agensi penyandang disabilitas dalam...

101
AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM MEMPERJUANGKAN LAPANGAN PEKERJAAN (Studi Kasus Tunanetra di Yayasan Mitra Netra) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Inaya Lutfiani 1113111000060 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: hoangtuyen

Post on 21-Jun-2019

258 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM

MEMPERJUANGKAN LAPANGAN PEKERJAAN

(Studi Kasus Tunanetra di Yayasan Mitra Netra)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Inaya Lutfiani

1113111000060

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM

MEMPERJUANGKAN LAPANGAN PEKERJAAN

(Studi Kasus Tunanetra di Yayasan Mitra Netra)

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 September 2017

Inaya Lutfiani

Page 3: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Inaya Lutfiani

NIM : 1113111000060

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM

MEMPERJUANGKAN LAPANGAN PEKERJAAN

(Studi Kasus Tunanetra di Yayasan Mitra Netra)

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 28 September 2017

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing,

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si M. Hasan Ansori, Ph.D

NIP. 197609182003122033

Page 4: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM

MEMPERJUANGKAN LAPANGAN PEKERJAAN

(Studi Kasus Tunanetra di Yayasan Mitra Netra)

Oleh

Inaya Lutfiani

1113111000060

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18

Oktober 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dr. Joharotul Jamilah, M.Si

NIP. 197609182003122033 NIP. 196808161997032002

Penguji I, Penguji II,

Saifudin Asrori, M.Si Ida Rosyidah, MA

NIP. 197701192009121001 NIP. 196306161990032002

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 18 Oktober

2017.

Ketua Program Studi Sosiologi

FISIP UIN JAKARTA

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si

NIP. 197609182003122033

Page 5: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

v

ABSTRAK

Skripsi ini mengkaji tentang ”Agensi Penyandang Disabilitas dalam

Memperjuangkan Lapangan Pekerjaan di Yayasan Mitra Netra”. Penelitian ini

menjelaskan apa saja upaya yang dilakukan oleh agensi penyandang disabilitas

yang menjadi klien di Mitra Netra dalam memperjuangkan haknya mendapatkan

pekerjaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik

pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini

adalah penyandang disabilitas tunanetra yang menjadi klien Mitra netra. Teori

yang digunakan adalah Teori Strukturasi. Teori tersebut digunakan untuk

menganalisis tindakan-tindakan apa saja yang sudah klien Mitra Netra lakukan

untuk memperoleh pekerjaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh tunanetra

klien Mitra Netra dalam pengembangan agensi agar mendapatkan pekerjaan

adalah dengan cara mengikuti program pelatihan ketenagakerjaan yang disediakan

oleh Mitra Netra. Dengan mengikuti pelatihan-pelatihan di dalam program

ketenagakerjaan, menjadikan mereka layak bersaing di dunia kerja dengan

memiliki keahlian baik hardskill maupun softskill. Mitra Netra juga melakukan

perannya dalam membantu mengimplementasikan regulasi pemerintah mengenai

lapangan pekerjaan bagi tunanetra, melalui pengurus Mitra Netra dalam bentuk

pencarian biaya untuk dana operasional pelatihan bagi klien, karena Mitra Netra

merupakan organisasi non-profit yang tidak memiliki sumber dana pasti.

Kemudian Mitra Netra juga melakukan upaya kerjasama dengan perusahaan

swasta yang bertujuan untuk menyalurkan tunanetra sebagai tenaga kerja, serta

mengaudiensi pemerintah agar peraturan yang sudah ada dapat berjalan dengan

baik dan tunanetra mendapatkan haknya, yaitu mendapatkan pekerjaan.

Kata Kunci: Disabilitas, Tunanetra, Pekerjaan, Regulasi Pemerintah, Teori

Agensi.

Page 6: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

vi

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur tiada henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, karena atas izin dan kuasanya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Agensi Penyandang Disabilitas dalam Memperjuangkan Lapangan

Pekerjaan (Studi Kasus Tunanetra Yayasan Mitra Netra Jakarta)”. Meskipun

dalam penulisannya masih jauh dari kata sempurna. Selama proses penulisan

hingga akhirnya terselesaikan skripsi ini, penulis dipertemukan dengan orang-

orang hebat yang berjasa besar selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu,

atas segalanya penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Zulkifli, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Prodi Sosiologi yang telah

memberi saran dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

3. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si, selaku Sekertaris Prodi Sosiologi yang

telah membantu dan melancarkan skripsi ini.

4. Mohammad Hasan Ansori, Ph.D sebagai dosen pembimbing yang

sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Terimakasih

atas doa, pengertian, waktu dan ilmunya dalam membimbing dan

memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Husnul Khitam, M.Si, selaku Dosen Pengajar Proposal Skripsi 2016

Prodi Sosiologi, yang telah memberikan banyak masukan dan ilmunya

untuk skripsi ini.

Page 7: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

vii

6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya Prodi

Sosiologi, yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran

berharganya.

7. Kedua orangtua tercinta, Ayah Drs. H. Nanang Iman dan Ibu Munih. S

serta adik penulis Muhammad Abdan Syakuron yang menjadi sumber

utama dalam motivasi menyelesaikan skripsi ini serta tiada henti

mendoakan dan memberikan semangat tenaga, pikiran dan finansial

kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

8. Tante penulis Siti Jubaedah M.Pd yang selalu memberikan dukungan

berupa moril dan materil kepada penulis, serta yang menjadi sosok

inspirasi dalam mendapatkan tema skripsi ini hingga akhirnya skripsi

bisa terselesaikan.

9. Yayasan Mitra Netra Jakarta yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian serta memberikan data yang penulis butuhkan.

Khususnya untuk pengurus, instruktur dan klien yang bersedia penulis

wawancarai.

10. Sahabat-sahabat ½ Douzen tersayang yang selalu memberikan support

selama perkuliahan yang memberikan masukan dalam skripsi ini.

11. Keluarga Sosiologi B(est) 2013 terhebat yang banyak memberikan

banyak pelajaran, kenangan dan saling memberikan semangat selama 4

tahun.

Page 8: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

viii

12. Sahabat-sahabat tersayang sejak SMA yang selalu memberikan doa

dan semangat dari jarak jauh namun selalu memberikan motivasi agar

dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Candra Putra Ashari, S.Ds yang setia mendoakan dan memberikan

semangat tiada henti kepada penulis hingga skripsi dapat terselesaikan.

Demikianlah ucapan terima kasih dari penulis, semoga segala bantuan dan

dukungannya mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Maka dengan ini

penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi. Semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat.

Jakarta, 28 September 2017

Penulis,

Inaya Lutfiani

NIM. 1113111000060

Page 9: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Pernyataan Masalah ........................................................................................ 1

B. Pertanyaan Masalah ...................................................................................... 13

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 13

D.Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 15

E. Kajian Teoritis .............................................................................................. 23

E.1. Landasan Teori ...................................................................................... 23

E.2. Definisi Konseptual ............................................................................... 31

F. Metodologi Penelitian ................................................................................... 37

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN ............................... 44

A. Latar Belakang Yayasan Mitra Netra .......................................................... 44

B. Legalitas Yayasan Mitra Netra .................................................................... 45

C. Lokasi Yayasan Mitra Netra ........................................................................ 45

D. Visi, Misi dan Fungsi Yayasan Mitra Netra ................................................ 46

E. Struktur Organisasi dan Staff....................................................................... 47

F. Program dan Layanan Yayasan Mitra Netra ............................................... 49

G. Jaringan Kerjasama yang dimiliki Yayasan Mitra Netra ............................. 56

BAB III AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM

MEMPERJUANGKAN LAPANGAN PEKERJAAN....................... 60

A. Peran Mitra Netra dalam Mengimplementasikan Regulasi Pemerintah

Tentang Kesempatan Bekerja Bagi Penyandang Disabilitas ....................... 60

B. Pengembangan Kemampuan Agensi Penyandang Disabilitas .................... 71

Page 10: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

x

B.1. Hambatan yang dihadapi Penyandang Disabilitas ............................... 77

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 83

A. Kesimpulan .................................................................................................. 83

B. Saran.............................................................................................................85

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 87

Page 11: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I.A.1. Distribusi Penyandang Disabilitas Usia ≥10 Tahun yang Bekerja

Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Data Susenas Tahun 2012 ......... 9

Tabel I.A.2. Jumlah Penyandang Disabilitas di Jakarta Tahun 2008.................... 10

Tabel 1.D.1 Matriks Tinjauan Pustaka ..................................................................20

Tabel II.F.1. Daftar Nama Informan ..................................................................... 41

Page 12: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Setiap warga Negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama.

Begitu juga dengan setiap masyarakat yang memiliki kekurangan dalam

fisiknya, mereka pasti menginginkan kesetaraan dalam mendapatkan hak dan

melaksanakan kewajiban mereka sebagai warga negara Indonesia. Karena

sesungguhnya tidak ada satupun individu yang menginginkan lahir dalam

keadaan yang kurang dari segi fisik maupun mental.

Menurut hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang

dilaksanakan Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, jumlah penyandang

disabilitas di Indonesia sebanyak 6.008.661 orang. Dari jumlah tersebut sekitar

1.780.200 orang adalah penyandang disabilitas netra, 472.855 orang

penyandang disabilitas rungu, 402.817 orang penyandang disabilitas

grahita/intelektual, 616.387 orang penyandang disabilitas tubuh, 170.120 orang

penyandang disabilitas yang sulit mengurus diri sendiri, dan sekitar 2.401.592

orang mengalami disabilitas ganda (BPS-Susenas Tahun 2012). Dari data

tersebut mengalami kenaikan dibanding hasil survey susenas tahun 2009,

kenaikannya diperkirakan dari 0,92% menjadi 2,45% (Buletin disabilitas

2014).

Page 13: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

2

Keberadaan mereka yang memiliki kekurangan fisik pun menjadi

sesuatu yang penting untuk diperhatikan. Karena setiap warga Negara memiliki

hak dan kewajiban yang sama. Negara bertugas sebagai pelindung bagi

penyandang disabilitas yang keberadaannya dianggap sebagai kelompok

marjinal. Mereka yang merupakan kelompok yang termarjinalisasi dari lingkup

dunia pendidikan, kesehatan, aksesibilitas pelayanan publik dan juga masalah

lapangan pekerjaan.

Dalam Pasal 41 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 tentang

Hak Asasi Manusia (UU HAM), yang menyebutkan bahwa :

Setiap penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita

hamil dan anak anak, berhak memperoleh kemudahan dan

perlakuan khusus ( Pasal 41 ayat 2 UU No 39 Tahun2004).

Begitu pula dengan Pasal 42 UU HAM yang berbunyi :

Setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan atau

cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan,

pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk

menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan martabat

kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri, dan

kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara (UU HAM Pasal 42).

Seperti yang telah diuraikan pada pasal mengenai hak asasi manusia di

atas, penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang

sama dengan warga negara non disabilitas. Penyandang disabilitas memiliki

hak untuk hidup, dan mempertahankan kehidupnya. Selain hak untuk hidup,

apabila membicarakan isu-isu mengenai hak asasi manusia, kita juga dapat

menemukan bahwa manusia sebagai warga negara memiliki hak sipil dan

politik, serta memiliki hak ekonomi, sosial dan budaya. Penyandang disabilitas

Page 14: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

3

sudah menjadi tanggung jawab negara dan juga orang-orang yang berada di

lingkungan mereka.

Penyandang disabilitas juga memiliki kedudukan, hak dan kewajiban

yang sama dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga

negara Indoesia, sudah sepantasnya penyandang disabilitas mendapatkan

perlakuan khusus, yang dimaksudkan adalah sebagai upaya perlindungan dari

kerentanan terhadap berbagai tindakan diskriminasi dan terutama perlindungan

dari berbagai pelanggaran hak asasi manusia. Perlakuan khusus tersebut

dipandang sebagai suatu upaya maksimalisasi penghormatan, pemajuan,

perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia universal (Majda, 2008:273).

Permasalahan yang dihadapi oleh para penyandang disabilitas beberapa

diantaranya adalah, berdasarkan hasil wawancara bersama orangtua murid di

Klinik Terapi Rumah Sekar (tempat untuk terapi anak berkebutuhan khusus)

yaitu, menjelaskan bahwa adanya kekhawatiran mengenai pendidikan anak-

anak mereka yang merupakan penyandang disabilitas. Hasil observasi lainnya

adalah ditemukannya fasilitas semu yang pemerintah buat namun tidak

seutuhnya dapat dirasakan oleh para penyandang disabilitas, seperti guiding

block bagi tunanetra yang terpasang di jalur pejalan kaki sekitaran Kebun Raya

Bogor yang nampak hanya dijadikan pemanis, pemasangan guiding block yang

menabrak tembok, ada pula yang ditengah-tengahnya terpasang lampu taman

di mana dapat membahayakan pejalan kaki yang tunanetra.

Sekolah inklusif yang belum banyak tersedia untuk anak-anak

berkebutuhan khusus. Kemudian, aksesibilitas bagi penyandang disabilitas

Page 15: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

4

yang menggunakan kendaran umum, pemerintah dan perusahaan swasta yang

menyediakan jasa transportasi umum memang sudah menyediakan tempat

duduk prioritas bagi penyandang disabilitas seperti di commuterline dan bus

TransJakarta. Namun masih belum secara total, misalnya akses menuju stasiun

atau halte yang masih menyulitkan bagi penyandang disabilitas. Hasil

observasi yang dilakukan penulis, di Stasiun Nambo belum ditemukan adanya

infrastruktur yang ramah untuk penyandang disabilitas yang menggunakan

kursi roda, karena akses untuk masuk ke dalam stasiun harus menaiki anak

tangga, belum aksesibel bagi pengguna kursi roda karena belum disediakan

tangga landai untuk pengguna kursi roda agar bisa masuk ke dalam stasiun

dengan mudah.

Persoalan yang begitu terasa oleh penyandang disabilitas dan juga

keluarganya adalah minimnya lapangan pekerjaan. Tidak banyak perusahaan

yang mau mempekerjakan mereka dan seolah-olah mereka teralienasi dari

lingkungan pekerjaan. Padahal sama seperti masyarakat yang normal mereka

juga membutuhkan pekerjaan untuk menghidupi diri sendiri dan keluarganya.

Di dunia kerja, peluang bagi penyandang disabilitas untuk bersaing didunia

kerja juga masih rentan stigma. Penyandang disabilitas dianggap kaum yang

tidak mampu bersaing dalam dunia kerja. Biasanya instansi ataupun lembaga

pemerintah ataupun swasta menggunakan kriteria fisik tertentu dalam

penerimaan karyawannya. Misalnya, tinggi tertentu, tidak cacat fisik dan

berbagai prasyarat lainnya yang menomorduakan penyandang disabilitas

(Harahap dan Bustanudin, 2015).

Page 16: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

5

Contoh masih sedikitnya peluang kerja bagi penyandang disabilitas

adalah menurut artikel yang terdapat dalam kartunet.com, upaya pemenuhan

hak penyandang disabilitas untuk pekerjaan layak nampaknya masih mendapat

halangan. Seorang penyandang disabilitas ditolak mengikuti tes CPNS.

Jakarta, Kartunet – Kasus diskriminasi terhadap penyandang

disabilitas kembali terjadi di ranah publik. Kali ini, seorang

tunanetra ditolak untuk mengikuti seleksi CPNS 2014 ketika ingin

mengambil nomor ujian. Dikutip dari siaran pers Persatuan

Tunanetra Indonesia (Pertuni), tindak diskriminatif ini terjadi pada

Mulyadi (30), tunanetra asal Kabupaten Aceh Besar, Propinsi

Aceh. Ia ditolak mengikuti ujian masuk CPNS. Hal ini sangat

bertolak belakang dengan pernyataan pemerintah yang tersebar di

berbagai media. Tahun ini, pemerintah RI menyediakan 300

formasi untuk penyandang disabilitas di antara sekitar 100 ribu

formasi yang tersedia.

Ketika Adi akan mengambil nomor ujian, pihak Badan

Kepegawaian Daerah (BKD) Aceh Besar tidak memberikannya.

Awalnya, pihak BKD berkilah bahwa Adi tidak lolos verifikasi

karena tidak memenuhi persyaratan. Adi tidak mau menerima

begitu saja pernyataan tersebut karena merasa telah memenuhi

semua persyaratan administratif yang diperlukan. Ia terus

mengusud alasan penolakan itu, hinngga akhirnya Pihak BKD

menyatakan bahwa penolakan tersebut dilakukan karena Adi

adalah Penyandang Disabilitas dan pihak BKD belum memiliki

layanan untuk tunanetra.

Menanggapi penolakan tersebut, Adi meminta bukti penolakan

secara tertulis. Akan tetapi, pihak BKD berjanji baru dapat

mengeluarkan surat penolakan tersebut pada tanggal 7 Oktober

2014. Sementara itu, batas pendaftaran ulang ujian selambat-

lambatnya pada tanggal 10 Oktober. Ini berarti, kesempatan Adi

untuk dapat mengikuti ujian seleksi CPNS tersebut semakin

sempit. (Kartunet.com, di akses pada 20 Mei 2017 dari

https://www.kartunet.com/lagi-tunanetra-ditolak-ikut-tes-cpns-7785/)

Page 17: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

6

Berita lainnya yang memuat mengenai masih minimnya pekerjaan bagi

penyandang disabilitas adalah, dari republika.co.id, yaitu:

Berdasarkan data hasil riset dari Universitas Indonesia mengenai

penyandang disabilitas, dari 12,15 persen penyandang disabilitas di

Indonesia, hanya 51,12 persen yang turut berpartisipasi dalam pasar

kerja Indonesia, lebih rendah dari non-penyandang disabilitas yang

berada pada angka 70,40 persen. "Bahkan penyandang disabilitas

kategori berat hanya 20,27 persen yang berpartisipasi di pasar kerja

Indonesia," ungkap Kepala Tim Riset LPEM FEB Universitas

Indonesia, Alin Halimatussadiah dalam peluncuran Jejaring Bisnis dan

Disabilitas Indonesia (JBDI) di Jakarta (Republika.com di akses pada

16 Desember 2016 diakses pada 2 Januari 2017 pukul 13:20 WIB dari http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/12/16/oi9rpj384-sebagian-

besar-penyandang-disabilitas-kerja-di-sektor-informa)

Kondisi disabilitas yang masih diliputi stigma tertentu dalam masyarakat

menyebabkan munculnya kesenjangan atau ketidaksetaraan. Ketidaksetaraan

pada penyandang disabilitas berupa distribusi sumber daya ekonomi yang tidak

merata, pola relasi yang tidak setara, dan kesempatan untuk berpartisipasi

dalam kehidupan sehari-hari yang tidak sama dibandingkan dengan mereka

yang non-difabel (Pratama, 2014:10).

Hasil observasi yang didapatkan dari orangtua murid penulis mengenai

fasilitas dan kebijakan yang telah dibuat pemerintah tidak sepenuhnya berjalan

sesuai dengan yang diharapkan. Masih banyak penyandang disabilitas yang

tidak merasakan dampak positif dari adanya kebijakan-kebijakan yang dibuat

pemerintah.

Kemudian karena kebijakan dari pemerintah yang ada tidak sesuai

harapan untuk kaum disabilitas dan adanya juga intervensi dari masyarakat,

terlebih lagi mereka yang memiliki keluarga penyandang disabilitas maka

Page 18: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

7

muncul Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berisikan sekelompok

orang yang memiliki tujuan sama yaitu memperhatikan kehidupan penyandang

disabilitas yang kehidupannya banyak dipandang sebelah mata oleh

kebanyakan orang. Sehingga pada awal sejarah perkembangan lahirnya LSM,

terutama yang bergerak dibidang sosial politik, tujuan utama pembentukan

LSM adalah bagaimana mengontrol kekuasaan negara, tuntutan pers yang

bebas, tuntutan kebebasan berorganisasi, advokasi terhadap kekerasan negara

dan kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat (Mahardika, 2012:14).

Budi setyono dalam Friska (2012) menyatakan LSM dipandang

mempunyai peran signifikan dalam proses demokratisasi. Jenis organisasi ini

diyakini memiliki fungsi dan karakteristik khusus dan berbeda dengan

organisasi pada sektor politik-pemerintah maupun swasta,sehingga mampu

menjalankan tugas tertentu yang tidak dapat dilaksanakan oleh organisasi pada

dua sektor tersebut.

Saat ini sudah banyak LSM yang bergerak dalam permasalahan untuk

kaum difabel. Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD) ini berada dibawah

naungan Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI). PPDI adalah

payung bagi organisasi sosial penyandang disabilitas, organisasi sosial

disabilitas dan organisasi kemasyarakatan penyandang disabilitas sesuai

dengan tingkat kedudukannya berfungsi sebagai wadah perjuangan, koordinasi,

konsultasi, advokasi dan sosialisasi disabilitas di tingkat nasional dan

internasional. (ppdi.or.id di akses pada 16 Mei 2016 pukul 14:00 WIB dari

https://ppdi.or.id/sejarah)

Page 19: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

8

OPD tersebut beraneka ragam dan memiliki fokus atau sentra masing-

masing untuk para penyandang disabilitas. Tujuannya sama, yaitu agar para

penyandang disabilitas memiliki hak yang sama dalam kehidupan dan

penghidupan.

Berikut ini beberapa Organisasi Penyandang Disabilitas yang berada di

Indonesia:

1. FKPCTI ( Federasi Kesejahteraan Penyandang Cacat Tubuh Indonesia )

2. FNKDI (Federasi NasionalKesejahteraan Disabilitas Intelektual)

3. FNKTRI (Federasi Nasional Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia)

4. FKTI (Federasi Kesejahteraan Tunanetra Indonesia)

5. GERKATIN (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia)

6. GPDLI (Gerakan Peduli Disabilitas dan Lepra Indonesia)

7. Yayasan Mitra Netra

8. FKKADK (Forum Komunikasi Keluarga Anak Dengan Kecacatan)

9. YDMI (Yayasan Difabel Mandiri Indonesia)

10. SIGAB (Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel)

Dari beberapa organisasi penyandang disabilitas yang ada di Indonesia,

penulis memilih melakukan penelitian di Yayasan Mitra Netra yang terletak di

Jakarta Timur. Alasan utama penulis memilih organisasi tersebut adalah karena

Yayasan Mitra Netra yang memusatkan programnya pada upaya meningkatkan

kualitas dan partisipasi penyandang disabilitas tunanetra di bidang pendidikan

dan lapangan pekerjaan. Sesuai dengan tujuan penulis untuk menjelaskan

Page 20: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

9

bagaimana peran Yayasan Mitra Netra dalam membantu penyandang

disabilitas memperoleh pekerjaan dan menganalisis bagaimana pengembangan

agensi penyandang disabilitas di Yayasan Mitra Netra agar mendapat

pekerjaan. Jadi, yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini adalah

penyandang disabilitas dengan kategori tunanetra, yang selanjutnya akan

disebut dengan penyandang disabilitas.

Hasil Susenas tahun 2012 mendapatkan bahwa 37,85% penyandang

disabilitas berumur 10 tahun ke atas memiliki pekerjaan dalam seminggu terakhir.

Sebagian besar bidang pekerjaan yang dilakukan adalah pertanian.

Tabel I.A.1. Distribusi Penyandang Disabilitas Usia ≥10 Tahun yang

Bekerja Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Data Susenas Tahun

2012

Sumber : Buletin Disabilitas 2014

Penyandang disabilitas di Indonesia pada tahun 2008 sudah mencapai

angka 1.536.208 orang, sebagaimana yang tertulis pada situs Departemen

Sosial. Berikut juga disertakan data jumlah penyandang disabilitas pada DKI

Jakarta:

Jenis Pekerjaan Jumlah dalam Persen (%)

Jasa 18,31%

Perdagangan 15,29%

Industri 8,94%

Pertanian 51,41%

Lainnya 6,06%

Page 21: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

10

Tabel I.A.2. Jumlah Penyandang Disabilitas di Jakarta Tahun 2008

Sumber: depsos.go.id diakses 15 Mei 2017

Selain itu juga penulis lebih tertarik melakukan penelitian penyandang

disabilitas dengan kategori tunanetra karena, seperti hasil observasi yang

ditemukan bahwa penyandang disabilitas tunanetra di jalan atau dalam

kehidupan sehari-hari mereka seperti terasingkan dari pekerjaan. Aksesibilitas

pada konteks ketenagakerjaan khususnya hak atas pekerjaan dapat dimaknai

sebagai tahap penyandang disabilitas memperoleh akses mengenai informasi

pekerjaan secara terbuka, luas, dan tanpa adanya diskriminasi. Padahal sudah

jelas aturan mengenai pekerjaan bagi penyandang disabilitas yang dibuat oleh

pemerintah, yaitu terlihat dengan adanya Undang-undang No. 8 Tahun 2016

Tentang Penyandang Disabilitas pada bagian keempat mengenai Pekerjaan,

Kewirausahaan, dan Koperasi. Pada pasal 53 yang berbunyi :

Wilayah Penyandang Disabilitas

Kepulauan Seribu 240

Jakarta Selatan 2.961

Jakarta Timur 5.666

Jakarta Pusat 3.653

Jakarta Barat 3.717

Jakarta Utara 5.842

Page 22: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

11

1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan

Badan Usaha Milik Daerah wajib mempekerjakan paling sedikit 2%

(dua persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau

pekerja.

2) Perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling sedikit 1% (satu

persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja.

(Rangga, 2006)

Bahkan lebih tegas pula diatur kuota untuk memberi kesamaan

kesempatan bagi penyandang cacat tersebut. Peraturan tentang kuota diatur

secara jelas dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43

Tahun 1998 Tentang Upaya Peningkatan Kesejateraan Sosial Penyandang

Cacat yang terdapat dalam Pasal 28 yang berbunyi: “Pengusaha harus

mempekerjakan sekurangkurangnya 1 (satu) orang penyandang cacat yang

memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan sebagai pekerja

pada perusahannya untuk setiap 100 (seratus) orang pekerja

perusahaannya”. (Pasal 28 Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 1998

Tentang Upaya Peningkatan Kesejateraan Sosial Penyandang Cacat.)

Hal ini seharusnya sudah menjamin kepastian akan kuota kesamaan

kesempatan bagi pekerja penyandang disabilitas. Namun kenyataanya

masih banyak penyandang disabilitas yang belum terjamin pemenuhan

haknya untuk mendapatkan pekerjaan karena sebagian besar perusahaan

belum melaksanakan kewajiban tersebut. Selain sulit mendapatkan

pekerjaan, penyandang disabilitas yang akhirnya mendapatkan pekerjaan

Page 23: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

12

tidak jarang mendapatkan diskriminasi di tempat kerja. Simon Field,

Manajer Program Better Work Indonesia dalam wawancaranya dengan

portal berita online Republika mengatakan bahwa:

Orang-orang dengan disabilitas seringkali mengalami

diskriminasi di tempat kerja, sejumlah perusahaan

mempekerjakan orang-orang disabilitas hanya karena kondisi

mereka (Republika.co.id diakses pada 10 Agustus 2016 pukul

13.30 WIB dari

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/12/04/meh

htg‐ indonesia‐dikritik‐disabilitas‐belum‐diakomodasi‐di‐dunia‐kerja.)

Perkataan Simon Field dapat diartikan bahwa pengusaha

mempekerjakan penyandang disabilitas karena kondisi mereka yang dalam

penerimaan mendapat kuota 1%, bukan karena melihat kemampuan kerja

dan keterampilan mereka.

Dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji peran

lembaga swadaya masyarakat yang bergerak untuk memperjuangkan hak-

hak bagi penyandang disabilitas disamping kebijakan yang telah

pemerintah buat. Sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai sebagai

suatu lembaga swadaya masyarakat dalam memfasilitasi penyandang

disabilitas untuk mendapatkan pelatihan kerja hingga mendapatkan

pekerjaan, dan apa saja yang menjadi rintangan selama proses itu

berlangsung.

Page 24: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

13

B. Pertanyaan Masalah

Berdasarkan uraian masalah di atas, maka yang menjadi kajian dalam

penilitian kali ini adalah :

1. Bagaimana peran Mitra Netra mengimplementasikan regulasi pemerintah

terkait dengan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas?

2. Bagaimana pengembangan agensi penyandang disabilitas dalam proses

untuk mendapatkan pekerjaan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menjelaskan sejauh mana tindakan Yayasan Mitra Netra dalam

membantu tunanetra dalam mendapatkan lapangan pekerjaan bagi

penyandang disabilitas khususnya tunanetra.

2. Untuk menganalisis bagaimana pengembangan agensi penyandang

disabilitas dalam proses mendapatkan pekerjaan.

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Manfaat teoritis:

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi

dan sumbangan kepada peneliti lain sebagai bahan perbandingan

referensi dalam meneliti masalah yang mirip dengan penelitian ini

dalam bidang Ilmu Sosiologi, utamanya dalam sosisologi organisasi

mengnai sebuah agensi. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah

Page 25: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

14

rujukan bagi mahasiswa Sosiologi Fisip UIN Jakarta mengenai

penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

2) Manfaat praktis :

Bagi penulis, penelitian ini dapat mengasah penulis dalam membuat

karya tulis ilmiah serta menambah pengetahuan penulis mengenai

masalah yang diteliti. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat

menambah pengetahuan mengenai peran agensi dalam membantu

ketersediaan lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas.

Page 26: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

15

D. Tinjauan Pustaka

Dalam skripsi ini peneliti telah membaca beberapa referensi mengenai

beberapa permasalahan menyangkut penyangdang disabilitas. Dan saat ini

sudah banyak penelitian yang mulai memperhatikan keadaan penyandang

disabilitas. Penelitian yang dilakukan ada yang ditulis dalam bentuk jurnal,

skripsi, thesis maupun disertasi. Penelitian mengenai penyandang

disabilitas itu sendiri bermacam-macam, ada yang melakukan penelitian

dari sisi kesehatan, psikologis, aksesibilitas dan lain-lain. Kemudian berikut

ini adalah beberapa referensi bacaan yang relevan dengan penelitan yang

dilakukan oleh penulis, yaitu:

Pertama jurnal yang ditulis oleh Slamet Thohari, jurusan sosiologi

fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Brawijaya, dengan judul

“Pandangan Disabilitas dan Aksesibilitas Fasilitas Publik bagi Penyandang

Disabilitas di Kota Malang”. Dalam jurnal tersebut, menganilisi bagaimana

fasilitas-fasilitas yang ada di publik dapat dinikmati juga oleh penyandang

disabilitas dan juga menganilis bagaimana pandangan orang menilai

penyandang disabilitas. Aksesibilitas fasilitas publik dianggap penting

karena tanpa adanya aksesibilitas tersebut, penyandang disabilitas akan

mengalami kesulitan dalam melakukan mobilitas. Penelitian tersebut

menggunakan metode kuantitatif, dimana kesimpulan yang didapat

merupakan hasil data-data lapangan dan dari survey. Hasil dari penelitian

tersebut adalah, di Malang masih sangat minim fasilitas publik yang ramah

penyandang disabilitas, misalnya: dari 125 tempat yang dikategorikan

Page 27: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

16

sebagai tempat publik, 975 tidak memasang guiding block dan hanya 3%

yang memasang guiding block. Padahal guiding block adalah fasilitas

penting bagi tuna netra sehingga mereka dapa mandiri dalam beraktivitas.

Fasilitas publik lain seperti toilet, tempat parkir, tempat ibadah, pelayanan

pemerintahan, instansi pendidikan masih jauh dari aksesibilitas. Dan, dari

semua fasilitas umum di Kota Malang 72% tidak aksesibel, 24% aksesibel

dan 0% aksesibel sesuai dengan standard peraturan yang ada. Hasil

penelitian mengenai pandangan orang mengenai penyandang disabilitas

adalah data menunjukkan bahwa masyarakat menilai mereka adalah orang

yang memiliki kelebihan adalah sebanyak 15, 15%; dan mayoritas menilai

bahwa mereka adalah orang yang memiliki ketidak sempurnaan yaitu

sebanyak 37,35%; dan disusul dengan 24, 24% menganggap mereka adalah

orang yang perlu dikasihani; dan hanya 23, 23% di antara mereka yang

menganggap bahwa mereka adalah orang biasa sebagaimana yang lainnya.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa umumnya masyarakat

masih melihat penyandang disabilitas sebagai “ketidaknormalan”, dengan

standar kenormalan yang direproduksi terus-menerus dalam masyarakat

yaitu tubuh sebagaimana tubuh orang banyak. Data ini menunjukkan

bahwa masyarakat malang masih melihat penyandang disabilitas sebagai

orang “liyan” yang kemudian bisa berakibat pada stigma buruk dan

tindakan diskriminatif. (Thohari, 2014)

Page 28: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

17

Kedua, masih dengan penulis yang sama yaitu thesis yang ditulis oleh

Slamet Thohari, Jurusan Sosiologi di University of Hawai’i yang berjudul

“Contesting Conceptions of Disability in Javanese Society After The Suharto

Regime: The Case Of Yogyakarta, Indonesia”. Dalam thesisnya, membahas

penyandang disabilitas melalui perspektif sosiologi yang membahas mengenai

konsepsi diri penyandang disabilitas di Yogyakarta, melalui teori habitus dan

field Bourdeu. Penelitian ini ingin menjelaskan bagaimana konsepsi mengenai

penyandang disabilitas di Yogyakarta yang notabene merepukan salah satu

kota besar di Indonesia yang masih sangat kental tradisinya dan juga masih

kental nuansa Islaminya. Berkaitan dengan hal tersebut, Thohari juga

memasukkan tokoh pewayangan untuk sedikit menggambarkan mengeni

penyandang disabilitas yang ada di Yogyakarta.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengeksplorasi atau menjelaskan

bagaimana konsep disabilitas yang ada di dalam kehidupan masyarakat dan

bagaimana pula konsep tersebut memberi dampak pada kebijakan pemerintah

dalam hal kesehatan, pendidikan dan fasilitas publik. Dengan menggunakan

teori habitus, struktur mental atau kognitif yang digunakan aktor untuk

menghadapi realitas sosial. Konsep tersebut mengacu kepada konsep Jawa

yang menganggap disabilitas adalah sihir, konsep Islam yang meyakini

disabilitas sebagai objek amal atau ibadah, segi medis yang memandang

disabilitas sebagai kelainan, dan konsep sosial yang mengkonseptualisasikan

disabilitas sebagai konstruksi sosial. Seluruh konsep sangat kuat terhadap diri

Page 29: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

18

seorang penyandang disabilitas, namun yang terkuat ternyata adalah konsep

medis berdasarkan uraian fakta yang didapatkan.(Thohari, 2011)

Ketiga skripsi dari Joko Teguh Prakoso dari Universitas Sebelas Maret

yang berjudul “Proses dan Pola Interaksi Sosial Siswa Difabel dan Non-

Difabel di Sekolah Inklusif di Kota Surakarta”. Penelitian tersebut dilakukan

untuk Mengetahui proses dan pola interaksi siswa difabel dengan siswa non-

difabel di sekolah inklusif di Kota Surakarta. Adapun teori yang digunakan

untuk menganalisis pola interaksi antara siswa difabel dan non-difabel yaitu :

Teori Interaksionisme Simbolik, Teori Aksi dan Teori Kritis. Dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Joko, disimpulkan bahwa dalam proses

pembelajaran di sekolah dibutuhkan symbol-simbol atau pemaknaan tertentu

yang dikhususkan untuk siswa difabel agar dapat mempermudah dalam proses

belajar. Dalam melakukan setiap hal juga siswa difabel memiliki tujuan yang

disampaikan melalui interaksi baik dengan siswa sesama difabel maupun non-

difabel dan dengan guru. (Prakoso, 2010)

Keempat, skripsi yang ditulis oleh Angie Purbawisesa dari Universitas

Gajah Mada yang berjudul “Konsepsi Pembentukan Diri pada Penyintas

Difabel Fisik Pasca Gempa Bumi Yogyakarta Tahun 2006”. Berbeda dengan

penelitian yang sebelumya, pada penelitian ini sudah ditegaskan bahwa yang

menjadi objek penelitiannya hanyalah penyandang difabel fisik, walaupun

tidak lebih spesifik lagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemaknaan

kecacatan tubuh pada penyintas difabel fisik pasca gempa bumi yogyakarta

tahun 2006. Teori yang dipakai adalah teori interaksionisme simbolik, teori

Page 30: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

19

yang memiliki beberapa varian mengenai pengenalan diri sendiri ini dipakai

penelitinya untuk mencari tahu bagaimana penyintas difabel fisik memaknai

keadaannya, dan teori varian yang dipakainya yaitu teori konsep diri oleh

George Herbert Mead dan teori looking-glass self dari Charles Horton Cooley.

(Purbawisesa,2015)

Kelima, penelitian Febrilian Pratama, 2014 dengan judul “Peran

Komunitas Jakarta Barrier Free Tourism dalam aksesibilitas Transportasi

public bagi Difabel di DKI Jakarta Tahun 2012-2014”. Penelitian ini serupa

dengan penelitian dari jurnal Slamet Thohari yaitu, mengenai aksesibilitas

fasilitas umum bagi penyandang disabilitas. Penelitian yang dilakukan lebih

menitikberatkan pada bagaimana aksesibilitas bagi kaum difabel di Jakarta

berjalan. Menggunakan teori gerakan sosial baru. Kemudian hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa aksesibilitas publik ramah difabel masih

mengalami beberapa kekurangan. Ditunjukkan dari beberapa pembangunan

infrastruktur yang sudah ada tapi belum memenuhi azaz aksesibilitas bagi

difabel. Hasil yang didapat pun tidak jauh berbeda dengan penelitian yang

berada di Yogyakarta, hasilnya kota-kota besar sekalipun masih belum

aksesibel bagi penyandang disabilitas yang beraktivitas di publik (Pratama,

2014)

Page 31: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

20

Tabel 1.D.1. Matriks Tinjauan Pustaka

No Nama Penulis dan

Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1

Slamet

Thohari,2014.

Jurnal “Pandangan

Disabilitas dan

Aksesibilitas

Fasilitas Publik bagi

Penyandang

Disabilitas di Kota

Malang”

Umumnya masyarakat

masih melihat penyandang

disabilitas sebagai

“ketidaknormalan”.

Malang masih sangat

minim fasilitas publik yang

ramah penyandang

disabilitas, misalnya: dari

125 tempat yang

dikategorikan sebagai

tempat publik, 975 tidak

memasang guiding block

dan hanya 3% yang

memasang guiding block.

Meneliti

mengenai

penyandang

disabilitas

Tidak spesifik

kepada

disabilitas

tertentu. Fokus

penelitian

mengenai

pandangan dan

aksesibilitas

publik.

2

Slamet Thohari,

2011.

Thesis, “Contesting

Conceptions of

Disability in

Javanese Society

After The Suharto

Regime: The Case

Of Yogyakarta,

Indonesia”

Dengan menggunakan teori

habitus, struktur mental

atau kognitif yang

digunakan aktor untuk

menghadapi realitas sosial.

Konsep tersebut mengacu

kepada konsep Jawa yang

menganggap disabilitas

adalah sihir, konsep Islam

yang meyakini disabilitas

sebagai objek amal atau

ibadah, segi medis yang

memandang disabilitas

sebagai kelainan, dan

konsep sosial yang

mengkonseptualisasikan

disabilitas sebagai

konstruksi sosial. Seluruh

konsep sangat kuat

terhadap diri seorang

penyandang disabilitas,

namun yang terkuat

ternyata adalah konsep

medis berdasarkan uraian

fakta yang didapatkan.

Mengenai

kasus

penyandang

disabilitas

Teori yang

dipakai

berbeda, lebih

meneliti

bagaimana

konsepsi

mengenai

disabilitas.

Tidak berfokus

pada satu

disabilitas.

Page 32: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

21

3

Joko Teguh Prakoso,

2010

Skripsi: “Proses dan

Pola Interaksi Sosial

Siswa Difabel dan

Non-Difabel di

Sekolah Inklusif di

Kota Surakarta”.

Teori yang dipakai,

Interaksionisme simbilik,

Aksi dan Kritis.

Proses pembelajaran di

sekolah dibutuhkan

symbol-simbol atau

pemaknaan tertentu yang

dikhususkan untuk siswa

difabel agar dapat

mempermudah dalam

proses belajar. Dalam

melakukan setiap hal juga

siswa difabel memiliki

tujuan yang disampaikan

melalui interaksi baik

dengan siswa sesama

difabel maupun non-

difabel dan dengan guru.

Membahas

mengenai

penyandang

disabilitas

Fokus

terhadap

pemaknaan

yang dipakai

dalam proses

belajar untuk

murid difabel

disekolah

inklusif.

4

Angie Purbawisesa,

2015

Skripsi, “Konsepsi

Pembentukan Diri

pada Penyintas

Difabel Fisik Pasca

Gempa Bumi

Yogyakarta Tahun

2006”

Menggunakan teori

interaksionisme simbolik

dan teori konsep diri

Mead.

pembentukan konsep diri

dalam bentuk

pemaknaan kecacatan

tubuh yang bersifat

positif akan ditemui pada

difabel fisik penyintas

yang telah dapat

menerima kondisi

kecacatan tubuhnya.

Begitu pula sebaliknya,

kecacatan tubuh akan

dianggap sebagai

penghambat dalam

menjalani kehidupan

apabila mereka belum

berhasil menempuh fase

penerimaan diri atas

kecacatan tubuh.

Membahas

mengenai

isu

penyandan

g

disabilitas

Berfokus

pada

bagaimana

penyandang

disabilitas

mengkonseps

ikan diri

mereka

Page 33: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

22

5

Febrilian Pratama,

2014

Skripsi, “Peran

Komunitas Jakarta

Barrier Free

Tourism dalam

aksesibilitas

Transportasi public

bagi Difabel di

DKI Jakarta Tahun

2012-2014”

Menggunakan teori

gerakan sosial baru.

Hasilnya menunjukkan

bahwa aksesibilitas

publik ramah difabel

masih mengalami

beberapa kekurangan.

Ditunjukkan dari

beberapa pembangunan

infrastruktur yang sudah

ada tapi belum

memenuhi azaz

aksesibilitas bagi difabel.

Membahas

permasalah

an yang

dihadapi

oleh

penyandan

g

disabilitas.

Isu yang

dibahas

aksesibilitas

publik bagi

penyandang

disabilitas

Page 34: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

23

E. Kajian Teoritis

E.1. Landasan Teori

E.1.1. Teori Strukturasi

Teori strukturasi merupakan hubungan antara pelaku (tindakan)

dan struktur berupa relasi dualitas. Dualitas terjadi dalam “praktik sosial”

yang berulang dan terpola dalam lintas ruang dan waktu (Priyono,

2002:22).

Teori ini yang mengintegrasikan antara agen dan struktur. Giddens

mengatakan bahwa setiap riset dalam ilmu sosial atau sejarah selalu

menyangkut penghubungan tindakan (sering kali disinonimkan dengan

agen) dengan struktur. Namun dalam hal ini tak berarti bahwa struktur

menentukan tindakan atau sebaliknya (Ritzer dan Douglas, 2004:507).

Menurut teori strukturasi, domain dasar 9 kajian ilmu-ilmu sosial

bukanlah pengalaman aktor ataupun keberadaan setiap bentuk totalitas

kemasyarakatan, melainkan praktik-praktik sosial yang terjadi di

sepanjang ruang dan waktu. Aktivitas sosial memiliki tujuan bahwa

aktivitas-aktivitas sosial tidak dilaksanakan oleh aktor sosial melainkan

secara terus menerus mereka ciptakan melalui alat-alat yang digunakan

untuk mengekspresikan dirinya sendiri sebagai aktor (Ritzer, 2012: 889).

Giddens (2011) memaparkan, struktur tidak disamakan dengan

kekangan (constraint) namun selalu mengekang (constraining) dan

membebaskan (enabling). Hal ini tidak mencegah sifat-sifat struktur

system sosial untuk melebar masuk kedalam ruang dan waktu diluar

Page 35: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

24

kendali actor-aktor individu, dan tidak ada kompromi terhadap

kemungkinan bahwa teori-teori sistem sosial para aktor yang dibantu

ditetapkan kembali dalam aktivitasativitasnya bisa merealisasikan sistem-

sistem itu.

Struktur mengacu tidak hanya pada aturan-aturan yang disiratkan

dalam produksi dan reproduksi sistem-sitem sosial namun juga pada

sumberdaya-sumberdaya. Ketika Giddens menjelaskan sumber daya, ia

menyatakan bahwa individu menciptakan masyarakat dengan tidak sekadar

melakukan garukan melalui cara yang sederhana, tetapi lebih dahulu

menggambarkan sumber-sumber yang telah ada sebelumnnya. Adapun tiga

jenis sumber daya yang dmaksudkan ialah:

1. Makna-makna.

2. Moral (sistem nilai).

3. Kekuasaan (pola-pola dominasi dan pembagian kepentingan).

Struktur dan agensi (dengan tindakan-tindakannya) tidak dapat dipahami

secara terpisah. Pada tingkatan dasar, misalnya, orang menciptakan masyarakat,

namun pada saat yang sama orang juga dikungkung dan dibatasi (constrained)

oleh masyarakat. Bentuk paling kasar pemikiran yang telah direalisasikan masih

tetap tidak bisa menyentuh signifikansi dasar jangkauan pengetahuan aktor-aktor

manusia, karena jangkauan pengetahuan ditentukan oleh kesadaran diskursif

bukan kesadaran praktis.

Strukturasi memandang pentingnya praktik sosial baik dalam aksi

maupun struktur kehidupan masyarakat. Strukturasi mengacu pada “suatu

Page 36: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

25

cara dimana struktur sosial (social structure) diproduksi, direproduksi, dan

diubah di dalam dan melalui praktik”. Pengertian strukturasi dikaitkan dengan

konsep dualitas struktur, dimana struktur-struktur diproduksi dan

direproduksi baik oleh tindaka-tindakan manusia maupun melalui medium

tindakan social (Abercrombie dkk, 2010:560).

Menurut Giddens, agen dan struktur tak dapat dipahami dalam

keadaan saling terpisah, agen dan struktur ibarat dua sisi mata uang logam.

Seluruh tindakan sosial memerlukan struktur dan seluruh struktur

memerlukan tindakan sosial. Titik tolak analisis Giddens adalah tindakan

manusia, aktivitas “bukanlah dihasilkan sekali jadi oleh aktor sosial, tetapi

secara terus menerus mereka ciptakan ulang melalui suatu cara, dan

dengan cara itu juga mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktor

di dalam dan melalui aktivitas mereka, agen menciptakan kondisi yang

memungkinkan aktivitas ini berlangsung”. Aktivitas tidak dihasilkan

melalui kesadaran, melalui konstruksi tentang realitas, atau tidak

diciptakan oleh struktur sosial.

Dalam menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktor, orang terlibat

dalam praktik sosial dan melalui praktik sosial itulah baik kesadaran

maupun struktur diciptakan. Giddens memusatkan pada kesadaran atau

refleksivitas. Dalam merenung (reflexive) manusia tak hanya merenungi

diri sendiri, tetapi juga terlibat dalam memonitor aliran terus-menerus dari

aktivitas dan kondisi struktural. Secara umum Giddens memusatkan

perhatian pada proses dialektika dimana praktik sosial, struktur, dan

Page 37: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

26

kesadaran diciptakan. Jadi, Giddens menjelaskan masalah agen struktur

secara historis, processual, dan dinamis (Ritzer, 2012:889-890).

Agen tidak hanya berkaitan dengan struktur saja, tetapi juga

berkaitan dengan kekuasaan (power). Kekuasaan harus diterima sebagai

sesuatu yang tercipta di dalam dan melalui reproduksi dari struktur

dominasi. Kemudian, adapun kaitan antara kekuasaan dengan tindakan

yang dilakukan agen adalah, tindakan yang dilakukan oleh agen

meliputi penerapan cara untuk memperoleh hasil yang diinginkan

melalui intervensi langsung yang dilakukan aktor dalam kegiatan

tertentu.

Giddens memberikan penekanan terhadap agen. Menurutnya

agen mempunyai kemampuan untuk menciptakan pertentangan dalam

kehidupan sosial dan agen tidak berarti apa-apa tanpa kekuasaan yang

artinya aktor berhenti menjadi agen bila ia kehilangan kemampuan

untuk menciptakan pertentangan. Dalam aktor Giddens mengakuai

adanya paksaan atau pembatas terhadap aktor, tetapi tidak berarti

bahwa aktor tidak mempunyai pilihan dan tidak mempunyai peluang

untuk membuat pertentangan (Ritzer, 2012:892).

Page 38: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

27

E.1.2. Agensi

Agensi menurut Giddens ialah suatu konsep yang mengarah

terhadap aksi atau tindakan sosial yang dilakukan oleh agen sosial.

Tindakan sosial tersebut pada akhirnya mempunyai tujuan dan tidak

dipengaruhi. Agen sosial ini tidak melulu mengacu pada individu,

melainkan juga mengacu pada kelompok. Adanya interaksi aktif dari

para agen inilah yang membuat kita memahami mengenai persoalan

sosial. Kemudian yang dimaksud agensi oleh Giddens lebih mengarah

terhadap tindakan yang dilakukan oleh agen secara terus-menerus dan

berkesinambungan.(Giddens, h.11)

Agensi berkaitan erat dengan kejadian-kejadian yang

melibatkan agen sosial baik individu maupun kelompok sebagai pelaku

dalam suatu rangkaian prilaku tertentu. Apapun yang terjadi, tidak akan

terjadi jika agen sosial ini tidak terlibat didalam kejadian tersebut. Bagi

Giddens, agensi tidak mengacu pada maksud-maksud yang dimiliki

orang ketika melakukan sesuatu melaikan terutama pada kemampuan

dalam melakukan sesuatu itu. Sesuai dengan penekanan pada keagenan,

Giddens memberikan keksuasaan besar terhadap agen. Dengan kata

lain, menurutnya agen mempunyai kemampuan untuk menciptakan

pertentangan dalam kehidupan sosial dan bahkan ia lebih yakin lagi

bahwa agen tak berartu apa-apa tanpa adanya kekuasaan.

Page 39: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

28

Berdasarkan kedua penjelasan tentang agensi tadi, dapat

disimpulkan bahwa pengertian agensi mengacu pada tindakan yang

dilihat sebagai proses yang terus-menerus dan berkelanjutan, yang

dilakukan oleh agen. Giddens juga memberikan penekanan terhadap

perilaku intensional sebagai proses yang melibatkan aktivitas kehidupan

sehari-hari. Sedangkan dalam mengkonseptualisasikan kemampuan

pengetahuan agen sosial, tidak cukup hanya dengan membuat

perbedaan antara kesadaran dan ketidaksadaran. Bagi Giddens akan

lebih penting jika membedakannya ke dalam tingkat pengetahuan agen

tentang lingkungan sosial yang mereka ciptakan dan melalui tindakan

mereka antara kesadaran diskursif dan kesadaran praktis.

Kemudian Giddens juga pernah menulis yang berisikan

mengenai menjadi manusia berarti menjadi agen yang memiliki tujuan.

Manusia sebagai agen memperhitungkan ekpetasi-reaksi dari

lingkungan di sekitarnya dan perubahan kebutuhan atau keinginan saat

melakukan suatu tindakan. Dengan demikian suatu tindakan yang

dilakukan oleh agen pasti memiliki tujuan yang mampu dipahami dan

dijelaskan oleh pelakunya. (Nugraha, 2014:8)

Agensi yang merupakan tindakan yang dilakukan oleh agen,

yang bersifat sengaja maupun tidak sengaja ini menurur Giddens (1984)

kata sengaja yang dimaksudkan adalah merujuk kepada upaya

menyifati tindakan yang diketahui dan diyakini oleh agen yang akan

memiliki hasil atau kualitas tertentu jika agen menggunakan

Page 40: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

29

pengetahuan atas hal tersebut. Poole, Seibold dan Mc Phee memandang

saat terlibat dalam suatu agensi individu sadar dan paham mengenai apa

yang terjadi disekitarnya (West dan Turner,2007).

Agensi juga mengarah bukan pada suatu maksud yang dimiliki

orang dalam melakukan sesuatu, melainkan terhadap kemampuan untuk

melakukan hal-hal yang mengarah kepada suatu kekuasaan,

sebagaimana pengertian agen menurut Oxford English Dictionarry,

yaitu agen adalah merupakan seseorang yang mengeluarkan kekuasaan

atau menghasilkan suatu dampak di sekitarnya. Agensi tidak dapat

lepas dalam suatu peristiwa dimana agen adalah sebagai aktornya dalam

suatu kejadian perilaku tertentu, seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya karena apapun yang terjadi, tidak akan terjadi jika agen

tidak terlibat di dalamnya. (Poster dan Giddens, 2004:10-11)

Pengertian lainnya mengenai agensi yaitu, menurut Bourdieu

yang menjelaskan bahwa agensi adalah individu-individu yang terdapat

di masyarakat, yang kemudian agensi tersebut akan membentuk suatu

struktur sosial di dalam masyarakat. Bourdieu juga mengembangkan

sebuah konsep agen yang bebas dari voluntarisme yang bersifat

subjektivistik. Bourdie menganggap bahwa tindakan agem terhadap

hubungan-hubungan sosial yang obyektif tanpa tunduk pada determinis

struktur (Bourdieu, 2010).

Karena Giddens menaruh atau memberikan kekuasaan besar

terhadap agen, maka agen mempunyai kemampuan untuk menciptakan

Page 41: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

30

pertentangan dalam kehidupan sosial dan agen tidak akan berarti apa-

apa tanpa adanya suatu kekuasaan. Oleh karena itu bukanlah hal yang

aneh jika terjadi suatu pertentangan di dalam ruang sosial. Salah

satunya mengenai perjuangan kelas subordinan atas dominasi kelas

berkuasa atau bahkan perjuangan kelas dominan untuk melestarikan

kekuasaannya dengan bermacam strategi yang dilakukan oleh agen.

(Giddens, 2004:18-20).

E.1.3. Dualitas Struktur

Menurut teori strukturasi Giddens, hubungan antara agen dan

struktur bersifat dualitas, bukan hubungan dualisme. Dalam pandangan

Giddens, merupakan sesuatu yang sudah jelas jika dikatakan ada

perbedaan antara pelaku (agen, aktor) dan struktur, sebagaimana

dikatakan ada keterkaitan antara struktur dan pelaku atau sebaliknya.

(Priyono,2002:18)

Bentuk strukturasi dalam pandangan Giddens, terdapat sifat

dualitas pada struktur. Yakni, struktur sebagai medium, dan sekaligus

sebagai hasil dari tindakan-tindakan agen yang diorganisasikan secara

berulang. Maka properti-properti struktural dari suatu sistem sosial

sebenarnya tidak berada di luar tindakan, namun sangat terkait dalam

produksi dan reproduksi tindakan-tindakan tersebut. Struktur dan agensi

(dengan tindakan-tindakannya) tidak bisa dipahami secara terpisah.

Pada tingkatan dasar, misalnya, orang menciptakan masyarakat, namun

pada saat yang sama orang juga dikungkung dan dibatasi oleh

Page 42: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

31

masyarakat. Struktur diciptakan, dipertahankan, dan diubah melalui

tindakan-tindakan agen. Sedangkan tindakan-tindakan itu sendiri diberi

bentuk yang bermakna hanya melalui kerangka struktur. Teori

Strukturasi memusatkan pada praktik sosial yang berulang itu yang

pada dasarnya adalah sebuah teori yang menghubungkan antara agen

dan struktur keduanya. Antara agen dan struktur tidak dapat dipisahkan

(Ansori, 2007:5-6 unpublised paper)

Dengan demikian, teori strukturasi menjelaskan upaya

pengintegrasian antara agen dan struktur melalui cara yang tepat dan

dimaksudkan sebagai dualitas dan hubungan yang bersifat dualitas

antara agen dan struktur. Walaupun nantinya struktur tidak

mementukan agen dan juga sebaliknya, namun agen maupun struktur

tidak akan ada tanpa kehadiran yang lainnya. Oleh karena itu keduanya

harus dilihat secara dinamis (Ivonilia, 2009).

E.2. Definisi Konseptual

E.2.1. Pengertian Penyandang Disabilitas

Istilah penyandang disabilitas atau orang-orang yang memiliki

perbedaan kemampuan seringkali dikenal dengan istilah “difable” (differently

abled people) atau sekarang ini lebih dikenal dengan istilah “disabilitas”,

dimana masalah yang terkait dengan disabilitas masih jarang mendapatkan

perhatian dari pemerintah maupun masyarakat di Indonesia. Terminologi lain

yang digunakan untuk menyebut “difable” ini antara lain adalah “penyandang

cacat”, “orang berkelainan”, atau “orang tidak normal”. Istilah tersebut

Page 43: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

32

sebenarnya tidak “bebas nilai”, artinya ada pemahaman nilai tertentu yang

telah dipaksakan oleh sekelompok masyarakat tertentu yang “melabelkan” dan

mendominasi kelompok masyarakat lain. (Harahap dan Bustanuddin, Jurnal

Inovatif, 2015 : 18).

Menurut Masduki dalam Reisa (2011), difabel merupakan sebuah

sebutan untuk orang-orang yang hidup dengan kekurangan baik fisik maupun

mental (cacat). Kata difabel itu muncul sekitar tahun 1998 di Yogyakarta yang

digagas oleh aktivis gerakan penyandang cacat dari lembaga-lembaga yang

menaungi isu mengenai penyandang difabel untuk memperhalus sebutan yang

ditujukan bagi para penyandang cacat. (Reisa, 2011:3)

Kemudian, disabilitas itu sendiri merupakan kesulitan atau

ketergantungan dalam melakukan aktifitas essensial secara mandiri, seperti

melakukan peran tertentu, mengurus dirinya kebutuhan dirinya, dan hidup

sendiri di rumah, serta untuk melakukan aktivitas penting yang menyangkut

kualitas hidup. (Linda, dkk, 2004:1)

Istilah yang 'menang' dan resmi dalam ratifikasi CRPD (Convention

on the Rights of People with Disability) adalah "Penyandang Disabilitas". Dari

bentuknya, istilah ini mengganti istilah "cacat" dengan "disabilitas”. CRPD

yaitu konvensi tentang Hak-hak Difabel/Penyandang Disabilitas, telah

diratifikasi oleh Negara Republik Indonesia dalam Undang-Undang Negara

Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 (selanjutnya disingkat UU

No.19/2011) tentang Pengesahan CRPD. CRPD merupakan instrument HAM

internasional dan nasional dalam upaya Penghormatan, Pemenuhan dan

Page 44: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

33

Perlindungan Hak difabel di Indonesia (Development tool and Human Rights

Instrument). Tujuan konvensi ini adalah untuk memajukan, melindungi, dan

menjamin kesamaan hak dan kebebasan yang mendasar bagi semua

penyandang disabilitas, serta penghormatan terhadap martabat penyandang

disabilitas sebagai bagian yang tidak terpisahkan. (Harahap dan Bustanuddin,

Jurnal Inovatif, 2015: 21).

Masyarakat mengenal istilah disabilitas atau difabel sebagai seseorang

yang menyandang cacat. Banyak yang mengartikan bahwa penyandang

disabilitas adalah individu yang kehilangan anggota tubuh atau struktur

tubuhnya. Hal tersebutlah yang membuat disabilitas diidentikkan dengan suatu

kecacatan yang terlihat saja. Pembatasan makna disabilitas dengan kecacatan

inilah yang membuat adanya undercoverage, sehingga pendataan disabilitas

mengacu pada konsep kecacatan yang menghasilkan data yang underestimate.

(bps.go.id-artikel, 2014).

Terdapat beberapa jenis orang dengan kebutuhan khusus atau

penyandang disabilitas. Ini berarti bahwa setiap penyandang disabilitas

memiliki defenisi masing-masing yang mana kesemuanya memerlukan

bantuan untuk tumbuh dan berkembang secara baik. Jenis-jenis penyandang

disabilitas, yaitu:

1. Disabilitas Mental. Kelainan mental ini terdiri dari:

a. Mental Tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual,

di mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata

dia juga memiliki kreativitas dan tanggungjawab terhadap tugas.

Page 45: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

34

b. Mental Rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas

intelektual/IQ (Intelligence Quotient) di bawah rata-rata dapat

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow

learnes) yaitu anak yang memiliki IQ antara 70-90. Sedangkan

anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak

berkebutuhan khusus.

c. Berkesulitan Belajar Spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan

dengan prestasi belajar (achievment) yang diperoleh.

2. Disabilitas Fisik. Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu:

a. Kelainan Tubuh (Tuna Daksa). Tunadaksa adalah individu yang

memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-

muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau

akibat kecelakaan (kehilangan organ tubuh), polio dan lumpuh.

b. Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra). Tunanetra adalah

individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra

dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total

(blind) dan low vision.

c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu). Tunarungu adalah individu

yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen

maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam

pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam

berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.

Page 46: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

35

d. Kelainan Bicara (Tunawicara), adalah seseorang yang mengalami

kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal,

sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.

Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan

bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan

disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang

disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun

adanya gangguan pada organ motorik yang berkaitan dengan

bicara.

3. Tunaganda (disabilitas ganda). Penderita cacat lebih dari satu

kecacatan, yaitu cacat fisik dan mental (Reefani, 2013:17)

Dari penjelasan diatas, dalam penelitian ini penulis memilih untuk

menggunakan istilah penyandang disabilitas untuk menggantikan kata

cacat, penulis mengikuti istilah yang telah disepakati oleh CRPD dan telah

diratifikasi oleh Negara Republik Indonesia dalam Undang-Undang

Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011.

E.2.2. Tuna netra

Aqila (2014:36-37), Tunanetra merupakam sebutan untuk individu

yang mengalami gangguan pada indra penglihatan. Pada dasarnya, tunanetra

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Buta Total.

Buta Total bila tidak dapat melihat dua jari dimukanya atau

hanya melihat sinar atau cahaya yang lumayan dapat

Page 47: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

36

dipergunakan untuk orientasi mobilitas. Mereka tidak bisa

menggunakan huruf lain selain huruf Braille.

2. Low Vision.

Low Vision adalah mereka yang bila melihat sesuatu, mata

harus didekatkan atau mata harus dijauhkan dari objek yang

dilihatnya, atau mereka yang memiliki pandangan kabur ketika

melihat objek.

Banyak yang menjadi penyebab ketunanetraan pada diri seseorang,

salah satunya adalah terjadi malformasi dari retina untuk kelainan saraf

optik dan malforasi selebral. Kemudian penyebab ketunanetraan antara

lain:

1. Faktor Internal

Penyebab ketunanetraan ini merupakan berasal dari diri

seseorang contohnya; gen atau sifat bawaan keturunan,

kekurangan gizi, keracunan obat, dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal

Penyebab ketunanetraan ini tidak secara alami melekat pada diri

seseorang atau tidak dialami sejak bayi, misalnya; kecelakaan, terkena

penyakit sipilis yang mengenai matanya saat dilahirkan, pengaruh alat

bantu medis saat proses persalinan sehingga syarafnya rusak, suhu tubuh

yang terlalu tinggi, dan peradangan mata karena penyakit bakteri atau

virus.

Page 48: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

37

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian

kualitatif. Menurut Creswell (1998:15)., metode penelitian kualitatif

merupakan sebuah proses penyelidikan untuk memahami suatu masalah sosial

atau manusia, didasarkan pada penciptaan gambaran holistik lengkap yang

dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci,

dan disusun dalam sebuah latar ilmiah. Syarifudin Hidayat dan Sedarmayanti

(2011:200) memiliki pandangan berbeda mengenai penelitian kualitatif yang

menyatakan bahwa penelitian untuk mengungkap gejala holistik-kontekstual

menjadi pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan peneliti

sebagai instrumen kunci.

Metode ini dipilih karena dalam penyusunan skripsi, penulis

membutuhkan sebuah informasi yang akurat serta dapat lebih mendalami

sebuah permasalahan yang sedang digali oleh peneliti. Menurut Wiratna

(2014:6) penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian

tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi

organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain.

Menurut Wiratna (2014:22) menyatakan bahwa studi kasus

merupakan penelitian tentang manusia (dapat suatu kelompok, organisasi

maupun individu), peristiwa, latar secara mendalam, tujuan dari penelitian ini

mendapatkan gambaran yang mendalam tentang suatu kasus yang sedang

Page 49: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

38

diteliti. Dengan adanya studi kasus dapat mempermudah peneliti mendalami

sebab dan tujuan Yayasan Mitra Netra memperjuangkan membantu tunanetra

mendapatkan pekerjaan yang layak.

Menurut Robert K. Yin (2006:1) menambahkan bahwa metode studi

kasus tepat digunakan ketika permasalahan yang diangkat di dalam penelitian

berkenaan mengenai masalah-masalah kekinian. Isu mengenai penyandang

disabilitas ini selalu menjadi permasalahan yang mendapatkan perhatian dari

berbagai elemen, baik dari masyarakat biasa, para akademisi, bahkan

pemerintah.

2. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua jenis data yang pada nantinya akan digunakan sebagai

sumber yaitu data primer dan sekunder. Menurut Wiratna (2014) berdasakan

sumbernya, data dibagi menjadi :

a. Data primer : Data yang diperoleh dari informan berupa hasil wawancara

antara peneliti dengan narasumber. Informan dalam

penelitian ini adalah pengurus yayasan, intruktur pelatihan

dan klien yayasan.

b. Data sekunder : Data yang didapat dari catatan, data, dokumen yang dimiliki

oleh Yayasan Mitra Netra yang terkait dengan

ketenagakerjaan dan data sekunder sebagai pendukung dari

data primer.

Page 50: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

39

Teknik-teknik yang digunakan dalam memperoleh data yang relevan

dan akurat, yaitu: seperti yang dinyatakan oleh Wiratna (2014:33) bahwa

observasi partisipasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan dimana

peneliti terlibat dalam keseharian informan. Observasi akan dilakukan di

Yayasan Mitra Netra yang berlokasi di Lebak Bulus, Jakarta timur.

Pengamatan yang dilakukan adalah mengikuti kegiatan atau proses pelatihan

kerja yang dilakukan oleh pengurus maupun anggota, untuk mengetahui apa

saja yang diajarkan agar mereka siap mendapatkan pekerjaan.

b. Wawancara

Pada umumnya wawancara digunakan sebagai media dalam memperoleh

informasi dan bisa sebagai pembuktian terhadap informasi dan isu yang sedang

diteliti. Wiratna menyatakan bahwa wawancara merupakan kegiatan untuk

memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang

diangkat dalam penelitian (2014:31). Dalam proses wawancara juga tidak

dilakukan sembarangan, narasumber yang dipilih harus sesuai dengan kriteria

tertentu agar data yang diperoleh bisa relevan dan akurat. Jenis wawancara yang

akan digunakan yaitu wawancara terarah (guided interview) seperti yang

dinyatakan oleh Wiratna (2014:32) yaitu peneliti menanyakan kepada subyek

yang diteliti berupa pertanyaan-pertanyaan yang menggunakan pedoman yang

disiapkan sebelumnya.

Page 51: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

40

3. Subjek dan Lokasi penelitian

a. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah beberapa pengurus Yayasan Mitra Netra yang

bertugas atau yang memahami mengenai program ketenaga kerjaan dan beberapa

penyandang disabilitas netra yang mengikuti pelatihan kerja. Dalam proses

seleksi, diperlukan kriteria-kriteria khusus bagi subjek penelitian. Penelitian ini

difokuskan klien dan pengurus Yayasan Mitra Netra :

1. Subjek penelitian merupakan pengurus yayasan sebanyak 3 orang dan

instruktur pelatihan dalam bidang tenaga kerja sebanyak 4 orang.

2. Subjek penelitian yang merupakan anggota adalah mereka yang sedang

dalam proses pelatihan sebanyak 3 orang. Dan tambahan 1 orang staff dari

PT. Candra Intech Perkasa.

Subjek utama dalam melakukan penelitian ini adalah pengurus yayasan

yang bertugas di bagian ketenaga kerjaan, sedangkan yang menjadi subjek

pendukung adalah instruktur beberapa program pelatihan yang diadakan oleh

yayasan dan juga klien yayasan yang sedang dan atau sudah selesai mengikuti

pelatihan di yayasan.

Page 52: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

41

Tabel II.F.1. Daftar Nama Informan

No Nama Keterangan Jenis Kelamin Tempat Wawancara

1 Aria

Indrawati Pengurus Perempuan Yayasan Mitra Netra, jakarta

2 M. Akhyar Pengurus Laki-laki Yayasan Mitra Netra, jakarta

3 Herman Pengurus Laki-laki Yayasan Mitra Netra, jakarta

4 Suryo

Pramono Instruktur Laki-laki Yayasan Mitra Netra, jakarta

5 Irma

Hikmayanti Instruktur Perempuan Yayasan Mitra Netra, jakarta

6 Arie

Moersas Instruktur Laki-laki Yayasan Mitra Netra, jakarta

7 Oki Kurnia Instruktur Laki-laki Yayasan Mitra Netra, jakarta

8 Juwita

Maulida Klien Perempuan Yayasan Mitra Netra, jakarta

9 Windra Klien Laki-laki Yayasan Mitra Netra, jakarta

10 NA Klien Perempuan Yayasan Mitra Netra, jakarta

11 Candra

Putra

Staff PT.

Candra

Intech

Laki-laki Kantor PT. Candra Intech

Perkasa

b. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Yayasan Mitra Netra di Lebak Bulus, Jakarta

Timur. Lokasi tersebut merupakan tempat yang penulis pilih sebagai studi kasus

dalam penelitian ini. Dimana yayasan tersebut memiliki program pelatihan

ketenaga kerjaan bagi tunanetra.

Page 53: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

42

4. Metode analisis data

Data-data yang telah terkumpul melalui library research dan field

research selanjutnya dianalisis secara kualitatif, dan penarikan kesimpulan

dengan mempergunakan logika berfikir deduktif sehingga diperoleh gambaran

yang jelas dan menyeluruh mengenai agensi Mitra Netra dalam

memperjuangkan pekerjaan bagi penyandang disabilitas dan apa saja yang

menjadi hambatannya.

Analisis data dengan cara mengumpulkan data-data dari hasil observasi,

wawancara, yang direduksi membentuk suatu kesimpulan atau penyajian data

informasi dari data yang ada. Kesimpulan penelitan diambil berdasarkan hasil

pemahaman dan pengertian, yang menghasilkan suatu interpretasi gejala-

gejala, fakta-fakta secara sistematis dan akurat, sehingga membentuk sebuah

kesimpulan berdasarkan data-data yang terkumpul.

Menurut Miles dan Faisal dalam Wiratna (2014) bahwa analisis data

berlangsung secara bersama-sama dengan proses pengumpulan data dengan

alur tahapan sebagai berikut :

a. Reduksi data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang

tereperinci. Laporan tersebut disusun berdasarkan data yang diperoleh

kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, dan difokuskan

pada hal-hal yang penting.

Page 54: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

43

b. Penyajian data yang diperoleh dikategorikan menurut pokok permasalahan dan

dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat

pola-pola hubungan satu data dengan data lainya.

c. Penyimpulan dan verifikasi, kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih

lanjut dari kegiatan reduksi dan penyajian data. Kesimpulan yang diperoleh

pada tahap awal biasanya kurang jelas, tetapi pada tahap-tahap selanjutnya

akan semakin tegas dan memiliki dasar yang kuat. Kesimpulan sementara perlu

diverifikasi. Teknik yang dapat digunakan adalah triangulasi sumber data dan

metode, diskusi teman sejawat.

d. Kesimpulan akhir, diperoleh berdasarkan kesimpulan sementara yang telah

diverifikasi. Kesimpulan final diharapkan dapat diperoleh setelah pengumpulan

selesai.

Page 55: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

44

BAB 2

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Latar Belakang Yayasan Mitra Netra

Yayasan yang didirikan pada tanggal 14 Mei 1991 ini merupakan yayasan

yang bersifat independen, karena tidak berafiliasi dengan organisasi sosial politik

ataupun organisasi keagamaan manapun. Beberapa pendiri utama yayasan ini

adalah penyandang disabilitas tuna netra. Yayasan Mitra Netra adalah organisasi

nirlaba yang memusatkan programnya pada upaya meningkatkan kualitas dan

partisipasi penyandang disabilitas tunanetra di bidang pendidikan dan lapangan

pekerjaan. Yayasan Mitra Netra sebagai lembaga yang berkecimpung di bidang

ketunanetraan, dalam merencanakan dan melaksanakan program kerjanya,

Yayasan Mitra Netra menggunakan pendekatan kemitraan, yaitu kemitraan antara

tunanetra dan saudara-saudara lain yang berpenglihatan, setra kemitraan antara

Yayasan Mitra Netra dan lembaga-lembaga lain agar terciptanya sinergi yang

baik. Hal tersebut terlihat dalam struktur organisasi yayasan yang terdiri dari

tunanetra dan mereka yang berpenglihatan.

Kemudian adapun yang melatar belakangi didirikannya Yayasan Mitra

Netra adalah sebagai berikut:

1. Belum adanya kesamaan kesempatan melalui kesetaraan perlakuan

bagi tunanetra baik di bidang pendidikan ,aupun di bidang tenaga

kerja.

Page 56: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

45

2. Belum tersedianya sarana atau layanan yang khusus bagi tunanetra

secara memadai baik di bidang pendidikanmaupun di bidang tenaga

kerja.

B. Legalitas Yayasan Mitra Netra

1. Akte Notaris, No.31/Notaris Agus Majid, Tanggal 14 Mei 1991.

2. Surat izin Dinas Sosial DKI Jakarta No. 387/ORSOS/1992.

3. Surat izin BKKKS DKI Jakarta No.

054/BKKKS/KU/SK/DU/IX/1996.

4. Surat izin Kanwil Depsos DKI Jakarta No.387/ORSOS/1992.

5. Telah tercantum dalam Lembaran Negara Republik Indonesia

No.100 pada tanggal 14 Desember 2001.

C. Lokasi Yayasan Mitra Netra

Yayasan Mitra Netra pada awal berdirinya berlokasi di Salemba,

kemudian pada tahun 1995 Yayasan Mitra Netra belum menempati lokasi yang

tetap. Sehingga harus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Kemudian pada tahun 1996-1997 Yayasan Mitra Netra oleh Mendiknas diizinkan

untuk menempati Sekolah Luar Biasa (SLB) yang terletak di Lebak Bulus, Jakarta

Selatan. Kemudian, tahun 2002 hingga kini, Yayasan Mitra Netra telah memiliki

gedung sendiri yang terletak di Jl. Gunung Balong II.58 Lebak Bulus II, Jakarta

Selatan.

Page 57: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

46

D. Visi, Misi dan Fungsi Yayasan Mitra Netra

1. Visi Yayasan Mitra Netra

Dalam upaya memberikan perannya di bidang pemberdayaan tunanetra

di Indonesia, kemudian yayasan ini memiliki visi yaitu “Berfungsi sebagai

pengembang dan penyedia layanan, guna terwujudnya kehidupan

tunanetra yang mandiri, cerdas dan bermakna dalam masyarakat yang

inklusif.”

2. Misi Yayasan Mitra Netra

Sebagai sebuah layanan dan pelatihan bagi tuna netra dan organisasi

lain, yayasan ini hadir ditengah-tengah masyarakat dengan misi untuk:

a. Mengurangi dampak ketunanetraan melalui rehabilitasi,

seperti trauma dan kesiapan diri bagi tunanetra dewasa

(tunanetra baru)

b. Mengembangkan potensi tunanetra melalui pendidikan dan

pelatihan.

c. Memperluas peluang kerja tunanetra melalui upaya

difersifikasi dan penempatan kerja.

d. Mengembangkan keahlian dan sarana khusus bagi tunanetra

melalui penelitian.

e. Meningkatkan kemampuan lembaga penyedia layanan bagi

tunanetra yang lain dengan menyebarluaskan keahlian serta

produk yang dihasilkan.

Page 58: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

47

f. Melakukan advokasi guna mendorong terwujudnya

masyarakat inklusi, yang mengakomodir berbagai jenis

perbedaan.

3. Fungsi Yayasan Mitra Nitra

Berpangkal pada visi dan misi yang telah dijelaskan di atas, adapun

fungsi Yayasan Mitra Netra adalah :

a. Sebagai pendorong terwujudnya layanan rehabilitasi mental

bagi tunanetra oleh konselor sesama tunanetra.

b. Sebagia penunjang pendidikan bagi tunanetra, terutama

sistem pendidikan terpadu.

c. Sebagai pengembang sumber dya manusia dan peluang

kerja tunanetra

d. Sebagai pengembang model penanganan dan layanan

ketunanetraan.

e. Sebagai pengembang peralatan ketunanetraan.

E. Struktur Organisasi dan Staff

Yayasan Mitra Netra dikepalai oleh seorang direktur eksekutif yang secara

langsung mengawasi kelima bagian di bawahnya, yang dikepalai oleh Kepala

Bagian. Pada setiap bagiannya membawahi beberapa seksi yang dikepalai oleh

beberapa seksi (Kasi).

Page 59: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

48

Berikut ini susunan struktur organisasi Yayasan Mitra Netra :

Pembina Yayasan

1. Ketua : drg. Anita Ratnasari Tanjung, MARS

2. Wakil Ketua Pembina : Imas Fatimah, SH, MKn

3. Anggota : Lusie Indrawati,SH, MBA.

Ir. Ratna Iswahyuni

Pengurus Yayasan

1. Ketua: Drs. Bambang Basuki

2. Sekretaris: Drs. Mohammad Ahyar

3. Bendahara: M. Nurizal, SE, MSi.

Kepala Bagian Yayasan

1. Kabag. Personalia & Umum: Tri Winarsih

2. Kabag. Keuangan: Abdul Wahid, S.E.I

3. Kabag. Humas: Aria Indrawati, S.H.

4. Kabag. Rehabilitasi & Diklat: Muizzudin Hilmi

5. Kabag. Produksi Buku & Perpustakaan: Indah Lutfiah, SPd.

6. Kabag. Penelitian & Pengembangan: Nur Ichsan

Page 60: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

49

F. Program dan Layanan Yayasan Mitra Netra

1. Program Bagian Rehabilitasi

Program rehabilitasi Yayasan Mitra Netra dilaksanakan dengan tujuan:

a. Membantu memulihkan keseimbangan mental dan psikologis bagi

mereka yang baru mengalami ketunanetraan, baik dalam kategori

buta total maupun low vision, hingga mereka dapat menerima

ketunanetraannya, memiliki harapan baru akan masa depan mereka

dan dapat merumuskan langkah yang akan ditempuh setelah

mengalami kebutaan.

b. Memberikan bekal kemampuan dan keterampilan dasar

ketunanetraan yang dibutuhkan untuk mempersiapkan para

tunanetra agar dapat hidup mandiri dan berfungsi di lingkungan

masyarakat.

Program rehabilitasi yang dilaksanakan meliputi:

a. Menyelenggarakan layanan konseling yang diberikan oleh konselor

sesama tunanetra. Layanan ini merupakan sebuah layanan yang

diselenggarakan untuk membantu memulihkan keseimbangan

psikologis, mental serta sosioemosional bagi mereka yang baru

mengalami penurunan atau hilangnya fugsi penglihatan. Layanan

ini juga dilakukan untuk membantu para tunanetra mengatasi

berbagai permasalahan psikologis dan sosioemosional yang

dihadapi di dalam kehidupan sehari-hari.

Page 61: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

50

b. Menyelenggarakan pelatihan orientasi dan mobilitas

Pelatihan orientasi dan mobilitas adalah sebuah pelatihan yang

bertujuan untu membekali para tunanetra dengan kemampuan dan

keterampilan memanfaatkan keseluruhan indra dalam upaya

mengenali lingkungan, bergerak, dan berpindah dari satu tempat ke

tempat yang lain, serta untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara

efektif dan aman. Pelatihan orientasi dan mobilitas dilakukan oleh

dua instruktur yang profesional dengan metode pengajaran

individual. Pelatihan ini berlangsung kurang lebih 3 bulan, dengan

memperhatikan derajat ketunanetraan klien, serta berpusat pada

kebutuhan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Dan

diharapkan tunanetra yang telah mengikti pelatihan menjadi pribadi

yang lebih mandiri.

c. Menyelenggarakan pelatihan membaca dan menulis Braille.

Membaca dan menulis merupakan aktivitas yang penting dalam

kehidupan. Aktivitas membaca dan menulis memungkinkan

seseorang dapat menempuh pendidikan, memperoleh pekerjaan,

mendapatkan informasi berbentu tulisan, melakukan komunikasi

dan mendapatkan hiburan.

Untuk itu Yayasan Mitra Netra menyelenggarakan kursus baca

tulis huruf Braille bagi para tunanetra baru sebelum mendapatkan

Page 62: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

51

pendidikan atau pelatihan lebih lanjut. Kusrus tersebut dilaksanakan

oleh seorang instruktur dengan waktu kurang lebih 2 bulan.

2. Program Pendidikan

Di bidang pendidikan, Yayasan Mitra Netra menyediakan layanan

khusus bagi tunanetra yang menempuh pendidikan secara inklusi di sekolah

umum dan perguruan tinggi, yaitu:

1. Layanan pendampingan, meliputi pendampingan pendaftaran,

pendampingan belajar, pendampingan ujian, tutorial, konseling serta

advokasi.

2. Menyediakan layanan perpustakaan yang menyediakan buku khusus

untuk tunanetra, baik dalam bentuk Braille maupun buku bicara atau

audio (buku dalam bentuk kaset atau CD)

3. Menyelenggarakan kursus-kursus untuk membantu kemandirian

tunanetra dalam menempuh pendidikan, yaitu:

a. Kursus abakus

Kursus yang diperuntukkan membantu siswa tunanetra

dalam mengikuti mata pelajaran eksakta, agar dapat

menghitung dengan cepat. Dalam kursus ini, Yayasan Mitra

Netra bekerjasama dengan Yayasan Aritmatika Indonesia

untuk melatih 2 orang staff menjadi instruktur pada kursus

tersebut.

Page 63: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

52

b. Kursus mengetik manual 10 jari

Kursus ini untuk memberikan bekal keterampilan pada

tunanetra yang menjadi klien, khususnya siswa dan

mahasiswa tunanetra yang mengikuti pendidikan terpadu

agar dapat mengerjakan tugas lebih mandiri.

c. Kursus Komputer

Kursus ini ada sebagai tindak lanjut dari kursus megetik 10

jari, dengan tujuan mereka memungkinkan memperoleh

akses terhadap komputer yang merupakan sarana bantu

pendidikan atau kerja dengan teknologi tinggi. Bagi

tunanetra, untuk dapat mengakses komputer, pada

komputer tersebut harus diinstalkan peralatan khusus baik

berupa software yang dapat merubah tampilan pada

monitor menjadi suara atau software dan hardware khusus

pada braille display.

3. Program Informasi dan Komunikasi

a. Memperoleh buku untuk tunanetra, baik dalam bentuk buku braillle

maupun buku bicara.

b. Mengembangkan layanan perpustakaan Braille online pada

www.kebi.or.id sebagai metode media kerjasama antar lembaga yang

memproduksi buku Braille di Indonesia.

Page 64: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

53

c. Mengembangkan layanan perpustakaan sebagai pusat data dan

informasi.

d. Mengembagkan pusat layanan internet bagi tunanetra, dengan

menyediakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak

pembaca layar dan akses internet, yang dapat digunakan secara cuma-

cuma.

e. Mengembangkan mailing list sebagai media komunikasi dan diskusi

tentang masalah ketunanetraan dan kecacatan lain pada

[email protected]

4. Program Bagian Ketenagakerjaan

Latar Belakang munculnya program ketenagakerjaan, yaitu

sebagaimana manusia lainnya, setelah menyelesaikan pendidikan, tunanetra

juga seharusnya bekerja, agar mereka dapat mandiri secara ekonomi, menjadi

manusia yang bermakna di masyarakat, dan tidak lagi menjadi beban keluarga

serta masyarakat.

Melalui program "diversifikasi peluang kerja bagi tunanetra", Mitra

Netra menyediakan serangkaian layanan yang bertujuan:

1. Secara berkesinambungan mencari peluang kerja yang dapat

atau bahkan lebih produktif jika dilakukan tunanetra.

2. Mempersiapkan tunanetra baik dari sisi ketrampilan fisik (hard

skill) maupun ketrampilan halus (soft skill) untuk memasuki

peluang tersebut.

Page 65: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

54

3. Membangun komunikasi dengan perusahaan maupun lembaga

pemerintah untuk membuka peluang kerja bagi tunanetra.

4. Mengupayakan magang kerja bagi tunanetra agar memiliki

pengalaman bekerja.

5. Mempromosikan tunanetra ke masyarakat yang telah siap

untuk ditempatkan sebagai karyawan.

6. Mempersiapkan tunanetra yang berminat untuk berwirausaha

agar dapat mulai merintis usaha sendiri.

Jenis layanan yang disediakan oleh Mitra Netra adalah :

1. Bimbingan karir pekerjaan lanjutan.

2. Pelatihan ketrampilan halus sebagai persiapan bekerja (soft skill pre

employment training).

3. Magang kerja.

4. Promosi tenaga kerja tunanetra ke masyarakat.

5. Penempatan tenaga kerja tunanetra baik di perusahaan maupun

instansi pemerintah.

6. Memberikan pendampingan intensif di tiga bulan pertama setelah

penempatan kerja.

7. Peminjaman alat kerja berupa komputer dan scanner jika tunanetra

memeerlukan untuk magang kerja.

Fasilitas Layanan yang disediakan oleh Yayasan Mitra Netra, yaitu:

Page 66: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

55

1. Tempat pelatihan

2. Komputer laptop

3. Scanner

4. Bahan pelatihan kerja (job training) yang dapat dibaca secara

mandiri oleh tunanetra.

Waktu Layanan yang diberikan kepada para tunanetra, antaralain:

1. Bimbingan karir pekerjaan : 10 jam pertemuan

2. Pelatiahn ketrampilan halus : 50 jam pertemuan

3. Magang kerja : 3 bulan

4. Pemantauan intensif di awal penempatan kerja : 3 bulan

Syarat & Ketentuan Layanan yang harus dipenuhi oleh tunanetra yang

ingin mengikuti layanan ketenagakerjaan di Yayasan Mitra Netra, adalah sebagai

berikut:

1. Pendidikan minimal SMA atau yang sederajat

2. Memiliki ketrampilan menggunakan komputer tingkat dasar,

yaitu Ms word dan internet, namun jika peluang pekerjaan

membutuhkan kualifikasi lebih maka persyaratan akan

ditambah sesuai permintaan perusahaan.

3. Memiliki kemauan dan kesungguhan untuk bekerja.

4. Bersedia mengikuti tahapan yang ditetapkan.

5. Program Pelatihan dan Pengembangan

Page 67: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

56

Sebagai sebuah lembaga yang mengembangkan dan menyediakan

layanan khusus bagi tunanetra, menyelenggarakan kegiatan di bidang

penelitian merupakan salah satu program prioritas di Yayasan Mitra Netra.

Secara umum, kegiatan penelitian yang diselenggarakan dapat dibagi menjadi

dua kategori, yaitu:

1) Penelitian yang secara langsung berkaitan dengan teknologi

2) Penelitian yang berkaitan dnegan masalah sosial, terutama dalam

bidang pendidikan dan ketenagakerjaan.

G. Jaringan Kerjasama yang dimiliki Yayasan Mitra Netra

Untuk mendukung berjalannya semua program dan layanan yang ada di

yayasan ini, kemudian Mitra Nitra pun menjalin kerjasama dengan beberapa

lembaga agar semua program dan layanan dapat berjalan dengan maksimal dan

para tunanetra yang mengikutinya mendapatkan pelayanan yang maksimal.

Di bawah ini adalah lembaga yang menjadi jaringan kerjasama Yayasan

Mitra Netra, yaitu:

1. Lembaga Internasional

1) AusAID (The Australian Agency for International Development)

2) Abilis Foundation, Finlandia

3) APCD (Asia Pacific Development Center on Disability)

4) DAISY Consortium, Swiss

5) Force Foundation, Belanda

Page 68: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

57

6) Foundation Dark & Light Blind Care (sekarang Light for The

World), Belanda

7) Helen Keller International (HKI) Indonesia

8) Inverso Baglivo Foundation, Amerika Serikat

9) ICEVI (International Council of Education for People with Visual

Impairment)

10) Lilian Foundation, Belanda

11) ONNET (Overbrook Nippon Network on Educational

Technology)

12) The Nippon Foundation, Jepang

13) VSO (Volunteer Service Overseas)

2. Lembaga Lokal dan Korporasi

1) Bank BCA

2) Bank Panin

3) Bank Permata

4) Citibank

5) Coca Cola Foundation

6) Diageo Foundation

7) Djarum Foundation

8) ExxonMobil Oil Indonesia

9) Federal International Finance.

10) Hewlett-Packard (HP) Indonesia.

Page 69: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

58

11) IBM Indonesia.

12) Kick Andy Foundation.

13) Maverick Communication Counsultant.

14) Medco Group.

15) Microsoft Indonesia.

16) Penebar Swadaya.

17) Perusahaan Gas Negara (PT PGN)

18) Standard Chartered Bank.

19) TIFA Foundation, Indonesia.

20) Trubus Media Swadaya.

21) UPS Cardig International.

22) Yayasan Mitra Mandiri.

23) Zentha Hitawasana

3. Pemerintah

1) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

2) Bank Indonesia.

3) Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

4) Dinas Sosial DKI Jakarta.

5) Kementerian Komunikasi dan Informasi RI.

6) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

7) Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI.

8) Kementerian Sosial RI.

9) Mahkamah Konstitusi RI

Page 70: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

59

4. Perguruan Tinggi

1) Universitas Bina Nusantara, Jakarta

2) Universitas Dian Nuswantoro, Semarang

3) Universitas Indonesia

4) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta

5) Universitas Negeri Jakarta.

6) Universitas Negeri Surabaya.

7) Universitas Tarumanagara, Jakarta.

Kerjasama yang dilakukan oleh Mitra Netra sudah banyak yang

memberikan keuntungan, contohnya Mitra Netra mendapatkan donatur dan

sponsor kegiatan serta Mitra Netra bisa menyalurkan klien bekerja di Bank

swasta. Program-program yang diadakan oleh Mitra Netra juga sudah banyak

yang memberikan manfaat bagi klien. Hasil observasi dan wawancara

menunjukkan dengan adanya program konseling membuat tunanetra menjadi

lebih mengerti apa yang mereka butuhkan dan apa yang harus mereka lakukan.

Mereka yang menjadi tunanetra saat dewasa juga menjadi bisa lebih menerima

keadaan tersebut. Dari program pendidikan memudahkan klien yang seorang

mahasiswa dalam mengerjakan tugas kuliah menggunakan laptop dengan kursus

10 jari dan kursus komputer yang mereka ikuti selama menjadi klien Mitra Netra.

Page 71: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

60

BAB III

AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM MEMPERJUANGKAN

LAPANGAN PEKERJAAN

A. Peran Mitra Netra dalam Mengimplementasikan Regulasi Pemerintah

Tentang Kesempatan Bekerja Bagi Penyandang Disabilitas

Pada bagian ini penulis akan membahas hasil penelitian mengenai

bagaimana Mitra Netra mengimplementasikan regulasi pemerintah dalam

membantu tunanetra yang menjadi klien untuk mendapatkan pekerjaan

berdasarkan data dan informasi yang merupakan hasilkan dari proses

wawancara dengan para informan. Pemerintah dalam tugasnya dalam

melindungi dan memperhatikan hak penyandang disabilitas sebagai warga

negaranya dalam persoalan mendapatkan pekerjaan, membuat aturan-aturan

yang tertuang dalam Undang-Undang.

Dalam hal ketenagakerjaan, peraturan tentang kuota diatur secara jelas

dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1998

Tentang Upaya Peningkatan Kesejateraan Sosial Penyandang Cacat yang

terdapat dalam Pasal 28 yang berbunyi: “Pengusaha harus mempekerjakan

sekurangkurangnya 1 (satu) orang penyandang cacat yang memenuhi

persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan sebagai pekerja pada

perusahannya untuk setiap 100 (seratus) orang pekerja perusahaannya”. Pada

kenyataannya perusahaan yang mempekerjakan penyandang disabilitas masih

sangat minim. Pada dasarnya pekerja merupakan bagian dari faktor produksi

Page 72: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

61

yang sangat penting bagi perusahaan, karena dapat mempengaruhi kegiatan

perusahaan. Hal tersebut dikarenakan pekerja merupakan faktor produksi

yang dapat mengelola faktor produksi lain perusahaan (Nababan, hal 1).

Undang-Undang terbaru yang mengatur mengenai pemenuhan hak

penyandang disabilitas dalam mendapatkan pekerjaan tertuang dalam

Undang-undang No. 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas pada

bagian keempat mengenai Pekerjaan, Kewirausahaan, dan Koperasi. Pada

pasal 53 yang berbunyi :

1. Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara,

dan Badan Usaha Milik Daerah wajib mempekerjakan paling

sedikit 2% (dua persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah

pegawai atau pekerja.

2. Perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling sedikit 1%

(satu persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau

pekerja.

Dalam usahanya dalam membantu pemerintah agar aturan-aturan yang

dibuat dapat di implementasikan. Aturan-aturan yang negara buat dalam

bentuk Undang-Undang berusaha diterjemahkan oleh Mitra Netra. Undang-

undang No.8 tahun 2016 diatas menjadi acuan dan mempertegas bahwa

penyandang disabilitas memiliki hak yang sudah diatur oleh pemerintah,

kemudian yang menjadi tugas Mitra Netra adalah bagaimana caranya agar

aturan yang sudah jelas ada bisa berjalan dengan baik dan dapat dinikmati

oleh penyandang disabilitas tunanetra yang menjadi klien Mitra Netra.

Page 73: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

62

Pengusaha dalam merekrut pekerja sangat berhati-hati, sehingga dapat

mempekerjakan pekerja yang memiliki kualitas dan dapat bekerja maksimal

bagi perusahaan. Penyandang disabilitas bagi sebagian orang salah satunya

pengusaha, masih dipandang sebagai seseorang yang tidak dapat bekerja

dengan baik dan tidak memiliki keahlian. Bahkan masih banyak pihak yang

menganggap penyandang disabilitas sebagai seseorang yang tidak sehat

secara fisik maupun mental. Hal ini menyebabkan pengusaha ragu

mempekerjakan penyandang disabilitas, dan menyebabkan kuota 1% tersebut

masih sulit dilaksanakan.

Oleh karena itu, Mitra Netra berusaha untuk membongkar stigma yang

ada di masyarakat bahwa sebenarnya penyandang disabilitas tunanetra bisa

bekerja dengan baik dan juga bisa memiliki keahlian yang dapat menunjang

kegiatan mereka dalam bekerja. Dalam hal ini pengurus dan instruktur Mitra

Netra berperan penting agar tunanetra yang menjadi klien bisa mendapatkan

keahlian agar bisa mendapatkan pekerjaan. Mitra Netra melalui program

ketenagakerjaan berusaha membukakan peluang untuk tunanetra agar bisa

bersaing di dalam dunia kerja.

Mitra Netra melakukan upaya-upaya untuk membantu tunanetra agar

dapat melewati hambatan-hambatan yang selama ini menghambat mereka

dalam mendapatkan pekerjaan, yaitu dengan cara membuka upaya kerjasama

dengan instansi pemerintahan, perusahaan swasta, dan individu yang

bertujuan untuk mendapatkan donatur untuk dana operasional Mitra Netra,

Page 74: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

63

karena Mitra Netra tidak memiliki dana pasti untuk kebutuhan operasional

(non-profit).

Seperti penjelasan berikut ini:

Kita ini LSM sepenuhnya uangnya mobilisasi sumber daya,

dananya dari masyarakat tidak ada dana pribadi. Jadi kita juga

melakukan kerjasama untuk mendapatkan donasi selain juga

kerjasama supaya bisa membantu klien bekerja. (Wawancara

dengan Akhyar, salah satu pengurus Mitra Netra, Jakarta, 20 Juli

2017)

Maka dari itu, Mitra Netra membangun relasi sebanyak mungkin

untuk mendapatkan donator untuk dana operasional dalam menjalankan

kegiatan-kegiatan di Mitra Netra. Seperti yang dikatakan oleh ibu Aria

berikut ini:

Kami tidak menerima subsidi dari pemerintah, tunanetra tidak

mendapatkan subsidi pemerintah. Kalaupun pemerintah memberi

hanya sedikit, tidak seberapa besarnya. Kami mendapat bantuan

dana dari donatur, dulu masih dari luar negeri saja memang, tapi

untuk saat ini sudah mulai banyak lembaga yang menjadi donatur.

Bahkan individu juga sudah ada beberapa yang menjadi donatur

kami. (wawancara dengan Aria, salah satu pengurus Mitra Netra,

Jakarta, 5 Mei 2017)

Dipertegas lagi oleh Suryo:

Tapi untuk saat ini Mitra termasuk yang sudah mandiri, tidak

sepenuhnya mengandalkan donatur. Ya sekitar 50% lah kita bisa

mandiri. Dulu sempat kita sangat kekurangan dana, sampai harus

mengeluarkan tenaga pengajar karena tidak sanggup membayar

mereka. Itu berat sekali karena harus memilih siapa yang akan tetap

bertahan dan yang harus keluar. Begitulah kira-kira tantangan

lembaga non-profit (wawancara dengan Suryo, salah satu instruktur

Mitra netra, Jakarta, 8 Mei 2017).

Selain itu, kerjasama yang dilakukan juga untuk membuka peluang

tunanetra untuk bekerja, Mitra Netra menyalurkan klien yang sudah siap

Page 75: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

64

bekerja ke perusahaan-perusahaan yang menjadi relasi Mitra Netra. Proses

awalnya Mitra Netra yang menyerahkan proposal permohonan bantuan dana

kepada perusahaan atau instansi pemerintah, lalu selanjutnya relasi dengan

sendirinya memberikan bantuan atau mensponsori jika Mitra Netra sedang

mengadakan acara ataupun membutuhkan sesuatu. Proses yang sama juga

saat membangun relasi dengan perusahaan yang mempekerjakan penyandang

disabilitas tunanetra, Mitra Netra memberikan proposal dan mengaudiensi

pihak perusahaan agar mau menerima pegawai penyandang disabilitas

tunanetra. Seperti yang ditarakan oleh Windra:

Ada yang sebagai sponsor, waktu itu saya lupa perusahaan mana

bagi-bagi tongkat, jam bicara sama voice recorder. Keuntungan

lainnya sudah pasti Mitra mempunyai jalur untuk menyalurkan

tenaga kerja ke perusahaan. (Wawancara dengan Windra, salah satu

klien Mitra Netra, Jakarta, 10 Juni 2017)

Setelah terjadi kesepakatan dan sudah ada yang bekerja di tempat

tersebut, kedepannya perusahaan tersebut yang nantinya akan menghubungi

Mitra Netra jika sedang membuka lowongan atau membutuhkan pekerja

dengan kategori penyandang disabilitas tunanetra. Dengan adanya informasi

dari internet dan bahkan dari media televisi yang memberitakan mengenai

Mitra Netra, maka ada juga perusahaan yang datang untuk melakukan

kerjasama baik sebagai donatur maupun sebagai mitra dalam mempekerjakan

tunanetra yang menjadi klien Mitra Netra.

Pada awal berdirinya, program yang diadakan oleh Mitra Netra lebih

diutamakan untuk program pendidikan karena melihat fakta lapangan pada

saat itu di mana pendidikan bagi tunanetra sangat minim dan akses yang tidak

Page 76: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

65

mudah. Terutama bagi tunanetra yang masih bersekolah mereka hanya bisa

menempuh pendidikan di Sekolah Luar Biasa saja, padahal seharusnya sudah

banyak sekolah inklusif yang bisa menerima murid tunanetra tentu saja

didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Hal tersebut sejalan

dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Aria selaku Humas Mitra Netra, sebagai

berikut:

Mitra Netra ini didirikan awalnya lebih concern ke pendidikan

lebih dahulu. Jadi karena di awal tahun 90-an itu fasilitas dan

layanan pendukung pendidikan untuk tunanetra, khususnya untuk

tunanetra yang sekolah di sekolah reguler hingga perguruan tinggi

itu nyaris tidak ada. Saya pun bisa lulus kuliah lebih karena

dukungan keluarga sebenarnya, bukan karena pemerintah

memfasilitasi saya.( Wawancara dengan Aria, salah satu pengurus

Mitra Netra, Jakarta, 5 Mei 2017)

Adanya program ini karena melihat kenyataan yang ada jika pada

dasarnya semua orang pasti membutuhkan pekerjaan, setelah mendapatkan

pendidikan yang baik tentu saja tujuannya adalah mendapatkan pekerjaan

yang baik pula. Bagi orang-orang yang tidak memiliki hambatan secara fisik

dan mental saja merasakan sulitnya mendapatkan pekerjaan, apalagi mereka

yang memiliki kesulitan dalam melihat tentu saja membutuhkan

pendampingan khusus dan usaha yang lebih besar dibandingkan orang-orang

yang tidak memiliki hambatan. Maka dibuatlah program ketenagakerjaan

yang berlandaskan munculnya program tersebut adalah karena mulai banyak

pemikiran bahwa jika tunanetra sudah mendapatkan pendidikan, maka harus

juga mendapatkan pekerjaan sebagai tujuan akhirnya.

Page 77: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

66

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Aria, berikut ini:

Kita harus break to stigma. Jadi program peluang kerja itu berjuang

keras membongkar image secara perlahan bahwa tunanetra tidak

identik dengan tukang pijat, karena tunanetra bisa melakukan

pekerjaan lain asal pekerjaan itu membutuhkan kemampuan

berfikir, berbicara dan berkomunikasi bisa. Kecuali pekerjaan yang

membutuhkan penglihatan seperti pilot, dan supir. (Wawancara

dengan Aria, salah satu pengurus Mitra Netra, Jakarta, 5 Mei 2017)

Dengan adanya program ketenagakejaan yang disediakan oleh Mitra

Netra diharapkan bahwa kedepannya pandangan masyarakat akan berubah

mengenai tunanetra. Bahwa tunanetra juga dapat melakukan pekerjaan lain,

dalam hal ini tentunya untuk tunanetra yang tidak disertai dengan

permasalahan lain dan tidak mengalami hambatan kecerdasan. Apa yang

dikatan oleh Ibu Aria benar adanya, bahwa selama pekerjaan tersebut

bukanlah mengendarai kendaraan tentu saja masih memungkinkan untuk

dilakukan oleh tunanetra. Seperti yang di ungkapkan oleh Suryo selaku

instruktur komputer di Mitra Netra:

Sebenarnya banyak hal yang dapat dilakukan oleh tunantera selain

memijat ya mba, contohnya saya saja bisa menjadi tenaga pengajar

sebagai instruktur komputer. Bahkan di Newyork pernah ada

walikotanya tunanetra. Jadi selama tunanetra memiliki kemauan

dan adanya wadah untuk melatih kemampuan maka tunanetra akan

memiliki pekerjaan yang lebih layak. (Wawancara dengan Suryo,

salah satu instruktur Mitra Netra, Jakarta, 8 Mei 2017)

Page 78: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

67

Adapun jenis layanan yang disediakan di dalam program

ketenagakerjaan untuk menunjang kesiapan tunanetra dalam mendapatkan

pekerjaan adalah :

1. Bimbingan karir pekerjaan lanjutan.

2. Pelatihan ketrampilan halus sebagai persiapan bekerja (soft skill

pre employment training).

3. Magang kerja.

4. Promosi tenaga kerja tunanetra ke masyarakat.

5. Penempatan tenaga kerja tunanetra baik di perusahaan maupun

instansi pemerintah.

6. Memberikan pendampingan intensif di tiga bulan pertama setelah

penempatan kerja. Bentuk pendampingannya yaitu salah satu

pengurus Mitra Netra mendampingi dan memberikan pengarahan

kepada klien yang sudah diterima bekerja di perusahaan tersebut.

7. Peminjaman alat kerja berupa komputer dan scanner jika tunanetra

memerlukan untuk magang kerja. (www.mitranetra.or.id, di akses

20 Juli 2017, 16:00 WIB)

Beberapa kelas pelatihan yang disediakan adalah :

1. Pelatihan membaca huruf braile

2. Pelatihan mengoperasikan komputer bicara, di dalamnya termasuk

belajar mengoperasikan Ms. Word, Ms.Excel, dan Ms. Power Point

3. Pelatihan bahasa asing

4. Kelas minat dan bakat yaitu, theater dan musik

5. Pemograman

Page 79: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

68

Dalam mengikuti pelatihan, klien yang bergabung dengan program

ketenagakerjaan Mitra Netra harus memenuhi syarat dan ketentuan yang

berlaku, yaitu:

1. Pendidikan minimal SMA atau sederajat.

2. Memiliki kemampuan komputer tingkat dasar. Pelatihan ini bisa

klien dapatkan di dalam program lain, sebelum mengikuti program

ketenagakerjaan.

3. Memiliki kemauan dan kesungguhan untuk bekerja.

4. Bersedia mengikuti tahapan yang ditetapkan.

Pelatihan yang diberikan tidak hanya hardskill tapi juga softskill,

karena untuk terjun ke dunia pekerjaan kedua hal tersebut memiliki peran

penting, terutama untuk mereka yang memiliki hambatan penglihatan.

Pelatihan hardskill seperti, pelatihan mendasar yaitu membaca braile,

menggunakan komputer bicara yang pada awal berdirinya Mitra Netra belum

tersedia komputer bicara, maka saat itu alat yang digunakan untuk melatih

tunanetra mengetik 10 jari adalah mesin ketik. Kemudian diadakan pelatihan

softskill seperti, orientasi mobilitas, pengembangan bakat dan pengembalian

kepercayaan diri. Tunanetra diajarkan mengetik 10 jari agar memudahkan

mereka jika suatu saat mereka harus bisa mengetik di komputer.

Seperti penjelasan Aria berikut ini:

Di dalam program ini, kami ada pelatihan yang disediakan oleh

Mitra Netra untuk klien ada pre-employment training. Jadi kami

menyediakan pelatihan hardskill dan softskill. Semua klien yang

baru bergabung itu biasanya pertama ikut pelatihan braile ya, lalu

pelatihan mengoperasikan komputer bicara. Tapi dulu kan belum

ada ya, jadi waktu awal kami menggunakan mesin ketik biasa

melatih mereka mengetik dengan 10 jari. Dari pelatihan ini kami

harapkan klien bisa mandiri dan mempersiapkan mereka untuk

bekerja. Tapi waktu awal belum ada pelatihan softskill, jadi dulu

Page 80: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

69

klien hanya dapat pelatihan hardskill. Tapi seiring berjalannya

waktu kami melihat bahwa tunanetra juga perlu dibekali dengan

dengan softskill yang baik. (Wawancara dengan Aria, salah satu

pengurus Mitra Netra, Jakarta, 5 Mei 2017)

Program yang kemudian berkembang dengan adanya pelatihan

pemograman dan bagaimana cara berselancar di dunia maya yang diharapkan

dapat membantu para client yang sedang dalam masa sekolah ataupun kuliah

untuk mempermudah dalam mengerjakan tugas. Sebelum tahun 2000an Mitra

Netra juga menyediakan laptop yang bisa dipinjam oleh klien yang sedang

menempuh pendidikan jika membutuhkan untuk mengerjakan tugas sekolah

ataupun tugas kuliah. (Observasi, Mitra Netra, Jakarta, 15 Mei 2017)

Selain itu, program-program baru juga diadakan sesuai dengan minat

dan bakat klien, seperti adanya kelas bahasa asing yaitu, Bahasa Inggris dan

Bahasa German, kelas teater dan kelas musik. Dengan adanya kegiatan baru

yang diadakan oleh Mitra Netra, terlihat bahwa Mitra Netra serius dalam

memfasilitasi klien, penulis melihat adanya beberapa fasilitas yang disediakan

berupa studio musik, meja tenis untuk yang gemar olahraga, alat musik

angklung, perpustakaan yang telah disiapkan untuk tunanetra, aula kecil

untuk berlatih theater dan dapur kecil yang diperuntukkan kelas memasak

lengkap dengan peralatan masak (Observasi 30 Mei 2017).

Harapannya adalah jika klien memiliki bakat dan di asah dengan baik

akan sangat baik jika dapat dijadikan suatu pekerjaan. Adanya penambahan

program baru tersebut memiliki alasan tersendiri yang seperti yang

diungkapkan oleh Ahyar sebagai berikut:

Page 81: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

70

Kami melakukan survey sederhana pada tahun 2008 mengenai

kebutuhan lain agar tunanetra bisa mendapatkan pekerjaan, hanya

15 orang memang yang menjadi sampel tapi sudah mewakili

beberapa kelompok, yaitu mereka yang sudah bekerja, sudah lulus

S1 tapi belum bekerja, mahasiswa dan mereka yang masih di

bangku SMA. Hasilnya adalah perlunya berbagai keterampilan

yang harus ditambahkan, yaitu pelatihan softskill. Saat itu kami

mendapatkan volunteer dari Irlandia yang mampu mengadaptasi

permasalahan pekerjaan untuk tunanetra. (wawancara dengan

Ahyar, salah satu pengurus Mitra Netra, Jakarta, 20 Juli 2017)

Hal tersebut senada dengan apa yang diutarakan oleh Mas Ari selaku

instruktur teater yang masuk di dalam program softskill di Mitra Netra bahwa

tunanetra juga membutuhakan pelatihan softskill yang dapat menambah nilai

plus dalam mencari pekerjaan, yaitu:

Awalnya itu aku diminta salah satu murid aku di Sanggar Ananda

untuk mengajar teater untuk acara ulangtahun Mitra Netra.

Awalnya pas dateng ke sini itu aku juga baru tahu kalau ini itu

yayasan tunanetra saat itu dikasih penjelasan sama ketua yayasan

Pak Bambang, awalnya aku sempet down gimana nih ngajar theater

tunanetra tapi saat itu aku malah punya visi misi sendiri di diri aku

agar dapat membantu mewujudkan keinginan mereka (client

tunanetra), karena untuk mereka akan sangat menyenangkan jika

apa yang menjadi minat mereka bisa menjadi suatu pekerjaan yang

menghasilkan. (wawancara dengan Ari, salah satu instruktur Mitra

Netra, Jakarta, 30 Mei 2017)

Mitra Netra bertugas untuk membuka peluang sebesar-besarnya untuk

membantu tunanetra bisa mendapatkan pekerjaan. Apa yang dilakukan oleh

Mitra Netra yaitu, melakukan kerjasama dengan perusahaan dan menyediakan

program ketenagakerjaan yang di dalamnya berisikan pelatihan-pelatihan agar

tunanetra mampu bersaing dalam mendapatkan pekerjaan merupakan bagian

dari praktik sosial yang sudah mulai melembaga.

Page 82: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

71

B. Pengembangan Kemampuan Agensi Penyandang Disabilitas

Dalam mencapai tujuannya mendapatkan pekerjaan yang layak, tentu

saja dibutuhkan pengembangan kualitas bagi penyandang disabilitas agar siap

bersaing di dalam dunia kerja. Dalam upayanya agar penyandang disabilitas

memiliki kualitas daya saing yang bagus, mereka yang bergabung dengan

Mitra Netra mengikuti pelatihan-pelatihan yang disediakan oleh Mitra Netra.

Mitra Netra sendiri memiliki beberapa program yang disediakan untuk klien

agar penyandang disabilitas mampu survive ditengah-tengah masyarakat.

Penyandang disabilitas yang bergabung dengan Mitra Netra sebagian besar tahu

Mitra Netra bisa memberikan pelatihan-pelatihan untuk menunjang diri mereka

dalam mendapatkan pekerjaan adalah melalui berita di televisi dan melalui

internet. Seperti yang dikatakan oleh Juwita berikut ini:

Aku itu tahu Mitra dari berita di televisi ya, waktu aku sudah agak

lama jadi tunanetra terus aku liat salah satu talkshow gitu membahas

Mitra Netra. Dari situ aku mulai cari-cari infonya lewat internet, aku

juga menemukan web Mitra. Kemudian membujuk orangtua aku

untuk mengizinkan aku pindah ke Jakarta untuk bergabung dengan

Mitra Netra, tapi tujuan awal aku masih sebatas biar bisa mandiri dan

bisa kuliah aja (wawancara dengan Juwita, 8 Mei 2016, salah satu

klien Mitra Netra, Jakarta)

Penyandang disabilitas yang mengikuti pelatihan-pelatihan yang

disediakan oleh Mitra Netra di dalam program ketenagakerjaan, selain itu

beberapa klien Mitra Netra juga pernah mengikuti pertemuan mahasiswa tingkat

nasional yang membahas persoalan yang tunanetra hadapi. Hasil dari pertemuan

tersebut adalah diadakannya konsultasi bimbingan karir yang disediakan oleh

Mitra Netra bagi kliennya yang mengikuti program ketenagakerjaan. Hasil

wawancara dengan informan juga menjelaskan bahwa Mitra Netra adalah

Page 83: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

72

tempat pertama yang mereka datangi untuk mengikuti pelatihan-pelatihan

agar mendapatkan pekerjaan. Selain itu, sebelum mengikuti program

ketenagakerjaan ada juga yang mengikuti program pendidikan dan berhasil

mempermudah mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pelatihan yang diikuti oleh klien adalah pelatihan hardskill dan juga

softskill. Pelatihan hardskill seperti, pelatihan mendasar yaitu membaca

braile, menggunakan komputer bicara yang pada awal berdirinya Mitra Netra

belum tersedia komputer bicara, maka saat itu alat yang digunakan untuk

melatih tunanetra mengetik 10 jari adalah mesin ketik, mengoperasikan

Ms.Word, Ms.Excel dan pemograman berbasis web. Kemudian diadakan

pelatihan softskill seperti, orientasi mobilitas, pengembangan bakat dan

pengembalian kepercayaan diri.

Giddens (2004:10-11) berpendapat bahwa konsepsi agensi itu sendiri

mengarah terhadap tindakan sosial yang dilakukan aktor secara berulang-

ulang yang mengarah terhadap praktek sosial nantinya akan memiliki tujuan

dan berpengaruh terhadap suatu sistem sosial. Penyandang disabilitas yang

menjadi klien Mitra Netra dalam perannya sebagai agensi, kapasitasnya

dalam melakukan tindakan untuk mendapatkan pekerjaan yaitu dengan cara

mengikuti pelatihan-pelatihan yang disediakan oleh Mitra Netra secara terus-

menerus dan berkesinambungan.

Dari beberapa pelatihan yang disediakan oleh Mitra Netra,

penyandang disabilitas yang menjadi klien bebas memilih pelatihan apa saja

yang ingin mereka ikuti, kecuali untuk pelatihan dasar seperti membaca braile

Page 84: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

73

dan mengoperasikan Ms.Office dengan komputer bicara serta pelatihan

orientasi mobilitas. Sedangkan untuk pelatihan tambahan seperti, Bahasa

Inggris, Bahas German, pengembangan minat dan bakat yaitu, teater, musik,

dan memasak adalah pelatihan yang tidak wajib diikuti oleh klien. Klien

Mitra Netra bisa memilih sesuai minat dan bakatnya yang sekiranya dapat

menunjang kemampuannya untuk mendapatkan pekerjaan yang mereka

inginkan.

Penyandang disabilitas yang mengikuti pelatihan di dalam program

ketenagakerjaan diberikan jadwal dalam seminggu ada 3 kali pertemuan

masing-masing pertemuan pelatihan diberikan selama 2 jam. Adapun

pelatihan terbagi dalam kelas individual dan kelompok, tergantung dengan

kebutuhan penyandang disabilitas yang mengikuti pelatihan. Untuk kelas

yang kelompok biasanya terdiri dari 5-6 klien dalam satu kelas.

Salah satu informan yang memilih pengembangan minat dan bakat

kelas teater adalah NA. Menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan

informan NA, salah satu yang menjadi alasan mengapa NA memilih kelas

teater adalah dia ingin melatih kepercayaan dirinya yang dia rasa hilang

setelah mengalami kehilangan penglihatan. Selain itu juga melatih

kemampuannya dalam berakting, dan juga menjadikan dia menjadi sosok

yang mudah dalam bersosialisasi dengan klien lainnya. Selain mengikuti

kelas teater, NA juga mengikuti kelas Bahasa Inggris untuk menambah

kemampuannya dalam berbahasa asing, karena saat ini menurut NA banyak

perusahaan yang mencari pegawai yang bisa berbahasa asing.

Page 85: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

74

Ada juga klien bernama Juwita, yang mengikuti kelas pemograman

berbasis web. Dari hasil wawancara dengan Juwita, didapatkan alasannya

adalah karena Juwita adalah seorang mahasiswi jurusan komunikasi di

Universitas Muhammadiyah Jakarta, maka dipilih pelatihan tersebut untuk

menunjang perannya sebagai mahasiswa komunikasi. Juwita juga mengikuti

program pendidikan yang disediakan oleh Mitra Netra sebelum mengenyam

pendidikan di perguruan tinggi, melalui program pendidikan tersebut

membantu Juwita dalam proses untuk bisa masuk ke perguruan tinggi.

Mitra Netra berperan memberikan pendampingan, yang meliputi

pendampingan belajar persiapan masuk, pendampingan pendaftaran,

pendampingan ujian, diberikan konseling, advokasi dan disediakannya

fasilitas perpustakaan. Setelah menjadi mahasiswi, Juwita mengikuti program

ketenagakerjaan. Adapun manfaat yang Juwita rasakan adalah dengan

mengikuti pelatihan-platihan yang disediakan dan adanya pendampingan dari

Mitra Netra Juwita bisa magang di Tingweb yang merupakan salah satu

digital brand.

Dengan adanya pelatihan minat dan bakat yang disediakan oleh Mitra

Netra, membuat penyandang disabilitas yang menjadi klien Mitra Netra

menjadi lebih kreatif. Mereka yang mengikuti kelas teater dan musik

angklung sering tampil dalam acara-acara baik yang diadakan oleh Mitra

Netra, atau undangan dari perusahaan dan sekolah-sekolah. Hal ini

menunjukkan bahwa penyandang disabilitas juga bisa berkarya dan membuat

penyandang disabilitas lain termotivasi agar bisa berkarya.

Page 86: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

75

Jika pelatihan minat dan bakat tidak semua penyandang disabilitas

mengikuti kelas yang disediakan, jika untuk pelatihan orientasi mobiltas semua

penyandang disabilitas atau klien Mitra Netra mengikti pelatihan ini. Karena

pelatihan ini cukup penting untuk penyandang disabilitas melakukan kegiatan

sehari-hari dengan bantuan tongkat. Dengan adanya pelatihan ini membuat

penyandang disabilitas menjadi mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari di

rumah, di sekolah atau kampus, bahkan di tempat mereka bekerja. Walaupun

dalam prosesnya, sebelum benar-benar melakukan mobilitasnya tanpa bantuan

orang lain, tentu saja penyandang disabilitas diberikan pendampingan atau

arahan mengenai tempat tersebut, misalnya seperti memberitahu letak pintu

masuk dan keluar, letak toilet, letak meja kerja mereka dan jalan menuju tangga

atau lift. Dalam hal ini dibutuhkan penyesuaian yang membutuhkan waktu

tergantung dengan masing-masing individu penyandang disabilitas itu sendiri.

Sejak diadakannya program ketenagakerjaan oleh Mitra Netra sudah

ada beberapa pekerjaan yang berhasil didapatkan oleh klien, yaitu:

1. Operator telepon.

2. Telemarketing.

3. Call Center.

4. Receptionist.

5. Penulis di salah satu brand digital.

6. Freelancer mengajar komputer bicara, bahasa Inggris dan bahasa

german.

7. Translator.

8. Wirausaha.

Page 87: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

76

Dengan berhasilnya tunanetra bekerja di lingkungan dengan orang-

orang yang tidak tunanetra membuktikan bahwa tunanetra sebenarnya bisa

bekerja dengan baik dan memiliki keahlian jika dilatih, hal ini mematahkan

stigma mengenai tunanetra tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak.

Untuk jumlah pasti sudah ada berapa klien yang bekerja, penulis tidak

mendapatkan data tertulisnya dari Mitra Netra. Perusahaan yang sudah

berhasil membuka kerjasama dengan Mitra Netra untuk penyaluran klien

untuk bekerja baru sebatas Bank swasta seperti beberapa diantaranya, yaitu

CIMB Niaga, Permata Bank dan Standart Charted.

Penyandang disabilitas yang sudah berhasil mendapatkan pekerjaan

beberapa diantaranya tidak melalui perantara Mitra Netra, mereka melamar

sendiri ke perusahaan atau sekolah inklusi. Persoalan lainnya mengenai

peraturan pemerintah yang dirasakan oleh tunanetra adalah mereka merasa

bahwa pemerintah membuat peraturan belum secara tepat. Seperti yang

diutarakan tunanetra oleh Suryo selaku instruktur Mitra Netra yang juga

seorang tunanetra:

Harusnya kan ada ya jurnal atau apa gitu hasil mereka melakukan

penelitian atau survey mengenai kami (tunanetra). Ini tidak ada

sama sekali. Saya aja sudah bersyukur dengan usaha yang lumayan

besar bisa kuliah dan menjadi tenaga pengajar di sini. (Wawancara

dengan Suryo, salah satu instruktur Mitra Netra, Jakarta, 8 Mei

2017)

Bagi penyandang disabilitas yang menginginkan pekerjaan yang layak

dan disetarakan dengan orang-orang yang tidak memiliki hambatan, tentu saja

diperlukan pengembangan kualitas diri mereka yang akan menunjang mereka

dalam bekerja di suatu perusahaan. Dengan kemampuan yang mereka miliki

setelah mengikuti pelatihan-pelatihan yang disediakan oleh Mitra Netra, baik

Page 88: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

77

pelatihan hardskill maupun softskill membuat mereka menjadi individu yang

siap bersaing dan survive di dunia luar. Pengembangan kemampuan yang

dilakukan oleh agensi penyandang disabilitas tersebut adalah merupakan

praktek sosial yang di maksudkan oleh Giddens. Praktek sosial tersebut

dilakukan dengan cara belajar, meningkatkan kempuan dirinya agar mereka

layak menjadi pegawai dalam perusahaan dan mendapatkan pekerjaan yang

mereka inginkan.

B.1. Hambatan yang dihadapi Penyandang Disabilitas

Dalam proses mendapatkan pekerjaan, tunanetra yang menjadi klien

di Mitra Netra tentu saja mengalami hambatan-hambatan yang selama ini

menghambat mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Tunanetra yang menjadi

klien di Mitra Netra berasal dari berbagai daerah tidak hanya dari Jakarta.

Beberapa informan yang penulis wawancarai ada Juwita yang berasal dari

Bumiayu, NA yang berasal dari Tangerang Selatan dan Windra yang berasal

dari Bojonegoro.

Tiga orang informan sebagai klien Mitra Netra kebetulan merupakan

tunanetra dewasa atau newly blind, yaitu mereka mengalami tunanetra saat

sudah memasuki usia dewasa, bukan tunanetra sejak lahir. Membahas

peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai hak penyandang disabilitas

dalam mendapatkan pekerjaan, peraturan Pemerintah sebagai struktur

memberikan kemungkinan bagi penyandang disabilitas sebagai agen melakukan

sesuatu yang bukan sekedar pola interaksi tetapi merujuk pada pedoman tindakan

pada suatu tatanan sosial tersebut yaitu bagaimana mereka mendapatkan

pekerjaan. Bagi Giddens, struktur sosial membantu penyandang disabilitas yang

Page 89: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

78

menjadi klien Mitra Netra sebagai agen untuk menjadikan dunia masuk akal,

mencapai maksud dan tujuan tunanetra sebagai agen. Tetapi struktur dapat pula

membatasi ruang gerak tunanetra sebagai agen untuk berimproviasi dalam dunial

sosial, salah satunya teradapat pada peraturan yang belum dilakukan sepenuhnya

oleh perusahaan swasta atau bahkan instansi pemerintahan.

Dalam persoalan pekerjaan bagi penyandang disabilitas, khususnya

dalam penelitian ini adalah tunanetra adalah sebuah pekerjaan rumah yang

cukup besar, baik bagi tunanetra itu sendiri, organisasi yang bergerak

membantu tunanetra dan pemerintah. Fakta dilapangannya, penyandang

disabilitas tunanetra memiliki kesempatan lebih kecil dibanding penyandang

disabilitas lainnya. Seperti yang diutarakan oleh Windra berikut ini:

Saya dan beberapa rekan di sini pernah melamar pekerjaan di Job

Fair yang dikhususkan untuk penyandang disabilitas. tapi tidak

kunjung mendapat panggilan kerja. Setelah saya ketahui bahwa

beberapa perusahaan memang menerima penyandang disabilitas,

namun mereka yang cacat fisik saja, bukan seperti kami

(tunanetra). (wawancara dengan Windra, salah satu klien Mitra

Netra, Jakarta, 10 Juni 2017)

Pernyataan dari salah satu informan tersebut yang memaparkan bahwa

peluang kerja tunanetra dibeberapa perusahaan masih kecil, di mana

perusahaan hanya mau menerima penyandang disabilitas dengan kriteria

cacat fisik yang tidak mengganggu indera penglihatan dan pendengaran. Dari

pernyataan tersebut membuat penulis melakukan satu wawancara singkat

dengan satu perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi, yaitu PT. Candra

Intech Perkasa di Gunung Putri, Kab. Bogor. Beberapa perusahaan terlihat

Page 90: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

79

belum siap jika memiliki karyawan dengan kondisi sebagai penyandang

disabilitas, terutama tunanetra yang notabenenya memang membutuhkan

fasilitas khusus seperti komputer bicara dan aksesibilitas di area perusahaan

yang memudahkan tunanetra dalam melakukan mobiltas sehari-hari. Tapi

juga tidak menutup peluang untuk tunanetra bisa mendapatkan pekerjaan

yang layak kedepannya. Ketika penulis mengajukan pertanyaan mengenai ada

atau tidaknya pegawai disabilitas, berikut ini jawabannya :

Sejauh ini kami belum pernah memiliki karyawan yang disabilitas

ya, karena di sini yang harus dikerjakan termasuk pekerjaan kasar

dan berat. Tapi mungkin jika suatu saat ada pelamar yang

merupakan penyandang disabilitas bisa dipertimbangkan untuk di

kantornya selagi dia memiliki keahlian. Mungkin kalau untuk yang

cacat fisik jika masih memungkinkan masih bisa dipekerjakan

sebagai supir, jika tunanetra dibagian kantor sepertinya. Karena kan

kalau untuk mempekerjakan tunanetra kami harus menyediakan

segala fasilitas yang dibutuhkan juga ya. Tapi tidak menutup

kemungkinan juga ya (wawancara dengan Candra, salah satu staff

PT. Candra Intech Perkasa, 13 September 2017)

Tentu saja hal itu menjadi suatu hambatan bagi tunanetra sekaligus juga

hambatan Mitra Netra dalam melaksanakan visi dan misinya dalam membantu

tunanetra. Untuk itu tunanetra yang bergabung menjadi klien Mitra Netra

berusaha agar mereka dapat melewati hambatan-hambatan tersebut.

Giddens berpendapat bahwa setiap manusia merupakan agen yang

betujuan (purposive agent) karena sebagai individu, Jadi, setiap individu

sebagai agen memiliki dua kencenderungan, yakni memiliki alasan-alasan

untuk tindakan-tindakannya dan kemudian mengelaborasi alasan-alasan ini

secara terus menerus sebagai bertujuan, bermaksud dan bermotif. Sedangkan

agensi mengacu pada perbuatan, kemampuan atau tindakan otonom untuk

Page 91: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

80

melakukan apapun. Dalam hal ini agensi penyandang disabilitas memiliki

kemampuan untuk bisa keluar dari hambatan-hambatan yang menghalangi

mereka untuk mendapatkan pekerjaan, dengan cara mengikuti pelatihan yang

diadakan oleh Mitra Netra dan juga melakukan usaha di luar menjadi klien

Mitra Netra, misalnya mencoba membuka usaha sendiri, mendapatkan

dukungan dari keluarga agar bisa lebih percaya diri, bergabung dengan

perkumpulan tunanetra agar memperbanyak jaringan.

Sebuah struktur sosial juga mempunyai pengaruh besar di dalam

terciptanya sebuah sistem sosial. Menurut Giddens struktur merupakan

perwujudan adanya sumberdaya dan aturan. Struktur sosial dapat terwujud

apabila melalui praktek sosial. Dengan berhasilnya tunanetra mendapatkan

pekerjaan di perusahaan swasta, menjadikan nilai lebih baik bagi Mitra Netra

ataupun bagi perusahaan yang menerima penyandang disabilitas sebagai

pegawainya. Membuat adanya daya tarik agar penyandang disabilitas lain

yang juga memiliki keinginan mendapatkan pekerjaan menjadi ikut

bergabung menjadi klien Mitra Netra, atau bagi mereka yang sudah merasa

bisa mendapatkan pekerjaan bisa mencoba langsung ke perusahaan untuk

mendapatkan pekerjaan. Sistem sosial juga hanya bisa terwujud bila adanya

suatu wewenang dan aturan. Penyandang disabilitas sebagai agen harus

mematuhi peraturan yang ada baik yang di buat oleh pemerintah maupun

peraturan yang ada di dalam Mitra Netra itu sendiri.

Bagi Juwita, salah satu informan menjelaskan bahwa hambatan yang

dia hadapi sudah ada sejak masih kuliah, misalnya adalah hambatan untuk

Page 92: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

81

mengerjakan tugas kuliah, mobilitas menuju kampus dan penerimaan

lingkunganya. Namun, hambatan tersebut bisa Juwita hadapi semenjak

mengikuti pelatihan yang ada di Mitra Netra, dengan mengikuti pelatihan

penyandang disabilitas bisa mengerjakan tugas kuliah, mengetik di laptop

atau komputer, berselancar di dunia maya mencari informasi dan bahan

refernsi tugas.

Hambatan lainnya yang dihadapi oleh penyandang disabilitas dalam

upayanya mendapatkan pekerjaan adalah keterampilan bicara, wawasan

penunjang potensi diri penyandang disabilitas serta masih kecilnya peluang

untuk bekerja di sektor pemerintahan. Walaupun, sudah ada beberapa teman-

teman dari penyandang disabilitas klien Mitra Netra yang sudah berhasil

bekerja di sektor pemerintahan namun belum merata disemua instansi

pemerintahan, baik daerah maupun pusat atau BUMN.

Mengacu pada pernyataan Giddens tentang struktur pada konteks

“aturan-aturan” (rules) dan “sumber daya” (resourcers). Relasi yang

terbentuk antara tuanetra yang menjadi klien Mitra Netra dan peraturan

pemerintahan pada konteks rules memberikan klien Mitra Netra pedoman

tindakan. Artinya, klien Mitra Netra harus mematuhi segala aturan yang

berlaku pada peraturan pemerintahan. Sehingga pada konteks ini struktur

membatasi ruang gerak klien Mitra Netra. Sedangkan relasi yang terbentuk

antara klien Mitra dan peraturan pemerintahan pada konteks resource

menjadikan klien Mitra Netra sebagai agensi. Artinya, klien Mitra Netra

dapat berimprovisasi atau merevisi struktur. Artinya, struktur pada konteks

Page 93: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

82

sumber daya bersifat membebaskan (enabling) penyandang disabilitas klien

Mitra Netra sebagai agensi. Namun dalam hal ini agensi tunanetra belum

sampai pada tahap merubah struktur, namun upaya-upaya yang sudah

dilakukan dalam bentuk praktek sosial sudah menuju ke arah merubah

struktur.

Penyandang disabilitas yang menjadi klien Mitra Netra sebagai agensi

memiliki kebebasan dalam hal menjalankan tujuannya dalam mendapatkan

pekerjaan. Dengan cara mengikuti pelatihan dan bahkan ikut serta

mengaudiensi pemerintah bersama pengurus Mitra Netra agar aturan-aturan

yang dibuat oleh pemerintah dapat terimplementasikan dengan baik. Dalam

hal ini, keterkaitan antara agensi dan struktur keduanya saling mengikat atau

mengekang, namun disaat yang bersamaan keduanya juga saling

membebaskan.

Page 94: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

83

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Permasalahan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas terutama

dalam hal mendapatkan pekerjaan yang layak pada saat ini masih menjadi

permasalahan yang sangat rumit. Pemerintah sebagai pemegang regulasi pun

pada kenyataannya belum terlalu banyak memberikan kontribusi nyata yang

dapat dinikmati oleh penyandang disabilitas. Terutama permasalahan yang

dihadapi oleh mereka yang tunanetra, masih kuatnya stigma yang melekat

pada masyarakat mengenai bahwa tunanetra hanya bisa melakukan pekerjaan

sebagai pemijat, tunanetra tidak akan bisa melakukan kegiatan sehari-hari

sendiri, tunanetra yang tidak bisa mandiri dalam segala hal.

Ditambah lagi dengan fasilitas pendidikan yang masih jauh dari kata

cukup untuk tunanetra mendapatkan kualitas pendidikan yang baik, membuat

tunanetra semakin dipandang sebelah mata dan orientasi orangtua yang belum

baik juga termasuk suatu kendala dalam usaha merubah stigma masyarakat

mengenai penyandang disabilitas terutama tunanetra.

Yayasan Mitra Netra hadir untuk menerjemahkan regulasi pemerintah

yang mengatur hak tunanetra dalam mendapatkan pekerjaan, Mitra Netra

membuat suatu program ketenagakerjaan yang di mana berisikan persiapan

dan penyaluran tenaga kerja kepada pihak yang menjalin kerjasama dengan

Mitra Netra. Kemudian yang dilakukan oleh Yayasan Mitra Netra adalah

Page 95: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

84

membuka upaya kerjasama dengan instansi pemerintah dan perusahaan

swasta. Tujuannya adalah mencari donatur yang mau membantu pendanaan

operasional Mitra Netra, karena tidak adanya dana pasti karena Mitra Netra

merupakan lembaga non-profit. Kerjasama yang dilakukan Mitra Netra

dengan perusahaan adalah bertujuan untuk mencari perusahaan yang mau

menerima pegawai tunanetra baik dari klien Mitra Netra agar memudahkan

menyalurkan tunanetra yang sudah siap bekerja.

Klien Mitra Netra sebagai agen, dalam konteks agensi yang

melakukan sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan pekerjaan adalah

dengan cara mengikuti pelatihan yang dimaksudkan agar tunanetra yang ingin

bekerja dilengkapi dengan keahlian sehingga dapat menunjukkan bahwa

tunanetra juga bisa bersaing dengan orang-orang yang tidak memiliki

keterbatasan secara fisik. Pelatihan yang diadakan adalah pelatihan hardskill

dan softskill agar tunanetra yang sudah memiliki keahlian bisa juga survive di

masyarakat, pendampingan juga akan dilakukan oleh Mitra Netra selama

masa training untu tunanetra yang sudah berhasil diterima bekerja di suatu

perusahaan. Untuk tunanetra yang ingin mengikuti pelatihan ketenagakerjaan

ini harus memenuhi syarat yang diberikan Mitra Netra. Agensi tunanetra

berusaha keluar dari hambatan-hambatan yang menghambat mereka untuk

mendapatkan pekerjaan.

Dualitas struktur selalu merupakan dasar utama kesinambungan dalam

reproduksi ruang dan waktu. Struktur tidaklah bersifat di luar agen tetapi

sebagai jejak-jejak memori dan diimplementasikan dalam praktek-praktek

Page 96: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

85

sosial. Peraturan pemerintah dengan penyandang disabilitas yang menjadi

fokusnya dalam Undang-undang penyandang disabilitas keduanya saling

berkaitan. Walaupun struktur tidak menentukan agen dan juga sebaliknya

tetapi sesungguhnya baik agen maupun struktur tidak bisa berjalan tanpa

kehadiran satu sama lain. Oleh karena itu, keduanya harus dilihat secara

dinamis.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan

oleh penulis sebelumnya, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Akademis

Disarankan kepada peneliti selanjutnya pada bidang sosiologi, untuk

dapat melakukan penelitian mengenai penyandang disabilitas melalui

kacamata teori lain yang ada di sosiologi, karena menurut penulis

banyak permasalahan mengenai penyandang disabilitas yang dapat

digali menggunakan kacamata sosiologi.

2. Praktis

a. Pemerintah

Pemerintah diharapkan bisa lebih menunjukkan kerja nyata dalam

memperhatikan penyandang disabilitas, khususnya Kementrian

Ketenagakerjaan karena permasalahan pekerjaan bagi penyandang

disabilitas ini adalah seharusnya menjadi tanggung jawab

Kemnaker bukan sepenuhnya tanggung jawab Kemensos.

Pemerintah juga diharapkan dalam membuat perarturan bisa

Page 97: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

86

bekerja sama dengan organisasi atau lembaga swadaya masyarakat

yang bergerak menyuarakan hak penyandang disabilitas, karena

mereka pasti akan lebih paham kondisi lapangan yang sebenarnya

dan tahu apa yang mereka butuhkan. Dan membuat peraturan baru

mengenai sanksi yang akan diterima oleh perusahaan jika tidak

melaksanakan peraturan mengenai yang mewajibkan perusahaan

memiliki karyawan penyandang disabilitas.

b. Masyarakat

Masyarakat memiliki peran penting untuk meningkatkan

kepercayaan diri seorang penyandang disabilitas, khususnya dalam

hal ini tunanetra. Masyarakat diharapkan bisa merubah

pandangannya dengan tidak memandang sebelah mata kemampuan

mereka. Masyarakat perlu mengorientasi diri masing-masing

bahwa tunanetra juga membutuhkan pengakuan dari lingkungan

sekitar, terutama untuk masyarkat yang memiliki anggota keluarga

tunanetra.

c. Instansi pemerintahan dan Instansi swasta

Adanya UU yang mengharuskan memiliki karyawan 2% untuk

instansi pemerintahan dan 1% instansi swasta diharapkan semua

pihak terkait bisa melaksanakan aturan tersebut. Perusahaan juga

harus siap mengadaptasi kebutuhan bagi pegawai yang tunanetra.

Page 98: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

87

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abercrombie, Nicholas, Stephen Hill, dan Bryan S. Turner. Kamus Sosiologi,

terjemahan Desi Noviyanti dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010.

Aqila, Smart Rose. Anak Cacat Bukan Kiamat, Metode Pembelajaran dan Terapi

Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Jogyakarta: Kata Hati, 2014.

Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta,

2010.

Bourdieu, Pierre. Arena Produksi Kultural, “Sebuah Kajian Sosiologi budaya”.

Kreasi Wacana, 2010.

Creswell, John W. Qualitative Inquiry and Research Design, Choosing Among

Five Traditions. California: Sage Publication, 1998.

Esmara. Sumber Daya Manusia, Kesempatan Kerja dan Perkembangan Ekonomi.

Jakarta: UI Press, 1986.

Felix, MT Sitorus. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Bogor:

Kelompok Dokumentasi Ilmu-ilmu Sosial, 1998.

Giddens, Anthony. Teori Strukturasi Dasar Dasar Pembentukan Struktur Sosial

Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Giddens, Anthony. The Constitution of society. Cambridge: Polity Press. 2004.

Giddens, Anthony. The Constitution of Society. Cetakan keempat. Yogyakarta:

Pedati, 2011.

Giddens, Anthony dan Mark Poster, Teori Strukturasi Untuk Analisa Sosial.

Malang: Citra Mentari Group, 2004.

Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, Yogyakarta: Kanisius, 1989.

Henselin, James M, Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi, Jilid I,edisi ke 6

Jakarta: Erlangga, 2006.

Majda, El Muhtaj. Dimensi‐Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya Offset, 2007.

Page 99: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

88

Neuman, W. Lawrence. Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif (dialihbahasakan Oleh Edina T. Sofia). Jakarta: Indeks, 2013.

Priyono, Herry. Anthony Giddens: Suatu Pengantar. Jakarta: KPG (Kepustakaan

Populer Gramedia), 2000.

Reefani, Nur Kholis. Panduan Anak Berkebutuhan Khusus.

Yogyakarta:Imperium.2013

Ritzer, Goerge dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern.

Jakarta: Kencana, 2004.

Ritzer, Goerge. Teori Sosiologi: dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan

Terakhir Postmodern. Edisi Kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2012.

Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin. Metodologi Penelitian. Bandung : Mandar

Maju, 2011.

Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial), Bandung:

PT Refika Aditama, 2005.

Wiratna, Sujarweni V. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustakabarupress, 2014.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan

Convention On The Right Of Persons With Disabilities (Konvensi

Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) pada Pasal 27

West, Richard & Turner, Lynn H. Introducing Communication Thoery Continuing

the Classical tradition. (4th ed.). Singapore : McGraw Hill. 2007.

Yin, Robbert K. Studi Kasus: desain dan metode. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2006.

Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan: Teori Aplikasi.

Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.

Skripsi

Budi Santoso, Ahmad. Solidaritas Virtual dan Pemberdayaan Difabel dalam

Bloghosphere Indonesia. Skripsi S1 Fakultas ilmu Sosial Universitas

Negeri Surabaya, 2003.

Dara R, Reisa. Citra Difabel dalam Novel Layang-Layang Putus: Tinajuan

Sosiologis. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas

Indonesia, 2011.

Page 100: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

89

Pratama, Febrilian. Peran Komunitas Jakarta Barrier Free Tourism dalam

Aksesibilitas Transportasi Publik bagi Difabel di DKI Jakarta Tahun

2012-2014. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Indonesia, 2014.

Hapriyanti, Aan. Agensi Perempuan dalam Pengelolaan Sampah. Skripsi S1

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada, 2016.

Ivonilia. Gerakan 3R dalam Pengelolaan Sampah di Jepang Sebagai Praktik

Sosial: Analisis dari Teori Strukturasi Giddens. Skripsi Universitas

Indonesia, 2009.

Mahardika, Friska. Lembaga Swadaya Masyarakat Berdasarkan Undang-undang

No. 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Skripsi S1

Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, 2011.

Nursalim. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Sekretariat Nasional Forum

Indonesia Untuk Transparasi Anggaran (LSM SEKNAS FITRA) dalam

Mendorong Transparansi Anggaran Negara. Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2011.

Nugraha, Arya Satya. Interelasi agensi dan struktur dalam produksi berita

kekerasan agama: Studi kasus produksi berita kekerasan yang

menimpa Ahmadiyah di Kantor berita Antara. Skripsi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2014.

Prakoso, Joko Teguh. Proses dan Pola Interaksi Sosial Siswa Difabel dan Non-

Difabel di Sekolah Inklusif di Kota Surakarta. Skripsi S1 Universitas

Sebelas Maret, 2010

Purbawisesa, Angie. Konsepsi Pembentukan Diri pada Penyintas Difabel Fisik

Pasca Gempa Bumi Yogyakarta Tahun 2006. Skripsi S1 Universitas

Gajah Mada, 2015.

Thesis

Abieser, Yogi. Peranan Lembaga Masyarakat dalam penanggulangan AIDS.

Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,

2003.

Thohari, Slamet. Contesting Conceptions of Disability in Javanese Society After

The Suharto Regime: The Case Of Yogyakarta, Indonesia. Thesis

University Of Hawaii, 2011.

Tulisan Ilmiah/Jurnal/artikel

Ansori, Mohammad Hasan. “The sociological Theories of Pierre Bourdieu and

Anthony Giddens”, unpublished paper, 2007.

Page 101: AGENSI PENYANDANG DISABILITAS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43063/1/INAYA LUTFIYANI-FISIP.pdf · PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

90

Harahap, Rahayu Repindowaty dan Bustanuddin. 2015. “Perlindungan Hukum

TerhadapPenyandang Disabilitas Menurut Convention On The Rights of

Persons With Disabilities (CRPD)”. INOVATIF| Jurnal Ilmu

Hukum,8(1) (pp. 17-29).

Linda P. Fried, dkk, “Untaling the Concepts of Disabilyty, Fraity, and

comorbidity: Implication for improved Targeting and care”, Journal of

Gerontology Medical Sciences Vol. 59, 2004, hlm. 1

Muukkonen, Martti. “Civil Society”. Makalah dalam Annual Meeting of Finish

Sociologist, 24 – 25 Maret 2000.

Thohari, Slamet. “Pandangan Disabilitas dan Aksesibilitas Fasilitas Publik bagi

Penyandang Disabilitas di Kota Malang”. Journal Of Disability,

Universitas Brawijaya, 2014.

Website

www.depsos.go.id diakses 15 Mei 2017

www. Ppdi.or.id di akses pada 16 Mei 2016 pukul 14:00 WIB dari

https://ppdi.or.id/sejarah

www.mitranetra.or.id diakses pada 25 Februari 2017

_________, Indonesia Dikritik Belum Disabilitas Belum Diakomodasi di Dunia

Kerja. Republika.co.id 12 Desember 2012 diakses pada 10 Agustus

2016 pukul 13.30 WIB dari

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/12/04/mehhtg‐ indonesia‐dikritik‐disabilitas‐belum‐diakomodasi‐di‐dunia‐kerja.

_________, Sebagian Besar Penyandang Disabilitas Kerja di Sektor Informal,

Republika.co.id 16 Desember 2016 diakses pada 2 Januari 2017 pukul

13:20 WIB dari http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/12/16/oi9rpj384-sebagian-besar-penyandang-disabilitas-kerja-di-sektor-informa

_________, Lagi, Tunanetra ditolak Ikut Tes CPNS. Kartunet.com 6 Oktober

2016 di akses pada 20 Mei 2017 WIB dari https://www.kartunet.com/lagi-tunanetra-ditolak-ikut-tes-cpns-7785/