antihistamika
Post on 10-Feb-2018
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Antihistamika
1/6
TUGAS MATA KULIAH FARMAKOLOGI LAUT
ANTIHISTAMINIKA
OLEH:
ARIEF DWI KURNIAWAN
26020110120005
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
-
7/22/2019 Antihistamika
2/6
Antihistaminika
Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
efek histamin terhadap tubuh dangan jalan memblokir reseptor histamin
(penghambatan saingan).
Histamin adalah suatu amin nabati yang ditemukan oleh Dr.Paul Ehrlich
(1878) dan merupakan produk normal dan pertukaran zat histidin. Asama amino
ini masuk ke dalam tubuh terutama lewat daging dan di jaringan (juga di usus
halus) di ubah secara enzimatis menjadi histamin (dekarboksilasi).
Biasanya dengan istila antihistaminika selalu dimaksud H1-blokers.
Selain bersifat antihistamin, obat-obat ini juga memiliki berbagai khasiat lainnya,
yakni daya antikolinergis,antiemetis, dan daya menekan SSP (sodatif), sedangkan
beberapa di antaranya mempunyai efek antiserotonin dan lokal anestetis (lemah).
o Obat-obat Antihistamin:
1. Hiposensibilisasi (desensitasi)
Cara ini dilakukan guna mengurangi kepekaan terhadap alergi pada
pengidap alergi atopis mengurangi keluhan hebat. Hasil yang baik dicapai
dengan ekstrak pollen, tungau debu rumah, serpihan kulit binatang, dan
racun tawon.
2. Antihistaminika-H1
Dapat menghalangi gejalanya secara efektif, terutama bensin, gatal-gatal di
mata. Efek obat ini berdaya pula menekan produksi mediator dalam
mastcells, dengan efek meringankan alergi lambat.
3. Decongestiva
Digunakan untuk membuka saluran yang tersumbat (hidung mampat)dengan jalan mengurangi pengembangan mukosa (congestio). Untuk itu
banyak dipakai adrenergika seperti xylometaszdin dan oxymetasdin dalm
bentuk tetes hidung atau spray.
4. Kortikosteroida
Dalam disis rendah sering digunakan sebagai spray dan sangat efektif
terhadap hiperektivitas dan semua gejala lambat. Tersedia beklometasaon,
-
7/22/2019 Antihistamika
3/6
budesonida, dan flutikason obat ini tidak efektif terhadap reaksi dini setelah
provokasai alergen.
Penggunaan
Berdasarkan efek ini antihistaminika digunakan secara sistemis (oral,
injeksi) untuk mengobati simtomatis bermacam-macam gangguan alergi yang
disebabkan oleh pembebasan histamin. Disamping rhinitis, pollinosis, dan alergi
makanan/obat, antihistaminika juga digunakan pada gangguan berikut :
a. Asma yang bersifat alergi, guna menaggulangi gejala bronchokontriksi.
Walaupun kerjanya baik namun efeknya rendah tidak bedaya terhadap
mediator lain (leukotrien) menyebabkan penciutan bronchi. Obat-
obat ketotifen dan oksatomida berkhasiat mencegah degranulasi dari
mastcells dan efektif untuk mencegah serangan.
b. Sengatan serangga, khususnya tawon dan lebah, yang mengandung antara
lain histamin dan suatu enzim yang mengakibatkan pembemasannta dari
mastcells. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, obat perlu diberikan
segera dan sebaiknya melaui injeksi. Dalam keadaan hebat biasanya
diberikan injeksi adrenalin i.m. atau hidrokortison i.v.
c. Urticaria (kaligata, biduaran). Pada umumnya bermanfaat terhadap
peningkatan permeabilitas kapiler dan gatal-gatal, terutama za-zat dengan
kerja antiserotonin sepertialimemazin (Nedeltran), azatadin dan oksatomida.
Khasiat anti gatal mungkin berkaitan pula dengan afek sedatif dan efek
anestetis lokalnya.
d. Stimulasi nafsu makan. Untuk menstimulasi nafsu makan dan dengan
demikian menaikkan berat badan, yakni siproheptadin (dan
turunnyapizotifen, azatadin) dan oksatomida. Semua zat ini berdayaantiserotinin.
e. Sebagai sedativum berdasarkan daya menekan SSP,
khususnyaprometazin dandifenhidramin serta turunnya. Obat-obat ini juga
berkhasiat meredakan rangsangan batuk, sehingga banyak digunakan dalam
sebuah obat batuk popular.
f. Penyakit Parkinson berdasarkan daya antikolinergisnya,
khususnya difenhidramin,yang juga berkhasiat spasmolitis.
-
7/22/2019 Antihistamika
4/6
g. Mabuk jalan (mual) dan pusing (vertigo) berdasarakan efek antiemetisnya
yang juga berkaitan dengan khasiat antikolinergis,
terutamasiklizin,meklizin, dan deminhidrinat, sedangakan sinarizin
terutama digunakan pada vertigo.
h. Shock anafilaktis disamping pemberian adrenalin dan kortikosteroid.
o Efek-efek samping antihistaminika tidak menyebabkan efek samping yang
serius bila diberikan dalam dosis terapeutis . Yang paling sering terjadi
adalah:
1. Efek sedatif-hipnotisnya (rasa ngantuk) akibat depresi SSP. Efek samping
ini tidak dimiliki oleh antihistaminika generasi kedua, misalnya astemizol
dan terfenadin, sehingga dengan aman dapat diberikan pada pengemudi
kendaraan bermotor.
2. Efek sentral berupa pusing, gelisah, rasa letih, lesu, dan tremor (tangan
gemetar), sedangkan dosis berlebihan (overdose) dapat mengakibatkan
konvulsi dan koma.
3. Gangguan saluran cerna sering terjadi dengan gejala mual, muntah dan diare
sampai anoreksia dan sembelit. Efek ini dapat dikurangi bila dapat diminum
setelah makan.
4. Efek Antikolinergis dapat terjadi seperti mulut kering, gangguan akomodasi
dan saluran cerna, sembelit dan retensi kemih.
5. Efek antiserotinin dapat meningkatkan nafsu makan dan berat badan. Bila
efek ini tidak diinginkan, maka untuk penggunaan lama jangan diberiakan
siproheptadin atau oksatomida.
6. Sensibilisasi dapat terjadi pada pemberian oral, tapi khususnya padapenggunaan local. Obat-obatan dengan daya menstabilisasi mastcells pada
dosis tinggi memperlihatkan efek paradoksa, yaitu justru menstimulasi
pelepasan histami, dan dapat merusak membran sel.
Antihistaminika
o Penggunaan umum: Menghilangkan gejala yang berhubungan dengan alergi,
termasuk rinitis, urtikaria, dan angioidem, dan sebagai terapi adjuvan pada
-
7/22/2019 Antihistamika
5/6
reaksi anafilaksis. Beberapa antihistamin digunakan untuk mengobati mabuk
perjalanan (dimenhidrinat dan meklizin); insomnia (difenhidramin); reaksi
berupa parkinson (difenhidramin); dan kondisi nonalergi lainnya.
o Kerja obat dan informasi umum: Antihistamin menghambat efek histamin
pada reseptor H. Tidak menghambat pelepasan histamin produk antibodi, atau
reaksi antigen antibody. Kebanyakan atihistamin memiliki sifat antikolinergik
dan dapat menyebabkan konstipasi, mata kering, dan penglihatan kabur.
Selain itu, banyak antihistami yang menyebabkan sedasi. Beberapa
fenotiazinmempunyai sufat antihistaminyang kuat (hidroksizin dan
prometazin).
o Kontraindikasi: Hipersensitivitas dan glaucoma sudut sempit. Jangan
digunakan pada bayi yang baru lahir atau prematur.
o Perhatian: pasien lansia lebih rentan terhadap efek antikolinergik yang
merugikan dari antihistamin. Gunakan secara hati-hati pada pasien-pasien
dengan obstruksi pylorus, hipertrofi pusat, hipertiroidisme, penyakit
kardiovaskuler, atau penyakit hati berat. Gunakan secara hati-hati pada
kehamilan dan laktasi.
o Interaksi: Sedasi tambahan bila digunakan bersama depresan SSP lainnya,
termasuk alkoho, antidepresan, analgesik opioid, dan sedatif/hipnotik.
Inhibitor MAO dapat memperpanjang dan memperkuat sifat antikolinergik
antihistamin. Eritromisin, Ketokonazol, dan intrakonazol mengikat resiko
aritnia jantung serius bila digunakan bersama astenizol dan terfenadia.
Kesimpulan
Antihistamin merupakan zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
suatu efek amin nabati merupakan produk normal dan pertukaran zat histidin.
Obat-obat antihistamin ini juga memiliki berbagai khasiat lainnya, yakni daya
antikolinergis, antiemetis, dandaya menekan SSP (sodatif), sedangkan beberapa di
antaranya mempunyai efek antiserotonin dan lokal anestetis (lemah).
-
7/22/2019 Antihistamika
6/6
Daftar Pustaka
Hj. Ismani Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika
Bishop, Anne dan John Scudder. 2002. Praktik Asuhan Holistik. Jakarta: EGC
Anonim, 2008, www.majalah-farmacia.com
Anonim, 2008, www.dexa-medica.com
Anonim, 2008, www.library.usu.ac.id
http://www.apoteker.info/Topik%20Khusus/antihistamin.html
http://www.majalah-farmacia.com/http://www.dexa-medica.com/http://www.library.usu.ac.id/http://www.dexa-medica.com/http://www.library.usu.ac.id/http://www.majalah-farmacia.com/
top related