adab bersin
TRANSCRIPT
Tugas Makalah : PERBANDINGAN MAZHAB
PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG MENJAWAB ORANG YANG BERSIN
KETIKA SHALAT
DI
SUSUN
Oleh :NAMA : SYAHDIAHNIM : 11 310 0134
FAK/JURUSAN : TARBIYAH/PAI-3Semester : VI (ENAM)
DOSEN PEMBIMBINGH.AHMAD YAIN, Lc, M.A
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)PADANGSIDIMPUAN
T.A 2014
1
A. Pendahuluan
Islam adalah agama yang lengkap lagi terperinci. Ini sememangnya satu
kebenaran. Jika kita mengkaji Islam secara keseluruhan, akan kita temui bahawa
Islam mencakupi pelbagai aspek kehidupan. Ia bukan agama ibadah sekadar
sembahyang dan zikir, tetapi agama yang turut meliputi ekonomi, sosial, politik,
peperangan dan sebagainya.
Menyentuh tentang kehidupan, dua aspek yang turut dicakupi oleh Islam
ialah adab ketika menguap dan bersin.Dua perkara yang lazim berlaku kepada
kita, tanpa disedari telah digariskan oleh Islam adab-adabnya.
Menguap dan bersin secara tidak langsung memiliki kaitan antara satu sama
lain, iaitu berdasarkan hadis Rasulullah s.a.w. “Sesungguhnya Allah menyukai
bersin dan membenci menguap. Maka apabila (seseorang) bersin, hendaklah dia
memuji Allah (dengan mengucapkan alhamdulillah) dan merupakan kewajipan
bagi setiap muslim (yang mendengar saudaranya bersin) untuk mendoakannya.
Adapun menguap, maka ia tidak lain berasal dari syaitan. Tahanlah ia semampu
mungkin dan apabila (seseorang menguap) berbunyi “Haaa” maka ketawalah
syaitan.”1
B. Pengertian Bersin
Bersin adalah sesuatu yang disukai oleh Allah s.w.t. sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam hadis yang pertama di atas. Di antara sebab ia disukai adalah,
bersin membersihkan rongga hidung dan tekak dari habuk, debunga, bakteria dan
apa-apa lain yang mungkin memenuhi rongga tersebut. Bersin juga adalah satu
cara untuk sistem badan menyesuaikan diri dengan perbezaan cuaca yang berlaku
secara mendadak. Oleh kerana itulah seseorang itu lazim bersin jika dia bergerak
dari tempat yang sejuk kepada panas atau panas kepada sejuk. Bahkan seseorang
1 Shahih al-Bukhari, hadis no: 6223
2
itu juga akan bersin semata-mata dengan melihat kepada keterikan sinaran
matahari
Mengingatkan banyak kebaikan bersin, ditambahi dengan faktor bahawa ia
adalah sesuatu yang disukai oleh Allah, seeorang itu dituntut untuk memuji Allah
ketika bersin. Bacaan pujian tersebut ialah “Alhamdulillah ‘ala kulli hal” yang
bermaksud
“Segala puji bagi Allah dalam segala sesuatu
Pernah seorang lelaki bersin ketika berada di tepi Abdullah bin ‘Umar al-
Khattab. Lalu lelaki tersebut berdoa: “Alhamdulillah, wassalamu ‘ala Rasulullah
(Segala puji bagi Allah dan salam ke atas Rasulullah).” Berkata Abdullah bin
‘Umar: “Alhamdulillah, wassalamu ‘ala Rasulullah? Bukan begitu yang
diajarkan kepada kami oleh Rasulullah s.a.w., (sebaliknya) baginda mengajar
kami berdoa: Alhamdulillah ‘ala kulli hal (Segala puji bagi Allah dalam segala
sesuatu).”2
Seterusnya, apabila kita mendengar saudara kita yang bersin memuji Allah,
hendaklah kita mendoakannya dengan berkata: “YarhamukalLah” yang
bermaksud: “Semoga Allah merahmati kamu”. Kemudian bagi yang bersin, dia
mendoakan kembali orang yang mendoakannya tadi dengan berkata:
“YaghfirulLahu lana wa Lakum” yang bermaksud: “Semoga Allah mengampuni
bagi kami dan bagi kalian”.3
Hikmah di sebalik semua ini ialah terjalinnya ikatan ukhuwah dan kasih
sayang sesama umat Islam. Apabila kita mendoakan saudara kita yang bersin, dia
akan merasa senang dengan kita. Seterusnya apabila dia mendoakan kita pula,
kita pula akan merasa senang kepadanya. Hingga akhirnya terjalinlah ikatan
ukhuwah dan kasih sayang semata-mata kerana bersin.
Seandainya orang yang bersin tidak memuji Allah, kita tidak dituntut
mendoakannya. Pernah dua orang bersin berdekatan Rasulullah s.a.w., lalu
2 Shahih Sunan al-Tirmizi, hadis no: 27383 Shahih al-Jami’ al-Shagheir, hadis no: 686
3
baginda mendoakan seorang dan membiarkan seorang yang lain. Orang yang
dibiarkan itu bertanya, mengapa baginda tidak mendoakannya? Baginda
menjawab: “Orang itu memuji Allah (setelah bersin) manakala kamu tidak
memuji Allah (setelah bersin).”4
Adab terakhir ketika bersin ialah menutup mulut dan hidung dengan tangan
atau kain. Pada waktu yang sama hendaklah merendahkan muka dan suara.
Jangan bersin sehingga menghamburkan air liur, bersin ke arah muka orang lain
atau bersin dengan suara yang kuat. Abu Hurairah menerangkan adab Rasulullah
s.a.w. ketika bersin: “Apabila Rasulullah s.a.w. bersin, baginda meletakkan
tangannya atau bajunya ke atas mukanya (mulut dan hidung) sambil
merendahkan (atau sambil menundukkan muka dan) suaranya.”5
C. Menjawab Bersin Ketika shalat
Shalat merupakan perkara yang sangat diperhatikan dalam Islam, karena
dengannya agama tegak sebagaimana disebutkan dalam hadits:
الد�يــن� ع�م اد ة الص�ال
“Shalat adalah tiang agama.” (HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Shalat juga merupakan pembeda antara muslim dengan, kafir, barang siapa
yang meninggalkan shalat berarti dia telah kafir :
ف ر ك ف ق د� ه ا ك ر ت ف م ن� ة الص�ال هم� �ن ي و ب ا ن �ن ي ب الع ه�د
“Perjanjian antara kita dan mereka (orang musyrik/ kafir) adalah shalat
barang siapa meninggalkannya maka ia telah kafir.” (HR.Ahmad, Muslim, Abu
Dawud, dan Ibnu Majah)
Oleh karenanya Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wassalam sangat
memperhatikan sekali perkara ini, dan beliau memberikan rambu-rambu dalam
shalat. Diantaranya tidak boleh berbicara atau membaca bacaan selain bacaan
yang disyari’atkan dalam shalat, sebagaimana sabdanya :
4 Shahih al-Bukhari, hadis no: 62255 Shahih Sunan Abu Daud, hadis no: 5029
4
هو �م ا �ن إ �اس� الن � م ال ك م�ن� �ئ( ي ش �ه ا ف�ي ح يـص�ل ال ة الص�ال ه ذ�ه� �ن� إ
– ومسلم أحمد أخرجه آن� �قر� ال اء ة و ق�ر �ر �ي �ب �ك و الت �ح �ي ب �س� التــ
- وغيرهما
“Sesungguhnya shalat ini tidak boleh di dalamnya terdapat sesuatu dari
ucapan manusia, hanyasanya ia (shalat) tasbih, takbir dan bacaan Al Qur’an.“ (
HR . Ahmad, Muslim dan selain keduanya )
Berdasarkan hadits ini dan hadits lainnya maka setiap ucapan selain bacaan
shalat adalah terlarang dan membatalkan shalatnya, lalu bagaimana dengan
mengucapkan Hamdalah setelah bersin ketika shalat? Hal ini merupakan
pengecualian dari hadits di atas berdasarkan hadits :
: الله ص ل�ى الله� و�ل� س ر خ ل�ف �ت �ي ص ل ق ال Gاف�ع ر �ن� ب ر�ف اع ة ع ن� : . Jا ك ار مب Jا �ب ط ي ا Jر� �ي ث ك ح م�دJا �ح م�د لله� ال ف قل�ت ف ع ط�س�ت �م ل و س �ه� ي ع ل
: �ه� ي ع ل الله ص ل�ى Pى� �ب الن ص ل�ى م�ا ف ل ض ى ر� و ي ا Pن ب ر Pح�ب ي م ا ك �ه� ف�ي . . ه ا ق ال م� ث ح د(
أ �م� ل تــك ي م� ف ل ة� الص�ال ف�ي �م ل �لمتــك ا م ن� ق ال �م ل و س : , ا ن أ ر�ف اع ة ف ق ال �ثــة �ال الثــ ه ا ق ال م� ث ح د( أ �م� ل تــك ي م� فل ة �ي �ان الثــ
: . �ض�ع ب ه ا �تــد ر اب ق د� ل د�ه� �ي ب ف�س�ى ن �ذ�ى و ال ف ق ال الله� و�ل س ار ي – والترمذى النساءى رواه �ه ا ص�عدب ي Pهم ا ي
أ Jا ك م ل ثــو�ن و ثــالوالبخارى-
Dari Rifaah bin Rafi’ ia berkata, “Aku shalat di belakang Rasulullah
Shollallahu ‘alaihi wassalam kemudian aku bersin dan berkata, “Segala puji bagi
Allah dengan pujian yang banyak, baik dan terdapat keberkahan di dalamnya
sebagaimana yang Rabb kami sukai dan ridhoi.” Maka tatkala Nabi Shollallahu
‘alaihi wassalam selesai shalat, beliau bertanya, “Siapakah yang tadi bicara
ketika shalat?” Tidak ada seorangpun yang menjawab. Kemudian beliau
mengulanginya untuk yang kedua kalinya, dan tidak ada yang menjawab,
kemudian beliau mengulanginya untuk yang ketiga kalinya maka berkata
Rifa’ah, “Aku ya Rasulullah !” maka Nabi Shollallahu ‘alaihi wassalam
bersabda, “Demi yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman tangan-Nya
5
sungguh lebih dari tiga puluh malaikat telah berlomba siapakah diantara
mereka yang pertama kali mencatatnya.” (HR. Bukhari, Tirmidzi dan An Nasai)
Dari hadits ini dapat kita ketahui bahwa tahmid setelah bersin ketika shalat
dibolehkan karena Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wassalam tidak melarang dan
tidak menegur Rifa’ah karena perbuatannya, justru beliau memberikan kabar
gembira bahwa para Malaikat berlomba-lomba mencatat kalimat tersebut.
Imam As-Syaukani berkata, ”Adapun hadits di atas dijadikan dalil atas
bolehnya berdzikir di dalam shalat yang tidak diatsarkan (diriwayatkan) apabila
dzikir tersebut tidak menyelisihi dzikir yang ma’tsur.” Selanjutnya beliau
berkata, ”Dan juga menunjukkan atas disyari’atkan tahmid di dalam shalat bagi
siapa yang bersin. Hal itu dikuatkan dengan keumuman hadits-hadits yang
menerangkan masyru’iyah tahmid (ketika bersin) karena hadits-hadits tersebut
tidak membedakan antara shalat dan keadaan yang lain.”6
Lalu bagaimana dengan tasymit (menjawab bersin)nya?
Para ulama’ sepakat batalnya shalat orang yang menjawab bersin (tasymitul
’athis) dengan syarat apabila dia menggunakan lafazh tasymit dengan kaf khitab
seperti mengatakan “Yarhamukallah” tapi apabila ia mengucapkan tasymit
dengan dlamir mufrad ghaib atau dlamir nasab mutakallim ma’al ghair seperti
“Yarhamunallah” atau “Yarhamuhullah” maka golongan syafi’iyyah dan
hanabilah berpendapat bahwa hal tersebut tidak membatalkan shalat, sedangkan
malikiyyah dan hanafiyyah mengatakan hal tersebut tetap membatalkannya.
Yang lebih rajih ialah pendapat yang dipegang oleh madzhab Maliki dan
Hanafi yang mengatakan bahwa tasymitul ’atis –baik menggunakan dhamir هو
atau menggunakan dhamir kaf khitab atau dhamir mutakallim ma’al ghair –
membatalkan shalat, karena hal tersebut menuntut adanya komunikasi antara
yang bersin dan menjawab padahal ada larangan untuk berbicara dengan orang
lain.
6 Kitabul Fiqh ‘Alal Madzahib Al Arba’ah I/304.
6
Apabila kita bersin, maka kita WAJIB mengucapkan alhamdulillah karena
hal ini termasuk dalam adab bersin. Silakan cek di artikel ini dan ini. Saya
cantumkan juga di sini dalil mengenai ‘kewajiban’ mengucapkan alhamdulillah
sebagai berikut:
Rifa’ah bin Rafi’ Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Aku pernah shalat
dibelakang Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tiba-tiba aku bersin. Lalu
aku berkata: Al-Hamdulillah Hamdan Katsiran Thayyiban Mubarakan Fiih,
Mubaarakan ‘Alaih Kamaa Yuhibbu Robbunaa wa Yardhaa (Segala puji bagi
Allah dengan pujian yang banyak, baik, dan diberkahi di dalamnya sebagaimana
yang dicintai dan diridhai oleh Tuhan kami). Ketika Rasululloh Shallallahu
‘Alaihi Wasallam selesai shalat, beliau bertanya: “Siapa yang berbicara
barusan di dalam shalat?” Tidak ada seorangpun yang menjawab. Rasul
bertanya untuk kedua kalinya, “Siapa yang berbicara barusan di dalam shalat?”
Lalu Rifa’ah menjawab: “Saya ya Rasululloh!” Lalu Rasul bersabda: “Demi
diriku yang berada di tangan-Nya, lebih dari tiga puluh malaikat telah
mengelilinginya, dan di antara mereka ada yang naik ke atas karena bacaan
tersebut.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan al-Nasai).
Namun pada saat sholat (berjama’ah), menurut pendapat beberapa ulama
hendaknya alhamdulillah (hamdalah) tidak perlu diucapkan keras-keras. Cukup
terdengar oleh kita. Hal ini dikarenakan jika kita mengucap hamdalah cukup
keras, dikhawatirkan jama’ah lain akan mengucap “yarhamukallah”.
“Lho, apa salahnya mengucapkan yarhamukallah? Bukankah jika ada orang
muslim bersin kita mesti mengucap yarhamukallah?”
Nah, ternyata pada saat sholat itu Tidak Boleh Mengucap Yarhamukallah
karena Bisa Membatalkan Sholat! Mari perhatikan hadits di bawah ini!
Dari Muawiyah bin Hakam As Sulami ra, bahwasanya ia berkata : “Di kala
aku shalat bersama Rasululloh SAW tiba-tiba seseorang dari jama’ah bersin.
Aku berkata: Yarhamukallah! Semua orang menoleh kepadaku. Aku berkata:
Alangkah celakanya, Kenapa kamu menoleh kepadaku? Maka mereka segera
7
memukuli paha-paha mereka, tetapi saya diam saja. Ketika Rasululloh saw
selesai sholat, beliau tidak membenciku, dan tidak pula mencelaku, dan tidak
pula memukulku, sungguh saya belum pernah melihat seorang pengajar yang
cara mengajarnya lebih baik dari beliau baik sebelum beliau ada , maupun
sesudah beliau ada. Beliau hanya mengatakan kepadaku : “ Sesungguhnya
Shalat ini tidak pantas di dalamnya terdapat percakapan manusia.
Sesungguhnya shalat itu isinya adalah tasbih, takbir, dan bacaan Alquran”.
(HR. Muslim).
Dari dalil di atas ternyata yarhamukallah BUKAN bacaan atau bagian dari
sholat. Karena isi sholat itu (seperti tertulis pada hadits di atas) tasbih, takbir, dan
bacaan Al Qur’an.7
D. Kesimpulan
a. Jika saat sedang sholat berjama’ah lalu bersin, TETAP WAJIB ucapkan
alhamdulillah (hamdalah), tapi tidak perlu terdengar jama’ah lain. Cukup kita
sendiri. Atau dalam hati saja.
b. Apabila mendengar orang lain bersin pada saat sholat berjama’ah, maka kita
TETAP DIAM dan TIDAK BOLEH mengucap yarhamukallah agar sholat
kita tidak batal.
c. Mengucapkan hamdalah setelah bersin ketika shalat adalah masyru’
(disyari’atkan).
d. Tasymitul ‘atis (menjawab bersin) ketika shalat membatalkan shalat yang
menjawab.
Madzhab Hanafi menambahkan jika seseorang bersin kemudian
mengucapkan hamdalah dan dia sendiri yang bertasymit semisal mengatakan,
“Yarhamuniyallah” maka shalatnya tidak batal karena tidak adanya komunikasi
antara dua orang, dan hal tersebut termasuk do’a.
7 Fatawa Syaikh Bin Baaz Jilid 2, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Pustaka at-Tibyan, hlm. 211
8
DAFTAR PUSTAKA
Shahih al-Bukhari, hadis no: 6223
Shahih Sunan al-Tirmizi, hadis no: 2738
Shahih al-Jami’ al-Shagheir, hadis no: 686
Shahih al-Bukhari, hadis no: 6225
Shahih Sunan Abu Daud, hadis no: 5029
Kitabul Fiqh ‘Alal Madzahib Al Arba’ah I/304.
Fatawa Syaikh Bin Baaz Jilid 2, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Pustaka at-Tibyan.
9