(1). vibhisana adik rahwana dharsan ke jaganatha

1
Vibhisana adik dari Rahvana selalu dharsan kepada Tuhan Jagannath. Vibhisana adalah salah satu saudara lelaki dari raja Rahvana di Lanka pada masa Tretayuga. Walau demikian dia menyerahkan diri kepada Tuhan Sri Rama. Setelah kematian Ravana, dia kemudian dinobatkan menjadi raja Lanka. Sri Vibhisana menginsafi bahwa Sri Rama adalah Tuhan Yang Maha Esa Sendiri, dan para penduduk Puri meyakini bahwa Vibhisana setiap hari selalu datang memuja Tuhan Jagannath karena Beliau adalah tiada berbeda dengan Tuhan Sri Ramacandra. Sebagaimana para deva lainnya, Vibhisana juga datang untuk menyaksikan upacara terakhir pada tengah malam, Pahuda Arati. Pada tahun 1810, ketika belum ada lampu listrik dan seluruh kota menjadi gelap pada malam hari, Pendeta Agung Pattajoshi Mohapatra mengalami kejadian ajaib. Saat itu beliau tengah berjalan pulang ke rumah, meninggalkan kuil dan keluar melalui Gerbang Kuda. Tiba-tiba beliau merasa seperti ada orang yang mengikutinya dari belakang. Orang itu tidak tampak karena gelapnya malam, namun sepertinya ia sangat besar hingga kepalanya bagai menyentuh langit. Pattajoshi Mohapatra kaget dan bertanya, “Siapakah Anda, Tuan?” Jawaban yang terdengar, “Aku Vibhisana dari luar planet bumi, datang kemari setiap hari demi menyembah Jagannath, Tuhan Alam Semesta.” Karena masih ragu Pendeta Agung berkata, “Buktikan bila Anda benar dari luar planet bumi!” Lalu Vibhisana memberikannya gelang emas yang sangat besar, yang tengah dikenakannya pada saat itu dan segera menghilang. Bahkan hingga saat ini, sudah 200 tahun berlalu, perhiasan yang diberikan oleh Vibhisana dari Devaloka ini masih dapat dilihat di kediaman Pattajoshi Mohapatra, dimuliakan oleh keturunan- keturunannya. Ukurannya sangat besar seperti roda kereta lembu, tidak ada manusia manapun yang berpikir untuk membuat apalagi mengenakan perhiasan semacam itu. Pengalaman seorang Bhandar Mekhap, pada tahun 1890 Para mekhap adalah mereka yang bertugas menjaga busana-busana, perhiasan-perhiasan, dan tempat penyimpanannya yang disebut Ratna Bhandar. Di dalam ruang yang tersegel ini disimpan mutiara- mutiara berharga, intan, berlian, permata zamrud, kalung-kalung emas dan berbagai jenis perhiasan berharga lainnya yang digunakan pada saat Suna Vesha. Deva yang menjaga tempat penyimpanan ini adalah Lokanath Mahadeva, yang merupakan salah satu manifestasi Deva Siva. Disebutkan bahwa siapapun orang serakah yang berani mencuri perhiasan dari sini akan mati terkena lepra bersama seluruh anggota keluarganya. Tahun 1890, seorang sebaka yang bernama Biswanath Mekhap mencuri beberapa perhiasan, berpikir tidak mungkin akan terjadi apa-apa padanya. Kemudian dalam mimpinya pada suatu malam dua ekor kobra memasuki kamar tidurnya dan menggigit kakinya. Istrinya mendengar suara lantang bergema entah dari mana, “Kami dari Nagaloka, diutus Siva Lokanath untuk menghukum suamimu!” Biswanath Mekhap ditemukan meninggal keesokan harinya dan seluruh keluarganya mati muda tanpa keturunan.

Upload: hayasirshadasa

Post on 27-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Adik Rahwana dharshan pada Jagannatha

TRANSCRIPT

Page 1: (1). Vibhisana Adik Rahwana Dharsan Ke Jaganatha

Vibhisana adik dari Rahvana selalu dharsan kepada Tuhan Jagannath.

Vibhisana adalah salah satu saudara lelaki dari raja Rahvana di Lanka pada masa Tretayuga. Walau demikian dia menyerahkan diri kepada Tuhan Sri Rama. Setelah kematian Ravana, dia kemudian dinobatkan menjadi raja Lanka. Sri Vibhisana menginsafi bahwa Sri Rama adalah Tuhan Yang Maha Esa Sendiri, dan para penduduk Puri meyakini bahwa Vibhisana setiap hari selalu datang memuja Tuhan Jagannath karena Beliau adalah tiada berbeda dengan Tuhan Sri Ramacandra. Sebagaimana para deva lainnya, Vibhisana juga datang untuk menyaksikan upacara terakhir pada tengah malam, Pahuda Arati.

Pada tahun 1810, ketika belum ada lampu listrik dan seluruh kota menjadi gelap pada malam hari, Pendeta Agung Pattajoshi Mohapatra mengalami kejadian ajaib. Saat itu beliau tengah berjalan pulang ke rumah, meninggalkan kuil dan keluar melalui Gerbang Kuda.

Tiba-tiba beliau merasa seperti ada orang yang mengikutinya dari belakang. Orang itu tidak tampak karena gelapnya malam, namun sepertinya ia sangat besar hingga kepalanya bagai menyentuh langit. Pattajoshi Mohapatra kaget dan bertanya, “Siapakah Anda, Tuan?” Jawaban yang terdengar,

“Aku Vibhisana dari luar planet bumi, datang kemari setiap hari demi menyembah Jagannath, Tuhan Alam Semesta.” Karena masih ragu Pendeta Agung berkata, “Buktikan bila Anda benar dari luar planet bumi!” Lalu Vibhisana memberikannya gelang emas yang sangat besar, yang tengah dikenakannya pada saat itu dan segera menghilang.

Bahkan hingga saat ini, sudah 200 tahun berlalu, perhiasan yang diberikan oleh Vibhisana dari Devaloka ini masih dapat dilihat di kediaman Pattajoshi Mohapatra, dimuliakan oleh keturunan-keturunannya. Ukurannya sangat besar seperti roda kereta lembu, tidak ada manusia manapun yang berpikir untuk membuat apalagi mengenakan perhiasan semacam itu.

Pengalaman seorang Bhandar Mekhap, pada tahun 1890

Para mekhap adalah mereka yang bertugas menjaga busana-busana, perhiasan-perhiasan, dan tempat penyimpanannya yang disebut Ratna Bhandar. Di dalam ruang yang tersegel ini disimpan mutiara-mutiara berharga, intan, berlian, permata zamrud, kalung-kalung emas dan berbagai jenis perhiasan berharga lainnya yang digunakan pada saat Suna Vesha. Deva yang menjaga tempat penyimpanan ini adalah Lokanath Mahadeva, yang merupakan salah satu manifestasi Deva Siva. Disebutkan bahwa siapapun orang serakah yang berani mencuri perhiasan dari sini akan mati terkena lepra bersama seluruh anggota keluarganya.

Tahun 1890, seorang sebaka yang bernama Biswanath Mekhap mencuri beberapa perhiasan, berpikir tidak mungkin akan terjadi apa-apa padanya. Kemudian dalam mimpinya pada suatu malam dua ekor kobra memasuki kamar tidurnya dan menggigit kakinya. Istrinya mendengar suara lantang bergema entah dari mana, “Kami dari Nagaloka, diutus Siva Lokanath untuk menghukum suamimu!” Biswanath Mekhap ditemukan meninggal keesokan harinya dan seluruh keluarganya mati muda tanpa keturunan.