139240065-pomfolik
TRANSCRIPT
1
BAB I
KASUS
I.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. Kiswati
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 23 Tahun
Alamat : Candirejo 4/1 ds. Tuntang, kc. Tuntang, kab. Semarang
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Belum menikah
I.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Terdapat bintil pada jari manis tangan kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poli Kulit & Kelamin dengan keluhan timbul bintil
pada jari manis tangan kanan, bintil timbul tiba-tiba, sudah ada sejak bangun
tidur tadi pagi, dirasakan kemeng, tidak disertai demam. Pasien
mengeluhkan satu minggu sebelumnya alergi terhadap sabun cuci, dan
sudah berusaha berobat ke puskesmas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal.
Riwayat asma, alergi obat dan makanan disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa disangkal.
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal.
2
I.3 PEMERIKSAAN FISIK
Predileksi = manus dx
UKK = deep vesikel, multipel, batas jelas dg erosi & eksoriasi diatasnya,
sebagian lesi madidans, asimestris, lokalisata
I.4 DIAGNOSIS BANDING
Pomfoliks
Pemfigus bulosa
DKI
Psoriasi pustulosa palmoplantar
I.5 DIAGNOSIS
Pomfoliks
I.6 PLAN & TERAPI
Kloderma Cream
Prohistin
Sagestam Cream
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Pomfoliks adalah suatu ekzema endogen yang ditandai dengan erupsi
vesikula menonjol, bersifat menahun dimana lepuhan-lepuhan yang terasa gatal
timbul di telapak tangan dan pinggiran jari-jari tangan, juga bisa ditemukan di
telapak kaki. Lepuhan ini seringkali bersisik, berwarna merah dan berair.
Pomfoliks kadang disebut dishidrosis. Karena lokalisasinya di tempat yang banyak
keringat (hiperhidrosis), diduga keringat sebagai penyebabnya (dishidrotik).
Secara histologik dijumpai vesikula yang penuh berisi cairan, di epidermis.1
II.2 SINONIM
Penyakit ini memiliki beberapa nama yang berbeda, yaitu Dyshidrotic
Eczema, Dermatitis Dishidrotik, Vesicular Palmoplantar Eczema dan Pomfoliks.
Kata dishidrotik digunakan karena merasa bahwa kondisi ini berkaitan dengan
kelenjar keringat, tetapi asosiasi ini belum terbukti. Nama pomfoliks yang
diambil dari istilah Yunani ‘cheiropompholyx’ yang artinya ‘tangan dan
gelembung’, yang secara akurat menggambarkan gangguan ini.2
II.3 ETIOLOGI
Karena lokalisasinya di tempat yang banyak berkeringat (hiperhidrosis),
diduga keringat sebagai penyebabnya (dishidrotik). Penderita juga mempunyai
riwayat kecenderungan atopi (eksema, asma, hay fever dan rinitis alergika).3
Penyebab Dyshidrotic Eczema belum diketahui dengan pasti. Dyshidrotic
Eczema sering timbul bersamaan dengan penyakit kulit lain misalnya dermatitis
atopik, dermatitis kontak, alergi terhadap bahan metal, infeksi dermatofita,
infeksi bakteri, lingkungan dan stres. Ada beberapa faktor yang mungkin
berperan dalam menyebabkan yaitu :2
4
Faktor genetik : Kembar monozigot dapat secara serentak dipengaruhi oleh
Dyshidrotic Eczema.
• Atopi : Sebanyak 50% pasien dengan Dyshidrotic Eczema dilaporkan baik
secara personal maupun keluarga mempunyai atopi diatesis
(eksema, asma, hay fever, rinitis alergika)
- Serum IgE akan meningkat, sekalipun pasien dan keluarga tidak
mempunyai riwayat atopi.
- Dyshidrotic Eczema bisa merupakan manifestasi awal dari diatesis
atopi.
• Sensitif terhadap nikel : Ini mungkin faktor yang signifikan dalam Dyshidrotic
Eczema namun mempunyai jumlah yang rendah,
sedangkan dalam beberapa studi lain dilaporkan
adanya peningkatan terhadap sensitifitas terhadap
nikel.
• Diet rendah nikel : Hal ini dilaporkan dapat menurunkan frekuensi dan
keparahan dari Dyshidrotic Eczema.
• Reaksi id : Timbulnya Dyshidrotic Eczema tidak selalu berhubungan dengan
paparan bahan kimia yang peka atau metal (misalnya kromium,
kobalt, karbomix, fragande mix, diaminodiphenylmethana,
parfum, fragrances dan balsem dari Peru).
• Infeksi jamur.
• Stres emosi : Merupakan faktor yang paling memungkinkan menyebabkan
Dyshidrotic Eczema. Banyak pasien melaporkan adanya
Pompholyx berulang selama periode stres. Perbaikan
Dyshidrotic Eczema menggunakan biofeedback untuk
mengurangi stres.
• Faktor lain : Faktor yang dilaporkan bisa menyebabkan dyshidrotic eczema
antara lain rokok, kontrasepsi oral, aspirin dan implan metal.
5
II.4 PATOFISIOLOGI
Mekanisme mengenai terjadinya dermatitis dishidrosis sendiri masih belum
jelas. Hipotesis paling awal mengemukakan bahwa lesi-lesi vesikel yang timbul
pada dermatitis dishidrosis disebabkan oleh ekskresi keringat yang berlebihan
(excessive sweating). Namun sekarang hipotesis ini sudah tidak digunakan lagi
karena lesi-lesi vesikular yang timbul pada dermatitis dishidrosis tidak berkaitan
dengan saluran kelenjar keringat. Walaupun demikian, hiperhidrosis (keringat
berlebihan) merupakan salah satu tanda yang terlihat secara khas pada 40%
penderita dermatitis dishidrosis (istilah dishidrosis datang dari gejala berkeringat
banyak / salah berkeringat).2
Dermatitis dishidrosis dikaitkan dengan riwayat atopia, di mana sekitar 50%
penderita dermatitis dishidrosis juga menderita dermatisis atopik.2
Faktor-faktor eksogen seperti kontak terhadap nikel, balsam, kobalt,
sensitivitas terhadap besi yang teringesti, infeksi oleh dermatofita dan infeksi
bakteri juga dapat memicu dermatitis dishidrosis. Antigen-antigen ini dapat
bertidak sebagai hapten dengan afinitas spesifik terhadap protein di stratum
lucidum daerah palmar dan plantar. Ingesti ion metal seperti kobalt akan
menginduksi hipersensitivitas tipe 1 dan 4, serta mengaktivasi limfosit T melalui
jalur independen antigen leukosit. Pengikatan hapten tersebut terhadap reseptor
jaringan dapat menginisiasi munculnya vesikel-vesikel di daerah palmar/plantar.2
Faktor lain, seperti stres emosional dan faktor lingkungan (pergantian
musim, temperatur dan kelembaban) juga dapat memperburuk dermatitis
dishidrosis. Pemberian imunoglobulin intravena dilaporkan dapat memicu
dermatitis dishidrosis (dyshidrotic-like eczematous).2
Pada beberapa pasien, infeksi jamur dapat menyebabkan dermatitis
dishidrosis di daerah palmar. Sebuah studi mengungkapkan sepertiga kasus
dermatitis dishidrosis dapat diatasi setelah penanganan untuk penyakit tinea
pedis (kutu air), suatu penyakit di sela jari dan telapak kaki akibat infeksi jamur.2
6
II.5 GAMBARAN KLINIS
Pada stadium akut dijumpai banyak vesikula, yang berisi cairan, terasa
sangat gatal dan munculnya tiba-tiba. Vesikula tersebut kadang-kadang dapat
berkelompok dan kemudian membentuk bula yang besar. Pada stadium subakut
atau kronis, kulit kering dan berskuama. Pada 80% penderita, mengenai telapak
tangan, bagian lateral jari-jari dan hanya 12% yang mengenai telapak kaki.2
Erupsinya simetris, dan sering rekuren.3 Kadang-kadang terdapat pustula dan
bula yang kemudian lebih sering sembuh dengan mengering daripada memecah.
Umumnya bisa menjadi infeksi sekunder dan sesudah itu kulit menjadi
kering atau terpecah-pecah dan deskuamasi.4 Sering didapatkan pada orang-
orang yang banyak berkeringat pada tangan dan kaki.
Beberapa faktor yang digali dari anamnesis dapat terkait dengan dermatitis
dishidrosis, antara lain stress emosional, riwayat atopik diri sendiri atau keluarga,
pajanan terhadap antigen tertentu (seperti kobalt, nikel, balsam, krom, dll),
riwayat pengobatan dengan terapi imunoglobulin intravena, atau riwayat
penyakit HIV.2
7
II.6 DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang ditemukan,
kultur bakteri dan sensitivitas, uji tempel, dan histopatologi (adanya spongiosis
disertai infiltrasi limfosit dan / atau bula / vesikel intraepidermal).
II.7 LABORATORIUM
Diagnosis Dyshidrotic Eczema biasanya ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan klinis semata dan mudah untuk didiagnosis karena cenderung tidak
menyerupai keadaan lainnya. Pemeriksaan kultur bakteri dan sensitifitas
dilakukan jika curiga adanya infeksi sekunder. Sedangkan tes darah biasanya
tidak diusulkan, tapi biasanya IgE-nya meningkat. Dapat juga dilakukan uji tempel
(Patch Test) bila dicurigai adanya dermatitis kontak alergi.2
II.8 HISTOPATOLOGI
Tidak tampak perubahan pada kelenjar keringat. Pada epidermis
ditemukan vesikel-vesikel dan tidak terlihat adanya tanda-tanda radang.1 Secara
histologik dijumpai adanya vesikula yang penuh berisi cairan di epidermis.3
8
II.9 DIAGNOSIS BANDING
1. Pemfigus bulosa, pada pemvigus bulosa tempat predileksinya di ketiak,
lengan bagian fleksor dan lipat paha sedangkan pomfoliks predileksinya di
manus dan pedis.4
2. Epidermolisis bulosa, kunci utama epidermolisis bulosa secara klinis
didasarkan lokalisasi bula yang terbentuk, yaitu ditempat yang mudah
terbentuk trauma, walaupun trauma ringan, misalnya trauma jalan lahir.4
3. Dermatitis kontak iritan dapat menjadi faktor pencetus terjadinya
pomfoliks ini. Dermatitis kontak iritan pada tangan biasanya menyerang
dorsum manus dan sela-sela jari. Pada pomfoliks, lokalisasi terutama di
telapak tangan dan pinggir lateral jari-jari.4
9
4. Psoriasis pustular, vesikel pomfoliks dapat dirancukan dengan psoriasis
pustular. Namun demikian, psoriassis pustular biasanya melibatkan kuku,
yaitu adanya alur-alur ataupun onikolisis. Lesi pada psoriasis jelas batasnya,
dan tidak begitu gatal.6
II.10 PENATALAKSANAAN
Tatalaksana dapat berupa kompres basah untuk bula dan pemberian
kortikosteroid sistemik dan topikal yang berfungsi sebagai antiinflamatorik dan
mempengaruhi sistem imun tubuh.2
a. Kompres dingin
Kompres dingin dilakukan sebanyak 4 kali dalam sehari selama 15 menit.
Ini akan membuat bulla / vesikel menjadi kering. Kompres dingin tidak
boleh dilakukan pada ekzem yang kering.2
b. Emolien pada lesi kulit yang kering
Emolien ini berfungsi untuk menjaga kulit tetap lembab / lembut.2
c. Steroid topikal
Steroid topikal sebaiknya digunakan pada malam hari. Steroid topikal
berguna untuk mengurangi peradangan dan rasa gatal. Steroid cream
digunakan pada kulit yang melepuh dan mengeluarkan cairan. Steroid
ointment digunakan untuk kulit yang kering.2
d. Kortikosteroid sistemik
Kortikosteroid sistemik hanya perlu pada kasus yang berat. Biasanya
diberikan dalam bentuk tablet atau injeksi. Keadaan akan membaik secara
perlahan tetapi dapat kambuh kembali bila pengobatan dihentikan.
Pengobatan dengan kortikosteroid dalam waktu yang lama jarang
dianjurkan karena efek sampingnya yang berat.2
e. Antibiotik
Antibiotik diberikan apabila dicurigai adanya infeksi sekunder, misalnya
Flucloxacillin, Tiamfenikol dan lain-lain.
10
Dyshidrotic Eczema dapat disembuhkan dengan :1
• Krim kortikosteroid
• Asam salisilat 5% dalam alkohol
• Krim vioform 3% memberi hasil yang baik
• Bila madidans : kompres dengan KMnO4 1 : 5000
• Pada kasus-kasus yang berat diberikan kortikosteroid sistemik seperti :
prednison, prednisolon atau tiamsinolon
II.11 KOMPLIKASI
komplikasi dari Dyshidrotic Eczema :2
• Infeksi bakteri sekunder dari vesikel atau bula bisa menyebabkan selulitis,
limfadenitis dan septikemia.
• Perubahan susunan dan bentuk kuku tampak gambaran seperti garis
melintang, menebal, perubahan warna dan kuku yang berlubang.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus dari anamnesis diperoleh pasien datang dengan keluhan berupa
muncul bintil pada jari manis tangan kiri, sejak bangun tidur, pasien juga
mengeluhkan seminggu yang lalu mengalami alergi sabun cuci, tetapi telah
berobat ke puskesmas. Dari pemeriksaan fisik pada predileksi manus dextra
diperoleh lesi berupa deep vesikel, multipel dengan erosi dan eksoriasi, lokal,
asimetris. Diagnosis banding dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut
adalah Pomfoliks, Pemfigus bulosa, DKI, Psoriasi pustulosa palmoplantar.
Sedangkan diagnosis kerja untuk kasus ini adalah Pomfoliks. Sedangkan
treatment pada kasus ini diberikan Kloderma Cream, Prohistin, Sagestam Cream.
Pomfoliks merupakan varian dari dermatitis yang ditandai oleh adanya
vesikel dan bula pada telapak tangan, telapak kaki dan pada permukaan lateral
jari tangan yang bersifat rekuren, akut dan kronis, di mana etiologinya belum
diketahui secara pasti. Dermatitis dishidrosis disebut juga pompholyx.
Dyshidrotic Eczema semula diduga sebagai tanda gangguan pengeluaran
keringat, namun sekarang beberapa penyebab telah ditemukan yaitu antara lain
dermatitis kontak (nikel pada wanita), reaksi id yang menyebar akibat infeksi
jamur atau bakteri, erupsi akibat obat, dermatofitid dan penyebab lain yang tidak
diketahui. Bisa juga karena stres emosi, makanan atau obat-obatan. Banyak
menyerang pada orang dewasa dengan frekuensi yang sama antara wanita dan
pria.
Diagnosis Dyshidrotic Eczema biasanya ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan klinis semata dan mudah untuk didiagnosis karena cenderung tidak
menyerupai keadaan lainnya. Pemeriksaan kultur bakteri dan sensitifitas
dilakukan jika curiga adanya infeksi sekunder. Sedangkan tes darah biasanya
tidak diusulkan, tapi biasanya IgE-nya meningkat. Dapat juga dilakukan uji tempel
(Patch Test) bila dicurigai adanya dermatitis kontak alergi.
12
Pada kasus ini pasien diberikan Kloderma Cream yang merupakan
kortikosteroid topikal, yang bertujuan untuk menekan peradangan, dan
dihentikan setelah hasil pengobatan tercapai. Prohistin tab 10 mg merupakan
antihistamin, dapat sebagai antipruritus. Sagestam Cream merupakan antibiotik
topikal, pada kasus ini Sagestam Cream diberikan pada bagian lesi yang basah,
bermanfaat untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder.
Pada pasien ini lesi yang basah tidak diberikan KMnO4 1 : 5000 karena
telah diberikan Sagestam Cream, tujuan pemberian KMnO4 1 : 5000 adalah
sabagai disinfektan, hal ini dapat digantikan dengan pemberian Sagestam Cream.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Siregar, R.S. 1996, Atlas Berwarna SARIPATI PENYAKIT KULIT, EGC, Jakarta
2. Burdick, A.E. 2004, Dyshidrotic Eczema, Department of Dermatology,
University of Miami School of Medicine, http ://www.eMedicine.com
3. Harahap, H. 2000, Ilmu Penyakit Kulit, Hipokrates, Jakarta
4. Wilkinson, J.D., Shaw, S. dan Fenton, D.A. 1994, Atlas Bantu DERMATOLOGI,
Hipokrates, Jakarta
5. Djuwanda, Adhi, dkk. 2005, Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Balai,
Penerbitan FK UI : Jakarta
6. Steigleder, G.K. dan Maibach, H.I. 1995, Atlas Saku PENYAKIT KULIT,
Binarupa aksara, Jakarta