al falah (kebahagiaan)

28
Al-Falah (kebahagiaan)

Upload: aziz-bahrudin

Post on 17-Nov-2015

40 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Al Falah (Kebahagiaan)

TRANSCRIPT

Al-Falah (kebahagiaan)

Al-Falah (kebahagiaan)

QS. Ali Imron ayat 130

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda[228]] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.

Kata al-falah dengan segala derivasinya di dalam al-Quran ditemukan dalam 40 tempat.Jalaluddin Rachmat dalam Tafsir Kebahagiaan: Pesan al-Quran Menyikapi Kehidupan, menurut beliau kata yang tepat menggambarkan kebahagiaan adalah aflaha.Di empat ayat al-Quran (QS 20:64, QS 23:1, QS 87:14, QS 19:9). Kata itu selalu didahului kata penegasan qad (yang memiliki arti sungguh) sehingga berbunyi qad aflaha atau sungguh telah berbahagia.

Kata turunan selanjutnya dari aflaha adalah yuflihu, yuflihani, tuflihu, yuflihna (semua kata itu tidak ada dalam al-Quran), dan tuflihuna (disebut sebelas kali dalam al-Quran dan selalu didahului dengan kata laallakum.Makna laallakum tuflihuna adalah supaya kalian berbahagia.Dengan mengetahui ayat yang berujung dengan kalimat, laallakum tuflihuna (dalam QS 2:189, QS 3:130, QS 3:200, QS 5:35, QS 5:90, QS 7:69, QS 8:45, QS 22:77, QS 24:31, QS 62:10) kita diberi pelajaran bahwa semua perintah Tuhan dimaksudkan agar kita hidup bahagia.

Falah menyangkut konsep yang bersifat dunia dan akhirat.Untuk kehidupan dunia, falah mencakup tiga pengertian, yaitu kelangsungan hidup (survival/baqa), kebebasan dari kemiskinan (freedom from want/ghana) serta kekuatan dan kehormatan (power and honour/izz).Untuk kehidupan akhirat, sebagaimana dijelaskan oleh Al-Asfahani di dalam Mujamnya, falah mencakup pengertian kelangsungan hidup yang abadi (eternal survival/baqa bila fana), kesejahteraan abadi (eternal prosperity/ghana bila faqr), kemuliaan abadi (everlasting glory/izz bila dhull) dan pengetahuan yang bebas dari segala kebodohan (knowledge free of all ignorance/ilm bila jahl).

Hendrie Anto, dalam Pengantar Ekonomika Mikro Islami menuliskan bahwa tujuan kehidupan manusia pada akhirnya adalah falah di akhirat, falah di dunia merupakan intermediate goal (tujuan antara), sedangkan akhirat merupakan ultimate goal (tujuan akhir).Kata al-falah memiliki banyak makna, diantaranya; kemakmuran, keberhasilan, atau pencapaian apa yang kita inginkan atau kita cari sesuatu dengannya kita berada dalam bahagia atau baik terus-menerus, dalam keadaan baik menikmati ketenteraman, kenyamanan, atau kehidupan yang penuh berkah keabadian, kelestarian, terus-menerus berkelanjutan.

Pada QS Ali Imron ayat 130 terebut, kata riba dihadapkan dengan falah.Larangan memakan riba tidak saja yang berlipat, tetapi merupakan syarat bagi seseorang untuk memperoleh falah.Kerusakan yang ditimbulkan riba bukan saja menimpa debitur, tetapi juga kreditur.Wahbah Zuhaily dalam tafsirnya menyatakan, larangan untuk memakan riba pada ayat di atas dihubungkan dengan perintah untuk bertakwa kepada Allah SWt (QS Ali Imron:131) dan perintah untuk mentaati Allah dan Rasulnya.

Larangan dan perintah tersebut dibuat Allah SWT agar manusia mematuhinya.Mudah-mudahan manusia memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.Sesungguhnya ketika Allah melarang riba, secara implisit Allah menyuruh kita untuk menumbuhkan sikap saling tolong menolong dan berkasih sayang.Allah ingin mewujudkan di dalam diri kita kemenangan da kebahagiaan di dunia dengan saling tolong-menolong, saling berkasih sayang yang pada gilirannya akan tumbuh al-mahabbat di dalam diri kita.

Mahabbah itu adalah asas terbangunnya kebahagiaan (as-saadat) dan di akhirat nanti kita akan memperoleh kemenangan surga atas ridha Allah SWT.

QS. Al-Maidah ayat 90

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan

Ayat ini berisi beberapa perbuatan yang terlarang, seperti meminum khamar, judi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib.Judi atau maisir dalam kajian ekonomi Islam kerap diposisikan sebagai mal bisnis atau larangan pokok dalam bisnis.Akronim yang dipakai adalah MAGHRIB; maisir, gharar, riba dan batil.Abdullah Yusuf Ali menjelaskan bahwa judi (maysir) secara harfiah berarti memperoleh sesuatu dengan cara yang mudah, memperoleh suatu keuntungan tanpa bekerja.

Judi dan mabuk-mabukan merupakan perbuatan dosa dalam arti sosial atau perorangan.Semua itu dapat menghancurkan kita dalam kehidupan sehari-hari di dunia ini, juga dalam kehidupan rohani kita pada hari kemudian.Perbuatan tersebut tidak hanya menimbulkan kemudharatan bagi pelakunya pribadi, tetapi dapat berimbas kepada orang lain, mulai dari keluarga sampai masyarakat pada umumnya.

Di ujung ayat Allah menegaskan, jauhilah perbuatan-perbuatan tersebut agar kamu mendapat kebahagiaan. Beberapa terjemahan al-quran mengartikan laallakum tuflihun dengan mudah-mudahan kamu mendapat keberuntungan.Kebahagiaan dan keberuntungan bukan hanya di dapat di dunia, tetapi juga akan diperoelh di akhirat.

QS. Al-Ala ayat 14

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),

QS. Asy-Syams ayat 9

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu

Muhammad Abduh dalam tafsirnya mengatakan, sungguh beruntunglah orang-orang yang membersihkan diri. Yaitu membersihkan dirinya dari perbuatan-perbuatan nista, yang puncaknya adalah kekerasan hati serta pengingkaran terhadap kebenaran.Kata aflaha, beruntung meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, yang tak seorangpun dapat memperolehnya kecuali yang bersih dan suci qalbunya.

Pada surat asy-Syams ayat 9, abduh mengatakan, sungguh telah beruntung siapa yang mensucikannya, yaitu orang yang mensucikan jiwanya dan meningkatkannya sehingga mampu mengaktifkan segala potensi dirinya secara optimal, baik dalam pemikiran maupun perbuatannya.Dengan demikian ia akan berhasil menebarkan segala kebaikan bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya.

QS. Al-Muminun ayat 1-9

Al-Ghazali menegaskan, bahwa antara amal dengan balasannya memiliki hubungan yang sangat kuat (ribatun wasiq).Sayangnya manusia kerap kali tidak memperhatikan akan adanya kehidupan masa depan dan tenggelam dengan kehidupan masa kini.Surat al-Mu;minun di atas sesungguhnya ingin menegaskan hubungan manusia dengan akhiratnya. Sekaligus memberi kabar gembira yang menentramkan hati orang beriman akan masa depan mereka yang lebih baik.

Menurut al-Ghazali, ayat-ayat awal surat ini bertutur tentang prinsip-prinsip akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah.Ayat ini juga menjanjikan keberuntungan bagi siapa saja yang memegang teguh prinsip-prinsip itu.Mereka adalah orang yang akan dijamin mendapat keberuntungan seperti yang disebutkan di awal surat ini.

Amru Khalid dalam Khawatir Quraniyyah: Nazhrat fi Abda Suwar al-Quran menjelaskan surat ini menyebutkan sifat penting kaum mukmin dan menjelaskan nasib akhir orang yang mendustakan agama.Ayat 1, orang-orang yang beriman sungguh sangat beruntung,siapa mereka, bagaimana cara masuk ke golongan mereka?Ayat 2, orang yang khusuk dalam shalatnya, bagaimana sholatmu, khusuk atau tidak? Berapa poin yang kau berikan kepada dirimu dalam hal ini?

Ayat 3, orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna. Apakah engkau senang menggunjing dan menyebar fitnah? Atakah engkau dapat menjaga lidah dari omongan yang tidak berguna? Apakah engka mampu menghindari dan menjauhi obrolan yang mengungkit kejelekan orang?Ayat 5, orang yang menjaga kemaluannya apakah engkau mampu menjaga pandangan, menjaga kesucian dan menghindari dari segala hal yang membawa kepada perzinahan?

Ayat 8, orang yang memelihara amanat dan janjinya. Mampukah engkau menjaga amanat, mulai dari amanat yang sederhana (kaset dan buku yang kau pinjam dari teman)hingga amanat menjalankan dan mendakwahkan ajaran agama.Ayat 9, apakah engkau mendirikan shalat di awal waktu dan konsisten berjamaah? Berapa poin yang kau berikan kepada dirimu dalam menjalankan dan menjaga shalat?

Islam sejak awal menegaskan bahwa al-falah, dalam maknanya yang beragam tersebut adalah sebuah kondisi yang harus diwujudkan dalam kehidupan.Bahkan setiap kali adzan berkumandang selalukan serukan untuk memperoleh kebagiaan dan keberuntungan tersebut.Hayya ala al-falah (mari menuju kemenangan) yang diletakkan setelah ajakan shalat (hayya ala al-shalat) adalah simbolisasi bahwa shalat adalah syarat untuk memperoleh kebahagiaan dunia.

QS. Al-Jumuah ayat 9-10

Para mufassir menegaskan bahwa kata nudia pada pangkal ayat dipahami sebagai al-azan (pemberitahuan) yang menandakan masuknya waktu shalat pada hai jumat.Siapapun yang mendengar panggilan adzan sepanjang tidak ada udzur dan tidak pula dalam keadaan musafir, maka wajib atasnya memenuhi panggilan tersebut.Disebutnya kata al-bai (jual beli) menunjukkan bahwa jual beli adalah induk muamalat. Artinya, ketika induknya disebut, maka segala aktifitas yang membuat seseorang lalai dari menegakkan shalat, harus ditinggalkan.

Pada ayat berikutnya, kita diingatkan, setelah selesai menegakkan shalat, segeralah bertaburan di muka bumi untuk mencari karunia Allah SWT yang tersebar di semesta raya ini.Sepanjang kita melakukan pencarian rizki, semuanya harus tetap diorientasikan kepada Allah.Kata zikir pada ayat tersebut bermakna al-istihdar yaitu merasakan kehadiran Allah SWT.

Kebahagiaan akan terwujud jika kita mampu menyeimbangkan kebutuhan duniawi dan ukhrawi, individu dan sosial, zahir dan batin.Keseimbangan itu adalah bagian dari fitrah manusia.