a. tinjauan teori inisiasi menyusu dini...

39
BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Inisiasi Menyusu Dini a. Definisi Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008, p.3). Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, semua bayi akan melalui lima tahapan perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum ia berhasil menyusui (Saleha, 2009, p.28). b. Tahapan inisiasi menyusu dini Menurut (Roesli, 2008, p.17-19) 1) Dalam 30 menit pertama: Stadium istirahat atau diam dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusui 9

Upload: vudiep

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Inisiasi Menyusu Dini

a. Definisi

Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu

dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi

melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the breast crawl atau

merangkak mencari payudara (Roesli, 2008, p.3). Jika bayi baru lahir

segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke

kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, semua bayi

akan melalui lima tahapan perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum ia

berhasil menyusui (Saleha, 2009, p.28).

b. Tahapan inisiasi menyusu dini

Menurut (Roesli, 2008, p.17-19)

1) Dalam 30 menit pertama: Stadium istirahat atau diam dalam keadaan

siaga (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali

matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini

merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke

keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini

merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini

meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusui

9

10

dan mendidik bayinya. Kepercayaan diri ayah pun menjadi bagian

keberhasilan menyusui dan mendidik anak bersama-sama ibu.

Langkah awal keluarga sakinah.

2) Antara 30-40 menit: Mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau

minum, mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan

cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau

cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan

membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.

3) Mengeluarkan air liur

Saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai

mengeluarkan air liurnya.

4) Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola (kalang payudara)

sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu, menghentak-

hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kekiri, serta

menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan

tangannya yang mungil.

5) Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan

melekat dengan baik.

c. Teknik Inisiasi Menyusu Dini

1) Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat

(Roesli, 2008, p.9-11) Saat ini, umumnya praktek inisiasi menyusu

dini seperti berikut:

11

a) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah di alasi kain

kering.

b) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong,

lalu diikat.

c) Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan

selimut bayi.

d) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi

kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan didada ibu (bonding)

untuk beberapa lama (10-15 menit)atau sampai tenaga kesehatan

selesai menjahit perinium .

e) Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara

memasukkan puting susu ibu kemulut bayi.

f) Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan

(recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh

ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.

2) Inisiasai Menyusu Dini yang Dianjurkan

Berikut ini adalah langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini

yang dianjurkan.

a) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah di alasi kain

kering.

b) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali

kedua tangannya.

c) Tali pusat dipotong, lalu diikat.

12

d) Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya

tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

e) Tanpa dibedong bayi langsung di tengkurapkan di dada atau perut

ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti

bersama-sama. Bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran

panas dari kepalanya.

Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir (JNPK-

KR, 2008, p.2-5)

Langkah 1

Lahirkan,Keringkan dan lakukan penilaian pada bayi

1) Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran

2) Kemudian letakkan bayi di perut bawah ibu

3) Nilai usaha nafas dan pergerakan bayi apa diperlukan resusitasi atau

tidak (2 detik)

4) Setelah itu keringkan bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan kain

kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem.

Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh

lainnya dengan halus tanpa membersihkan verniks. Verniks akan

membantu menghangatkan tubuh bayi.

5) Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan

bayi juga membantu nya mencari puting ibunya yang berbau sama.

13

6) Lendir cukup dilap dengan kain bersih. Hindari isap lendir di dalam

mulut atau mulut bayi karena penghisap dapat merusak selaput lendir

hidung bayi dan meningkatkan resiko infeksi pernapasan.

7) Lakukan rangsang taktil dengan menepuk atau menyentil telapak

kaki. Menggosok punggung , perut, dada atau tungkai bayi dengan

telapak tangan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi serta

membantu bayi dapat bernapas lebih baik.

8) Setelah satu menit mengeringkan dan menilai bayi, periksa kembali

uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil

tunggal) kemudian suntikan intramuskular 10 UI oksitosin pada ibu.

Biarkan bayi di atas handuk atau kain bersih di perut ibu.

Langkah 2

Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam

1) Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan penjepitan tali pusat

dengan klem pada sekitar 3 cm pada dinding perut bayi. Dari titik

jepitan, tekan tali pusat dengan 2 jari, kemudian dorong isi tali pusat

ke arah ibu. Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat

jepitan pertama pada sisi ibu. Pemotongan tali pusat ditunda sampai

tali pusat berhenti berdenyut agar nutrien dan oksigen yang mengalir

dari plasenta ibu ke bayi lebih optimal.

2) Kemudian pegang tali pusat di antara dua klem tersebut. Satu tangan

menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, dan tangan yang

lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.

14

3) Ikat puntung tali pusat dengan jarak kira-kira 1 cm dari dinding perut

bayi dengan tali yang steril. Lingkarkan tali di sekeliling puntung tali

pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di bagian

yang berlawanan.

4) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga

bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara

payudara ibu, tapi lebih rendah dari puting.

5) Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi

di kepala bayi.

6) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling

sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya.

Bila perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah

kontak visual antara ibu dan bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil

melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit

7) Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi

menyusu.

8) Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan langkah manajemen

aktif kala3 persalinan.

Langkah 3

Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu

1) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu

2) Anjurkan ibu dan orang lain untuk tidak menginterupsi menyusu

misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya.

15

Menyusu pertama biasaanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi

cukup menyusu dari satu payudara

3) Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi

selesai menyusu. Tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi

lahir untuk mencegah terjadinya hipotermia

4) Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin

hingga bayi selesai menyusu

5) Segera setelah bayi baru lahir selesai menghisap, bayi akan berhenti

menelan dan melepaskan puting. Bayi dan ibu akan merasa ngantuk.

Bayi kemudian dibungkus dengan kain bersih lalu lakukan

penimbangan dan pengukuran bayi, memberikan suntikan vitamin K1,

dan mengoleskan salep antibiotik pada mata bayi.

a) Jika bayi belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 1

jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan

kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya

b) Jika bayi masih belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam

waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi

tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan bayi bari lahir dan kemudian

kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu

6) Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga

kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa

hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh,

16

buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu sampai

bayi hangat kembali.

7) Satu jam kemudian, berikan bayi suntikan Hepatitis B pertama.

d. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini Bagi Ibu dan Bayi

1) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi (JNPK-KR, 2008,

p.1-2)

a) Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi

b) Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan

insting dan bisa diperkirakan :

(1) Menstabilkan pernapasan

(2) Mengendalikan temperatur tubuh bayi

(3) Memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik

(4) Mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat

dan efektif

(5) Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat

lahirnya lebih cepat)

(6) Meningkatkan antara hubungan ibu dan bayi

(7) Tidak perlu banyak menangis selama satu jam pertama

(8) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut

bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi

(9) Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan

mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus

bayi baru lahir

17

(10) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik

selama beberapa jam pertama hidupnya

2) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu

a) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu

b) Oksitosin :

(1) Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca

persalinan lebih rendah

(2) Merangsang pengeluaran kolostrum

(3) Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi

(4) Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat

plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya

c) Prolaktin :

(1) Meningkatkan produksi ASI

(2) Membantu ibu mengatasi stres. Mengatasi stres adalah fungsi

oksitosin.

(3) Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai

menyusu

(4) Menunda ovulasi

3) Keuntungan menyusu dini untuk bayi

a) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum

segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi

b) Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera

kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi

18

c) Meningkatkan kecerdasan

d) Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas

e) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi

f) Mencegah kehilangan panas

g) Merangsang kolostrum segera keluar

4) Keuntungan menyusu dini untuk ibu

a) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin

b) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI

c) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi

5) Memulai menyusu dini akan

a) Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah

b) Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan

meningkatkan lamanya bayi disusui

c) Merangsang produksi susu

d) Memperkuat reflek menghisap bayi. Reflek menghisap awal pada

bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir

e. Pentingnya Kontak Kulit dan Menyusu Sendiri

(Menurut Roesli, 2008, p.12-14) Kontak kulit dengan kulit segera

setelah lahir dan bayi menyusu sendiri dalam satu jam pertama penting

dalam kehidupan:

1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak

mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan

(hypothermia).

19

2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan letak jantung bayi

lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi

pemakaian energi.

3) Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari

kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri

“baik” di kulit ibu. Bakteri “baik” ini akan berkembang biak

membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri “jahat”

dari lingkungan.

4) “Bonding” (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik

karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu,

biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.

5) Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan

berasal dari susu manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat

mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan energi lebih

awal.

6) Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui

eksklusif dan akan lebih lama disusui.

7) Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting

susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu

merangsang pengeluaran hormon oksitosin.

8) Bayi mendapatkan ASI kolostrum-ASI yang pertama kali keluar.

Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift on life. Bayi yang

diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan

20

kolostrum dari pada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum, ASI

istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan

terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan

kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang

melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang sekaligus

mematangkan dinding usus ini.

9) Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya

untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat

kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman

batin bagi ketiganya yang amat indah.

f. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya

kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi (Roesli 2008 p.28-31).

1) Bayi kedinginan

Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit

dengan sang ibu, suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua

menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Berdasarkan hasil penelitian

Dr.Niels Bergman (2005) dalam Roesli 2008, ditemukan bahwa suhu

dada ibu yang melahirkan menjadi 1˚C lebih panas daripada suhu

dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu

ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1˚C. Jika bayi kedinginan,

suhu dada ibu akan meningkat 2˚C untuk menghangatkan bayi.

21

2) Setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera

setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat

bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.

3) Tenaga kesehatan kurang tersedia

Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan

tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu, libatkan ayah

atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan

pada ibu.

4) Kamar bersalin atau kamar operasi

Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau

kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan

usahanya mencapai payudara dan menyusu dini

5) Ibu harus dijahit

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara, yang

dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.

6) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore

harus segera diberikan setelah lahir

Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan

Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini

dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu

sendiri tanpa membahayakan bayi.

7) Bayi harus segera dibersihkan,dimandikan,ditimbang,dan diukur

22

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas

pada bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap,melunakkan,dan

melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera

setelah lahir, penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai

menyusu awal selesai.

8) Bayi kurang siaga

Pada 1-2 jam pertama kelahirannya bayi sangat siaga (alert), setelah

itu bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat

obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi

memerlukan bantuan lebih untuk bonding.

9) Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai

sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal)

Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi

dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai

pada saat itu.

10) Kolostrum tidak baik bahkan berbahaya untuk bayi

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain

sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru

lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang

masih muda.

23

g. Inisiasi Menyusu Dini dan Millenium Development Goals

Dalam (Roesli 2008 p.32-40) Inisiasi menyusu dini berperan

dalam pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs).

Adapun tujuan MDGs adalah sebagai berikut :

1) Membantu mengurangi kemiskinan

Inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI

eksklusif enam bulan dan lama menyusui.

Jika seluruh bayi yang lahir di indonesia dalam setahun disusui

secara eksklusif enam bulan berarti:

a) Harga rata-rata satu kaleng susu formula Rp 60.000,00 (tahun

2007)

b) Jumlah bayi lahir di Indonesia 5,5 juta per tahun

c) Biaya pembelian susu formula selama enam bulan untuk bayi

ini: 5,5 juta x 55 kaleng x Rp 60.000,00 = Rp 18,120 triliun

d) Setiap bayi memerlukan sekitar Rp 3,3 juta dalam enam bulan

. biaya ini lebih dari 100% pendapatan buruh yang cuma Rp

500.000 per bulan.

2) Membantu Mengurangi Kelaparan

Bagi anak usia dua tahun, sebanyak 500 cc ASI ibunya mampu

memenuhi kebutuhan kalori 31%, protein 38%, vitamin A 45%, dan

vitamin C 95%. ASI masih memenuhi kebutuhan kalori 70% untuk

bayi 6-8 bulan, 55% untuk bayi 9-11 bulan, dan 40% untuk bayi 12-

23 bulan. Keadaan ini akan secara bermakna memenuhi kebutuhan

24

makanan bayi sampai usia 2 tahun. Artinya pemberian ASI eksklusif

membantu mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan

yang terhenti yang umumnya terjadi pada usia ini.

Bayi yang berkesempatan melakukan inisiasi menyusu dini,

persentase masih menyusunya bayi usia enam bulan adalah 59% dan

bayi usia 12 bulan adalah 38%. pada bayi yang tidak diberi

kesempatan inisiasi menyusu dini, persentase yang masih

menyusunya hanya 19% untuk bayi usia enam bulan dan 8% untuk

bayi usia 12 bulan. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini akan

delapan kali lebih berhasil dalam menyusu eksklusif. Berarti bayi

yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini akan lebih mungkin

disusui sampai usia 2 tahun bahkan lebih.

3) Membantu Mengurangi Angka Kematian Anak Balita

Sekitar 40% kematian balita terjadi pada usia bayi baru lahir

(dibawah satu bulan). Menurut The World Health Report 2005, angka

kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1.000 kelahiran

hidup. Sekitar 20 per 1.000 x 5 juta = 246 bayi meninggal dan

kematian balita 46 per 1.000 kelahiran hidup atau 430 balita

meninggal setiap tahun. Berdasarkan penelitian WHO (2000) di

enam negara berkembang, risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan

meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia

dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 480%.

Adapun peran inisiasi menyusu dini adalah sebagai berikut:

25

a) Sekitar 40% kematian balita terjadi pada satu bulan pertama

kehidupan bayi. Inisiasi menyusu dini dapat mengurangi 22%

kematian bayi 28 hari. Berarti inisiasi menyusu dini mengurangi

angka kematian balita 8,8%.

b) Inisiasi menyusu dini meningkatkan keberhasilan menyusu

eksklusif dan lama menyusu sampai 2 tahun. Dengan demikian

dapat menurunkan kematian anak secara menyeluruh.

Intervensi yang dapat dilakukan :

(1) Inisiasi menyusu dini

Memberikan kesempatan kepada bayi untuk menyusu sendiri.

Dengan mengadakan kontak kulit dengan ibu setidaknya satu

jam akan menurunkan kematian bayi baru lahir sebanyak

22%. Berarti 8,8% menurunkan angka kematian balita.

(2) Menyusui eksklusif enam bulan

Menyusui eksklusif enam bulan dan tetap diberi ASI sampai

11 bulan saja dengan makanan pendamping ASI pada usia

enam bulan menurunkan kematian balita sebanyak 6%.

(3) Makanan pendamping ASI (MP-ASI)

Makanan pendamping ASI dari makanan keluarga dengan gizi

seimbang dapat menurunkan kematian bayi sebanyak 13%.

Berarti dengan IMD, ASI eksklusif enam bulan, diteruskan

dengan pemberian ASI sampai 11 bulan dan MP-ASI

menyelamatkan setidaknya 27,8% kematian balita indonesia.

26

2. Nifas

a. Definisi

Adalah yang dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira

6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti

sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono, 2007, p.237).

Masa nifas dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode

puerperium disebut puerpura. Puerperium (Nifas) berlangsung selama 6

minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya

alat kandungan pada keadaan yang normal (ambarwati dan wulandari,

2009, p.1).

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium yaitu

masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan placenta keluar lepas dari

rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertaidengan pulihnya

kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang

mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan

dengan melahirkan (Suhernik, dkk, 2008, p.1).

b. Tahapan masa nifas

Adapun tahapan-tahapan masa nifas (post partum atau

puerperium) Menurut ( Anggraini, 2010, p.3) adalah:

1) Puerperiun Dini (immediate puerperium)

27

Waktu 0-24 jam post partum. Yaitu kepulihan dimana ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam telah

bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Puerperium Intermedial (early puerperium)

Waktu 1-7 hari post partum. Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia

yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote Puerperium (later puerperium)

Waktu 1-6 minggu post partum. Waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu,

bulan atau tahun.

c. Perubahan psikologi pada masa nifas

Menurut (Anggaini, 2010, p.80-81) Reva rubin dalam varney

(2007) membagi menjadi 3 tahap:

1) Taking In

Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini

berlangsung dari hari pertama sampai kedua setelah melahirkan.

Pada fase ini ibu sedang fokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu

akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya

dari awal sampai akhir. Ibu yang baru melahirkan ini perlu istirahat

atau tidur untuk mencegah gejala kurang tidur dengan gejala lelah,

cepat tersinggung, campur baur dengan proses pemulihan.

2) Taking Hold

28

Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 2-4 hari

setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan

ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat

bayinya. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah

tersinggung dan mudah marah.

3) Letting Go

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan

peran barunya. Ibu harus menyesuaikan diri dengan ketergantungan

bayi, begitu juga karena adanya grefing karena dirasakan sebagai

mengurangi interaksi sosial tertentu. Depresi post partum sering

terjadi pada masa ini.

3. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2003, p.121). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

29

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang

berbeda-beda (Notoatmodjo, 2005, p.50). Pengetahuan pada dasarnya

terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang

untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan

tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui

pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, p.10).

b. Tingkat pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo,2007 p.140), Pengetahuan yang dicakup

didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,

tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya. Contoh: ibu nifas dapat mengetahui

tentang inisiasi menyusu dini (IMD).

30

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap

objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu objek

yang dipelajari. Misalnya : dapat menjelaskan mengapa harus

dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD).

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus

statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat

menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem

solving cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus

yang diberikan.

4) Analisis ( Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

31

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada. Misalnya: dapat membandingkan antara bayi yang dilakukan

inisiasi menyusu dini dengan bayi yang tidak dilakukan insiasi

menyusu dini.

c. Cara memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2005, p.11)

dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

1) Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

32

a) Cara Coba-Salah (Trial and Error )

Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh

manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara

coba-coba atau dengan kata lain yang lebih dikenal “ trial and

error”. Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Apabila

menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya

dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan

dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah, dan apabila kemungkinan tidak berhasil, dicoba

kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal

pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan yang ketiga,

dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan

keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat

terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial

(coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba-salah/coba-

coba.

b) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Cara ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai

kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat

berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun

informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya.

33

Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau

kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah orang

lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau

membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris

ataupun berdasarkan pengalaman sendiri. Hal ini disebabkan

karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap

bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat

memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan

masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara

tersebut. Tetapi bila gagal, maka tidak akan menggunakan cara

itu, dan berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga dapat

berhasil memecahkannya.

d) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,

cara berpikir manusia ikut berkembang. Dari sini manusia

34

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan

manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui

induksi maupun deduksi.

2) Cara modern untuk memperoleh pengetahuan

Mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala

alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatannya tersebut

dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan

umum.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor

sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003, p.57-61)

1) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan

respon terhadap sesuatu yang datang dari luar orang berpendidikan

tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap

informasi yang datang dan akan berpikir sejauhmana keuntungan

yang mungkin akan mereka peroleh.

2) Paparan media massa

Melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik

berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seorang

yang lebih sering berhadapan dengan media massa (televisi, radio,

35

majalah, dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih

banyak

3) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun sekunder,

keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi

dibandingkan dengan keluarga dengan status ekonomi rendah. Jika

dapat disimpulkan ekonomi dapat mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang.

4) Hubungan social

Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling

berinteraksi satu sama lain. Individu yang dapat berinteraksi secara

kontinyu akan dapat lebih besar mendapatkan informasi. Dengan

demikian sosial akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

5) Pengalaman

Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh

dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangan sering

mengikuti kegiatan yang mendidik misalnya seminar.

6) Perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan masyarakat serta lingkungan.

36

e. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat

pengetahuan yang diukur (Notoatmodjo, 2003, p.124).

4. Pendidikan

a. Definisi

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau

masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh

pelaku pendidik (Notoatmodjo 2007, p.19). Pendidikan adalah proses

belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,

perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik,

dan lebih matang pada individu, kelompok, atau masyarakat.

Pendidikan tidak lepas dari proses belajar. Kadang-kadang bahan

pengajaran disamakan dengan pendidikan. Memang kedua pengertian itu

identik, karena proses belajar itu berada dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan. Dengan kata lain pendidikan itu dilihat secara makro

sedangkan pengajaran (proses belajar) itu dilihat secara mikro

(Notoatmodjo, 2003, p.36).

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

37

berlangsung seumur hidup (GBHN,Drs.H.Abu Ahmadi, 2007, p.70).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan

negara (Pasal 1butir 1, UU no.20 tahun 2003 p.3).

b. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan

dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan (pasal 1 butir 8, UU no.20

tahun 2003 p.3).

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tersruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi (pasal 14, UU no.20 tahun 2003 p.10).

Mengacu undang-undang Nomor 20 tahun 2003, pasal 1 butir 3

tentang sistem pendidikan nasional:

1) Pendidikan dasar ( pasal 17, p.10)

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi

jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk:

a) Sekolah dasar (SD) dan Madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk

lain yang sederajat

38

b) Sekolah menengah pertama ( SMP) dan Madrasah Tsanawiyah

(MTs) atau bentuk lain yang sederajat

2) Pendidikan menengah ( pasal 18, p.11).

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan

pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri dari :

a) Pendidikan menengah umum.

b) Pendidikan menengah kejuruan

Pendidikan menengah berbentuk:

(1) Sekolah menengah atas (SMA)

(2) Madrasah aliyah ( MA)

(3) Sekolah menengah kejuruan (SMK)

(4) Madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang

sederajat

c) Pendidikan tinggi ( pasal 19, p.11).

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah yang mencakup program diploma,

sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan

oleh perguruan tinggi.

Perguruan tinggi dapat berbentuk :

(1) Akademi

(2) Politeknik

(3) Sekolah tinggi

39

(4) Institut

(5) Universitas

c. Fungsi Pendidikan

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dam menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3, UU no.20 tahun 2003 p.6).

d. Faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan

1) Umur

Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin

bertambah umur, pendidikan yang didapat akan semakin bertambah

pula. Baik itu pendidikan formal maupun penambahan pengetahuan,

sikap atau ketrampilannya (notoatmodjo, 2003, p.17)

2) Tingkat sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi perbaikan

pendidikan dan perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh

masyarakat. Rata-rata keluarga dengan sosial ekonomi yang cukup

baik akan memilih tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang

bagus dan bermutu (effendi,1998 dan notoatmodjo, 2003, p.19).

40

5. Perilaku

a. Pengertian

Menurut skiner (1938) dalam (notoatmodjo 2007, p.133) perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya

stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

merespons.

b. Macam perilaku

1) Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (cover). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan

sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan

belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu,

disebut covert behaviour atau unobservable behaviour, misalnya:

seorang ibu nifas tahu pentingnya dilakukan inisiasi menyusu dini.

2) Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah

dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt

behaviour, tindakan nyata atau praktik (practice) misalnya : seorang

41

ibu nifas tahu manfaat pelaksanaan inisiasi menyusu dini bagi

bayinya.

c. Proses adopsi perilaku

Menurut (Notoatmodjo, 2007, p.140), Penelitian Rogers (1974)

Mengungkapkan bahwa orang sebelum mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni:

1) Awareness (Kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kasadaran,dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo,2007

p.140). Suatu contoh disini bahwa ibu nifas yang habis melahirkan

apabila di tanya tentang inisiasi menyusu dini atau kapan pemberian asi

42

secara dini tanpa ibu nifas tersebut mengetahui dan melihat secara

langsung bagaimana cara pelaksanaan inisiasi menyusu dini, maka

mereka tidak akan tahu, merasa takut untuk menyusui bayinya dan tidak

akan tahu kapan waktu yang tepat untuk pemberian inisiasi menyusu

dini.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan

Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003, p.13-

14) ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu

maupun kelompok sebagai berikut:

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-

hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan

sebagainya. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya: pemeriksaan

kesehatan bagi ibu nifas diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu

tersebut tentang manfaat pemeriksaan ibu nifas. Baik bagi kesehatan

ibu sendiri dan bayinya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan,

tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau

menghambat ibu untuk periksa masa nifasnya. Misalnya, orang yang

sudah melahirkan tidak perlu memeriksakan diri karena sudah

dianggap sudah tidak apa-apa. Faktor-faktor ini terutama yang positif

43

mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor

pemudah.

2) Faktor-faktor pemungkin (enambling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana

atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan

makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas

pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik,

Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan Praktek

Swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat

memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Misalnya: perilaku

pemeriksaan masa nifas, ibu nifas dilakukan inisiasi menyusu dini

tidak hanya karena ibu tahu dan sadar manfaat dari inisiasi menyusu

dini saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat

memperoleh fasilitas atau tempatpelaksanaan inisiasi menyusu dini,

misalnya: Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes,

Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan Praktek Swasta, dan sebagainya.

fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktornya disebut

faktor pendukung atau faktor pemungkin.

3) Faktor-faktor penguat (reinforcing faktor)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku Tokoh

masyarakat (Toma), Tokoh agama (Toga), sikap dan perilaku para

44

petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-

undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat,

masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap

positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku,

contoh (acuan) dari para Toma, Toga, para Petugas, lebih-lebih para

Petugas Kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan

untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku ibu

bersalin, serta kemudahan memperoleh fasilitas persalinan, juga

diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan

ibu nifas perlu dilaksanakan inisiasi menyusu dini. Oleh sebab itu

intervensi pendidikan hendaknya dimulai mendiagnosis tiga faktor

penyebab (determinan) tersebut kemudian intervensinya juga

diarahkan terhadap tiga faktor tersebut. Pendekatan ini disebut model

preced, yakni: predispocing, reinforcing and enabling couse in

educational diagnosis and evaluation

45

B. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dapat digunakan

kerangka teori sebagai berikut:

Perilaku masalah

spesifik :

Pelaksanaan inisiasi

menyusu dini

Faktor penguat

1. Sikap dan Perilaku Tokoh

Masyarakat

2. Sikap dan Perilaku Tokoh

Agama

3. Sikap dan Perilaku Petugas

Kesehatan

Bagan 2.1 kerangka teori penelitian

Sumber : Lawrence green (1980) dalam notoatmodjo(2003,p.13-14 )

: yang diteliti

---------------- : yang tidak diteliti

Faktor predisposisi

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Kepercayaan

4. Tradisi

5. Nilai-nilai

6. Tingkat Pendidikan

7. Tingkat sosial ekonomi

Faktor pendukung

1. Sarana dan Prasarana

2. Keterjangkauan fasilitas

3. Ketersediaan pelayanan

kesehatan

46

C. Kerangka Konsep

Kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur

melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,2005 p.69).

Variabel Independen Variabel Dependen

Pendidikan

Variabel Pengganggu

1. Sikap

2. Tingkat sosial ekonomi

3. Keterjangkauan fasilitas

Keterangan :

Variabel pengganggu tidak diukur

Skema 2.2 Kerangka konsep penelitian

Pengetahuan Pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini

47

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan

pembuktian untuk penegasan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau

harus ditolak, berdasarkan fakta atau ampiris yang telah dikumpulkan dalam

penelitian (Hidayat, 2007 p.45).

Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan pada ibu nifas dengan

pelaksanaan inisiasi menyusu dini

Ha : Ada hubungan antara pendidikan pada ibu nifas dengan pelaksanaan

inisiasi menyusu dini