al ghazali

36
Al Ghazali Nama lengkapnya, ialah Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad, Imam Besar Abu Hamid Al-Ghazali Hujjatul-Islam. Dilahirkan di Thusia, suatu kota di Khurasan dalam Th. 450 H. (1058 M). Ayahnya bekerja membuat pakaian dari bulu (wol) dan menjualnya di pasar Thusia. Sebelum meninggal ayah Al-Ghazali meninggalkan kata pada seorang ahli tasawwuf temannya, supaya mengasuh dan mendidik Al Ghazali dan adiknya Ahmad. Setelah meninggal ayahnya, maka hiduplah Al-Ghazali dibawah asuhan ahli tasawwuf itu. Harta pusaka yang diterimanya adalah sedikit sekali. Ayahnya seorang miskin yang jujur, hidup dari usaha sendiri bertenun kain bulu. Di samping itu, selalu mengunjungi rumah alim ulama, memetik ilmu pengetahuan, berbuat jasa dan memberi bantuan kepada mereka. Apabila mendengar uraian alim ulama itu maka ayah Al- Ghazali menangis tersedu-sedu seraya bermohon kepada Allah swt. kiranya dia dianugerahi seorang putera yang pandai dan berilmu. Pada masa kecilnya Al-Ghazali mempelajari ilmu fiqih di negerinya sendiri pada Syekh Ahmad bin Muhammad Ar-Razikani. Kemudian pergi ke negeri Jurjan dan belajar pada Imam Abi Nasar Al-Ismaili. Setelah mempelajari beberapa ilmu di negeri tersebut, berang¬katlah Al-Ghazali ke negeri Nisapur dan belajar pada Imam Al-Haramain. Di sanalah mulai kelihatan tanda-tanda ketajaman otaknya yang luar biasa dan dapat menguasai beberapa ilmu pengetahuan pokok pada masa itu seperti ilmu mantik (logika), falsafah dan fiqih madzhab Syafi'i. Imam Al-Haramain amat berbesar hati dan selalu mengatakan : "Al-Ghazali itu lautan tak bertepi...". Setelah wafat Imam Al-Haramain, lalu Al-Ghazali berangkat ke Al- Askar mengunjungi Menteri Nizamul-muluk dari pemerintahan dinasti Saljuk. Ia disambut dengan kehormatan sebagai seorang ulama besar. Kemudian dipertemukan dengan para alim ulama dan pemuka- pemuka ilmu pengetahuan. Semuanya mengakui akan ketinggian dan keahlian Al-Ghazali. Menteri Nizamul-muluk melantik Al-Ghazali pada tahun 484 H. menjadi guru besar pada Perguruan Tinggi Nizamiyah yang didirikannya di kota Bagdad. Empat tahun lamanya Al-Ghazali mengajar di Perguruan Nizamiyah dengan cukup mendapat perhatian

Upload: yinwen-chai

Post on 24-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Al Ghazali.

TRANSCRIPT

Page 1: Al Ghazali

Al Ghazali

Nama lengkapnya, ialah Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad, Imam Besar Abu Hamid Al-Ghazali Hujjatul-Islam. Dilahirkan di Thusia, suatu kota di Khurasan dalam Th. 450 H. (1058 M). Ayahnya bekerja membuat pakaian dari bulu (wol) dan menjualnya di pasar Thusia. Sebelum meninggal ayah Al-Ghazali meninggalkan kata pada seorang ahli tasawwuf temannya, supaya mengasuh dan mendidik Al Ghazali dan adiknya Ahmad. Setelah meninggal ayahnya, maka hiduplah Al-Ghazali dibawah asuhan ahli tasawwuf itu.

Harta pusaka yang diterimanya adalah sedikit sekali. Ayahnya seorang miskin yang jujur, hidup dari usaha sendiri bertenun kain bulu. Di samping itu, selalu mengunjungi rumah alim ulama, memetik ilmu pengetahuan, berbuat jasa dan memberi bantuan kepada mereka. Apabila mendengar uraian alim ulama itu maka ayah Al-Ghazali menangis tersedu-sedu seraya bermohon kepada Allah swt. kiranya dia dianugerahi seorang putera yang pandai dan berilmu.

Pada masa kecilnya Al-Ghazali mempelajari ilmu fiqih di negerinya sendiri pada Syekh Ahmad bin Muhammad Ar-Razikani. Kemudian pergi ke negeri Jurjan dan belajar pada Imam Abi Nasar Al-Ismaili. Setelah mempelajari beberapa ilmu di negeri tersebut, berang¬katlah Al-Ghazali ke negeri Nisapur dan belajar pada Imam Al-Haramain. Di sanalah mulai kelihatan tanda-tanda ketajaman otaknya yang luar biasa dan dapat menguasai beberapa ilmu pengetahuan pokok pada masa itu seperti ilmu mantik (logika), falsafah dan fiqih madzhab Syafi'i. Imam Al-Haramain amat berbesar hati dan selalu mengatakan : "Al-Ghazali itu lautan tak bertepi...".

Setelah wafat Imam Al-Haramain, lalu Al-Ghazali berangkat ke Al-Askar mengunjungi Menteri Nizamul-muluk dari pemerintahan dinasti Saljuk. Ia disambut dengan kehormatan sebagai seorang ulama besar. Kemudian dipertemukan dengan para alim ulama dan pemuka-pemuka ilmu pengetahuan. Semuanya mengakui akan ketinggian dan keahlian Al-Ghazali.

Menteri Nizamul-muluk melantik Al-Ghazali pada tahun 484 H. menjadi guru besar pada Perguruan Tinggi Nizamiyah yang didirikannya di kota Bagdad. Empat tahun lamanya Al-Ghazali mengajar di Perguruan Nizamiyah dengan cukup mendapat perhatian dari para pelajar, dari dekat dan jauh, sampai datang kepadanya suatu masa, di mana dia menjauhkan diri dari masyarakat ramai.

Maka pada tahun 488 H. Al-Ghazali pergi ke Makkah menunaikan rukun Islam kelima. Setelah selesai mengerjakan Hajji, ia terus ke negeri Syam (Siria), mengunjungi Baitul-makdis. Kemudian ke Damaskus dan terus menetap beribadah di masjid Al Umawi di kota tersebut pada suatu sudut yang terkenal sampai sekarang dengan nama "Al-Ghazaliyah ", diambil dari nama yang mulia itu. Pada masa itulah dia mengarang kitab "IHYA' " yang kami alih-bahasakan ini. Keadaan hidup dan kehidupannya pada saat itu adalah

Page 2: Al Ghazali

amat sederhana, dengan berpakaian kain kasar, menyedikitkan makan dan minum, mengunjungi masjid-masjid dan desa, melatih diri berbanyak ibadah dan menempuh jalan yang membawanya kepada kerelaan Tuhan Yang Maha Esa.

Kemudian dia kembali ke Bagdad, mengadakan majlis pengajaran dan menerangkan isi dan maksud dari kitabnya -Ihya'-. Tak lama sesudah itu berangkat pula ke Nisapur dan mengajar sebentar pada Perguruan Nizamiyah Nisapur. Akhirnya, kembali ia ke kampung asalnya Thusia. Maka didirikannya di samping rumahnya sebuah madrasah untuk ulama-ulama fiqih dan sebuah pondok untuk kaum shufi (ahli tasawuf). Dibagikannya waktunya antara membaca Al-Qur-an, mengadakan pertemuan dengan kaum shufi, memberi pelajaran kepada penuntut-penuntut ilmu yang ingin menyauk dari lautan ilmunya, mendirikan shalat dan lain-lain ibadah. Cara hidup yang demikian diteruskannya sampai akhir hayatnya. Dengan mendapat husnul-khatimah Al-Ghazali meninggal dunia pada hari Senin tanggal 14 Jumadil-akhir tahun 505 H (1111 M ) di Thusia.

Jenazahnya dikebumikan di makam Ath-Thabiran, berdekatan dengan makam Al-Firdausi, seorang ahli sya'ir yang termasyhur. Sebelum meninggal Al-Ghazali pernah mengucapkan kata-kata yang diucapkan pula kemudian oleh Francis Bacon seorang filosuf Inggeris, yaitu :"Kuletakkan arwahku dihadapan Allah dan tanamkanlah jasadku dilipat bumi yang sunyi senyap. Namaku akan bangkit kembali menjadi sebutan dan buah bibir ummat manusia di masa depan".

Ia meninggalkan pusaka yang tak dapat dilupakan oleh ummat mus¬limin khususnya dan dunia umumnya dengan karangan-karangan yang berjumlah hampir 100 buah banyaknya. Diantaranya kitab "Ihya' " yang kami alih-bahasakan ini, terdiri dari empat jilid besar, yang kiranya disampaikan Allah swt. akan kami jadikan dari tiap jilid asalnya menjadi dua jilid dalam bahasa Indonesia. Dalam kalangan agama di negeri kita ini tak ada yang tak mengenal kitab Ihya' - Ulumiddin, suatu buku standard, terutama tentang akhlaq. Di Eropah mendapat perhatian besar sekali dan telah dialih-bahasakan ke dalam beberapa bahasa modern. Dalam dunia Kristen telah lahir pula kemudian Thomas a Kempis (1379 -1471 M) yang mendekati dengan pribadi Al-Ghazali dalam dunia Islam, berhubung dengan karangannya "De Imitation Christi" yang sifatnya mendekati "IHYA' ", tetapi dipandang dari pendidikan Kristen.

Diantara karangannya yang banyak itu, ada dua buah yang kurang dikenal di negeri kita, akan tetapi sangat terkenal di dunia Barat. Malah menyebabkan pecah perang pena antara ahli-ahli falsafah. Yaitu kitab "Maqashidul-falasifah" (Maksudnya ahli-ahli falsafah) dan kitab "Tahafutul-falasifah" (Kesesatan ahli-ahli falsafah).

Kitab yang pertama berisi ringkasan dari bermacam-macam ilmu falsafah, mantik, metafisika dan fisika. Kitab ini sudah diterjemahkan oleh Dominicus Gundisalvus ke bahasa Latin di akhir abad ke XII M.

Page 3: Al Ghazali

Kitab yang kedua memberi kritik yang tajam atas sistem falsafah yang telah diterangkannya satu persatu dalam kitab pertama tadi. Malah oleh Al-Ghazali sendiri menerangkan dalarn kitab yang kedua itu, bahwa maksudnya menulis kitab yang pertama tadi ialah mengumpulkan lebih dahulu bahan-bahan untuk para pembaca, yang nantinya akan dikritiknya satu persatu dalam kitab yang kedua.

Beberapa puluh tahun kemudian, maka lahirlah di Andalusia. (Spanyol) Ibnu Rusyd, digelarkan Filosuf Cordova (1126 - 1198). Dia membantah akan pendirian Al-Ghazali dalam hal falsafah itu dengan mengarang sebuah kitab yang dinamainya "Tahafutu-tahafutil falasifah" (Kesesatan buku Tahafutul-falasifah Al-Ghazali). Dalam buku ini, Ibnu Rusyd telah menjelaskan kesalah-pahaman Al-Ghazali tentang mengartikan apa yang dinamakan falsafah dan betapa salah pahamnya tentang pokok-pokok pelajaran falsafah.

Demikianlah telah beredar dua buah buku dalam dunia Islam, yang satu menyerang dan menghancurkan falsafah dan yang satu lagi mempertahankan falsafah itu. Keduanya bertempur secara aktif dalam dunia fikiran umat Islam dan menantikan waktunya masing-masing, siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah. Di samping kemasyhuran dan keagungan yang dipunyai Al-Ghazali, dilontarkannya kitabnya Tahafutul-falasifah ke tengah-tengah ummat manusia dengan gaya bahasa yang hidup bergelora. Sehingga karangan Ibnu Rusyd menjadi lumpuh menghadapi guntur bahasanya Al-Ghazali. Maka pada akhirnya dalam peperangan alam pikiran ini, Al-Ghazali tampil ke tengah gelanggang sebagai pemenang.

Sebagai filosuf, Al-Ghazali mengikuti aliran falsafah yang boleh dinamakan "madzhab hissiyat" yakni yang kira-kira sama artinya dengan "mazhab perasaan". Sebagaimana filosuf Inggeris David Hume (1711 - 1776) yang mengemukakan bahwa perasaan adalah sebagai alat yang terpenting dalam falsafah, di waktu dia menentang aliran rasionalisme, yakni satu aliran falsafah yang timbul di abad ke XVIII, yang semata-mata berdasar kepada pemeriksaan panca indera dan akal manusia.

Al-Ghazali telah mengemukakan pendapat yang demikian, selama 700 tahun terlebih dahulu dari David Hume. la mengakui bahwa perasaan (hissiyat) itu boleh keliru juga akan tetapi akal manusia juga tidak terpelihara dari kekeliruan dan kesesatan. Dan tidak akan dapat mencapai kebenaran sesempurna-sempurnanya dengan sendirinya saja. Dan tidak mungkin dapat dibiarkan bergerak dengan semau-maunya saja. Lalu akhirnya Al-Ghazali kembali kepada apa yang dinamakannya "dlaruriat" atau aksioma sebagai hakim dari akal dan perasaan dan kepada hidayah yang datang dari Allah swt. Al-Ghazali tak kurang mengupas falsafah Socrates, Aristoteles dan memperbincangkan pelbagai masalah yang sulit-sulit dengan cara yang halus dan tajam. Tak kurang ia membentangkan ilmu mantik dan menyusun ilmu kalam yang tahan uji dibandingkan dengan karangan-karangan filosuf yang lain.

Semua ini menunjukkan ketajaman otaknya. Disamping itu tidak enggan dia berkata dengan kerendahan hati serta khusu' akan kata-kata "Wallahu

Page 4: Al Ghazali

a'lam': artinya "Allah Yang Maha Tahu" Dalam zaman Al-Ghazali, masih berkobar pertentangan antara ahli tasawwuf dan ahli fiqih. Maka salah satu dari usaha Al-Ghazali ialah merapatkan kedua golongan yang bertentangan itu. Baik semasa hidupnya atau sesudah wafatnya, AI-Ghazali mendapat dapat teman sepaham, di samping lawan yang menentang akan pendiriannya. Yang tidak sepaham, di antaranya ialah Ibnu Rusyd, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim dan lain-lain dari ahli fiqih.

Didunia Barat Al-Ghazali mendapat perhatian besar, mendapat penghargaan dari para filosuf. Di antaranya dari Renan, Cassanova, Carra de Vaux dan lain-lain. Seorang ahli ketimuran Inggeris bernama Ds. Zwemmer pernah memasukkan Al-Ghazali menjadi salah seorang dari empat orang pilihan pihak Islam dari mulai zaman Rasulullah saw. sampai kepada zaman kita sekarang, yaitu :

1. Nabi Besar Muhammad s.a.w. sendiri.

2. Imam-Al-Bukhari, ulama hadist yang terbesar.

3. Imam-Al-Asy'ari, ulama tauhid yang termasyhur.

4. Imam-Al-Ghazali, pengarang Ihya' yang terkenal.

Demikianlah sekelumit dari sejarah hidup ulama besar ini, dengan kita menyebutkan beberapa bidang lagi, di mana Al-Ghazali mempunyai saham yang tidak kecil, seperti bidang pendidikan, da'wah, fiqih dan lain-lain. Semoga pusaka ilmiyah yang ditinggalkan Al-Ghazali, dapatlah kiranya diambil faedahnya oleh ummat manusia umumnya dan ummat Islam khususnya!. Aamiin!.

Sumbangan

Imam al-Ghazali dalam Kimya al-Sa’adah menjelaskan bahawa keindahan itu terbahagi kepada keindahan lahir yang bersifat inderawi yang dapat dialami bukan saja oleh anak-anak bahkan binatang dan keindahan batin yang hanya dapat ditanggapi oleh mata hati dan cahaya jiwa. Keindahan seni dari sudut ini bukan semata-mata memberi kepuasan inderawi tetapi merupakan salah satu wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sesungguhnya keindahan alam adalah nisbi dan manifestasi Allah yang bersifat Abadi. Jika keindahan alam yang bersifat sementara itu dikagumi, maka keindahan yang Abadi itu seharusnyalah berlebih-lebih lagi. 

Hadith nabi yang bermaksud: “ Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan Dia suka kepada keindahan.” (riwayat Muslim dalam kitab al-Iman)

Terdapat banyak cabang bidang kesenian. 1. Seni Ukirani. Tembikar

Page 5: Al Ghazali

ii. Ukiran Logamiii. Ukiran Kacaiv. Ukiran Kayu.v.Ukiran Perhiasanvi. Permata

2. Kaligrafi Khat Arab

3. Seni Bina Bangunan 

4. Muzik, 

5. penulisan dan puisi

http://www.sabah.edu.my/skpmtdon/notes/Imam%20alGhazali.pdf

Imam al-Ghazali

Riwayat Hidup

a.Imam Al-Ghazali dilahirkan pada tahun 450 Hijrah bersamaan dengan 1058 Masihi di atTaabiran/Ghazalah di bandar Tus, Khurasan (Iran).

b.Nama sebenarnya ialah Abu Hamad Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad AlGhazali.

c.Beliau digelar "Al-Ghazali" bersempena dengan gelaran bapanya yang bekerja sebagai pemintal bulu

kambing (al-Ghazzal). Ada yang mengatakan mengambil sempena kampung kelahirannya, Ghazalah.

d.Beliau berasal dari keluarga yang miskin. Bapanya merupakan seorang ahli Sufi yang sangat warak.

Bapanya mempunyai cita-cita yang tinggi iaitu ingin melihat anaknya menjadi orang alim dan soleh.

e.Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli fikir dan ahli falsafah Islam yang terkemuka hingga

kini.

f.Beliau meninggal dunia pada hari Isnin 14 Jamadilakhir tahun 505 Hijrah ( 1111M) di Tus dan

jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya.

Page 6: Al Ghazali

Peribadi

a.Imam Al-Ghazali mempunyai daya hafalan dan ingatan yang kuat dan bijak berhujah.

b.Beliau menguasai berbagai-bagai bidang ilmu pengetahuan.

c.Imam Al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan.

d.Beliau juga sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup untuk bermusafir demi untuk mencari

dan menuntut ilmu pengetahuan.

e.Beliau terkenal sebagai ahli falsafah Islam yang telah mengharumkan nama ulama Islam di Eropah

melalui hasil-hasil karyanya yang bermutu tinggi.

Pendidikan

a.Pada peringkat awalnya beliau mendapat pendidikan secara percuma kerana keluarganya miskin.

Beliau mempelajari ilmu fikah pada waktu itu.

b.Beliau seterusnya mempelajari tauhid, mantiq, usul fikah dan falsafah serta menyelidik dan

mengkaji segala pendapat empat mazhab hingga mahir dalam bidang-bidang tersebut. 2

c.Selepas itu beliau menyambung pelajarannya dengan seorang guru yang bernama Ahmad AlRazkani, kemudian berguru pula dengan Abu Nasr Al-Ismail di Jorjan.

d.Oleh sebab Al-Imam Al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu beliau telah dilantik

menjadi mahaguru di Madrasah Nizamiah di Baghdad.

e.Beliau juga telah mengembara ke beberapa tempat seperti Makkah, Madinah, Mesir dan Jerusalem

untuk mendalami ilmu falsafah yang dipelajarinya.

f.Sewaktu dalam pengembaraan, beliau telah menulis kitab "Ihya Ulumiddin" yang memberi

sumbangan yang besar kepada masyarakat dan pemikiran Islam dalam semua masalah yang mana

masih menjadi rujukan pada masa kini.

Sumbangan

Page 7: Al Ghazali

a.Imam Al-Ghazali berpendapat bahawa, untuk mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat,

seseorang itu hendaklah mempunyai ilmu dan diamalkan dengan baik dan ikhlas hanya kerana Allah

S.W.T.

b.Imam Al-Ghazali adalah seorang merupakan ahli fikir Islam yang telah meninggalkan jasa yang

dapat di nilai melalui hasil-hasil karyanya.

c.Beberapa hasil karya Imam Al-Ghazali telah diterjemahkan ke dalam berbagai-bagai bahasa Eropah

untuk dijadikan rujukan kepada penuntut-penuntut di pusat-pusat pengajian tinggi.

d.Hasil karya beliau yang terkenal ialah Ihya Ulumiddin yang merangkumi ilmu akidah, fikah,

falsafah, akhlak dan tasawuf.

e.Segala hasil-hasil tulisan beliau telah mempengaruhi ahli fikir Islam selepasnya, seperti Jalaluddin

ar-Rumi, Syeikh Al-Ashraf, Ibnu Rusyd dan Syah Waliyullah.

f.Kebanyakkan hasil-hasil karya Imam Al-Ghazali berbentuk falsafah. Oleh hal yang demikian

pengkaji-pengkaji Barat menganggap, Imam Al-Ghazali adalah seorang ahli falsafah. Antara hasilhasil karya beliau yang lain termasuklah:

i. Ihya Ulumiddin. ii. Al-Munqiz Min ad-Dalal

iii. Mizanul-amal. iii.Tahafut al-Falasifah

iv.Hidayah Al-Salikin v.Jawahir Al-Quran.

vi. Minhaj al-Abidin vii. Asma Allah al-Husna

viii. Ayyuha al-Walad ix. Kimia as-Sa’adah

Page 8: Al Ghazali

http://az-esei-jan2010.blogspot.com/2010/04/riwayat-hidup-imam-al-ghazali-dan.htmlRIWAYAT HIDUP IMAM AL-GHAZALI DAN SUMBANGAN BELIAU DALAM TAMADUN ISLAMDISEDIAKAN UNTUK:ABD AZIZ BIN HARJIN

DISEDIAKAN OLEH:LATIFAH BINTI OMAR2009217302

ABSTRAKDi sini saya akan menceritakan mengenai seorang tokoh ilmuan Islam yang amat dikagumi dan dihormati bukan hanya pada zaman kegemilangan beliau bahkan sehingga ke hari ini. Tokoh yang dimaksudkan ialah Hujjatul Islam-Imam Al-Ghazali. Nama sebenar beliau ialah Muhammad bin Muhammad At-Thusi. Beliau berasal daripada keluarga yang sederhana. Bapanya tidak berpelajaran dan bekerja sebagai seorang penenun wool serta mempunyai sebuah kedai di Thus. Walaupun tidak berpelajaran tetapi bapanya amat mementingkan pelajaran terhadap anaknya. Ini dibuktikanapabila sebelum bapanya meninggal dunia, bapanya telah mewasiatkan al-Ghazali dan saudaranya Ahmad kepada seorang ahli sufi untuk dijaga dan diberikan ilmu sehingga habis harta peniggalan bapanya. Tidak lama kemudian bapanya meniggal dunia dan tinggallah mereka berdua bersama ahli sufi. Setelah abis harta peniggalan bapanya ahli sufi meminta al-Ghazali untuk ke sekolah supaya keperluan mereka terjaga kerana ahli sufi sudah tidak mampu lagi untuk menyara mereka. Mereka akur dengan permintaan ahli sufi dan ddenagan sebab inilah mereka mendapat kebahagian dan diangkat darjat mereka. Sejak kecil lagi al-Ghazali telah merantau ke serata tempat untuk mempelajari pelbagai ilmu daripada ramai guru. Pelbagai cabang ilmu telah diterokai dan dikuasai sehingga menjadikan beliau seorang yang amat dihormati dan disegani. Ditengah-tengah zaman kegemilangannya berlaku satu peristiwa yang menyebabkan al-Ghazali terpaksa meninggalkan kariernya kerana kehilangan kata-kata. Setelah berlaku peristiwa tersebut, al-Ghazali telah berhijrah ke Mekah. Di sana beliau telah ber’uzlah dan berkhalwah selama sepuluh tahun. . Setelah sepuluh tahun ber’uzlah beliau diminta dan menerima desakan daripada para wali untuk keluar mengajar. Dengan niat yang berbeza daripada sebelumnya dan hanya kerana Allah Ta’ala beliau keluar mengajar dan bertekad memperbaiki diri sendiri dan orang lain. Beliau hanya sempat mengajar dalam masa yang singkat. Tidak lama kemudian beliau telah meniggal dunia di Thus tempat kelahiran beliau pada tahun 505 Hijrah. Al-Ghazali banyak memberi sumbangan kepada Islam. Beliau telah mempelajari pelbagai cabang ilmu seperti ilmu kalam, ilmu falsafah, ilmu tasawwuf dan ilmu fiqh. Al-Ghazali juga telah mengarang banyak kitab hasil daripada pelbagai cabang ilmu yang beliau pelajari. Kitab yang paling popular ialah kitab Ihya’ Ulumuddin yang mengisahkan tentang kebangkitan ilmu-ilmu agama. Kesimpulan yang dapat saya buat hasil kajian terhadap riwayat hidup Imam Al-Ghazali dan sumbangannya dalam Islam ialah beliau seorang tokoh yang tidak ada pengganti pada masa kini. Saya amat kagum dan hormat kepada Imam Al-Ghazali atas kejayaan beliau dalam hidup. 

Page 9: Al Ghazali

PENDAHULUANSegala puji bagi Allah, tuhan yang mencipta sekalian alam, selawat dan salam ke atas junjungan besar kita Nabi Muhammad S. A. W, rahmat sekalian alam serta atas keluarga dan para sahabat baginda sekaliannya. Bersyukur saya kehadrat Allah kerana member peluang kepada saya untuk mengkaji serba- sedikit tentang riwayat hidup seorang tokoh ilmuan Islam yang amat disegani bukan hanya pada zaman kegemilangan beliau bahkan hingga ke hari ini serta sumbangan beliau dalam tamadun Islam. Tokoh yang dimaksudkan ialah Imam Al-Ghazali-Hujjatul Islam dan Pembaru Kurun ke-5(450-505 Hijrah). Imam Al-Ghazali merupakan seorang tokoh ilmuan yang sangat dikagumi dan disegani kerana beliau dapat menguasai pelbagai cabang ilmu seperti ilmu kalam , ilmu fiqh, ilmu tasawwuf serta diakhir kehidupan beliau sempat menekankan pengajian hadith Nabi S. A. W. Peninggalan beliau bukanlah harat bertimbun yang menjadi rebutan, tetapi peninggalan beliau merupakan khazanah ilmu yang tidak dapat dinilai dengan sebarang material sekalipun. Imam Al-Ghazali juga telah mengarang banyak kitab dalam pelbagai ilmu yang dikuasainya seperti kitab dalam ilmu teologi, ilmu tasawwuf , ilmu falsafah, Ilmu fiqh dan ilmu logika. Kitab yang paling terkenal hingga ke hari ini hasil karangan beliau ialah Kitab Ihya Ulumuddin yang mengisahkan tentang kebangkitan ilmu-ilmu agama. Imam Al-Ghazali bukan hanya menceburi diri dalam dalam bidang penulisan bahkan beliau merupakan seorang tokoh ilmuan yang sangat bijak, benar pandangannya, mempunyai fitrah yang amat menakjubkan, mempunyai ingatan yang kuat, pandangan yang mendalam dan kebolehan menyelami makna-makna yang terperinci. Beliau hanya mengambil masa yang singkat untuk menyelesaikan pendidikannya. Beliau merupakan tokoh ilmuan yang perlu di contohi oleh masyarakat zaman sekarang. 

RIWAYAT HIDUP IMAM AL-GHAZALINama sebenar beliau ialah Muhammad bin Muhammad At-Thusi Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali. Beliau dilahirkan di Thus pada tahun 450 Hijrah(1058M). Beliau berasal daripada keluarga yang sederhana. Bapanya seorang yang tidak berpelajaran dan bekerja sebagai penenun wool dan dijual dikedainya di Thus. Sebagai bapa beliau mahu anak-anaknya Berjaya dalam pelajaran. Beliau tidak mahu anak-anaknya mengikut jejak langkahnya. Menjelang saat kematian, bapanya telah mewasiatkan Al-Ghazali dan seorang saudaranya iaitu ahmad kepada seorang ahli sufi yang merupakan sahabat beliau. Bapanya juga berpesan kepada ahli sufi supaya menjaga dan memberi pendidikan sehingga habis harta peninggalannya nanti. ( Ibrahim, 1985:1)Setelah bapanya meninggal dunia Al-Ghazali dan Ahmad pun tinggallah bersama ahli sufi. Ketika bapanya meninggal dunia A-Ghazali masih kecil lagi. Ahli sufi tersebut telah menjaga dan mengajar kedua-duanya sehingga habis harta peninggalan bapa Al-Ghazali. Setelah habis harta peninggalan ahli sufi sudah tidak mampu lagi untuk membiayai mereka berdua, lalu beliau meminta mereka untuk menuntut di sekolah supaya keperluan peribadi mereka terjaga. Al-Ghazali akur dengan permintaan ahli sufi dan dengan sebab itulah yang membawa kepada kebahagiaan dan ketinggian darjat mereka berdua. (Ibrahim, 1985:1)Sejak kecil lagi Al-Ghazalli telah merantau ke serata tempat untuk

Page 10: Al Ghazali

mempelajari pelbagai ilmu daripada ramai guru. Pertamanya, di negeri Thus beliau telah mempelajari beberapa tajuk daripada ilmu-fiqh dengan Imam Al-Radzakani, kemudian beliau ke Jurjan untuk belajar dengan Imam Al-Abi Nash Al-Isma’ili. Selepas itu beliau kembali semula ke Thus. kemudian Al-Ghazali dating ke ‘Nisabur’ dantelah mendekati Imam Al-Haramain Abu Ma’ali Al-Juwaini(419-478 Hijrah). Beliau telah belajar bersungguh-sungguh dan berijtihad sehingga mahir alam mazhab(Syafi’i), persselisishan, debat, usuluddin, usul fiqh, mantiq, membaca hikmah dan falsafah. Beliau juga menyusun kitab-kitab dari pelbagai aspek ilmu yang telah dipelajari dengan susunan yang baik. (Ghazali, 2002:2)

Setelah Imam Al-Haramain wafat pada tahun 478 Hijrah, Al-Ghazali dipanggil oleh Nizam Al-Mulk seorang wazir Sultan Saljuk Turki yang menguasai Khalifah Abbasiah di Baghdad. Di sini merupakan tempat pendebatan ilmu dan beliau telah menonjolkan dirinya dengan mengalahkan lawannya sehingga beliau telah terkenal di seluruh daerah. Nizam al-Mulk sanagt tertarik denga kebolehan Imam Al-Ghazali lalu beliau telah melantik Imam Al-ghazali sebagai professor kanan di Universiti Nizamiyyah di Baghdad. Orang ramai sanagat kagum denagan keindahan perkataannya, kefasihan lidahnya, huraian yang terperinci dan isyarat-isyarat yang halus. Kehormayan dan kedudukannya semakin tinggi di Baghdad sehingga beliau telah mengalahkan pemimpin-pemimpin(umara’), kedudukan pembesar-pembesar ulama’ dan darul khilafah. Walaupun begitu, beliau tidak pernah berhenti menuntut ilmu. (Ghazali, 2002:4)Pada bulan Rejab tahun 488 Hijrah, telah berlaku peristiwa yang menyebabkan beliau terpaksa meninggalkan tugasnya dimana beliau tidak mampu lagi mengajar kerana kehilangan kata-kata. Setelah beliau bermuhasabah beliua mendapati bahawa niat dalam pengajaran dan beliau dapati beliau tidak ikhlas kerana Allah Ta’ala, bahkan faktor dan penggerak utamannya ialah mengejar kemewahan serta menyebarkan nama baik beliau. setelah itu beliau bermujahadah kepada Allah agar dipulihkan dirinya supaya beliau mampu kembali mengajar pada suatu hari nanti untuk membaiki hati-hati manusia. (Ibrahim, 1985:5)Disebabkan peristiwa itu, beliau telah meninggalkan Baghdad pada bulan Zulkaedah pada tahun 488 Hijrah dan telah menunaikan haji di Mekah. Disana beliau telah menetap selama sepuluh tahun dan sebahagian waktunya di Baitul Maqdis. Kebanyakan waktu beliau digunakan untuk ber’uzlah , khalwah dan bermujahadah diri. Beliau juga mensucikan dan menjernihkan hatinya dengan berzikir kepada Allah Ta’ala dan beliau beriktikaf di menara masjid Damsyik setiap hari. Selepas sepuluh tahun ber’uzlah Imam Al-Ghazali telah kembali ke negerinya iaitu Thus untuk meneruskan ‘uzlahnya. Pada bulan Zulkaedah tahun 499 Hijrah(1106M) beliau telah kembali mengajar di Madrasah An-Nazzamiyyah atas desakan para wali dan permintaan yang telah memasang azam, tekad dan niat untuk mengajari semata-mata kerana Allah dengan tekad memperbaiki dirinya sendiri dan orang lain. Beliau menatap dan mengajar di Nisabur dalam jangka masa yang singkat. Setelah itu beliau kembali ke rumahnya di Thus dan meninggal dunia di Thus pada hari Isnin 14 Jamadil Akhir tahun 505 Hijrah (18 Disember 1111M). (Ibrahim, 1985:6)

Page 11: Al Ghazali

SUMBANGAN IMAM AL-GHAZALIAL-GHAZALI DAN ILMU KALAMAl-Ghazali memberi sumbangan yang cukup besar dalam ilmu Kalam. Beliau telah mengarang begitu banyak penulisan dalam ilmu Kalam. Dalam penulisan beliau, Al-Ghazali banyak mematahkan hujah-hujah daripada pihak yang keterlaluan ketika membahaskan isu-isu yang timbul daripada perbincangan ilmu Kalam. Ilmu kalam sudah pun berkembang dengan baik bagi mempertahankan dan membela akidah ahli as-Sunnah sebagaimana yang terdapat dalam al-Irsyad iaitu salah satu kitab karangan Imam al-Haramain guru Imam Al-Ghazali. Pernah disebut dalam sejarah, Imam Al-Ghazali tidak menyukai majlis-majlis perdebatan berkaitan ilmu Kalam. Jika dijemput ke majlis seperti itu, beliau hanya berdebat berdebat dengan menggunakan metadologi Rasullah dan para sahabat. beliau berpendapat perdebatan yang berasaskan kepada hujah akal tanpa berpaksikan kepada sumber primer iaitu Al-Quran dan As-Sunnah hanya akan menambahkan lagi kerisauan dan kecelaruan dalam masyarakat ketika itu. (Ibrahim, 1985:17)Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin ketika membincangkan berkaitan dengan teori dan konsep ilmu tidak meletakkan ilmu Kalam sebagai satu ilmu yang bermanfaat kepada masyarakat. Bahkan beliau menganggap sesiapa yang keterlaluan membicangkan isu-isu yang berkaitan dengan sifat dan perbuatan Allah adalah termasuk dalam golongan orang yang melakukan bid’ah di dalam Islam. Beliau megatakan ilmu kalam tidak bermanfaat kepada manusia kerana dua sebab iaitu pertamanya ilmu ini tersimpang jauh dari matlamatnya yang utama iaitu mengenal Allah. Keduanya, perbincangan ahli ilmu Kalam terlalu jauh sehingga menyimpang daripada apa yang dibincangkan oleh para ulama’ salaf. Di antara kitab-kitab yang dikarang tidak ada satu pun yang beliau benar-benar menolak terhadap ilmu ini, malah dalam al-Munqidh beliau ada mengatakan”aku sendiri juga ada mengarang kitab-kitab mengenai ilmu Kalam ini dengan kehendakku. Aku dapati ilmu Klam ini dapat memenuhi tujuannya tetapi tidak dapat memenuhi tujuanku”. (Ghazali, 2002:10)

AL-GHAZALI DAN ILMU FALSAFAHPada mulanya, beliau langsung tidak mengetahui berkaitan dengan ilmu falsafah. Namun atas rasa tanggungjawab untuk membela agama Allah beliau telah mempelajari ilmu falsafah dengan semangat dan ketekunan yang tinggi. Imam Al-Ghazali menyedari bahawa musuh-musuh islam menggunakan ilmu falsafah sebagai senjata utama melemahkan pegangan umat Islam, beliau pun bangun menentang hujah-hujah golongan tersebut. Beliau telah mengkaji penulasan-penulisan yang berkaitan dengan ilmu falsafah secara individu tanpa berguru dengan mana-mana guru falsafah yang terkenal kerana beliau sibok mengajar ilmu-ilmu agama. (Ibrahim, 1985:22)Al-Ghazali memberikan sumbangan yang amat besar dalam bidang ini khususnya meneroka bidang baru berkaitan falsafah Islam. Al-Ghazali telah membahagikan golongan yang membahaskan falsafah kepada tiga golongan. Pertama, golongan atheis iaitu golongan yang mengingkari kewujudan pencipta yang mentadbir seluruh alam ini. Golongan kedua ialah natural iaitu golongan ilmuan yang banyak mengkaji berkaitan tabiat, kejadian dan

Page 12: Al Ghazali

anatomi manusia, tumbuhan serta haiwan. Golongan ini mendakwa tidak akan dihidupkan selepas mati dan mereka menafikan adanya hari akhirat. Golongan ketiga pula golongan theologi yang terdiri daripada ahli theologi iaitu ahli yang membincangkan soal-soal ketuhanan sepeerti Plato, Aristotle dan Sukratus. Mereka membahaskan perkara-perkara yang berkaitan tuhan dengan bersumberkan akal. Ilmu falsafah terbahagi kepada enam iaitu Matematik, Logik, Fizik, Metafizik, Politik dan etikaAntara penulisan terkenal Al-Ghazali dalam bidang falsafah ialah Maqasid Al-Falasifah, Al-Munqiz Min Aldhalal dan Tahafuut Al-Falasifah. (Ibrahim, 1985:26)

AL-GHAZALI DAN ILMU TASAWWUFApabila melibatkan diri menjadi sebahagian daeipada ahli sufi, beliau sekali lagi membersihkan tasawwuf daripada perkara-perkara khurafat dan daripada perkara yang terkeluar daripada pengamalan agama Islam yang sebenar. Dalam bidang tasawwuf Al-Ghazali mempunyai guru antara yang termashur ialah Al-Junaid dan Al-Muhasibin. Apabila Al-Ghazali mengetahui masyarakat melakukan kesalahan dalam bidang tasawwuf beliau akan melemparkan kritikan yang membina yang bertujuan untuk membetulkan kesalahan dan menghalang daripada penyelewengan yang berlaku sehingga mencemarkan kemurnian Islam. (Ghazali, 2002:30)Antara penulisan terkenal Al-Ghazali dalam bidang tasawwuf ialah kitab Ihya’ Ulumuddin. Kitab ini telah membincangkan tentang kebangkitan ilmu-ilmu agama dan merupakan kitab yang terkenal hasil karangan beliau hingga ke hari ini. Kitab ini telah diterjemahkan le dalam beberapa bahasa lain seperti Bahasa Melayu, Parsi, Urdu, Bahasa Inggeris dan Bahasa Perancis. Selain itu, kitab ini menjadi sumber rujukan para ulama’ di rantau alam Melayu. Antara pendorong Al-Ghazali menulis kitab ini ialah kerana kesedarannya yang amat tinggi terhadap penyelewgan teori dan konsep fiqh serta tasawwuf ialah dengan merujuk kepada sumber primer iaitu al-Quran dan Sunnah. Kemudian para sahabat dan tabi’in. Setelah merujuk kepada sumber primer ddan sekunder barulah Al-Ghazali mengutarakan pemikirannya terhadap konsep yang ditulisnya. (Ibrahim, 1985:55)Kehadiran kitab Ihya’ Ulumuddin member implikasi besar dalam pengajian tasawwuf. Sumbangan ini adalah cukup besar dalam bidang tasawwuf kerana Al-Ghazali telah memurnikan semula ilmu tasawwuf daripada kesesatan dan bid’ah. 

KESIMPULANSetelah mengkaji dan mengetahui tenyang Imam Al-Ghazali, saya berasa amat kagum dengan ketokohan Imam Al-Ghazali sebagai Hujjatul Islam dan Pembaru dalam kurun ke-5. Ternyata tiada siapa yang mampu untuk mengatasi beliau dari sudut ilmu dan pengalaman pada zaman itu. Telah dinyatakan sebelum ini beliau bukanlah seorang penuntut ilmu yang hanya mampu mempelajari sesuatu ilmu daripada guru kemudian menulis dan menghafalnya sahaja, bahkan beliau telah pergi jauh sehingga mampu untuk mencungkil dan mengorek segala permasalahan dan segala kepincangandalam sesuatu bidang ilmu itu. Selain itu, apabila Al-Ghazali mendalami sesuatu bidang pengetahuan sudah pasti belilau menjadi seorang yang menguasai bidang tersebut dengan izin Allah mengatasi cerdik pandai yang telah lama berada dalam bidang tersebut. Ini dapat dibuktikan dalam

Page 13: Al Ghazali

dibuktikan dalam setiap ilmu yang diceburinya sentiasa ada pemikiran-pemikiran baru yang bersifat pembaharuan atau pengembangan konsep yang dikemukan oleh ilmuan yang terdahulu sebelumnya. Sekiranya baliau masih ada pada zaman ini, beliau pasti menjadiseorang tokoh ilmuan yang sangat hebat dari sudut ilmu dan pengalaman. Dengan kecanggihan ilmu teknologi dan komunikasi serta pemerolehan maklumat tanpa sempadan kini pasti akan digunakan sepenuhnya oleh beliau umtuk menggali segala ilmu dan pengetahuan tanpa terhenti dalam satu bidang sahaja sebagaimana yang ada pada tokoh ilmuan masa kini. Tidak mustahil dengan kecanggihan ilmu yang ada, beliau mampu menulis lebih banyak buku hasil gabungan pengajian Islam dengan bidang-bidang lain seperti ekonomi, social, politik, hubungan antarabangsa, geografi, sains dan bidang-bidang lain. Pada zaman teknologi sekarang susah untuk kita menemui tokoh ilmuan yang sama seperti Imam Al-Ghazali. Beliau telah memberi sumbangan yang amat besar dalam agama Islam. Begitu banyak pengorbanan yang telah beliau lakukan kepada umat Islam pada zaman beliau tetapi masih boleh digunakan sehingga sekarang. Kata Al-Alif As-Syadzali:”Aku pernah melihat Rasullah SAW dalam mimpi, beliau membaggakan Al-Ghazali kepada Nabi Isa dan Nabi Musa. Beliau bersabda:”Apakah di kalangan kamu berdua ada orang seperti Ghazali?”. Nabi Isa dan Musa menjawab:”Tidak ada”. Sebagai umat nabi Muhammad kita juga patut berbangga dengan Imam Al-Ghazali kerana mempunyai tokoh ilmuan seperti beliau.

Kalau kita mendegar nama Imam Al-Ghazali tentu sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Al-Ghazali merupakan salah seorang dari imam besar umat islam, tokoh yang sangat dikenal sampai ke seantero dunia islam. Selain itu banyak sekali pemikiran dan pengaruhnya yang sangat luas dalam kalangan umat islam. Selain ahli dalam bidang tasawuf, beliau juga ahli dalam bidang filsafat. Sebagaimana yang dikenal dalam dunia islam, beliau merupakan sosok yang bias dikatakan istimewa, beliau seorang ulama yang ahli dalam berbagai bidang ilmu, seorang pendidik, ahli fakir dan juga merupakan seorang pengarang dari berbagai kitab yang sampai sekarang masih menjadi pegangan bagi umat islam.

Sosok Al-Ghazali merupakan sosok yang banyak melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk menuntut ilmu. Hasil dari menuntut ilmu tersebut, beliau tuangkan dalam bentuk pemikiran-pemikiran beliau yang dituangkan dalam kitab-kitab beliau. Beliau juga melakukan pengkajian yang cukup mendalam dalam bidang filsafat dan teologi, sufi dan bahkan juga mengkaji tentang ajaran-ajaran Kristen. Ironisnya sejarah dan perjalanan hidupnya masih terasa asing. Kebanyakan kaum muslimin belum mengetahui secara lengkap sejarah hidup dan  pemikiran-pemikirannya yang berharga yang tersebar dalam karya tulisnya.

Page 14: Al Ghazali

Salah satu dari buah pemikiran beliau yang banyak menjadi rujukan oleh beberapa ulama yang sampai sekarang ialah pemikiran beliau tentang pendidikan. Oleh karena itu, untuk mengenal Al-Ghazali lebih mendalam lagi, serta mengenal konsep pemikiran beliau mengenai pendidikan maka penulis aka menceritakan lebih lajut dibawah ini

A.    Sejarah Hidup Imam Al-Ghazali

Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali. Ia lahir di kota Ghazalah, sebuah kota kecil di dekat Tus di Khurasan Iran pada tahun 450 H/ 1059 M yang ketika itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan di dunia Islam lahir di desa Thus. Nama Al Ghazali dan at Tusi diambil dari tempat lahirnya. Menurut cerita yang berkembang Ia lahir dari keluarga yang taat beragama, dengan ayah yang shaleh yang selalu menghadiri majelis para ulama untuk mencari ilmu pengetahuan.

Diceritakan juga bahwa secara keuangan keluarganya bukanlah berasal dari orang kaya. Ayah beliau hanyalah seorang pemintal wol di kota Tus. Meskipun demikian namun ayahnya sangat memperhatikan sekali pendidikan akan putra-putranya. Latar belakang pendidikannya dimulai dengan belajar Al-Qur’an pada ayahnya sendiri. Sejak kecil, Al-Ghazali memang orang yang sangat mencintai imu pengetahuan, orang yang suka mencari kebenaran yang sebenarnya sekalupun kondisi beliau yang tidak menguntungkan dan selalu diterpa duka namun hal tersebut tidak menggoyahkan semangat beliau untuk mencari ilmu pengetahuan.

Sepeninggal ayahnya, Al-Ghazali diasuh oleh teman ayahnya sampai sanggup beliau untuk mengasuh. Selama dalam pengasuhan tema ayahnya tersebut, beliau disekolahkan dan disempurnakan pendidikan. Tidak beberapa setelah itu, teman ayahnya menyerahkan pendidikan Al-Ghazali kepada seorang sufi yang memiliki sekolah. AI Ghazali belajar kepada Ahmad bin Muhammad ar Razikani, seorang sufi besar. Kemudian ia dimasukkan ke sebuah sekolah yang menyediakan biaya hidup bagi para muridnya. Di sini gurunya adalah Yusuf an-Nassaj juga seorang sufi. Setelah tamat, la melanjutkan pelajarannya ke kota Jurjan yang ketika itu juga menjadi pusat kegiatan ilmiah. Gurunya. Di antaranya, Imam Abu Nasr Al-Ismaili, karena kurang puas ia kembali ke Tus. Beberapa tahun kemudian, ia pergi ke Nisabur dan di sana memasuki madrasah Nizamiah yang dipimpin oleh ulama besar, Imam al Haramain Al Juwaini, salah seorang tokoh aliran Asy’ariyah.

Page 15: Al Ghazali

Imam Al-Ghazali memang orang yang cerdas yang sanggup mendebat semua orang yang tidak sesuai dengan penalaran yang benar sehingga imam Al-Juwaini sempat memberi predikat kepada beliau sebagai orang yang memiliki ilmu yang sangat luas bagaikan “laut dalam nan menenggelamkan”. Setelah Al-Juwaini meninggal dunia, Al-Ghazali meninggalkan Nisabur menuju ke istana Nidzam Al-Mulk yang menjadi perdana menteri sultan Bani Saljuk[1].

Selama berada di istana Nizam Al-Mulk, Al-Ghazali mengikuti majelis ulama yang ada disana. Ketika berada pada majelis ulama tersebut, beliau mendapatkan sambutan yang hangat serta mendapatkan kesempatan untuk berdebat dengan para ulama yang ada disana. Adapun hasil dari perdebatan tersebut ialah bahwa Al-Ghazali mampu mengalahkan para ulama tersebut dengan kefasihan, ketinggian ilmu filsafatnya, kekayaan ilmu pengetahuan yang dimilkinya. Oleh Karen itu perdana menteri Nizam Al-Mulk meminta beliau untuk mengajar pada universitas yang ia dirikan di Baghdad. Setelah mendapatkan tawaran tersebut beliaupun berangkat ke Baghdad memenuhi permintaan dari perdana menteri tersebut.

Ditengah kesibukannya mengajar pada unniversitas tersebut, beliau masih sempat juga mempelajari beberapa bidang ilmu pengetahuan untuk memnuhi kebahagian kalbu beliau, seperti mempelajari filsafat yunani dan filsafat klasik. Berbagai kegiatan belajar dan mengajar beliau jalani kurag lebih selama 4 tahun namun beliau merasakan masih ada yang mengganjal dihati beliau. Oleh karena itu beliau mengambil suatu keputusan untuk berhenti mengajar dan meninggalkan Baghdad. Hal ini diterima oleh perdana menteri, dan beliaupun pergi berkelana ke berbagai tempat.

Selama berkelana tersebut, beliau pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan setelah itu beliaupun kembali hijrah ke Syam, dan menetap di Jami’ Umawy dengan kegiatan penuh ibadah. Hal ini dimaksudkan agar beliau memperoleh ke zuhudan dan meninggalkan kemewahan duniawi. Tidak terbatas itu saja, beliaupun mengembara ke berbagai padang pasir untuk melatih zuhud serta mendalami berbagai masalah keruhanian dan penghayatan yang mendalam tentang agama.

Setelah melakukan pengembaraan yang panjang, akhirnya beliau kembali lagi ke Baghdad untuk mngajar disana. Beliau kembali ke Baghdad dikarenakan atas permintaan dari Fakhrul Mulk putra dari Nidzam Mulk untuk kembali mengajar di universitas tersebut. Tidak lama setelah itu, Al-Ghazali kembali ke kota kelahirannya di Thus mengasuh sebuah pesantren sufi dan wafat tidak lama setelah itu. Beliau wafat sekitar tahun 1111 M.

Page 16: Al Ghazali

B.     Karya-karya Imam Al-Ghazali

Selama hidupnya Al-Ghazali mengarang beberapa kitab yang sangat terkenal hingga sekarang. Kitab-kitab beliau masih digunakan oleh orang-orang yang haus akan ilmu pengetahuan. Ada beberapa diantara kitab karangan beliau:

1. Ihya Ulumuddin, merupakan kitab yang sangat penting dan masyur mengenai ilmu kalam, tasawuf dan akhlak

2. Ayyuhal Walad, merupakan sebuah kitab tentang akhlak.3. Al-munqizu min ad Dhalal, merupakan sebuah kitab yang menceritakan

tentang pengakuan beliau selama berada dalam keraguan sampai mengubah pandangan tentang nilai-nilai kehidupan

4. Maqasidul Falasifah dan Tahaful Falasifah, merupakan kitab yang membahas mengenai filsafat[2]

C.    Konsep Pemikiran Tentang Pendidikan

Sebaimana yang telah disinggung oleh penulis sedikit diatas, Al-Ghazali merupakan seorang pemikir islam yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Sebagai seorang yang sangat memperhatikan dunia pendidikan dan pengajaran, oleh karena itu ia menyimpulkan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampi akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap di mana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Maka sistem pendidikan itu haruslah mempunyai filsafat yang mengarahkan kepada tujuan yang jelas.

Dalam hal merumuskan mengena pendidikan, beliau banyak dipengaruhi oleh bidang ilmu yang beliau kuasai. Dalam rumusan tersebut, tampak dengan jelas sekali beliau menggabungkan dua konsep ilmu untuk merumuskan mengenai pendidikan ini. Cirri khas dari konsep pendidikan yang diberikan oleh Al-Ghazali ialah konsep pendidikan moral yang bernilai religius serta tanpa mengabaikan urusan-urusan duniawi untuk mencapai hal tersebut.

1.      Peranan Pendidikan

Al-Ghazali merupakan salah satu diantara tokoh yang memberikan perhatian terhadap dunia pendidikan. Sebagaimana pendapat beliau mengatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat menentukan bagi corak kehidupan suatu masyarakat dan suatu bangsa. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kalaulah suatu

Page 17: Al Ghazali

bangsa memiliki pendidikan yang baik yang diberikan kepada masyarakat tentu lah akan baik kehidupan suatu bangsa tersebut, begitu pun sebaliknya.

Dalam masalah pendidikan, Al-Ghazali lebih cenderung memiliki paham empirisme. Hal ini anatara lain disebabkan karena ia sangat menekankan pengaruh pendidikan terhadap anak didik. Menurutnya seorang anak didik tergantung kepada orang tua dan lingkungan yang mendidiknya[3].

Tentulah makna diatas dapat dijelaskan secara sederhana bahwa seorang anak tersebut akan menjadi seperti apa yang diajarkan oleh orag tua dan lingkungannya. Seorang anak yang lahir kedua ini ibaratkan seperti kertas putih yang kosong, yang belum memiliki coretan-coretan diatas kertas tersebut. Maka yang akan mengisi kertas kosong tersebut adalah orang tua serta lingkungan yang sangat berperan dalam hal ini.

Pandangan diatas tersebut sejalan dengan hadis nabi yang menjelaskan tentang anak yang dilahirkan oleh orang tuanya. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Muslim

“setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan bersih, kedua orang tuanya lah yang menyebabkan anak itu menjadi penganut yahudi, nasrani atau majusi” (H.R. Muslim)

Hadis diatas dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa, seorang anak yang dilahirkan jika menerima sesuatu ajaran serta kebiasaan yang baik, maka anak tersebut akan mejadi baik. Begitu juga sebaliknya, jika anak tersebut menerima ajaran dan kebiasaan yang buruk maka anak tersebut akan menjadi buruk pula akhlaknya dikemudian hari.

2.      Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali ialah untuk mendekatkan diri pada Allah, bukan untuk mencari kedudukan, kemegahan, dan kegagahan atau untuk mendapatkan kedudukan yang menghasilkan uang. Karena jika tujuan pendidikan itu diarahkan bukan pada mendekatkan diri pada Allah, akan dapat menimbulkan kedengkian, kebencian dan permusuhan[4].

Rumusan mengenai tujuan pendidikan diatas oleh Al-Ghazali didasakan kepada tujuan manusia diciptakan. Manusia diciptakan oleh bukan untuk bermain-main atau untuk hal yang sia-sia belaka, namun manusia diciptakan oleh Allah atas landasan beribadah kepada Allah. Hal Sebagaimana yang telah di sebutkan oleh Allah dalam firman nya surat Al-Dzariat ayat 56

Page 18: Al Ghazali

Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Selanjutnya menurut beliau, tujuan akhir dari pendidikan itu sendiri adalah agar manusia bisa mendekatkan diri pada Allah sebagai sang khalik serta menjadikan manusia yang menuntut ilmu tersebut memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Rumusan diatas dapat dikatakan adalah hasil gabungan dari pendidikan moral dan religius dengan kata lain bahwa Al-Ghazali merumuskan suatu konsep berdasarkan ajaran tasawuf tanpa mengabaikan urusan dunia. Sebagaimana yang kita tahu bahwa orang yang menuntut ilmu tentu juga membutuhkan berbagai sarana dan prasarana untuk menunjang proses pendidikan agar bisa berlangsung dengan baik.

Dalam ajaran tasawuf yang menganggap bahwa dunia ini akan rusak dan binasa dan maut dapat memutuskan kesenangan yang dirasa manusia di dunia ini. Bagi ajaran tasawuf dunia ini merupakan sebagai sarana untuk mencari bekal hidup di akhirat nanti, karena akhirat merupakan tempat terakhir yang akan dihuni oleh manusia seteah hari kiamat datang. Hal ini disebutkan jelas oleh Allah dalam surat Al-Hadid ayat 20

Artinya: ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu

3.      Kurikulum Pendidikan

Adapun pengertian kurikulum secara etimologi berasal dari bahasa latin (suatu jarak yg harus ditempuh dalam pertandingan olahraga) kemudian yg dialihkan kedalam pengertian pendidikan menjadi suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya. Dan secara termenologi adl menunjukkan tentang segala mata pelajaran yg dipelajarai dan juga semua pengalamam yg harus diperoleh serta semua kegiatan yg harus dilakukan anak.

Ada juga yang mengartikan bahwa bahwa kurikulum merupakan sekumpulan mata pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dengan tujuan untuk menanamkan berbagai macam pengetahuan yag dibutuhkan oleh peserta didik agar nantinya pengetahuan yang diperoleh oleh peserta didik selama proses

Page 19: Al Ghazali

pendidikan mampu diterapkan dilingkungan masyarakat tempat peserta didik menetap.

Pandangan Al-Ghazali mengenai kurikulum dapat dilihat dari pandangan beliau tentang ilmu pengetahuan. Hakekat ilmu menurut Al-Ghazali adalah suatu ilmu yang semata-mata merupakan milik Allah, sedangkan manusialah yang hanya diberi hak untuk mencari dan mengembangkannya. Dengan kata lain usaha mengembangkan ilmu yang diperoleh oleh manusia tersebut tergantung pada kemamuan pribadi manusia tersebut.

Selanjutnya dalam pandangan beliau mengenai ilmu pengetahuan itu terbagi pada tiga bagian, sebagai berikut[5]

1)     Ilmu-ilmu yang terkutuk, baik sedikit maupun banyak, yaitu ilmu yang tidak memberi mamfaat dan bisa memberikan kemudharatan kepada orang lain, seperti ilmu sihir, ilmu nujum dan ilmu ramalan.

2)     Ilmu-ilmu yang terpuji baik sedikit maupun banyak, yaitu ilmu yang erat kaitannya dengan peribadatan dan macam-macamnya, seperti ilmu yang berkaitan dengan kebersihan diri dari cacat dan dosa serta ilmu yang dapat menjadi bekal bagi seseorang untuk mengetahui yang baik dan melaksanakannya, ilmu-ilmu yang mengajarkan manusia tentang cara-cara mendekatkan diri kepada Allah

3)      Ilmu-ilmu yang terpuji dalam kadar tertentu, atau sedikit dan tercela jika dipelajari secara mendalam karena dengan mempelajarinya secara mendalam itu dapat menyebabkan kekacauan dan kesemrawutan anatara keyakinan dan keraguan

Lebih lanjut dikatakan oleh Al-Ghazali bahwa setiap ilmu tersebut berbeda, baik itu ilmu Aqliyah maupun ilmu Amaliyah, serta tidak sama juga keutamaan dari ilmu tersebut. Menurut beliau perbedaan itu terjadi disebabkan oleh beberapa hal[6]

1)     Melihat kepada daya yang digunakan untuk menguasainya. Karena itu ia melihat bahwa ilmu-ilmu aqliyah lebih tinggi nilainya dari pada ilmu bahasa, karena ia dicapai melalui akal, sedangkan yang kedua dicapai melalui pendengaran dan akal lebih mulia dari pada pendengara

2)     Melihat kepada besar dan kecilnya mamfaat yang didapat manusia dari padanya. Maka pertanian lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan pandai

Page 20: Al Ghazali

besi, karena pertanian lebih banyak memberikan konstribusi kepada masyarakat dari pada pandai besi yang hanya sebagai hiasan.

3)      Melihat kepada tempat mempelajarinya.

Dari penajabaran diatas dapat ditarik suatu kesimulan bahwa yang paling tinggi derajatanya ialah ilmu agama dan segala cabangnya, karena ilmu agama tersebut hanya dapat dikuasai dengan akal yang sehat dan sempurna serta melalui daya tangkap yang tajam dan jernih Dalam menuyusun rangkain mata pelajaran dalam kurikulum, Al-Ghazali lebih menitik beratkan pada mata pelajaran agama dan etika yang sangat berguna dalam kehidupan masyarakat

Oleh karena itu kurikulum menggambarkan kegiatan belajar mengajar dalam suatu lembaga kependidikan tak hanya dijabarkan serangkai ilmu pengetahuan yg harus diajarkan pendidik kepada anak didik dan anak didik mempelajarinya. Tetapi juga segala kegiatan yg bersifat kependidikan yg dipandang perlu karena mempunyai pengaruh terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam.

4.      Pendidik

Secara defenisi, dapat diartikan pendidik tersebut sebagai orang yang memiliki tanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan potensi anak didik. Pendidik merupakan orang yang harus ada mendampingi anak didik yang bertugas membantu dan mengarahkan anak didik untuk memenuhi kebutuhan akan ilmu pengetahuan yang dicari oleh anak didik tersebut. Pendidik harus mampu mengarahkan peserta didik yang menjadi tanggungannya agar nantinya peserta didik tersebut tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan dalam dunia pendidikan.

Al-Ghazali mempergunakan istilah guru dengan berbagai kata, al-muallim (guru), al-mudarris (pendidik), dan al-walid (orang tua). Sehingga guru dalam arti umum, yaitu seseorang yang bertugas dan bertanggung jawab atas pendidikan dan pengajaran. Menurutnya, guru adalah seseorang yang bertanggung jawab atas pendidikan dan pengajaran, serta bertugas untuk menyempurnakan, mensucikan dan menjernihkan serta membimbing anak didiknya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Perhatian Al-Ghazali akan pendidikan agama dan moral sejalan dengan kecenderungan pendidikannya secara umum, yaitu prinsip-prinsip yang berkaitan secara khusus dengan sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya.Tentang pentingnya keteladanan utama dari

Page 21: Al Ghazali

seorang guru, juga dikaitkan dengan pandangannya tentang pekerjaan mengajar. Menurutnya mengajar adalah pekerjaan yang paling mulia sekaligus yang paling agung .pendapatnya ini, ia kuatkan dengan beberapa ayat Al-quran dan hadits Nabi yang mengatakan status guru sejajar dengan tugas kenabian. Lebih lanjut Al-Ghazali mengatakan bahwa wujud termulia di muka bumi adalah manusia, dan bagian inti manusia yang termulia adalah hatinya. Guru bertugas menyempurnakan, menghias, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Al-Ghazali, menurut beliau bahwa keberadaan pendidik sangatlah harus, tanpa adanya pendidik mustahil pendidikan akan berhasil. Lebih lanjut menurut beliau dikatakan bahwa seorang pendidik tersebut haruslah seorang yang cerdas akalnya serta memilki kekuatan fisik yang kuat dengan tujuan agar mampu mengontrol peserta didik yang menjadi tanggungannya.

Seorang pendidik yang mempunyai kecerdasan akan mampu memberikan bimbingan kepada peserta didiknya untuk dapat memahami materi pelajaran dengan baik serta pendidik yang memiliki akhlak yang baik juga akan mampu memberikan contoh yang baik dalam pergaulan dengan sesama kepada peserta didiknya.

Lebih lanjut menurut Al-Ghazali menyatakan bahwa seorang pendidik itu juga harus memiliki sifat-sifat diantara lain[7]

1. Pendidik hendaknya memandang peserta didik sebagai anaknya sendiri, menyayangi dan memperlakukan mereka seperti anak sendiri.

2. Dalam menjalankan tugasnya, seorang pendidik hendaknya tidak mengharapkan upah atau pujian, tetapi hanya mengharapkan keridhaan Allah.

Pemikiran ini berdasarkan pada firman Allah dalam surat Hud ayat 29

Artinya: dan (dia berkata): “Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah

1. Pendidik hendaknya memanfaatkan setiap waktu luang untuk memberi nasehat dan bimbingan kepada peserta didik, bahwa tujuan menuntut ilmu adalah mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk memperoleh kedudukan atau kebanggaan duniawi

Page 22: Al Ghazali

2. Terhadap peserta didik yang memiliki tingkah laku buruk, hendknya pendidik menegurnya sebisa mungkin dengan cara menyindir dan penuh kasih sayang, bukan dengan terus terang dan mencela, sebab teguran yang terakhir dapat membuat peserta didik membangkang dan sengaja terus menerus bertingkah laku buruk.

3. Hendaknya pendidik tidak fanatik terhadap bidang studi yang diasuhnya, lalu mencela bidang studi yang diasuh oleh pendidik yang lainn.

4. Hendaknya pendidik memperhatikan perkembangan berpikir peserta didik agar dapat menyampaikan ilmu sesuai dengan kemampuan berpikirnya

5. Hendaknya pendidik memperhatikan peserta didik yang lemah dengan memberikannya pelajaran yang mudah dan jelas, dan tidak menghantuinya dengan berbagai hal-hal yang serba sulit dan dapat membuatnya kehilangan kecintaan terhadap pelajaran.

6. 8.      Hendaknya pendidik mengamalkan ilmunya dan tidak sebaliknya, dimana perbuatannya bertentangan dengan ilmu yang diajarkan kepada peserta didik. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 44

Artinya: mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?

Penjelasan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa peranan seorang pendidik bagi pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik sangat dibutuhkan sekali. Seorang pendidik haruslah orang yang cerdas serta memilki akhlak yang mulia, tidak hanya dari segi rohani saja namun juga dari segi fisik. Segi fisik juga menentukan karena seoarang pendidik harus bisa mengontrol peserta didiknya yang banyak dan juga diharapkan pendidik tersebut mampu menjadi contoh yang baik bagi peserta didiknya.

5.      Peserta Didik

Peserta didik merupakan salah satu komponen dalam dunia pendidikan yang memiliki peran yang penting. Pendidikan akan berjalan dengan lancar kalau peserta didik tersebut menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh. Setiap peserta didik memiliki potensi yang ada dalam dirinya yang ingin ia kembangkan melalui pendidikan. Dalam ajaran islam dikatakan bahwa pendidikan itu berlangsung seumur hidup. Hal ini didasarkan pada salah satu hadis nabi yang

Page 23: Al Ghazali

mengatakan bahwa “tuntutlah ilmu tersebut dari ayunan sampai liang lahat”. Dari hadis tersebut terkandung makna bahwa walau pendidikan itu penting, dan harus dimulai sejak dari ayunan atau sejak masa bayi

Dalam masa pendidikan tersebut, peserta didik tentu tidak bisa dengan sendirinya melaksanakan pendidikan tersebut. Peserta membutuhkan bantuan dari berbagai pihak terutama seorang pendidik atau seorang guru. Mereka membutuhkan bimbingan, tuntunan, penyuluhan, bimbingan dan kasih sayang dari seorang pendidik yang sesuai dengan usia pertumbuhannya, jenjang pendidikan seta potensi dan kecenderungannya.

Dalam menjelaskan peserta didik Al-Ghozali menggunakan dua kata yakni, Al-Muta’allim (pelajar) dan Thalib Al-Ilmi (penuntut ilmu pengetahuan). Namun, bila kita melihat peserta didik secara makna luas yang dimaksud dengan peserta didik adalah seluruh manusia mulai dari awal konsepsi hingga manusia usi lanjut. Selanjutnya, karena dalam pembahasan ini hanya terkonsentrasi pada wilayah pendidikan formal maka bahasa peserta didik terbebani hanya bagi mereka yang melaksanakan pendidikan di lembaga pendidikan sekolah. Pemikiran Al-Ghozali yang sangat luas dan memadukan antara dua komponen keilmuan, sehingga menghantarkan pemahaman bahwa konsep peserta didik menurutnya peserta didik adalah manusia yang fitrah.

Imam Al-Ghazali merupakan seorang ulama yang memiliki banyak pengalaman dalam dunia pendidikan dan pengajaran, telah meletakkan pula beberapa petunjuk bagi peserta didik untuk menunjang keberhasilan dalam dunia pendidikan. Ada beberapa petunjuk Al-Ghazali yang harus dilaksanakan oleh peserta didik, diantaranya adalah:[8]

1)     Dalam menuntu ilmu pengetahuan, peserta didik dituntut untuk ikhlas dan bersikap tawadhu’ kepada Allah

2)     Agar pelajar mengutamakan kebersihan jiwanya dari kotoran-kotoran budi pekerti dan sifat-sifat tercela.

3)      Agar memperkecil kesibukan-kesibukannya dalam hal duniawi dan menjauhkan diri dari keluarga dan kampong halaman, karena urusan duniawi akan dapat membelokkannya dan memecah perhatiannya

4)     Agar tidak membesarkan diri terhadap ilmu dan jangan meremehkan guru, tetapi menyerahkan seluruh persoalannya kepada guru tersebut serta mendengarkan nasehatnya.

Page 24: Al Ghazali

5)     Agar pelajar tidak meninggalkan sesuatu ilmu sampai dia memahami betul maksud dan tujuan ilmu itu.

6)     Agar pelajar dalam mempelajari suatu ilmu harus memperhatikan urutan dan hendaknya dia memulai dari yang terpokok

7)     Agar pelajar mengetahui kaitan ilmu dengan tujuan supaya dia mendahulukan yang dekat atas yang jauh, yang penting atas yang tidak penting.

8)     Peserta didik harus merasa satu bangunan dengan peserta didik lainnya dan sebagai satu bangunan maka peserta didik harus saling menyayangi dan menolong serta berkasih sayng sesamanya[9]

6.      Metode Dan Media

Secara defenisi metode berarti suatu cara yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan sesuatu. Kalau dihubugkan dengan pendidikan maka metode berarti cara atau strategi yang digunakan dalam dunia pendidikan dengan tujuan agar materi yang disampaikan kepada peserta didik dapat dipahami dengan mudah. Sedangkan media berarti alat Bantu yang digunakan agar tercapai sesuatu, dengan kata lain bahwa media merupakan sarana penunjang yang digunakan dalam pendidikan agar tercapainya pemahaman terhadap materi yang diajarkan kepada peserta didik

Mengenai metode dan media yang digunakan dalam propses pembelajaran, menurut Al-Ghazali harus dilihat secara psikologis, sosiologis, maupun pramatis dalam rangka keberhasilan proses pembelajaan. Metode pembelajaran tersebut tidak boleh monoton, demikian pula dengan media atau alat pembelajaran.[10]

Hal ini dimasudkan bahwa dalam pembelajaran tersebut menurut Al-Ghazali harus memperhatikan aspek psikologis dari peserta didik itu sendiri. Secara simpelnya adalah bahwa pemberian metode dan alat pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik harus disesuaikan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, serta harus juga memperhatikan tempat tinggal peserta didik. Pemberian metode dan alat tersebut bertujuan agar proses transfer ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik mudah dipahami dan jangan sampai membuat peserta didik merasa berat untuk memahaminya.

Perihal penggunaan metode pembelajaran, Al-Ghazali berpendapat bahwa seorang pendidik harus menerapkan metode kedisiplinan, pembiasaan serta adanya bimbingan dan nasehat. Sedangkan mengenai alat pendidikan beliau

Page 25: Al Ghazali

menggunakan adanya pujian serta hukuman yang tidak memberatkan kepada peserta didik. Sebuah contoh diberikan oleh Al-Ghazali yang berhubungan dengan metode pengajaran Seperti contoh “Apabila anak-anak itu berkelakuan baik dan melakukan pekerjaan yang bagus, hormatilah ia dan hendaknya diberi penghargaan dengan sesuatu yang menggembirakannya, serta dipuji di hadapan orang banyak. Jika ia melakukan kesalahan satu kali, hendaknya pendidikmembiarkan dan jangan dibuka rahasianya. Jika anak itu mengulanginya lagi, hendaknya pendidik memarahinya dengan tersembunyi, bukan dinasehati di depan orang banyak, dan janganlah pendidik seringkali memarahi anak-anak itu, karena hal itu dapat menghilangkan pengaruh pada diri anak, sebab sudah terbiasa telinganya mendengarkan amarah itu”.

PENUTUP

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan itu adalah proses memanusiakan manusia yang bertujuan membentuk insan kamil untuk menjadi khalifah di bumi. Dan dengan adanya pendidikan ini diharapkan manusia mampu mencapai tujuan hidupnya di dunia dan akherat, dan hidup yang berpedoman al-Qur’an dan Hadits.

Al-Ghazali merupakan seorang tokoh dalam dunia islam yang memilki peran yang cukup penting dalam penyebaran konsep-konsep yang terdapat dalam ajaran islam. Pemikiran-pemikiran beliau yag cemerlang, membuat beliau tak habis-habis dipelajari. Bukan hanya dari kepribadian beliau saja tapi juag meliputi pemikiran-pemikiran beliau yang sangat cemerlang. Sehingga kita yang hidup pada zaman sekarang bisa dikatakan belum bisa menandingi pemikiran-pemikiran beliau.

Salah satu dari buah pemikiran beliau yang sudah kita bahas diatas ialah mengenai pemikiran beliau tentang dunia pendidikan. Menurut beliau bahwa pendidikan itu amat penting bagi setiap manusia, dan harus dipelajari bahkan manusia tersebut masih dalam ayunan sampai manusia tersebut meninggal dunia.  Proses pendidikan menurut beliau merupakan proses penciptaan manusia yang senatiasa mendekatkan diri kepada Allah denga hasil menciptakan manusia yang mendapatka kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti.

Penulis menyadari begitu banyak kekurang dalam membahas mengenai pemikiran Al-Ghazali dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dari pembaca yang budiman untuk memperbaiki kesalahan tersebut dan juga sebagai penambah wawasan dari penulis sendiri

Page 26: Al Ghazali

REFERENSI