22-23-1-pb

Upload: fariszulkarnain

Post on 13-Jul-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Vol.13.No.1.Th.2006

Kajian Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan

Kajian Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Di Perairan Selat Madura Dengan Menggunakan Metode Holistik Serta Analisis EkonominyaFirman Farid Muhsonim, Candra Nuraini * Jurusan Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo, Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal Bangkalan Madura.The Study of Exploration Fish Resources In Madura Strait with Holistic Methods And Economic Analysis ABSTRACT Background : The condition Study of Exploration Fish Resources In Strait Madura with Holistic Methods And Also Economic Analysis Condition of territorial Strait Madura is over-fishing do not be strenghtened with data until how big the condition to each fishery type catch. This matter is known of slower information so that alternative management pattern very difficult to be applied. Methods : This research aim to get information mount fish resource exploiting in Strait Madura and economic study from some appliance catch. Exploiting fish resource storey with holistic analysis and economic study use NPV analysis and Gross B /C Ratio. Result : The result of the research showed that optimal effort pelagis (Eopt) was 461385.99 trip/year and total catch (Cmsy) 46500.06 ton/year and over fishing was occurred since year 1997. The optimal demersal effort (Eopt) was 758962.95 trip / year and total catch (Cmsy) 24999.80 ton/year when over fishing happened since three the last year. Economic analysis is arrest use appliance catch Dogol (NPV=4608030) and Payang (NPV=167,757,444). While appliance catch gill net (NPV=-2858528) and net trammel (NPV=-671832) is conclusion improper. Key words : Madura strait, method holistic, Over fishing ABSTRAK Latar Belakang : Kondisi perairan Selat Madura yang over-fishing tidak diperkuat dengan data sampai seberapa besar kondisi tersebut untuk setiap jenis perikanan tangkap. Hal ini diketahui belakangan informasi lebih lambat sehingga pola manajemen alternatif sangat sulit untuk diterapkan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Selat Madura dan kajian ekonomi dari beberapa alat tangkap. Metode : Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan dikaji dengan analisis holistic dan kajian ekonomi menggunakan analisa NPV dan Gross B/C Ratio. Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan untuk perikanan pelagis effort optimal (Eopt) 461385.99 trip/tahun dan total hasil tangkapan pada kondisi keseimbangan (Cmsy) 46500.06 ton/tahun maka terjadi over fishing sejak tahun 1997. Perikanan demersal menunjukkan effort optimal (Eopt) mencapai 758962.95 trip/tahun dan total produksi keseimbangan (Cmsy) 24999.80 ton/tahun maka kondisi over fishing terjadi sejak tiga tahun terakhir. Analisis ekonomi penangkapan yang layak adalah penangkapan menggunakan alat tangkap Dogol (NPV=4608030) dan Payang (NPV=167,757,444). Sedangkan alat tangkap gill net (NPV=-2858528) dan trammel net (NPV=-671832) disimpulkan tidak layak. Kata kunci : Selat Madura, metode holistik, over fishing

87

Muhsonim, dan Nuraini

Jurnal Protein

PENDAHULUAN Berdasarkan karakteristik sumberdaya, faktor oseanografi, dan status pemanfaatannya, perikanan laut Jawa Timur bisa dipisahkan menjadi empat area, yaitu: (1) wilayah perairan utara Jawa Timur, (2) wilayah perairan Selat Madura, (3) perairan Selat Bali, dan (4) wilayah perairan Selatan Jawa Timur (Anonymous, 2003). Kondisi perairan Selat Madura yang overfishing tidak diperkuat dengan data sampai seberapa besar kondisi tersebut untuk setiap jenis perikanan tangkap. Hal ini diketahui belakangan (informasi lebih lambat) sehingga konsekuensinya, pola manajemen alternatif sangat sulit untuk diterapkan. Sebagai contoh pola menejemen effort (pembatasan alat) mengalami kendala, pengadaan tenaga kerja dan perahu (kapal penangkap) sudah terlanjur ada di sana. Nelayan tidak menunjukkan respons yang sensitif terhadap keberadaan sumberdaya ikan tersebut, maka penurunan CpUE (Catch per Unit Effort) tidak segera diikuti dengan pencarian alternatif lain yang lebih menguntungkan oleh nelayan. Banyak model yang digunakan untuk menduga besarnya potensi perikanan laut yaitu : model holistik (holistic models) dan model analisis (analitycal models). Model holistic menganggap suatu stok ikan sebagai suatu biomassa yang homogen yang tidak memperdulikan struktur panjang dan umur dari stok. Sedangkan model analitik dengan menggunakan stuktur panjang dan umur dari tok (Sparre, P., E. Ursin dan S. C. Venema. 1996). Permasalahan yang dihadapi perikanan selat Madura adalah (1) penerapan sistem eksploitasi pada tingkat nelayan yang cenderung bersifat open access, dan (2) perencanaan kebijakan perikanan laut belum didasari oleh informasi tentang status pemanfaatan sumberdaya yang cukup akurat (Anonymous, 2003). Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang sampai seberapa jauh tingkat pemanfaatannya yang dipergunakan sebagai pedoman penentuan alternatif pengelolaan sumberdaya ikan di perairan Selat Madura. Serta mengetahui seberapa besar kajian ekonomi dari beberapa alat tangkap di perairan selat Madura.

MATERI DAN METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode survey. Pendekatan holistik ini menggunakan model Surplus Produksi seperti yang telah diajukan oleh Scaefer, Fox sebagai equilibrium model dan Wolter & Hilborn, Schnute sebagai Nonequilibrium state model. Untuk keperluan ini digunakan data statistik perikanan Jawa Timur tahun 1995 sampai dengan 2003 equilibrium model Menurut model ini, bahwa hasil tangkap mempunyai hubungan linier negatif, yaitu : CpUE = a b f ..................................... (a) Maka : Upaya penangkapan optimum (fopt) = a / 2b Maksimum Sustainable Yield (YMSY) = a2 / 4b Non-equilibrium state model Untuk mengestimasi stok beberapa tahun kedepan dapat menggunakan persamaan regresi multi linier, maka dapat diketahui persamaan (Wiadnya D.G.R. et al, 1993) : (Ut+1 Ut) = r * Ut (r/ (k*q)) * Ut2 q*Ut*Et ............................................................ ......(b) maka : Ce = (r*k) / 4 (penangkapan optimum) Ee = r/ (2*q) (Effort optimum) Ue = (q*k) / 2 (CpUE optimum) Pe = k / 2 (stok biomas pada kondisi keseimbangan) Analisis Ekonomi Penangkapan Analisis ekonomi didapatkan dari sampling beberapa alat tangkap yang ada di perairan Selat Madura. Dari hasil survey didapatkan data besar capitas, cost dan benefit dari alat tangkap tersebut. Data tersebut dilakukan analisa beberapa analisis perhitungan. Beberapa kriteria yang digunakan dalam menghitung analisis proyek penangkapan antara adalah : Net Present Value (NPV), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio) (Pudjosumarto, M., 1995). a. Net Present Value

88

Vol.13.No.1.Th.2006

Kajian Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan

Merupakan selisih antara (Benefit) dengan pengeluaran yang telah dilaksanakan nilai uang saat ini dengan nilai uang akan kriteria ini mengatakan bahwa usaha ini akan layak atau tidaknya apabila nilai NPV > 0, dapat dihitung dengan persamaan .4

(d)

mempunyai nilai gross B/C > 1, Gross B/C dapat dihitung. 4 B Gross B/C : .... C +K

NPV = B C K ...................F =1

n

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Fisik Perairan Selat Madura Perairan Selat Madura bisa dikatakan sebagai wilayah laut semi tertutup oleh Muara Kamal di bagian barat dan gugus pulau-pulau kecil di bagian timur. Hampir kesuluruhan area merupakan wilayah pantai dangkal, terlindung, gelombang relatif rendah dan bisa diakses oleh hampir seluruh armada perikanan yang ada, termasuk armada perikanan skala kecil. Kabupaten yang berhubungan dengan Selat Madura selain kabupaten yang ada di Madura adalah Kabupaten/Kota Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo

(c)Keterangan : K B C = merupakan capital yang digunakan pada periode investasi = penarikan pada tahun ke 1 n = pengeluaran pada tahun 1 n

b. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Merupakan perbandingan dari jumlah benefit biaya kotor yang telah dilaksanakan. Suatu usaha yang akan dipilih apabila

Tabel 1. Data oseanografi masing-masing wilayah penangkapan di Jawa Timur NO Parameter Waktu Area Selat Madura Desember Mei 29.0 1. SST (0C) Juni November 27.0 - 29.0 Max 82 3. Depth Rata-rata 19 Trench (DST) Pebruari 18-38 6. Arus (cm/det) Agustus 6-12 8. Tinggi Gelombang (m) 0-1 9. Up-Welling Pebruari 39 10. Topography at sea level (cm) Agustus 43 Desember Mei 1 12. Produktifitas primer (PP) Juni November 1 Desember Mei 0.1 14. Klorofil (mg/m3) Juni November 0.3 Desember Mei 20 16. Kecerahan (m) Juni November 20 Desember Mei 4 18. O2 permukaan (ml/l) Juni November 4.5 Desember Mei 3.5 kedalaman 100m Juni-November 3 Desember Mei kedalaman 400m Juni November Sumber : Atlas Oseanologi Perairan Indonesia dan Sekitarnya (1975) Keterangan : ** = Daerah yang mempunyai up-welling besar SST = Sea Surface Temperature DST = Double Sunda Trench

89

Muhsonim, dan Nuraini

Jurnal Protein

2. Status Pemanfaatan Sumberdaya Tingkat pemanfaatan dibagi menjadi menurut jenis alat, yaitu : Status pemanfaatan untuk alat demersal dan status pemanfaatan untuk alat pelagis/permukaan untuk wilayah perairan Selat Madura. qDalam melakukan pendugaan status pemanfaatan sumberdaya perikanan hanya dilakukan dengan menggunakan jaring. Jenis alat tangkap pancing yang sangat selektif tidak bisa memberikan indikasi bahwa alat tersebut berpengaruh terhadap peluang over-fishing. Alat tangkap seperti bubu dan sero juga juga tidak bisa digunakan sebagai data penduga status pemanfaatan sumberdaya. Hal ini disebabkan karena data yang tersedia kurang mencukupi sehingga menghasilkan bias yang terlalu tinggi. 3. Konversi Alat Tangkap Alat yang digunakan sebagai effort standar pada jenis alat permukaan atau pelagis wilayah Selat Madura adalah purse seine. Konversi alat dilakukan dengan membandingkan nilai hasil tangkapan per satuan usaha (CpUE) alat lain ke dalam alat standar. Satuan CpUE yang digunakan adalah ton per trip. Sedangkan data yang digunakan adalah standar statistik time seri perikanan Jawa Timur sejak tahun 1995 2003. Alat tangkap pelagis hasil konversi payang terhadap purse seine mendapatkan

bahwa 1 unit purse seine setara dengan 4,77 unit payang. Sementara 1 unit purse seine setara dengan 18,12 unit dogol. Dengan cara yang sama, dalam usaha untuk mencapai total hasil tangkapan setara purse seine, jaring insang hanyut yang dibutuhkan adalah setara 33,86 unit Alat tangkap yang digunakan sebagai effort standar pada jenis alat demersal adalah dogol untuk perairan Selat Madura. Pada perairan Selat Madura untuk alat demersal dimana dogol sebagai alat standart, hasil konversi 1 unit dogol setara dengan nilai 2,8 unit payang. Dengan demikian, 1 unit trip dari alat dogol standar akan setara dengan 2,8 trip dari alat tangkap payang. 1 unit dogol setara dengan 2,61 unit Purse seine , 1 unit dogol setara dengan 6,13 unit jaring insang hanyut. 4. Perikanan Pelagis Wilayah Perairan Selat Madura Perkembangan jumlah effort standar dan total hasil tangkap perikanan pelagis di perairan Selat Madura disajikan pada Tabel 2. Estimasi status pemanfaatan sumberdaya menggunakan rata-rata dari keempat model (tabel 3). Hasil estimasi mendapatkan bahwa jumlah effort optimal (Eopt) bagi perikanan pelagis di perairan Selat Madura setara 461385.99 trip per tahun. Sedangkan total hasil tangkapan pada kondisi keseimbangan (Cmsy) dicapai pada 46500.06 ton per tahun.

Tabel 2. Perkembangan jumlah effort standar purse seine dan hasil tangkapan total dari alat standar effort pelagis di perairan Selat Madura E - Standarisasi Pukat Cincin/ Thn C - Ikan Pelagis U Purse Seine (trip) (ton) (TON/TRIP) 1995 242779 43346.02 0.1785 1996 317050 45614.21 0.1439 1997 272706 51572.64 0.1891 1998 308496 46443.82 0.1505 1999 291937 49536.20 0.1697 2000 296409 60190.76 0.2031 2001 289894 60975.78 0.2103 2002 296946 77131.59 0.2597 2003 1341395 71794.03 0.0535

90

Vol.13.No.1.Th.2006

Kajian Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan

Tabel 3. Status Pemanfaatan Area Sealt Madura Ikan Pelagis/Permukaan Model Schaefer Fox Walter Hilborn Shnute Rerata E opt (trip) C opt (ton) U opt (ton/trip) 877551.29 846221.02 55311.21 66460.46 461385.99 98872.30 81148.30 1400.30 4579.33 46500.06 0.113 0.096 0.025 0.069 0.08 0.3612 0.0000033 15508.54 0.3897 0.0000029 47000.99 0.3754 0.0000031 31254.77 terhadap penangkapan pada tahun-tahun terakhir akan menyebabkan kondisi overfishing semakin parah (gambar 1). r q k (ton/th)

Indikasi over-fishing perikanan pelagis di perairan Selat Madura sudah terjadi pada tahun 1997. Kenaikan yang siknifikan

Gambar 1. Perbandingan antar C msy dengan penangkapan pada tiap tahun (1995-2003) pada perikanan Pelagis Selat Madura.

5. Perikanan Demersal pada Wilayah Perairan Selat Madura Perkembangan jumlah effort dan hasil tangkapan perikanan demersal di perairan

Selat Madura disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis menggunakan metode Scaefer, model fox dan Walter Hilborn, dan tidak menggunakan model Shnute karena mempunyai bias yang besar.

Tabel 4. Perkembangan jumlah effort standar Dogol dan hasil tangkapan total dari alat standar effort pelagisn di perairan Selat Madura E - Standararisasi Dogol C Ikan demersal U Thn (trip) (ton) (TON/TRIP) 1995 346821 19571.275 0.0564 1996 414160 22055.61 0.0533 1997 403800 21443.395 0.0531 1998 378946 20342.925 0.0537 1999 429883 18781.41 0.0437 2000 380564 23141.388 0.0608 2001 358470 27087.1 0.0756 2002 347671 27350.704 0.0787 2003 1819056 28118.844 0.0155

91

Muhsonim, dan Nuraini

Jurnal Protein

Tabel 5. Status Pemanfaatan Area Selat Madura Ikan Demersal U opt Model E opt (trip) C opt (ton) r q k (ton/th) (ton/trip) Schaefer 1134572.15 40635.97 0.036 Fox 1063551.79 32821.91 0.031 Walter Hilborn 78764.91 1541.51 0.020 0.5078 0.0000032 12143.10 Shnute 198470.01 226336.58 1.140 0.9487 0.0000024 954284.77 Rata-rata 618839.72 75334.00 0.307 0.7282 0.0000028 483213.93 Rata-rata (Schaefer, fox dan 758962.95 24999.80 0.03 walter Hilborn) Dan hasil dari perhitungan mendapatkan bahwa jumlah effort optimal (Eopt) di wilayah perairan Selat Madura untuk perikanan demersal mencapai 758962.95 trip/tahun setara dengan Dogol. Sedangkan total produksi keseimbangan adalah sekitar 24999.80 ton/tahun. Eksploitasi perikanan demersal di perairan Selat Madura cenderung melewati batas kemampuan pemulihan stok sumberdaya atau telah mengalami over fishing (Gambar 2). Kelebihan tangkap/over fishing terjadi pada tiga tahun terahir. Tingginya tekanan sumberdaya ikan demersal di perairan Selat Madura sudah terjadi ketika semakin berkembangnya jumlah alat tangkap dan teknologi penangkapan di Selat Madura

Gambar 2. Perbandingan antar C msy dengan penangkapan pada tiap tahun (1995-2003) pada perikanan Demersal Selat Madura. Dengan memperhatikan kelestarian stok dan kemampuan pemulihan sumberdaya, status pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis dan demersal di perairan Selat Madura sudah melebihi kapasitas kemampuan stok sumberdaya. Hal ini bisa dilihat dari indikator: (i) ukuran ikan yang tertangkap; (ii) kepadatan armada berdasarkan perkiraan luas daerah operasi penangkapan; (iii) dan tidak seimbangnya antara kapasitas stok dengan jumlah effort yang beroperasi.6. Analisis Ekonomi Bidang Penangkapan Perhitungan Analisis penangkapan dilakukan selama 6 tahun. Besar discount factor yang digunakan sebesar 12% sesuai dengan yang disebutkan oleh Gittinger J.P. (1986), menyatakan bahwa untuk negaranegara sedang berkembang pengukuran suatu proyek usaha menggunakan discount factor diasumsikan sebesar 8%-15% dalam nilai yang sebenarnya. Angka yang dipilih adalah 12%, untuk itu hasil perhitungan analisis penangkapan di Selat Madura menggunakan discount factor 12%.

92

Vol.13.No.1.Th.2006

Kajian Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan

Perhitungan analisis ekonomi dilakukan dengan 2 perbandingan, perbandingan pertama adalah dilakukan setelah terjadi kenaikan BBM (Tabel 6) dan perhitungan kedua dilakukan sebelum kenaikan BBM (Tabel 7). Dari perhitungan pertama dengan asumsi kenaikan BBM menunjukkan bahwa analisis proyek penangkapan yang layak/menguntungkan adalah penangkapan menggunakan alat tangkap Dogol/cantrang (NPV = 4608030) dan Payang (NPV = 167,757,444). Proyek dikatakan layak bila nilai NPV > 0. Sedangkan alat tangkap gill net (NPV = -2858528) dan trammel net ( NPV = -671832) disimpulkan tidak layak karena nilai NPV < 0. Sedangkan kalau dilihat dari perhitungan Gross B/C menunjukkan bahwa Dogol dan payang layak karena nilai Gross B/C >1. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa alat tangkap payang merupakan alat tangkap yang paling menguntungkan. Hal ini karena jika dibandingkan dengan alat tangkap lain payang

merupakan alat tangkap yang skala besar dan menggunakan teknologi yang lebih modern. Perbandingan analisis ekonomi dari sesudah kenaikan BBM (tabel 6) dan sebelum kenaikan BBM (tabel 7) menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan. Sebelum kenaikan BBM dari keempat alat tangkap menunjukkan keuntungan dengan nilai NPV untuk alat tangkap gill net (3406185), Trammel net (3224369), Dogol (71060700) dan payang (234865284). Sedangkan setelah terjadinya kenaikan BBM dari RP 2.500 menjadi Rp 4.500 untuk alat tangkap gill net dan trammel net dianggap tidak layak atau merugi, sedangkan alat tangkap dogol dan payang mengalami penurunan keuntungan. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan kenaikan BBM memerlukan upaya yang lebih besar, dengan cara antara lain melakukan penangkapan ke daerah yang lebih luas atau memperbanyak waktu penangkapan.

Tabel 6. Analisa penangkapan setelah kenaikan BBM No Alat Tangkap NPV Gros B/C 1. Gill Net -2858528 0.95 2. Trammel Net -671832 0.98 3. Dogol/cantrang 46080300 1.22 4. Payang 167,757,444 1.52 Tabel 7. Analisa penangkapan sebelum kenaikan BBM No Alat Tangkap NPV Gros B/C 1. Gill Net 3406185 1.06 2. Trammel Net 3224369 1.11 3. Dogol/cantrang 71060700 1.38 4. Payang 234865284 1.91 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil estimasi perikanan pelagis di perairan Selat Madura mendapatkan effort optimal (Eopt) 461385.99 trip per tahun, total hasil tangkapan pada kondisi keseimbangan (Cmsy) dicapai pada 46500.06 ton per tahun dan indikasi terjadinya over fishing sudah terjadi sejak tahun 1997. 2. Perikanan Demersal di perairan Selat Madura menunjukkan jumlah effort optimal (Eopt) mencapai 758962.95 trip/tahun setara dengan Dogol dan total produksi keseimbangan (Cmsy) 24999.80 ton/tahun dan kondisi over fishing terjadi sejak tiga tahun terakhir. 3. Analisis proyek penangkapan yang layak/menguntungkan adalah penangkapan menggunakan alat tangkap Dogol/cantrang (NPV = 4608030) dan Payang (NPV = 167,757,444). Sedangkan alat tangkap gill net (NPV = -2858528) dan trammel net ( NPV = -671832) disimpulkan tidak layak karena nilai NPV < 0. Saran

93

Muhsonim, dan Nuraini

Jurnal Protein

Sesuai analisis kelayakan proyek penangkapan yang paling menguntungkan adalah alat tangkap dogol/cantrang. DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 1995-2003. Laporan Statistik Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur. Surabaya. __________, 2001 . Laporan Akhir Pemetaan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di Selat Madura, Laut Jawa dan Laut Wilayah Propinsi Bagian Selatan. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur denganFakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. Hal I-3; 4-1 - 5-7 Gittingger P.J., 1986. Analisa Ekonomi ProyekProyek Pertanian. The Johns Hopkins University

Press. Penerjemah Sutomo S. & Mangiri K. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Pujawan, 1995. Evaluasi Proyek. Erlangga. Bandung. 395 Hal. Pudjosumarto, M., 1995. Liberty. Yogyakarta. Evaluasi Proyek.

Sparre, P., E. Ursin dan S. C. Venema, 1996. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis Bagian 1Petunjuk. FAO Fish. Tch. Alih Bahasa Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang. Hal 96-132.s Wiadnya, D G. R., L. Sutini, T.R. Lelono, 1993. Bahan Referensi Manajemen Sumberdaya Perairan dengan Kasus Perikanan Tangkap di Jawa Timur. Fak. Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. Hal 13-68.

94