembelajaran matematika di

kelas, agar siswa dapat aktif, kritis dan memiliki kemandirian dalam proses

pembelajaran.

2. Kepada pihak sekolah, dalam hal ini SD Negeri 18 Katobu untuk senantiasa

kreatif dalam menerapkan metode pembelajaran yang variatif sesuai materi

yang akan diajarkan, karena tidak semua materi cocok diajarkan dengan satu

metode pembelajaran saja.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang punya relevansi dengan penelitian ini untuk

mengkaji lebih jauh dari apa yang belum tersentuh dari penelitian kali ini.

Sebagai tindak lanjut untuk perbaikan dan peningkatan kualitas

pembelajaran selanjutnya secara keseluruhan, maka kiranya Kelompok Kerja

Guru (KKG) yang sudah terbentuk dalam gugus diaktifkan guna saling

bertukar pengalaman yang menyangkut tugas kita sehari-hari.

Page 34: Karya ilmiah ut

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, M. (2000). Model Pembelajaran Berbasis Kontruktivis Realistik Untuk

Pengembangan Ide Pembuktian IPA-FISIKA. Makalah Seminar, Disajikan

pada Seminar Nasional IPA-FISIKA di Jurusan IPA-FISIKA ITS.

Surabaya.

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Djamarah, S. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ibrahim, M., (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UnVersitas Negeri

Surabaya.

Marpaung, Y. (2001). Pembelajaran IPA-FISIKA Berdasarkan Filsafat

Kontruktivisme. Makalah Seminar, Disajikan pada Seminar Nasional

Realistic Mahtematics Education (RME) di Jurusan IPA-FISIKA, FMIPA

UNHESA. Surabaya.

Munandar, U. (1987). Pengantar Pendidikan. Bandung: Aneka Ilmu.

Rusyan, ATT, dkk., 1989. Pendekatan daalm Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosda Karya.

Slameto. (1987). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta.

Bina Aksara.

Suherman, 2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi

Siswa, (Online) (http://209.85.175.104/search?q=cache:v4JagWmwS-

kJ:educare, Diakses 17 September 2008).

Syamsudin, A. (1997). Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: UnVersitas Terbuka.

Soedjadi, R. (2001). Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan dalam Pembelaja

Page 35: Karya ilmiah ut

KARYA ILMIAH PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V

SDN 18 KATOBU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KONSTRUKTIVIS REALISTIK PADA MATERI POKOK OPERASI

HITUNG

BILANGAN BULAT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pemantapan

Kemampuan Profesional

OLEH :

NAMA : MARLIANI

NIM : 816513526

PROGRAM STUDI : S1 PGSD

SEMESTER : X (SEPULUH)

POKJAR : RAHA B

KABUPATEN : MUNA

UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJJ-UT KENDARI

2014.1