1 lapkasss nh

39
1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI HIPERBILIRUBINEMIA Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan. Hiperbilirubinemia fisiologis yang memerlukan terapi sinar, tetap tergolong non patologis sehingga disebut ‘Excess Physiological Jaundice’. Digolongkan sebagai hiperbilirubinemia patologis (Non Physiological Jaundice) apabila kadar serum bilirubin terhadap usia neonatus >95% menurut Normogram Bhutani. 1

Upload: debi-lailatul-rahmi

Post on 17-Feb-2016

238 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

neonatorum

TRANSCRIPT

Page 1: 1 Lapkasss NH

1

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI HIPERBILIRUBINEMIA

Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin

serum yang menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati

bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan. Hiperbilirubinemia fisiologis

yang memerlukan terapi sinar, tetap tergolong non patologis sehingga disebut

‘Excess Physiological Jaundice’. Digolongkan sebagai hiperbilirubinemia

patologis (Non Physiological Jaundice) apabila kadar serum bilirubin terhadap

usia neonatus >95% menurut Normogram Bhutani.1

Ikterus pada bayi atau yang dikenal dengan istilah ikterus

neonatarum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan

ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang

berlebih . Pada orang dewasa, ikterus akan tampak apabila serum bilirubin >2

mg/dl(>17μmol/L) sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum

bilirubin >5mg/dl(86μmol/L). Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis

Page 2: 1 Lapkasss NH

1

berupa pewaranaan kuning pada kulit, sedangkan hiperbilirubinemia lebih

mengacu pada gambaran kadar bilirubin serum total. .1

B. MACAM – MACAM IKTERUS

Macam – macam ikterus adalah sebagai berikut:

1. Ikterus Fisiologis

Ikterus fisiologis adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor

fisiologis yang merupakan gejala normal dan sering dialami bayi baru

lahir. Ikterus fisiologis diantara sebagai berikut: .1

a. Timbul pada hari ke dua dan ketiga.

b. Kadar bilirubin indirect tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup

bulan dan 12,5 mg% untuk neonatus lebih bulan.

c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.

d. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.

e. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik. .1

2. Ikterus Patologi

Ikterus patologi adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi

bilirubin dalam darah mencapai nilai yang mempunyai potensi untuk

menimbulkan kern icterus jika tidak ditanggulangi dengan baik, atau

mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Adapun ikterus

patologis menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut: .1

1) Ikterus patologi ;

2) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama

3) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau

melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan

4) Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari

5) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama

6) Kadar bilirubin direct melebihi 1 mg%

7) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik

a. Ikterus patologi; Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau

hiperbilirubinemia dengan karakteristik sebagai berikut: .1

1) Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran

Page 3: 1 Lapkasss NH

1

2) Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau > setiap 24 jam

3) Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada neonatus <

bulan dan 12,5% pada neonatus cukup bulan

4) Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi

enzim G6PD dan sepsis)

5) Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu,

asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi,

hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.

Pembentukan dan Ekskresi Bilirubin pada Bayi Baru Lahir

Sel Darah Merah

Hemoglobin

Hem Globin

Besi Bilirubin

+

Plasma Protein

Hati : Glukonil Transfer

Bilirubin tidak Terkonjugasi + Asam Glukoronat

Glukoronat Bilirubin Terkonjugasi

Diekskresi melalui urin atau feses

Sumber : Whaley,Wong ; Essentials of Pediatric. ST Louis, 2006. Mosby. Hal. 370

Page 4: 1 Lapkasss NH

1

C. Etiologi dan Faktor Resiko

1. Etiologi Ikterus

Peningkatan kadar bilirubin umumnya terjadi pada setiap bayi

baru lahir, karena hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah

lebih banyak dan berumur lebih pendek

a. Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim

glukuronil transferase, ligand dalam protein belum adekuat)

b. Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih befungsinya enzim

beta glukuronidase di usus dan belum ada nutrien.2

2. Faktor Resiko Ikterus

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebih (ikterus nonfisiologis)

menurut dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor di bawah ini:

a. Hemolisis akibat inkontabilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus,

defisiensi G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat

b. Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, Infeksi saluran kemih, infeksi

intra uterin

c. Polisitemia

d. Trauma lahir, sefalhematom

e. Asidosis

f. Hipoksia/asfiksia2

Faktor resiko untuk timbulnya ikterus neonatorum menurut

adalah sebagai berikut:

a. Faktor maternal

1) Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American, Yunani)

2) Komplikasi kehamilan (DM, inkomtabilitas ABO dan Rh)

3) Penggunaan oksitosin dalam larutan hipotonik

4) ASI2

b. Faktor Perinatal

1) Trauma Lahir (sefalhematom, ekimosis)

2) Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

3) Faktor Neonatus

4) Prematuritas

Page 5: 1 Lapkasss NH

1

5) Faktor genetik

6) Obat (Streptomisin, kloramfenikol, benzylalkohol, sulfisoxazol)

7) Rendahnya asupan ASI

8) Hipoglikemia

9) Hipoalbuminemia2

D. PENYEBAB IKTERUS

Penyebab ikterus terbagi atas :

1. Ikterus pra hepatic

Terjadi akibat produksi bilirubin yang mengikat yang terjadi pada

hemolisis sel darah merah. 2

2. Ikterus pasca hepatik (obstruktif)

Adanya bendungan dalam saluran empedu (kolistasis) yang

mengakibatkan peninggian konjugasi bilirubin yang larut dalam air yang

terbagi menjadi:

a. Intrahepatik: bila penyumbatan terjadi antara hati dengan ductus

koleductus2

b. Ekstrahepatik: bila penyumbatan terjadi pada ductus koleductus

3. Ikterus hepatoseluler (hepatik)

Kerusakan sel hati yang menyebabkan konjugasi blirubin

terganggu. 2

E. PENYEBAB IKTERUS BERDASARKAN WAKTU TIMBULNYA

1. 24 jam pertama

Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama dengan penyebab antara lain:

a. Inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan lain

b. Infeksi intra uterin (oleh virus, toksoplasma, lues dan kadang bakteri)

c. Defisiensi G6PD2

2. 24 jam sampai < 72 jam

Ikterus yang timbul 24 – 72 jam setelah lahir dengan penyebab anatara

lain: 2

Page 6: 1 Lapkasss NH

1

1) Biasanya ikterus fisiologis

2) Masih ada kemungkinan inkompatibitas darah ABO atau Rh atau

golongan lain. Hal ini diduga kalau peningkatan kadar bilirubin cepat,

misalnya melebihi 5 mg%/24 jam

3) Polisitemia

4) Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan sub oiponeurosis,

perdarahan hepar sub kapsuler dan lain-lain)

5) Dehidrasis asidosis2

3. Lebih dari 72 jam

Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai minggu pertama

dengan penyebab antara lain :

1) Biasanya karena infeksi (sepsis)

2) Dehidrasi asidosis

3) Defisiensi enzim G-6-PD

4) Pengaruh obat2

F. TANDA DAN GEJALA

1. Tanda

Tanda dan gejala yang timbul dari ikterus yaitu: 2

a. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar

b. Letargi (lemas)

c. Kejang

d. Tidak mau menghisap

e. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental

f. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,

epistotonus, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot

g. Perut membuncit

h. Pembesaran pada hati

i. Feses berwarna seperti dempul

j. Tampak ikterus: sklera, kuku, kulit dan membran mukosa.

Joundice pada 24 jam pertama yang disebabkan oleh penyakit

hemolitik waktu lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik/infeksi.

Page 7: 1 Lapkasss NH

1

k. Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap, warna tinja gelap. 2

2. Gejala

Gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi:

a. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kern ikterus

pada neonates adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.

b. Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi

hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala

sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran,

paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis). 2

Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang

sebagai berikut : 2

1. Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada

saat kelahiran

2. Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan

darah tali pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan

yang dibutuhkan

3. Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24

jam pertama kelahiran. 2

G. KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin timbul dari ikterus neonatorum terjadi

kernikterus, yaitu kerusakan pada otak akibat perlengketan bilirubin indirect

pada otak terutama pada korpus striatum, thalamus, nucleus subtalamus

hipokampus, nucleus merah didasar ventrikel IV. 2

Kern Ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirect pada otak. Kern Ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang

biasanya ditemukan pada neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin

lebih dari 20 mg %) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy

ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk

kelainan syaraf spatis yang terjadi secara kronik. 2

Page 8: 1 Lapkasss NH

1

H. PENATALAKSANAAN IKTERUS

Pengobatan yang diberikan sesuai dengan analisa penyebab yang

mungkin dan memastikan kondisi ikterus pada bayi kita masih dalam batas

normal (fisiologis) ataukah sudah patologis. Tujuan pengobatan adalah

mencegah agar konsentrasi bilirubin indirect dalam darah tidak mencapai

kadar yang menimbulkan neurotoksisitas, dianjurkan dilakukan transfuse tukar

dan atau fototerapi. Resiko cidera susunan saraf pusat akibat bilirubin harus

diimbangi dengan resiko pengobatan masing-masing bayi. Kriteria yang harus

dipergunakan untuk memulai fototerapi. Oleh karena fototerapi membutuhkan

waktu 12-24 jam, sebelum memperlihatkan panjang yang dapat diukur, maka

tindakan ini harus dimulai pada kadar bilirubin, kurang dari kadar yang

diberikan. Penggunaan fototerapi sesuai dengan anjuran dokter biasanya

diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin tidak lebih dari 10 mg%.1

1. Penatalaksanaan umum

Penatalaksanaan ikterus secara umum antara lain yaitu:

a. Memeriksa golongan darah ibu, (Rh, ABO) dan lain – lain pada waktu

hamil

b. Mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru

lahir yang dapat menimbulkan ikterus, infeksi dan dehidrasi

c. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai

dengan kebutuhan bayi baru lahir imunisasi yang cukup baik di tempat

bayi dirawat

d. Pengobatan terhadap faktor penyebab bila diketahui1

2. Penatalaksanaan berdasarkan waktu timbulnya icterus

Ikterus neonatorum dapat dicegah berdasarkan waktu timbulnya

gejala dan diatasi dengan penatalaksanaan di bawah ini:1

a. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama pemeriksaan yang dilakukan:

1) Kadar bilirubin serum berkala

2) Darah tepi lengkap

3) Golongan darah ibu dan bayi diperiksa

4) Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G-6-PD biakan darah atau

biopsy hepar bila perlu1

Page 9: 1 Lapkasss NH

1

b. Ikterus yang timbul 24 – 72 jam setelah lahir: Pemeriksaan yang perlu

diperhatikan:1

1) Bila keadaan bayi baik dan peningkatan tidak cepat dapat

dilakukan pemeriksaan darah tepi

2) Periksa kadar bilirubin berkala

3) Pemeriksaan penyaring enzim G-6-PD dan pemeriksaan lainnya.1

c. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai minggu pertama.

Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya

Pemeriksaan yang dilakukan :

1) Pemeriksaan bilirubin direct dan indirect berkala

2) Pemeriksaan darah tepi

3) Pemeriksaan penyaring G-6-PD

4) Biarkan darah, biopsi hepar bila ada indikasi1

3. Ragam Terapi

Jika setelah tiga-empat hari kelebihan bilirubin masih terjadi,

maka bayi harus segera mendapatkan terapi. Bentuk terapi ini macam-

macam, disesuaikan dengan kadar kelebihan yang ada.1

a. Terapi Sinar (fototerapi)

Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai

kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan

fototerapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi

mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi

sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tidak terus meningkat

sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal. Sinar yang digunakan

pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon dengan panjang

gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan

disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang

disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga

intensitasnya lebih efektif.1

Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan

pada tubuh bayi. Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat

kelamin harus ditutup dengan menggunakan kain kasa. Tujuannya

Page 10: 1 Lapkasss NH

1

untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari lampu-lampu tersebut.

Seperti diketahui, pertumbuhan mata bayi belum sempurna sehingga

dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya, begitu pula alat

kelaminnya, agar kelak tak terjadi risiko terhadap organ reproduksi itu,

seperti kemandulan.1

Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan

diubah-ubah, telentang lalu telungkup agar penyinaran berlangsung

merata. Dokter akan terus mengontrol apakah kadar bilirubinnya sudah

kembali normal atau belum. Jika sudah turun dan berada di bawah

ambang batas bahaya, maka terapi bias dihentikan. Rata-rata dalam

jangka waktu dua hari si bayi sudah boleh dibawa pulang.1

Meski relatif efektif, tetaplah waspada terhadap dampak

fototerapi. Ada kecenderungan bayi yang menjalani proses terapi sinar

mengalami dehidrasi karena malas minum. Sementara, proses

pemecahan bilirubin justru akan meningkatkan pengeluaran cairan

empedu ke organ usus. Hasilnya gerakan peristaltik usus meningkat

dan menyebabkan diare. Memang tak semua bayi akan mengalaminya,

hanya pada kasus tertentu saja. Yang pasti, untuk menghindari

terjadinya dehidrasi dan diare, orang tua mesti tetap memberikan ASI

pada si kecil.1

Beberapa hal yang diperhatikan untuk terapi sinar antara lain:

1. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas

mungkin dengan membuka pakaian bayi.

2. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang

dapat memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata

dan sel reproduksi bayi.

3. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap

jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.

4. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh

bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh.

5. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4 – 6 jam.

6. Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.

Page 11: 1 Lapkasss NH

1

7. Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi

dengan hemolisis.

8. Perhatikan kecukupan cairan tubuh bayi. Bila perlu konsumsi

cairan bayi dinaikkan.

b. Terapi Transfusi

Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar

bilirubin terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka

perlu dilakukan terapi transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan

bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus).

Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa mengalami

beberapa gangguan perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental,

cerebral palsy, gangguan motorik dan bicara, serta gangguan

penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah

teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain. Proses tukar

darah akan dilakukan bertahap.1

Bila dengan sekali tukar darah, kadar bilirubin sudah

menunjukkan angka yang menggembirakan, maka terapi transfusi bisa

berhenti. Tapi bila masih tinggi maka perlu dilakukan proses tranfusi

kembali. Efek samping yang bisa muncul adalah masuknya kuman

penyakit yang bersumber dari darah yang dimasukkan ke dalam tubuh

bayi. Meski begitu, terapi ini terbilang efektif untuk menurunkan kadar

bilirubin yang tinggi.1

c. Terapi Obat-obatan

Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya, obat

Phenobarbital atau luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin

di sel-sel hati sehingga bilirubin yang sifatnya indirect berubah

menjadi direct. Ada juga obat-obatan yang mengandung plasma atau

albumin yang berguna untuk mengurangi timbunan bilirubin dan

mengangkut bilirubin bebas ke organ hati. Biasanya terapi ini

dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti fototerapi. Jika sudah

tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini dikurangi bahkan

Page 12: 1 Lapkasss NH

1

dihentikan. Efek sampingnya adalah mengantuk. Akibatnya, bayi jadi

banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi

kekurangan kadar gula dalam darah yang justru memicu peningkatan

bilirubin. Oleh karena itu, terapi obat-obatan bukan menjadi pilihan

utama untuk menangani hiperbilirubin karena biasanya dengan

fototerapi si kecil sudah bisa ditangani.1

d. Menyusui Bayi dengan ASI

Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan

feses dan urin. Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti

diketahui, ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat

memperlancar buang air besar dan kecilnya.1

e. Terapi Sinar Matahari

Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi

tambahan. Biasanya dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah

sakit. Caranya, bayi dijemur selama setengah jam dengan posisi yang

berbeda-beda. Seperempat jam dalam keadaan telentang, misalnya,

seperempat jam kemudian telungkup.1

Lakukan antara jam 7.00 sampai 9.00. Inilah waktu dimana

sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin. Di bawah jam tujuh,

sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di atas jam sembilan

kekuatannya sudah terlalu tinggi sehingga akan merusak kulit. Hindari

posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari karena dapat

merusak matanya. Perhatikan pula situasi di sekeliling, keadaan udara

harus bersih.1

I. PENILAIAN IKTERUS MENURUT KRAMER

Ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Dan membagi

tubuh bayi baru lahir dalam lima bagian bawah sampai tumit, tumit-

pergelangan kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki serta tangan termasuk

telapak kaki dan telapak tangan. Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan

jari telunjuk di tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang

dada, lutut dan lain-lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap-tiap

nomor disesuaikan dengan angka rata-rata di dalam gambar di bawah ini.2

Page 13: 1 Lapkasss NH

1

Penilaian ikterus dan derajat ikterus dengan cara Kramer yaitu

membagi derajat ikterus bayi baru lahir dalam 5 bagian yang dimulai cara:2

1. Derajat I Apabila terdapat warna kuning dari kepala sampai leher.

2. Derajat II Apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan sampai

dengan umbilicus.

3. Derajat III Apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan, paha sampai

dengan lutut.

4. Derajat IV Apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan, ekstremitas

sampai dengan pergelangan tangan dan kaki.

5. Derajat V Apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan, semua

ekstremitas sampai dengan ujung jari. 2

Hubungan

J. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

IKTERUS

1. Faktor ibu

a. Tingkat Pengetahuan

Derajat

Daerah Ikterus

Perkiraan kadar

bilirubin rata-rata

Ikterus Aterm

(gr/dl)

Prematur

(gr/dl)

1. Kepala sampai leher 5.4 -

2. Kepala, badan sampai umbilikus 8.9 9.4

3. Kepala, badan, paha sampai lutut 11.8 11.4

4. Kepala, badan, ekstremitas sampai

dengan pergelangan tangan dan kaki15.8 13.3

5. Kepala, badan, semua ekstremitas

sampai dengan ujung jari- -

Page 14: 1 Lapkasss NH

1

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau

kepandaian yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh dari

pengalaman latihan atau melalui proses belajar. Proses belajar

seseorang tidak hanya dituntut memiliki kemampuan membaca,

menulis dan berhitung. Mereka juga dituntut memiliki kemampuan

memecahkan masalah, mengambil keputusan, kemampuan

beradaptasi, kreatif dan inovatif, kemampuan tersebut sangat

diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Pengetahuan

merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah namun sangat

penting, karena dapat membentuk perilaku seseorang.3

Ketika seseorang mendapatkan pengetahuan baru, orang

tersebut diharapkan mampu menyebutkan informasi itu kembali

menginterpretasikannnya dengan benar dan dapat

mengaplikasikannya, ia juga diharapkan dapat melakukan analisa,

sintesa dan eveluasi. Dengan demikian diharapkan semakin tinggi

kemampuan kognitif paru ibu terhadap terjadinya ikterus patologis

maupun fisiologis pada bayi baru lahir, dianjurkan semakin banyak

pula perubahan perilaku positif dalam memberikan ASI sedini

mungkin. 3

b. Usia

Perkembangan organ-organ reproduksi pada ibu yang masih

muda belum optimal, juga kematangan jiwa dan emosi yang kurang

dan menurut Depkes usia yang baik untuk hamil adalah 20-35 tahun.

Bayi - bayi yang berasal dari ibu yang berusia muda mempunyai

angka kematian yang lebih tinggi, kejadian prematuritas dan BBLR

yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi-bayi dari ibu yang lebih

tua. Bayi dengan BBLR dari ibu masih muda biasanya disertai dengan

kelainan kongenital, cacat fisik, dan cacat mental, termasuk epilepsi,

retardasi mental, dan tuli dan bisa menyebabkan ikterus. Bayi-bayi ini

jika berhasil hidup akan menimbulkan masalah yang lebih besar,

kemungkinan bayi tersebut akan mengaalami pertumbuhan dan

perkembangan yang terhambat/tidak optimal, termasuk cacat karena

Page 15: 1 Lapkasss NH

1

prospek pembinaan fisik dan psikososial yang kurang memadai/

kurang mencukupi. 3

c. Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan alat yang dapat mengubah nilai dan

norma keluarga. Melalui pendidikan, seseorang dapat menerima lebih

banyak informasi dan memperluas cakrawala berfikir sehingga mudah

mengembangkan diri dalam mengambil keputusan dan bertindak. Ibu

yang berpendidikan rendah sulit untuk menerima motivasi. Ibu yang

berpendidikan rendah biasanya kurang menyadari pentingnya

perawatan pra kelahiran, punya keterbatasan dalam memperoleh

pelayanan antenatal yang adekuat, keterbatasan mengkonsumsi

makanan yang bergizi selama hamil yang pada akhirnya akan

mempengaruhi kondisi ibu dan janin yang dikandungnya. Dari

penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden yang

memiliki tingkat pengetahuan perawatan bayi tinggi sekitar 73,3%,

dan 70% bayi yang tidak mengalami ikterus. 3

d. Riwayat Kesehatan Ibu Pada Saat Hamil.

Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan

kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu

hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan

pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke

bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil

untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap

kunjungan antenatal (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis

data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik

untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada

tidaknya masalah atau komplikasi. 3

Kunjungan Antental Care (ANC) adalah kontak ibu hamil

dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan

kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan

memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan. Menurut Depkes

Page 16: 1 Lapkasss NH

1

RI (1994) tujuan ANC adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat

melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan

selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. 3

Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya

berjalan lancar, persalinan berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat.

Untuk mewujudkan keinginan tersebut tak pelak lagi dibutuhkan

pemeriksaan kehamilan yang teratur. Sebenarnya bukan hanya untuk

ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat untuk kesejahteraan

janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk mendeteksi

dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera

mengobatinya; mempertahankan dan meningkatkan kesehatan selama

kehamilan; mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi

persalinan; mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan

kehamilannya, juga bila kehamilannya dikategorikan dalam risiko

tinggi, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang

aman kelak." Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa

meningkatkan kesehatan janin dan mencegah janin lahir prematur,

berat bayi lahir rendah, lahir mati, ataupun mengalami kematian saat

baru lahir. Pemeriksaan yang harus dilakukan adalah: 3

1. Anamnesa

Terdiri atas pertanyaan tentang identitas, lama menstruasi,

tanggal menstruasi terakhir, dan keluhan yang berkaitan dengan

kehamilan. Misalnya, mual-muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati,

nafsu makan berkurang atau bertambah. Juga ditanyakan riwayat

kehamilan sebelumnya jika itu bukan kehamilan pertamanya. 3

2. Pemeriksaan Fisik

Mencakup berat badan, adanya anemia atau tidak dengan

melihat pasien pucat, pengukuran tekanan darah, nadi, pernafasan,

suhu. 3

3. Pemeriksaan Laboratorium

Page 17: 1 Lapkasss NH

1

Pemeriksaan drah terdiri dari: HB, gula darah, sampai

golongan darah guna mengetahui ada atau tidaknya

ketidaksesuaian golongan darah dan rhesus. 3

e. Breast Feeding Jaundice

Adalah ikterus yang disebabkan oleh kekurangan asupan ASI.

Timbul pada hari kedua atau ketiga pada waktu produksi ASI belum

banyak.5

Untuk neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan (bukan BBLR),

hal ini tidak perlu dikhawatirkan, karena bayi dibekali cadangan

lemak coklat, glikogen, dan cairan yang dapat mempertahankan

metabolisme selama 72 jam. Walaupun demikian keadaan ini dapat

memicu terjadinya hiperbilirubinemia yang disebabkan peningkatan

sirkulasi enterohepatik akibat kurangnya asupan ASI.5

Ikterus pada bayi tidak selalu disebabkan oleh breast feeding

jaundice, karena dapat saja meupakan hiperbilirubinemia fisiologis.5

f. Breast Milk Jaundice

Adalah ikterus yang disebabkan oleh Air susu ibu (ASI).

Mekanisme sesungguhnya yang menyebabkan breast milk jaundice

belum diketahui. Tetapi diduga timbul akibat terhambatnya Uridine

diphosphoglucuronic acid glucuronyl transferase (UDGPA) oleh hasil

metabolisme progesteron, yaitu pregnane-3-alpha 2-beta-diol yang ada

di dalam ASI sebagian ibu.5 Pregnane-3-alpha 2-beta-diol

meningkatkan siklus enterohepatik sehingga banyak bilirubin yg

kembali ke hepar akibatnya menumpuk dan menjadi

hiperbilirubinemia.2

2. Faktor bayi

a. Inkompatibilitas Rhesus

Kira-kira 85% orang kulit putih mempunyai rhesus positif

dan 15% rhesus negatif. Hemolisis biasanya terjadi bila ibu

mempunyai rhesus negatif dan janin rhesus positif. Bila sel darah

Page 18: 1 Lapkasss NH

1

janin masuk ke peredaran darah ibu, maka ibu akan dirangsang oleh

antigen Rh sehingga membentuk antibodi terhadap Rh. Zat antibodi

Rh ini dapat melalui plasenta dan masuk ke dalam peredaran darah

janin dan selanjutnya menyebabkan penghancuran sel darah merah

janin (hemolisis). 3

Hemolisis ini terjadi dalam kandungan dan akibatnya ialah

pembentukan sel darah merah dilakukan oleh tubuh bayi secara

berlebihan, sehingga akan didapatkan sel darah merah berarti yang

banyak. Oleh karena itu pula keadaan ini disebut enteroblastosis

fetalis. Pengaruh kelainan ini biasanya tidak terlihat pada anak

pertama, akan tetapi menjadi makin nyata pada anak yang dilahirkan

selanjutnya. 3

Bila ibu sebelum mengandung anak pertama pernah

mendapat transfuse darah yang inkompatibel atau ibu mengalami

keguguran dengan janin yang mempunyai rhesus positif, pengaruh

kelainan inkompatibilitas rhesus ini akan terlihat pada bayi yang

dilahirkan kemudian. 3

Bayi yang lahir mungkin mati (‘stillbirth’) atau berupa

hidrops fetalis yang hanya dapat hidup beberapa jam dengan gejala

edema yang berat, asites, anemia dan hepatosplenomegali. Biasanya

bayi seperti ini mempunyai plasenta yang besar, bayi tampak pucat

dan cairan amnion berwarna kuning emas. 3

Eritroblastosis fetalis pada saat lahir tampak normal, tetapi

beberapa jam kemudian timbul ikterus yang makin lama makin berat

(hiperbilirubinemia) yang dapat mengakibatkan ‘kernikterus’,

hepatosplenomegali dan pada pemeriksaan darah tepi akan didapat

anemia, retikulositolis, jumlah normoblas dan eritroblas lebih banyak

daripada biasa, banyak sel darah (seri granulosit) muda. Kadar

bilirubin direct dan indirect meninggi, juga terdapat bilirubin dalam

urin dan tinja. 3

b. Inkompatibilitas ABO

Page 19: 1 Lapkasss NH

1

Menurut statistik kira-kira 20% dari seluruh kehamilan

terlihat dalam ketidakselarasan golongan darah ABO dari 75% dari

jumlah ini terdiri dari ibu golongan darah O dan janin golongan darah

A atau B. Walaupun demikian hanya pada sebagian kecil tampak

pengaruh hemolisis pada bayi baru lahir. Hal ini disebabkan oleh

karena isoaglutonin anti – A dan anti-B yang terdapat dalam serum

ibu. Sebagian besar berbentuk19-S, yaitu gamaglobulin-M yang tidak

dapat melalui plasenta (merupakan makro- globulin) dan disebut

isoaglutinin natural. 1

Hanya sebagian kecil dari ibu yang mempunyai golongan

darah O, mempunyai antibodi 7-S, yaitu gamaglobulin g (Isoglutinin

imun) yang tinggi dan dapat melalui plasenta sehingga mengakibatkan

hemolitis pada bayi. 1

Pada inkomptabilitas ABO, darah donor harus golongan O,

rhesus (-) atau resus yang sama dengan ibu dan bayinya.

Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah

antibodi anti A dan anti B. Biasanya menggunakan eritrosit golongan

O dengan plasma AB, untuk memastikan tidak ada antibodi A dan anti

B yang muncul. 1

c. Masa Gestasi

1) Definisi masa gestasi

Masa gestasi adalah masa sejak terjadinya konsepsi

sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid

terakhir (menstrual age of pregnancy).3

2) Jenis-jenis masa gestasi

Jenis masa gestasi menurut WHO (1979) dikelompokan

menjadi tiga yaitu:3

a) Kehamilan cukup bulan (term / aterm) : masa gestasi 37-42

minggu ( 259 – 294 hari).

b) Kehamilan kurang bulan (preterm) : masa gestasi kurang dari

37 minggu (259 hari).

Page 20: 1 Lapkasss NH

1

c) Kehamilan lewat waktu (postterm) : masa gestasi lebih dari 42

minggu (294 hari).

d. Berat Badan Bayi Lahir

1) Definisi berat badan lahir

Berat badan berasal dari kata berat dan badan, menurut

kamus besar Bahasa Indonesia (1997) berat mengandung

pengertian besar ukurannya atau hasil ukur, sedangkan berat badan

bayi lahir adalah Hasil ukur dari tubuh bayi saat di timbang.3

2) Pembagian berat badan lahir

Pembagian berat badan lahir menurut WHO tahun 1961

berat badan bayi lahir dikelompokan menjadi tiga yaitu:

a) Berat badan bayi kurang dari atau sama dengan 2500 gram

b) Berat badan bayi antara 2500 - ≤ 4000 gram

c) Berat badan > 4000 gram3

e. Bayi Prematur

Bayi prematur adalah bayi baru lahir dengan umur kehamilan

37 minggu atau kurang saat kelahiran disebut bayi prematur.

Walaupun kecil, bayi premature sesuai masa kehamilan tetapi

perkembangan intrauterine yang belum sempurna dapat menimbulkan

komplikasi pada saat postnatal. Bayi baru lahir mempunyai berat 2500

gram atau kurang dengan umur kehamilan lebih dari 37 minggu

disebut dengan kecil masa kehamilan, ini berbeda dengan prematur,

walaupun 75% dari neonates yang mempunyai berat dibawah 2500

gram lahir premature.3

Problem klinis terjadi lebih sering pada bayi prematur

dibandingkan dengan bayi lahir normal. Prematuritas menimbulkan

imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi kemampuan

bayi untuk melakukan koping terhadap masalah penyakit.3

Page 21: 1 Lapkasss NH

1

Masalah yang umum terjadi diantaranya disstres syndrome

(RDS), hiperbilirubinemia, hypoglikemia, edema paru. Bayi prematur

dapat bertahan hidup tergantung berat badannya, umur kehamilan, dan

penyakit atau abnormalitas. Prematur menyumbangkan 75%-80%

angka kesakitan dan kematian neonatus. 3

f. Jenis persalinan

1) Definisi jenis persalinan

Jenis menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1997) adalah

berbagai macam cara. Sedangkan persalinan adalah proses

pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan

atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan

lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

Berdasarkan pengertian di atas jenis persalinan adalah berbagai

macam proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri). 3

2) Pengelompokan persalinan dengan tindakan

Persalinan dengan tindakan adalah persalinan pervaginam

dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi

caesarea. 3

Persalinan dengan tindakan terdiri dari :

a) Persalinan spontan

Adalah persalinan normal tanpa memerlukan tindakan dan

komplikasi bagi bayi baru lahir. 3

b) Persalinan tidak spontan

Persalinan tidak spontan adalah persalinan yang memerlukan

bantuan atau tindakan yang terdiri dari persalinan anjuran dan

buatan. 3

g. Asfiksia

1) Definisi asfiksia

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas

secara spontan dan teratur setelah lahir. Bila proses ini berlangsung

Page 22: 1 Lapkasss NH

1

terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.

Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. 3

2) Pengelompokan asfiksia

Tingkat asfiksia neonatorum dibagi dalam 3 tingkatan yaitu:

a) Asfiksia berat : skor APGAR 0 – 3.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung

kurang dari 100 kali per menit, tonus otot buruk, sianosis berat

dan pucat reflek iritabilitas tidak ada. 3

b) Mild-moderate asphyxia (asfiksia sedang) : skor APGAR 4 – 6

Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung

lebih dari 100 x/menit, tonus otot kurang baik, sianosis, refleks

iritabilitas tidak ada. 3

c) Vigorous baby (asfiksia ringan) : skor APGAR 7 – 9

Dalam hal ini bayi dianggap sehat tetapi masih memerlukan

pembersihan lendir pada saluran pernapasan 3

d) Bayi Sehat : skor APGAR 10

Dalam hal ini dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan

istimewa. 3

h. Asupan ASI

ASI merupakan gizi bayi terbaik, sumber makanan utama dan

paling sempurna bagi bayi usia 0-6 bulan. ASI eksklusif menurut

WHO (World Health Organization) adalah pemberian ASI saja tanpa

tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk, ataupun

makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem

pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga

ia belum mampu mencerna makanan selain ASI. Setelah masa ini, bayi

mesti dikenalkan dengan makanan pendamping ASI. Contohnya bubur

susu, bubur saring, dan nasi tim. Mulai usia ini kapasitas pencernaan,

enzim pencernaan, dan kemampuan metabolisme bayi sudah siap

untuk menerima makanan lain selain ASI. Kebutuhan gizi bayi tidak

tercukupi dari ASI saja. Sekitar 70% kebutuhan gizi bayi tercukupi

dari ASI dan 30% dari makanan pendamping ASI. Agar bayi memiliki

Page 23: 1 Lapkasss NH

1

memori yang memudahkan dia mengonsumsi aneka bahan makanan

bergizi, maka perlu dikenalkan tekstur dan rasa sejak dini. 3

i. Terpapar sinar matahari

Sinar matahari pagi memiliki spektrum sinar biru yang

bermanfaat mengurangi kadar bilirubin dalam darah. Kegunaan sinar

matahari pagi. Berikutnya adalah menghangatkan tubuh bayi sekaligus

membantu mengeluarkan lendir dari tenggorokannya. Alhasil, suara

ngrok-ngrok napas bayi, terutama yang berbakat alergi, dapat

dikurangi. Apalagi kalau sambil dijemur dalam posisi telentang, dada

bayi–dari bagian bawah menuju ke leher–ditepuk-tepuk dengan

lembut. 3

Sinar matahari pagi juga merangsang pembentukan vitamin D

dalam tubuh. Vitamin ini diketahui berfungsi sebagai pembuka

kalsium agar mudah terserap ke dalam aliran darah, sampai akhirnya

menyatu di dalam tulang. Paparan yang dibutuhkan tak perlu lama,

cukup sekitar 15 menit pada pagi hari. Terapi ini dilakukan dibawah

sinar mentari pagi antara jam 7 hingga 9 selama sekitar setengah jam

dengan dilakukan ‘variasi’ posisi (telentang dan tengkurap maupun

miring). Perhatikan Waktu Untuk mendapatkan manfaat yang

maksimal dan menghindari bayi dari dampak yang tidak diinginkan). 3

j. Penilaian Awal

Biasanya untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit

pertama dan menit kelima setelah kelahirannya menggunakan sistem

APGAR. Nilai APGAR akan membantu dalam, menentukan tingkat

keserisan dari depresi bayi baru lahir yang terjadi serta langkah segera

yang akan diambil. Hal yang perlu dinilai anatara lain warna kulit bayi,

frekuensi jantung reaksi terhadap rangsangan, aktivitas tonusotot, dan

pernapasan bayi, masing-masing diberi tanda 0, 1 atau 2. Sesuai

dengan kondisi bayi. 3

Klasifikasi klinik:

Page 24: 1 Lapkasss NH

1

1) Nilai 7-10 : bayi normal

2) Nilai 4-6 : bayi dengan asfiksia ringan dan sedang

3) Nilai 1-3 : bayi dengan asfiksia berat

Tanda-tanda 0 1 2

A : Apperience

(warna kulit)

Pucat – biru Tubuh merah Seluruh tubuh

merah

P : Puls

(frekuensi

jantung)

Tidak ada detak

jantung

Dibawah 100,

lemah dan

lamban

Diatas 100,

detak jantung

kuat

G : Grimace

(reaksi terhadap

rangsangan)

Tidak ada

respon

Menyeringai

menangis

lemah

Menangis

A : Activity

(tonus otot)

Tidak ada

gerakan

Ada sedikit Seluruh

ekstremitas

bergerak aktif

R : Respiration

(pernapasan)

Tidak ada Pernapasan

perlahan, bayi

terdengar

merintih

Menangis kuat

Page 25: 1 Lapkasss NH

1

DAFTAR PUSTAKA

1. Markum, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Buku III. FKUI, Jakarta.

2. Marcdante, Karen. 2014. Ilmu Kesehatan Anak Esensial Nelson. Edisi 6.

IDAI. Jakarta.

3. Surasmi, A., Handayani, S. & Kusuma, H.N. 2003. Perawatan Bayi Resiko

Tinggi. Cetakan I. Jakarta : EGC

4. Rachmat F boedjang. Penatalaksanaan Icterus Neonatal, Icterus pada

Neonatus. 2009. Jakarta.