divpenhmtmulm.files.wordpress.com · web viewdr. ing. yulian firmana arifin, st., mt author acer...
TRANSCRIPT
PENGARUH VARIASI PENDINGIN OLI BEKAS, AIR GARAM,
DENGAN PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP
KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 42
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh
Nama : Nanda Dwiguna
NIM : H1F114233
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016
TERIMAKASIH KEPADA
i
Rektor Universitas Lambung Mangkurat
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Humas
Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc
Kepala Prodi Teknik Mesin
Achmad Kusairi S, ST,. MT., MM.
Mahasiswa
Nanda Dwiguna
Wakil Rektor Bidang Akademik
Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
Dr. Ir. Abrani Sulaiman, M,Sc
Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan
Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.d
Dosen Pengampuh
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah Amd. Hyp, ST, M.Kes.
Dekan Fakultas Teknik
Dr. Ing. Yulian Firmana Arifin, ST., MT
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini, serta shalawat dan
salam selalu tercurah kepada junjungan abi Muhammad SAW, beserta
sahabat, kerabat, serta pengikut beliau hingga akhir jaman
Proposal Penelitian ini berjudul “PENGARUH VARIASI PENDINGIN OLI
BEKAS, AIR GARAM MELALUI PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP
KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 42“. Proposal penelitian ini di ajukan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan di
Universitas Lambung Mangkurat.
Akhir kata semoga semua yang telah praktikan uraikan dalam laporan ini
mendapat Ridho dari Allah S.W.T dan dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya praktikan sendiri. Praktikan menyadari dalam pembuatan laporan ini
tidak sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan praktikan, maka dari itu
praktikan sangat mengharapkan kritik dan sarah yang dapat memperbaiki
kekurangan tanpa mengurangi tujuan dalam pembuatan laporan ini. Walaupun
demikian praktikan sangat berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Banjarbaru, November 2016
Nanda Dwiguna
ii
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMAKASIH.....................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah............................................................................2
1.3. Batasan Masalah.................................................................................2
1.4. Tujuan Penelitian.................................................................................3
1.5. Manfaat Penelitian...............................................................................3
BAB II DASAR TEORI
2.1. Penelitian Pendahuluan.......................................................................6
2.2. Pengertian Mesin Bubut......................................................................6
2.3. Bagian-Bagian Pada Mesin Bubut.......................................................8
2.4. Macam-Macam Operasi Pembubutan................................................10
2.5. Pahat Bubut........................................................................................12
2.5.1. Baja Karbon..................................................................................13
2.5.2. Baja Kecepatan Tinggi.................................................................13
2.6. Poros..................................................................................................14
2.7. Cairan Pendingin................................................................................15
2.7.1. Cara Pemberian Cairan Pendingin ..............................................16
2.7.2. Kriteria Pemilihan Cairan Pendingin.............................................17
2.8. Kekasaran Permukaan.......................................................................17
1.2.
2.1.
iii
2.2.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian.................................................................................19
3.2. Alat Dan Bahan Penelitian.................................................................19
3,3. Prosedur Sebelum Pengujian Kekasaran Permukaan......................22
3.4. Prosedur Pengujian Kekasaran Permukaan.....................................24
3.5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian.........................................................25
3.6. Diagram Alir Penelitian......................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
Gambar 2.1 Proses Pembubutan..................................................................7
Gambar 2.2 Bagian-Bagian Pada Mesin Bubut............................................8
Gambar 2.3 Kepala Lepas............................................................................9
Gambar 2.4 Meja Mesin................................................................................10
Gambar 2.5 Macam-Macam Eretan..............................................................10
Gambar 2.6 Pembubutan Longitudinal.........................................................11
Gambar 2.7 Pembubutan Tepi......................................................................11
Gambar 2.8 Pembubutan Tirus.....................................................................12
Gambar 3.1 Mesin Bubut..............................................................................19
Gambar 3.2 Pahat HSS.................................................................................20
Gambar 3.3 Dial Gauge................................................................................20
Gambar 3.4 Jangka Sorong..........................................................................21
Gambar 3.5 Surface Roughness Tester.......................................................21
Gambar 3.6 Baja ST 42.................................................................................21
Gambar 3.7 Cairan Pendingin.......................................................................21
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses pembubutan pada umumnya adalah suatu proses yang prinsip
kerjanya berputar kemudian menyayat benda kerja menggunakan pahat
dengan cara secara memanjang dan melintang. Pada proses pembubutan
sering terjadi peningkatan panas, hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat
kekasaran permukaan benda kerja. Kekasaran permukaan pada hasil
pembubutan harus sangat diperhatikan, karena kekasaran permukaan
komponen mesin memiliki pengaruh yang penting. Pendingin juga tidak
dapat lepas dari proses pemesinan, selain sebagai pendingin dan kestabilan
suhu, pendingin ini berpengaruh pada kualitas kekasaran benda kerja.
Penelitian tentang kekasaran permukaan benda kerja hasil permesinan yang
telah dilakukan oleh Suardy (2008), bahwa kekasaran permukaan salah
satunya adalah dipengaruhi oleh faktor penyayatan dan media pendinginan.
Hal ini dilakukan untuk memperbaiki lagi tingkat kualitas suatu benda kerja
pada proses permesinan.
Penelitian yang dilakukan oleh Andrias M.P (2016) merupakan
pengaruh variasi kadar soluble oil terhadap kekasaran baja st 37 dengan
menggunakan soluble oil 1:2 yang menghasilkan nilai rata-raa 2,2 dan
soluble oil 1:4 yang menghasilkan nilai rata-rata 2,61 dan soluble oil 1:8
yang menghasilkan nilai rata-rata 2,89 dari rata-rata yang diperoleh variasi
kadar soluble oil tersebut semakin banyak kadar soluble oil yang digunakan
maka tingkat kekasaran yang dihasilkan akan semakin halus, dan kecepatan
putar yang paling baik adalah putaran 720 rpm.
1
Pendinginan yang dilakukan menggunakan media oli bekas, dan air
garam. Proses pendinginan dengan mengunakan media tersebut tidak
terlalu mengeluarkan biaya yang mahal, sehingga bisa menghasilkan benda
kerja dengan kualitas yang bagus. Selain faktor di atas pemilihan bahan
baku juga untuk meningkatkan kualitas kekasaran. Menurut Nieman
(1981:85) “ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan
bahan baku, antara lain pertimbangan fungsi, pembebanan, kemampuan
bentuk dan kemudahan pencarian di pasaran”. Baja karbon dikelompokkan
menjadi tiga macam yaitu baja karbon rendah, baja karbon sedang dan baja
karbon tinggi. Mempertimbangkan hal tersebut, maka bahan yang digunakan
dalam pelaksanaan penelitian adalah material baja karbon rendah (ST 42),
karena bahan tersebut lebih mudah dicari di pasaran, mudah dikerjakan dan
harganya lebih ekonomis.
Kualitas produk akan bergantung pada kualitas alat pemotongnya,
pada penelitian ini alat potong yang digunakan ialah pahat jenis HSS. Selain
harganya yang relatif murah dan digunakan secara luas untuk pahat bubut
dan kekasarannya sampai sekitar 67 HRC, sehingga cocok untuk
melakukan pembubutan dengan baja ST 42. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Penelitian ini adalah untuk pengambilan data kekasaran pada benda kerja
dari proses bubut. Dari uraian diatas penelitian ini melakukan penelitian
mengenai pengaruh variasi pendingin oli bekas, air garam melalui proses
pembubutan terhadap kekasaran permukaan baja ST 42.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
2
a. Bagaimana pengaruh jenis pendingin yang terjadi terhadap kekasaran
permukaan baja ST 42?
b. Berapa nilai kekasaran yang dihasilkan oleh masing-masing media
pendinginan?
1.3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah :
a. Bahan yang digunakan adalah baja ST-42 dan pahat HSS, penelitian
bertempat di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru.
b. Metode yang digunakan ialah metode eksperimen dengan pembubutan
kemudian dilakukan pendinginan dan dilakukan uji kekasaran.
c. Cairan pendingin pada proses pemesinan sangat berpengaruh terhadap
kekasaran permukaan benda kerja sehingga dapat meningkatkan kualitas
suatu produk.
d. Konsentrasi penelitian merupakan material manufaktur.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dari pengaruh variasi pendingin oli bekas, air garam
dengan proses pembubutan terhadap kekasaran permukaan baja ST 42
adalah untuk:
a. Mengetahui hasil dari pengaruh variasi jenis pendingin yang diteliti.
b. Mengetahui hasil nilai tingkat keasaran oleh masing-masing media pendi-
nginannya.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
3
a. Bagi Peneliti: Penelitian ini memberikan manfaat bagi peneliti bagaimana
cara mengetahui hasil nilai kekasaran dari masing-masing jenis
pendinginan terhadap baja ST 42.
b. Bagi Universitas: Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan
bagi seluruh civitas akademik Program Studi Teknik Mesin.
c. Bagi Perusahaan: Penelitian ini tentang pengaruh variasi jenis pendingin
pada baja ST 42 sehingga penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan atas pengaplikasian kualitas kekasaran yang terbaik untuk
penggunaan material baja ST 42.
4
BAB II
DASAR TEORI
1.
2.
2.1. Penelitian Pendahuluan
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mempelajari efektivitas
cairan pendingin. Mazurkiewicz et al (1989) menyatakan bahwa suatu
pendinginan tekanan tinggi dapat mengurangi koefisien gesek pada bidang
geram dan bidang utama pahat sehingga dapat mengurangi gaya
pemotongan dan meningkatkan umur pahat. Cairan pendingin bertekanan
tinggi tidak hanya menghasilkan penurunan gaya pemotongan dan
temperatur, tetapi juga mengurangi konsumsi cairan pendingin itu sebesar
50%.
Kemudian Kamruzzaman et al (2007) meneliti tentang pengaruh
cairan pendingin bertekanan tinggi (CPBT) terhadap keausan pahat, umur
pahat, dan kekasaran permukaan pada proses bubut dengan material baja
AISI 4320. Proses bubut menggunakan cairan pendingin bertekanan tinggi
(CPBT). Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh
Kamruzzaman adalah bahwa penggunaan CPBT pada proses bubut dapat
menurunkan keausan pahat dan meningkatkan kehalusan permukaan benda
kerja bila dibandingkan dengan tanpa penggunaan cairan pendingin.
Didik Nurhadiyanto (2010) meneliti tentang pengaruh kekentalan
pendingin terhadap keausan pahat dalam proses pembubutan. Kesimpulan
yang diperoleh adalah semakin tidak kental pendingin, maka semakin kecil
5
tingkat keausan pahat dan semakin kental pendingin, maka semakin besar
juga tingkat keausan pahat.
Navy A’ang Assegaf et al (2014) meneliti tentang pengaruh jenis
pahat, kedalaman pemakanan, dan jenis cairan pendingin terhadap tingkat
kekasaran dan kerataan permukaan baja ST-41 pada proses Milling
Konvensional. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kekasaran
dan kerataan permukaan antara jenis pahat, kedalaman pemakanan dan
jenis cairan. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini ialah bahwa
kedalaman pemakanan yang baik adalah yang rendah, karena
menghasilkan tingkat kekasaran yang rendah dan tingkat kerataan yang
rendah pada permukaan baja ST-41. Jenis cairan pendingin yang baik
adalah yang mempunyai nilai kekasaran dan kerataan terendah karena
menghasilkan tingkat kekasaran dan tingkat kerataan yang rendah pada
permukaan baja ST-41.
Imam Maulana R (2015) meneliti tentang pengaruh variasi jenis
coolant dalam proses pembubutan menggunakan pahat karbida terhadap
kekasaran permukaan ST 37. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini
ialah hal ini membuktikan bahwa penggunaan cairan pendingin dalam suatu
proses pembubutan selain untuk mengurangi keausan pahat dan
menurunkan temperature pada saat proses pemotongan juga mampu
menurunkan tingkat kekasaran permukaan.
2.2. Pengertian Mesin Bubut
Mesin bubut merupakan salah satu jenis mesin perkakas. Prinsip
kerja pada proses turning atau lebih dikenal dengan proses bubut adalah
proses penghilangan bagian dari benda kerja untuk memperoleh bentuk
tertentu. Di sini benda kerja akan diputar/rotasi dengan kecepatan tertentu
6
bersamaan dengan dilakukannya proses pemakanan oleh pahat yang
digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja.
Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan
translasi dari pahat disebut gerak umpan (feeding).
Gambar 2.1. Proses Pembubutan
(sumber: http://3.bp.blogspot.com/ diakses pada tanggal 26-10-2016)
Tetapi pengertian lain menyebutkan bahwa bubut merupakan suatu
proses pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara
memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan
secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan
putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi
dari pahat disebut gerak umpan.
Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan
kecepatan translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan
ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar
roda gigi translasi yang menghubungkan poros spindel dengan poros ulir.
Roda gigi penupkar disediakan secara khusus untuk memenuhi keperluan
pembuatan ulir. Jumlah gigi pada masing-masing roda gigi penukar
bervariasi besarnya mulai dari jumlah 15 sampai dengan jumlah gigi
maksimum 127.Roda gigi penukar dengan jumlah 127 mempunyai
kekhususan karena digunakan untuk konversi dari ulir metrik ke ulir inci.
7
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3. Bagian-Bagian Pada Mesin Bubut
Bagian-bagian utama pada mesin bubut konvensional pada umumnya
sama walaupun merk atau buatan pabrik yang berbeda, hanya saja
terkadang posisi handel/tuas,tombol,tabel penunjukan pembubutan dan
rangkaian penyusunan roda gigi untuk berbagai jenis pembubutan
letak/posisinya berbeda. Demikian juga cara pengoperasiannya karena
memiliki fasilitas yang sama juga tidak jauh berbeda. Berikut ini akan
diuraikan bagian-bagian utama mesin bubut konvensional yang pada
umumnya dimiliki oleh mesin tersebut.
Gambar 2.2. Bagian-Bagian Pada Mesin Bubut.
(Sumber: Priambodo, Bambang. 2000. Teknologi Mekanik Jilid II)
a. Headstock (Kepala Tetap)
8
Kepala tetap berada dibagian atas dari mesin bubut, selain itu
kepala tetap dihubungkan dengan poros spindel dan disekitarnya terdapat
gear box (rumah roda gigi), handel-handel pengatur kecepatan, pembalik
hantaran. Juga disekitanya akan terdapat daftar hantaran, tabel ulir, baik
yang metrik maupun dalam satuan inci.
a.
b. Tailstock (Kepala Lepas)
Tailstock ditempatkan pada bed engine (alas), dimana fungsinya
sebagai alat bantu untuk melakukan pembubutan yang panjang,
melakukan pemboran dan membuat rius ataupun konis.
Gambar 2.3. Kepala Lepas
(http://3.bp.blogspot.com/ diakses pada tanggal 26-10-2016)
c. Bed Engine (Meja Mesin)
Meja Mesin bubut berfungsi sebagai tempat dudukan kepala
lepas, eretan, penyangga diam (steady rest) dan merupakan tumpuan
gaya pemakanan waktu pembubutan. Bentuk alas ini bermacam-macam,
ada yang datar dan ada yang salah satu atau kedua sisinya mempunyai
ketinggian tertentu. Permukaannya halus dan rata sehingga gerakan
kepala lepas dan lain-lain di atasnya lancar. Bila alas ini kotor atau rusak
9
akan mengakibatkan jalannya eretan tidak lancar sehingga akan
diperoleh hasil pembubutan yang tidak baik atau kurang presisi.
Gambar 2.4. Meja Mesin
(http://3.bp.blogspot.com/ diakses pada tanggal 26-10-2016)
d. Carriage (Eretan)
Eretan terdiri atas eretan memanjang (longitudinal carriage) yang
bergerak sepanjang alas mesin, eretan melintang (cross carriage) yang
bergerak melintang alas mesin dan eretan atas (top carriage), yang
bergerak sesuai dengan posisi penyetelan diatas eretan melintang.
Kegunaan eretan ini adalah untuk memberikan pemakanan yang
besarnya dapat diatur menurut kehendak operator yang dapat terukur
dengan ketelitian tertentu yang terdapat pada roda pemutarnya. Perlu
diketahui bahwa eretan dapat dijalankan secara otomatis ataupun
manual.
10
Gambar 2.5. Macam-Macam Eretan
(Sumber: http://sulyhadi28.blogspot.com// diakses pada tanggal 26-10-
2016)
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4. Macam-Macam Operasi Pembubutan
Operasi pembubutan adalah beraneka ragam, mencakup
pembubutan longitudinal, pembubutan tepi, pembubutan tirus, penguliran
dan pengeboran. Berikut ini akan diuraikan secara ringkas beberapa jenis
operasi yang dapat dilakukan mesin bubut.
a. Pembubutan Longitudinal
Pembubutan longitudinal adalah pembubutan untuk pengurangan
diameter benda kerja, gerakan pahat sejajar dengan poros benda kerja
arah memanjang atau vertikal.
Gambar 2.6. Pembubutan Longitudinal
(Sumber: Periambodo, Bambang, 2000. Teknologi Mekanik Jilid II)
11
b. Pembubutan Tepi
Pembubutan tepi adalah pembubutan untuk pengurangan panjang
benda, gerakan pahat yang dilakukan adalah sejajar benda kerja arah
melintang.
Gambar 2.7. Pembubutan Tepi
(Sumber: Priambodo, Bambang, 2000. Teknologi Mekanik Jilid II)
c. Pembubutan Tirus
Banyak suku cadang dan pahat yang dibuat didalam pembubut
yang mempunyai permukaan tirus, bervariasi dari ketirusan curam yang
terdapat pada roda paying dan ujung pusat pembubut sampai ketirusan
landau yang terdapat pada mandril pembubut. Tangkai dari gudi ulir,
ujung fris, pelebar lubang, arbor dan perkakas yang lain adalah contoh
pengerjaan tirus. Pahat semacam itu didukung oleh tangkai tirus,
dipegang pada kedudukan yang benar dan mudah dilepas.
12
Gambar 2.8. Pembubutan Tirus
(Sumber: Priambodo, Bambang, 2000. Teknologi Mekanik Jilid II)
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5. Pahat Bubut
Pahat bubut adalah suatu alat yang terpasang pada mesin perkakas
yang berfungsi untuk memotong benda kerja atau membentuk benda kerja
menjadi bentuk yang diinginkan. Pada proses kerjanya pahat digunakan
untuk memotong material-material yang keras sehingga material dari pahat
haruslah lebih keras dari pada material yang akan dibubut. Material pahat
harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Keras, kekerasan material pahat harus melebihi kekerasan dari material
benda kerja.
b. Tahan terhadap gesekan, material pahat harus tahan terhadap
gesekan,hal ini bertujuan pada saat proses pembubutan berlangsung
pahat tidak mudah habis (berkurang dimensinya) untuk mencapai
keakuratan dimensi dari benda kerja.
c. Ulet, material dari pahat haruslah ulet, dikarenakan pada saat proses
pembubutan pahat pastilah akan menerima beban kejut.
d. Tahan panas, material dari pahat harus tahan panas, karena pada saat
pahat dan benda kerja akan menimbulkan panas yang cukup tinggi
13
(2500C-4000C) tergantung putaran dari mesin bubut (semakin tinggi
putaran mesin bubut maka semakin tinggi suhu yang dihasilkan).
e. Ekonomis, material pahat harus bersifat ekonomis (pemilihan material
pahat haruslah sesuai dengan jenis pengerjaan yang dilakukan dan jenis
material dari benda kerja).
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.5.1. Baja Karbon
Yang termasuk dalam kelompok baja karbon adalah High
Carbon Steel (HCS) dan Carbon Tool Steel (CTS). Baja jenis ini
mengandung karbon yang relatif tinggi (0,7% - 1,4% C) tanpa unsur lain
atau dengan prosentase unsur lain yang rendah (2% Mn, W, Cr) mampu
mempunyai kekerasan permukaan yang cukup tinggi. Permukaan yang
cukup tinggi ini didapat dari perlakuan panas yang dilakukan pada
material tersebut (500 – 10000C). Karena martensitnya akan melunak
pada temperature sekitar 2500C. Maka baja karbon jenis ini hanya dapat
digunakan pada kecepatan potong yang rendah (10mm/menit) dan
hanya dapat digunakan untuk memotong logam yang lunak atau kayu.
2.5.2. Baja Kecepatan Tinggi (High Speed Steel)
Pada tahun 1898, ditemukan jenis baja paduan tinggi dengan
unsur paduan Crome (Cr) dan Tungsten/Wolfram. Melalui proses
penuangan pada cetakan dan kemudian diikuti dengan proses pengerola
14
ataupun penempaan, baja ini dibentuk menjadi bentuk batang atau
silinder. Setelah proses perlakuan panas dilaksanakan, kekerasannya
akan menjadi cukup tinggi sehingga dapat digunakan untuk kecepatan
potong yang tinggi yaitu sampai dengan tiga kali lipat kecepatan potong
pahat CTS.
Karena sifat keuletannya yang cukup baik sampai saat ini HSS
tetap digunakan sebagai pahat potong. Pada perkembangannya
berbagai jenis HSS banyak ditemukann dengan berbagai jenis unsur
paduan seperti W, Cr, V, Mo, dan Co. Pengaruh unsur-unsur tersebut
terhadap unsur dasar besi (Fe) dan karbon (C) adalah sebagai berikut:
a. Tungsten/Wolfram (W), dapat membentuk karbida (paduan yang
sangat keras) yang menyebabkan kenaikan temperatur untuk proses
hardening dan tempering.
b. Chromium (Cr), Chrom merupakan elemen pembentuk karbida, akan
tetapi Cr menaikkan sensitifitas terhadap Overheating.
c. Vanadium (V), menurunkan sensitifitas terhadap Overheating,
Vanadium juga merupakan elemen pembentuk karbida.
2.6. Poros
Poros atau yang biasa juga disebut shaft merupakan bagian dari
mesin yang berputar. Penampang dari sebuah poros biasanya adalah bulat.
Biasanya pada poros juga terpasang elemen-elemen seperti roda gigi
(gear), pulley, flywheel, engkol dan sprocket yang berfungsi untuk
memindahkan putaran dari poros tersebut.
Poros juga ada beberapa macam jenis, seperti poros transmisi, poros
spindle, poros lurus dan poros engkol. Beberapa jenis tersebut memiliki
berbagai fungsinya masing-masing.
2.7. Cairan Pendingin
15
Cairan pendingin mempunyai kegunaan yang khusus dalam proses
pemesinan. Selain untuk memperpanjang umur pahat, cairan pendingin
dalam beberapa kasus, mampu menurunkan gaya dan memperhalus
permukaan produk hasil pemesinan. Selain itu, cairan pendingin juga
berfungsi sebagai pembersih/pembawa beram (terutama dalam proses
gerinda) dan melumasi elemen pembimbing (ways) mesin perkakas serta
melindungi benda kerja dan komponen mesin dari korosi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa peran utama cairan pendingin
adalah untuk mendinginkan dan melumasi. Pada mekanisme pembentukan
beram, beberapa jenis cairan pendingin mampu menurunkan rasio
penempatan tebal beram yang mengakibatkan penurunan gaya potong.
Pada daerah kontak antara beram dan bidang pahat terjadi gesekan yang
cukup besar, sehingga adanya cairan pendingin dengan gaya lumas tertentu
akan mampu menurunkan gaya potong.
Pada proses penyayatan, kecepatan potong yang rendah
memerlukan cairan pendingin dengan daya lumas tinggi. Sementara pada
kecepatan potong tinggi memerlukan cairan pendingin dengan daya
pendingin yang besar (high heat absorptivity). Pada beberapa kasus,
penambahan unsur tertentu dalam cairan pendingin akan menurunkan gaya
potong, karena bias menyebabkan terjadinya reaksi kimiawi yang
berpengaruh dalam bidang geser (share piane) sewaktu beram terbentuk.
Beberapa peneliti menganggap bahwa sulfur (S) atau karbon tetraklorida
(CCl4) pada daerah kontak (didaerah kontak mikro) dengan temperatur dan
tekanan tinggi akan bereaksi dengan besi (benda kerja) membentuk FeS
atau FeCl3 pada batas butir sehingga mempermudah proses penggeseran
metal menjadi beram.
2.7.1. Cara Pemberian Cairan Pendingin Pada Proses Permesinan
16
Cairan pendingin jelas hanya akan berfungsi dengan baik jika
cairan ini diarahkan dan dijaga alirannya pada daerah pembentukan
beram. Dalam praktek sering ditemui bahwa cairan tersebut tidak
sepenuhnya diarahkan langsung pada bidang beram.
Pemakaian cairan pendingin yang tidak bekesinambungan akan
mengakibatkan bidang aktif pahat akan mengalami beban yang
berfluktuasi. Bila pahatnya jenis karbida atau keramik (yang relatif getas)
maka pengerutan dan pemuaian yang berulang kali akan menimbulkan
retak mikro yang justru menjadikan penyebab kerusakan fatal.
Dari ulasan singkat diatas dapat disimpulkan bahwa selain
dipilih cairan pendingin harus juga dipakai dengan cara yang benar.
Banyak cara yang dipraktikkan untuk mengefektifkan pemakainan cairan
pendingin antara lain sebagai berikut:
a. Secara manual, apabila mesin perkakas tidak dilengkapi dengan
sistem cairan pendingin, misalnya mesin gurdi atau frais jenis bangku
(bench drilling/milling machine) maka cairan pendingin hanya dipakai
secara terbatas. Pada umumnya operator memakai kuas untuk
memerciki pahat gurdi, tap, atau frais dengan minyak pendingin.
Selama hal ini dilakukan secara teratur dan kecepatan potong tak
begitu tinggi maka umur pahat bias sedikit diperlama. Penggunaan
alat sederhana yang berupa botol dengan selang berdiameter kecil
akan lebih baik karena akan menjamin keteraturan penetesan minyak.
b. Disiramkan ke benda kerja (flood application of fluid). Cara ini
memerlukan sistem pendingin, yang terdiri atas pompa, saluuran,
nozel, dan tangki. Itu semua telah dimiliki oleh hamper semua mesin
perkakas yang standar. Satu atau beberapa nozel dengan selang
fleksibel diatur sehingga cairan pendingin disemprotkan pada bidang
17
aktif pemotongan. Keseragaman pendinginan harus diusahakan dan
bila perlu dapat dibuat nozel khusus. Pada pemberian cairan
pendingin ini seluruh benda kerja disekitar proses pemotongan
disirami dengan cairan pendingin melalui saluran cairan pendingin
yang jumlahnya lebih dari satu.
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.7.1.
2.7.2. Kriteria Pemilihan Cairan Pendingin
Pemakaian cairan pendingin biasanya mengefektifkan proses
pemesinan. Untuk itu, ada beberapa kriteria untuk pemilihan cairan
pendingin tersebut, walaupun dari beberapa produsen mesin perkakas
masih mengijinkan adanya pemotongan tanpa cairan pendingin. Kriteria
utama dalam pemilihan cairan pendingin pada proses pemesinan
sebagai berikut.
a. Unjuk kerja proses
b. Harga
c. Keamanan terhadap lingkungan
d. Keamanan terhadap kesehatan (health hazard performance).
18
2.8. Kekasaran Permukaan
Salah satu karakteristik geometris yang ideal dari suatu komponen
adalah permukaan yang halus. Dalam prakteknya memang tidak mungkin
untuk mendapatkan suatu komponen dengan permukaan yang sangatlah
halus. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya faktor manusia
(operator) dan faktor-faktor dari mesin-mesin yang digunakan untuk
membuatnya.
Akan tetapi, dengan kemajuan teknologi terus berusaha membuat
peralatan yang mampu membentuk permukaan komponen dengan tingkat
kehalusan yang cukup tinggi menurut standar ukuran yang berlaku dalam
metrology yang dikemukakan oleh para ahli pengukuran geometris benda
melalui pengalaman penelitian.
Tingkat kehalusan suatu permukaan memang pernanan yang sangat
penting dalam perencanaan suatu komponen mesin khsususnya yang
menyangkut masalah gesekan pelumasan, keausan, tahanan terhadap
kelelahan dan sebagainya.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
1.
2.
3.
3.1. Objek Penelitian
Mesin yang digunakan ialah baja ST 42 untuk meneliti tentang
Pengaruh Variasi Pendingin Oli Bekas, Air Garam, Dengan Proses
Pembubutan Terhadap Kekasaran Permukaan Baja ST-42 yang
dilaksanakan di Laboratorium Manufaktur Teknik Mesin Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Mesin Bubut
20
Gambar 3.1. Mesin Bubut
(Sumber: http://www.agenmesinbubut.com/ diakses pada tanggal 26-10-
2016)
b. Pahat High Speed Steel (HSS)
Berfungsi untuk memotong ataupun menyayat benda kerja
Gambar 3.2. Pahat HSS
(Sumber: https://www.tokopedia.com/ diakses pada tanggal 26-10-2016)
c. Dial Gauge
Berfungsi untuk mengukur kerataan permukaan benda kerja pada
chuck mesin bubut.
21
Gambar 3.3 Dial Gauge
(Sumber: http://dir.indiamart.com/ diakses pada tanggal 26-10-2016)
d. Jangka Sorong
Berfungsi untuk mengukur panjang, diameter luar dan dalam serta
kedalaman benda.
Gambar 3.4 Jangka Sorong
(Sumber: http://mafia.mafiaol.com/ diakses pada tanggal 26-10-2016)
e. Surface Roughness Tester
Berfungsi untuk mengukur kekasaran permukaan benda logam.
22
Gambar 3.5 Surface Roughness Tester
(Sumber: http://www.mitutoyo.com/ diakses pada tanggal 26-10-2016)
Adapun bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
f. Baja ST 42
Berfungsi sebagai benda kerja yang akan di uji
Gambar 3.6 Baja ST 42
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
g. Cairan Pendingin
Berfungsi sebagai pelumas saat proses pembubutan
Gambar 3.7 Cairan Pendingin
23
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
3.3 Prosedur Sebelum Pengujian Kekasaran Permukaan ST 42
Prosedur-prosedur yang dilakukan sebelum pengujian kekasaran
permukaan ST 42 adalah sebagai berikut.
a. Pemeriksaan Awal
1. Pemeriksaan benda kerja ST 42.
2. Pemeriksaan mesin bubut.
3. Pemeriksaan alat-alat ukur, yaitu dial gauge dan jangka sorong.
4. Pemeriksaan pahat bubut jenis HSS
b. Persiapan Cairan Pendingin
1. Voulime cairan pendingin 3 liter per masing-masing cairan pendingin.
2. Untuk Garam yang dicampur dengan air menggunakan perbandingan
1 : 100, dimana 1 Liter air = 100 gr garam.
c. Proses Pemotongan Benda Kerja
1. Menyiapkan Benda kerja ST 42 yang sebelumnya sudah dilakukan
pemeriksaan.
2. Memberikan tanda untuk pemotongan benda kerja sepanjang 152 mm
sebanyak 3 buah.
3. Melakukan pemotongan terhadap benda kerja menggunakan mesin
cutting.
4. Setelah selesai, benda kerja siap untuk dilakukan proses selanjutnya.
d. Proses Pembubutan
1. Pasang benda kerja pada chuck mesin bubut.
2. Center permukaan benda kerja menggunakan dial gauge.
3. Setelah benda kerja center. Kemudian pasang center bor pada
tailstock dan bor bagian face benda kerja.
24
4. Lepaskan center bor dari tailstock, kemudian pasang pahat bubut
HSS pada rumah pahat
5. Bubut bagian face benda kerja hingga rata dan pasang center jalan
pada bagian face benda kerja.
6. Lakukan proses pembubutan longitudinal untuk meratakan
permukaan dengan kecepatan 950 rpm dengan kedalaman
pemakanan 0.5 mm dan gerak makan pahat 0.11 mm/putaran
sepanjang 120 mm tanpa penyemprotan cairan pendingin.
7. Lakukan proses pembubutan longitudinal dengan kecepatan 950 rpm,
sudut potong 950, kedalaman 1 mm dan gerak makan pahat 0.11
mm/putaran sepanjang 120 mm kemudian dinginkan benda kerja
dengan media pendingin tersebut.
8. Biarkan benda kerja dingin, setelah itu lepas benda kerja dan siap
dilakukan pengujian kekasaran permukaan.
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4. Prosedur Pengujian Kekasaran Permukaan ST 42
Prosedur-prosedur yang dilakukan ketika pengujian kekasaran
permukaan ST 37 menggunakan surface roughness tester adalah sebagai
berikut:
25
1. Menyiapkan surfcorder unit yang meliputi pick-up (FU-A2), drive unit
(DR-30X31, amplifier (AS-1700) dan chart paper setting.
2. Memasang stylus arm (AA5) pada pick-up body.
3. Memasang pick-up body pada drive unit.
4. Menghubungkan drive unit ke amplifier.
1.
2.
3.
3.1.
26
3.2.
3.3.
3.4.
3.5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Rencana Kegiatan
Bulan
September Oktober NovenberDesembe
rJanuari
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Laporan
Seminar Proposal
Seminar Hasil
Sidang Akhir
27
3.6. Diagram Alir Penelitian (Flow Chart)
28
MULAI
Studi Pustaka
Menentukan Tujuan Penelitian dan Merumuskan Masalah
Menyiapkan Alat dan Bahan
Pendingin Oli Bekas Pendingin Air Garam
Uji Kekasaran
Analisa Hasil dan Pembahasan
Proses Pembubutan
PAHAT HSS Kecepatan Spindle 950
rpm Gerak makan : 0,11mm Kedalaman : 1mm Sudut potong : 950
PAHAT HSS Kecepatan Spindle 950
rpm Gerak makan : 0,11 mm Kedalaman : 0,5 mm Sudut potong : 950
DAFTAR PUSTAKA
Al Kwarismi, 2014, Makalah Mesin Bubut, http://alkwarismi.blogspot.co.id,
diakses tanggal 25 Oktober 2016
Amstead, W., Begeman, M, 1997. Manufacturing Processes I. New York, John
Willey & Sons.
Andrias Maylana P, 2016, Skripsi Pengaruh Kadar Campuran Pendingin dan
Variasi Kecepatan Penyayatan Baja ST 37 Pada Mesin Bubut Konvensional
Terhadap Kekasaran Benda Kerja.
Arikunto, Suharismi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Azhar. M. C, 2014. Skripsi Analisa Kekasaran Permukaan Benda Kerja Dengan
Variasi Jenis Material dan Pahat Potong.
Crayonpedia. (2007). Teknik Permesinan, http://id.Crayonpedia.org/wiki/Teknik
Permesinan, Diakses pada tanggal 15 November 2016.
Hadimi, 2008. Jurnal Pengaruh Perubahan Kecepatan Pemakanan Terhadap
Kekasaran Permukaan Pada Proses Pembubutan
Hatnolo, Sinu, 2012. Skripsi Studi Pengaruh Sudut Potong (Kr) Pahat Karbida
Pada Proses Bubut dengan Tipe Pemotongan Oblique Terhadap Kekasaran
Permukaan. Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
30
Imam Maulana R, 2015, Skripsi Pengaruh Variasi Jenis Coolant Dalam Proses
Pembubutan Menggunakan Pahat Karbida Terhadap Kekasaran Permukaan
ST 37.
Kamruzzaman et al, 2007, Jurnal Pengaruh Cairan Pendingin Bertekanan Tinggi
(CPBT) Terhadap Keausan Pahat, Umur Pahat, dan Kekasaran Permukaan
Pada Proses Bubut
Dengan Material Baja AISI 4320
Marsyasho, Eko, 2003, Mesin Perkakas Pemotongan Logam. Malang : Toga
Mas.
Muin, Syamsir. (1986). Dasar-dasar Perencanaan dan Mesin-mesin
Perkakas.CV.Rajawali Press. Jakarta-Indonesia.
Myer, Kutz, 2006. Mechanical Engineers’ Handbook: Manufacturing And
Management Volume 3, By John Wiley & Sons, Inc.
Narbuko, Cholid dan Achmadi. Abu. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Navy A,A., Arya M,S,. 2014. Pengaruh Jenis Pahat, Kedalaman Pemakanan, dan
Jenis Pendingin Terhadap Tingkat Kekasaran dan Kerataan Permukaan Baja
ST.41 Pada Proses
Milling Konvensional. Surabaya,. Universitas Negeri Surabaya.
Ngadino, Yatin, 2010. Pemeliharaan Mekanik Industri. Kementrian Pendidikan
Nasional Universitas Negeri Yogyakarta.
Nieman, G. 1992. Elemen Mesin I. Jakarta : Pradya Paramita.
31
Nurfanani. Ach 2013, Perbandingan Media Pendingin Oli SAE 5W Dan Air
Garam Pada Proses Quenching Grinding Ball 40 mm Terhadap Kekerasan dan
Ketahanan Aus Di PT. Semen
Indonesia (PERSERO) TBK
Nurhadiyanto, Didik 2010. Pengaruh Kekentalan Pendingin Terhadap Keausan
Terhadap Pahat Bermata Potong Ganda.
Priambodo, Bambang, 2000. Teknologi Mekanik Jilid II. Jakarta: Erlangga
Prasetya, Tri Adi, 2010. Jurnal Pengaruh Gerak Pemakanan dan Media
Pendingin Terhadap Kekasaran Permukaan Logam Hasil Pembubutan Pada
Material Baja HQ 760.
Siahaan, 2011. Jurnal Pengaruh Suhu Terhadap Tegangan Permukaa Sabun
Cuci Piring Buatan Sendiri, Sunlight Dan S.O.S.
Tang, Muhammad, 2011. Jurnal Pengaruh Penambahan Pelarut Organik
Terhadap Teganan Permukaan Larutan Sabun.
Tim Dosen Teknik Mesin UNY, 2010. Dasar-Dasar Metrologi Industri.
Widarto, dkk, 2008. Teknik Pemesinan. Jakarta : Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan dan Departemen
Pendidikan Nasional.
32