genetika inang dan parasit

Post on 13-Apr-2016

267 Views

Category:

Documents

4 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

GENETIKAVETINANG,PARASIT, DAN PATOGEN

Meli Rizki Purwani 1409005078Indah Rosita 1409005079Wulandari 1409005080I Dewa Made Nurja SS 1409005081I Gede Rajendra 1409005082Luh Putu Pradnya Swari 1409005083Roby Rohmandhani 1409005084Fransisco Pratama 1409005085Carene Naomi 1409005086Suci Wulandari 1409005087

Inang Inang merupakan organisme yang

menampung virus, parasit, partner mutualisme, atau partner komensalisme, yang umumnya menyediakan makanan dan tempat berlindung

Dua macam inang: inang primer dan inang sekunder

Inang Primer Inang primer atau juga disebut inang

definitif adalah tempat parasit tumbuh dewasa

Inang SekunderInang yang menampung parasit hanya untuk periode transisi yang hanya sementara. Bagi tripanosoma, penyebab penyakit tidur, manusia adalah inang primer dan lalat tsetse adalah inang sekundernya.

Parasit organism yang hidup pada permukaan

atau dalam inang. Memperoleh makanannya dengan cara

mengabsorpsi nutrient dari tubuh inangnya sendiri.

Ex : Kutu -> parasit pada anjing

Patogen organisme yang membuat kerusakan

atau kerugian terhadap tubuh inangnya Patogen oportunis Patogen diklasifikasikan menjadi virus,

bakteri, fungi, protozoa dan cacing.

Interaksi Inang pada Pathogen

Myxomatosis pada Kelinci Penyakit Prion African Trypanosomiasis

Myxomatosis pada Kelinci

1859 lelaki Inggris di Australia, mengimpor beberapa kelinci dari Inggris, importasi ini akan menimbulkan penyakit menular

Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) melepaskan galur virus myxoma yang bersifat virulent 1950.

Liabilitas terhadap myxomatosis sangat tinggi hampir 100%, kelinci yang terinfeksi menjadi mati.

Dari kelinci yang mati ada beberapa kelinci yang mengalami variasi genetik dan menurunkan gen resistensinya kepada keturunannya

Interaksi inang dan pathogen disini terlihat pada keresistensian kelinci terhadap virus myxoma.

Penyakit Prion spongioform encephalopathies (penyakit

neurologis) pada domba dan kambing (disebut scrapie), pada manusia (disebut penyakit kuru, penyakit Creutzfeldt-Jacob, dan sindrom Gerstmann-Straussler–Scheinker).

Penyebab : bentukan modifikasi dari protein yang disandi oleh gen dalam inang. Partikel protein tersebut dinamakan prion.

1986 penyakit prion menular ke sapi -> bovine spongioform encephalopathy (BSE atau penyakit sapi gila).

Penyebab: pindahnya agen scrapie dari domba ke sapi. Agen scrapie tidak mampu pindah dari sapi ke spesies lain sehingga tidak terinfeksi.

African Trypanosomiasis

Penyakit ini disebakan oleh protozoa species trypanosome yang di perantai oleh lalat tse-tse.

Infeksi ditandai oleh fluktuasi jumlah tripanosoma pada inang yang terinfeksi.

Alasan fluktuasi ->suatu fenomena yang disebut variasi antigen.

variasi gen dari tripanosoma dapat terjadi walaupun tidak adanya antibodi dari inangnya.

tripanosoma ini akan terus mengeluarkan antigen baru biarpun sudah berpindah tempat dari satu inang ke inang lainnya.

Implikasinya: sulit untuk menenmukan vaksin yang efektif untuk melawan variasi antigen yang berbeda pada setiap inang.

Resistensi pada Inang

Resistensi Penyakit Marek pada Ayam

Resistensi Neonatal Scours pada Babi

Resistensi terhadap Cacing pada Domba

Resistensi terhadap Blowfly pada Domba

Resistensi Kutu pada Ternak

Resistensi Penyakit Marek pada Ayam penyakit neoplastik terjadinya pertumbuhan dari sel-sel

tumor disebabkan oleh virus DNA. Ada variasi genetik substansial untuk

resistensi terhadap pathogen.

Resistensi Neonatal Scours pada Babi

Penyebab utama neonatal scours pada babi adalah galur E. coli yang mempunyai antigen pada permukaan sel yang disebut K88.

Tapi tidak semua anak babi rentan terhadap E. Coli K88.

Secara khusus : hanya anak-anak babi dengan reseptor K88 pada dinding ususnya yang menjadi rentan, anak babi yang tidak punya reseptor akan resisten.

Gambar Babi di beri vaksin

Resistensi terhadap Cacing pada Domba

Menurut Le Jambre (1978) banyak bukti variasi antara keturunan dan variasi genetik dalam resistensi cacing pada domba

Di Australia domba merino ditemukan 0,35 telur cacing maksimum per grm dalam fases dan 0,16 defleksi hematokrit. Pencegahannya dengan melakukan vaksin.

Cacing pada Domba dan Siklus Cacing pada Domba

Resistensi terhadap Blowfly pada Domba

Blowfly (lalat) domba Australia yang disebabkan oleh Lucilia cuprina yang menyerang bulu (wol) domba.

Lalat domba tidak bisa bertelur sampai mereka telah mengkonsumsi protein.

Resistensi ini menyebabkan bulu menjadi busuk. Upaya untuk mengendalikannya adalah dengan penyemprotan insektisida.

Blofly dan Larva yang Ditinggalkan pada Hewan Ternak

Resistensi caplak pada Ternak Ternak centang (Rhipicephalus

microplus sebelumnya Boophilus microplus) merupakan hama ekonomi yang serius dari industri ternak Northern Territory.

Ternak kutu dapat dikirimkan melalui darah organisme demam, dan juga dapat menyebabkan penyakit dan kematian pada sapi.

Kutu Parkhust dan Ternak yang Terinfeksi Kutu Parkhust

Resistensi terhadap Parasit dan Patogen Resistensi terhadap Anthelmintic Resistensi terhadap Antibiotik Resistensi terhadap Insektisida

pada Blowfly Domba

a. Resistensi terhadap antelmentik

Pengobatan secara rutin dengan antelmintik mempunyai resiko terjadinya resistensi. Pada kondisi tersebut kemungkinan kecil antelmintik akan memberikan efikasi 100% terhadap semua jenis parasit dan 100% efektif sepanjang waktu. Hal tersebut karena, ketika antelmintik digunakan, beberapa parasit yang tahan terhadap antelmintik akan membawa gen resisten (Waller, 1993).

b. Resistensi terhadap Antibiotik

Pemunculan resistensi antibiotik pada bakteri secara cepat dan meluas disebabkan terutama oleh kemampuan bakteri mentransfer gen secara horizontal juga secara vertical.

c. Resistensi terhadap Insektisida pada Blowfly Domba Blowfly domba Australia yang disebabkan

oleh Lucilia cuprina yang menyerang bulu (wol) karena larva menyerang domba

Contoh penggunaannya adalah dengan organo-khlorin (1955) yang disebut dieldrin pada mulanya efektif, namun setelah dipakai 3 tahun keefektifan menurun drastis karena blowflies menjadi resisten terhadap bahan kimia tersebut.

Pengendalian Agen-agen Biologi yang Membawa Parasit dan Pathogen Lalat screw worm -> metode

pelepasan serangga steril (Steril Insect Release Method/SIRM)

Serangga Lain -> SIRM konvensional Cacing -> teknik drenching Bakteri -> penggunaan antibiotic

top related