bab i pendahuluan - iain jemberdigilib.iain-jember.ac.id/14/4/02-c3_bab i.pdf104. dan hendaklah ada...
Post on 29-Oct-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesuai pada kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk yang
“hanief” artinya makhluk yang cinta pada kesucian dan cenderung pada
kebenaran, Mengingat tujuan makhluk hidup diciptakan hanya untuk beribadah
kepada Allah SWT maka perlu kiranya pemahaman yang benar tentang islam.
Seperti yang dikatakan Prof. Max Miller (1991: 98) yang dikutip oleh Hadi
(2012: 13) islam adalah agama dakwah, artinya pesan islam itu harus
disampaikan sebagai kebenaran dan usaha tersebut merupakan tugas suci. Jadi
dakwah sebagai proses penyampaian pesan keagamaan (islam) ini merupakan
instrumen islam untuk menanamkan nilai kebenaran yang mutlak. Dakwah pun
menjadi tanggung jawab setiap muslim untuk mengimplementasikan hukum
allah yang akan mewujudkan kesejahteraan dan keselamatan bagi ummat
manusia seluruhnya. Satu sama lain harus saling mengingatkan pada kebaikan
dan mencegah pada kemunkaran, tugas suci tersebut menjadi sebuah keharusan
dari allah melalui firmannya ( QS. Ali imran: 104 ). Sebagaimana berikut:
2
104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
Berbicara soal dakwah sudah barang tentu membutuhkan komunikasi
dalam mengaplikasikannya, dakwah dan komunikasi merupakan ilmu yang
sangat erat kaitannya. Yang dimaksud dengan komunikasi ialah Penyampaian
pesan dari seorang komunikator terhadap komunikan, oleh karena itu dapat
juga dikatakan bahwa dakwah adalah salah satu bentuk komunikasi dari sekian
banyak bentuk komunikasi yang menggunakan materi ajaran islam dan dalam
pelaksannaanya dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang ada dalam ajaran
islam.
Komunikasi melibatkan hubungan antar manusia dan mengharuskan
memiliki peserta komunikasi dan persamaan pemahaman untuk mencapai
tujuan komunikasi. Persamaan bahasa dan gerak tubuh adalah sarana utama
untuk mempengaruhi orang lain begitu pulalah kiranya peran komunikasi
didalam sebuah organisasi. Sumber konflik antar perseorangan yang mungkin
paling sering terjadi dan dikemukakan adalah buruknya komunikasi, sebab kita
menggunakan hampir 70% dari waktu aktif kita untuk berkomunikasi. Menulis,
membaca, berbicara, mendengar, sehingga beralasan untuk menyimpulkan
bahwa satu dari kekuatan yang paling menghalangi suksesnya pekerjaan
kelompok adalah kurangnya komunikasi yang efektif (Robbins, 2002: 145-
146).
3
Keharusan memiliki persamaan pemahaman untuk mencapai tujuan
komunikasi tidak lagi nyata manakala kesalah pahaman terjadi dimana-mana,
salah satunya ketimpangan gender, dimana sebagian besar manusia sangatlah
salah memahami persoalan gender. Mereka masih menganggap wanita sebagai
makhluk tak berguna, tak jauh beda dengan pemikiran orang-orang jahiliyah
pada zaman dahulu kala.
Wanita selalu dijauhkan dari hak-hak mereka dan tidak diizinkan untuk
mendapatkan kesempatan yang sama seperti laki-laki, baik dikalangan rumah
tangga, wilayah pekerjaan, didataran komunikasi dan kelompok maupun
perindividual. Begitulah wanita dalam pandangan dunia, mereka sering
dianggap inferior dibandingkan laki-laki, sering disebut the second class,
bahkan rawan dimanfaatkan dan dieksploitasi. Disitulah amat jelas bahwa
terjadi ketidak adilan gender dalam kehidupan masyarakat.
Banyak dikalangan para suami menganggap para istri hanya mampu
dalam mengurusi persoalan dapur, melahirkan dan berdandan. Selebihnya
seorang istri tidak diijinkan mengurusi persoalan suami mengenai urusan
kantor atau hal-hal yang berbau ilmiyah, seorang istri dianggap tidak mampu
serta tidak tahu menahu persoalan lain selain persoalan domestik. Jika seorang
istri mencoba untuk bertanya hal-hal penting maka seringkali jawaban seperti
ini dilontarkan “ ah slalu ingin tau saja urusan suami, urus saja urusan dapur
dan anak ”. Hal itu sangat menunjukkan bahwa laki-laki tidak menghargai
wanita dan mempercayai seorang istri sebagai partner dalam hidupnya.
4
Ironisnya seorang laki-laki dalam rumah tangga juga sering menjadikan
wanita sebagai alat pelampiasan amarahnya. Semisal pada musim paceklik,
banyak kerjaan kantor menumpuk, pikiran suntuk, bisnis pelik, maka seorang
istrilah yang menjadi santapan amarahnya tanpa ampun. Demikianlah salah
satu penyebab KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) merajalela disekeliling
kita, sehingga kedudukan perempuan benar-benar termarginalkan.
Sebagaimana yang dikutip oleh Mansour Fakih (2007: 15)
marginalisasi kaum perempuan tidak saja terjadi ditempat pekerjaan, juga
terjadi dalam rumah tangga, masyarakat atau kultur dan bahkan negara.
Marginalisasi terhadap perempuan sudah terjadi sejak di rumah tangga dalam
bentuk diskriminasi atas anggota keluarga yang laki-laki dan perempuan.
Marginalisasi juga diperkuat oleh adat istiadat maupun tafsir keagamaan.
Misalnya banyak diantara suku-suku di indonesia yang tidak memberi hak
kepada kaum perempuan untuk mendapatkan waris sama sekali. Sebagian tafsir
keagamaan memberi hak waris setengah dari hak waris laki-laki terhadap kaum
perempuan.
Konstruk realitas menunjukkan bahwa seorang perempuan hanya
sebagai pemuas nafsu laki-laki saja, perempuan hanya mampu didapur bukan
dikantor. Misalnya dalam setiap iklan konstruk yang dibangun didalamnya
adalah perempuan selalu memasak, merapikan tempat tidur dan mengurus anak
serta suami. Dalam iklan-iklan pun di media menampilkan perempuan selalu
berpakaian dengan pakaian seksi atau membuka aurat. Dimana hal tersebut
5
bisa dinikmati banyak penikmat media. Bagaimana bisa fakta sosial tersebut
mendarah daging disekeliling kita dengan mudah?
Dalam ranah organisasi kemahasiswaanpun yang berbasis intelektual
masih belum mampu menyimpangkan ketidakadilan gender, semisal dalam
pembentukan struktur keorganisasian dimana perempuan selalu diletakkan
pada divisi-divisi yang mendekati ranah domestik seperti bendahara yang
bertugas mengurus keuangan ketika dibutuhkan saja, menghitung biaya yang
dibutukan ketika ada acara-acara formal maupun informal. Bahkan sangat miris
sekali ketika sebuah organisasi mengadakan acara-acara cenderung yang
menempati posisi atas adalah laki-laki dan perempuan hanya berada ditingkat
konsumsi yang hanya bertugas memasak atau mengatur pola makan setiap
anggota organisasinya.
Oleh karena itu, penting sekali bagi sekalian manusia untuk memahami
makna komunikasi yang sebenarnya dan makna pesan yang ada dalam
komunikasi agar tidak terjadi kesalah pahaman didalam memahami segala hal,
yang salah satunya adalah gender itu sendiri.
Kesetaraan gender serta ketimpangan dalam kegiatan komunikasi
organisasi yang terjadi dikalangan mahasiswa semakin menarik untuk kita
perbincangkan, karena mahasiswa sebagai kaum intelektual dan cendikiawan
serta bagian dari suksesor pemerintah harus mengerti dalam melihat sejauh
mana peran dan fungsi Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan
6
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pada pasal 28 D ayat 3 juga
ditegaskan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang
sama dalam pemerintahan
Jadi perlu ditegaskan dalam penelitian ini peneliti akan lebih
memfokuskan penelitiannya pada ketimpangan gender dalam dunia organisasi
kemahasiswaan intra kampus yaitu Senat Mahasiswa dimana organisasi
tersebut merupakan organisasi tertinggi ditataran mahasiswa dan berfungsi
sebagai legislator. Terutama tentang relasi komunikasi organisasi baik secara
formal maupun informal. Maka dengan tegas peneliti mangambil judul
RELASI GENDER DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI: STUDI KASUS
SENAT MAHASISWA IAIN JEMBER PERIODE 2015/2016. Karena sependek
pengetahuan peneliti pembagian peran antara laki-laki dan perempuan masih
didominasi kaum laki-laki sehingga muncul hipotesa awal bahwa organisasi ini
masih menempatkan perempuan sebagai mahluk tuhan nomer dua. Bagaimana
hal itu bisa terjadi dikalangan akademis sedangkan kajian tentang kesetaraan
gender serta kajian feminisme sudah menjadi makanan mereka sehari-hari.
Seperti yang peneliti ketahui juga bahwa selama terbentuknya organisasi
SEMA IAIN Jember sejauh ini belum pernah ada figur seorang perempuan
menjadi pemimpin. Terlihat pula pada masa kepengurusan SEMA IAIN
Jember periode 2015/2016 bahwa kepengurusan SEMA lebih didominasi kaum
laki-laki. Bahkan penempatan divisi-divisinya pun tidak seimbang, pengurus
laki-laki menempati bagian-bagian terpenting sedangkan perempuan hanya
menempati bagian-bagian yang berbau domestik seperti divisi budgetting yang
7
mengurus bagian keuangan. Pada kegiatan-kegiatan formal pula pengurus
perempuan seringkali diletakkan di bagian konsumsi yang tugasnya hanya
memasak dan mengatur pola makan anggotanya. Dan pengurus laki-lakinya
menempati tempat terpenting seperti ketua, sekretaris dan protocoler. Hal ini
merupakan fenomena yang sangat unik untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut
lagi. Sehingga membuat peneliti sangat antusias untuk mengangkat masalah
tersebut sebagai bahan penelitian dalam penulisan skripsi ini. Peneliti ingin
meneliti di SEMA IAIN Jember karena pengurus SEMA IAIN Jember yang
berbasis keislaman masih sering melakukan ketidak setaraan gender dimana
pendapat seorang laki-laki lebih dihargai dibandingkan seorang perempuan,
sedangkan di SEMA UNEJ saja yang berbasis umum dalam penempatan
kepengurusannya sudah seimbang. Dalam kepengurusan SEMA di UNEJ
terdapat 12 pengurus laki-laki dan 12 pengurus perempuan, jadi sangat terlihat
kesetaraan gender dari struktur tersebut. Oleh karena itu peneliti memilih
lokasi di SEMA IAIN Jember.
B. Fokus Penelitian
Perumusan masalah bertujuan untuk memberikan garis yang jelas
persoalan-persoalan yang hendak diteliti dan dijadikan bahan untuk diuji
kebenarannya dalam penelitian ini, disamping juga untuk mensistematiskan
pembahasan.
Dalam setiap penelitian, permasalahan yang dikaji harus lebih memusat
pada satu pokok permasalahan, agar memiliki batasan yang jelas antara inti
8
masalah dan masalah pendukung. Sehingga penelitian dapat lebih terarah serta
informasi yang didapat tidak bias (lebih fokus). Dalam penelitian kualitatif,
perumusan masalah disebut dengan fokus penelitian.
Rumusan masalah penelitian merupakan pusat perhatian dalam
pelaksanaan penelitian, untuk itu perlu perumusan permasalahan secara jelas,
kongkrit dan operasional. Pelaksanaan penelitian bertitik tolak dari masalah
yang harus dihadapi dan perlu dipecahkan. Setiap orang yang ingin
mengadakan penelitian karena mempunyai hasrat untuk mendapatkan jawaban
dari masalah yang dihadapi. Masalah merupakan bagian kebutuhan seorang
peneliti yang ingin dipecahkan dalam penelitian (Suharsimi, 1997: 25).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagaimana berikut;
1. Bagaimana proses komunikasi organisasi yang dilakukan para aktor
organisasi di lembaga Senat Mahasiswa IAIN Jember periode 2015/2016 ?
2. Bagaimana relasi gender yang terjadi dalam proses komunikasi organisasi
Senat Mahasiswa IAIN Jember periode 2015/2016 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan titik akhir dari kegiatan penelitian dan
berfungsi untuk mengungkapkan dan mengembangkan hal-hal yang berkaitan
dengan judul penelitian. Disamping tujuan penelitian adalah untuk menemukan
beberapa kelemahan dan kesenjangan antara teori dengan realitas yang terjadi
dilapangan.
9
Tujuan penelitian adalah sebagai jawaban yang ingin ditemukan dari
suatu penelitian. Perumusan tujuan penelitian harus sejalan dengan rumusan
masalah penelitian (Sitorus, 2000: 72).
Sehubungan dengan pengertian diatas, maka dalam penelitian ini
mempunyai tujuan yang akan dicapai, Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk menjelaskan proses komunikasi organisasi yang dilakukan para aktor
organisasi di lembaga Senat Mahasiswa IAIN Jember periode 2015/2016 ?
2. Untuk menjelaskan relasi gender didalam komunikasi organisasi Senat
Mahasiswa IAIN Jember tahun 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan merupakan jawaban tentang pertanyaan
sumbangan yang diberikan dari sebuah penelitian ( Sumarsono, 2004: 43 ). Jadi
Relevan dengan tujuan penelitian, maka secara akademik penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat, yakni :
1. Dapat menjadikan penelitian lebih memperhatikan bagaimana nilai-nilai
agama di tataran aplikatif dalam kehidupan terhadap kaum feminis.
2. Dapat mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan yang diperoleh oleh
peneliti.
3. Dapat berguna bagi seluruh masyarakat untuk membangun kesadaran saling
menghargai, menghormati dan menjunjung tingi nilai kesetaraan gender,
10
sehingga menghindari segala ketimpangan gender dalam kehidupan sehari-
hari.
4. Menambah kekayaan pustaka di lembaga di mana penulis menempuh
pendidikan yakni IAIN Jember.
5. Bagi IAIN Jember, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai upaya
inovasi ilmiah, sekaligus memperkaya keilmuan yang cukup aktual,
strategis dan marketable serta dapat dijadikan pertimbangan bagi kajian
lebih lanjut.
E. Definisi Istilah
Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah yang menjadi fokus
perhatian peneliti dalam judul penelitian. Hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadi kerancuan maupun kasalah pahaman dalam memahami makna istilah
yang ada (Sitorus, 2000: 51-52).
1. Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai
pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu
organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang
disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan
organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan
berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya:
memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun
komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.
11
Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara
individual.
Sedangkan Komunikasi organisasi yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah organisasi Senat Mahasiswa Iain Jember yang
merupakan organisasi intra diposisi paling atas, ia merupakan legislator bagi
organisasi-organisasi yang lainnya seperti halnya UKM (Unit Kegiatan
Mahasiswa). Dalam penelitian ini organisasi Sema menjadi objek penelitian
yang harus peneliti koreksi serta ungkapkan data-data didalamnya.
2. Relasi Gender
Relasi adalah suatu aturan yang memasangkan anggota himpunan
satu ke himpunan lain, sementara istilah gender juga sudah tidang asing lagi
ditelinga kita dan para pakar ahli gender pun menafsirkan istilah gender
dengan beragam, dari berbagai macam makna, peneliti menyimpulkan
bahwa gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengindentifikasi
perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi social-budaya, Namun
dalam penelitian ini yang dimaksud relasi gender adalah jaringan atau
proses komunikasi yang terjadi antara laki-laki dan perempuan di Senat
Mahasiswa IAIN Jember, peneliti lebih akan memfokuskan kepada
ketimpangan relasi gender komunikasi yang terjadi dalam sebuah organisasi
intra kampus yaitu Senat Mahasiswa baik secara formal maupun informal.
12
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan
skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format
penulisan sistematika pembahasan adalah dalam bentuk deskriptif naratif
bukan seperti daftar isi (tim penyusun, 2014: 73). Sistematika pembahasan
merupakan gambaran singkat tentang skripsi yang dikemukakan secara
beraturan dari bab per bab dengan sistematika yang bertujuan agar pembaca
dapat dengan mudah mengetahui gambaran isi secara global. Oleh sebab itu
Penelitian ini memiliki sistematika pembahasan, Adapun sistematika yang
dimaksud sebagai berikut:
Bab pertama Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan
sistematika pembahasan
Bab kedua akan membahas kajian kepustakaan yang di dalamnya
memuat penelitian terdahulu dan kajian teori.
Bab ketiga akan menjabarkan tentag metode penelitian yang mencakup
pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data,
teknik analisa data dan tahapan-tahapan penelitian.
Bab keempat berisi penyajian dan analisis data yang mencakup
gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis serta pembahasan
temuan.
Sedangkan bab kelima, adalah bab penutup yang berisi kesimpulan dan
saran-saran.
top related