مو يقَْلاُُّّي حَـْلا · engkau adalah dzat yang maha hidup yang tidak akan...
TRANSCRIPT
القي وم الـحي YANG MAHA HIDUP
YANG TERUS MENERUS MENGURUS MAKHLUKNYA
Syaikh Prof. Dr. Abdur Rozzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr هللاحفظو
Publication : 1440 H_2018 M
AL-HAYYU AL-QOYYUM Yang Maha Hidup, Yang Terus Menerus Mengurus Makhluk-Nya
Oleh : Syaikh Abdurrozzaq bin Abdil Muhsin al-Badr حفظوهللا
Disalin dari Fikih Asma'ul Husna hal 136-141
e-Book ini didownload dari www.ibnumajjah.com
Kedua nama ini disebutkan dalam Al-Qur‘an dalam
keadaan digandeng pada tiga tempat. Yang pertama dalam
ayat kursi,
القي وم الي ى وإلاإلـولالل
"Allah tidak ada Ilah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya)," (QS. Al-
Baqarah/2:255),
yang kedua dalam awal surat Ali Imran,
القي وم الي ى وإلاإلـولالل .مـال
"Alif laam miim. Allah, tidak ada Ilah (yang berhak
disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus
menerus mengurus makhluk-Nya." (QS. Ali Imran/3:1-2)
dan dalam surat Thaha,
القي ومللحيالو ج وه وعنت
"Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri)
kepada Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (
makhluk-Nya)." (QS. Thaha/20:111)
Nama Allah "Al-Hayyu" di dalamnya terkandung sifat al-
hayah (kehidupan) bagi Allah, yaitu kehidupan yang
sempurna yang tidak didahului oleh ketiadaan dan tidak
diiringi oleh kebinasaan dan tidak pula diikuti oleh
kekurangan dan cela, Mahasuci Rabb kita dari Semuanya itu.
Kehidupan yang mengharuskan kesempurnaan sifat- sifat-
Nya, dari ilmu, pendengaran, penglihatan, kekuasaan,
kehendak, rahmat, dan perbuatan-Nya sesuai dengan
kehendak-Nya, dan lain sebagainya dari sifat kesempumaan-
Nya. Dzat yang memiliki sifat-sifat seperti ini, maka Dialah
yang berhak untuk diibadahi dan diserahkan semua rukuk
dan sujud. Allah Ta'ala berfirman,
ي وت لالاذياليعلىوتـوكال
"Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal)
Yang tidak mati," (QS. Al-Furqan: 58).
Adapun sesuatu yang hidup, yang akan mati dan sesuatu
yang mati dan tidak hidup atau suatu benda mati yang tidak
memiliki kehidupan sama sekali, maka semuanya tidak
berhak untuk diibadahi sedikit pun. Karena yang berhak
hanyalah Allah Yang Mahahidup yang tidak akan mati.
Allah Ta'ala berfirman,
العالميربللاالمد الدينلو م لصيفادع وه ى وإلاإلولالي ى و
"Dialah Yang hidup kekal, tiada Ilah (yang berhak
disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan
memurnikan ibadat kepada-Nya. Segala puji bagi Allah
Rabb semesta alam." (QS. Ghafir/40:65)
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa,
وبكأنـبت وإليكتـوكالت وعليكآمنت وبكأسلمت لكاللاه ما
اللاه ماخاصمت الي أنتت ضلانأنأنتلاإإلولبعزاتكأع وذ إن
نس والن م وت تـلالاذي م وت ونـيوال
"Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman
kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat
kepada-Mu, dan aku bermunajat kepada-Mu. Ya Allah
sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu,
tidak ada sesembahan yang haq, melainkan diri-Mu dari
Engkau menyesatkan diriku. Engkau adalah Dzat Yang
Maha Hidup yang tidak akan mati, sedangkan jin dan
manusia pasti mati" (Muttafaq Alaih)1
Nama Allah "Al-Qayyuum" terkandung di dalamnya
penetapan sifat kemandirian bagi Allah. Yaitu Allah berdiri
sendiri dan mendirikan makhluk-Nya. Ini adalah nama yang
menunjukkan akan dua hal,
1 Shahih Al-Bukhari nomor 6948 dan shahih Muslim nomor 2717 dan
ini adalah lafazhnya dari hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu.
1) Kesempurnaan dalam kecukupan atau kekayaan Rabb.
Dia berdiri sendiri dan tidak membutuhkan makhluk-Nya.
Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman,
الميد الغن ى وواللا اللاإلالف قراءأنت م النااس أيـ هاي
"Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah;
dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) lagi Maha Terpuji." (QS. Fathir/35:15).
Dalam hadits qudsi disebutkan,
ل غ والنإناك م ل غ واولنفـتض ر ونضريتـبـ فع وننـفعيتـبـ فـتـنـ
"Sesungguhnya kalian tidak akan dapat memudharatkan
diri-Ku dan tidak akan dapat mendatangkan manfaat
bagi-Ku"2
Kemandirian Allah adalah kemandirian dzat yang tidak
membutuhkan kepada makhluk dan Mahakaya dari segala
segi.
2) Kesempurnaan dalam kekuasaan dan pengaturan
terhadap makhluk. Dialah yang mendirikan makhluk
dengan kekuasaan-Nya. Semua makhluk pasti
membutuhkan pertolongan-Nya, tidak mungkin seorang
2 Dalam shahih Al-Bukhari nomor 2577 dan ini adalah petikan dari
hadits Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu.
hamba terlepas dari pertolongan-Nya meskipun sekejap
mata. Arsy, kursi, langit, dan bumi, gunung-gunung,
pepohonan, manusia dan hewan semuanya
membutuhkan Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman,
س وى مق لش ركاءللوجعل واكسبتبانـفس ك لعلىقآئم ى وأفمن
"Maka apakah Rabb yang menjaga setiap diri terhadap
apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak
demikian sifatnya) Mereka menjadikan beberapa sekutu
bagi Allah. Katakanlah: ”Sebutkanlah sifat-sifat mereka
itu." (QS. Ar-Ra'du/13:33)
منأمسكه ماإنزالتاولئنتـز ولأنوالرضالساماواتي سك اللاإنا
غف ورا حليما كانإناو بـعدهمنأحد
"Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya
jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap
tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya
selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun
lagi Maha Pengampun." (QS. Fathir: 41)
بمرهوالرض الساماءتـق ومنأآيتوومن
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya." (QS. Ar-
Ruum/30:25)
dan ayat yang semisal dengan ini sangat banyak. Dialah
yang mengurusi semua makhluk dan mengatur semua
yang hidup.
Dari penjelasan di atas bisa diketahui bahwa kedua nama
ini "Al-Hayyu Al-Qayyuum" merupakan nama yang mencakup
semua makna nama-nama Allah yang baik, poros bagi
semua nama dan kepadanya kembali semua makna nama-
nama tersebut. Karena semua sifat Allah intinya kembali
kepada dua nama ini.
Al-Hayyu mencakup semua sifat dzat, Al-Qayyuum
mencakup sifat perbuatan. Sifat dzatiyah seperti
pendengaran, penglihatan, tangan, ilmu dan lain sebagainya
kembali kepada nama Allah "Al-Hayyu". Sifat perbuatan
seperti penciptaan, memberi rezeki, memberi nikmat,
menghidupkan, mematikan, dan selainnya kembali kepada
nama Allah "Al-Qayyuum". Dikarenakan makna Al-Qayyuum
adalah mendirikan bagi makhluk dalam penciptaan, rezeki,
menghidupkan, mematikan, dan pengaturan. Semua nama-
nama Allah yang baik kembali kepada dua nama ini. Oleh
karena itu, sebagian ulama berpendapat bahwa kedua nama
tersebut adalah nama Allah yang paling agung yang jika
diminta Dia memberi dan jika Dia dimohon Dia mengabulkan.
Kedua nama ini juga disebutkan dalam kebanyakan
hadits yang mengisyaratkan kepada nama Allah yang paling
agung. Ibnu Al-Qayyim berkata, "Sesungguhnya sifat
kehidupan mencakup semua sifat kesempurnaan yang
melazimkannya. Sifat kemandirian mencakup semua sifat
perbuatan. Oleh karena itu, nama Allah yang paling agung
yang jika Dia diminta Dia akan memberi dan jika Dia
dimohon Dia akan mengabulkan adalah nama "Al-Hayyu Al-
Qayyuum".3 Beliau mengatakan, "Nama Allah yang paling
agung ada pada dua ayat ini, ayat kursi, dan pembukaan
surat Ali Imran karena kedua nama ini mencakup sifat
kehidupan yang mencakup semua sifat, dan sifat
kemandirian yang mencakup semua sifat perbuatan."4
Telah disebutkan sebelumnya nash-nash yang
menyebutkan tentang nama Allah yang paling agung dan
ucapan para ulama tentang makna-maknanya. Ibnu Al-
Qayyim telah menjelaskan tentang pengaruh berdoa dengan
kedua nama ini, terlebih lagi dalam mengentaskan
kesusahan, kesulitan, dan musibah. Beliau berkata, ”Di
dalam ucapan Nabi أستغيث برحتكقـيـ وم يحي ي "Wahai Dzat
Yang Mahahidup dan Maha Berdiri Sendiri dengan rahmat-Mu
aku mengharap pertolongan-Mu" terdapat pencegahan dari
penyakit karena sifat kehidupan mencakup semua sifat
3 Zaadu Al-Ma'aad 4/ 204.
4 Ash-Shawaa'iq Al-Mursalah 3/911-912.
kesempurnaan yang melazimkannya dan sifat kemandirian
mencakup semua sifat perbuatan.
Oleh karena itu, nama Allah yang paling agung, yang jika
Dia dimohon, Dia akan mengabulkan dan jika Dia diminta Dia
akan memberi adalah nama "Al-Hayyu Al-Qayyuum".
Kehidupan yang sempurna menafikan semua penyakit. Oleh
sebab itu, ketika kehidupan penghuni surga adalah
kehidupan yang sempurna, maka mereka tidak ditimpa oleh
kesedihan, kesusahan, gundah gulana, dan semua bentuk
penyakit. Hidup yang tidak sempurna bertentangan dengan
perbuatan dan menafikan kemandirian. Kesempurnaan
dalam kemandirian merupakan kesempurnaan hidup.
Kehidupan yang sempurna dan mutlak adalah kehidupan
yang tidak mungkin terlepas dari sifat kesempurnaan sama
sekali. Al-Qayyuum tidak terhalang dari perbuatan yang
mungkin terjadi. Bertawassul dengan sifat kehidupan dan
kemandirian memiliki pengaruh dalam menghilangkan hal-
hal yang bertentangan dengan kehidupan dan yang dapat
memudharatkan perbuatan. Maksudnya bahwa nama Al-
Hayyu Al-Qayyuum memiliki pengaruh istimewa dalam
pengabulan doa dan menghilangkan kesusahan.
Dalam kitab As-Sunan dan Shahih Abu Hatim disebutkan
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
ى وإلاإلولواحد إلو وإل ك م)اليـتـيىاتـيفالعظم اللااسم
عمرانآلوفاتة(الراحيم الراحن
"Nama Allah yang paling agung ada pada dua ayat: "Dan
Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa; Tidak ada Ilah
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang." (QS. Al-Baqarah/2:163) dan pembukaan
surat Ali Imran 1-2. At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini
shahih."
Di dalam kitab As-Sunan dan Shahih Ibnu Hibban juga
dari hadits Anas disebutkan bahwa ada seseorang berdoa
dengan mengatakan,
اللاه ما السامواتبديع المناان أنتإلاإلولالمد لكبناأسأل كإن
قـي وم يحي يراموالكالللذايوالرض
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu,
sesungguhnya segala pujian itu bagi-Mu, tidak ada
sesembahan yang hak melainkan diri-Mu Dzat Yang Maha
Memberi, pencipta langit dan bumi. Wahai Dzat yang
memiliki keagungan, serta kemuliaan, wahai Dzat yang
Maha Hidup, lagi terus menerus mengurus (makhluk-
Nya)"
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda,
أعطىبوس ئلوإذاأجاببود عيإذاالاذيالعظيمبسواللادعالقد
"Sungguh orang ini telah berdoa kepada Allah dengan
nama-Nya yang paling agung, yang jika Dia diminta Dia
memberi dan jika Dia dimohon, Dia akan mengabulkan."
Selain itu, dalil yang juga menguatkan apa yang telah
dijelaskan oleh beliau adalah apa yang diriwayatkan oleh
Imam At-Tirmidzi dalam kitab Jami'5 beliau dari hadits Anas
bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa dahulu
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tertimpa musibah,
beliau berkata,
أستغيث برحتكقـيـ وم يحي ي
5 Nomor 3524 dan didha'ifkan olehnya dengan ucapannya, "Hadits ini
gharib, karena dalam sanadnya ada Yazid Ar-Raqqaasy, meskipun dia
ahli ibadah dan baik, tetapi dia lemah dalam hadits." Akan tetapi,
ada yang menguatkan dari hadits Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
‘anhu, dia berkata, "Dahulu Rasulullah apabila ditimpa kesedihan
atau kesusahan …." HR. Hakim dalam Al-Mustadrak 1/509 dari jalan
An-Nadhr bin Isma'il Al-Bajali, (dia berkata) menceritakan kepada
kami Abdurrahman bin Ishaq, (dia berkata) Al-Qasim bin
Abdurrahman dari ayahnya, darinya. Dia berkata, "Isnadnya shahih",
lalu dikomentari oleh Adz-Dzahabi dengan ucapannya, "Saya
katakan: Abdurrahman tidak mendengar dari ayahnya dan
Abdurrahman bin Ishaq dan setelahnya tidak bisa dijadikan hujjah."
Hadits ini hasan dengan penguatnya. Oleh karena itu, disebutkan
oleh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah 3182.
"Wahai Dzat Yang Mahahidup dan Maha Berdiri Sendiri
dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan kepada-
Mu."
Semua ini menunjukkan akan keagungan dua nama ini
serta kemuliaannya dan apa yang terkandung di dalamnya
dari ketundukan dan merendahkan diri, وقدالقي ومللحيالو ج وه وعنت
ظ لما حلمنخاب "Dan tunduklah semua muka (dengan
berendah diri) kepada Yang Hidup Kekal lagi senantiasa
mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah
merugilah orang yang telah melakukan kezaliman." (QS.
Thaha/20:111).[]